ANALISIS KETRAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS XI IPA SMA ISLAM SAMARINDA PADA POKOK BAHASAN HIDROLISIS MELALUI METODE EKSPERIMEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KETRAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS XI IPA SMA ISLAM SAMARINDA PADA POKOK BAHASAN HIDROLISIS MELALUI METODE EKSPERIMEN"

Transkripsi

1 ANALISIS KETRAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS XI IPA SMA ISLAM SAMARINDA PADA POKOK BAHASAN HIDROLISIS MELALUI METODE EKSPERIMEN!"#$% ABSTRAK Keterampilan proses sains merupakan kemampuan siswa dalam melakukan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan sains serta menemukan ilmu pengetahuan. Penggunaan metode eksperimen dapat membantu siswa, karena tidak hanya menitik beratkan pada pemahaman konsep tetapi juga mengembangkan keterampilan proses sains. Penelitian dengan judul Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Islam Samarinda Kelas XI Dalam Pokok Bahasan Hidrolisis Melalui Metode Eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI IPA SMA Islam Samarinda pada Pokok Bahasan Hidrolisis melalui metode eksperimen. Sampel penelitian ini adalah siswa SMA Islam kelas XI IPA. Pengumpulan data dilakukan menggunakan lembar kerja siswa. Menghitung skor dari jawaban lembar kerja Siswa dan mengubah skor dalam bentuk persentase sehingga dapat terlihat keterampilan proses sains siswa. Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan, dapat diketahui bahwa keterampilan observasi siswa termasuk kategori cukup dengan persentase 60,01% dan keterampilan mengklasifikasikan siswa termasuk kategori baik dengan persentase 70,76%. Keyword : Keterampilan Proses Sains, Eksperimen, Observasi dan Mengklasifikasi. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan utama pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah agar siswa memahami konsep - konsep Ilmu Pengetahuan Alam dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Belajar kimia menuntut siswa untuk menemukan dan memahami peristiwa alam yang ditemukannya dalam kehidupan sehari-hari dan memahami hakikat materi serta perubahannya. Mempelajari ilmu kimia, siswa diminta tidak hanya sekedar memahami fakta, konsep atau prinsip saja, tetapi juga dituntut untuk menemukan fakta dan konsep tersebut serta terampil untuk menerapkannya. Keterampilan proses sains dapat menjadi salah satu bentuk pembelajaran yang dinilai efektif dalam membantu siswa mengembangkan keterampilannya serta menemukan fakta dan konsep yang diterimanya dalam pembelajaran di kelas. Keterampilan proses sains tersebut mencakup berbagai aspek keterampilan dalam mempelajari ilmu sains khususnya kimia. Keterampilan proses sains merupakan kemampuan siswa dalam menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan sains serta menemukan ilmu pengetahuan. Keterampilan proses sains sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang dimiliki (Dahar dalam Usep Nuh, 2010). Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mendukung tercapainya keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah seharusnya dibuat menyenangkan agar siswa dapat belajar dengan baik sehingga diperoleh hasil belajar yang optimal. Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa, akan membuat siswa lebih memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga pengalaman belajar yang diterapkan kepada siswa harus bersifat student centered (berpusat pada siswa). Berbagai metode dapat digunakan dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam salah satu metode yang sesuai dan dapat menunjang keterampilan proses sains adalah metode eksperimen. Salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru di kelas, dalam upaya meningkatkan kualitas keterampilan proses sains siswa adalah metode eksperimen. Metode ini dinilai dapat menjadi sarana untuk menerapkan Keterampilan proses sains dalam pembelajaran. Salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru di kelas, dalam upaya meningkatkan kualitas keterampilan proses sains siswa adalah metode eksperimen. Metode ini dinilai dapat menjadi sarana untuk menerapkan Keterampilan proses sains dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dengan metode eksperimen memberikan kesempatan pada siswa untuk 62

