BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biometric Pengertian Biometric Biometric merupakan penggunan dari karateristik biologis ( wajah, iris mata, sidik jari ) ataupun kebiasaan ( tanda tangan, suara ) yang digunakan untuk mengidentifikasi seseorang. Menurut DR.R. Foka (2003, p4), biometric merupakan metode otomatisasi untuk mengenal seseorang berdasarkan karakteristik fisik seperti iris mata, sidik jari atau kebiasaan seperti tanda tangan atau suara. Setiap manusia mempunyai karakteristik fisik maupun kebiasaan tertentu yang dapat dibedakan dengan manusia lainnya. Biometric menyimpan karakteristik tersebut sehingga dapat digunakan sebagai tanda pengenal bagi suatu sistem. Karakteristik yang digunakan dalam biometric sangat sulit untuk dicuri, ditiru atau ditebak. Seseorang mungkin akan melupakan password nya, tetapi tidak mungkin melupakan ciri-ciri biometricnya. Pada umumnya biometrics fisik meliputi sidik jari, ukuran telapak tangan, pengenalan iris mata atau karakteristik wajah. Sedangkan behavioral biometrics ( kebiasaan ) meliputi tanda tangan, suara atau pengenalan langkah dan tingkah laku unik suatu user lainnya.

2 8 Menurut Tricia Olsson(2003,p3), tipe-tipe biometric pada umumnya meliputi: Sidik jari, mengenali pola yang terdapat pada ujung jari meliputi lokasi dan arah garis pada sidik jari Ukuran (geometri) tangan, menganalisis dan mengukur bentuk tangan termasuk panjang dan lebar tulang serta hubungan tangan dan jari Iris, Menganalisis bentuk karakteristik iris mata Wajah, menganalisis dan mengukur karakteristik wajah seperti posisi dan bentuk hidung serta posisi tulang dagu Suara, pengenalan pola suara yang meliputi frekwensi, durasi, dan irama. Tanda tangan, fitur tanda tangan meliputi fitur ekstraksi seperti kecepatan dan tekanan dalam menghasilkan karakteristik yang unik Tanda tangan adalah behavioral biometric, tidak menggunakan karakteristik fisik seperti sidik jari atau karakteristik wajah, tetapi menggunakan kebiasaan. Tanda tangan seseorang mungkin dapat berbeda kapan saja, dan tidak seunik atau sesulit dipalsukan seperti sidik jari atau iris mata, tetapi tanda tangan telah diterima oleh masyarakat luas sebagai sesuatu yang umum, membuat tanda tangan menjadi cocok untuk digunakan dalam aplikasi yang memerlukan tingkat autentikasi yang lebih umum. 2.2 Verifikasi Tanda Tangan Pengertian Verifikasi Tanda Tangan Verifikasi tanda tangan adalah suatu proses yang digunakan untuk mengenal tanda tangan seseorang. Menurut Griess (2000, p1) sistem verifikasi tanda tangan dapat dibagi menjadi dua bagian:

3 9 1. verifikasi tanda tangan secara off-line 2. verifikasi tanda tangan secara on-line Verifikasi tanda tangan secara off-line mengambil sebuah image tanda tangan sebagai input yang akan digunakan dalam proses selanjutnya. Sedangkan input untuk verifikasi tanda tangan secara on-line diambil dari tanda tangan yang didapatkan langsung dari digitizer yang dapat meghasilkan nilai nilai dinamik, seperti nilai koordinat, lama tanda tangan, dan kecepatan tanda tangan. Gambar tanda tangan yang didapat dalam sistem offline biasanya memiliki tingkat noise yang cukup tinggi, tergantung dari alat scanning dan background dari kertas yang digunakan, dan informasi yang didapat sangat minim karena yang menjadi input dalam sistem ini hanya sebuah gambar. Online signature bersifat lebih unik dan sulit dipalsukan, karena informasi yang didapat lebih banyak selain dari bentuk tanda tangan, juga dari fitur fitur dinamik seperti kelajuan, waktu tanda tangan. Hal ini menunjukkan bahwa online signature mempunyai lebih banyak dimensi yang tidak terdapat dalam offline signature. Sehingga online signature memiliki tingkat realibilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan offline signature. 2.3 Teknik Verifikasi Tanda Tangan Online Plamondon dan Lorette (1989) mengadakan survey dari literatur computer signature verification dan menyatakan bahwa teknik verifikasi tanda tangan terdiri dari beberapa tahapan: 1. Data acquisition 2. Preprocessing

4 10 3. Feature Extraction 4. Comparison Prosess 5. Perfomance Evaluation Tiga tahapan pertama (data acquisition, preprocessing, feature extraction ) akan menghasilkan karakteristik dari tanda tangan setiap individu. Tahapan ini memerlukan beberapa buah tanda tangan sebagai sampel dari setiap user untuk dimasukkan ke dalam proses pendataan. Ketika seorang user, menyatakan dirinya sebagai identitas tertentu maka tanda tangan user tersebut akan dibandingkan dengan referensi tanda tangan yang telah dimasukkan ke dalam sistem sewaktu proses pendataan. Sebuah tanda tangan diterima atau ditolak tergantung dari kemiripan tanda tangan tersebut dan nilai threshold. Evaluasi perfomance dilakukan dengan menghitung nilai False Acceptable Rate dan False Rejecion Rate Data Acquicition Tahapan Data Acquisition menggunakan sebuah digitizer untuk meng-capture tanda tangan untuk mendapatkan nilai koordinat x,y,dan waktu Preprocessing Menurut Griess (2000,p30), untuk mencegah pengaruh dari perbedaan ukuran pada hasil matching, maka tanda tangan harus dinormalisasikan terlebih dahulu. Untuk membandingkan spatial feature dari tanda tangan maka ketergantungan terhadap waktu harus dihilangkan. Sebelum data tanda tangan diolah pada fase feature extraction untuk mendapatkan informasi yang akan dimasukkan ke dalam jaringan, maka data ini harus diproses

