METODE ZOPP (ZIEL/Tujuan, ORIENTIERTE/Berorientasi, PROJEKT/Proyek, PLANUNG/Perencanaan)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE ZOPP (ZIEL/Tujuan, ORIENTIERTE/Berorientasi, PROJEKT/Proyek, PLANUNG/Perencanaan)"

Transkripsi

1 METODE ZOPP (ZIEL/Tujuan, ORIENTIERTE/Berorientasi, PROJEKT/Proyek, PLANUNG/Perencanaan) METODE PERENCANAAN PROYEK YANG BERORIENTASI PADA TUJUAN GTZ GmbH Jerman

2 METODE PERENCANAAN PROYEK YANG BERORIENTASI PADA TUJUAN PENGERTIAN METODE ZOPP ZOPP adalah metode perencanaan proyek yang dikembangkan oleh Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH dan digunakan untuk perencanaan proyek-proyek kerja sama teknis Republik Federal Jerman dengan negara-negara mitra. Lembar peraga ini dikembangkan atas dasar bahan-bahan ZOPP dari Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH, Team Consult Berlin dan P.T. Binakelola Pembangunan. Z O P P I E L (Tujuan) R I E N T I E R T E (Berorientasi) R O J E K T (Proyek) L A N U N G (Perencanaan) ZOPP adalah : Seperangkat alat-alat perencanaan yang digunakan secara bertahap mulai dari Analisis Keadaan hingga Rancangan Proyek Metode ZOPP/GTZ 1

3 ALAT-ALAT METODE ZOPP Alat-alat ZOPP adalah : ANALISIS KEADAAN - ANALISIS PERMASALAHAN Menyidik masalah-masalah yang terkait dengan suatu keadaan yang ingin diper-baiki melalui suatu proyek pembangunan. - ANALISIS TUJUAN Meniliti tujuan - tujuan yang dapat dicapai sebagai akibat dari pemecahan masalah-masalah tersebut. - ANALISIS ALTERNATIF Menetapkan pendekatan proyek yang paling memberi harapan untuk berhasil. -ANALISIS PERAN Menyidik pihak-pihak (lembaga, kelompok masyarakat dsb.) yang terkait dengan proyek dan mengkaji kepentingan dan potensinya. RANCANGAN PROYEK - MATRIKS PERENCANAAN PROYEK (MPP) Mengembangkan rancangan proyek yang taat azas dalam suatu kerangka logis. Metode ZOPP/GTZ 2

4 CIRI-CIRI METODE ZOPP Ciri-ciri utama dalam penerapan ZOPP adalah : - Kerja Kelompok (Teamwork) Perencanaan dilaksanakan oleh, sedapat mungkin, semua pihak yang terkait dengan proyek Partisipasi - Peragaan Setiap tahap dalam perencanaan direkam secara serentak & lengkap pada papan (pinboard) atau lembar kertas ukuran besar (flipchart) agar semua peserta selalu mengetahui perkembangan perencanaan secara jelas Transparansi - Moderasi (Fasilitasi) Kerja sama dalam perencanaan diperlancar oleh orang-orang yang tidak terkait dengan proyek (fasilitator). Mereka membantu pula untuk mencapai Mufakat Metode ZOPP/GTZ 3

5 MANFAAT METODE ZOPP ZOPP berguna untuk : - Meningkatkan komunikasi dan kerja sama di antara pihak-pihak yang terkait melalui perencanaan bersama dan dokumentasi semua tahap perencanaan. - Mencapai pengertian yang sama dan menghasilkan definisi yang jelas mengenai keadaan yang ingin diperbaiki dengan proyek. - Merumuskan definisi yang jelas dan realistis tentang tindakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. - Menghasilkan rencana proyek sebagai landasan kerjasama untuk pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi proyek. UNTUK DIPERHATIKAN: Mutu hasil perencanaan sangat tergantung pada informasi yang diberikan. Sebelum memulai perencanaan, pastikan, seda-pat mungkin, semua pihak yang berkaitan dengan bidang yang ingin direncanakan, juga terlibat atau terwakili. Metode ZOPP/GTZ 4

6 ANALISIS PERMASALAHAN PENGERTIAN ANALISIS PERMASALAHAN Adalah suatu alat untuk: - Menyidik masalah - masalah utama yang ter-kait dengan suatu keadaan yang ingin diperbaiki. - Meneliti sebab - sebab dan akibat - akibat dari masalah-masalah tersebut. - Memperlihatkan informasi ini sebagai rang-kaian hubungan Sebab - Akibat dalam suatu diagram. CARA MELAKUKAN ANALISIS PERMASALAHAN Bagaimana cara melakukannya? Tahap 1 : Tulislah rumusan-rumusan singkat dari calon "masalah inti" pada kartu-kartu dan tempelkan pada papan. Tahap 2 : Pilihlah satu masalah inti. Tahap 3 : Telitilah masalah - masalah lainnya yang menyebabkan masalah inti; letakkan kartu-kartu ini di bawah masalah inti. Tahap 4 : Telitilah masalah - masalah lainnya yang diakibatkan oleh masalah inti; letakkan kartu-kartu ini di atas masalah inti. Tahap 5: Tahap6: Bentuklah suatu diagram; untuk itu, tunjukkan semua hubungan Sebab-Akibat yang penting dengan tanda panah. Periksalah diagram secara keselu-ruhan dan, apabila diperlukan, per-baikilah untuk menjamin keabsahan dan kesempurnaan Analisis Permasalahan. Metode ZOPP/GTZ 5

7 UNTUK DIPERHATIKAN: 1. Rumuskanlah masalah sebagai keadaan negatif. 2. Tulislah hanya satu masalah pada satu kartu. 3. Catatlah hanya masalah - masalah yang nyata dan janganlah masalah-masalah yang dibayangkan atau yang diperkirakan mungkin akan timbul pada masa depan. 4. Masukkanlah hanya masalah - masalah yang dianggap penting oleh sebagian besar anggota kelompok perencana. Janganlah terpaku pada rincian yang terlalu dalam pada satu bagian Analisis Permasalahan. 5. Letak suatu masalah pada diagram tidak menunjukkan pentingnya dan tidak pentingnya masalah tersebut. Dalam hal ini, masalah inti bukanlah ma-salah terpenting, tetapi suatu masalah yang agak sentral dalam keadaan / bidang yang ingin diteliti. 6. Tunjukkanlah hanya hubungan Sebab -Akibat yang utama dan langsung. Metode ZOPP/GTZ 6