2 menemukan konsep sendiri melalui observasi dengan daya nalar, daya pikir dan kreatifitas. Penggunaan metode eksperimen dapat mengembangkan berbagai kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor melalui kegiatan-kegiatan : Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan, berusaha mencari dasar teori yang relevan, mengamati percobaan, menganalisis dan menyajikan, menyimpulkan hasil percobaan dan mengkomunikasikan hasil percobaan (membuat laporan ). Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa didalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik. Salah satu teknik penyajian pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penyajian pelajaran eksperimen atau disebut juga dengan metode eksperimen. Adanya kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan maka segala sesuatu memerlukan eksperimentasi. Begitu juga dalam cara mengajar guru di kelas digunakan teknik eksperimen, yaitu salah satu cara mengajar dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan di evaluasi oleh guru. Menurut Joseph Mbulu, (2001) Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan eksperimen (percobaan) dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Proses belajar mengajar dengan metode eksperimen, siswa diberi pengalaman untuk mengalami sendiri tentang suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan tentang suatu objek keadaan. Demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari suatu kebenaran, mencari suatu data baru yang diperlukannya, mengolah sendiri, membuktikan suatu dalil atau hukum dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya itu. Berdasarkan hasil penelitian Ira Sari Sevi (2011), keterampilan observasi rata-rata siswa di SMA Negeri 5 Samarinda sebesar 53,22 % dan termasuk kategori cukup, sedangkan keterampilan menyimpulkan siswa di SMA Negeri 5 Samarinda hanya sebesar 32,10 % masih dalam kategori kurang, sehingga dapat diketahui bahwa keterampilan observasi dan keterampilan menyimpulkan siswa masih perlu dikembangkan agar menjadi lebih baik. Hal tersebut memotivasi penulis untuk melakukan analisis terhadap keterampilan proses sains siswa di SMA Islam Samarinda kelas XI untuk keterampilan proses sains pada pokok materi Hidrolisis melalui metode eksperimen. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu Bagaimana Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI IPA SMA Islam Samarinda pada Pokok Bahasan Hidrolisis melalui metode eksperimen? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI IPA SMA Islam Samarinda pada Pokok Bahasan Hidrolisis melalui metode eksperimen. Adapun keterampilan proses sains yang dianalisis berupa keterampilan observasi, keterampilan mengklasifikasi, keterampilan memprediksi, keterampilan berkomunikasi, keterampilan mengukur, dan keterampilan menyimpulkan. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai : 1. Bagi Guru a. Memberikan informasi mengenai keterampilan proses sains yang dimiliki siswa khususnya keterampilan observasi, keterampilan mengklasifikasi, keterampilan memprediksi, keterampilan berkomunikasi, keterampilan mengukur, dan keterampilan menyimpulkan b. Memberikan informasi dan bahan pertimbangan dalam menentukan strategi dan metode yang tepat dan sesuai untuk materi hidrolisis. 2. Bagi Siswa a. Memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran b. Membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan proses sains yang dimiliki 3. Bagi Peneliti, memperoleh informasi mengenai efektivitas penggunaan metode pembelajaran eksperimen untuk mengetahui keterampilan proses sains TINJAUAN PUSTAKA Keterampilan Proses Sains Pengertian Keterampilan Proses Sains Sains sebagai suatu proses ilmiah mempunyai arti bahwa untuk memperoleh pengetahuan tentang alam semesta diperlukan suatu proses yang harus dijalani. Prosedur yang dilakukan para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam usaha mendapatkan pengetahuan tentang alam biasa dikenal dengan istilah metode ilmiah. Kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh para ilmuwan untuk mendapatkan atau menemukan suatu ilmu pengetahuan membutuhkan 63

3 kecakapan dan keterampilan dasar untuk melakukan kegiatan ilmiah tersebut. Keterampilan disini berarti kemampuan untuk menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu hasil tertentu termasuk kreativitas (Depdiknas, 2006). Selanjutnya kemampuan dasar tersebut dikenal dengan istilah keterampilan proses. Tabel 2.1 Keterampilan Proses IPA No Keterampilan Proses Sub Keterampilan Proses 1. Observasi (mengamati) a. Menggunakan indera b. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan c. Menggunakan alat bantu 2. Mengklasifikasikan a. Mencari persamaan dan perbedaan b. Mencari hubungan antara objek berdasarkan kesesuaiannya c. Mengelompokkan objek berdasarkan kesesuaiannya 3. Mengkomunikasikan a. Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas b. Menjelaskan hasil penelitian c. Mendiskusikan masalah/hasil penelitian d. Menggambarkan data dengan grafik, tabel atau diagram e. Membaca grafik atau tabel 4. Mengukur Melakukan pengukuran satuan (banyak partikel, waktu, volume dan lain-lain) terhadap objek yang diteliti dengan menggunakan alat bantu 5. Memprediksi Mengemukakan apa yang mungkin akan terjadi 6. Menyimpulkan Menarik kesimpulan dengan tepat berdasarkan data hasil penelitian (Sumber: Dimyati, 2006) Berdasarkan metode pembelajaran Eksperimen, keterampilan proses sains yang dapat diukur sub keterampilan proses sainsnya disajikan dalam tabel 2.2. Tabel 2.2 Keterampilan Proses Sains yang dapat diukur melalui Metode Pembelajaran eksperimen No Keterampilan Proses Sub Keterampilan Proses 1. Observasi (mengamati) a. Menggunakan indera b. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan 2. Mengklasifikasikan c.mencari persamaan dan perbedaan (Dhiasuprianti : 2012) Teori Pembelajaran IPA Hakikat IPA Sains menurut Depdiknas (2004) adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena di alam semesta. Sains memperoleh kebenaran tentang fakta dan fenomena alam melalui kegiatan empirik yang dapat diperoleh melalui eksperimen laboratorium atau alam bebas. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Carin & Sund (1985) Science is the system of knowing about the universe through data collected by observation and controlled experimentation. Sains adalah sebuah sistem pengetahuan tentang alam semesta melalui kumpulan data dari observasi atau eksperimen. Pembelajaran IPA Pembelajaran sering juga disebut dengan belajar mengajar sebagai terjemahan dari istilah instructional yang terdiri atas dua kata yaitu belajar dan mengajar. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Sesuai yang dinyatakan Nana Sujana (2004), Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada dalam individu. Eksperimen Pengertian Eksperimen Penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan eksperimen (percobaan) dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Proses belajar mengajar dengan metode eksperimen, siswa diberi pengalaman untuk mengalami sendiri tentang suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan 64