5 11 terlebih dahulu. Preprocessing ini bertujuan untuk menyeragamkan data tanda tangan sehingga feature yang diambil tidak tergantung terhadap skala (besar kecil tanda tangan), rotasi ( kemiringan tanda tangan) dan translasi (posisi tanda tangan terhadap koordinat 0,0 bidang) Feature Extraction Data tanda tangan yang telah diolah pada tahap preprocessing selanjutnya akan diproses lebih lanjut untuk mendapatkan fitur yang mencerminkan karakteristik dari tanda tangan tersebut. Nilai dari fitur inilah yang nantinya akan dimasukkan ke dalam jaringan saraf tiruan. Gopal W. Gupta dan Rick C. Joyce menyatakan beberapa fitur fitur yang sering dipakai dalam sistem verifikasi tanda tangan antara lain : o Total waktu yang dihabiskan untuk membuat tanda tangan o Nilai-nilai perubahan dari kecepatan tanda tangan berdasarkan sumbu x dan sumbu y o Lama waktu pen ditekan atau diangkat o Panjang keseluruhan dari garis tanda tangan Comparison Proses verifikasi tanda tangan (Griess,2000) yang dimasukkan adalah dengan membandingkan tanda tangan tersebut dengan data referensi yang terdapat dalam sistem. Data tanda tangan yang dimasukkan ke dalam sistem biasanya berkisar antara 3 10 buah tanda tangan.

6 12 Sebuah tanda tangan yang ingin ditest akan dibandingkan dengan referensi tanda tangan yang telah terdapat dalam sistem, dan menggunakan nilai threshold tertentu untuk menentukan apakah tanda tangan tersebut dapat diterima atau tidak Perfomance Evaluation Menurut Griess (2000,p11) dalam mengevaluasi perfoma sistem verifikasi tanda tangan, terdapat 2 faktor yang penting yaitu False Rejection Rate ( FRR ) dari tanda tangan asli dan False Acceptable Rate ( FAR ) dari tanda tangan pemalsu. 2.4 Jaringan Saraf Tiruan Pengertian Jaringan Saraf Tiruan Menurut DARPA Neural Jaringan Study (1988, AFCEA International Press P60), Jaringan saraf tiruan adalah sebuah sistem yang terdiri atas banyak elemen pemrosessan sederhana, yang disebut juga dengan neuron, dalam jumlah yang sangat besar dan terhubung secara parallel di mana fungsinya ditentukan oleh struktur jaringan tersebut, jenis hubungannya dan proses yang dikerjakan pada masing-masing elemen. Menurut Haykin (1994), Jaringan saraf tiruan adalah sekumpulan besar prosesor yang terdistribusi secara parallel yang memiliki kemampuan alami untuk menyimpan pengetahuan berupa pengalaman dan membuatnya dapat dimanfaatkan. Jaringan saraf ini meniru kemampuan proses otak dalam dua hal : 1. Jaringan saraf tiruan memperoleh pengetahuan berdasarkan proses belajar. 2. Kekuatan hubungan dari masing-masing neuron yang disebut juga dengan bobot sinapsis berperan dalam menyimpan pengetahuan.

7 13 Jaringan saraf tiruan adalah sebuah sistem pemrosesan informasi yang mengambil analogi dari cara kerja sistem saraf biologis otak manusia. Hal terpenting dari sistem ini adalah struktur dari sistem pemrosesan informasi. Struktur ini terdiri atas sejumlah besar elemen pemrosesan yang saling terhubung dengan erat yang bekerja sebagai satu kesatuan untuk menyelesaikan masalah tertentu. Seperti manusia, jaringan saraf tiruan belajar dengan contoh yang berulang. Sebuah Jaringan saraf tiruan digunakan untuk sebuah aplikasi yang spesifik seperti pengenalan pola atau pengklasifikasian data melalui sebuah proses belajar. Proses belajar pada sistem biologis otak manusia melibatkan penyesuaian pada hubungan antara sel-sel saraf, di mana pada jaringan saraf tiruan sel-sel saraf digantikan dengan elemen pemrosesan. Jaringan saraf tiruan memiliki tiga karakteristik yaitu karakteristik elemen pemrosesan, topologi dan metode pembelajaran Arsitektur Jaringan Saraf Tiruan Menurut Fausett (1994,p12) pada umumnya jaringan saraf tiruan terdiri atas tiga lapisan ( layer ) yaitu layer input, layer tersembunyi ( hidden ) dan layer output. Walaupun kadang kala tidak semua jaringan mempunyai hidden layer. Aktivitas unit input merepresentasikan informasi mentah yang dimasukkan ke dalam jaringan Aktivitas pada tiap unit hidden ditentukan oleh aktivitas unit input dan bobot pada koneksi antara unit input dan hidden. Output layer tergantung pada aktivitas unit hidden dan bobot (bobot) antara unit hidden dan output.

8 14 Berdasarkan pola koneksi dari node node maka jaringan syarat tiruan dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori : a. feed fordward jaringan b. recurrent ( feedback ) jaringan Feed Forward Jaringan Feed forward jaringan hanya memungkinkan sinyal bergerak dalam satu arah saja, dari input ke output. Pada arsitektur ini tidak ada loop yang terjadi, output dari layer layer tidak mempengaruhi layer yang sama. Gambar 2-1 Single-Layer Feedforward Jaringan Gambar 2-2 Multi - Layer Feedforward Jaringan

9 Recurrent ( Feedback ) Jaringan Pada Feedback jaringan, sinyal bisa bergerak dalam dua arah dengan menghasilkan perulangan (loop) pada jaringan secara terus menerus sampai mencapai titik keseimbangan. Jaringan ini tetap pada titik keseimbangan sampai terjadi perubahan input dan mencari titik keseimbangan yang baru Metode Pembelajaran Sama seperti otak manusia yang harus belajar terlebih dahulu dan disimpan dalam ingatan, jaringan saraf tiruan yang baru dibangun juga memerlukan proses pembelajaran Kemampuan untuk belajar merupakan ciri dasar dari kecerdasan. Proses pembelajaran dalam jaringan saraf tiruan dapat dilihat dalam memperbaharui arsitektur jaringan dan bobot dari setiap koneksi sehingga jaringan dapat bekerja secara efisien. Jaringan biasanya memperbaharui nilai bobot berdasarkan pola pola yang diberikan pada saat proses belajar Pola Pembelajaran Berdasarkan Jain (1996,p38) terdapat 3 pola belajar (learning paradigm) yaitu: a. supervised learning b. unsupervised learning c. hybrid Supervised Learning Pada metode ini jaringan memerlukan pasangan output untuk setiap pola input. Biasanya jaringan di train dengan sejumlah training pair. Vektor