8 ANALISIS TUJUAN PENGERTIAN ANALISIS TUJUAN Adalah suatu alat untuk: - Meneliti tujuan - tujuan yang akan dicapai sebagai akibat dari pemecahan masalah- masalah yang telah disebutkan dalam Anali-sis Permasalahan. - Menelaah hubungan Tindakan - Hasil di an-tara tujuan-tujuan tersebut. - Memperlihatkan informasi ini sebagai rangkai-an hubungan Tindakan - Hasil dalam suatu diagram. CARA MELAKUKAN ANALISIS TUJUAN Bagaimana cara melakukannya? Tahap 1 : Mulailah dengan Analisis Perma-salahan dan kemudian gantilah semua pernyataan keadaan ne-gatif (masalah) menjadi pernyataan keadaan positif (tujuan). Tahap 2 : Telitilah semua tujuan dan hu-bungannya agar masuk akal dan layak serta sesuaikanlah apabila diperlukan. Tahap 3 : Bentuklah suatu diagram; untuk itu, tunjukkan dengan tanda panah se-mua hubungan Tindakan - Hasil yang utama dan langsung. Tahap 4 : Periksalah diagram secara keselu-ruhan dan kemudian pertajamlah untuk menjamin keabsahan dan kesempurnaan Analisis Tujuan. Metode ZOPP/GTZ 7

9 UNTUK DIPERHATIKAN: 1. Analisis Tujuan bukanlah suatu hal yang boleh dikerjakan secara dangkal. Analisis Tujuan di-harapkan ebih tajam, absah dan sempurna di-banding Analisis Permasalahan. 2. Struktur Analisis Tujuan mungkin berbeda de-ngan struktur Analisis Permasalahan : - pernyataan-pernyataan terdahulu mungkin per-lu dihapus atau dirumuskan kembali, - tujuan-tujuan baru mungkin perlu ditambah apabila hal ini bersangkut - paut dan penting untuk mencapai tujuan tertentu di dalam Analisis Tujuan. Metode ZOPP/GTZ 8

10 ANALISIS ALTERNATIF PENGERTIAN ANALISIS ALTERNATIF Adalah suatu alat atau tatacara untuk: - melihat beberapa kemungkinan pilihan (alternatif) hubungan Tindakan - Hasil (rang-kaian tujuan) dari Analisis Tujuan yang mengarah pada suatu keadaan tertentu yang diinginkan (tujuan). - menilai masing masing alternatif untuk mengetahui apakah rangkaian tujuan terse-but dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan Strategi Proyek. - memilih salah satu rangkaian tujuan. CARA MELAKUKAN ANALISIS ALTERNATIF Bagaimana cara melakukannya? Tahap 1 : Tahap 2 : Tahap 3 : Tahap 4 : Pelajari kembali Analisis Tujuan. Tentukanlah, secara garis besar, tujuan manakah yang ingin di-capai sebagai dampak utama proyek. Telaahlah beberapa alternatif rangkaian tujuan yang mengarah pada tujuan tersebut. Nilailah masing - masing alter-natif tersebut apakah layak digu-nakan sebagai dasar untuk me-ngembangkan Strategi Proyek. Untuk itu, tentukanlah kriteria dan cara penilaian yang cocok. Pilihlah salah satu alternatif. Metode ZOPP/GTZ 9

11 UNTUK DIPERHATIKAN: 1. Metode ZOPP tidak menetapkan kriteria dan cara penilaian yang baku untuk me-nilai alternatif-alternatif, karena : - pilihan tersebut sangat tergantung dari kepentingan dan prioritas pihak-pihak yang akan terlibat dalam pelaksanaan - merangsang suatu proses pembahasan yang mendalam tentang alternatif-alternatif pendekatan proyek. 2. Berikutnya adalah beberapa contoh kriteria penilaian yang dapat digunakan : - kebutuhan sarana proyek (anggaran, personil, dll); - jangka waktu pelaksanaan proyek yang tersedia; - peluang berhasilnya pencapaian tujuan tujuan; - prioritas kebijaksanaan pemerintah; - apa saja yang sedang dikerjakan oleh pihak lain (hindarkanlah tumpang tindih!); - apakah proyek tersebut dapat memberikan sumbangan bagi usahausaha lain?; - kemungkinan kesinambungan perkembang- an kegiatan dan dampak proyek setelah proyek berakhir (sustainability) - dampaknya terhadap lingkungan; - perbandingan keuntungan - biaya dan se-bagainya. 3. Jangan mengharapkan bahwa rangkaian tu-juan yang dipilih sebagai alternatif pende-katan proyek dapat diambil sebagai Tujuan-tujuan dan Kegiatan-kegiatan Proyek begitu saja. Biasanya, rangkaian tujuan tersebut perlu disesuaikan untuk menjadi lengkap, taat azas / logis dan realistis. Metode ZOPP/GTZ 10

12 ANALISIS PERAN Adalah suatu alat untuk: PENGERTIAN ANALISIS PERAN - Memberikan gambaran mengenai semua lembaga dan kelompok yang berkaitan atau berkepentingan dengan proyek. - Menyidik kepentingan / prioritas pihak-pihak tersebut. - Menelaah konsekuensi dan implikasi yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan ren-cana proyek. Bagaimana cara melakukannya? CARA MELAKUKAN ANALISIS PERAN 1. Tulislah pada kartu-kartu, semua lembaga/ kelompok yang berkaitan atau berkepen-tingan dengan proyek. 2. Kelompokkan pihak-pihak tersebut (misalnya penerima manfaat, lembaga pelaksana, mitra proyek). 3. Sebutkan ciri usaha (untuk kelompok per-orangan / swasta) atau tugas / fungsi (un-tuk lembaga). 4. Telaahlah untuk setiap pihak : - Kepentingan/prioritas, - Potensi/kemampuan, - Kelemahan yang dimiliki atau hambatan yang dialami. 5. Atas dasar keadaan lembaga / kelompok, telaahlah konsekuensi dan implikasi yang harus dipertimbangkan sebagai kegiatan-ke-giatan dan risiko proyek. Metode ZOPP/GTZ 11

13 UNTUK DIPERHATIKAN: Dalam urutan alat-alat ZOPP yang digunakan untuk menganalisis keadaan yang ingin diper-baiki dengan proyek, Analisis Peran juga dapat diterapkan sebagai langkah pertama apabila pendekatan proyek atau Tujuan-tujuan dan Kegi-atan-kegiatan Proyek telah ditentukan. Hal ini misalnya, apabila ZOPP digunakan da-lam rangka evaluasi dan penyesuaian rencana proyek. Disamping itu, langkah pertama dan kedua dari Analisis Peran juga dapat dilaksanakan sebelum Analisis Permasalahan untuk mengetahui siapa sajakah pihak-pihak yang terkait dengan perma-salahan yang ingin dianalisis. Metode ZOPP/GTZ 12