4 tentang suatu objek keadaan. Demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari suatu kebenaran, mencari suatu data baru yang diperlukannya, mengolah sendiri, membuktikan suatu dalil atau hukum dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya itu. Pelaksanaan Eksperimen Setelah semua persiapan kegiatan selanjutnya adalah sebagai berikut: 1) Siswa memulai percobaan, pada saat siswa melakukan percobaan, guru mendekati untuk mengamati proses percobaan dan memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-kesuli.tan yang dihadapi sehingga eksperimen tersebut dapat diselesaikan dan berhasil. 2) Selama eksperimen berlangsung, guru hendaknya memperhatikan situasi secara keseluruhan sehingga apabila terjadi hal-hal yang menghambat dapat segera terselesaikan. Lanjut Eksperimen Setelah eksperimen dilakukan, kegiatan-kegiatan selanjutnya adalah siswa mengumpulkan laporan eksperimen untuk diperiksa guru. Mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen, memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan dan peralatan yang digunakan. (Dhiasuprianti : 2012) Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen Kelebihan Metode Eksperimen Teknik eksperimen kerap kali digunakan karena memiliki kelebihan-kelebihan yaitu : 1) Siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya kepada sesuatu yang belum pasti kebenarannya dan tidak mudah percaya kata orang, sebelum siswa membuktikan kebenarannya. 2) Siswa lebih aktif berpikir dan berbuat, karena hal itulah yang sangat diharapkan dalam dunia pendidikan modern, dimana siswa lebih banyak aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru. 3) Siswa dalam melaksanakan proses eksperimen disamping memperoleh ilmu pengetahuan juga menemukan pengalaman praktis serta keterampilan dalam menggunakan alat percobaan. 4) Siswa membuktikan sendiri kebenaran suatu teori, sehingga akan mengubah sikap mereka yang tahayul, ialah peristiwa yang tidak masuk akal. 5) Siswa aktif mengumpulkan fakta, informasi atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukannya. 6) Siswa dapat menggunakan untuk melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berpikir ilmiah. 7) Hasil belajar dikuasai siswa dengan baik dan tahan lama dalam ingatan. Menghilangkan verbalisme. Kekurangan Metode Eksperimen Memerlukan peralatan dan bahan percobaan yang lengkap serta umumnya mahal. 1) Menghambat lajunya pembelajaran sebab eksperimen umumnya memerlukan waktu lama. 2) Kesalahan dalam eksperimen akan berakibat pada kesalahan kesimpulannya. 3) Belum tentu semua guru dan siswa menguasai metode eksperimen. (Upi Metode Eksperimen : 2012) Hidrolisis Hidrolisis berasal dari kata hidro yaitu air dan lisis berarti penguraian, jadi hidrólisis adalah suatu reaksi peruraian dalam air. Hidrólisis garam adalah peruraiain garam menjadi ion positif dan ion negatifnya yang terjadi dalam air. Hidrólisis garam pada dasarnya merupakan reaksi asam basa Bronsted-Lowry. METODE PENELITIAN Definisi Konsepsional Definisi konsepsional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan (Kamus besar bahasa Indonesia 2005). 2. Keterampilan proses adalah wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa (Depdikbud dalam Dimyati, 2006). 3. Metode adalah suatu kerangka kerja untuk melakukan suatu tindakan, atau suatu kerangka berpikir menyusun gagasan, yang beraturan, berarah dan berkonteks, yang paut (relevant) dengan maksud dan tujuan (Notohadiprawiro, 2006). 65

5 Definisi Operasional Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Keterampilan proses sains adalah keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep, prinsip atau teori serta untuk menerapkan dan mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya. Adapun keterampilan proses sains yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu keterampilan observasi/mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, mengkomunikasikan, mengukur, dan menyimpulkan. 2. Metode eksperimen adalah suatu metode pembelajaran yang mana guru menggali pemahaman siswa dengan cara melakukan eksperimen (percobaan). 3. Hidrolisis adalah interaksi antara ion-ion air dengan ion-ion garam menghasilkan asam lemah, basa lemah atau kedua-duanya. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI IPA SMA Islam Samarinda. 2. Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik pengambilan sampel non- acak dengan cara keputusan. Cara pengambilan sampel ini berdasarkan pada pertimbangan, karena dalam pelaksanaannya digunakan pertimbangan tertentu dari peneliti (Husein Umar, 2004). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA 1 SMA Islam Samarinda berjumlah 38 orang siswa. Waktu dan Tepat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April- Mei Tempat Penelitian di SMA Islam Samarinda Jalan KH. Achmad Dahlan Nomor 02 Kota Samarinda. Tahapan Penelitian Mencapai tujuan penelitian yang telah penulis tetapkan disusun prosedur yang sistematis. Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian. 1. Tahap persiapan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian, antara lain : a. Menganalisis materi untuk menentukan pokok bahasan yang akan dieksperimenkan b. Menentukan keterampilan proses yang akan diteliti c. Menyusun prosedur penelitian d. Mempersiapkan instrument penelitian e. Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : a. Membagi siswa dalam beberapa kelompok b. Membagi LKS sebelum pelaksanaan eksperimen c. Mempersiapkan kegiatan eksperimen d. Melakukan kegiatan eksperimen e. Melakukan wawancara kepada perwakilan kelompok sampel f. Tahap penyelesaian g. Mengolah data yang telah diperoleh h. Menganalsis dan membahas hasil penelitian i. Menarik kesimpulan dari hasil yang diperoleh sesuai denga teknik analisis yang digunakan 66

