BAB III MENENTUKAN PRIORITAS DALAM AHP. Wharton School of Business University of Pennsylvania pada sekitar tahun 1970-an

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III MENENTUKAN PRIORITAS DALAM AHP. Wharton School of Business University of Pennsylvania pada sekitar tahun 1970-an"

Transkripsi

1 BAB III MENENTUKAN PRIORITAS DALAM AHP Pada bab ini dibahas mengenai AHP yang dikembangkan oleh Thomas L Saaty di Wharton School of Business University of Pennsylvania pada sekitar tahun 970-an dan baru dipublikasikan pada tahun 980 dalam bukunya yang berjudul The Analytic Hierarchy Process Saaty [2] Setelah membahas AHP kemudian dibahas tentang bagaimana menentukan bobot (prioritas) dalam AHP tersebut dengan menggunakan metode dekomposisi nilai singular Pada akhir bab ini akan disajikan contoh perhitungan dari matriks perbandingan berpasangan yang ditentukan dekomposisi nilai singular nya untuk mendapatkan prioritas III Prinsip dan Tahapan AHP Secara umum terdapat tiga prinsip yang menjadi satu kesatuan di dalam mengkonstruksi AHP Tiga prinsip yang dimaksud adalah: decomposition, comparative judgment, dan synthesis of priority Decomposition Decomposition yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsur yang lebih sederhana Selanjutnya, dibuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria-kriteria, kemudian sub-kriteria dengan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lagi Pemecahan tersebut akan menghasilkan beberapa tingkatan dari suatu persoalan Oleh karena itu proses analisis ini dinamakan hierarkhi Contoh hierarkhi dalam AHP seperti pada gambar 3 : 3

2 32 Gambar 3: Contoh Hierarkhi AHP Comporative Judgment Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen Hasil dan penilaian ini akan tampak lebih baik bila disajikan dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan ( pairwise comparison) Misalkan kita mempunyai n obyek yang akan dibandingkan dari suatu tingkat hirarki yang dinotasikan oleh C, C 2, C 3,, C n dengan bobot pengaruh masing-masing w, w 2,, w n Bila diketahui nilai perbandingan elemen C i terhadap elemen C j adalah a ij, i, j, 2, 3,, n, maka kita dapat menuliskan matriks perbandingan

3 33 berpasangan A sebagai berikut: C C 2 C n C a a 2 a n A C 2 a 2 a 22 a 2n C n a n a n2 a 33 Matriks A merupakan matriks positif n n yang reciprocal yaitu a ji a ij Matriks tersebut konsisten jika a ij a jk a ik, untuk i, j, k, 2, 3,, n Dengan demikian a ij a ik a jk Jika A konsisten dan a ij w i w j mengalikan A dengan vektor w (w,, w n ) T diperoleh:, dengan i, j, 2, 3,, n maka dengan Aw nw (3) Ini menunjukkan bahwa w merupakan vektor eigen dari matriks A dengan nilai eigen n Skala dasar yang digunakan untuk membandingkan elemen-elemen tersebut oleh Saaty dibuat dalam bentuk skala perbandingan yang selanjutnya kita sajikan sebagai berikut;

4 34 Tabel Skala Perbandingan Berpasangan, berdasar Saaty [] Bobot Definisi Sama pentingnya 3 Agak lebih penting yang satu dengan yang lainnya 5 Cukup penting 7 Sangat penting 9 Mutlak lebih penting 2,4,6,8 Nilai antara Kebalikan Jika i mempunyai nilai lebih tinggi dari j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibanding dengan i Rasio Rasio yang didapat langsung dari pengukuran Synthesis of Priority Dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang telah dibuat kemudian dicari vektor eigennya untuk mendapatkan prioritas lokal Karena matriks perbandingan berpasangan terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan prioritas global harus dilakukan sintesa di antara prioritas lokal Prosedur melakukan sintesa ini berbeda menurut bentuk hirarki Dari prioritas global akhir itulah yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan Adapun tahapan- tahapan proses pengambilan keputusan dengan AHP adalah sebagai berikut: Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan 2 Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub tujuan-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah

5 35 3 Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya 4 Menghitung prioritas dan menguji kekonsistenannya 5 Mengulangi langkah 3, dan 4 untuk seluruh tingkat hirarki Disamping ketiga prinsip dasar tersebut, hal lain yang harus diperhatikan dalam membuat suatu keputusan dengan AHP adalah konsistensi dari jawaban Idealnya, setiap orang menginginkan keputusan yang konsisten Namun demikian banyak kasus yang kita tidak dapat mengambil keputusan yang benar-benar konsisten Dalam menggunakan AHP ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan responden memberikan jawaban yang tidak konsisten, yaitu: keterbatasan informasi, kurang konsentrasi, ketidakkonsistenan dalam dunia nyata, struktur model yang kurang memadai Sebagai contoh ketika seseorang mengatakan madu dua kali lebih manis dari pada gula, dan gula tiga kali lebih manis dari pada sirup, maka kita tidak bisa memaksakan bahwa madu enam kali lebih manis dari pada sirup Salah satu hal yang perlu dicatat dalam hal inkonsistensi adalah bahwa tujuan utama proses pengambilan keputusan bukanlah derajat inkonsistensi yang rendah Inkonsistensi rasio yang rendah bersifat perlu namun belum cukup untuk sebuah keputusan yang baik Untuk mengatasi hal tersebut, maka Saaty telah mendefinisikan kekonsistenan suatu

