BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang"

Transkripsi

1 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang diimplementasikan sebagai model estimasi harga saham. Analisis yang dilakukan adalah menguraikan penjelasan langkah mulai dari pencarian variabel input dan output yang berbeda sampai pada pencarian arsitektur jaringan yang optimal dalam melakukan pembelajaran ANN, sehingga jaringan akan memiliki kemampuan belajar dengan tingkat akurasi hasil estimasi yang akurat. 3.1 Model Umum ANN pada Estimasi Harga Saham Pada penelitian di Century Tower pada PT Mahadana Asta Berjangka, didapatkan bahwa harga saham pada tiap detik selalu berubah-ubah karena faktor-faktor yang mempengaruhinya. Namun dari penelitian para pialang saham, terdapat kejadian yang bisa mirip dengan sebelumnya atau dengan kata lain terdapat pola-pola dalam pembentukan harga saham. Penelitian ini menggunakan pola harian sebagai input / masukan pada ANN dalam tahap pelatihan dan tahap pengujian. Terkait dari data histori harga saham yang terdahulu, faktor-faktor yang menentukan ketepatan suatu peramalan dan pengaruhnya terhadap pergerakan harga saham cukup banyak, yaitu keadaan stabilitas ekonomi, stabilitas politik, jumlah pembeli dan penjual. Penelitian ini mengambil faktor histori data terdahulu untuk dijadikan parameter / variable dalam tahap pelatihan ANN karena faktor tersebut bersifat kuantitatif dan lebih mudah diakses atau didapat. 37

2 Pada umumnya model ANN untuk estimasi harga saham ditunjukan pada gambar 3.1. Perbedaan dalam model-model yang lain ditentukan dari pemilihan data histori selisih harga saham antara hari pertama dengan hari berikutnya, dan jumlah hidden layer, ada yang menggunakan 1 hidden layer, 2 hidden layer, 3 hidden layer, gambar 3.1 merupakan contoh model yang menggunakan 1 hidden layer. Data histori yang diambil menjadi percobaan yaitu selisih opening, selisih closing, selisih high, selisih low, selisih volume. Biasanya output merupakan harga saham yang diperkirakan di masa depan, dan setiap node merujuk ke harga saham yang diestimasikan pada tiap harinya. Dalam penelitian ini, kami diminta oleh pihak perusahaan untuk mencoba meramal harga high dan low pada index saham hang Seng sehingga kami menjadikan node output sebagai penghasil nilai selisih high dan low. Gambar 3.1 Model Umum ANN Untuk Estimasi Harga Saham 38

3 3.2 Klasifikasi Inputan / Masukan Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan beberapa staf maupun karyawan di Century Tower, Rasuna Sahid Kuningan, pada sistem estimasi harga saham di P.T Mahadana Asta Berjangka, menggunakan metode analisa teknikal secara time series. Metode ini menggunakan perhitungan dengan variabel sesuai dengan output. Misalnya jika ingin meramal harga high, maka dipakai sampel data high untuk dijadikan inputnya. Variabel lain seperti opening low, close, dan volume tidak dipakai dalam analisis tersebut. Proses pengklasifikasian input merupakan tahapan pertama dalam merancang sistem estimasi dengan ANN, klasifikasi harga saham merupakan acuan informasi dalam pelatihan ANN sehingga hasil estimasi merupakan hasil yang relevan berdasarkan klasifikasi input tersebut. Input diklasifikasikan menjadi 5 bagian besar, yaitu opening, high, low, volume, dan closing. Pada histori harga saham dapat diklasifikasikan lagi menurut kebutuhan perancangan ANN, bisa histori harga saham satu, dua, tiga hari yang lalu, seminggu, dua minggu yang lalu, dan seterusnya. Hal ini merupakan kebutuhan tingkat estimasi. Begitu juga pada informasi high-low dan volume, semuanya merupakan variabel yang dapat disesuaikan dengan pertimbangan akurasi, kemudahan, dan pengaruhnya pada sistem ANN Pemilihan Variabel Input dan Output Berdasarkan penelitian pada P.T Mahadana Asta Berjangka dalam meramalkan harga saham 1 minggu membutuhkan data harga saham bulanan, untuk meramalkan harga saham harian dibutuhkan data harga saham mingguan. Hal ini merupakan tujuan 39