6 Skema Penelitian Langkah-langkah pada penelitian yang akan dilaksanakan Menganalisis materi Menentukan keterampilan proses yang diteliti Menyusun prosedur penelitian Mempersiapkan instrumen penelitian Mempersiapkan kegiatan Eksperimen Melaksanakan kegiatan Eksperimen Mengolah data Menganalisis data Kesimpulan Teknik Pengumpulan Data Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi judul percobaan, tujuan percobaan, materi singkat, alat dan bahan yang digunakan, prosedur kerja, hasil pengamatan, dan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan dalam LKS disusun untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan proses sains. Pertanyaan tersebut terdiri dari 10 nomor soal. Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS saat melakukan eksperimen. Analisis Data Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data meliputi : 1. Mengelompokkan data berdasarkan sumber dan jenis data 2. Memberikan skor mentah terhadap setiap jawaban yang diberikan siswa 3. Mengubah skor mentah ke dalam persentase berdasarkan rumus Nilai 4. Menentukan nilai rata-rata yang diperoleh untuk masing-masing sub keterampilan 5. Menentukan nilai rata-rata yang diperoleh siswa secara keseluruhan pada setiap keterampilan proses sains. 6. Menentukan kategori kemampuan untuk masing-masing siswa berdasarkan skala kategori kemampuan Table 3.1 Tabel nilai kategori kemampuan NO Nilai Kategori Kemampuan Sangat baik Baik Cukup Kurang 6 < 20 Sangat kurang 7. Menafsirkan data sebaran yang diperoleh menggunakan kriteria yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1990) seperti dalam tabel 3.2 berikut: 67

7 Tabel 3.2 Tafsiran Persentasi Sebaran Siswa NO Persentase (%) Tafsiran Kualitatif 1 0 Tidak ada Sebagian kecil Hampir separuhnya 4 50 Separuhnya Sebagian besar Hampir seluruhnya Seluruhnya HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil yang diperoleh pengumpulan data, nilai persentase pada setiap keterampilan proses sains (KPS) yaitu keterampilan observasi, keterampilan mengklasifikasi, siswa SMA Islam Samarinda kelas XI. Hasil-hasil penelitian disajikan dalam bentuk grafik / tabel persentase siswa secara keseluruhan pada setiap indikator atau sub-sub keterampilan pada keterampilan observasi mengamati dan mengklasifikasi sebagai berikut: Tabel 4.1 Nilai Skor Sub Keterampilan NO KPS Sub KPS Kemampuan Siswa Nilai (%) 1 Keterampilam Observasi Menggunakan Alat Indra 68,09 B Mencari Fakta yang Relevan 52,02 C 2 Mengklasifikasikan Mengklasifikasikan 70,76 B Kategori Tabel 4.2 Nilai Rata-Rata Keterampilan Secara Keseluruhan NO Keterampilan Proses Sains Nilai Kategori 1 Keterampilan Observasi 60,01 B 2 Keterampilan Mengklasifikasikan 70,76 B (Lampiran 8 ) Tabel 4.3 Data Sebaran Siswa Setiap Kategori Kemampuan pada Keterampilan Observasi/ Mengamati Kategori SB B C K SK Sebaran siswa (%) 15,78 34,21 28,95 21,05 0 Tafsiran Sebagian Kecil Hampir Separuhnya Hampir Separuhnya Sebagian Kecil Tidak Ada (Lampiran 11 ) Tabel 4.4 Data Sebaran Siswa Setiap Kategori Kemampuan pada Keterampilan Mengklasifikasi Kategori SB B C K SK Sebaran siswa (%) 15,78 84, Tafsiran Sebagian Kecil Hampir Separuhnya Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada (Lampiran 11 ) Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui KPS yang terdiri dari keterampilan observasi dan keterampilan mengklasifikasi, Adapun uraian mengenai hasil penelitian untuk masing-masing keterampilan proses sains sebagai berikut: Keterampilan Observasi/Mengamati Keterampilan observasi atau mengamati merupakan suatu keterampilan dasar yang melibatkan alat indera untuk melakukan pengumpulan data serta tanggapan kita terhadap objek sehingga ditemukan fakta-fakta mengenai suatu objek. Keterampilan observasi ini memiliki 2 sub indikator keterampilan yaitu keterampilan menggunakan alat indera dan keterampilan mencari (mengumpulkan) fakta-fakta yang relevan. Keterampilan mengobservasi dikembangkan selama kegiatan pembelajaran dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan alat indera untuk memperoleh fakta dari objek atau fenomena. Suatu peristiwa atau ilmu pengetahuan dapat dengan mudah kita 68