6 36 keputusan yang dikenal dengan Indeks konsistensi (CI) sebagai berikut: CI λ max n n Adapun batas ketidakkonsistenan suatu matriks, oleh Saaty diukur dengan menggunakan Consistency Ratio (CR) Saaty [2] yaitu perbandingan antara indek konsistensi (CI) dengan nilai Indeks Random (RI) CR CI RI Indeks Random tersebut bergantung pada ukuran suatu matriks Jika nilai consistency ratio (CR) yang diperoleh kurang dari 0 persen, maka keputusan yang diambil dianggap konsisten, akan tetapi jika rasio konsistensi yang diperoleh ternyata lebih dari 0 persen, maka si pembuat keputusan disarankan melakukan kajian ulang terhadap matriks perbandingan yang diperoleh Ini artinya keputusan yang diambil kurang konsisten Tabel 2 Tabel Indeks Random (RI) N RI III2 Dekomposisi Nilai Singular Selanjutnya pada pasal ini dibahas mengenai dekomposisi nilai singular Teori ini akan digunakan dalam menentukan bobot prioritas dalam AHP Kajian mengenai dekomposisi nilai singular dapat di lihat pula pada Leon,SJ [7]

7 Teorema III2 Misalkan A M n (R) Nilai eigen dari matriks A T A adalah nonnegatif 37 Bukti: Misalkan λ nilai eigen dari A T A Karena A T A simetri maka λ adalah bilangan real dan terdapat x R n vektor eigen yang bersesuaian dengan λ Kemudian kita hitung panjang vektor Ax, yaitu: Ax 2 (Ax) T (Ax) x T A T Ax x T λx λx T x λ x 2 Karena A T Ax λx, dan Ax 2 0 serta x 2 > 0 maka nilai λ 0 Teorema III22 (Dekomposisi nilai singular) Misalkan A matriks berukuran m n maka ada matriks diagonal D berukuran r r dengan r min {m,n }, matriks orthogonal U m m dan matriks orthogonal V n n, sehingga berlaku : A UΣV T (32) dengan adalah matriks berukuran m n yang mempunyai bentuk : D 0 0 0

8 38 Bukti: Menurut Teorema III2 matriks simetri A T A dapat didiagonalkan secara orthogonal dengan nilai eigen yang tak negatif Misalkan λ λ 2 λ n merupakan nilai eigen dari A T A Kemudian nilai singular dari A didefinisikan sebagai σ j λ j, dimana j, 2,, n Misalkan rank (A) r, maka rank (A T A) r dan nilai eigen tak nol dari A T A juga sebanyak r buah Jadi, misalkan λ λ 2 λ r > 0 dan λ r+ λ r+2 λ n 0 Hal yang sama juga berlaku untuk nilai singular tersebut, yaitu σ σ 2 σ r > 0 dan σ r+ σ r+2 σ n 0 Selanjutnya misalkan v,, v n vektor-vektor yang saling ortogonal dan merupakan vektor eigen dari A T A yang berkaitan dengan nilai eigen λ λ λ 2 λ r > λ r+ λ n 0 Kemudian bentuk matriks : V [v v r ], V 2 [v r+ v n ] V [V V 2 ]

9 yaitu matriks dengan kolomnya merupakan vektor eigen Misalkan D dan adalah matriks-matriks berikut 39 D σ σ 2 0 R r r dan Σ D R n n 0 0 σ r Diperoleh untuk j r +,, n A T Av j 0 vj T A T Av j 0 Av j 2 0 Av j 0, sehingga AV 2 0 Matriks V merupakan matriks orthogonal, maka I V V T V V T + V 2 V T 2 A AI AV V T + AV 2 V T 2 AV V T (33) Perhatikan bahwa untuk i, j, 2,, r A T Av j λ j v j v T i A T Av j λ j v T i v j

10 λ vi T A T j, jika i j Av j 0, jika i j 40 Jadi diperoleh bahwa vektor-vektor Av, Av 2,, Av r saling ortogonal dengan panjang Av j λ j 0, j, 2,, r Oleh karena itu U (u, u 2,, u n ) dapat didefinisikan sebagai berikut u j σ j Av j untuk j, 2,, r (34) u r+,, u n dipilih dari R n sehingga {u, u 2,, u n } membentuk basis ortonormal Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan proses Gram Schmidt [ ] Misalkan U u u 2 u r maka berlaku AV U D dan AV UΣ (35) Matriks U tersebut adalah matriks orthogonal Sekarang akan ditunjukkan bahwa UΣV T A Dari persamaan (35) diperoleh [ UΣV T ] U U 2 D V T V T 2 U DV T A V V T A

11 4 Teorema III23 Misalkan A M n (R), u,, u n dan v,, v n adalah kolomkolom dari U dan V dan σ i adalah diagonal-diagonal dari D, maka persamaan (32) ekuivalen dengan bentuk: A n T σ i u i v i i (36) Bukti: A UΣV T [ ] u u 2 u n σ σ 2 0 v T v T σ n v T n [ ] σ u σ 2 u 2 σ n u n v T v T 2 v T n [ σ u v T + σ 2 u 2 v2 T + + σ n u n vn T n σ i u i vi T i ] Jelas nilai singular σ k +,, σ n lebih kecil, dibanding σ,, σ k untuk k < n, maka dengan menghilangkan n k ruas kanan bentuk (36) merupakan hampiran yang baik untuk matriks A Definisi III2 Misalkan matriks A (a ij ) n n ( n A C n n didefinisikan sebagai A F n i j a2 ij Norm Frobenius dari matriks ) 2