4 dari estimasi harga saham jangka pendek dengan teknikal analisis yang memprediksikan harga saham tiap hari dalam satu bulan yang akan datang. Dengan pertimbangan ini, kami mencoba untuk mengambil input 25 hari (dalam satu bulan terdapat 4 hari Minggu dan beberapa hari libur sehingga diasumsikan 1 bulan terdiri dari 25 hari) yang lalu sebagai input dalam arsitektur jaringan. Berikut merupakan pemilihan variabel input yang dipilih sebagai informasi yang relevan bagi ANN pada metode estimasi, berdasarkan data yang didapat dari P.T Mahadana Asta Berjangka : a. Harga opening tiap hari selama 25 hari yang lalu. b. Harga closing tiap hari selama 25 hari yang lalu. c. Harga high tiap hari selama 25 hari yang lalu d. Harga low tiap hari selama 25 hari yang lalu e. Jumlah volume tiap hari selama 25 hari yang lalu Sedangkan yang diinginkan sebagai output adalah estimasi harga saham high dan low tiap hari, sehingga variable output terdapat 1 nilai node untuk setiap nilainya Pemetaan Harga Saham sebagai Masukan (input) dalam ANN Setelah melakukan klasifikasi, berikutnya adalah memetakan data input tersebut ke dalam ANN. Jumlah neuron node pada lapisan input adalah 75, 100 dan 125 buah yang merupakan banyaknya vektor masukan jaringan. Vektor ini diteruskan kedalam hidden layer yang kemudian dipetakan lagi sampai output layer. Pada hidden layer, jumlah layer dan jumlah node ditentukan menjadi 3 jenis yaitu node hidden layer sama dengan node input, node hidden layer lebih besar 25 dari input, dan node hidden layer lebih kecil 25 dari input, karena menurut pengalaman 40

5 dalam melakukan penelitian ini, belum ada ketentuan yang mengatur banyaknya jumlah layer dan jumlah node yang optimal pada layer ini. Selama ini penggunaan 2 hidden layer cukup untuk mengatasi permasalahan estimasi sehingga pada penelitian ini menggunakan 2 hidden layer sebagai pertimbangan akurasi dan ketepatan ramalan. Tiap node dalam hidden layer tersebut memetakan vektor data ke layer selanjutnya. Vektor pada hidden layer tersebut memetakan data ke output layer dengan node berjumlah 1 atau 2 buah. Pada intinya, ANN disini merupakan sistem yang memetakan 75, 100, 125 dimensi vektor input ke vektor output 1 atau 2 dimensi. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 3.2. Pada gambar 3.2 merupakan contoh dari pemetaan 125 input menjadi 2 output. Gambar 3.2 Pemetaan 2 Hidden Layer 125 Vektor Input kedalam 2 Vektor Output 41

6 3.3 Desain Model Backpropagation Pada subbab ini akan dijelaskan fungsi-fungsi yang berpengaruh pada proses pelatihan ANN, karena dalam proses pembelajaran tersebut menggunakan perhitungan fungsi matematik yang terdapat koefisien, variabel maupun operator yang dapat mempengaruhi nilai hasil perhitungan data. Arsitektur jaringan yang kurang memadai lebih menyebabkan hasil perhitungan yang kurang tepat walaupun menyebabkan lamanya pelatihan, sementara fungsi aktivasi dan learning rule yang digunakan lebih mempengaruhi kecepatan pelatihan dan juga dapat menyebabkan kesalahan perhitungan. Dengan memilih fungsi-fungsi yang tepat, maka jaringan dapat dioptimalisasi dari segi kecepatan perhitungan dan akurasi hasil perhitungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ANN adalah ketiga faktor yang telah penulis nyatakan di atas yaitu arsitektur jaringan ANN, fungsi aktivasi dan aturan pelatihan (learning rule). Ketiga faktor tersebut diuraikan pada subbab-subbab berikut Perancangan Arsitektur Jaringan Arsitektur backpropagation selalu memiliki beberapa layer, yaitu : 1 input layer dan 1 output layer. Data yang digunakan pada program ini adalah opening, high, low, close, dan volume. Kemudian data-data ini dihitung selisih nilainya untuk mendapatkan harga selisih nilai antara dua hari. Kelima variabel ini masing-masing sebagai 1 node dan mewakili data peramalan 1 hari setiap barisnya pada database. Kemudian ada pula 1 variabel tambahan yaitu bias yang ditempatkan pada lapisan selain output layer sebanyak 1 buah. Kami mendesain 2 jenis arsitektur output layer, yaitu yang terdiri dari 1 output (high atau low saja) dan 2 output (high dan low sekaligus). Sedangkan untuk 42

