BUKU PEGANGAN PERENCANAAN PROYEK PARTISIPATIF. Bagian 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUKU PEGANGAN PERENCANAAN PROYEK PARTISIPATIF. Bagian 1"

Transkripsi

1 BUKU PEGANGAN PERENCANAAN PROYEK PARTISIPATIF Bagian 1 Ulasan singkat tentang prinsip-prinsip dasar perencanaan proyek dan Pendekatan Kerangka Kerja Logis (LFA) Guidelines Nordic-Dutch Trade Union Centres FNV, LOFTF, LOTCO, LO Norway, SASK 1

2 Daftar Isi Bagian 1 I II Pengantar Perencanaan Proyek Partisipatif 2.1 Pentingnya perencanaan 2.2 Memastikan bahwa orang berpartisipasi 2.3 Mempertimbangkan gender 2.4 Manajemen siklus proyek 2.5 Meningkatkan pelaksanaan proyek III LFA: Pendekatan Kerangka Kerja Logis 3.1 Menggunakan LFA dalam perencanaan dan manajemen proyek 3.2 Matriks Perencanaan Proyek (MPP atau logframe) 3.3 Pengorganisasian partisipatif dari proses perencanaan 3.4 Panduan untuk Form Aplikasi Lampiran Terminologi Daftar dari dokumen yang dijadikan rujukan Tabel Tabel 1: Tabel 2: Tingkat Partisipasi Perumusan contoh: tujuan, hasil dan kegiatan Bagan Bagan 1: Bagan 2: Bagan 3: Bagan 4: Bagan 5: Tema utama dalam mendiskusikan isu-isu gender Siklus proyek Fitur-fitur dasar Matriks Perencanaan Proyek Level yang berbeda dari Matriks Perencanaan Proyek Format penyajian dari Matriks Perencanaan Proyek 2

3 I Pengantar Buku pegangan ini adalah panduan bagi para pengurus dan aktifis serikat pekerja/ serikat buruh yang terlibat dalam proyek-proyek serikat pekerja/ serikat buruh. Maksud dari buku pegangan ini adalah untuk memberikan saran dan arahan tentang bagaimana melakukan perencanaan dan desain proyek. Proyek yang dilaksanakan oleh organisasi serikat pekerja/ serikat buruh sering menangani masalah-masalah dari pengembangan organisasi. Analisa yang menyeluruh terkait organisasi, basis anggota, struktur, masalah dan kebutuhan perlu untuk mengidentifikasi cara paling efektif dalam menangani masalah. Masalah lain yang dihadapi oleh banyak serikat pekerja/ serikat buruh adalah elaborasi dari proposal proyek yang baik. Oleh sebab itu pusat serikat buruh Belanda- Nordic telah mengembangkan panduan gabungan untuk kerjasama proyek internasional dalam rangka meningkatkan kualitas perencanaan proyek. Tiga kriteria sentral memainkan peranan penting dalam appraisal proposal proyek oleh organisasi pendana: kesinambungan, kesetaraan gender dan efektifitas. Proyek dianggap berhasil bilamana, proyek tersebut: - tetap memberikan manfaat meskipun setelah selesainya dukungan tambahan yang disediakan oleh kegiatan, proyek atau program pengembangan temporer (kesinambungan), - memungkinkan baik laki-laki maupun perempuan memiliki akses terhadap manfaat dan peluang untuk berpartisipasi (kesetaraan gender) - Memungkinkan pencapaian tujuan dari intervensi (efektifitas) Metode perencanaan yang dipromosikan dalam buku pegangan ini fokus pada penggunaan Pendekatan Kerangka Kerja Logis (LFA) sebagai alat untuk merencanakan, memonitor dan mengevaluasi. Ini didasarkan atas utamanya pada alat-alat yang dielaborasi oleh beberapa badan dan organisasi pembangunan/pengembangan selama beberapa tahun. Perhatian khusus diberikan untuk mengintegrasikan pendekatan partisipatif dan analisa gender ke dalam desain proyek. Dalam perencanaan proyek LFA telah terbukti memfasilitasi identifikasi masalah dan solusi dan untuk desain proyek dengan cara yang sistimatis dan logis. Lebih lanjut, LFA juga memungkinkan para pihak yang bekerjasama untuk menciptakan pemahaman yang sama terhadap proyek. LFA juga berfungsi untuk membangun struktur monitoring, pelaporan dan evaluasi proyek. Buku pegangan ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian 1 menjelaskan pentingnya perencanaan proyek partisipatif untuk intervensi pengembangan (Bab II). Kemudian konsep utama dijelaskan, yang digunakan di dalam LFA, yakni alat perencanaan yang dipromosikan disini. (Bab III). Di lampiran ada daftar disertai penjelasan terkait terminologi termasuk juga daftar rujukan yang dipakai. Prosedur perencanaannya sendiri dijelaskan di bagian 2 dari buku pegangan ini bersama dengan instruksi praktis yang memfasilitasi desain proposal proyek. Mereka yang terbiasa dengan perencanaan dan konsep LFA dapat menggunakan bagian 2 yang terpisah dari bagian 1. 3

4 Rujukan dibuat di dua bagian pada Form Aplikasi. Dokumen terpisah ini akan digunakan ketika meminta pendanaan melalui sebuah proposal proyek. Meskipun metode perencanaan yang diangkat menyediakan sebuah format standar, ini dapat diaplikasikan dalam sebuah cara yang lebih atau kurang elaboratif tergantung dari besaran masalah yang ditangani. Ini berarti untuk menyesuaikan cakupannya; ini adalah alat yang dapat membantu menemukan cara untuk menangani isu-isu serikat pekerja/ serikat buruh dengan cara yang lebih berhasil. Arahan umum perlu diikuti, tetapi ada fleksibilitas dalam cara untuk tiba di tempat tujuan. Harap catat, bahwa di seluruh buku pegangan ini istilah proyek digunakan dengan makna semua jenis kegiatan serikat pekerja/ serikat buruh, termasuk proyek-proyek, programprogram, penelitian-penelitian, dsb. 4

5 II Perencanaan proyek partisipatif 2.1 Pentingnya merencanakan Secara umum, kegiatan serikat pekerja/ serikat buruh bertujuan untuk pengembangan organiasasi dan mencari cara untuk merubah situasi-situasi yang tidak memuaskan menjadi situasi-situasi yang lebih diinginkan. Perencanaan berfungsi sebagai alat penting untuk mempengaruhi pengembangan organisasi dalam sebuah arah tertentu. Perencanaan adalah proses pembuatan keputusan dan komunikasi pada tujuan yang akan dicapai di masa depan dalam cara yang bisa lebih dikendalikan Perencanaan adalah proses pembuatan keputusan yang pertama. Untuk mencapai perbaikan situasi yang ada, serikat pekerja/ serikat buruh harus membuat pilihan diantara alternatif-alternatif yang berbeda. Setiap alternatif terdiri dari sebuah cara yang mungkin untuk mencapai situasi yang diinginkan dan berimplikasi pada cara yang berbeda dalam menggunakan sumberdaya yang terbatas yakni proposal kita. Untuk membuat keputusan terjadi, terbukti perlu untuk dilakukan, bahwasannya orang yang terlibat berkomitmen untuk bertindak mengikuti keputusan-keputusan yang sudah dibuat. Perencanaan juga sebuah proses komunikasi. Orang yang terlibat para pengurus dan aktifis serikat pekerja/ serikat buruh, pekerja yang dibantu, organisasi lapangan mereka semua memiliki gagasan yang berbeda tentang bagaimana situasi yang diinginkan akan terlihat seperti apa dan bagaimana menuju kesana. Agar dapat mencapai kesepakatan, mereka harus mengungkapkan gagasan-gagasan ini satu sama lain. Mereka juga harus diinformasikan terkait latar belakang hal kurang memuaskan yang harus ditangani, dan pada mekanisme yang mengarahkan pada eksistensi yang berkesinambungan. Dengan cara ini mereka dapat mencari opsi-opsi untuk penyelesaian perselisihan, selain dari yang telah mereka pikirkan. Melalui komunikasi kita mendapatkan komitmen orang terhadap keputusan yang dibuat. Proses perencanaannya sendiri menjadi lebih baik jika tujuan-tujuannya digunakan. Sebuah tujuan adalah deskripsi eksplisit tentang situasi masa depan yang dipertimbangkan untuk diinginkan. Tujuan berfungsi sebagai arah untuk mengarahkan organisasi-organisasi serikat pekerja/ serikat buruh dalam pembuatan dan implementasi aksi/tindakan terkait. Tujuan membuat lebih mudah untuk mengidentifikasi cara-cara dan alat untuk meraihnya. Ini membuatnya lebih mudah untuk mencapai kesepakatan pada tujuan tersebut. Perencanaan berimplikasi pengendalian. Koordinasi di dalam dan di antara organisasi serikat pekerja/ serikat buruh perlu untuk pemanfaatan sumberdaya terbatas yang tersedia secara efisien. Juga perlu bahwasannya menyadari risiko-risiko dan faktor-faktor tidak menentu di dalam lingkungan, yang kemungkinan menjadi penghalang pencapaian terhadap tujuantujuan dan untuk melakukan tindakan untuk mengatasi kejadian-kejadian ini. Kebutuhan untuk adaptasi yang berlanjut membuat perencanaan sebagai proses dinamis yang tinggi. Organisasi serikat pekerja/ serikat buruh perlu rencana untuk mengoordinasikan kegiatan- 5