10 16 input diaplikasikan, output dihitung, kemudian dibandingkan dengan target output. Selisihnya kemudian dikembalikan ke jaringan dan bobotnya diupdate berdasarkan algoritma tertentu yang cenderung meminimumkan error. Contoh : a. Feedback Nets Brain-State-in-a-Box ( BSB ) Boltzmann Machine ( BM ) Recurrent Cascade Correlation ( RCC ) Real-time Recurrent Learning ( RTRL ) Backpropagation through time ( BPTT ) b. FeedForward only Nets Perceptron Backpropagation ARTMAP Adaptive Heuristic Critic ( AHC ) Adaptive Logic Jaringan ( ALN ) Unsupervised Learning Unsupervised learning dikembangkan oleh Kohonen (1984) dan beberapa scientist lainnya. Berlawanan dengan supervised learning, dalam unsupervised learning, proses training tidak memerlukan target output. Training set hanya terdiri dari vektor vektor input, tanpa pasangan output. Algoritma yang digunakan akan mengubah bobot jaringan untuk

11 17 menghasilkan output yang konsisten. Vektor vektor input yang cukup serupa akan menghasilkan pola output yang sama. Dengan demikian proses training menghasilkan sifat sifat statistik dalam bentuk pengelompokan vektor vektor dalam beberapa kategori. Contoh : a. Feedback Nets : Binary Adaptive Resonance Theory ( ART1 ) Analog Adaptive Resonance Theory ( ART2, ART2a ) Discrete Bidirectional Associative Memory ( BAM ) Temporal Associative Memory ( TAM ) Adaptive Bidirectional Associative Memory ( ABAM ) b. Feedforward-only Nets : Learning matrix ( LM ) Linear Associative Memory ( LAM ) Optimal Linear Associative Memory ( OLAM ) Fuzzy Associative Memory Hybrid Hybrid learning merupakan gabungan antara supervised learning dan unsupervised learning. Nilai bobot biasanya ditentukan dengan menggunakan supervised learning sedangkan bagian lainnya diperoleh dengan menggunakan unsupervised learning. 2.5 Gaussian ARTMAP

12 Pengertian Gaussian ARTMAP Gaussian ARTMAP model jaringan saraf tiruan dengan kemampuan pembelajaran sendiri yang diperkenalkan oleh Williamson JR di tahun Model ini lebih resistan pada noise-noise yang ada pada data dibandingkan dengan metode lainnya namun dengan tetap memiliki kecepatan dan keefisienan proses seperti pada metode lainnya (Williamson, 1996). Gaussian ARTMAP merupakan salah satu dari beberapa jenis ARTMAP yang ada. Seperti ARTMAP yang lainnya, Gaussian ARTMAP menggunakan dua buah ART yang dimana ART yang pertama mengambil nilai input data dan ART yang kedua mengambil nilai data output yang seharusnya, kemudian digunakan untuk membuat perubahan sekecil mungkin terhadap nilai paramenter vigilance pada unit pertama sehingga dapat menghasilkan pengelompokan yang tepat. Pada Gaussian ARTMAP, tipe ART yang digunakan adalah Gaussian ART sehingga ARTMAP yang dihasilkan bernama Gaussian ARTMAP Gaussian ART Gaussian ART memasukkan nilai-nilai dari setiap input ke dalam kelompok yang disebut dengan kategori j, dimana j bernilai 1, 2, 3,... merupakan penanda urutan kelompok input. Dari nilai-nilai input pada kategori j didapat rata-rata μ j, standar deviasi σ j dan n j merupakan banyaknya input yang ada pada kategori j. χ1 + χ 2 + χ μj = y χ y, y = n j N 1 2 σ j = ( χ i μj), N = n j N i= 1

13 Pemilihan Kategori Sebelum training, Gaussian ART memilih kategori J sebagai input dari kategori j yang ada dengan rumus J = arg max( g ( I)). Nilai g j sendiri didapat dari rumus : 1 2 M 2 ji i g j (I) = Σ log σ + log( P( j)) i= 1 j = N a = 1 μ I σji a j j M Π i= 1 n P( j), N = banyaknya kategori n ji, M = n j Untuk menentukan apakah input kategori J akan dimasukkan dalam sistem pembelajaran maka harus memenuhi syarat ' ( I) g J > ρ, dimana ρ merupakan parameter vigilance yang ditentukan. M g' J ( I) = g J ( I) log( P( J )) + log Π σ ji i= 1 Jika ' ( I) > ρ, maka kategori diterima, jika tidak maka akan direset dan g J menunggu input selanjutnya. Jika tidak ada kategori yang memenuhi nilai ρ, maka sebuah kategori J ' dengan n 0 dipilih. J ' = Pembelajaran Ketika sebuah kategori J belajar mengenai sebuah input I maka nilai sampel input pada kategori J yaitu, nilai jumlah, nilai rata-rata dan nilai standar deviasinya diperbaharui agar mewakili nilai input I tersebut. n J : n +1 = J μ : = (1 n 1 ) μ + n J J J 1 J I

14 20 σ Ji := (1 n + n I n > J ) σ Ji J ( μji i ), J 1 γ, lainnya Gaussian ARTMAP Modul Gaussian ART memiliki fungsi yang sama dengan modul ART1 dalam arsitektur ARTMAP (Carpenter, 1991) Training Ketika sebuah kategori ART J dipilih maka kategori itu diberi nilai prediksi K yang merupakan sampel training saat itu. Ω ( J ) = K Fungsi Ω( J ) memetakan kategori J kepada nilai prediksi K. Jika kategori J terpilih lagi untuk merespon sampel training lainnya dan nilai prediksi K ' salah ( K' K ) maka nilai parameter vigilance dinaikkan dengan rumus, ρ = g' J ( I) Dan kategori J direset, pada proses training berikutnya ρ diberi nilai yang baru yaitu: _ ρ = ρ Testing Nilai prediksi K ' yang memiliki kemungkinan maksimum yang dipilih : K ' arg max k = 1 j Ω ( k ) exp( g j ( I))