8 ketahui jika fakta-fakta mengenai objek tersebut telah terkumpul. Pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan tujuan sangat dipengaruhi oleh pengalaman, dan pengetahuan pengamat mengenai apa yang sedang diamati. Sesuai data hasil penelitian, keterampilan siswa dalam mengumpulkan fakta-fakta relevan dikatakan baik. Berdasarkan data sebaran siswa dan kemampuan siswa dalam keterampilan observasi dengan contoh hasil perhitungan (lampiran 11) dapat dibuat grafik sebagai berikut: Gambar 4.1 Grafik Presentase Nilai Siswa pada Keterampilan Observasi/ Mengamati Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa keterampilan observasi pada siswa 15,78 % atau sebagian kecil siswa termasuk kategori sangat baik, 34,21% atau hampir separuhnya siswa termasuk kategori baik, 28,95 % atau hampir separuhnya siswa termasuk kategori cukup dan 21,05 % atau sebagian kecil siswa termasuk kategori kurang. Berdasarkan nilai rata-rata siswa keterampilan observasi sebesar 60,01 % dengan kategori baik. Keterampilan mengumpulkan fakta-fakta relevan yang diukur pada LKS berupa soal yang diberikan mengenai pengertian, istilah serta beberapa sifat-sifat yang melekat pada suatu objek yang harus diamati ati kesesuaiannya dengan objek tersebut, namun pada jawaban siswa terdapat jawaban yang tidak lengkap dan kurang tepat, rendahnya kemampuan ini kemungkinan dipengaruhi oleh kesalahan atau siswa kurang tepat melakukan pengamatan sehingga sifat-sifat yang teramati dari objek yang berkaitan menjadi kurang tepat dan siswa kesulitan menyatakan sifat tersebut menjadi suatu pengertian atau fakta yang sesuai. Selain itu siswa juga kurang memahami isi materi hidrolisis yang berkaitan dengan konsep konsep asam kuat-basa kuat, asam kuat-basa lemah dan asam lemah-basa kuat, oleh karena itu guru dapat memberikan pemahaman konsep-konsep hidrolisis dan latihan-latihan soal yang sejenis agar siswa mampu memahami materi dengan baik. Mengamati merupakan tanggapan kita terhadap objek dan peristiwa, sehingga dengan mengamati kita dapat mengumpulkan data tentang tanggapan-tanggapan tersebut (Funk (1985) dalam Dimyati (2006)). Keterampilan mengamati menuntut setiap siswa untuk mampu mengamati ati gejala yang terjadi pada objek yang diamati dan mencatat fakta-fakta yang ditemukan, namun perbedaan antara hasil observasi dengan hasil analsis soal kemungkinan dikarenakan adanya perbedaan persepsi tiap siswa dalam melakukan pengamatan sehingga pengamatan yang dilakukan siswa tidak seluruhnya benar dan tepat. Keterampilan Mengklasifikasi Mencari Persamaan dan Perbedaan Keterampilan dalam mencari persamaan dan perbedaan dari objek peristiwa yang diamati akan mempermudah siswa menemukan hubungan diantara fakta-fakta yang telah diamatinya. Data mengenai keterampilan mencari persamaan dan perbedaan diperoleh dari data dari hasil jawaban siswa dalam LKS. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa pada LKS untuk pertanyaan nomor 6. Berdasarkan data sebaran siswa dan kemampuan siswa dalam sub keterampilan observasi mencari persamaan dan perbedaan dengan contoh hasil perhitungan (lampiran 11) dapat dibuat grafik sebagai berikut: Gambar 4.3 Grafik Presentase Nilai Siswa pada Keterampilan Mengklasifikasikan sikan Mencari Persamaan dan Perbedaan 69

9 Berdasarkan gambar 4.3 dapat dilihat bahwa keterampilan mencari persamaan dan perbedaan 15,78 % atau sebagian kecil siswa mencari persamaan dan perbedaan dengan kategori sangat baik, 55,26 % atau sebagian besar siswa mencari persamaan dan perbedaan dengan kategori baik dan 29.4 % atau hampir separuhnya siswa mencari persamaan dan perbedaan dengan kategori cukup. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki kemampuan dengan kategori baik pada keterampilan menemukan persamaan dan perbedaan. Namun terdapat jawaban siswa yang kurang lengkap. Hal ini dapat diketahui bahwa tidak seluruhnya siswa menjawab dengan tepat. Siswa yang menjawab kurang tepat, disebabkan karena sebelumnya siswa kurang cermat dalam melakukan pengamatan, sehingga siswa kesulitan dalam menentukan persamaan dan perbedaan larutan yang telah siswa eksperimenkan. Hal ini karena untuk bisa mengklasifikasikan diperlukan kecermatan mengamati (Semiawan,1986). Menurut Rustaman Keterampilan Mengklasifikasi didasarkan pada keterampilan Observasi. Jika kegiatan mengamati tidak dilakukan dengan cermat atau hanya sekedar melihat saja, maka ketika dievaluasi siswa kesulitan dalam mengklasifikasi hasil pengamatan. Oleh karena itu, siswa perlu meningkatkan keterampilan mengamati sehingga secara tidak langsung dapat mengembangkan keterampilan proses sains dasar lainnnya. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains siswa kelas XI IPA SMA Islam Samarinda pada pokok bahasan hidrolisis melalui metode pembelajaran Eksperimen secara keseluruhan pada keterampilan mengobservasi sebesar 60,01% termasuk kategori baik dan keterampilan mengklasifikasi sebesar 70,76% termasuk kategori baik. DAFTAR PUSTAKA Anggreini, Dyas Pembelajaran IPA. diakses pada tanggal 28 November Anonim Keterampilan Observasi. Lusa web.id/keterampialan observasi,.diakses pada tanggal 23 Januari 2012 Anonim Metode Ekperimen. Upi. metode ekperimen. diakses pada tanggal 30 Mei 2012 Dahar, Ratna Willis; Liliasari Pengelolaan Pengajaran Kimia. Jakarta :Depdikbud UT Dimyati dan Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Dwiyanti, Gebi dan Wiwi Siswaningsih Keterampilan Proses Sains Siswa SMU Kelas II Pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Melalui Metode Praktikum, makalah diakses pada tanggal 2 Januari 2012 Farida, Ida dkk Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Pembelajaran Identifikasi Zat Aditif Berbahaya dalam Makanan (Penelitian Kelas Terhadap Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah di Karawang), diakses pada tanggal 2 Januari 2012 Hamalik, Oemar Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara Marnasusanti, Ardian Analisis keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 5 Tegal dalam Sub Pokok Materi Kesetimbangan Kimia melalui metode Praktikum, doc.pdf.skripsi jurusan kimia UNNESE. diakses pada tanggal 8 Desember 2012 Nuh, Usep Keterampilan Proses Sains, online. Blogspot.com/2010/03. diakses pada tanggal 8 Desember 2012 Pramudjono Statistika Dasar. Samarinda : Universitas Mulawarman Prayugo, Agus Keterampilan Proses Sains. diakses pada tanggal 2 Januari 2012 Purba, Michael Kimia untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga Santrock, Jhon W Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta : Prenada Media Group 70