6 kegiatan mereka. Melalui perencanaan mereka memastikan bahwa situasi masa depan yang diupayakan dimasukkan dalam pertimbangan. Perencanaan khususnya relevan dalam situasi-situasi berikut: - Masalah-masalah yang harus ditangani ada diantara kelompok yang lebih besar dari individu-individu; - Masalah-masalahnya lebih kompleks dan lebih struktural sifatnya. - Alat untuk menyelesaikan masalah tidak mudah tersedia. 2.2 Memastikan orang berpartisipasi Jika perencanaan harus bisa efektif, maka sebuah rencana yang baik harus dirumuskan dan dioperasionalisasikan bersama dengan semua pihak yang terkait: orang yang mendapatkan asistensi, masyarakat setempat, organisasi pemerintah, organisasi swasta, organisasi lapangan/ serikat pekerja/ serikat buruh. Partisipasi mereka dalam proses perencanaan adalah wajib, karena tanpa keterlibatan aktif mereka hanya sedikit capaian yang dapat diraih. Pendekatan partisipatif menyediakan mekanisme bagi para pihak terkait untuk memengaruhi dan berbagi kendali atas inisiatif, keputusan dan sumberdaya pengembangan serikat pekerja/ serikat buruh Ini harus diakui, meskipun ada berbagai level (tingkatan) partisipasi (lihat Tabel 1). Berbagi informasi dengan dan konsultasi oleh para pihak terkait membentuk tingkat partisipasi yang rendah, sedangkan kolaborasi dan pemberdayaan oleh pihak-pihak terkait akan membentuk tingkat partisipasi yang tinggi. Dalam pendekatan perencanaan sebagaimana yang disajikan dalam buku pegangan ini kita berupaya mendapatkan tingat partisipasi yang tinggi. Ini berarti bahwa proses perencanaan harus diatur dengan cara tersebut, dan bahwasannya pihak-pihak terkait secara aktif ikut serta dalam proses perencanaan di momen-momen yang relevan. Tabel 1: Tingkat Partisipasi Tingkat Partisipasi Rendah: 1. Berbagi informasi Komunikasi satu arah 2. Konsultasi Komunikasi dua arah Tingkat Partisipasi Tinggi: 3. Kolaborasi Berbagi kendali atas keputusan dan sumberdaya 4. Pemberdayaan Peralihan kendali atas keputusan dan sumber daya Sumber: Bank Dunia,

7 Ada berbagai cara untuk mengatur keterlibatan pihak-pihak terkait dalam proses perencanaan. Pengorganisasian workshop perencanaan, dimana pihak-pihak ini (perwakilannya) secara aktif berkontribusi terhadap proses perencanaan, telah terbukti menjadi langkah yang efektif. Perencanaan proyek yang berorientasi tujuan adalah sebuah metode spesifik, yang menggunakan pendekatan yang demikian. Kebanyakan elemen yang esensial dari pendekatan ini telah digabungkan dalam metode perencanaan sebagaimana disajikan dalam buku pegangan ini. 2.3 Mempertimbangkan gender Gender adalah istilah yang menggambarkan definisi perbedaan antara perempuan dan lakilaki secara sosial. Relasi gender adalah aturan, tradisi, dan hubungan sosial dalam masyarakat, budaya dan organisasi. Bersama-sama hal tersebut menentukan apa yang dianggap feminin dan maskulin, dan bagaimana power (kekuasaan) dialokasikan secara berbeda antara perempuan dan laki-laki. Gender merujuk kepada konstruksi sosial terkait feminisme dan maskulinisme, yang berbeda berdasarkan waktu dan tempat. Gender dihasilkan melalui pembelajaran dan prilaku bukan bawaan sejak lahir Faktanya, kesetaraan antara laki-laki dan perempuan adalah salah satu prinsip-prinsip dasar serikat pekerja/ serikat buruh, tidak dapat dipisahkan dari demokrasi, keadilan dan hak asasi manusia. Ini dianggap sebagai persyaratan untuk pengembangan serikat pekerja/ serikat buruh yang fair dan berkesimbungan. Berjuang keras untuk kesetaraan gender berarti berjuang keras untuk masyarakat dan kerja-kehidupan yang berkesetaraan, dimana perempuan dan laki-laki memiliki kesetaraan dalam hak, kewajiban dan peluang. Meningkatnya kesetaraan juga berkontribusi terhadap kesehatan yang lebih baik, tingkat pendidikan yang lebih tinggi, lingkungan yang lebih baik dan berkurangnya kemiskinan. Dalam proyek-proyek serikat pekerja/ serikat buruh berbagai kategori dapat dibedakan menurut jenis permasalah gender yang mereka cari penanganannya, contohnya: a) Ketidaksetaraan gender di tempat kerja/ tenaga kerja: Terkait upah, pekerjaan, promosi, kekerasan dan pelecehan seksual, kondisi kerja, K3 dsb. b) Kesetaraan gender dalam serikat pekerja/ serikat buruh: dalam hal partisipasi, kepemimpinan, pembuatan keputusan/kebijakan, perundingan, dsb, c) Kesetaraan gender dan sebagaimana terkait dengan permasalahan yang lebih besar: di dalam komunitas, masyarakat, politik, ekonomi dan sistim hukum, dst. 7

8 Bagan 1: Tema utama dalam mendiskusikan isu gender Strategi untuk menangani situasi ketidaksetaraan gender pastinya membutuhkan perhatian khusus. Membuat pilihan untuk kesetaraan gender mulai dengan kesadaran tentang kehadiran ketidakadilan dan perbedaan berbasis gender di situasi-situasi kerja, seperti di organisasi serikat pekerja/ serikat buruh dan konteks masyarakat yang lebih luas. Hal ini juga termasuk niat untuk mengubah kondisi-kondisi, persyaratan-persyaratan dan strukturstruktur tidak adil yang menciptakan ketidaksetaraan. Pada akhirnya hal ini membutuhkan distribusi sumberdaya, power (kekuasaan) dan peluang-peluang yang merata agar menjadi perhatian baik bagi perempuan dan laki-laki. Dalam mendiskusikan isu-isu gender, penting untuk menganalisa argumen-argumen yang digunakan demi menjaga status quo ketidaksetaraan gender. Misalnya, observasi seperti jumlah anggota perempuan yang cukup besar sebagai sarana untuk pembentukan kepemimpinan dapat digunakan untuk argumen bahwa secara konsekwen ada cukup perempuan yang secara teori dapat mengambil posisi kepemimpinan dan adalah terserah mereka untuk menggunakan peluang-peluang yang ada. Meskipun demikian, apa yang terabaikan dalam kasus ini adalah akses perempuan terhadap posisi-posisi tersebut pada praktiknya sangat terhambat, misalnya oleh praduga tentang kapasitas kepemimpinan mereka dibandingkan dengan laki-laki. Diskusi gender yang tulus terkait hal ini di sisi lain akan mencari tahu alasan mengapa begitu sedikit perempuan di posisi tertentu dan posisi (kepemimpinan) tertentu, yang dapat dikatakan hal ini terjadi karena praktik-praktik ketenagakerjaan yang diskriminatif. Faktanya, sebetulnya bukannya tidak lazim ketidaksetaraan gender mewujud di dalam cara orang dipekerjakan oleh organisasi-organisasi swasta, organisasi-organisasi pemerintah atau serikat pekerja/ serikat buruh. Pada saat mendiskusikan struktur organisasi, perbedaan antara posisi pekerjaan bagi perempuan dan laki-laki begitu juga perbedaan dalam hal gaji seringkali tergambar. Secara tradisional perempuan cenderung dipekerjakan dengan posisi lebih rendah dari rangkingnya dengan sedikit akses untuk proses pembuatan keputusan. Struktur dan prosedur remunerasi sering menghasilkan gaji yang lebih rendah bagi para perempuan, meskipun mereka dalam posisi-posisi yang sama perbandingannya dengan lakilaki yang dipekerjakan. Solusi atas jenis ketidaksetaraan-ketidaksetaraan gender semacam ini di dalam suatu organisasi, akan membutuhkan strategi-strategi yang spesifik. Ini dimulai dengan menciptakan pemahaman terkait isu tersebut, sehingga orang di dalam posisi-posisi manajemen begitu juga di bursa kerja akan menganggapnya serius. Begitu juga komitmen 8

9 nyata dari orang-orang yang ada di posisi-posisi kunci akan diperlukan untuk membuat perubahan-perubahan dalam hal struktur dan prosedur remunerasi. Di dalam kebijakan gender mereka, pusat serikat pekerja/ serikat buruh Belanda Nordic menyertakan pemberian bantuan/ asistensi terhadap serikat pekerja/ buruh dalam kegiatan-kegiatan berikut: Menganalisa kualitas gender untuk menemukan perubahan-perubahan apa saja yang diperlukan Merumuskan kebijakan kesetaraan gender untuk digunakan dalam pekerjaan seharihari. Membuat rencana operasional yang memfasilitasi pelaksanaan kebijakan gender Mendapatkan pengetahuan dan peluang untuk mempengaruhi dan memonitor kerja mempromosikan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki Berkontribusi terhadap ratifikasi dan implementasi konvensi ILO tentang kesetaraan gender. Sesuai dengan kebijakan gender mereka, pusat serikat pekerja/ serikat buruh Belanda Nordic menyaratkan bahwa analisa gender dimasukkan dalam semua permohonan untuk proyek pendanaan. Hal ini berlaku di keselruhan fase proyek tersebut (identifikasi, perumusan, pendanaan, implementasi, evaluasi) dan ini dimasukkan dalam semua dokumentasi proyek yang relevan (informasi lebih spesifik terkait aspek-aspek yang dapat dianalisa di lampiran Pertanyaan Pengarah di bagian dua paragraph 4). 9