14 MATRIKS PERENCANAAN PROYEK (MPP) PENGERTIAN MATRIKS PERENCANAAN PROYEK Adalah suatu alat untuk : - Mengembangkan rancangan proyek. - Memberikan suatu ringkasan mengenai rancangan proyek tersebut dalam bentuk sebuah matriks pada satu halaman. MPP menerangkan : RUANG LINGKUP MATRIKS PERENCANAAN PROYEK MENGAPAKAH Proyek dilaksanakan Maksud Proyek, Sasaran Proyek) APAKAH Yang ingin dihasilkan oleh proyek (Hasil-hasil Kerja Proyek) BAGAIMANAKAH Proyek akan bekerja untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan (Kegiatan - kegiatan Proyek) MANAKAH BAGAIMANAKAH DARI MANAKAH Faktor-faktor di luar pengaruh langsung pengelola proyek yang perlu diawasi demi keberhasilan proyek (Asumsi-asumsi Penting) Keberhasilan proyek dapat dinilai secara objektif (Indikator - indikator Objektif) Kita dapat memperoleh data yang diperlukan untuk menilai keberhasil-an proyek secara objektif (Sumber - sumber Pembuktian) BERAPAKAH Sarana dan biaya yang diperlukan untuk melak-sanakan kegiatan. Metode ZOPP/GTZ 13

15 CARA MENYUSUN MATRIKS PERENCANAAN PROYEK Bagaimana urutan menyusunnya? Tahap 1 : Tahap 2 : Rumuskanlah Tujuan-tujuan dan Kegiatan-kegiatan Proyek (lajur / kolom pertama), Susunlah Asumsi-asumsi Penting (lajur keempat), Tahap 3 : Tetapkanlah Indikator-indikator yang dapat dibuktikan secara Objektif sekaligus dengan Sumber Pembuktiannya (lajur kedua dan ketiga), Tahap 4 : Telaahlah Sarana & Biaya Proyek yang diperlukan. UNTUK DIPERHATIKAN: Penyusunan Matriks Perencanaan Proyek adalah suatu proses bertahap yang biasanya perlu dilakukan secara berulang-ulang (itera-tive process) : - Mulailah dengan suatu gagasan proyek yang mungkin masih agak mentah, - Kemudian perbaikilah secara berulang-ulang, sehingga isi Matriks Perencanaan Proyek : * lengkap * taat azas / logis * realistis Ingatlah! - Semua unsur / kotak dari Matriks Peren-canaan Proyek saling berkaitan. - Perubahan isi dari suatu kotak mungkin mengharuskan perubahan isi pada kotak lain untuk menjamin keterpaduan dan keteguhan Matriks Perencanaan Proyek. Metode ZOPP/GTZ 14

16 FORMAT MATRIKS PERENCANAAN PROYEK Nama Proyek :` TUJUAN-TUJUAN dan KEGIATAN- KEGIATAN PROYEK (Objectives and Activities of the Project) Sasaran Proyek ( g o a l ) Maksud Proyek ( p u r p o s e ) Memberikan kontribusi terhadap pencapaian Sasaran Proyek Hasil-hasil Kerja Proyek ( o u t p u t s) yang diperlukan untuk mencapai Maksud Proyek Kegiatan-kegiatan Proyek ( a c t i v i t i e s ) yang diperlukan untuk mencapai Hasil-hasil Kerja Proyek MATRIKS PERENCANAAN PROYEK INDIKATOR- INDIKATOR PROYEK (Objectively Verifiable Indicators) SUMBER- SUMBER PEMBUKTIAN OBJEKTIF (Means of Verification) SARANA DAN BIAYA PROYEK ( P r o j e c t I n p u t s & C o s t s ) yang diperlukan untuk melaksanakan Kegiatan-kegiatan Proyek Jangka Waktu: ASUMSI- ASUMSI PENTING (Important Assumptions Metode ZOPP/GTZ 15

17 TUJUAN-TUJUAN DAN KEGIATAN-KEGIATAN PROYEK TUJUAN - TUJUAN DAN KEGIATAN - KEGIATAN PROYEK Adalah serangkaian hipotesis yang saling berkaitan : SASARAN PROYEK MAKSUD PROYEK HASIL KERJA HASIL KERJA KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN KEGIATA Metode ZOPP/GTZ 16

18 Makna dari istilah - istilah penting : Sasaran Proyek Maksud Proyek Manfaat yang diperoleh sebagai hasil dari perubah-an kelompok sasaran. Reaksi/perubahan perilaku kelompok sasaran yang diinginkan / diusahakan oleh proyek pembangunan. Hasil-hasil Kerja Pelayanan, sarana atau bahan yang dihasilkan / diarahkan oleh proyek untuk kelompok sasaran. Kegiatan-kegiatan Kegiatan-kegiatan proyek yang diperlukan untuk "memproduksi" Hasil-hasil Kerja Proyek. Bagaimana cara menyusunnya? Tahap 1: Pelajarilah kembali pendekatan proyek yang telah dipilih dalam rangka Analisis Alternatif. Berdasarkan itu, rumuskanlah Maksud Proyek dan Sasaran Proyek. Tahap 2 : Tetapkanlah apa saja yang harus dihasilkan oleh proyek secara langsung agar Maksud Proyek tercapai. Manfaatkanlah juga in- formasi yang tercantum dalam Analisis Peran. Tahap 3 : Untuk setiap Hasil Kerja yang telah ditetapkan, tentukan sejum-lah Kegiatan yang harus dilaku-kan untuk mencapai Hasil Kerja tersebut. Manfaatkanlah juga in-formasi dari Analisis Peran. Metode ZOPP/GTZ 17

19 UNTUK DIPERHATIKAN: 1. Maksud Proyek menggambarkan dampak langsung yang terjadi dengan dicapainya semua Hasil Kerja yang dibuat oleh proyek itu sendiri. Hasil-hasil Kerja haruslah rele-van untuk mencapai Maksud Proyek. 2. Perubahan yang tergambar dalam rumusan Maksud Proyek haruslah menyumbang secara berarti terhadap pencapaian Sasaran Proyek. 3. Karena itu, janganlah terlampau beram- bisi dalam menetapkan Maksud Proyek dan Sasaran Proyek. Metode ZOPP/GTZ 18

20 ASUMSI ASUMSI PENTING Asumsi - asumsi Penting adalah : - syarat-syarat (keadaan-keadaan) yang pen-ting untuk keberhasilan proyek ; - di luar wewenang langsung dari pengelola proyek. Maksud meneliti dan menetapkan Asumsi-asumsi adalah untuk : - menilai risiko pencapaian Tujuan - tujuan dan pelaksanaan Kegiatan - kegiatan Proyek sejak tahap awal perencanaan proyek untuk, bila diperlukan, dapat meru-bahnya ; - memungkinkan pemantauan risiko-risiko yang masih ada selama pelaksanaan proyek. Bagaimana cara menetapkannya? Tahap 1 : Tahap 2 : Tahap 3 : Telaahlah keadaan-keadaan yang tidak merupakan bagian dari Tujuan-tujuan dan Kegiatan-kegiatan Pro-yek tetapi yang terkait dengannya. Untuk itu, manfaatkanlah juga in-formasi yang tercantum dalam analisis-analisis sebelumnya. Nilailah pentingnya keadaan-keadaan tersebut untuk keberhasil-an proyek dan kemungkinan ter-jadinya. Tentukanlah Asumsi-asumsi dan cantumkanlah dalam Matriks Perencanaan Proyek. Metode ZOPP/GTZ 19