7 input layer, terdapat beberapa arsitektur, yang menggunakan seluruh variabel dan sebagian variabel. Jumlah variabel yang akan digunakan sebagai data peramalan disesuaikan dengan jumlah layer output. Data yang digunakan untuk meramal bersifat tetap menggunakan data 25 hari sebelumnya untuk meramal satu hari sesudahnya. Untuk arsitektur hidden layer kami menggunakan 2 hidden layer. Dalam menentukan hidden layer, terdapat 2 faktor yang harus diperhitungkan, yaitu jumlah node dan banyaknya hidden layer yang digunakan. Semakin banyak hidden layer yang digunakan semakin baik hasilnya, tetapi training yang dibutuhkan juga semakin lama. Jumlah hidden node yang terlalu sedikit menyebabkan jaringan tidak cukup fleksibel untuk mempelajari data dan jika jumlah hidden node terlalu besar akan terjadi overfitting data. Menurut Saludin Muis (p183), tingkat ketelitian yang dihasilkan sudah cukup memadai jika arsitektur memakai 1 lapis hidden layer, 1 lapis input dan output layer. Maka dengan pertimbangan teori-teori dan juga waktu, pada penelitian ini, jumlah hidden layer ditentukan sebanyak 2 lapis. Data yang ingin didapatkan sebagai hasil peramalan adalah nilai high dan low pada data harga index saham harian yang ingin diramal. Sehingga jumlah node pada output layer adalah 2 node yang masing-masing mewakili nilai high dan low. Pada penelitian akan dicoba untuk memisah output yang akan dihasilkan dan dibandingkan dengan output yang digabung. Jadi pada penelitian dengan output yang dipisah, akan dihasilkan harga peramalan high dan low secara terpisah dengan menggunakan dua arsiterktur jaringan. Sedangkan pada output yang digabung, akan didapat harga high dan low dalam satu arsitektur jaringan. 43

8 3.3.2 Penentuan Fungsi Aktivasi Fungsi aktivasi merupakan fungsi transfer, yaitu fungsi yang memetakan suatu nilai input tertentu ke suatu nilai output tertentu. Fungsi aktivasi untuk jaringan backpropagation harus mempunyai beberapa karakteristik penting, yaitu harus bernilai kontiniu, dapat diturunkan dan nilainya meningkat secara monotonik dengan inputnya. Untuk kemudahan perhitungan, disarankan agar yang fungsi turunannya mudah dihitung. Untuk fungsi aktivasi yang paling sering digunakan dalam backpropagation adalah sigmoid biner dan sigmoid bipolar. Keduanya memiliki karakteristik fungsi yang sesuai dengan syarat diatas. Bila pada jaringan multi layer fungsi linear hanya bisa menghasilkan fungsi linear juga, maka dengan fungsi sigmoid bisa menghasilkan fungsi non-linear. Pada fungsi sigmoid biner mempunyai rentang nilai output antara 0 sampai 1 dan dirumuskan sebagai : 1 f(x) = 1 + e -σx Dengan fungsi turunan sigmoid biner dirumuskan sebagai : f(x) = σf(x)[1-f(x)] Sedangkan fungsi sigmoid bipolar mempunyai rentang nilai output antara -1 sampai 1, dirumuskan sebagai : 1 - e -σx f(x) = 1 + e -σx 44