10 2.4 Pengelolaan siklus proyek Untuk membuat proyek bekerja secara efektif, proyek harus dikelola melalui semua fase yang disebut siklus proyek. Tahap berikut dapat diketahui di dalam pengelolaan siklus proyek: Bagan 2: Siklus proyek Identifikasi Perumusan Appraisal Komitmen Monitoring Implementasi Evaluasi Kesimpulan F Identification Evaluation Conclusion PROJECT CYCLE Formulation Monitoring Implementation Appraisal Commitment Sumber: DGIS, Identifikasi Ketika serikat pekerja/ serikat buruh mengembangkan strategi yang mungkin untuk melakukan kegiatan dalam mengatasi isu problematis, pendekatan proyek dapat dimunculkan sebagai strategi yang mungkin. Eksplorasi lebih lanjut terkait ide-ide awal menuntun pada perumusan rencana proyek dalam hal tujuan, hasil dan kegiatan. Mungkin terbukti perlu melakukan studi kelayakan dari proyek yang diajukan yang mengindikasikan apakah proposal cukup menarik untuk menjustifikasi sebuah persiapan yang lebih rinci. 2. Perumusan Dalam fase ini semua rincian proyek dijelaskan dan disajikan untuk appraisal bagi organisasi pendana, yang memeriksa kelayakan dan kesinambungan proyek dan cara proyek sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang ada. 3. Appraisal (penaksiran) dan komitmen Appraisal dan komitmen dibutuhkan untuk menyetujui rencana yang sudah dirumuskan. Komitmen pendanaan khususnya menjadi penting. Fase pendanaan terdiri dari kegiatankegiatan berikut: pembuatan draf proposal pendanaan, pemeriksaan oleh bagian pendanaan, keputusan pendanaan dibuat, pembuatan draf dan penandatanganan kesepakatan pendanaan. 10

11 4. Implementasi dan monitoring Ini adalah fase terkait eksekusi proyek, dengan menggunakan sumber daya yang disediakan sesuai kesepakatan pendanaan, untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan dan maksud proyek. Di dalam fase ini berbagai laporan dibuat sebagaimana disetujui di dalam kontrak (kesepakatan) pendanaan: rencana pengoperasian, rencana kerja tahunan dan laporan monitoring. Monitoring adalah satu alat penting di dalam pengelolaan proyek. Pada saat implementasi sebuah proyek progres dari implementasi harus secara teratur dicek untuk melihat apakah semuanya berjalan sesuai yang direncanakan. Ketika sebuah proyek dimonitor secara seksama, penyimpangan-penyimpangan diidentifikasi pada awal tahap dan bila perlu harus dikoreksi. 5. Evaluasi Di dalam fase evaluasi hasil dan dampak dari proyek dianalisa. Evaluasi dapat dimulai selama implementasi untuk mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan bagi tindakan penyelesaian. Setelah implementasi, evaluasi digunakan untuk merumuskan rekomendasi proyek-proyek serupa atau menindaklanjuti proyek. 2.5 Memperbaiki implementasi proyek Banyak tahun pengalaman di seluruh dunia dengan kerja sama pembangunan/ pengembangan telah memperlihatkan perlunya memahami kekurangan-kekurangan yang mengancam kesuksesan pelaksanaan proyek. Evaluasi proyek-proyek masa lalu memperlihatkan bahwa kelemahan utama dalam pelaksanaan proyek dapat dibagi menjadi dua kategori: 1. Baik dalam persiapan dan implementasi, satu atau lebih faktor-faktor esensial untuk kesuksesan hasil diabaikan, 2. Atau muncul pada saat pelaksanaan proyek bahwa ada kekurangan dalam disiplin dan tanggung jawab yang perlu dan oleh sebab itu menghalangi keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan yang benar yang diambil pada saat yang tepat. Metode perencanaan sebagaimana disajikan dalam buku pegangan ini didesain untuk melakukan tindakan dalam mengatasi masalah-masalah dari kategori pertama. Kesalahan/ kekurangan yang sering terjadi dalam kategori ini adalah: - Kegagalan menangani masalah yang sebenarnya dari orang yang dibantu (mendapatkan asistensi) atau para pihak terkait; - Definisi tujuan proyek yang tidak jelas dan tidak realistis; - Di satu sisi, tidak ada perbedaan yang dibuat di antara tujuan-tujuan, dan alat untuk sampai kepada tujuan-tujuan tersebut di sisi lain; - Teknologi yang diaplikasikan tidak tepat dan tidak dimanfaatkanya sumberdaya setempat (yang dapat diperbaharui); - Adanya kekurangan dalam hal kejelasan definisi tentang siapa yang memiliki proyek; - Tidak ada perhatian yang diberikan pada nilai-nilai sosio-kultural (sosbud) dari orang yang mendapatkan asistensi; - Tidak ada upaya yang dibuat untuk memperkuat kapasitas tata kelola organisasi (serikat pekerja/ serikat buruh) yang dilibatkan dalam intervensi-intervensi; 11

12 - Risiko-risiko tidak diantisipasi dan cara-cara untuk menghindarinya atau membatasinya tidak dieksplorasi; - Kurangnya kesinambungan kegiatan akan mati ketika dukungan eksternal menghilang. Sebagai jawaban dari masalah-masalah kategori kedua, disamping menggunakan pendekatan perencanaan yang memadai, juga penting untuk menciptakan kondisi-kondisi lain untuk pelaksanaan proyek yang sukses, diantaranya adalah hal-hal berikut yang dianggap sama pentingnya: - Memahami bahwa proyek bersifat ekonomi dan secara financial layak pada saat dan setelah implementasi; - Menanamkan proyek dalam kerangka kerja rasional kebijakan dukungan dari sisi oganisasi lapangan yang bertanggung jawab untuk mengeksekusinya; - Yang terakhir, tetapi bukannya yang paling tidak penting, adalah penting untuk diingat bahwa kegiatan, proyek atau program yang didanai pihak luar harus dilihat hanya sebagai satu cara dari banyak cara yang mungkin untuk menangani masalah pengembangan. Melalui analisa masalah akan sering terungkap bahwa masalah-masalah tertentu paling baik diselesaikan atau kebutuhan-kebutuhan tersebut yang terbaik adalah dipenuhi dengan cara lain. 12

13 III LFA: Pendekatan Kerangka Kerja Logis 3.1 Menggunakan LFA dalam perencanaan dan pengelolaan proyek Pendekatan Kerangka Kerja Logis adalah sebuah alat untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi proyek. Di dalam perencanaan proyek LFA sering digunakan sebagai cara partisipatif untuk membangun sebuah proyek yang berfungsi memenuhi dua tujuan utama: - Untuk memperjelas dan membuat definisi dengan cara yang lebih persis dan logis terkait tujuan, hasil dan kegiatan proyek, yang perlu untuk mencapai proyek yang memberikan manfaat dan dampak yang berkesinambungan dengan membuat hubungan saling terkait yang jelas serta asumsi-asumsi diluar cakupan proyek yang mungkin berpengaruh terhadap kesuksesannya; Apakah kita menangani masalah yang benar dan penyebab masalah yang benar dengan kegiatan dan input yang benar? Dengan kata lain: Apakah kita melakukan hal yang benar? - Untuk meningkatkan implementasi, pengawasan & monitoring proyek serta evaluasi lanjutan dengan menyediakan tujuan-tujuan proyek yang didefinisikan secara jelas dan membuat indikator-indikator yang dapat dicek untuk menentukan apakah tujuan-tujuan ini telah dicapai (langkah keberhasilan yang dapat dimonitor). Bagaimana kita tahu bahwa kita akan meraih sukses sejalan dengan progres proyek? Dengan kata lain : Apakah kita melakukan hal-hal yang benar? LFA adalah yang paling efektif digunakan di semua tahapan siklus proyek. Pada saat fase identifikasi, perumusan dan appraisal proyek, proyek didesain secara progresif dalam rincian lebih lanjut dan dikembangkan dalam rencana proyek final. Inti dari strategi proyek dirumuskan dalam hal logika intervensinya, yang dirangkum dalam apa yang disebut dengan matriks perencanaan proyek. Matriks perencanaan proyek menyediakan dasar yang kuat untuk implementasi, monitoring & pengawasan proyek, serta evaluasi lanjutannya. Kekuatan dari LFA adalah bahwasannya setiap tahapan di dalam siklus proyek semua isu yang relevan, termasuk asumsi yang dijadikan dasar proyek, diperiksa dan dilaksanakan hingga tahapan selanjutnya. Dengan cara ini, menyediakan basis kuat untuk kelanjutan dan penyatuan antar tahapan. Konsep dan konteks proyek yang berjalan, dan oleh sebab itu memungkinkan monitoring dan evaluasi perencanaan. Sebagai suatu alat, LFA berkontribusi untuk meningkatkan transparansi di semua tingkatan. LFA juga untuk memfasilitasi komunikasi antara para pihak yang terlibat. Secara khusus, pendekatan kerangka kerja logis mengurangi kemungkinan untuk perubahan sepihak atau keputusan-keputusan yang subyektif, dengan memaparkan semua asumsi landasan proyek, membentuk awalan. Ini khususnya dapat berguna dalam menentukan 13

14 batas dimana proyek harus menjalankan fungsinya, dengan mengidentifikasi aspek-aspek yang berada di luar kendali serikat pekerja/ serikat buruh. Ini juga berguna untuk menciptakan pembagian kerja dan tugas, jadwal waktu untuk implementasi dan perincian anggaran/ budget. Pelaporan yang terstruktur dan sistematis difasilitasi di setiap tahapan dari siklus proyek. Ini juga meningkatkan konsistensi dan memudahkan dalam membaca antara dokumen proyek yang berbeda. LFA juga memungkinkan untuk tahapan-tahapan siklus proyek yang berurutan dengan tetap konsisten dan terintegrasi, meskipun pihak-pihak yang berbeda memainkan sebuah peran di berbagai tahapan. 3.2 Matriks Perencanaan Proyek (PPM atau logframe) Di dalam penggunaan LFA dibuat Matriks Perencanaan Proyek (MPP atau logframe) untuk memberikan gambaran tentang tujuan dan lingkungan proyek. Matriks ini adalah format standar dimana informasi spesifik pada logika intervensi proyek disesuaikan berdasarkan analisa situasi diperbaiki. Di bagan 3 diperlihatkan fitur/ karakteristik dasar dari matriks ini. Bagan 3: Fitur dasar dari Matriks Perencanaan Proyek Tujuan PROYEK LINGKUNGAN Sumber: NORAD, 1999 Fitur/ karakteristik dasar dari Matriks Perencanaan Proyek terdiri dari tujuan, proyek dan lingkungan yang aktual (sesungguhnya): Proyek merujuk pada apa yang seharusnya dapat dijamin dari pelaksanaan proyek tersebut; ini berkenaan dengan elemen-elemen yang secara langsung dipengaruhi oleh pelaksanaan proyek. Tujuan adalah hasil langsung dari pelaksanaan proyek. Ini mengantisipasi bahwa proyek akan secara signifikan berkontribusi pada realisasi tujuan. lingkungan merujuk pada faktor-faktor eksternal di luar kendali pelaksanaan proyek. Faktor-faktor ini akan secara signifikan berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan proyek tersebut. Mengidentifikasi faktor-faktor eksternal kunci di tahapan awal akan membantu dalam penyeleksian strategi proyek yang tepat. Monitoring baik untuk pemenuhan tujuan proyek dan faktor-faktor eksternal selama berlangsungnya proyek dan melakukan tindakan berdasarkan informasi tersebut akan meningkatkan probabilitas keberhasilan. Di dalam fitur/ karakteristik dasar berbagai level (tingkatan) dapat membedakan Matriks Perencanaan Proyek sebagaimana diperlihatkan di bawah. 14