12 Teorema tentang hampiran rank rendah pertama kali dikemukakan oleh Eckart dan Young yang dapat dilihat pada Eckart,Carl [4] 42 Teorema III24 Misalkan A r i σ iu i v T i M n (R) bentuk dekomposisi nilai singular dari A dengan σ σ 2 σ r > 0 adalah semua nilai singular tak nol dari A ϕ {X M n (R) rank (X) atau X 0} Tulis A [] σ u v T Maka A [] memenuhi persamaan A A [] F min X ϕ A X F (37) Teorema III24 mengatakan bahwa A [] adalah matriks berrank yang terdekat dengan matriks A, berdasarkan norm Frobenius Bukti: Dalam bukti ini kita asumsikan bahwa nilai min X ϕ A X ada Jadi misalkan X 0 ϕ sehingga A X 0 F min X ϕ A X F Selanjutnya akan dibuktikan A X 0 F A A [] F Jelas bahwa A [] ϕ sehingga A X 0 F min X ϕ A X F A A [] F Jadi A X 0 F A A [] F Misalkan bentuk dekomposisi nilai singular dari X 0 adalah X 0 Q w QΩP T P T untuk suatu w R +, w > 0

13 43 Tulis B Q T AP yang berarti A QBP T sehingga A X 0 F Q(B Ω)P T F B Ω F Misalkan B b B 2 B 2 B 22 maka A X 0 2 F b w 2 F + B 2 2 F + B 2 2 F + B 22 2 F Andaikan B 2 0 maka B 2 2 F > 0 Perhatikan bahwa terdapat Y Q w B P T ϕ sehingga A Y 2 F B w B F b w 0 B 2 B 22 2 F b w 2 F + B 2 2 F + B 22 2 F < A X 0 2 F kontradiksi dengan pemisalan bahwa X 0 memenuhi persamaan A X 0 F min X ϕ A X F Jadi haruslah B 2 0 Dengan cara serupa dapat ditunjukkan bahwa B 2 0 Jadi B b 0 0 B 22

14 Sekarang bentuk Z Q b P T maka Z ϕ dan diperoleh 44 A Z 2 F B 22 2 F b w 2 F + B 22 2 F A X 0 2 F Karena A X 0 F min X ϕ A X F dan Z ϕ maka A Z 2 F A X 0 2 F yang berarti b w 2 F 0 atau b w Jadi Q T AP w 0 0 B 22 Karena rank(a) r maka rank (B 22 ) r dengan w adalah nilai singular tak nol dari X 0 Misalkan B 22 U 2 ΛV T 2, bentuk dekomposisi nilai singular dari B 22 dengan Λ Diperoleh λ 0 λ r 0 0 λ 0 λ r > 0 A Q 0 0 U 2 w λ 0 0 λ r V2 T P

15 45 adalah bentuk dekomposisi nilai singular dari A, sehingga r A X 0 2 F B 22 2 F Λ 2 F dan λ,, λ r, w adalah nilai singular dari A haruslah w σ dan λ σ 2 λ 2 σ 3 λ r σ r i λ 2 i Supaya nilai r i λ2 i minimal Jadi A A [] F ( r r σ i u i vi T F i2 ( r ) 2 λ 2 i i2 ( r ) 2 λ 2 i i2 i2 σ 2 i ) 2 min X ϕ A X F Teorema III25 Menurut Gass,SI,Rapcsak [6] Dekomposisi nilai singular pada matriks positif yang konsisten A memenuhi: A c c 2 c w c 2 w 2 [ ] c w, c 2 w 2, c nw n c n w n dengan w w i R n + dengan c dan c 2 adalah konstanta positif sehingga c 2 n i dengan c c 2 adalah nilai singular pada A ( ) 2 w i, c 2 2 P n i w i 2,

16 46 Bukti: Berdasarkan Corolari II5 rank matriks positif yang konsisten, dengan bentuk umum matriks A adalah: A w w w w 2 w w n w 2 w w 2 w 2 w 2 w n w n w w n w 2 w n w n w w w 2 w n w 2 w w 2 w n w n w w 2 w n c w c w c 2 w 2 c n w n c w 2 c w c w 2 c w n c w n c w c w 2 c w n c c 2 w c c 2 w c c 2 w 2 c c 2 w n c c 2 w 2 c c 2 w c c 2 w 2 c c 2 w n c c 2 w n c c 2 w c c 2 w 2 c c 2 w n c c c 2 w c 2 w c 2 w 2 c 2 w n c c c 2 w 2 c 2 w c 2 w 2 c 2 w n c c c 2 w n c 2 w c 2 w 2 c 2 w n

17 c 2 w c 2 w c 2 w A c c 2 w 2 c 2 w 2 c 2 w 2 c 2 c w c w 2 c w n c 2 w n c 2 w n c 2 w n c w c c 2 w 2 [ ] c 2 c w, c 2 w 2, c nw n c n w n 47 Misalkan matriks A [] adalah matriks ukuran n n yang mempunyai rank, dibentuk dari nilai singular terbesar dan berkorespondensi dengan vektor singular kiri dan kanan pada A Matriks A akan didekati dengan matriks A [] III3 Menentukan Prioritas AHP Menggunakan Dekomposisi Nilai Singular Dalam subbab ini akan dibahas metode menentukan vektor bobot dari suatu matriks perbandingan berpasangan A dengan memanfaatkan dekomposisi nilai singular dari A Secara umum yang akan dilakukan ada 2 langkah : Menaksirkan A [] matriks rank satu yang dekat dengan A 2 Menaksirkan matriks perbandingan berpasangan yang transitif yang dekat dengan matriks A [] Dari Teorema III22 dan Teorema III23 didapat A [] σ u v T, merupakan hampiran matriks rank satu yang terbaik pada matriks A dengan menggunakan norm Frobenius, yaitu matriks A [] adalah solusi optimal masalah meminimumkan jarak