9 Dengan fungsi turunan sigmoid bipolar dirumuskan sebagai : σ f (x) = [1 + f(x)][1 f(x)] 2 Perbandingan kedua fungsi tersebut pada penerapan penelitian ini didasarkan pada nilai yang akan diwakili. Peramalan yang dilakukan dalam penelitian ini mengambil nilai selisih dari harga saham hari sebelumnya. Sehingga terdapat nilai positif dan nilai negatif. Fungsi sigmoid biner tidak memetakan sinyal input negatif karena nilai terendahnya adalah 0(nol). Sehingga pilihan terbaik berada pada sigmoid bipolar karena rentang nilai yang digunakan pada fungsi ini bernilai 1 dan -1. Sehingga dapat mewakili nilai selisih yang juga bernilai positif dan negative Learning Rule dan Konstanta Laju Belajar Learning rule yang digunakan oleh ANN backpropagation adalah generalized delta rule. Secara singkat cara kerja delta rule adalah dengan menyesuaikan bobot untuk meminimalisasi error pada output yang dihasilkan oleh perhitungan jaringan. ANN backpropagation memiliki 3 tahap yang harus dikerjakan : tahap feedforward data input, backpropagation dan perhitungan error, dan penyesuaian bobot. Konstanta laju belajar (learning rate) adalah salah satu faktor yang dapat mempercepat atau dapat menjadi faktor penghambat proses training. Konstanta laju belajar juga sering disebut sebagai α digunakan sebagai konstanta pengali untuk mengatur besarnya nilai penyesuaian bobot pada setiap langkah pelatihan. Dalam penentuan learning rate sebagai langkah awal biasa digunakan nilai yang kecil. 45

10 Semakin kecil parameter learning rate, maka semakin kecil pula perubahan bobot pada jaringan dari satu iterasi ke iterasi selanjutnya dan dapat menghasilkan error yang minimum. Namun, jika learning rate α yang digunakan terlalu kecil membuat jumlah iterasi semakin besar yang akan mengakibatkan proses training menjadi lambat. Jika learning rate α yang digunakan terlalu besar, proses training dapat lebih cepat mencapai daerah di sekitar nilai error minimum namun akan kesulitan dalam mencapai titik minimum yang lebih dalam karena perubahan bobot yang terjadi terlalu besar. Learning rate α yang biasa digunakan mempunyai rentang 0 < α < 1 (antara nol dan satu). Dari sumber-sumber yang penulis dapatkan, penentuan konstanta laju belajar yang paling baik tidak memiliki cara perhitungan khusus melainkan melalui trial and error. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan nilai konstanta laju belajar 0,1 karena nilai tersebut lebih memberikan jaminan untuk mendapatkan nilai yang lebih tepat ke target output karena nilai perbaikan yang dibuat lebih halus, yaitu 0,1 dari nilai yang sebenarnya. Dari pemilihan nilai ini penulis tidak mengejar/ mengharapkan proses pelatihan yang lebih cepat. Jika penulis mengambil nilai yang lebih besar, ditakutkan sewaktu perbaikan bobot, nilai perhitungan target akan semakin lama untuk mendekati nilai target error. 3.4 Proses pelatihan ANN Backpropagation Pada pelatihan ANN terdiri dari dua tahap yaitu tahap feed forward dan backward. Proses pelatihan ini dimulai dari menentukan arsitektur jaringan ANN yang akan dilatih. Pada penelitian ini, data pelatihan merupakan data historis harga index 46