15 Bagan 4: Berbagai tingkatan Matriks Perencanaan Proyek Tujuan Development Pengembangan objective Indicators Indikator Asumsi Assumptions Tujuan Project Proyek objective Indicators Indikator Asumsi Assumptions Hasil Expected yg diharapkan results Indicators Indikator Asumsi Assumptions Kegiatan-kegiatan Activities Asumsi Assumptions Inputs Sumber: NORAD, 1999 Di bagan 4, fitur/karakteristik dasar dari Matriks Perencanaan Proyek (Bagan 3) telah disesuaikan dengan membedakan tingkatan berikut: Terkait dengan tujuan (di kotak atas kiri) dua tingkatan diketahui. tujuan pengembangan 1 tingkatnya lebih tinggi dari kontribusi yang diharapkan dari proyek tersebut. Tujuan proyek 2 merujuk pada akibat, dimana proyek diharapkan dapat meraih sebuah hasil di akhir intervensi proyek. Pada tingkatan-tingkatan ini sebuah kolom yang memuat indikator-indikator ditambahkan; indikator-indikator tersebut menjelaskan bagaimana capaian dari tujuan diukur. Terkait dengan proyek aktual (kotak di bawah sebelah kiri) tergambar tiga tingkatan. Hasil yang diharapkan merujuk pada output (keluaran) yang diharapkan diraih oleh proyek dalam kerangka waktu durasi proyek. Kegiatan mengindikasikan tugas mana yang telah dilaksanakan di dalam proyek (pekerjaan yang perlu dilakukan) untuk memproduksi hasil yang diharapkan. Input merujuk pada alat dan sumberdaya yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas-tugas ini. Dalam hal indikator-indikator hasil yang diharapkan diperlukan untuk menjelaskan bagaimana pencapaian hasil diukur. Terkait dengan lingkungan, referensi eksplisit dibuat berdasarkan asumsi-asumsi di setiap level horizontal yang diketahui yang menyatakan kejadian-kejadian, kondisikondisi atau keputusan-keputusan yang penting tersebut, yang perlu untuk menjaga kesinambungan tujuan dalam jangka panjang. 1 Level tujuan ini juga disebut sebagai tujuan jangka panjang, tujuan umum atau tujuan akhir di dokumen-dokumen lain. 2 Juga disebut sebagai tujuan langsung. tujuan jangka pendek atau maksud 15

16 Dengan cara ini Matriks Perencanaan Proyek adalah ringkasan dari desain proyek, dimana hal ini mengidentifikasi elemen-elemen kunci, faktor-faktor eksternal dan konsekwensi yang diharapkan untuk melengkapi/ menyelesaikan proyek dengan berhasil. Meskipun demikian, LFA tidak hanya menyediakan metode yang berbeda untuk dianalisa. Ini juga menyediakan sebuah cara untuk menyajikan hasil dari analisa-analisa ini. Sebelum sebuah proyek mulai, masalah-masalah dari situasi saat ini dianalisa. Berdasarkan atas analisa-analisa ini, tujuan proyek dapat dirumuskan dan diterjemahkan dalam istilah-istilah Kerangka Kerja Logis. Hasil dari analisa tersebut dirangkum dalam Matriks Perencanaan Proyek yang ditransformasikan sebagaimana diperlihatkan di bawah: Bagan 5: Format penyajikan Matriks Perencanaan Proyek Logika intervensi Indikator Sumber verifikasi Asumsi Tujuan pembangunan/ pengembangan Tujuan proyek Hasil yang diharapkan Kegiatan Input Biaya Sumber: NORAD, 1999 Prakondisi Di dalam bentuk ini Matriks Perencanaan Proyek ini terbukti menjadi alat yang baik untuk membuat struktur tujuan dan komponen dari sebuah proyek. Dengan demikian, hal ini membantu selama maksud-maksud implementasi begitu juga untuk membuat struktur monitoring dan evaluasi. Selanjutnya, matriks ini dapat digunakan sebagai alat yang efisien dalam komunikasi, khususnya ketika dokumentasi proyek distandarisasi sesuai dengan logika. Matriks ini dibagi menjadi tiga kolom. Kolom pertama dan sel (kotak) di bawah dari kolom kedua (warna abu-abu) memaparkan apa yang menjadi perhatian langsung dari proyek. Di dalam terminologi logframe (kerangka kerja logis) hal-hal tersebut disebut sebagai logika intervensi proyek, dimana ini didasarkan atas apa yang disebut dengan hirarki tujuan : Tujuan proyek berkontribusi pada tujuan pengembangan, sebagaimana intervensi lain di luar yang dilakukan oleh proyek. Dengan meraih hasil yang diharapkan proyek akan berkontribusi pada pencapaian tujuan proyek. Pada gilirannya hasil-hasil ini dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan yang membutuhkan input tertentu. 16

17 Tiga sel (kotak) di atas dari kolom kedua berisikan indikator-indikator dari tujuan terkait dan hasil yang diharapkan. Sebuah indikator adalah tindakan tertentu yang dirumuskan dalam hal jumlah tertentu untuk maksud evaluasi. Oleh sebab itu, perlu bahwasannya indikatorindikator ini dapat diverifikasi secara obyektif. Dengan cara ini sebuah indikasi dapat diberikan, apakah output (keluaran) proyek memenuhi standar yang ditetapkan oleh indikator-indikator di lingkat tujuan pengembangan, tujuan proyek dan hasil yang diharapkan. Karena kegiatan didefinisikan sebagai tindakan kongkrit, tidak ada indikator yang dirumuskan di tingkatan (level) ini. Indikator membuat logika intervensi proyek menjadi dapat dioperasikan dan terukur. Penggunaan indikator memungkinkan: Verifikasi dari kelayakan dan kesinambungan tujuan proyek dan hasil yang diharapkan Perencanaan sumberdaya (fisik, manusia dan finansial) yang berorientasi hasil Monitoring tujuan, hasil dan kegiatan proyek Banyak proyek misalnya, bertujuan untuk partisipasi yang sama antara laki-laki dan perempuan. Pengelolaan proyek perlu mengindikasikan bagaimana akan mengukur partisipasi laki-laki dan perempuan dalam setiap kegiatan proyek. Untuk memungkinkan dan memfasilitasi monitoring dan evaluasi, kolom ketiga mengidentifikasi sumber verifikasi. Sumber verifikasi menyatakan bagaimana atau dimana informasi dapat ditemukan untuk memverifikasi realisasi tujuan pengembangan, tujuan proyek dan hasil yang diharapkan, yang telah berhasil dioperasikan melalui indikatorindikator tersebut. Kolom ke empat dan terakhir merujuk pada asumsi yang dimiliki oleh para perencana proyek tentang faktor-faktor eksternal. Faktor-faktor eksternal ini penting untuk diketahui karena merujuk pada kondisi, kejadian dan/atau keputusan di luar wilayah proyek, yang membutuhkan solusi atau harus dipenuhi demi memastikan bahwa faktor-faktor proyek di level (tingkatan) tertentu akan menuntun pada realisasi dari pencapaian yang dimaksudkan di level (tingkatan) yang lebih tinggi (misalnya, hasil yang diharapkan menuntun pada tujuan proyek ). Karena berada di luar kendali proyek, faktor-faktor eksternal adalah variabel-variabel dimana proyek tidak memiliki atau, paling banyak, memiliki pengaruh yang sangat terbatas. Perhatian khusus harus diberikan pada penggabungan langkah-langkah tambahan, asumsi dan prakondisi penyebab mematikan yang mungkin. Langkah tambahan: untuk melakukan tindakan mengatasi asumsi-asumsi, langkah tambahan harus digabungkan ke dalam desain proyek yang meminimalisasi risiko-risiko yang menyertainya, Asumsi penyebab yang mematikan: ini adalah faktor-faktor eksternal yang akan membuat mustahil keberhasilan dan kesuksesan implementasi. Jika asumsi penyebab yang mematikan ini teridentifikasi, bagian yang terkena dari desain proyek harus dikaji ulang. Prakondisi: Ini adalah faktor-faktor eksternal yang harus dipenuhi sebelum memulai proyek. Ada aturan-aturan gramatika yang membantu dalam perumusan logika intervensi. Di dalam buku pegangan ini tujuan dirumuskan dalam hal sebuah proses: yakni untuk menyatakan situasi masa depan yang diinginkan sebagai sebuah proses untuk diraih. 17