18 48 dalam bentuk n n A A [] min (a ij x ij ) 2 (38) i j untuk semua matriks X (x ij ) rank satu Lema III3 Vektor singular kiri u dan vektor singular kanan v yang berasosiasi dengan nilai singular terbesar σ dan merupakan vektor eigen matriks AA T dan A T A; komponen- komponennya positif Bukti: Misalkan A U V T, berdasarkan Teorema II7 ada vektor x positif yang memenuhi A T Ax σ 2 x,dengan vektor eigen yang berkaitan nilai eigen σ 2 Lebih lanjut setiap vektor eigen dari A T A yang berkaitan dengan σ 2 adalah kelipatan dari x Artinya vektor singular dari A yang terkait dengan σ memenuhi v kx, untuk suatu k Pilih untuk k > 0 dan karena x > 0 maka didapat v x x sehingga v > 0 dipenuhi, selanjutnya bentuk u Av σ A > 0 dan σ > 0 maka u > 0 A x x σ, karena x x > 0, AHP tujuannya tidak untuk menemukan hampiran satu rank yang terbaik pada A, tetapi untuk mendapatkan hampiran yang baik pada vektor prioritas Pemecahan masalah ini diterjemahkan sebagai masalah meminimumkan suatu ukuran atau jarak Karena komponen vektor u dan v positif, Merujuk dari Kullback dan Leibler I-divergence information theory approach for measuring the difference of two discrete probability distributions yang bisa di lihat di Mes`zaros,Cs [8], maka ukuran tersebut dapat dipergunakan untuk menyelesaikan masalah di atas Kullback dan Leibler mendefinisikan jarak antara x dan y dengan x, y R+ n adalah D(x y) n i x i ln x i y i n x i + i n y i, (39) i

19 49 Perhatikan fungsi real f(t) uln u t u + t untuk setiap t R+ untuk suatu u R + f (t) u t + Jadi titik kritis f(t) adalah t u Misalkan t 0 u maka, f(t 0 ) uln u u + t 0 t 0 uln u u u + u uln 0 0 Untuk t > u maka nilai f(t) positif dan untuk t < u nilai f(t) juga positif Jadi u merupakan titik minimum Walaupun f(t) 0, tetapi tidak memenuhi sifat transitif dan ketaksamaan segitiga pada metrik Dengan memanfaatkan fungsi f(t) tersebut, dapat disimpulkan bahwa D(x y) 0 dan D(x y) 0 jika dan hanya jika x y Karena A [] bukan matriks perbandingan berpasangan, selanjutnya A [] didekati dengan suatu matriks perbandingan berpasangan yang transitif à w wt

20 50 Diperoleh A [] w wt u v T u ( u T ) + u ( u T ) w wt u v T ( v )v T + ( v )v T w wt Perhatikan bahwa: Jika w dekat dengan u maka à w wt dekat dengan A [] Begitu pula jika w dekat dengan v maka à w wt juga dekat dengan A [] Dari argumentasi ini maka dicari vektor w w w n dengan w i sehingga Berdasarkan (39) menentukan vektor w yang dekat u dan vektor w yang dekat v dapat diterjemahkan sebagai masalah meminimumkan fungsi g(w) berikut: g(w) D(u w) + D( v w) n u i ln u n i u i + w i i dengan kendala e T w, w R n + i n w i + i n i ln v i v i w i n i v i + n w i, i (30) Diperoleh min g(w) n i u i ln u i w i + n i ln (3) v i v i w i karena n i u i, n i w i dan n i v i tidak bergantung pada w

21 5 Diperoleh: g w (w ) u w v w (u + v )( w ) (32) g wn (w n ) (u n + v n )( w n ) diperoleh: g(w, w 2,, w n ) (g w (w ), g w2 (w 2 ),, g wn (w n )) h(w, w 2,, w n ) (h w, h w2,, h wn ) (,,, ) Menggunakan metode pengali Lagrange titik kritis harus memenuhi persamaan : g λ h h 0 berarti g w (w ) λ g w 2 (w 2 ) λ g w n (w n ) λ

22 52 diperoleh λ g w (w ) (u + )( ) v w λ g wn (w n ) (u n + )( ) v n w n Jadi λ (u i + )( ) v i w i n w i, w R+ n i (33) Untuk suatu indeks j λ (u j + v j )( w j ) Selanjutnya kita bandingkan w j dengan w i kita peroleh: (u j + v j )( w j ) (u i + v i )( w i ) λ λ (u j + v j )( w j ) (u i + v i )( w i ) u j + v j w i w j u i + v i u j + v j u i + v i w j w i Karena n i w j dengan menjumlahkan kolom j diperoleh P n j u j+ v j u i + v i w i

23 53 Jadi, w i u i + v i n j u j + v j (34) Misalkan g i (w i ) u i ln u i w i + v i ln v i w i, untuk i,, n, dan w i > 0 Dari persamaan (32) diperoleh pula : g (w ) u + v w 2 g n(w n ) u n + v n w 2 n Jadi g i (w i ) u i + v i w 2 i > 0 i, 2,, n Jadi, karena penyebut > 0 dan u i + v i > 0 maka g i u i + v i w 2 i > 0, i,, n (35) Hal tersebut menunjukkan bahwa g i (w i ) cekung ke atas dan titik (w i, g(w i )) adalah merupakan titik minimum Selanjutnya untuk g i, i, 2,, n g mempunyai solusi tunggal sesuai persamaan (34) yang komponen-komponennya positif Artinya bahwa jarak à ( w wt ) dari matriks A [] yaitu matriks yang mempunyai rank satu dengan matriks A cukup dekat Sehingga kita dapat menggunakan matriks