15 Evaluasi Menurut McCabe (1997, p13) masalah yang terkait dengan sistem verifikasi tanda tangan adalah: Berapa jumlah fitur yang mencukupi? Apakah fitur yang dipilih invariant terhadap translasi, rotasi dan penskalaan? Berapa jumlah tanda tangan yang akan digunakan untuk sebagai tanda tangan referensi? Menurut Nalwa (1997,p217 ) terdapat 2 kriteria untuk mengevaluasi suatu sistem verifikasi, yaitu Kriteria pertama: Ketika sistem ini dicoba secara individual harus dapat berjalan dengan baik Kriteria kedua: Ketika sistem ditest pada suatu database yang besar, harus menunjukkan nilai statistic error rate yang rendah Salah satu dari kedua kriteria ini saja tidak cukup, keduanya penting untuk dipenuhi. Jika hanya kriteria pertama yang dipenuhi, maka belum tentu sistem ini bisa dijalankan pada database yang besar walaupun dapat mengenali dirinya sendiri. Dan tidak cukup juga jika hanya kriteria ke-2 saja yang dipenuhi, pada evaluasi perfoma sistem verifikasi tidak sama dengan sistem recognition, sistem verifikasi harus dapat mengenali forgery ( pemalsu ) atau genuine ( user asli )yang mengakses sistem.

16 22 Minimal terdapat tiga keadaan yang harus dipenuhi agar kriteria pertama yaitu sistem dapat berjalan secara individual dapat dipenuhi adalah Sistem harus dapat mengenali coretan (tanda tangan) yang mirip secara konsisten, meskipun ada sedikit ketidaksesuaian pada kecepatan selama menggoreskan coretan (tanda tangan) dan perbedaan yang minim dari bentuk. Tingkat kesulitan yang tinggi untuk memalsukan tanda tangan seseorang, walaupun pemalsu tanda tangan tersebut melakukan segala macam cara seperti menjiplak tanda tangan, melatih tanda tangan terlebih dahulu, mencari informasi mengenai cara membuat tanda tangan tersebut, dll. Sistem harus dapat menolak coretan dari genuine (user asli) yang sama sekali berbeda dengan tanda tangannya. Untuk memenuhi kriteria yang ke 2, dalam mengevaluasi sistem verifikasi tanda tangan terdapat 2 faktor yang penting yaitu False Rejection Rate (FRR) dan False Acceptable Rate (FAR). FRR adalah persentase ditolaknya tanda tangan asli yang dimasukkan ke dalam sistem, sedangkan FAR adalah persentase diterimanya tanda tangan palsu. Evaluasi perfoma merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu sistem untuk membuktikan konsistensi dari sistem. Menurut Griess (2000,p11) dalam mengevaluasi perfoma sistem verifikasi tanda tangan, perlu memperhatikan 2 faktor yang penting yaitu False Rejection Rate (FRR) dari tanda tangan asli dan False Acceptable Rate (FAR) dari tanda tangan pemalsu. Kedua faktor ini saling bertolak belakang, menurunkan salah satu factor biasanya akan mengakibatkan meningkatnya factor yang lain. Oleh karena itu, terdapat

17 23 Equal Error Rate ( EER ) di mana nilai FAR sama dengan nilai FRR. Hubungan antara ketiga nilai ini dapat dilihat pada kurva berikut. FAR FRR Error rate comfort Security threshold Gambar 2-3 Hubungan FAR dan FRR Pentingnya mengatur threshold dari sistem biometric dapat dilihat dari Gambar 2-3. Jika threshold di tingkatkan maka untuk mengurangi nilai FAR, maka akan meningkatkan nilai sekuriti. Sebaliknya jika nilai threshold diturunkan maka akan meminimalkan nilai FRR dan meningkatkan realibilitas sistem. Menurut Kholmatov (2003,pp 18 19), dalam online signature verification, nilai error rate sistem harus berkisar antara 0 % s/d 10 % untuk dapat digunakan. Untuk menyediakan pemalsu yang sesungguhnya adalah suatu hal yang cukup sulit. Pemalsu tanda tangan secara garis besar dapat dikelompokkan dalam 2 jenis pemalsu ( forgery ):

18 24 a. Skilled forgery Skilled forgery adalah tanda tangan yang dibuat oleh pemalsu tanda tangan, di mana orang tersebut memiliki referensi bentuk tanda tangan aslinya untuk dipalsukan dan telah memperlajarinya terlebih dahulu. b. Random or zero-effort forgery Zero-effort forgery atau yang disebut juga random forgery, adalah tanda tangan dibuat oleh pemalsu tanpa mengetahui tanda tangan aslinya sama sekali atau bahkan tanpa mengetahui nama dari yang akan dipalsukan dan hanya diminta untuk membuat sembarangan tanda tangan tanpa mengetahui bentuknya sama sekali FRR FRR adalah persentase ditolaknya tanda tangan yang berasal dari penandatangan yang otentik. Evaluasi performa pada FRR juga terdiri dari dua tipe pengujian yaitu original signature dan test signature. Original signature / Reference Signature menurut McCabe (1997, p10) merupakan persentase ditolaknya tanda tangan yang berasal dari data referensi tanda tangan itu sendiri yang sebelumnya digunakan pada saat proses training dan diambil feature-nya yang nilainya telah disimpan knowledge storage. Test signature menurut McCabe (1997, p10) berisi persentase ditolaknya tanda tangan yang dilakukan oleh pemilik tanda tangan yang otentik, tetapi data tanda tangan ini tidak terdapat di dalam knowledge storage (tidak dimasukkan pada saat proses training) sehingga nilainya tidak ada di dalam referensi tanda tangan.