18 Dengan cara ini dapat diketahui bahwa proyek tersebut adalah bagian dari proses yang lebih besar yang berkontribusi terhadap situasi yang diinginkan. Hasil dirumuskan dalam hal suatu keadaan yang ingin diraih, dimana kegiatan dirumuskan sebagai aksi/ tindakan. Lebih lanjut penggunaannya yang disebut sebagai kriteria SMART direkomendasikan untuk menghindari istilah perumusan yang masih samar. SMART kependekan dari Spesifik: merujuk pada satu area kompetensi terbatas yang jelas Memungkinkan utk diukur: memungkinkan pengukuran progres Akseptabel (dapat diterima): dapat diterima di lingkungan yang terlibat Realistis: menunjukkan bahwa apa yang diraih adalah harus dengan cara yang realistis dengan mempertimbangkan asumsi dan prakondisi Terikat waktu: merujuk pada batasan waktu pemenuhan Tabel 2: Perumusan misalnya: tujuan, hasil dan kegiatan Tujuan Pengembangan Tujuan Proyek Berkontribusi untuk peningkatan posisi tawar dari serikat-serikat pekerja transportasi di 6 wilayah negara kita Membangun organisasi internal yang kuat dari serikat-serikat pekerja transportasi di 6 wilayah negara kita Hasil yang diharapkan 1. Formasi kepemimpinan. Serikat pekerja transportasi yang didukung dipimpin oleh kepemimpinan yang kuat, kapabel dan dapat diperbarui 2. Kapasitas organisasi. Serikat pekerja transportasi yang dibantu mampu mengorganisir kekuatan yang perlu di kalangan sektor transportasi Kegiatan-Kegiatan Ad Result 1. Formasi kepemimpinan 1.1 Pelatihan pemimpin serikat pekerja saat ini dalam skill (ketrampilan) kepemimpinan yang efektif 1.2 Formasi staf dan calon pemimpin dalam skill kepemimpinan Ad Result 2.Kapasitas organisasi 2.1 Perbaikan struktur organisasi 2.2 Pelatihan bagi staf serikat pekerja terkait skill dan pengetahuan kepemimpinan 18

19 3.3 Pengorganisasian partisipatif dari proses perencanaan Untuk implementasi proyek yang berhasil adalah perlu membuat semua pihak terkait memiliki pemahaman yang sama tentang masalah-masalah dan mana dari masalah-masalah tersebut yang akan ditangani oleh proyek.untuk alasan ini, perlu perhatian khusus pada karakter partisipatif dari proses perencanaan. Ini mungkin dapat dicapai dengan membuat kelompok kerja, dimana para pihak terkait terwakili, berpartisipasi dalam proses perencanaan proyek dalam satu atau lebih workship yang secara khusus diselenggarakan untuk maksud tersebut. Partisipasi melibatkan dialog di antara para pihak terkait Tentu saja ada banyak cara untuk mengelenggaran proses perencanaan proyek. Meskipun demikian, untuk LFA agar menjadi efektif, semua pihak terkait memiliki sebuah peran dalam menganalisa isu-isu yang akan ditangani. Dengan cara ini, sudut pandang dari stakeholder yang berbeda (mis. Serikat pekerja, anggota laki-laki dan perempuan, orang-orang di komunitas) diajak secara bersama dalam pendesainan proyek. Juga, terbukti efektif untuk melibatkan berbagai tingkatan dari proses perencanaan. Dalam melakukan hal tersebut, adalah sangat penting untuk memberikan perhatian khusus dalam penciptaan atmosfir yang tepat, yang memungkingkan stakeholder-stakeholder secara bebas mendiskusikan permasalahan yang ada dengan dasar kesetaraan. Menciptakan pemahaman dan kepercayaan di antara para peserta akan terbukti merupakan kondisi yang perlu untuk membuat workshop-workshop ini menjadi berhasil. 19

20 Lampiran Terminologi Akses Akses berarti bahwa seseorang dapat memanfaatkan/ menggunakan sumberdaya tertentu. Meskipun demikian akses terhadap sumberdaya tidak secara otomatis berarti sama dengan memiliki kendali atas hal tersebut. Asumsi-asumsi Kejadian-kejadian, kondisi-kondisi atau keputusan-keputusan penting, yang keberadaannya perlu untuk kesinambungan tujuan dalam jangka panjang. Manfaat Manfaat adalah apa yang dapatkan dengan menggunakan sumberdaya mereka, seperti makanan, energy, penghasilan, dan status. Mitra kerjasama Organisasi berbeda yang terlibat dalam eksekusi proyek, kita bedakan disini Organisasi lapangan: organisasi yang dimana proyek dilaksanakan di sebuah negara berkembang atau negara dalam transisi Organisasi internasional: organisasi yang bertanggung jawab atas monitoring dan administrasi akhir dari proyek multilateral Organisasi pemohon: organisasi yang bertanggung jawab atas implementasi dan pelaksanaan dari sebuah proyek. Untuk proyek bilateral, ini seperti organisasi serikat pekerja Nordic-Belanda. Alternatifnya organisasi lapangan dan organisasi pemohon mungkin saja satu dan organisasi yang sama. Untuk proyek multilateral, organisasi internasional adalah organisasi pemohon. Organisasi pendana: di Negara-negara Nordic-Belanda, ini bisa seperti LO/FTF, SASK, FNV, LO-Norway atau LO/TCO. Mereka bertanggung jawab kepada federasi, serikat pekerja dan pemerintah di negara bersangkutan. Klaster Pengelompokan tujuan yang bersifat sama (dalam cara orientasi akhir) di dalam pohon tujuan Kendali Kendali adalah power (kekuasaan) pembuatan keputusan untuk menentukan siapa yang memiliki akses, siapa yang akan mendapatkan manfaat-manfaat, dan manfaat-manfaat apa saja. Contohnya, Negara, departemen-departemen pemerintah, dan kelompok etnis atau tokoh masyarakat dapat memiliki kendali atas sumber daya. Kendali atas sumber daya biasanya berbasis gender Tujuan pengembangan Tujuan yang lebih tinggi tingkatnya yang dimana proyek diharapkan berkontribusi. Efektifitas Kami mendefinisikan upaya-upaya pembangunan sebagai efektif jika upaya-upaya itu meraih tujuan-tujuannya 20

21 Hasil yang diharapkan Output dimana dapat diraih oleh proyek dalam kerangka waktu durasi proyek. Dengan mencapai hasil ini proyek akan berkontribusi terhadap pencapaian tujuan proyek Gender Gender adalah istilah yang secara sosial menggambarkan definisi perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Ini merujuk pada prilaku yang dipelajari didasarkan atas budaya dengan variasi luas dan di antara masyarat yang sifatnya berubah sejalan dengan waktu, menurut lokasi dan lintas budaya. Kesetaraan Gender Kesetaraan gender adalah situasi yang diinginkan dalam semua anggota dari kelompok target, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki akses terhadap manfaat-manfaat dan peluangpeluang untuk berpartisipasi Pembagian tenaga kerja berbasis gender Ini merujuk pada definisi perbedaan secara sosial dalam pembagian tenaga kerja antara lakilaki dan perempuan yang didasarkan atas gender Indikator pencapaian Tindakan (langsung atapun tidak langsung) untuk memverifikasi pencapaian tujuan pengembangan, tujuan proyek atau output (keluaran) Input Alat dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan proyek yang direncanakan. Ini bisa berupa sumber daya manusia, kapasitas administrasi, alat infrastruktur, alat keuangan, dst. Asumsi yang mematikan Faktor-faktor eksternal yang akan membuat implementasi yang sukses atas implementasi proyek menjadi mustahil. Pendekatan Kerangka Kerja Logis (LFA) Sebuah instrument perencanaan yang memfasilitasi identifikasi masalah dan solusi serta memungkinkan untuk perencanaan proyek dalam cara yang sistimatis dan logis, dengan mengelompokkan mereka dalam sebuah kerangka kerja. Prakondisi Faktor-faktor eksternal yang harus dipenuhi sebelum memulai proyek Tujuan proyek Akibat, yang dicapai sebagai hasil dari proyek. Matriks Perencanaan Proyek Sebuah matriks adalah format standar dimana informasi specific dimasukkan sehingga mendapatkan analisa situasi, dalam kasus ini sebuah situasi pengembangan, untuk dapat sampai pada ringkasan desain proyek, yang mengidentifikasi elemen-elemen kunci, faktorfaktor eksternal dan konsekwensi yang diperkirakan dari menjalankan proyek secara berhasil. Sumber daya Sumber daya adalah apa yang orang gunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan mereka, seperti tanah, modal, teknologi, input-input, tenaga kerja, pelayanan, dan pengetahuan 21

22 Seks/Jenis kelamin Jenis kelamin adalah atribut biologis yang ditentukan sebelum lahir dan pada dasarnya tidak dapat berubah SMART SMART sebuah singkatan yang merujuk pada aturan untuk merumuskan tujuan, hasil dan indicator. Kependekan dari: - Spesifik : merujuk pada satu area kompetensi terbatas yang jelas - Memungkinkan utk diukur : memungkinkan pengukuran progres - Akseptabel (dapat diterima): dapat diterima di lingkungan yang terlibat - Realistis : menunjukkan bahwa apa yang diraih adalah harus dengan cara yang realistis dengan mempertimbangkan asumsi dan prakondisi - Terikat waktu : merujuk pada batasan waktu pemenuhan Kesinambungan Kami mendefinisikan kesinambungan sebagai upaya-upaya pengembangan yang berkelanjutan dalam memberikan manfaat kepada orang-orang setempat setelah agen pengembangan telah menyelesaikan dukungannya dan meninggalkan wilayah tersebut 22