24 54 Ã ( w wt ) untuk menentukan vektor prioritas dari matriks A Dengan demikian untuk menentukan vektor bobot dari suatu matriks perbandingan berpasangan, dengan menggunakan metode dekomposisi nilai singular dapat dihitung dengan menggunakan vektor singular kiri dan kanan yang berkorespondensi dengan nilai singular terbesar diperoleh dengan rumus sebagai berikut w i u i + v i n j (u j + v j ), (36) dengan u (u, u 2,, u n ) dan v (v, v 2,, v n ) adalah vektor singular kiri dan kanan yang berasosiasi dengan nilai singular terbesar pada matriks perbandingan berpasangan A III4 Contoh Perhitungan Menentukan Prioritas Untuk lebih jelasnya berikut akan disajikan contoh perhitungan menentukan prioritas dalam matriks perbandingan berpasangan A menggunakan dekomposisi nilai singular Misalkan A , diperoleh AT dan A T A

25 55 Langkah selanjutnya dicari nilai eigen dari matriks A T A didapat λ 5863 dan λ 2 0 dan λ 3 0 Vektor eigen yang bersesuaian dengan λ 5863 adalah v ( ), vektor eigen yang bersesuaian dengan λ 2 0 adalah v 2 ( ) dan vektor eigen yang bersesuaian dengan λ 3 0 adalah v 3 ( ) Vektor-vektor v i yang saling ortonormal adalah V Selanjutnya akan ditentukan vektor u, u 2 dan u 3 u σ Av serta vektor u 2 dan vektor u 3 diperoleh u u

26 56 Sehingga didapat dekomposisi nilai singular dari matriks A sebagai berikut: A U V T Kemudian akan ditentukan prioritas dari masing-masing alternatif Untuk baris ke-, diperoleh u + v w n j u j + v j , 264

27 57 Untuk baris ke-2, diperoleh w 2 u 2 + v 2 n j u j + v j , , 525 Untuk baris ke-3,diperoleh u 3 + v w 3 3 n j u j + v j , 2 Jadi urutan prioritas sebagai dasar pengambilan keputusan adalah : w , w 0264 kemudian w 3 02

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK 3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor ketidakpasatian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun masih terdapat penyebab

Lebih terperinci

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process) Mata Kuliah :: Riset Operasi Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process) e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Pendahuluan AHP

Lebih terperinci

APLIKASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN SISWA TELADAN

APLIKASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN SISWA TELADAN Aplikasi Analytic Hierarchy Process (Moh. Hafiyusholeh) 53 APLIKASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN SISWA TELADAN Moh. Hafiyusholeh Fakultas MIPA Universitas Islam Darul Ulum Lamongan

Lebih terperinci

VEKTOR PRIORITAS DALAM ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DENGAN METODE NILAI EIGEN

VEKTOR PRIORITAS DALAM ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DENGAN METODE NILAI EIGEN VEKTOR PRIORITAS DALAM ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DENGAN METODE NILAI EIGEN Moh. Hafiyusholeh 1, Ahmad Hanif Asyhar 2 Matematika UIN SunanAmpel Surabaya, hafiyusholeh@uinsby.ac.id 1 Matematika

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. MCDM (Multiple Criteria Decision Making) Multi-Criteria Decision Making (MCDM) adalah suatu metode pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70 an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah

Lebih terperinci

ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP)

ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) Jurnal DINAMIKA TEKNIK, Vol 8 No 2 Juli 2014, h.1 10 ISSN: 1412-3339 ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) Antoni Yohanes Program Studi Teknik Industri Universitas Stikubank Semarang, Jawa Tengah, Indonesia antonijohanes@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan nomos. Oikos berarti rumah tangga, nomos berarti aturan. Sehingga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manusia dan Pengambilan Keputusan Setiap detik, setiap saat, manusia selalu dihadapkan dengan masalah pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. Bagaimanapun

Lebih terperinci

Pengaruh Gangguan pada Perubahan Prioritas dan Indeks Konsistensi Matriks Perbandingan Berpasangan dalam Analytical Hierarchy Process

Pengaruh Gangguan pada Perubahan Prioritas dan Indeks Konsistensi Matriks Perbandingan Berpasangan dalam Analytical Hierarchy Process Pengaruh Gangguan pada Perubahan Prioritas Indeks Konsistensi atriks Perbandingan Berpasangan dalam Analytical Hierarchy Process Hanni Garminia, oh Hafiyusholeh Pudji Astuti Fakultas atematika Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN Indriyati APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN Indriyati Program Studi Teknik Informatika Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Abstrak Dalam era globalisasi dunia pendidikan memegang peranan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan mengenai metode Analytic Hierarchy Process (AHP) sebagai metode yang digunakan untuk memilih obat terbaik dalam penelitian ini. Disini juga dijelaskan prosedur

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB 2 LANDASAN TEORI 2 1 Analytial Hierarchy Process (AHP) 2 1 1 Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor

Lebih terperinci

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 213-224. PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

Lebih terperinci

7. NILAI-NILAI VEKTOR EIGEN. Nilai Eigen dan Vektor Eigen Diagonalisasi Diagonalisasi Ortogonal

7. NILAI-NILAI VEKTOR EIGEN. Nilai Eigen dan Vektor Eigen Diagonalisasi Diagonalisasi Ortogonal 7. NILAI-NILAI VEKTOR EIGEN Nilai Eigen dan Vektor Eigen Diagonalisasi Diagonalisasi Ortogonal Nilai Eigen, Vektor Eigen Diketahui A matriks nxn dan x adalah suatu vektor pada R n, maka biasanya tdk ada

Lebih terperinci

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM Oleh : Yuniva Eka Nugroho 4209106015 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan

Lebih terperinci

Reduksi Rank pada Matriks-Matriks Tertentu

Reduksi Rank pada Matriks-Matriks Tertentu Reduksi Rank pada Matriks-Matriks Tertentu E. Apriliani, B. Ari Sanjaya September 6, 7 Abstract. Dekomposisi nilai singular (Singular Value Decomposition - SVD) adalah suatu metode untuk menuliskan suatu

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. perumahan yang terletak di jalan Kedungwringin Patikraja, Griya Satria Bukit