19 25 Nilai total FRR diperoleh dari rata-rata hasil penjumlahan persentase original signature dan persentase test signature yang ditolak. Kemungkinan nilai FRR yang tinggi sebenarnya cukup tinggi, mengingat test signature environment ( situasi pada saat implementasi di lapangan) tidak senyaman kondisi signing environment (situasi pada saat proses pengambilan referensi tanda tangan) FAR FAR adalah persentase diterimanya tanda tangan yang bukan merupakan tanda tangan asli. Evaluasi ini juga terdapat 2 tipe yaitu zero effort signature dan skilled forgery signature. Menurut McCabe (1997, p11), Zero effort signature atau random forgery adalah persentase diterimanya tanda tangan palsu dari forgery atau pemalsu yang tidak mengetahui tanda tangan aslinya sama sekali. Menurut McCabe (1997, p11), Skilled forgery signature adalah persentase diterimanya tanda tangan yang berasal dari pemalsu tanda tangan, di mana orang tersebut memiliki referensi bentuk tanda tangan aslinya untuk dipalsukan. Nilai FAR diperoleh dari rata-rata hasil penjumlahan persentase zero-effort yang diterima dan persentase skilled forgery yang diterima. 2.7 Software Development Lifecycle ( SDLC ) Menurut Pressman (2001), model model yang terdapat dalam SDLC pada umumnya adalah: 1. Build and Fix Model 2. Waterfall Model

20 26 3. Prototyping 4. Incremental Model 5. Spiral Model Build and Fix Model Dalam membangun piranti lunak dengan menggunakan model ini, produk dibangun tanpa spesifikasi atau proses desain. Pihak pengembang langsung membuat piranti lunak dan direvisi berulangkali sesuai kebutuhan guna memuaskan pelanggan. Program dengan model ini hanya efektif dan efisien untuk program yang singkat ( baris perintah saja) Waterfall Model Dalam membangun piranti lunak dengan menggunakan model ini, titik awal dan akhirnya sangat eksplisit. Setiap tahapan didefinisikan dengan jelas. Tahapan tahapan yang ada didalam model ini antara lain : System Engineering, adalah tahapan pengumpulan kebutuhan seluruh elemen sistem. Software Requirement Analysis, adalah tahapan pengumpulan kebutuhan berfokus pada perangkat lunak. Design, adalah tahapan perancangan struktur, arsitektur perangkat lunak, rincian prosedural, dan karakteristik antar muka. Coding, adalah tahapan penerjemahan perancangan ke bentuk yang dapat dimengerti oleh mesin.

21 27 Testing, adalah tahapan pengujian logikal (program logic) dan pengujian fungsional (input process-output). Maintenance, adalah tahapan terujung dari siklus pengembangan dan dilakukan setelah perangkat lunak dipergunakan. Gambar 2-4 Waterfall Model Prototyping Model Dalam membangun piranti lunak dengan menggunakan model ini, fungsionalitas sistem dikurangi sebelum pengembangan yang sebenarnya, hal ini disebabkan klien/user mengalami kesulitan dalam merumuskan spesifikasi software yang diinginkan Incremental Model Dalam membangun piranti lunak dengan menggunakan model ini, produk dirancang, diprogram, diintegrasikan, dan diuji sebagai serangkaian serial produk yang

22 28 incremental (meningkat/bertambah). Sistem dikembangkan dengan memberikan fungsi fungsi dasar terlebih dahulu dan memudahkan manajemen dengan jadwal yang teratur Spiral Model Dalam membangun piranti lunak dengan menggunakan model ini, proses dibagi menjadi 4 kuadran yaitu : a. planning b. risk analysis c. engineering d. customer evaluation 2.8 Delapan Aturan Emas Menurut Shneiderman (1998), ada delapan aturan emas yang diterapkan untuk menghasilkan sistem yang efektif yaitu : a. berusaha untuk konsisten, urut-urutan proses haruslah konsisten pada situasi yang serupa b. memberikan penggunakan shortcuts, tombol-tombol tertentu, perintahperintah khusus yang dapat mempercepat penggunaan oleh user c. memberikan feedback, untuk setiap hal yang dilakukan oleh user sebaiknya ada timbal balik yang informatif dari sistem d. memberikan penanda akhir sistem, pada saat sistem selesai dipakai dan user akan keluar maka diberikan pesan bahwa sistem akan dimatikan e. memberikan pencegahan kesalahan dan penanganan kesalahan yang sederhana f. memberikan pengembalian aksi yang mudah

23 29 g. mendukung pusat kendali internal h. mengurangi beban ingatan jangka pendek 2.9 Penelitian Yang Relevan Off-Line Signature Verification: Recent Advances and Perspectives oleh Robert Sabourin. Robert Sabourin menggunakan metode Fuzzy Artmap pada sistem verifikasi tanda tangan off-line.

BAB 4. Sistem Yang Diusulkan

BAB 4. Sistem Yang Diusulkan 61 BAB 4 Sistem Yang Diusulkan 4.1 Kerangka Sistem Pada bagian ini dijelaskan lebih lanjut mengenai kerangka sistem yang diusulkan serta urut-urutan sistem berjalan. 4.1.1 Pengambilan Data Pada proses

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda. Teknik Informatika - Matematika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda. Teknik Informatika - Matematika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Teknik Informatika - Matematika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI SISTEM VERIFIKASI TANDA TANGAN ONLINE DENGAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

Architecture Net, Simple Neural Net

Architecture Net, Simple Neural Net Architecture Net, Simple Neural Net 1 Materi 1. Model Neuron JST 2. Arsitektur JST 3. Jenis Arsitektur JST 4. MsCulloh Pitts 5. Jaringan Hebb 2 Model Neuron JST X1 W1 z n wi xi; i1 y H ( z) Y1 X2 Y2 W2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m.