21 ASUMSI - ASUMSI PENTING Pedoman untuk menetapkan Asumsi Apakah keadaan ini di luar wewenang langsung dari pengelola proyek? Y A TIDAK Jangan masukkan pernyataan ini ke dalam MPP Apakah keadaan ini penting demi keberhasilan proyek? Y A TIDAK Jangan masukkan pernyataan ini ke dalam MPP Apakah keadaan ini akan terjadi? MUSTAHIL MUNGKIN Masukkan pernyataan ini sebagai ASUMSI ke dalam MPP PASTI Jangan masukkan pernyataan ini ke dalam MPP Apakah Tujuan-tujuan dan Kegiatan-kegiatan Proyek dapat diubah untuk meningkatkan kepastian "Asumsi"? YA TIDAK Ubahlah Tujuan-tujuan dan Proyek mungkin tidak Kegiatan-kegiatan Proyek! akan berhasil! Metode ZOPP/GTZ 20

22 UNTUK DIPERHATIKAN: 1. Rumuskan Asumsi sebagai keadaan posi- tif (seperti suatu tujuan). 2. Disamping informasi yang terdapat di anali- sis-analisis ZOPP yang dibuat sebelum- nya, semua sumber informasi lainnya yang menerangkan keadaan lingkungan proyek juga bermanfaat untuk mengeta- hui risiko-risiko Tujuan-tujuan dan Kegiatan- kegiatan Proyek. 3. Para pengelola tidak boleh mengguna- kan Asumsi-asumsi sebagai alasan untuk menghindar dari tanggung-jawab mereka bagi keberhasilan proyek. Sebaliknya, Asumsi-asumsi membantu me-reka untuk mengetahui risiko dan siap untuk mengatasinya. Metode ZOPP/GTZ 21

23 STRATEGI PROYEK dan ASUMSI - ASUMSI PENTING SASARAN PROYEK MAKSUD PROYEK dan ASUMSI-ASUMSI HASIL-HASIL KERJA dan ASUMSI-ASUMSI KEGIATAN-KEGIATAN dan ASUMSI-ASUMSI Metode ZOPP/GTZ 22

24 INDIKATOR-INDIKATOR OBJEKTIF Indikator-indikator Objektif adalah : - Menggambarkan inti setiap tujuan proyek (Hasil-hasil Kerja, Maksud dan Sasaran Proyek) & setiap Asumsi-asumsi Penting. - Menetapkan target-target untuk dapat mengukur apakah tujuan atau asumsi tertentu telah tercapai / terwujud. - Merupakan dasar untuk pengendalian dan evaluasi. Bagaimana cara menetapkan? 1. Rumuskanlah Indikator - indikator untuk Sasaran Proyek, Maksud Proyek, Hasil-hasil Kerja dan setiap Asumsi dengan menyatakan setepat mungkin : - Kelompok Sasaran, untuk siapa? - Jumlah., berapa banyak? - Muutu, sebaik apa? - Waktu, kapan? - Tempat, dimana? 2. Periksalah apakah Tujuan-tujuan dan Kegiatan-kegiatan Proyek masih realistis dan taat azas serta, apabila perlu, sesuaikanlah. Metode ZOPP/GTZ 23

25 UNTUK DIPERHATIKAN: 1. Sebuah INDIKATOR haruslah : - menggambarkan inti dari tujuan atau asumsi yang ingin diukur setepat mungkin; - hanya mengukur pencapaian satu tujuan atau asumsi saja; - mudah diterapkan, yaitu data yang diperlukan untuk mengukurnya dapat diperoleh secara mudah dan murah. 2. Apabila suatu tujuan atau asumsi mengandung banyak segi yang perlu diukur, maka tetapkanlah lebih dari satu Indikator. 3. Tentukanlah target-target untuk beberapa titik waktu agar pemantauan dapat dilakukan secara berkala. 4. Apabila sumber data untuk mengukur se-buah Indikator tidak ada, carilah Indikator yang lain atau merencanakan Kegiatan Proyek untuk memperoleh data yang diperlukan (misalnya merencanakan sebuah survai keadaan awal proyek). 5. Apabila sebuah Indikator hanya akan mem-perlihatkan suatu perubahan setelah jangka waktu yang lama, carilah Indikator lain yang dapat memberikan suatu indikasi secara kira-kira lebih dahulu (Indikator Penduga / Proxy Indicator). Metode ZOPP/GTZ 24

26 SUMBER PEMBUKTIAN Sumber Pembuktian adalah sumber data yang diperlukan untuk mengukur tingkat pencapai- an target yang tercantum pada Indikator, misalnya : - data statistik resmi; - laporan-laporan kemajuan proyek; - naskah-naskah hasil rapat; - survai-survai. Perhatikanlah! 1. Tetapkanlah satu atau lebih Sumber-sumber Pembuktian untuk setiap Indikator. 2. Carilah sumber data sebagai Sumber Pembuktian yang : - dapat dipercaya ; - dapat menyediakan data sesuai keperluan (tingkat agregasi / satuan, jangka waktu, dsb.), pada waktunya dan murah. 3. Apabila tidak ditemukan Sumber Pembuktian yang cocok, ubahlah Indikator. Metode ZOPP/GTZ 25

Perencanaan Proyek Berorientasi Tujuan (ZOPP)

Perencanaan Proyek Berorientasi Tujuan (ZOPP) Perencanaan Proyek Berorientasi Tujuan (ZOPP) Analisa Peran (partisipasi) Analisa Masalah Analisa Tujuan Analisa Alternatif Kerangka Logis (Matriks Perencanaan Program) Plan of operation ( Rencana operasional)

Lebih terperinci

LAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA. (Versi Ringkas)

LAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA. (Versi Ringkas) LAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas) Pihak Pertama Nama: Perwakilan yang Berwenang: Rincian Kontak: Pihak Kedua

Lebih terperinci

BAB III MEKANISME PELAKSANAAN EVALUASI KINERJA DENGAN PENYUSUNAN INDIKATOR DAN SASARAN KINERJA

BAB III MEKANISME PELAKSANAAN EVALUASI KINERJA DENGAN PENYUSUNAN INDIKATOR DAN SASARAN KINERJA BAB III MEKANISME PELAKSANAAN EVALUASI KINERJA DENGAN PENYUSUNAN INDIKATOR DAN SASARAN KINERJA Tujuan pelaksanaan evaluasi kinerja dengan cara ini adalah untuk mendapatkan masukan mengenai kelayakan usulan