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. perumahan yang terletak di jalan Kedungwringin Patikraja, Griya Satria Bukit BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. PERUMAHAN Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan(basri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytical Hierarchy Process (AHP) Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah salah satu metode dari Multi Criteria Decision Making (MCDM) yang dikembangkan oleh Prof. Thomas Lorie

Lebih terperinci

Bab II Analytic Hierarchy Process

Bab II Analytic Hierarchy Process Bab II Analytic Hierarchy Process 2.1. Pengertian Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor logika, intuisi, pengalaman,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. AHP dan Promethee. Bahasa pemrograman yang digunakan Microsoft Visual

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. AHP dan Promethee. Bahasa pemrograman yang digunakan Microsoft Visual 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Sebagai pembanding dan bahan acuan dalam pengembangan sistem pakar ini penulis mengkaji mengenai sistem pendukung yang pernah dibuat oleh

Lebih terperinci

SISTEM PERSAMAAN LINEAR ( BAGIAN II )

SISTEM PERSAMAAN LINEAR ( BAGIAN II ) SISTEM PERSAMAAN LINEAR ( BAGIAN II ) D. FAKTORISASI MATRIKS D2 2. METODE ITERASI UNTUK MENYELESAIKAN SPL D3 3. NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN D4 4. POWER METHOD Beserta contoh soal untuk setiap subbab 2

Lebih terperinci

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016 1 Kuliah 11 Metode Analytical Hierarchy Process Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi METODE AHP 2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Analytical Network Process (ANP) dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Sugiyono (008 : 3) mengemukakan secara umum penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang

Lebih terperinci

BAB II MATRIKS POSITIF. Pada bab ini akan dibahas mengenai Teorema Perron, yaitu teori hasil kontribusi

BAB II MATRIKS POSITIF. Pada bab ini akan dibahas mengenai Teorema Perron, yaitu teori hasil kontribusi BAB II MATRIKS POSITIF Pada bab ini akan dibahas mengenai Teorema Perron, yaitu teori hasil kontribusi dari seorang matematikawan German, Oskar Perron. Perron menerbitkan tulisannya tentang sifat-sifat

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN RATING RISIKO PROYEK PT. XYZ METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROSES (AHP)

ANALISIS PENENTUAN RATING RISIKO PROYEK PT. XYZ METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROSES (AHP) ANALISIS PENENTUAN RATING RISIKO PROYEK PT. XYZ METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROSES (AHP) Hadi Setiawan 1, Shanti Kirana Anggraeni 2, dan Fitri Purnamasari 3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Suatu sistem pada dasarnya adalah sekolompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Lebih terperinci

REDUKSI RANK PADA MATRIKS-MATRIKS TERTENTU

REDUKSI RANK PADA MATRIKS-MATRIKS TERTENTU J. Math. and Its Appl. ISSN: 89-65X Vol. 4, No., November 7, 8 REDUKSI RANK PADA MATRIKS-MATRIKS TERTENTU Erna Apriliani, Bandung Arry Sanjoyo Jurusan Matematika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember,

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) Hendang Setyo Rukmi Hari Adianto Dhevi Avianti Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

Analytic Hierarchy Process

Analytic Hierarchy Process Analytic Hierarchy Process Entin Martiana INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya sistem pendukung keputusan merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi. Sistem

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process Siti Latifah Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Sumber kerumitan masalah pengambilan keputusan bukan hanya

Lebih terperinci

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096 PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERUSAHAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) SEBAGAI TEMPAT KERJA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU) 1. Permasalahan Pemilihan Perusahaan

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS) ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS) M.Fajar Nurwildani Dosen Prodi Teknik Industri, Universitasa Pancasakti,

Lebih terperinci

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP A Yani Ranius Universitas Bina Darama, Jl. A. Yani No 12 Palembang, ay_ranius@yahoo.com ABSTRAK Sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) 2.1.1 Kegunaan Analytic Hierarchy Process (AHP) AHP banyak digunakan untuk pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam hal

Lebih terperinci

Analytic Hierarchy Process (AHP)

Analytic Hierarchy Process (AHP) Permasalahan pada AHP didekomposisikan ke dalam hirarki kriteria dan alternatif MASALAH KRITERIA- KRITERIA-2 KRITERIA-n KRITERIA-, KRITERIA-n, ALTERNATIF ALTERNATIF 2 ALTERNATIF m Saya ingin membeli HP

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Mohamad Aulady 1) dan Yudha Pratama 2) 1,2) Program Studi Teknik Sipil FTSP ITATS Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 56 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini. Penelitian ini memiliki 2 (dua) tujuan,

Lebih terperinci

Eigen value & Eigen vektor

Eigen value & Eigen vektor Eigen value & Eigen vektor Hubungan antara vektor x (bukan nol) dengan vektor Ax yang berada di R n pada proses transformasi dapat terjadi dua kemungkinan : 1) 2) Tidak mudah untuk dibayangkan hubungan

Lebih terperinci

Sistem pendukung keputusan pemilihan program studi pada perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN pada SMA N 16 Semarang

Sistem pendukung keputusan pemilihan program studi pada perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN pada SMA N 16 Semarang Sistem pendukung keputusan pemilihan program studi pada perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN pada SMA N 16 Semarang Nufus Wirastama Strata satu Sistem Imformasi Universitas Dian Nuswantoro ABSTRAK Sistem

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terkait Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dita Monita seorang mahasiswa program studi teknik informatika dari STMIK Budi Darma Medan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Sektor pertanian memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Sayuran adalah salah satu komoditas pertanian yang memiliki potensi pengembangan pasar

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi ABSTRAK Tulisan ini memaparkan tentang penerapan Analitycal