11 saham harian berupa opening, high, low, close, dan volume. Tetapi dalam mengambil nilai, kami menggunakan selisih nilai dari dua hari yang berurutan. Contohnya : Tabel 3.1 Contoh Pengambilan Nilai Tanggal opening High selisih opening selisih high 6/30/ /2/ /3/ Data yang telah tersedia, kemudian nilainya diskalakan dan diberikan dalam jaringan untuk dilakukan perhitungan dengan fungsi-fungsinya. Proses pemberian nilai ke dalam jaringan merupakan tahap feed forward dimana hasilnya akan dibandingkan dengan targetnya / referensi untuk mendapatkan selisih error yang kemudian nilai itu akan dikembalikan untuk menghasilkan suatu nilai bobot yang sesuai pada perhitungan dengan targetnya. Proses pembalikan nilai ini dilakukan pada tahap backward. Hal ini berlangsung terus-menerus secara iteratif sampai jaringan mendapatkan nilai selisih error yang kecil antara data input terhadap data target, kemudian nilai bobot terakhir tersebut disimpan sebagai referensi fungsi untuk tahap evaluasi (testing). Untuk lebih jelasnya tentang proses pelatihan jaringan dapat dilihat pada gambar berikut 47

12 Gambar 3.3 Proses Pelatihan Jaringan Penentuan Arsitektur Jaringan Kami mendesain 2 jenis arsitektur output layer, yaitu yang terdiri dari 1 output (high atau low saja) dan 2 output (high dan low sekaligus). Untuk 1 output, digunakan layer input yang mengambil nilai variabel opening, high atau low, close dan tanpa volume, kemudian diteliti juga dengan menggunakan semua variabel yang ada. Untuk 2 48

13 output, digunakan layer input yang mengambil nilai variabel opening, high, low, close dan volume atau tanpa volume. Pada saat ini, belum ada ketentuan yang menetapkan tentang penggunaan jumlah hidden layer dan jumlah node hidden layer yang paling optimal. Pada penelitian ini, penentuan jumlah node hidden layer didasarkan atas ekperimen / percobaan kisaran pada angka tertentu dan dengan menggunakan angka hasil penelitian yang dilakukan oleh Guang Bin Huang (2004, p274) untuk dua hidden layer. Untuk ANN dengan dua hidden layer, menurut Guang (2003, p280) jumlah node hidden layer satu dan node hidden layer dua dapat ditentukan berkisar antara nilai yang didapat pada rumus : L1 = (( M+2 ) N ) + 2 ( N / ( M+2 )) L2 = M ( N / ( M+2 )) L1 = jumlah node hidden layer satu L2 = jumlah node hidden layer dua N = jumlah node input dan output M = jumlah node output Bila jumlah node input 100 dan jumlah node output sebanyak dua, maka menurut Guang, jumlah node hidden layer satu dan dua dapat diperkirakan sebanyak : L1 = (( M+2 ) N ) + 2 ( N / ( M+2 )) L1 = (( 2+2 ) 100 ) + 2 ( 100 / ( 2 +2 )) 49

14 L1 = L1 = 30 node L2 = 2 ( N / ( M+2 )) L2 = 2 ( 100 / ( 2+2 )) L2 = 10 node Jadi pada tahap penentuan arsitektur jaringan pada ANN, penelitian ini mengacu pada penggunaan kisaran nilai perhitungan kedua rumus yang dikemukakan di atas dan jumlah node yang dilakukan secara eksperimental (metode coba). Pada hidden layer pertama akan dicoba dengan menggunakan jumlah node yang sama dengan input node, jumlah node yang lebih banyak 25 buah daripada input node dan jumlah node yang lebih sedikit 25 buah daripada input node. Sementara pada hidden layer kedua digunakan jumlah node pada hidden layer 1 dikurang 25. Sebagai gambaran, salah satu contoh arsitektur jaringan yang digunakan adalah seperti gambar dibawah 50