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT. PT Wahana Ottomitra Multiartha, Tbk. DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PIAGAM KOMITE AUDIT. PT Wahana Ottomitra Multiartha, Tbk. DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PT Wahana Ottomitra Multiartha, Tbk. DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH DEWAN KOMISARIS PT WAHANA OTTOMITRA MULTIARTHA TBK TANGGAL 11 DESEMBER 2017 Daftar Isi 1. Latar Belakang... 3 2. Fungsi, Tugas dan Tanggung

Lebih terperinci

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas)

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas) LAMPIRAN 6 PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas) Pihak Pertama Nama: Perwakilan yang Berwenang: Rincian Kontak: Pihak Kedua Nama:

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT PT DUTA INTIDAYA, TBK

PIAGAM KOMITE AUDIT PT DUTA INTIDAYA, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT PT DUTA INTIDAYA, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT A. PT Duta Intidaya, Tbk (Perseroan) sebagai suatu perseroan terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan mematuhi hukum dan peraturan

Lebih terperinci

ACCESS. Profil Masyarakat Petunjuk. 5 Sesi :

ACCESS. Profil Masyarakat Petunjuk. 5 Sesi : ACCESS Profil Masyarakat Petunjuk 5 Sesi : 1. Analisa Organisasi Pengelola 2. Analisa Pengambilan Keputusan: Matrik Pengambilan Keputusan 3. Analisa Partisipasi : Matrik Partisipasi 4. Analisa Hubungan

Lebih terperinci

Lihat https://acrobat.adobe.com/sea/en/how-to/pdf-to-word-doc-converter.html untuk informasi lebih lanjut. LAMPIRAN 3

Lihat https://acrobat.adobe.com/sea/en/how-to/pdf-to-word-doc-converter.html untuk informasi lebih lanjut. LAMPIRAN 3 Untuk mengedit teks ini: Buka file ini pada Adobe Acrobat Klik 'Export PDF tool' pada bagian kanan Pilih Microsoft Word' untuk formatnya kemudian pilih Word Document Klik Export. Simpan file dengan memberikan

Lebih terperinci

BAB 14 PENJADWALAN. Bab ini merinci langkah 4, 5 dan 6, jaringan kerja dan jadwal.

BAB 14 PENJADWALAN. Bab ini merinci langkah 4, 5 dan 6, jaringan kerja dan jadwal. BAB 14 PENJADWALAN 14.1. PENDAHULUAN Perkiraan yang sudah diperhitungkan di dalam Bab 13 adalah banyaknya orang per-hari dari usaha yang akan diperlukan untuk membuat proyek. Hal ini disebut waktu sebenarnya

Lebih terperinci

BAB 14 PENJADWALAN. Bab ini merinci langkah 4, 5 dan 6, jaringan kerja dan jadwal.

BAB 14 PENJADWALAN. Bab ini merinci langkah 4, 5 dan 6, jaringan kerja dan jadwal. BAB 14 PENJADWALAN 14.1. PENDAHULUAN Perkiraan yang sudah diperhitungkan di dalam Bab 13 adalah banyaknya orang per-hari dari usaha yang akan diperlukan untuk membuat proyek. Hal ini disebut waktu sebenarnya

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

POLA KERJA TERPADU DAN PENTAHAPANNYA

POLA KERJA TERPADU DAN PENTAHAPANNYA POLA KERJA TERPADU DAN PENTAHAPANNYA A. PENGERTIAN Pola Kerja Terpadu adalah suatu alat kerja berupa perencanaan yang operasional untuk mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan secara bersama antara stakeholders

Lebih terperinci

Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak atau di ketik. Judul Usulan Kegiatan

Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak atau di ketik. Judul Usulan Kegiatan Diisi dengan lengkap, rapih dan menggunakan huruf cetak atau di ketik. Judul Usulan Kegiatan Diajukan kepada Yayasan KEHATI untuk mendapatkan bantuan hibah Diusulkan oleh : Lembaga pengusul Informasi Dasar

Lebih terperinci

Mendukung Pengentasan Kemiskinan melalui Perencanaan Energi Daerah di Indonesia

Mendukung Pengentasan Kemiskinan melalui Perencanaan Energi Daerah di Indonesia Mendukung Pengentasan Kemiskinan melalui Perencanaan Energi Daerah di Indonesia Keluaran No. 10: Pentunjuk Pembentukan Forum Energi Daerah Saleh Abdurrahman (Pusdatin - DESDM) Oetomo Tri Winarno (ITB)

Lebih terperinci

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN International Labour Organization UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK PEDOMAN UNTUK PENDIDIK Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Bekerja sama dengan Proyek

Lebih terperinci

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung Siklus Proyek Policy & Strategy Pre-project discussion & activities Project Identification Pre-feasibility

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap

Lebih terperinci

Mempertimbangkan Pengukuran dan Hasil. Esther Duflo JPAL

Mempertimbangkan Pengukuran dan Hasil. Esther Duflo JPAL Mempertimbangkan Pengukuran dan Hasil Esther Duflo JPAL Tujuan-tujuan Pada Saat Ini Sekarang kita memiliki sebuah pertanyaan dan sebuah rancangan untuk keperluan evaluasi. Bagaimana kita mempersiapkan

Lebih terperinci

Total Quality Purchasing

Total Quality Purchasing Total Quality Purchasing Diadaptasi dari Total quality management, a How-to Program For The High- Performance Business, Alexander Hamilton Institute Dalam Manajemen Mutu Total, pembelian memainkan peran

Lebih terperinci

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI 6.1 GAMBARAN UMUM STRUKTUR PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI Proses monitoring dan evaluasi merupakan bagian pengendalian yang tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS POHON. Kelompok 4: Wa Ode Mellyawanty Opissen Yudisius Muh.Samsul Murdiono Kurniawan Yuda

ANALISIS POHON. Kelompok 4: Wa Ode Mellyawanty Opissen Yudisius Muh.Samsul Murdiono Kurniawan Yuda ANALISIS POHON Kelompok 4: Wa Ode Mellyawanty Opissen Yudisius Muh.Samsul Murdiono Kurniawan Yuda Pohon Analisis Definisi Pohon Analisis adalah suatu langkah pemecahan masalah dengan mencari sebab dari

Lebih terperinci

Langkah-langkah Menuju Sekolah Adiwiyata

Langkah-langkah Menuju Sekolah Adiwiyata Langkah-langkah Menuju Sekolah Adiwiyata Panduan ini diberikan kepada sekolah dan Pembina dalam mewujudkan sebuah sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Tahapan tersebut menjadi sebuah rangkaian

Lebih terperinci

Pencarian Bilangan Pecahan

Pencarian Bilangan Pecahan Pencarian Bilangan Pecahan Ringkasan Unit Siswa ditugaskan sebuah profesi yang menggunakan pecahan bilangan dalam pekerjaannya. Mereka meneliti, meringkas, menarik kesimpulan, dan mempresentasikan penemuan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.242, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKN. Kinerja Instansi Pemerintah. Akuntabilitas. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG Pedoman Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

Pemahaman Dasar tentang Partisipasi dan Fasilitasi Partisipatif

Pemahaman Dasar tentang Partisipasi dan Fasilitasi Partisipatif Pemahaman Dasar tentang Partisipasi dan Fasilitasi Partisipatif Disampaikan pada: Lokakarya Membangun Pemahaman dan Komitmen Bersama Tanggung-gugat gugat Tata Pemerintahan Desa yang Baik/ Good Village

Lebih terperinci

Kerangka Logis untuk Merancang Proyek & Menulis Proposal

Kerangka Logis untuk Merancang Proyek & Menulis Proposal Kerangka Logis untuk Merancang Proyek & Menulis Proposal Apakah Kerangka Logis (logical framework) itu? Alat perencanaan proyek berupa matriks yang sederhana untuk menggambarkan kerangka pemikiran rancangan

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA 1 DAFTAR ISI I. DEFINISI...3 II. VISI DAN MISI...4 III. TUJUAN PENYUSUNAN PIAGAM KOMITE AUDIT...4 IV. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB...4 V.