Lebih terperinci

APLIKASI METODE NILAI EIGEN DALAM ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MEMILIH TEMPAT KERJA

APLIKASI METODE NILAI EIGEN DALAM ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MEMILIH TEMPAT KERJA APLIKASI METODE NILAI EIGEN DALAM ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MEMILIH TEMPAT KERJA Moh. Hafiyusholeh 1, Ahmad Hanif Asyhar 2, dan Ririn Komaria 3 1,2 Prodi Matematika UIN Sunan Ampel Surabaya 3

Lebih terperinci

MEMILIH METODE ASSESMENT DALAM MATAKULIAH PENERBITAN DAN PEMROGRAMAN WEB MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

MEMILIH METODE ASSESMENT DALAM MATAKULIAH PENERBITAN DAN PEMROGRAMAN WEB MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Abstract Migunani Program Studi Sistem Informasi STMIK PROVISI, Semarang miguns25@yahoo.com This paper discusses how to choose the method of assessment or evaluation of students in a course of study publication

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX Daniar Dwi Pratiwi 1, Erwin Budi Setiawan 2, Fhira Nhita 3 1,2,3 Prodi Ilmu Komputasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 25 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan miniatur keseluruhan dari proses penelitian. Kerangka pemikiran akan memberikan arah yang dapat dijadikan pedoman bagi para

Lebih terperinci

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir 29 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir Penerapan AHP dalam menentukan prioritas pengembangan obyek wisata dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleg Prof. Thomas Lorie Saaty dari Wharton Business School diawal tahun 1970, yang digunakan

Lebih terperinci

APLIKASI DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR PADA KOMPRESI UKURAN FILE GAMBAR

APLIKASI DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR PADA KOMPRESI UKURAN FILE GAMBAR Jurnal Matematika UNAND Vol. 4 No. 1 Hal. 31 39 ISSN : 303 910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND APLIKASI DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR PADA KOMPRESI UKURAN FILE GAMBAR AMANATUL FIRDAUSI, MAHDHIVAN SYAFWAN,

Lebih terperinci

UJI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI SISTEM PENGAMBIL KEPUTUSAN TEMPAT TINGGAL

UJI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI SISTEM PENGAMBIL KEPUTUSAN TEMPAT TINGGAL UJI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI SISTEM PENGAMBIL KEPUTUSAN TEMPAT TINGGAL Indrawati Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Lhokseumawe Email: windra96@yahoo.com ABSTRAK Suatu keputusan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Keputusan Keputusan (decision) yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Keputusan dapat dilihat pada kaitannya dengan proses,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu

Lebih terperinci

Pengertian Metode AHP

Pengertian Metode AHP Pengertian Metode AHP Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI Mengambil sebuah keputusan tidak pernah lepas dari kehidupan setiap orang, setiap detik dari hidupnya hampir selalu membuat keputusan dari keputusan yang sederhana hingga keputusan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.Kom.) Pada Progam Studi Sistem Informasi

Lebih terperinci

Bab 4 RUANG VEKTOR. 4.1 Ruang Vektor

Bab 4 RUANG VEKTOR. 4.1 Ruang Vektor Bab RUANG VEKTOR. Ruang Vektor DEFINISI.. Suatu ruang vektor (V, +,, F) atas field (F, +), ditulis singkat V(F), adalah suatu himpunan tak kosong V dengan elemenelemennya disebut vektor, yang dilengkapi

Lebih terperinci

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005 MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Malikulsaleh

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG) PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG) Frans Ikorasaki 1 1,2 Sistem Informasi, Tehnik dan Ilmu Komputer, Universitas Potensi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian untuk tugas akhir ini penulis melakukan penelitian ke PT. Virama Karya Cabang Semarang yang beralamatkan pada jalan Durian Raya No. 70 Banyumanik,

Lebih terperinci

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Sunggito Oyama 1, Ernawati 2, Paulus Mudjihartono 3 1,2,3) Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia) IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia) ABSTRAK Sistem pengambilan keputusan adalah sistem yang membantu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7 BAB 2 2.1. Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Tinjauan pustaka yang dipakai dalam penelitian ini didapat dari penelitian yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan

Lebih terperinci

SOLUSI PENDEKATAN TERBAIK SISTEM PERSAMAAN LINEAR TAK KONSISTEN MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR

SOLUSI PENDEKATAN TERBAIK SISTEM PERSAMAAN LINEAR TAK KONSISTEN MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 1 (2014), hal 91 98. SOLUSI PENDEKATAN TERBAIK SISTEM PERSAMAAN LINEAR TAK KONSISTEN MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR Febrianti,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Sistem Pendukung Keputusan 2.. Pengertian Sistem Pendukung Keputusan Decision Support System atau Sistem Pendukung Keputusan yang selanjutnya kita singkat dalam draft skripsi ini

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya Sistem Pendukung Keputusan ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi yang dirancang sedemikian

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI ANALISIS RISIKO PELAKSANAAN PEKERJAAN MENGGUNAKAN KONTRAK UNIT PRICE (Studi Kasus: Peningkatan dan Pelebaran Aset Infrastruktur Jalan Alai-By Pass Kota Padang Sebagai Jalur

Lebih terperinci

BAB III ANP DAN TOPSIS

BAB III ANP DAN TOPSIS BAB III ANP DAN TOPSIS 3.1 Analytic Network Process (ANP) Analytic Network Process atau ANP adalah teori matematis yang memungkinkan seorang pengambil keputusan menghadapi faktor-faktor yang saling berhubungan

Lebih terperinci

NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN disebut vektor eigen dari matriks A =

NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN disebut vektor eigen dari matriks A = NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN >> DEFINISI NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Jika A adalah sebuah matriks n n, maka sebuah vektor taknol x pada R n disebut vektor eigen (vektor karakteristik) dari A jika Ax adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota Malang. Fokus penelitian ini meliputi Sub sektor apa saja yang dapat menjadi