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran keterampilan proses sains siswa pada sub pokok bahasan sifatsifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola anggapan seperti itu perlu segera dikikis dan dicari solusinya. Kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. Pola anggapan seperti itu perlu segera dikikis dan dicari solusinya. Kesulitan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia masih dianggap sulit oleh beberapa siswa (Sirhan, 2007). Pola anggapan seperti itu perlu segera dikikis dan dicari solusinya. Kesulitan dalam memahami ilmu

Lebih terperinci

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMU KELAS II PADA PEMBELAJARAN KESETIMBANGAN KIMIA MELALUI METODE PRAKTIKUM ABSTRAK

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMU KELAS II PADA PEMBELAJARAN KESETIMBANGAN KIMIA MELALUI METODE PRAKTIKUM ABSTRAK KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMU KELAS II PADA PEMBELAJARAN KESETIMBANGAN KIMIA MELALUI METODE PRAKTIKUM Dra. Gebi Dwiyanti, MSi dan Dra. Wiwi Siswaningsih, MSi Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersedia tidak memadai, kurang dana, keterbatasan keterampilan guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. tersedia tidak memadai, kurang dana, keterbatasan keterampilan guru dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan sains dan teknologi yang demikian pesat pada era informasi kini, menjadikan pendidikan IPA sangat penting bagi semua individu. Kemampuan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran,

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelajaran kimia adalah salah satu dari pelajaran dalam rumpun sains yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran, farmasi, dan lain-lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Pemerintah terus

Lebih terperinci

DESKRIPSI KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA SMA NEGERI 9 PONTIANAK MELALUI METODE PRAKTIKUM PADA MATERI KSP

DESKRIPSI KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA SMA NEGERI 9 PONTIANAK MELALUI METODE PRAKTIKUM PADA MATERI KSP DESKRIPSI KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA SMA NEGERI 9 PONTIANAK MELALUI METODE PRAKTIKUM PADA MATERI KSP Aprilianti Putri, Eny Enawaty, Ira Lestari Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Email : apriliantipu3@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Ilmu ini mempelajari berbagai fenomena alam yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu pada Standar Isi dan tujuan mata pelajaran kimia SMA, pembelajaran kimia

Lebih terperinci

1 Muhibbin Syah., Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm

1 Muhibbin Syah., Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa 1. Pengertian Lembar Kerja Siswa Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik. LKS biasanya berupa

Lebih terperinci

II._TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses

II._TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses 6 II._TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses yang diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, melalui pendekatan inkuiri pada subkonsep faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis dilakukan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah pengalaman

I. PENDAHULUAN. alam. Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah pengalaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam. Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah pengalaman kepada siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buldan Abdul Rohman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buldan Abdul Rohman, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran kimia adalah salah satu dari pelajaran dalam rumpun sains yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran, farmasi, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) semakin maju dengan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) semakin maju dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) semakin maju dengan pesat mengikuti perkembangan jaman. Oleh karena itu, pendidikan memiliki peran penting

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Solving Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa kepada permasalahan yang harus dipecahkan. Pembelajaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (a) pandangan dari samping (wajah orang), (b) lukisan (gambar) orang dr

TINJAUAN PUSTAKA. (a) pandangan dari samping (wajah orang), (b) lukisan (gambar) orang dr 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Profil Keterampilan Proses Sains Profil dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki empat pengertian yaitu: (a) pandangan dari samping (wajah orang), (b) lukisan (gambar) orang

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN PEMANIS BUATAN MELALUI PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR NATRIUM SIKLAMAT DALAM SAMPEL AIR TEH

PEMBELAJARAN PEMANIS BUATAN MELALUI PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR NATRIUM SIKLAMAT DALAM SAMPEL AIR TEH SEMINAR NASIONAL PENELITIAN DAN PENDIDIKAN KIMIA Kontribusi Penelitian Kimia Terhadap Pengembangan Pendidikan Kimia PEMBELAJARAN PEMANIS BUATAN MELALUI PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR NATRIUM SIKLAMAT DALAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk mengembangkan keterampilan proses sains serta menumbuhkan kreativitas siswa. Keterampilan proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen. Ilmu kimia merupakan produk pengetahuan yang berupa fakta, teori, prinsip, hukum, temuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

ISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

ISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013 PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI Oleh : Meli Siska B 1, Kurnia 2, Yayan Sunarya 3 Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA

Lebih terperinci

Menurut Djamarah (1994) hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa

Menurut Djamarah (1994) hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Matematika Menurut Djamarah (1994) hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil

Lebih terperinci

Keterampilan Proses Sains. Makalah disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan IPA. oleh Litasari Aldila Aribowo ( )

Keterampilan Proses Sains. Makalah disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan IPA. oleh Litasari Aldila Aribowo ( ) Keterampilan Proses Sains Makalah disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan IPA oleh Litasari Aldila Aribowo (0402517032) PENDIDIKAN IPA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Depdiknas,