Lebih terperinci

II. ANALISIS MASALAH

II. ANALISIS MASALAH I. PENGERTIAN PROYEK Definisi : Proyek Terdapat berbagai pemikiran atau teori yang menjelaskan tentang definisi proyek termasuk proyek pembangunan. Gittinger (1972: 2) menjelaskan bahwa proyek adalah suatu

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA 2013 DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN REKAM JEJAK PERUBAHAN A PENDAHULUAN... 1 1. Latar Belakang... 1 2. Tujuan... 1 3. Ruang Lingkup... 1 4. Landasan Hukum...

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Pembangunan Desa di Era Otonomi Daerah

Pembangunan Desa di Era Otonomi Daerah Seiring dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka Penyelenggaraan pemerintahan di daerah khususnya kabupaten/kota dilaksanakan menurut asas otonomi dan tugas

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL)

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL) PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL) A. PENJELASAN UMUM 1. Pengertian Kerangka acuan adalah ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M No.73, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041) PERATURAN

Lebih terperinci

ISI DAN PEMBAHASAN. Penganggaran adalah penciptaan suatu rencana kegiatan yang dinyatakan

ISI DAN PEMBAHASAN. Penganggaran adalah penciptaan suatu rencana kegiatan yang dinyatakan PENYUSUNAN ANGGARAN Dalam operasional setiap perusahaan senantiasa diperlukan langkah yang sistematis untuk dapat memberdayakan potensi sumber dayanya secara efisien dan efektif. Untuk mencapai kondisi

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA 2013 DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN REKAM JEJAK PERUBAHAN A PENDAHULUAN... 1 1. Latar Belakang... 1 2. Tujuan... 1 3. Ruang Lingkup... 1 4. Landasan Hukum...

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN, RUKUN WARGA DAN RUKUN TETANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

BAHAN AJAR Jurusan : Administrasi Bisnis Konsentrasi : Mata Kuliah : Pengantar Bisnis

BAHAN AJAR Jurusan : Administrasi Bisnis Konsentrasi : Mata Kuliah : Pengantar Bisnis BAB 4 Manajemen Produksi Bisnis berusaha untuk memadukan manajemen dengan mesin sesempurna mungkin. Menciptakan dan memelihara keseimbangan antara manajemen dengan mesin-mesin produksi merupakan tugas

Lebih terperinci

Pentingnya Informasi. 1. Mendukung pengambilan keputusan manajemen 2. mengurangi ketidakpastian

Pentingnya Informasi. 1. Mendukung pengambilan keputusan manajemen 2. mengurangi ketidakpastian Sistem Informasi Akuntansi Data yang telah diolah sedemikian rupa sehingga lebih berarti, mempunyai nilai kegunaan relevan dengan pemakainya untuk mengurangi ketidakpastian tentang beberapa keadaan atau

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 267, Tamba

2016, No Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 267, Tamba No.904, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BASARNAS. SAKIP. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT

PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT DAFTAR ISI Executive Summary BAB I Tujuan Umum... 3 BAB II Organisasi... 4 1. Struktur... 4 2. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang... 4 3. Hubungan Kerja dengan Dewan Komisaris,

Lebih terperinci

Deskripsi Kegiatan. Short List 5. Kelembagaan 5.10.(6)

Deskripsi Kegiatan. Short List 5. Kelembagaan 5.10.(6) Forum Komunikasi Lingkungan Hidup FKLH (Dalam Kerangka Metropolitan Environment Improvement Project-MEIP) Tipe Kegiatan : Forum Komunikasi Lingkungan Hidup Inisiatif dalam manajemen Perkotaan : Pelibatan

Lebih terperinci

Written by Robinson Putra Wednesday, 16 January :51 - Last Updated Tuesday, 05 February :32

Written by Robinson Putra Wednesday, 16 January :51 - Last Updated Tuesday, 05 February :32 Sebelum melakukan pelatihan diperlukan penjajagan kebutuhan pelatihan kepada masyarakat, petani, petugas, kepala desa, dan instansi terkait dengan pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Terdapat beberapa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan

TINJAUAN PUSTAKA. dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan TINJAUAN PUSTAKA Penyuluhan Pertanian Penyuluh pertanian adalah orang yang mengemban tugas memberi dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya yang lama dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri gula di Indonesia sudah ada sejak tahun 30-an, kebanyakan pabrik

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri gula di Indonesia sudah ada sejak tahun 30-an, kebanyakan pabrik BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Industri gula di Indonesia sudah ada sejak tahun 30-an, kebanyakan pabrik gula tersebar di wilayah Pulau Jawa. Jika menelaah perjalanan panjang industri pergulaan

Lebih terperinci

Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar. Pedoman Fasilitator. Tentang pedoman ini

Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar. Pedoman Fasilitator. Tentang pedoman ini Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar Pedoman Fasilitator Tentang pedoman ini Pedoman ini memuat informasi untuk membantu fasilitator mempersiapkan dan menyampaikan pelatihan mengenai Epidemiologi Lapangan

Lebih terperinci

7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO (versi lengkap)

7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO (versi lengkap) 7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO 9001 2015 (versi lengkap) diterjemahkan oleh: Syahu Sugian O Dokumen ini memperkenalkan tujuh Prinsip Manajemen Mutu. ISO 9000, ISO 9001, dan standar manajemen mutu terkait

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN Tinjauan Umum Atas Anggaran Biaya Produksi. Kondisi yang selalu berubah ubah sanagat membawa dampak yang

BAB II BAHAN RUJUKAN Tinjauan Umum Atas Anggaran Biaya Produksi. Kondisi yang selalu berubah ubah sanagat membawa dampak yang BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Tinjauan Umum Atas Anggaran Biaya Produksi Kondisi yang selalu berubah ubah sanagat membawa dampak yang signifikan bagi setiap unsure masyarakat demikian juga bagi instansi. Dalam