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan, maka diperlukan alat dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. 3.1.1 Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Jaringan Syaraf Tiruan merupakan suatu representasi buatan dari otak manusia yang dibuat agar dapat mensimulasikan apa yang dipejalari melalui proses pembelajaran

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM INTRODUCTION Jaringan Saraf Tiruan atau JST adalah merupakan salah satu representasi tiruan dari otak manusia yang selalu

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

Neural Networks. Machine Learning

Neural Networks. Machine Learning MMA10991 Topik Khusus - Machine Learning Dr. rer. nat. Hendri Murfi Intelligent Data Analysis (IDA) Group Departemen Matematika, Universitas Indonesia Depok 16424 Telp. +62-21-7862719/7863439, Fax. +62-21-7863439,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemalsuan identitas sering kali menjadi permasalahan utama dalam keamanan data, karena itulah muncul teknik-teknik pengamanan data seperti penggunaan

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan 07/06/06 Rumusan: Jaringan Syaraf Tiruan Shinta P. Sari Manusia = tangan + kaki + mulut + mata + hidung + Kepala + telinga Otak Manusia Bertugas untuk memproses informasi Seperti prosesor sederhana Masing-masing

Lebih terperinci

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A ARTIFICIAL NEURAL NETWORK CAHYA YUNITA 5213100001 ALVISHA FARRASITA 5213100057 NOVIANTIANDINI 5213100075 TEKNIK PERAMALAN - A MATERI Neural Network Neural Network atau dalam bahasa Indonesia disebut Jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenali dan membedakan ciri khas yang dimiliki suatu objek (Hidayatno,

BAB I PENDAHULUAN. mengenali dan membedakan ciri khas yang dimiliki suatu objek (Hidayatno, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini pemanfaatan teknologi pengolaan citra untuk mempermudah manusia dalam menyelesaikan masalah-masalah tertentu sudah banyak diterapkan, khususnya dibidang Identifikasi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Saraf Tiruan Jaringan saraf tiruan adalah paradigma pengolahan informasi yang terinspirasi oleh sistem saraf secara biologis, seperti proses informasi pada otak manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata adalah indra terbaik yang dimiliki oleh manusia sehingga citra (gambar) memegang peranan penting dalam perspektif manuasia. Namun mata manusia memiliki keterbatasan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang diimplementasikan sebagai model estimasi harga saham. Analisis yang dilakukan adalah menguraikan penjelasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Pola Pengenalan pola adalah suatu ilmu untuk mengklasifikasikan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif fitur (ciri) atau sifat utama dari suatu

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE BACKPROPAGATION ABSTRAK

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE BACKPROPAGATION ABSTRAK IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE BACKPROPAGATION Disusun oleh: Togu Pangaribuan 0722087 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jl. Prof.Drg. Suria Sumantri, MPH No. 65, Bandung

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Suara. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker recognition. Speech recognition adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Jaringan Syaraf Tiruan Artificial Neural Network atau Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah salah satu cabang dari Artificial Intelligence. JST merupakan suatu sistem pemrosesan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengenalan kata dalam dunia teknologi informasi merupakan suatu permasalahan yang tidak asing dalam bidang kecerdasan buatan. Pengenalan kata dalam bidang kecerdasan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Forecasting Forecasting (peramalan) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE MOMENT INVARIANT DAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION (RBF)

PENGENALAN POLA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE MOMENT INVARIANT DAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION (RBF) Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Yogyakarta, 14 Mei 2011 PENGENALAN POLA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE MOMENT INVARIANT DAN JARINGAN SYARAF

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Model sistem presensi biometri sidik jari yang dikembangkan secara garis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Model sistem presensi biometri sidik jari yang dikembangkan secara garis BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Model sistem presensi biometri sidik jari yang dikembangkan secara garis besar terdiri atas bagian input, bagian proses, dan bagian output seperti gambar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra adalah sebagai berikut. Gambar 3.1 Desain Penelitian 34 35 Penjelasan dari skema gambar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN A. OTAK MANUSIA Otak manusia berisi berjuta-juta sel syaraf yang bertugas untuk memproses informasi. Tiaptiap sel bekerja seperti suatu prosesor sederhana. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. mencakup biometrik, Pengenalan pola, verifikasi tanda tangan, Image Processing,

BAB 2 LANDASAN TEORI. mencakup biometrik, Pengenalan pola, verifikasi tanda tangan, Image Processing, BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini diuraikan beberapa landasan teori dan konsep-konsep yang mencakup biometrik, Pengenalan pola, verifikasi tanda tangan, Image Processing, Preprocessing, Hidden Markov Model,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pikir

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pikir BAB 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pikir Pengenalan sidik jari merupakan salah satu metode yang diterapkan pada teknologi yang digunakan manusia seperti pada mesin absensi, alat pengamanan pada brankas dan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, rumusan masalah, tujuan, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, rumusan masalah, tujuan, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan dari Tugas Akhir ini. 1.1 Latar

Lebih terperinci

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski Junia Kurniati Computer Engineering Department Faculty of Computer Science Sriwijaya University South Sumatera Indonesia

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penentuan Masalah Penelitian Masalah masalah yang dihadapi oleh penggunaan identifikasi sidik jari berbasis komputer, yaitu sebagai berikut : 1. Salah satu masalah dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perangkat keras komputer berkembang dengan pesat setiap tahunnya selalu sudah ditemukan teknologi yang lebih baru. Meskipun demikian masih banyak hal yang belum dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari membuat kita semakin dimanjakan dengan teknologi informasi. Faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari membuat kita semakin dimanjakan dengan teknologi informasi. Faktor 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi informasi yang berkembang sangat pesat merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri lagi, dengan beragam aplikasi dan manfaat pada kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi perangkat lunak dewasa ini tidak terlepas dari berkembangnya studi mengenai kecerdasan buatan. Ada dua hal yang termasuk dari kecerdasan buatan

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No. 1, Juni 2015 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Jaringan Syaraf Tiruan untuk Memprediksi Prestasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Anatomi Ayam Pengetahuan tentang anatomi ayam sangat diperlukan dan penting dalam pencegahan dan penanganan penyakit Hal ini karena pengetahuan tersebut dipakai sebagai dasar

Lebih terperinci

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF Asti Rahma Julian 1, Nanik Suciati 2, Darlis Herumurti 3 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, ITS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, yaitu System Development