15 Gambar 3.4 Arsitektur Jaringan Backpropagation Arsitektur jaringan, dalam hal ini jumlah hidden layer serta jumlah node di dalamnya, akan mempengaruhi kinerja jaringan tersebut. Arsitektur yang terlalu sederhana tidak akan mampu menemukan pola data yang kompleks, mendapatkan error pelatihan dan error generalisasi yang tinggi. Sedangkan pada arsitektur yang terlalu kompleks dapat menyebabkan jaringan terlalu banyak keragaman nilai dan terpaku pada nilai-nilai data training yang diberikan bukan pola umum dari data-data tersebut. Untuk menghindari kedua kondisi di atas, penentuan jumlah hidden layer serta hidden node di dalam harus dilakukan tidak hanya berdasarkan jumlah epoch (training) dalam pelatihan, tapi juga akurasi dalam pengujian. Karena itu, penentuan arsitektur jaringan tidak dapat terlepas dari proses pengujian dan akan dilakukan secara bersamaan. Untuk mengetahui perbandingan pemakaian arsitektur pada rumusan di atas akan lebih diuraikan pada bab empat tentang pengujian. 51

16 3.4.2 Pembagian dan Penyekalaan Data Input dan Output Pada tahap ini data dibagi menjadi dua bagian, yang pertama data untuk pelatihan (training set) dan data untuk pengujian / evaluasi (testing set). Dalam training set data terdiri atas 26 rows yang didapat dari jumlah input dan jumlah target output. Jumlah input terdiri dari 25 rows yaitu dari harga index saham 25 hari yang lalu sampai pada hari patokan ( h h-1) sedangkan sisanya satu rows yang merupakan nilai output yang diharapkan / target output yang merupakan harga high dan low index saham pada hari yang akan diperkirakan. Setiap rows mewakili lima input node yang terdiri dari high, opening, low, close dan volume, kecuali untuk output target hanya dipakai high dan low. Jumlah rows yang akan dilatih sebanyak 597 rows dimana pelatihan pertama akan dipakai data h-800 sampai h-776 sebagai data input dan h-775 sebagai data output target. Selanjutnya untuk pelatihan berikutnya, jumlah hari akan ditambah satu. 52

17 Hari ke H-801 selisih opening Tabel 3.2 Pengambilan Data Pelatihan selisih selisih selisih selisih high low close volume Keterangan H H H H H H H h H H H H H H H H Data awal pelatihan pertama data akhir pelatihan pertama output target pelatihan pertama Data awal pelatihan kedua Data akhir pelatihan kedua output target pelatihan kedua Pada data testing set, data hanya terdiri dari input node yang berjumlah 75,100,125 buah dan 25 rows. Output target tidak dipakai karena dengan data input tersebut jaringan akan mencari output yang sesuai dengan data pelatihan dimana output di sini merupakan hasil dari estimasi ANN berupa harga index saham high dan low. 53

18 selisih opening Tabel 3.3 Pengambilan Data Testing selisih high selisih low selisih close selisih volume hari ke H-801 H H H H H H H h H H H H H Keterangan Data awal testing H Data akhir testing H Hari yang akan diramal H Setelah membagi data input dan output, maka selanjutnya adalah menyekalakan input dan output tersebut dengan skala -1 sampai 1 ( -1 data terkecil dan 1 data terbesar ). Karena nilai tersebut akan dimasukkan ke dalam fungsi aktivasi di mana fungsi tersebut sangat sesuai dalam memetakan nilai yang kecil. Tabel 3.4 Input dan Output Target yang Tidak Terskala input output x1 x2 y

19 Misal pada contoh di atas merupakan data input dan target output yang belum terskala, apabila dimasukkan ke fungsi aktivasi sigmoid, maka hasilnya semua akan mendekati 1 atau bahkan 1. O = 1 / (1 + e -100 ) O = 1 / 1+ (1 + 3,72 E -44) O 1 Maka pada data tersebut dibutuhkan penyekalaan dengan rentang antara -1 sampai 1 agar dapat dipetakan dengan sesuai oleh fungsi sigmoid dan untuk mengecilkan selisih error. Untuk menyekalakan data digunakan rumus sebagai berikut : Nilai = ((nilai aktual nilai minimum) /(Nilai maksimum nilai minimum)) x 2-1 Pada tabel di atas, untuk menyekalakan nilai-nilai tersebut dilakukan langkah berikut : Nilai skala 250 =( ) x2-1 = 0, Nilai skala 500 = = 0, Dan seterusnya untuk nilai-nilai lainnya (x1 dan x2) sehingga dapat dituliskan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 3.5 Tabel Hasil Penyekalaan input output x1 x2 y 0, ,3077 0,3077 0,2308 0,6923 0,5 0,