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. II. LANDASAN TEORI 1. Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pembelajaran media sangat diperlukan karena dapat membantu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pembelajaran media sangat diperlukan karena dapat membantu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) Selama proses pembelajaran media sangat diperlukan karena dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Arsyad (2006:3), media pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Keterampilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan hasil dari aktivitas para ilmuan. Produk sains dapat dicapai dengan pembelajaran yang fokus pada

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SIKLUS BELAJAR HIPOTESIS DEDUKTIF PADA PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA KELAS XI

PENGGUNAAN SIKLUS BELAJAR HIPOTESIS DEDUKTIF PADA PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA KELAS XI SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari. Pada hakikatnya ada tiga hal yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari. Pada hakikatnya ada tiga hal yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Pada hakikatnya ada tiga hal yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran (Djamarah dan Zain, 2010). Dari beberapa metode pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran (Djamarah dan Zain, 2010). Dari beberapa metode pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Metode pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam proses belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa akan ditentukan oleh kerelevansian

Lebih terperinci

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Jurnal Pengajaran MIPA, FPMIPA UPI. Volume 12, No. 2, Desember 2008. ISSN:1412-0917 PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga ilmu kimia bukan hanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa untuk menemukan pengetahuan memerlukan suatu keterampilan. mengamati, melakukan eksperimen, menafsirkan data

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa untuk menemukan pengetahuan memerlukan suatu keterampilan. mengamati, melakukan eksperimen, menafsirkan data 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains (KPS) adalah pendekatan yang mengarahkan bahwa untuk menemukan pengetahuan memerlukan suatu keterampilan mengamati, melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau sains berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keseluruhan dalam proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan

I. PENDAHULUAN. Keseluruhan dalam proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keseluruhan dalam proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pre-eksperimental dengan one shot case study. Pada penelitian ini suatu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM PEMBELAJARAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS MELALUI PRAKTIKUM SKALA MIKRO

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM PEMBELAJARAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS MELALUI PRAKTIKUM SKALA MIKRO Sri Wardani, Pengembangan Keterampilan Proses Sains... 317 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM PEMBELAJARAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS MELALUI PRAKTIKUM SKALA MIKRO Sri Wardani Jurusan Kimia FMIPA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Inkuiri atau dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan, pemeriksaan, atau penyelidikan. Inkuiri adalah suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar ilmu pengetahuan sekarang tidak hanya memberikan konsepkonsep

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar ilmu pengetahuan sekarang tidak hanya memberikan konsepkonsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami perkembangan yang mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam penguasaan konsep dan aplikasinya. Sebagian besar ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenal proses-proses penting dalam benda hidup, termasuk tubuh kita sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. mengenal proses-proses penting dalam benda hidup, termasuk tubuh kita sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia adalah materi pelajaran yang terdiri dari konsep-konsep yang sebagian besar bersifat abstrak (Erlina, 2011:631). Selain itu, ilmu kimia mempelajari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan syarat mutlak untuk

I. PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan syarat mutlak untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan syarat mutlak untuk mencapai kemajuan suatu bangsa. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas SDM tersebut adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan uraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) Media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran kehadiran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan

I. PENDAHULUAN. kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam. Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah pengalaman kepada siswa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL. xiii. DAFTAR LAMPIRAN.

DAFTAR ISI... JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL. xiii. DAFTAR LAMPIRAN. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...... LEMBAR PENGESAHAN...... PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR. i ii iii iv v viii xi DAFTAR TABEL. xiii DAFTAR LAMPIRAN. xiv BAB I PENDAHULUAN..

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai proses belajar mengajar bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri siswa secara optimal. Pendidikan merupakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih kearah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. lebih kearah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan ilmu yang sangat dekat dengan manusia.

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan ilmu yang sangat dekat dengan manusia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan ilmu yang sangat dekat dengan manusia. Ilmu ini mempelajari alam sekitar beserta isinya, mulai dari benda-benda yang berada di alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan standar kompetensi lulusan kelompok mata pelajaran sains, tujuan pendidikan pada satuan pendidikan SMA adalah untuk mengembangkan logika, kemampuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Observasi Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penguasaan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa yang akan datang. IPA berkaitan dengan cara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar siswa dapat mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing

Lebih terperinci

2015 PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN HIDROLISIS GARAM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING

2015 PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN HIDROLISIS GARAM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains merupakan pelajaran penting, karena memberikan lebih banyak pengalaman untuk menjelaskan fenomena yang dekat dengan kehidupan sekaligus mencari solusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi memberikan dampak yang besar dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Munculnya berbagai macam teknologi hasil karya manusia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara

I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TENTANG KEGIATAN PRAKTIKUM BIOLOGI DI LABORATORIUM SMA NEGERI SE-KOTA JAMBI

PERSEPSI SISWA TENTANG KEGIATAN PRAKTIKUM BIOLOGI DI LABORATORIUM SMA NEGERI SE-KOTA JAMBI PERSEPSI SISWA TENTANG KEGIATAN PRAKTIKUM BIOLOGI DI LABORATORIUM SMA NEGERI SE-KOTA JAMBI Afreni Hamidah, Eka Novita Sari, Retni S. Budianingsih Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Guide Discovery Guru dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu Kimia merupakan salah satu ilmu yang memiliki karakteristik yang sama

I. PENDAHULUAN. Ilmu Kimia merupakan salah satu ilmu yang memiliki karakteristik yang sama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Kimia merupakan salah satu ilmu yang memiliki karakteristik yang sama dengan IPA. Ilmu Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sulit dipahami oleh siswa karena ilmu kimia mayoritas bersifat abstrak, kompleks,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung dalam judul penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan

Lebih terperinci

PENGARUH KONDISI LABORATORIUM TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA NEGERI 11 SEMARANG (DESKRIPTIF KUALITATIF)

PENGARUH KONDISI LABORATORIUM TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA NEGERI 11 SEMARANG (DESKRIPTIF KUALITATIF) PENGARUH KONDISI LABORATORIUM TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA NEGERI 11 SEMARANG (DESKRIPTIF KUALITATIF) Kunnti Afifah 1), Andari Puji Astuti 2) 1)2) Pendidikan Kimia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.

KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING. KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING Andri Kasrani, Ila Rosilawati, Nina Kadaritna Pendidikan Kimia, Universitas Lampung andrikas03@gmail.com

Lebih terperinci

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa di SMA Negeri 10 Sarolangun masih belum memenuhi standar yang telah 1 XI IPA 1 65,24

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa di SMA Negeri 10 Sarolangun masih belum memenuhi standar yang telah 1 XI IPA 1 65,24 1 PENDAHULUAN Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan konsep yang dimilikinya. Penguasaan konsep menunjukkan. keberhasilan siswa dalam mempelajari sebuah konsep.

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan konsep yang dimilikinya. Penguasaan konsep menunjukkan. keberhasilan siswa dalam mempelajari sebuah konsep. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas belajar dan pembelajaran tidak terlepas dari penguasaan konsep. Kemampuan siswa dalam menguasai materi bisa terlihat dari penguasaan konsep yang dimilikinya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk. SMA (Sekolah Menengah Atas) dan MA (Madrasah Aliyah) diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk. SMA (Sekolah Menengah Atas) dan MA (Madrasah Aliyah) diantaranya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hakikat ilmu kimia mencakup dua hal yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk dan kimia sebagai proses. Kimia sebagai produk merupakan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain masalah yang timbul dalam

BAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain masalah yang timbul dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia dipandang penting dengan beberapa pertimbangan diantaranya adalah dapat memberikan bekal ilmu kepada peserta didik untuk menumbuhkan kemampuan berpikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum memiliki peranan penting dalam pendidikan. Istilah kurikulum menunjukkan beberapa dimensi pengertian, setiap dimensi tersebut memiliki keterkaitan satu dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rita Zahara, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rita Zahara, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tidak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Jika guru masih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Masalah dapat terjadi pada berbagai aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam situasi

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam situasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi diera globalisasi seperti saat ini, memberikan tuntutan yang sangat besar di dalam dunia pendidikan untuk menciptakan Sumber

Lebih terperinci

Olahairullah. Kata Kunci:Media Penugasan Proyek, Keterampilan Proses Mengkomunikasikan Hasil, Hasil Belajar

Olahairullah. Kata Kunci:Media Penugasan Proyek, Keterampilan Proses Mengkomunikasikan Hasil, Hasil Belajar Efektifitas Penggunaan Penugasan Proyek Dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Mengkomunikasikan Hasil Dan Peningkatan Hasil Belajar IPA Terpadu Siswa Kelas VII SMPN 7 Kota Bima Olahairullah Abstrak:Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mempelajari sains, termasuk Ilmu Kimia kurang berhasil jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mempelajari sains, termasuk Ilmu Kimia kurang berhasil jika tidak 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Praktikum Mempelajari sains, termasuk Ilmu Kimia kurang berhasil jika tidak ditunjang dengan praktikum yang dilaksanakan dilaboratorium. Laboratorium disini dapat berarti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran fisika merupakan salah satu wahana untuk menumbuhkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran fisika merupakan salah satu wahana untuk menumbuhkan kemampuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelajaran fisika merupakan salah satu wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kunci penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. Pendidikan IPA

BAB I PENDAHULUAN. kunci penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. Pendidikan IPA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini menjadi kunci penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. Pendidikan IPA sebagai bagian dari pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman belajar. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan di dalam kelas dalam seluruh proses

Lebih terperinci

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 proses pembelajaran pada suatu pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, sosial maupun fisik yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut pengetahuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Problem Solving Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan suatu masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta, konsep-konsep,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan sains saat ini menunjukkan bahwa sains memiliki peran yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Berkembangnya ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan experimental science, tidak dapat dipelajari hanya dengan membaca, menulis, atau mendengarkan. Mempelajari ilmu kimia bukan hanya menguasai kumpulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pengertian pengembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pengertian pengembangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Tes Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pengertian pengembangan adalah suatu proses untuk menjadikan suatu (pikiran, pengetahuan, dan sebagainya) agar menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan variabel, gejala, atau keadaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang berdasarkan pada pengamatan terhadap fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan

Lebih terperinci

ANALISIS KETERAMPILAN KOMUNIKASI DALAM PENYUSUNAN LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA PADA SISWA KELAS XI IPA

ANALISIS KETERAMPILAN KOMUNIKASI DALAM PENYUSUNAN LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA PADA SISWA KELAS XI IPA ANALISIS KETERAMPILAN KOMUNIKASI DALAM PENYUSUNAN LAPORAN PRAKTIKUM TERMOKIMIA PADA SISWA KELAS XI IPA Risty Aprilia Wulandari, Hairida, Husna Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Email: risty_wulan@yahoo.com

Lebih terperinci