BAB II LANDASAN TEORI. yang digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, yaitu System Development BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Rancang Bangun, teori

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Barcode Salah satu obyek pengenalan pola yang bisa dipelajari dan akhirnya dapat dikenali yaitu PIN barcode. PIN barcode yang merupakan kode batang yang berfungsi sebagai personal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pembelian dilakukan dengan mengubah bentuk barang. 2003). Menurut Soemarso S.R (1994) kegiatan pembelian dalam perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. pembelian dilakukan dengan mengubah bentuk barang. 2003). Menurut Soemarso S.R (1994) kegiatan pembelian dalam perusahaan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembelian Pembelian adalah usaha pengadaan barang-barang untuk perusahaan. Dalam perusahaan dagang pembelian dilakukan dengan dijual kembali tanpa mengadakan perubahan bentuk

Lebih terperinci

Jenis Metode Pengembangan Perangkat Lunak

Jenis Metode Pengembangan Perangkat Lunak Jenis Metode Pengembangan Perangkat Lunak by webmaster - Tuesday, January 05, 2016 http://anisam.student.akademitelkom.ac.id/?p=123 Menurut IEEE, Pengembangan software (software engineering ) adalah :

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK pengembangan perangkat lunak (PL) dapat dianggap sebagai lingkaran pemecahan masalah. Untuk menyelesaikan masalah besar, dipecah menjadi kecil terus-menerus sampai paling kecil,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dielaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat diadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

Adiguna¹, -². ¹Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

Adiguna¹, -². ¹Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) ALGORITMA PENGENALAN SIDIK JARI MENGGUNAKAN ADAPTIVE RESONANCE THEORY DAN FILTER GABOR FINGERPRINT RECOGNITION ALGORITHM USING ADAPTIVE RESONANCE THEORY AND GABOR FILTER

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam pengerjaan perancangan dan pembuatan aplikasi pengenalan karakter alfanumerik JST algoritma Hopfield ini menggunakan software Borland Delphi 7.0. 3.1 Alur Proses Sistem

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE EIGENFACE DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST)

SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE EIGENFACE DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 15, No. 1, Januari 2012, hal 15-20 SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE EIGENFACE DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) Tri Mulyono, Kusworo Adi dan Rahmat Gernowo Jurusan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Informasi Informasi merupakan hasil pengolahan data dari satu atau berbagai sumber, yang kemudian diolah, sehingga memberikan nilai, arti, dan manfaat. (Eka Pratama, 2014). Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biometrik adalah salah satu teknologi cangih yang banyak dipakai untuk menjadi bagian dari system keamanan di berbagai bidang. Biometrik ini bahkan sudah digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kontribusi penelitian. Masalah-masalah yang dihadapi berkaitan dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara BAB II DASAR TEORI Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kabupaten Purworejo adalah daerah agraris karena sebagian besar penggunaan lahannya adalah pertanian. Dalam struktur perekonomian daerah, potensi daya dukung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 JARINGAN SARAF SECARA BIOLOGIS Jaringan saraf adalah salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak

Lebih terperinci

Farah Zakiyah Rahmanti

Farah Zakiyah Rahmanti Farah Zakiyah Rahmanti Latar Belakang Struktur Dasar Jaringan Syaraf Manusia Konsep Dasar Permodelan JST Fungsi Aktivasi JST Contoh dan Program Jaringan Sederhana Metode Pelatihan Supervised Learning Unsupervised

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA Ramli e-mail:ramli.brt@gmail.com Dosen Tetap Amik Harapan Medan ABSTRAK Jaringan Syaraf Tiruan adalah pemrosesan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jaringan Saraf Tiruan (JST) Jaringan saraf tiruan pertama kali secara sederhana diperkenalkan oleh McCulloch dan Pitts pada tahun 1943. McCulloch dan Pitts menyimpulkan bahwa

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 32 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas tentang analisis sistem melalui pendekatan secara terstruktur dan perancangan yang akan dibangun dengan tujuan menghasilkan model atau representasi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM Program aplikasi ini dirancang dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Visual C# 2008 Express Edition. Proses perancangan menggunakan pendekatan Object Oriented

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanda Tangan Tanda tangan atau dalam bahasa Inggris disebut signature berasal dari latin signare yang berarti tanda atau tulisan tangan, dan biasanya diberikan gaya tulisan

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1 : Ilustrasi jaringan syaraf manusia yang diadaptasi untuk ANN (Kriesel, 2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1 : Ilustrasi jaringan syaraf manusia yang diadaptasi untuk ANN (Kriesel, 2011) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rentannya kesalahan yang dapat terjadi oleh pekerjaan yang dilakukan oleh manusia dalam menganalisa, atau ketika mencoba membangun relasi antar fitur yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB II MODEL NEURON DAN ARSITEKTUR JARINGAN

BAB II MODEL NEURON DAN ARSITEKTUR JARINGAN BAB II MODEL NEURON DAN ARSITEKTUR JARINGAN Neuron adalah unit pemroses informasi yang menjadi dasar dalam pengoperasian JST. Neuron terdiri dari 3 elemen: Himpunan unit2 yang dihubungkan dengan jalus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengklasifikasian merupakan salah satu metode statistika untuk mengelompok atau menglasifikasi suatu data yang disusun secara sistematis. Masalah klasifikasi sering

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu memanfaatkan teknologi untuk melakukan kegiatannya. Ini dikarenakan teknologi membuat tugas manusia menjadi lebih ringan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE Warih Maharani Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat. Alat dan bahan yang digunakan sebelum pengujian:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat. Alat dan bahan yang digunakan sebelum pengujian: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Perangkat Lunak Dalam mengetahui perangkat lunak yang dibuat bisa sesuai dengan metode yang dipakai maka dilakukan pengujian terhadap masing-masing komponen perangkat.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Citra Digital Citra digital adalah suatu citra elektronik yang diambil dari dokumen, seperti foto, buku, maupun sebuah video. Proses perubahan citra analog menjadi citra digital