20 Untuk mendapatkan hasil peramalan index saham yang sesuai pada tahap pengujian, harus dilakukan penyekalaan ulang (rescaling) supaya hasil peramalan yang terskala tersebut dapat diubah menjadi nilai aktual seperti semula. Misalnya nilai peramalan yang dihasilkan 0,2, maka nilai aktual yang sebenarnya adalah Nilai aktual 0,2 = ( ) x 0, = Inisialisasi bobot Pada ANN, inisialisasi bobot dibutuhkan sebagai penentuan bobot awal ke jaringan yang kemudian akan dilakukan koreksi bobot itu sendiri pada proses pembelajaran. Inisialisasi bobot awal sangat berpengaruh pada kecepatan proses pembelajaran karena perhitungan input beserta bobotnya akan menentukan ketepatannya pada output yang dihasilkan. Jika output yang dihasilkan jauh berbeda dengan hasil yang diharapkan (selisih error), proses pembelajarannya tentu akan membutuhkan semakin banyak iterasi (epoch). Oleh karena itu, menurut Fausett [1994, p296] inisialisasi bobot dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan Random Initialization dan Nguyen Widrow Initialization. Pada Random initialization dilakukan inisialisasi bobot yang cukup kecil, yaitu rentang antara -0,5 sampai 0,5 atau -1 sampai 1. Pada inisialisasi bobot Nguyen Widrow Initialization, dihitung berdasarkan penelitian yang dilakukan Nguyen dan Widrow yang dapat dirumuskan sebagai berikut : 56

21 β = 0,7 x P (1/n) dimana : β = faktor skala P = Jumlah node hidden layer n = Jumlah node input layer Algoritma inisialisasi bobot nguyen Widrow adalah : Untuk setiap hidden unit (j = 1,2,...,p) : o Inisialisasikan vektor bobotnya dari input node : Vij (lama) = inisialisasi random antara -0,5 dan 0,5 (atau antara γ dan γ) o Hitung normalisasi vektor Vj(lama) o Inisialisasi ulang : Vij = β Vij (lama) Vj(lama) set bias : Voj = angka random antara β dan β Tahap Feedforward Feedforward merupakan suatu bagian tahap pelatihan yang menghitung semua nilai input untuk menghasilkan nilai output pada jaringan. Pada perhitungan di sini, mulai digunakan fungsi aktivasi dalam pemetaan nilai dengan berdasarkan bobot dan data input pelatihan. Pada input layer, data input dan bobot interkoneksi diberikan ke 57

22 layer selanjutnya untuk diproses fungsi aktivasi dan kemudian menuju ke output layer. Nilai pada output layer inilah yang dibandingkan dengan output target atau nilai sebenarnya. Apabila selisih error masih di atas target error, maka dilakukan perbaikan bobot untuk meminimasi selisih error tersebut pada tahap backward yang akan dibahas pada subbab Pada tahap feedforward, nilai hasil peramalan tidak dibandingkan dengan target error. Oleh karena itu, pada proses feedforward pembelajarannya bersifat statis karena output yang dihasilkan hanya berasal dari vektor data pelatihan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, feedforward merupakan proses perhitungan nilai kedalam fungsi aktivasi, maka dalam perhitungan tersebut terdapat fungsi matematis yang digunakan dalam melakukan proses feedforward. Fungsi-fungsi tersebut yang akan menghasilkan suatu nilai output pada jaringan. Sebagai contoh, pada desain ANN dua hidden layer jika diterapkan dengan jumlah hidden node layer 1 sebanyak 100 dan layer 2 sebanyak 75. Nilai input dan target output yang dimasukkan misalnya sebagai berikut : 58