23 Lampiran Daftar rujukan dokumentasi FAO, Gender analysis and forestry: training package Forests, Trees and People Programme. Rome: Food and Agricultural Organisation of the United Nations Anonymus (2001). How to make log-frame programming more sensitive to participatory concerns. In: Enhancing Ownership and Sustainability: A Resource Book on Participation (2001). A joint publication of IFAD, ANGOC, IIRR, CIRDAP, MYRADA and SEARSOLIN Balarezo, S. (1995). Guía metodológica para incorporar la dimension de género en el ciclo de proyectos forestales participativos.quito: FAO / FTPP / DFPA Dale, R. (1998). Evaluation frameworks for development programmes and projects New Delhi: Sage Publications India DGIS, "La tasaciön de los efectos en el medio ambiente en la cooperación al desarrollo". Ministerio de Asuntios Exteriores de los Países Bajos. Gittinger, J. Price (1982). Economic analysis of agricultural projects Worldbank EDI Series in Economic Development. Baltimore: The Johns Hopkins University Press GTZ, (1997). ZOPP Objectives-oriented Project Planning: a planning guide for new and ongoing projects and programmes.paper written on behalf of GTZ s Strategic Corporate Development Unit (04) Eschborn: Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH ILO, (1996). Design, monitoring and evaluation of technical cooperation programmes and projects: A training manual. Geneva, International Labour Office. Kamstra, Jan. (1994). Protected areas: towards a participatory approach Amsterdam: Novib/ Netherlands Committee for the IUCN Macdonald,M. & Sprenger, E. & Dubel, I. (1997). Gender and organizational change: bridging the gap between policy and practice Amsterdam: KIT Press, Royal Tropical Institute MDF (2003). LFA Training: course on Logical Framework Training Training manual. Thailand, Bangkok: Management for Development Foundation South Asia August NORAD, The logical framework approach (LFA): handbook for objectives-oriented planning Direktoratet for Utviklingssamarbeid, Norwegian Agency for Development Cooperation. Senter, (1999). 23

24 Logical framework in project cycle management for PSO, PSOM and PSI KOM-InformatieSenter, Ministry of Economic Affairs. The Hague: Senter Internationaal Sinclair, J.M. et all (1991). Collins English dictionary 3rd edition. U.K: Harper Collins Publ. Tikare, S. et al. (2001). Organising participatory processes in the PRSP. Internetdocument: Turner, J.R. & Müller, R. (2003). On the nature of a project as a temporary organization In: International Journal of project management 21 (2003) Wijnen, G., Renes, W. & Storm, P. (1996) Projectmatig werken. Utrecht: Het Spectrum B.V. Worldbank, Participation in Development Assistance In: Précis, number 209, Fall Worldbank, Operations Evaluations Department OED. 24

BUKU PEGANGAN PERENCANAAN PROYEK PARTISIPATIF Bagian 2

BUKU PEGANGAN PERENCANAAN PROYEK PARTISIPATIF Bagian 2 BUKU PEGANGAN PERENCANAAN PROYEK PARTISIPATIF Bagian 2 Instruksi praktis untuk organisasi serikat pekerja/ serikat buruh terkait identifikasi dan perumusan proyek Panduan Nordic-Dutch Trade Union Centres

Lebih terperinci

BUKU PEGANGAN PERENCANAAN PROYEK PARTISIPATIF Bagian 2

BUKU PEGANGAN PERENCANAAN PROYEK PARTISIPATIF Bagian 2 BUKU PEGANGAN PERENCANAAN PROYEK PARTISIPATIF Bagian 2 Instruksi praktis untuk organisasi serikat pekerja/ serikat buruh terkait identifikasi dan perumusan proyek Panduan Nordic-Dutch Trade Union Centres

Lebih terperinci

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung Siklus Proyek Policy & Strategy Pre-project discussion & activities Project Identification Pre-feasibility

Lebih terperinci

METODE ZOPP (ZIEL/Tujuan, ORIENTIERTE/Berorientasi, PROJEKT/Proyek, PLANUNG/Perencanaan)

METODE ZOPP (ZIEL/Tujuan, ORIENTIERTE/Berorientasi, PROJEKT/Proyek, PLANUNG/Perencanaan) METODE ZOPP (ZIEL/Tujuan, ORIENTIERTE/Berorientasi, PROJEKT/Proyek, PLANUNG/Perencanaan) METODE PERENCANAAN PROYEK YANG BERORIENTASI PADA TUJUAN GTZ GmbH Jerman METODE PERENCANAAN PROYEK YANG BERORIENTASI

Lebih terperinci

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial 2 Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan

Lebih terperinci

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2011 MODUL IX SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang mengkhususkan diri pada pengembangan manajemen proyek. PMBOK merupakan

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 2 R-165 Rekomendasi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

1. Mengelola penyampaian bantuan

1. Mengelola penyampaian bantuan KODE UNIT : O.842340.004.01 JUDUL UNIT : Pengaturan Bidang Kerja dalam Sektor Penanggulangan Bencana DESKRIPSIUNIT : Unit kompetensi ini mendeskripsikan keterampilan, pengetahuan, dan sikap kerja yang

Lebih terperinci

Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012

Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012 Latar belakang dan konteks Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012 AIPP bekerja untuk mempromosikan hak-hak masyarakat adat. Hak-hak masyarakat adat adalah bagian dari kerangka kerja hak-hak asasi

Lebih terperinci

Memanfaatkan Data Terbuka untuk Peningkatan Keterbukaan Fiskal

Memanfaatkan Data Terbuka untuk Peningkatan Keterbukaan Fiskal Memanfaatkan Data Terbuka untuk Peningkatan Keterbukaan Fiskal Lima Langkah untuk Membantu Organisasi Masyarakat Sipil Berhasil Menerapkan Data Terbuka dengan Baik Panduan Pelaksanaan JAKARTA Panduan Pelaksanaan:

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

MENGHARGAI SESAMA DAN MASYARAKAT PENDEKATAN ANZ TERHADAP HAK ASASI MANUSIA

MENGHARGAI SESAMA DAN MASYARAKAT PENDEKATAN ANZ TERHADAP HAK ASASI MANUSIA DAN MASYARAKAT 24 08 2010 PENDEKATAN ANZ TERHADAP HAK ASASI MANUSIA DAFTAR ISI PENDAHULUAN 3 BAGAIMANA KAMI MENERAPKAN STANDAR KAMI 4 STANDAR HAK ASASI MANUSIA KAMI 4 SISTEM MANAJEMEN KAMI 6 3 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Kerangka Logis untuk Merancang Proyek & Menulis Proposal

Kerangka Logis untuk Merancang Proyek & Menulis Proposal Kerangka Logis untuk Merancang Proyek & Menulis Proposal Apakah Kerangka Logis (logical framework) itu? Alat perencanaan proyek berupa matriks yang sederhana untuk menggambarkan kerangka pemikiran rancangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

Brief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan

Brief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Brief Note Edisi 19, 2016 Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Pengantar Riza Primahendra Dalam perspektif pembangunan, semua

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

Deklarasi Dhaka tentang

Deklarasi Dhaka tentang Pembukaan Konferensi Dhaka tentang Disabilitas & Manajemen Risiko Bencana 12-14 Desember 2015, Dhaka, Bangladesh Deklarasi Dhaka tentang Disabilitas dan Manajemen Risiko Bencana, 14 Desember 2015 diadopsi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA. (Versi Ringkas)

LAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA. (Versi Ringkas) LAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas) Pihak Pertama Nama: Perwakilan yang Berwenang: Rincian Kontak: Pihak Kedua

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 2 R-188 Rekomendasi Agen Penempatan kerja Swasta, 1997 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas

Lebih terperinci

MEMBUKA DATA DARI BAWAH TUJUH LANGKAH UNTUK MEMBUKA DATA PEMERINTAH DENGAN SUKSES PANDUAN PELAKSANAAN JAKARTA

MEMBUKA DATA DARI BAWAH TUJUH LANGKAH UNTUK MEMBUKA DATA PEMERINTAH DENGAN SUKSES PANDUAN PELAKSANAAN JAKARTA MEMBUKA DATA DARI BAWAH TUJUH LANGKAH UNTUK MEMBUKA DATA PEMERINTAH DENGAN SUKSES PANDUAN PELAKSANAAN JAKARTA PANDUAN PELAKSANAAN: MEMBUKA DATA DARI BAWAH Tujuh Langkah untuk Membuka Data Pemerintah dengan

Lebih terperinci

Membuka Data. Tujuh Langkah untuk Membuka Data Pemerintah dengan Sukses. 25 Agustus 2015 JAKARTA

Membuka Data. Tujuh Langkah untuk Membuka Data Pemerintah dengan Sukses. 25 Agustus 2015 JAKARTA Membuka Data dari Bawah Tujuh Langkah untuk Membuka Data Pemerintah dengan Sukses Panduan Pelaksanaan 25 Agustus 2015 JAKARTA Panduan Pelaksanaan: Membuka Data dari Bawah Tujuh Langkah untuk Membuka Data

Lebih terperinci

kebulatan atau totalitas yang berfungsi secara utuh disebabkan adanya saling

kebulatan atau totalitas yang berfungsi secara utuh disebabkan adanya saling BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Manajemen Konstruksi Untuk memulai pembahasan kita perlu mengetahui lebih dulu apa yang dimaksud dengan sistem manajemen konstruksi, yaitu : 3.1.1 Sistem Menurut Buckley

Lebih terperinci

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam 10 BAB. II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengarusutamaan Gender (PUG) 1. Kebijakan Pengarusutamaan Gender Terkait dengan Pengarusutamaan Gender (PUG), terdapat beberapa isitilah yang dapat kita temukan, antara lain

Lebih terperinci

1. Melakukan pendekatan terhadap peluang pendanaan dari donatur potensial. 2. Menyerahkan proposal pendanaan. 3. Memenuhi persyaratan kontrak

1. Melakukan pendekatan terhadap peluang pendanaan dari donatur potensial. 2. Menyerahkan proposal pendanaan. 3. Memenuhi persyaratan kontrak KODE UNIT : O.842340.006.01 JUDUL UNIT : MemastikanPendanaan PenanggulanganBencana DESKRIPSIUNIT : Unit kompetensi ini menjelaskan keterampilan pengetahuan, dan sikap yang dipersyaratkan untukmengidentifikasi