Lebih terperinci

VERIFIKASI TANDA TANGAN DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN HETEROASSOCIATIVE MEMORY ABSTRAK

VERIFIKASI TANDA TANGAN DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN HETEROASSOCIATIVE MEMORY ABSTRAK VERIFIKASI TANDA TANGAN DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN HETEROASSOCIATIVE MEMORY Disusun oleh : Fabiola Zita Devy C. 0722085 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,, Jl.Prof.Drg.Suria Sumantri, MPH

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK [1] Meishytah Eka Aprilianti, [2] Dedi Triyanto, [3] Ilhamsyah [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas

Lebih terperinci

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Oleh: ABD. ROHIM (1206 100 058) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. M. Isa Irawan, MT Jurusan Matematika

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan Pendahuluan Otak Manusia Sejarah Komponen Jaringan Syaraf Arisitektur Jaringan Fungsi Aktivasi Proses Pembelajaran Pembelajaran Terawasi Jaringan Kohonen Referensi Sri Kusumadewi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 205 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 205 IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Dalam beberapa tahun terakhir perkembangan Computer Vision terutama dalam bidang pengenalan wajah berkembang pesat, hal ini tidak terlepas dari pesatnya

Lebih terperinci

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN : PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PRODUKSI AIR MINUM MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS : PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU) Robi Yanto STMIK Bina Nusantara

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS(PCA) DAN IMPROVED BACKPROPAGATION

IMPLEMENTASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS(PCA) DAN IMPROVED BACKPROPAGATION J~ICON, Vol. 3 No. 2, Oktober 2015, pp. 89 ~ 95 89 IMPLEMENTASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS(PCA) DAN IMPROVED BACKPROPAGATION Rini Miyanti Maubara 1, Adriana Fanggidae

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permainan catur cina, yang dikenal sebagai xiang qi dalam bahasa mandarin, merupakan sebuah permainan catur traditional yang memiliki jumlah 32 biji catur. Setiap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran untuk penelitian ini seperti pada Gambar 9. Penelitian dibagi dalam empat tahapan yaitu persiapan penelitian, proses pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari- hari seringkali ditemukan uang palsu pada berbagai transaksi ekonomi. Tingginya tingkat uang kertas palsu yang beredar di kalangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital dapat didefenisikan sebagai fungsi f(x,y) yaitu dua dimensi, dimana x dan y merupakan koordinat spasial dan f(x,y) disebut dengan intensitas atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. barang yang berharga di dalam masyarakat. Oleh karena itu maka dibutuhkan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. barang yang berharga di dalam masyarakat. Oleh karena itu maka dibutuhkan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berkembangnya teknologi informasi, maka informasi menjadi suatu barang yang berharga di dalam masyarakat. Oleh karena itu maka dibutuhkan suatu sistem yang dapat

Lebih terperinci

Systems Development Life Cycle (SDLC)

Systems Development Life Cycle (SDLC) Systems Development Life Cycle (SDLC) OPINI 28 September 2010 14:04 Dibaca: 3263 Komentar: 2 0 SDLC (Systems Development Life Cycle) dalam rekayasa sistem dan rekayasa perangkat lunak adalah proses pembuatan

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 105 SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Anindita Septiarini Program Studi Ilmu Komputer FMIPA,

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) Marihot TP. Manalu Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Identitas sangat penting sebagai bukti bahwasanya manusia yang satu dengan yang lainnya adalah berbeda. Pada beberapa aplikasi yang membutuhkan pengidentifikasian seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada beberapa masalah yang terjadi secara nyata dimana pengenalan individu sangat diperlukan pada masa ini. Masalah-masalah tersebut dapat dilihat secara nyata di masyarakat.

Lebih terperinci

MODEL N EURON NEURON DAN

MODEL N EURON NEURON DAN 1 MODEL NEURON DAN ARSITEKTUR JARINGAN 1 1 Model Neuron Mengadopsi esensi dasar dari system syaraf biologi, syaraf tiruan digambarkan sebagai berikut : Menerima input atau masukan (baikdari data yang dimasukkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. beberapa ahli, definisi sistem adalah sebagai berikut.

BAB II LANDASAN TEORI. beberapa ahli, definisi sistem adalah sebagai berikut. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Sistem memiliki beberapa definisi yang berbeda-beda menurut pendapat beberapa ahli, definisi sistem adalah sebagai berikut. 1. Menurut Jogiyanto (1999:1), sistem adalah

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN

JARINGAN SARAF TIRUAN MAKALAH KECERDASAN BUATAN JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Disusun Oleh: KELOMPOK VI Hery Munazar (100411068) Rizky Ramadhan(100411066) PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA POLITEKNIK NEGERI

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Tahap 1 : Identifikasi Permasalahan Mencari literatur-literatur yang berhubungan dengan bahan penelitian. Tahap 2 : Pengambilan Data Training : Testing 5 : 1 150 : 30 Dari 10 responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan prediksi semakin meningkat pada era globalisasi saat ini sejalan dengan keinginan masyarakat khususnya pelaku bisnis untuk memberikan tanggapan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Artificial Intelligence / Intelegensia Semu (IS) Kecerdasan buatan atau IS merupakan salah satu bagian ilmu komputer yang membuat agar mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA PERCEPTRON UNTUK PENGENALAN POLA MASUKAN BINER MAUPUN BIPOLAR MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI

IMPLEMENTASI ALGORITMA PERCEPTRON UNTUK PENGENALAN POLA MASUKAN BINER MAUPUN BIPOLAR MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI IMPLEMENTASI ALGORITMA PERCEPTRON UNTUK PENGENALAN POLA MASUKAN BINER MAUPUN BIPOLAR MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI Andi Harmin Program Studi : Teknik Komputer STMIK Profesional Makassar andiharmin1976@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem Piranti yang digunakan untuk pelatihan maupun pengujian sistem terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak. 4.1.1 Perangkat Keras Perangkat keras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perkembangan teknologi yang semakin pesat ini banyak sekali perubahan perkembangan yang telah terjadi untuk membantu kehidupan masyarakat. Dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Klasifikasi sidik jari merupakan bagian penting dalam sistem pengidentifikasian individu. Pemanfaatan identifikasi sidik jari sudah semakin luas sebagai bagian dari

Lebih terperinci