Lebih terperinci

Diklat Pendamping Akreditasi FKTP MATERI INTI 6 TEKNIK AUDIT INTERNAL

Diklat Pendamping Akreditasi FKTP MATERI INTI 6 TEKNIK AUDIT INTERNAL MATERI INTI 6 TEKNIK AUDIT INTERNAL I. Deskripsi Singkat Seiring dengan kemajuan iptek dan tuntutan pelayanan masyarakat, dari waktu waktu ke waktu dituntut upaya peningkatan mutu pelayanan yang berkesinambungan

Lebih terperinci

Audit Committee Charter- SSI. PT SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk. PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

Audit Committee Charter- SSI. PT SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk. PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk. PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) Daftar Isi Halaman I. Pendahuluan Latar belakang..... 1 II. Komite Audit - Arti dan tujuan Komite Audit...... 1 - Komposisi,

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Penyusunan Pola Tata Kelola BLUD SMK

Penyusunan Pola Tata Kelola BLUD SMK PEDOMAN Penyusunan Pola Tata Kelola BLUD SMK Diimplementasikan oleh: Imprint Published by the Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH Registered offices Bonn and Eschborn, Germany

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Dalam Modul Pembentukan Auditor Ahli yang berjudul Akuntabilitas

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Dalam Modul Pembentukan Auditor Ahli yang berjudul Akuntabilitas BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Akuntabilitas Kinerja Dalam Modul Pembentukan Auditor Ahli yang berjudul Akuntabilitas Instansi Pemerintah yang dikeluarkan oleh Pusat Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II AUDIT INTERNAL PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN. memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan oleh objek

BAB II AUDIT INTERNAL PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN. memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan oleh objek BAB II AUDIT INTERNAL PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN 2.1 Auditing 2.1.1 Pengertian Audit Secara umum, auditing adalah jasa yang diberikan oleh auditor dalam memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang

Lebih terperinci

3. Kedalaman rencana pemantauan lingkungan hidup

3. Kedalaman rencana pemantauan lingkungan hidup Lampiran IV : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 08 Tahun 2006 Tanggal : 30 Agustus 2006 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL) A. PENJELASAN UMUM 1. Pengertian Analisis

Lebih terperinci

Management By Objectives (MBO) = Manajemen Berdasarkan Sasaran

Management By Objectives (MBO) = Manajemen Berdasarkan Sasaran Management By Objectives (MBO) = Manajemen Berdasarkan Sasaran KONSEP MBO : Adalah sebuah kesepakatan formal antara pimpinan dan bawahan dalam hal : 1. Tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bagian / bawahan

Lebih terperinci

SOP-6 PENELAAHAN MUTU. Halaman 1 dari 12

SOP-6 PENELAAHAN MUTU. Halaman 1 dari 12 SOP-6 PENELAAHAN MUTU Halaman 1 dari 12 Histori Tanggal Versi Pengkinian Oleh Catatan 00 Halaman 2 dari 12 KETENTUAN 1.1 Penelaahan Mutu dilakukan untuk memastikan pelaksanaan kerja oleh Penilai telah

Lebih terperinci

BAB 3 PERENCANAAN PROYEK

BAB 3 PERENCANAAN PROYEK BAB 3 PERENCANAAN PROYEK 3.1. PENDAHULUAN Sekarang anda sudah mengevaluasi proyek dan memutuskan untuk melanjutkannya. Pertama, anda harus meyakinkan rekan-rekan lain bahwa proyek sebaiknya dilaksanakan.

Lebih terperinci

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN 3.1 Pengertian Musrenbang RKPD di Kecamatan Musrenbang RKPD kabupaten/kota di kecamatan dilaksanakan untuk penajaman, penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan usulan rencana

Lebih terperinci

PRINSIP 1: KOMITMEN DAN KEBIJAKAN PRINSIP 2: PERENCANAAN

PRINSIP 1: KOMITMEN DAN KEBIJAKAN PRINSIP 2: PERENCANAAN PRINSIP 1: KOMITMEN DAN KEBIJAKAN 4.2. Kebijakan Lingkungan Manajemen puncak harus menetapkan kebijakan lingkungan organisasi dan memastikan bahwa kebijakan tersebut: a) sesuai dengan skala dan karakteristik

Lebih terperinci

PT. MALINDO FEEDMILL, Tbk. No. Dokumen = 067/CS/XI/13 PIAGAM KOMITE AUDIT. Halaman = 1 dari 10. PIAGAM Komite Audit. PT Malindo Feedmill Tbk.

PT. MALINDO FEEDMILL, Tbk. No. Dokumen = 067/CS/XI/13 PIAGAM KOMITE AUDIT. Halaman = 1 dari 10. PIAGAM Komite Audit. PT Malindo Feedmill Tbk. Halaman = 1 dari 10 PIAGAM Komite Audit PT Malindo Feedmill Tbk. Jakarta Halaman = 2 dari 10 DAFTAR ISI Halaman I. Tujuan 3 II. Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit 3 III. Hak dan Kewenangan Komite Audit

Lebih terperinci

PENGANGGARAN PERUSAHAAN

PENGANGGARAN PERUSAHAAN PENGANGGARAN PERUSAHAAN Merupakan suatu proses perencanaan dan pengendalian kegiatan operasi perusahaan yang dinyatakan dalam satuan kegiatan dan satuan uang, yang bertujuan untuk memproyeksikan operasi

Lebih terperinci

PEDOMAN KERJA DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS

PEDOMAN KERJA DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PEDOMAN KERJA DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS I. Pengantar Pedoman ini membahas mengenai hal-hal yang berhubungan dengan Direksi dan Dewan Komisaris di Perseroan, seperti : tugas, wewenang, pertanggungjawaban,

Lebih terperinci

PERAN BAWASLU Oleh: Nasrullah

PERAN BAWASLU Oleh: Nasrullah PERAN BAWASLU Oleh: Nasrullah Seminar Nasional: Pendidikan Politik Bagi Pemilih Pemula Sukseskan Pemilu 2014. Pusat Study Gender dan Anak (PSGA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. BAWASLU Menurut UU No.

Lebih terperinci

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 19 TAHUN TENTANG

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 19 TAHUN TENTANG - 1 - S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2016 NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ADMINISRASI PEMERINTAHAN DI LINGKUNGAN PROVINSI

Lebih terperinci

: MenyiapkanRencana Transisi dalam Konteks Tanggap Darurat Bencana

: MenyiapkanRencana Transisi dalam Konteks Tanggap Darurat Bencana Kode Unit : O.842340.020.01 Judul Unit : MenyiapkanRencana Transisi dalam Konteks Tanggap Darurat Bencana Deskripsi Unit : Unit ini menjelaskan keterampilan,pengetahuan, dan sikap yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penerapan teknologi informasi yang sangat pesat membawa dampak secara global dimana hampir semua perusahaan baik yang bergerak di bidang perdagangan ataupun di bidang

Lebih terperinci

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 Tanggal 5 Juni Presiden Republik Indonesia,

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 Tanggal 5 Juni Presiden Republik Indonesia, Menimbang : ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 Tanggal 5 Juni 1986 Presiden Republik Indonesia, a. bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan

Lebih terperinci

BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA. bencana terdapat beberapa unit-unit organisasi atau stakeholders yang saling

BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA. bencana terdapat beberapa unit-unit organisasi atau stakeholders yang saling BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA Koordinasi merupakan suatu tindakan untuk mengintegrasikan unit-unit pelaksana kegiatan guna mencapai tujuan organisasi. Dalam hal penanggulangan bencana

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.730, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Standar Operasional Prosedur. Pedoman.