Lebih terperinci

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN G E N D E R B R I E F S E R I E S NO. 1 GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN The Australia-Indonesia Partnership for Reconstruction and Development Local Governance and Community Infrastructure for Communities

Lebih terperinci

Perubahan ini telah memberikan alat kepada publik untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan ekonomi. Kemampuan untuk mengambil keuntungan dari

Perubahan ini telah memberikan alat kepada publik untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan ekonomi. Kemampuan untuk mengambil keuntungan dari PENGANTAR Sebagai salah satu institusi pembangunan publik yang terbesar di dunia, Kelompok (KBD/World Bank Group/WBG) memiliki dampak besar terhadap kehidupan dan penghidupan jutaan orang di negara-negara

Lebih terperinci

Management By Objectives (MBO) = Manajemen Berdasarkan Sasaran

Management By Objectives (MBO) = Manajemen Berdasarkan Sasaran Management By Objectives (MBO) = Manajemen Berdasarkan Sasaran KONSEP MBO : Adalah sebuah kesepakatan formal antara pimpinan dan bawahan dalam hal : 1. Tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bagian / bawahan

Lebih terperinci

R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA

R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA 1 R-198 Rekomendasi Mengenai Hubungan Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

Manajemen Program Kesehatan

Manajemen Program Kesehatan Manajemen Program Kesehatan Pengertian Program kesehatan adalah kumpulan dari proyek-proyek di bidang kesehatan baik yang berjangka pendek maupun jangka panjang. Tidak sedikit pihak yang merancukan antara

Lebih terperinci

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI Bank Dunia memulai proses selama dua tahun untuk meninjau dan memperbaharui (update) kebijakan-kebijakan pengamanan (safeguard)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin

Lebih terperinci

Panduan Permohonan Hibah

Panduan Permohonan Hibah Panduan Permohonan Hibah 1. 2. 3. Sebelum memulai proses permohonan hibah, mohon meninjau inisiatif-inisiatif yang didukung Ford Foundation secara cermat. Selain memberikan suatu ikhtisar tentang prioritas

Lebih terperinci

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958 R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958 2 R-111 Rekomendasi Diskriminasi (Pekerjaan dan Jabatan), 1958 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

Discrimination and Equality of Employment

Discrimination and Equality of Employment Discrimination and Equality of Employment Pertemuan ke-3 Disusun oleh: Eko Tjiptojuwono Sumber: 1. Mathis, R.L. and J.H. Jackson, 2010. Human Resources Management 2. Stewart, G.L. and K.G. Brown, 2011.

Lebih terperinci

Brief Note. Edisi 22, Social Marketing Sebagai Strategi Pemberdayaan

Brief Note. Edisi 22, Social Marketing Sebagai Strategi Pemberdayaan Brief Note Edisi 22, 2016 Social Marketing Sebagai Strategi Pemberdayaan Social Marketing Sebagai Strategi Pemberdayaan Riza Primahendra Pengantar Salah satu indikator utama dalam melaksanakan CSR atapun

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI

KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI 1 2012-2013 Kerugian terhadap lapangan kerja akibat krisis finansial dan ekonomi telah menyebabkan kesulitan hidup bagi pekerja perempuan dan laki-laki, keluarga dan komunitas,

Lebih terperinci

Chapter 4 SOFTWARE QUALITY ASSURANCE - REVIEW

Chapter 4 SOFTWARE QUALITY ASSURANCE - REVIEW Chapter 4 SOFTWARE QUALITY ASSURANCE - REVIEW Komponen Software quality assurance 1. Pre Project Component 2. Software Project life cycle Component 3. Infrastructure component for error prevention and

Lebih terperinci

Panduan untuk Fasilitator

Panduan untuk Fasilitator United Nations Development Programme (UNDP) The Office of UN Special Ambassador for Asia Pacific Partnership for Governance Reform Panduan untuk Fasilitator Kartu Penilaian Bersama untuk Tujuan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 FASE DEFINISI Memahami Masalah User

BAB 2 FASE DEFINISI Memahami Masalah User BAB 2 FASE DEFINISI Memahami Masalah User 2.1. PENDAHULUAN Tujuan dari fase definisi adalah untuk memahami dengan baik masalah-masalah yang dihadapi oleh user dalam memperkirakan biaya dan waktu penyelesaian

Lebih terperinci

: 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Untuk menanamkan pemahaman praja mengenai. Konsep Rencana Strategis Daerah.

: 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Untuk menanamkan pemahaman praja mengenai. Konsep Rencana Strategis Daerah. A. MENGENALI KONSEP RENCANA 2 STRATEGIS DAERAH Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : MENGENALI KONSEP RENCANA STRATEGIS DAERAH : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. :

Lebih terperinci

ACIAR - SADI. Panduan Referensi untuk Monitoring Outcome

ACIAR - SADI. Panduan Referensi untuk Monitoring Outcome ACIAR - SADI Panduan Referensi untuk Monitoring Outcome Julien de Meyer, Ron Staples Januari 2010 2 Outcome Based Monitoring and Evaluation (OBMNE) Pendahuluan 3 Monitoring Outcome 4 Pendekatan 5 Tahapan

Lebih terperinci

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 S T U D I K A S U S Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 F R A N C I S I A S S E S E D A TIDAK ADA RINTANGAN HUKUM FORMAL YANG MENGHALANGI PEREMPUAN untuk ambil bagian dalam

Lebih terperinci

2. Pelaksanaan Unit Kompetensi ini berpedoman pada Kode Etik Humas/Public Relations Indonesia yang berlaku.

2. Pelaksanaan Unit Kompetensi ini berpedoman pada Kode Etik Humas/Public Relations Indonesia yang berlaku. KODE UNIT : KOM.PR03.001.01 JUDUL UNIT : Melaksanakan Master of Ceremony DESKRIPSI UNIT : Unit ini berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki untuk menjadi seorang Master

Lebih terperinci

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas)

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas) LAMPIRAN 6 PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas) Pihak Pertama Nama: Perwakilan yang Berwenang: Rincian Kontak: Pihak Kedua Nama:

Lebih terperinci

PANDUAN KERJA 1 IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI BAGI KEPALA SEKOLAH

PANDUAN KERJA 1 IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI BAGI KEPALA SEKOLAH PANDUAN KERJA 1 IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI BAGI KEPALA SEKOLAH 1. Pendahuluan Induksi merupakan tahap penting dalam Pengembangan Profesional Berkelanjutan (PPB) bagi seorang guru. Program Induksi Guru

Lebih terperinci

Asesmen Gender Indonesia

Asesmen Gender Indonesia Asesmen Gender Indonesia (Indonesia Country Gender Assessment) Southeast Asia Regional Department Regional and Sustainable Development Department Asian Development Bank Manila, Philippines July 2006 2

Lebih terperinci

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk: PERENCANAAN SOSIAL BERBASIS KOMUNITAS YANG INDEPENDEN PADA SEKTOR RELAWAN Pada tahun 1992, Dewan Perencanaan Sosial Halton bekerjasama dengan organisasi perencanaan sosial yang lain menciptakan Jaringan

Lebih terperinci

Evaluasi dari proyek IIED Ringkasan Eksekutif

Evaluasi dari proyek IIED Ringkasan Eksekutif Evaluasi dari proyek IIED Ringkasan Eksekutif 1. Proyek IIED mengenai Studi kebijakan dalam pengembangan mekanisme pembayaran jasa perlindungan DAS dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di sini dimaksudkan

Lebih terperinci

ISO/DIS 9001:2015 Pengenalan Revisi dan Transisi

ISO/DIS 9001:2015 Pengenalan Revisi dan Transisi Selamat Datang di Pelatihan IAPMO R&T Registration Services ISO/DIS 9001:2015 Pengenalan Revisi dan Transisi QMS-100, Rev 1, dated 2/20/2015 1 Agenda Pengenalan Annex SL Perubahan ISO 9001 Ringkasan QMS-100,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Proyek yang berfokus pada pemulihan masyarakat adalah yang paling awal dijalankan MDF dan pekerjaan di sektor ini kini sudah hampir

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 Rencana Pembangunan TANGGAL Jangka : 11 Menengah JUNI 2013 Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan memainkan

Lebih terperinci

R197 REKOMENDASI MENGENAI KERANGKA PROMOTIONAL UNTUK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

R197 REKOMENDASI MENGENAI KERANGKA PROMOTIONAL UNTUK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA R197 REKOMENDASI MENGENAI KERANGKA PROMOTIONAL UNTUK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 1 R-197 Rekomendasi Mengenai Kerangka Promotional Untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan

Lebih terperinci

R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951

R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951 R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951 2 R-90 Rekomendasi Pengupahan Setara, 1951 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang

Lebih terperinci

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014 Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014 A) Latar Belakang Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II. BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis

Lebih terperinci

The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved.