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI Dwi Nurul Izzhati Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : dwinurul@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS

DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS Buletin Ilmiah Mat Stat dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No 3 (2015), hal 337-346 DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS Heronimus Hengki, Helmi, Mariatul Kiftiah INTISARI Matriks kompleks merupakan matriks

Lebih terperinci

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 1 Analitycal Hierarchy Process (AHP) Adalah metode untuk memecahkan suatu situasi yang komplek tidak terstruktur kedalam beberapa komponen dalam susunan yang hirarki, dengan memberi nilai subjektif tentang

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT ati Putra 1) Septi Arianto 2) STMIK IBBI l. Sei Deli No. 18 Medan, Telp. 061-4567111 Fax. 061-4527548 e-mail:

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer BAB I RUANG VEKTOR Pada kuliah Aljabar Matriks kita telah mendiskusikan struktur ruang R 2 dan R 3 beserta semua konsep yang terkait. Pada bab ini kita akan membicarakan struktur yang merupakan bentuk

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Tujuan analisa sistem dalam pembangunan aplikasi sistem pendukung keputusan ini adalah untuk mendapatkan semua kebutuhan pengguna dan sistem, yaitu

Lebih terperinci

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A)

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A) PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A) Fauzia Mulyawati 1, Ig. Sudarsono 1 dan Cecep Sopyan 2 1 Jurusan Teksik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Matriks 1 Pengertian Matriks Definisi 21 Matriks adalah kumpulan bilangan bilangan yang disusun secara khusus dalam bentuk baris kolom sehingga membentuk empat persegi panjang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan di Dapur Geulis yang merupakan salah satu restoran di Kota Bogor. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi bauran pemasaran

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prioritas pemasok terbaik untuk produkproduk yang paling laris dijual di Toko Besi Nusantara Semarang. Prioritas pemasok terbaik ditentukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan BAB II LANDASAN TEORI [2] Manusia merupakan bagian dari alam karena hidupnya yang tidak terlepas dari alam. Proses kehidupan manusia merupakan unsur yang semakin lama semakin

Lebih terperinci

PEMERINGKATAN PEGAWAI BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTIC HIERARCHY PROCESS) DI PT. XYZ

PEMERINGKATAN PEGAWAI BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTIC HIERARCHY PROCESS) DI PT. XYZ Jurnal Matematika Vol. 16, No. 2, November 2017 ISSN: 1412-5056 / 2598-8980 http://ejournal.unisba.ac.id Diterima: 10/07/2017 Disetujui: 12/10/2017 Publikasi Online: 28/11/2017 PEMERINGKATAN PEGAWAI BERPRESTASI

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERIJINAN DAN PENEMPATAN KOLAM JARING TERAPUNG MENGGUNAKAN METODE AHP STUDI KASUS PT

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERIJINAN DAN PENEMPATAN KOLAM JARING TERAPUNG MENGGUNAKAN METODE AHP STUDI KASUS PT SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERIJINAN DAN PENEMPATAN KOLAM JARING TERAPUNG MENGGUNAKAN METODE AHP STUDI KASUS PT. PJB CIRATA BADAN PENGELOLAAN WADUK CIRATA Erika Susilo Jurusan Teknik Informatika Fakultas

Lebih terperinci

PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK PENENTUAN NILAI EKONOMI LAHAN

PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK PENENTUAN NILAI EKONOMI LAHAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK PENENTUAN NILAI EKONOMI LAHAN Vera Methalina Afma Dosen Tetap Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Riau Kepulauan ABSTRAK Tanah atau lahan

Lebih terperinci

BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS

BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS 3.1 Penggunaan Konsep Fuzzy Apabila skala penilaian menggunakan variabel linguistik maka harus dilakukan proses pengubahan variabel linguistik ke dalam bilangan fuzzy.

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN NASABAH KARTU KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DENGAN METODE FUZZY ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN NASABAH KARTU KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DENGAN METODE FUZZY ANALYTIC HIERARCHY PROCESS PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN NASABAH KARTU KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DENGAN METODE FUZZY ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Fratika Aprilia Purisabara, Titin Sri Martini, dan Mania Roswitha Program

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa Analisis biplot merupakan suatu upaya untuk memberikan peragaan grafik dari matriks data dalam suatu plot dengan menumpangtindihkan vektor-vektor dalam ruang berdimensi

Lebih terperinci

URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KOTA DI KOTA PONTIANAK DENGAN MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK

URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KOTA DI KOTA PONTIANAK DENGAN MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KOTA DI KOTA PONTIANAK DENGAN MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK Khafizan 1), Slamet Widodo 2), Siti Mayuni 2) Khafizan.apid@gmail.com Abstrak Jaringan jalan cenderung

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : SPK, metode AHP, penentuan lokasi.

ABSTRAK. Kata kunci : SPK, metode AHP, penentuan lokasi. APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN LOKASI PENDIRIAN WARNET DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus : PT. Pika Media Komunika) Sri Winiarti 1), Ulfah Yuraida 2) Program

Lebih terperinci

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA Desy Damayanti Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP

Lebih terperinci

Analisis Matriks. Ahmad Muchlis

Analisis Matriks. Ahmad Muchlis Analisis Matriks Ahmad Muchlis January 22, 2014 2 Notasi Pada umumnya matriks yang kita bicarakan dalam naskah ini adalah matriks kompleks. Himpunan semua matriks kompleks [real] berukuran m n dinyatakan

Lebih terperinci

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK Siti Komsiyah Mathematics Department, School of Computer Science, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari sistem pendukung keputusan penentuan kenaikan kelas pada SMA Ar Rahman dengan sistem yang dibangun dapat

Lebih terperinci