BERITA NEGARA. No.730, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Standar Operasional Prosedur. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.730, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Standar Operasional Prosedur. Pedoman. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN

Lebih terperinci

PENDEKATAN DALAM PENILAIAN HASIL BELAJAR

PENDEKATAN DALAM PENILAIAN HASIL BELAJAR PENDEKATAN DALAM PENILAIAN HASIL BELAJAR Di atas telah dikemukakan bahwa hasil pengukuran dapat diperbandingkan terhadap berbagai jenis patokan (pembanding). Untuk jelasnya, usaha pembandingan itu, yaitu

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

PT ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT. (Audit Committee Charter)

PT ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT. (Audit Committee Charter) PT ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT 28 November 2013 PT ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT DAFTAR ISI A. PENDAHULUAN... 1 A.1. Latar Belakang Penyusunan... 1 A.2. Tujuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.PP TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.PP TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK Menetapkan: PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.PP.01.01 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, DRAFT PERBAIKAN RAPAT KEMKUMHAM TANGGAL 24 SEPT 2010 RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, DAN KETERBATASAN. penelitian, serta rekomendasi bagi penelitian berikutnya. Bagian kesimpulan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, DAN KETERBATASAN. penelitian, serta rekomendasi bagi penelitian berikutnya. Bagian kesimpulan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, DAN KETERBATASAN Pada bagian akan diuraikan kesimpulan mengenai objek yang diteliti berdasarkan hasil analisis data, saran, menjelaskan mengenai keterbatasan penelitian,

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PEDOMAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEDOMAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DANA PENSIUN PERHUTANI 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN... 2 III. RUANG LINGKUP... 2 3.1 Pengertian tentang Pengambilan Keputusan... 2 3.2 Urgensi

Lebih terperinci

PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROSEDURE (SOP)

PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROSEDURE (SOP) 1 PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROSEDURE (SOP) dr. AGUS DWI PITONO,M.KES Disampaiakn pada Pertemuan Penyusunan SOP Dinas Kesehatan Kota Bima 02 Maret 2015 2 ORGANISASI PEMERINTAH DASAR HUKUM: Peraturan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL)

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) Lampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 08 Tahun 2006 Tanggal : 30 Agustus 2006 A. PENJELASAN UMUM 1. Pengertian PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) Analisis

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Audit Internal Audit ini meliputi semua departemen. Coordinator audit/ketua tim audit ditentukan oleh Manajemen Representative dan kemudian ketua tim audit menunjuk tim

Lebih terperinci

Hiryanto, M.Si Dosen PLS FIP UNY. Peningkatan Mutu PKBM.PPM

Hiryanto, M.Si Dosen PLS FIP UNY. Peningkatan Mutu PKBM.PPM MUTU ADMINISTRASI LEMBAGA PKBM (TATA KELOLA) Hiryanto, M.Si Dosen PLS FIP UNY 1 PERENCANAAN MUTU LEMBAGA PKBM Hakikat Perencanaan Mutu Secara luas mutu dapat diartikan sebagai agregat karakteristik dari

Lebih terperinci

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.. /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dunia bekerja memang tidak terlepas dari adanya koordinasi dan evaluasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dunia bekerja memang tidak terlepas dari adanya koordinasi dan evaluasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia bekerja memang tidak terlepas dari adanya koordinasi dan evaluasi. Kedua hal ini cukup menjadi cara untuk dapat mengembangkan ataupun mencapai suatu hal. Berkoordinasi

Lebih terperinci

CARA MEMBUAT PERENCANAAN STRATEGIS UNTUK ORGANISASI

CARA MEMBUAT PERENCANAAN STRATEGIS UNTUK ORGANISASI CARA MEMBUAT PERENCANAAN STRATEGIS UNTUK ORGANISASI Ari Khusuma Sumber: http://www.newschool.edu/public-engagement/post-masters-organizationdevelopment-certificate/ Berdirinya suatu organisasi baik yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN DAN ETIKA PENELITIAN. Fakultas Teknik Elektro 1

METODOLOGI PENELITIAN DAN ETIKA PENELITIAN. Fakultas Teknik Elektro 1 METODOLOGI PENELITIAN DAN ETIKA PENELITIAN 1 Pengertian Metodologi Penelitan Tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. 2 JENIS-JENIS PENELITIAN TUJUAN METODE TINGKAT EKSPLANASI ANALISIS & JENIS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2010 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI PENYUSUN DOKUMEN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP DAN PERSYARATAN LEMBAGA PELATIHAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM. PERATURAN BUPATI KABUPATEN SIKKA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIKKA, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

Pengumuman Pelatihan Untuk Semua Pelamar

Pengumuman Pelatihan Untuk Semua Pelamar On behalf of Pengumuman Pelatihan Untuk Semua Pelamar giz Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH Divisi Kesehatan Pelatihan Kepemimpinan Internasional di Bidang Manajemen Rumah

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA HISWARA MIGAS INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA HISWARA MIGAS INDONESIA MUKADIMAH ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA HISWARA MIGAS INDONESIA MUKADIMAH Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan kenikmatan bagi Bangsa Indonesia dalam kandungan bumi pertiwi Indonesia berupa sumber daya alam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2010 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI PENYUSUN DOKUMEN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP DAN PERSYARATAN LEMBAGA PELATIHAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

BUKU PEGANGAN PERENCANAAN PROYEK PARTISIPATIF Bagian 2

BUKU PEGANGAN PERENCANAAN PROYEK PARTISIPATIF Bagian 2 BUKU PEGANGAN PERENCANAAN PROYEK PARTISIPATIF Bagian 2 Instruksi praktis untuk organisasi serikat pekerja/ serikat buruh terkait identifikasi dan perumusan proyek Panduan Nordic-Dutch Trade Union Centres

Lebih terperinci

1998 Amandments to the International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979 (Resolution MCS.70(69)) (Diadopsi pada tanggal 18 Mei 1998)

1998 Amandments to the International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979 (Resolution MCS.70(69)) (Diadopsi pada tanggal 18 Mei 1998) 1998 Amandments to the International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979 (Resolution MCS.70(69)) (Diadopsi pada tanggal 18 Mei 1998) Adopsi Amandemen untuk Konvensi Internasional tentang Pencarian

Lebih terperinci