The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. 17-1 17-2 Bab 17 Mengelola Perubahan dan Inovasi Pengantar 17-3 Manajer yang efektif harus memandang pengelolaan perubahan sebagai tanggung jawab yang utuh Organisasi yang gagal merencanakan, mengantisipasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Raya Jalan raya adalah jalur - jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran - ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat digunakan

Lebih terperinci

Strategi Organisasi, Struktur Proyek, Budaya Proyek

Strategi Organisasi, Struktur Proyek, Budaya Proyek Modul ke: Strategi Organisasi, Struktur Proyek, Budaya Proyek Fakultas 02Deva Prudensia Setiawan, S.T., M.M. Ekonomi & Bisnis Program Studi Manajemen Manajemen Proyek Isi Manajemen Proyek Organisasional

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

Resolusi Serikat Pekerja/Serikat Buruh di Indonesia terhadap Tinjauan Kebijakan Perlindungan Kelompok Bank Dunia (WBG)

Resolusi Serikat Pekerja/Serikat Buruh di Indonesia terhadap Tinjauan Kebijakan Perlindungan Kelompok Bank Dunia (WBG) Resolusi Serikat Pekerja/Serikat Buruh di Indonesia terhadap Tinjauan Kebijakan Perlindungan Kelompok Bank Dunia (WBG) Seiring dengan pelaksanaan tinjauan atas kebijakan perlindungan lingkungan dan sosial

Lebih terperinci

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu Quality Mangement System ISO 9000 series.. Published by International Organization for Stantardization (ISO) a world wide federation of national

Lebih terperinci

PENILAIAN MANDIRI TENTANG KOMPETENSI FISPH

PENILAIAN MANDIRI TENTANG KOMPETENSI FISPH Form. 04 FISPH /FISCM PENILAIAN MANDIRI TENTANG KOMPETENSI FISPH Pengantar Tujuan dari penilaian mandiri ini adalah untuk membantu Anda menemukan tingkat kompetensi Anda terhadap dimensi kunci pengajaran

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS PROYEK

MANAJEMEN KUALITAS PROYEK MANAJEMEN KUALITAS PROYEK 1. Manajemen Mutu Proyek Proyek Manajemen Mutu mencakup proses yang diperlukan untuk memastikan bahwa proyek akan memenuhi kebutuhan yang dilakukan. Ini mencakup "semua aktivitas

Lebih terperinci

Pengembangan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia

Pengembangan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Sidang ke-92 2004 Laporan IV (1) Konperensi Perburuhan Internasional Pengembangan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia pokok ke 4 dalam agenda Kantor Perburuhan Internasional Hak Cipta Kantor Perburuhan Internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solution

Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solution TUGAS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Dosen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, M.Sc Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solution Oleh : Shelly Atriani Iskandar P056121981.50 KELAS R50 PROGRAM PASCA SARJANA

Lebih terperinci

COMMUNITY OF PRACTICE AND KNOWLEDGE ON THE GO

COMMUNITY OF PRACTICE AND KNOWLEDGE ON THE GO COMMUNITY OF PRACTICE AND KNOWLEDGE ON THE GO MEKANISME PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN COMMUNITY OF PRACTICE (OFFLINE DAN ONLINE) 1 PENDAHULUAN 1.1 DEFINISI COP PLN mendefinisikan CoP sebagai berikut: Sekumpulan

Lebih terperinci

Pengumuman Pelatihan Untuk Semua Pelamar

Pengumuman Pelatihan Untuk Semua Pelamar On behalf of Pengumuman Pelatihan Untuk Semua Pelamar giz Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH Divisi Kesehatan Pelatihan Kepemimpinan Internasional di Bidang Manajemen Rumah

Lebih terperinci

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2000 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 :2008 4. 4.1 4.1 4.1 Sistem Manajemen Mutu Persyaratan Umum Apakah organisasi menetapkan dan mendokumentasikan sistem manajemen mutu

Lebih terperinci

Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011

Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011 Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011 Pak Muliadi S.E yang terhormat, Terima kasih atas surat Anda tertanggal 24 Februari 2011 mengenai Kalimantan Forests and Climate

Lebih terperinci

MENGHORMATI SESAMA DAN MASYARAKAT: PENDEKATAN ANZ TERHADAP HAK ASASI MANUSIA. 1 Oktober 2016.

MENGHORMATI SESAMA DAN MASYARAKAT: PENDEKATAN ANZ TERHADAP HAK ASASI MANUSIA. 1 Oktober 2016. MENGHORMATI SESAMA DAN MASYARAKAT: PENDEKATAN ANZ TERHADAP HAK ASASI MANUSIA 1 Oktober 2016.. DAFTAR ISI Pendahuluan 4 Cara kami menerapkan standar kami 5 Standar-standar kami 5 Karyawan 5 Nasabah 6 Komunitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. TEORI DASAR 2.1.1. Peranan COBIT dalam tata kelola TI COBIT adalah seperangkat pedoman umum (best practice) untuk manajemen teknologi informasi yang dibuat oleh sebuah lembaga

Lebih terperinci

Presented by: M Anang Firmansyah IMF. system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian

Presented by: M Anang Firmansyah IMF. system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian Presented by: M Anang Firmansyah IMF Dana Moneter Internasional adalah Salah satu badan khusus dalam system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian internasional pada tahun 1945

Lebih terperinci

1. Membangun kemitraan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan

1. Membangun kemitraan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan KODE UNIT : O.842340.003.01 JUDUL UNIT : Menjalin Hubungan yang Positif dengan Pemangku Kepentingan DESKRIPSI UNIT : Unit ini menjelaskan keterampilan, pengetahuan, dan Sikap kerja yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU DAN BENCHMARKING PERGURUAN TINGGI

PENINGKATAN MUTU DAN BENCHMARKING PERGURUAN TINGGI PENINGKATAN MUTU DAN BENCHMARKING PERGURUAN TINGGI R. WASISTO RUSWIDIONO STIE TRISAKTI wasisto@stietrisakti.ac.id PENINGKATAN MUTU P roses penjaminan mutu bukan hanya aktivitas untuk memastikan bahwa yang

Lebih terperinci

R a a t f. Sistem Informasi Pedesaan

R a a t f. Sistem Informasi Pedesaan R a a t f Sistem Informasi Pedesaan 1 Ringkasan Eksekutif Mengintegrasikan Gender pada Sistem Informasi Pedesaan di Indonesia Bank Dunia, Unit Sektor Pengembangan Pedesaan dan Sumberdaya Alam, Wilayah

Lebih terperinci

Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan oleh LSM nasional dan LSM lokal yang meliputi

Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan oleh LSM nasional dan LSM lokal yang meliputi Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, yaitu: mobilisasi kelompok tani dan perencanaan desa, pengembangan kelembagaan, dan investasi fasilitas umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan

Lebih terperinci

Masalah untuk Konsultasi Tahap 3 Pendahuluan CODE

Masalah untuk Konsultasi Tahap 3 Pendahuluan CODE Masalah untuk Konsultasi Tahap 3 Pendahuluan CODE Pada tanggal 1 Juli 2015, the Komite Keefektifan Pembangunan (Committee on Development Effectiveness/CODE) membahas draf kedua dari Tinjauan dan Pembaruan

Lebih terperinci

METODOLOGI MANAJEMEN PROYEK

METODOLOGI MANAJEMEN PROYEK Pertemuan ke-3 METODOLOGI MANAJEMEN PROYEK Project Planning (Fase Definisi) Tujuan Fase Definisi Tujuan fase definisi adalah memahami dengan baik masalah-masalah yang dihadapi oleh user dalam memperkirakan

Lebih terperinci

8 PRINSIP MANAJEMEN MUTU

8 PRINSIP MANAJEMEN MUTU 8 PRINSIP MANAJEMEN MUTU 1. ORGANISASI YANG BERFOKUS PADA PELANGGAN Mengerti akan kebutuhan-kebutuhan sekarang dan di masa mendatang dari pelanggan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan dan melebihi harapan-harapannya

Lebih terperinci

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 2. Peraturan Pemerintah Republik Indo

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 2. Peraturan Pemerintah Republik Indo BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.37, 2018 KEMENPAN-RB. Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG KOMPETISI INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA, PEMERINTAH DAERAH,

Lebih terperinci

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM ANALISA & PERANCANGAN SISTEM Pengembangan Sistem Informasi Mulyadi, S.Kom, M.S.I Proses dalam Pengembangan Sistem Proses pengembangan sistem - serangkaian kegiatan, metode, praktik, dan alat-alat terotomatisasi

Lebih terperinci

Oleh : Arief Setyadi. Persyaratan Gender dalam Program Compact

Oleh : Arief Setyadi. Persyaratan Gender dalam Program Compact Oleh : Arief Setyadi Persyaratan Gender dalam Program Compact Perempuan Bekerja Menyiangi Sawah (Foto: Aji) Program Compact memiliki 5 persyaratan pokok, yakni: 1. Analisis ERR di atas 10%, 2. Analisis

Lebih terperinci

BAGIAN I. INFORMASI UMUM

BAGIAN I. INFORMASI UMUM Lampiran 2 Format Aplikasi Template berikut harus digunakan untuk elaborasi proposal proyek. Silahkan mengisi SEMUA bagian bawah. Usulan proyek termasuk, rencana kerja kerangka kerja logis dan anggaran

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER PADA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007

ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007 SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001: 2000/SNI 19-9001-2001 ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007 1 OBJEKTIF : Mendapatkan gambaran

Lebih terperinci

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya 4.1q1 Bagaimana organisasi menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis?

Lebih terperinci

PERENCANAAN PARTISIPATIF. Oleh : Bella Ardhy Wijaya Masry ( )

PERENCANAAN PARTISIPATIF. Oleh : Bella Ardhy Wijaya Masry ( ) PERENCANAAN PARTISIPATIF Oleh : Bella Ardhy Wijaya Masry (2013280004) Pengertian Perencanaan Adapun definisi perencanaan menurut para ahli antara lain sebagai berikut : Perencanaan adalah suatu proses

Lebih terperinci

COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology)

COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) Pengertian Cobit COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) adalah sekumpulan dokumentasi best practices untuk IT

Lebih terperinci

Bab 9 - Project Human Resource Management Sumber: PMBOK 2000, Diterjemahkan oleh Mahasiswa STMIK Mardira Indonesia, Bandung

Bab 9 - Project Human Resource Management Sumber: PMBOK 2000, Diterjemahkan oleh Mahasiswa STMIK Mardira Indonesia, Bandung Bab 9 - Project Human Resource Management Sumber: PMBOK 2000, Diterjemahkan oleh Mahasiswa STMIK Mardira Indonesia, Bandung Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) suatu Proyek termasuk proses yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB VI MONITORING & EVALUASI

BAB VI MONITORING & EVALUASI 6.1. Gambaran Umum Struktur Monev Sanitasi 6.1.1. Monitoring Terkait Pengambilan Keputusan BAB VI MONITORING & EVALUASI Monitoring adalah suatu kegiatan observasi yang berlangsung terus menerus untuk memastikan

Lebih terperinci