23 Tabel 3.6 Contoh Data Input Pelatihan Sebagai Input pada Input Layer. data ke selisih opening selisih high selisih low selisih close Tabel 3.7 Contoh Data Input Pelatihan Sebagai Target Output. selisih selisih data ke high low Untuk jumlah data pelatihan tidak dibatas jumlahnya, namun pada penelitian ini jumlah data pelatihan yang digunakan sebanyak 597 hari yang artinya N = 597. Jumlah node pada input layer = 25 hari x 4 variabel = 100 Jumlah node pada hidden layer 1 = 100 Jumlah node pada hidden layer 2 = 75 59

24 Jumlah node pada output layer = 2 Learning Rate (α) = 0,1 Momentum (μ) = 1 Target error RMS (Root Mean Square) = 0,0001 Bobot awal : - Bobot awal input layer ke hidden layer 1. - Bobot awal hidden layer 1 ke hidden layer 2 60

25 - Bobot awal hidden layer 2 ke output layer Perhitungan : Perhitungan nilai Hidden layer 1 yang berasal dari input dan bobot ke hidden layer : L2.outpi = input1 x w1i + input2 x w2i + input3 x w3i input100 x w100i + bias1 x w0i Perhitungan diteruskan untuk output-output lain di hidden layer 1. Kemudian dihitung fungsi aktivasi untuk setiap output pada hidden layer e -σx f(x) = e -σx 1 - e 0,7511 L2.output1 = = -0, e 0,

26 Perhitungan diteruskan sampai semua node dihitung fungsi aktivasinya dan diteruskan juga sampai output layer. Setelah mendapatkan fungsi aktivasi pada output layer, tahap feedforward selesai Tahap Backward Backward merupakan bagian dari tahap pelatihan ANN dengan melakukan perbaikan / pengoreksian bobot bobot pada setiap koneksi layer. Perbaikan bobot tersebut didasarkan atas selisih error dari hasil yang didapat pada hasil tahap forward dengan data target error. Pada algoritma backpropagation, setiap kali setelah backward dilakukan, proses feedforward dan backward diulang kembali sampai hasil yang diperoleh dari perbedaan tahap feedforward dan target output sama atau lebih kecil daripada target error. Perhitungan nilai pada tahap backward membutuhkan turunan dari fungsi aktivasi untuk menghitung nilai porsi error δ. Kemudian pada perhitungan koreksi bobot, perhitungan akan menggunakan fungsi konstanta seperti learning rate dan momentum. Untuk jelasnya, contoh pada subbab akan dihitung perbaikan bobot jaringannya pada tahap backward dengan pemakaian desain ANN dan inisialisasi yang telah diuraikan pada subbab tersebut. Maka proses perhitungan tahap backward untuk jaringan dapat diasumsikan sebagai berikut : Perhitungan pelatihan perbaikan bobot : Pertama dilakukan perhitungan besar error pada setiap node output : l4.err[i] = (targetnode[i] - l4.outp[i]) x (0.5 x (1+l4.outp[i]) x (1-l4.outp[i])) 62

27 Hitung jumlah dari absolut error : Systemerror = 0, ,3283 = 0,354 Lakukan perbaikan bobot setelah mengetahui besar error yang terjadi l4.deltaw[j,i] := alpha x l4.err[i] x l3.outp[j] Lakukan perhitungan untuk setiap layer yang ada. Kemudian hitung bobot yang baru untuk setiap interkoneksi bobot 63

28 Iterasi feedforward dan backward diulang untuk pelatihan data berikutnya dan diulang kembali dari data yang pertama. Iterasi berhenti jika error sistem bernilai lebih kecil daripada error target yang ditentukan. 3.5 Proses Pengujian ANN Backpropagation Pada dasarnya proses pengujian hasil pelatihan jaringan adalah dengan menggunakan kembali proses feedforward yang sama seperti subab 3.4.4, hanya pada proses ini tidak dilakukan inisialisasi bobot, tetapi memakai bobot yang telah diperbaiki pada tahap pelatihan. Data yang akan dievaluasi merupakan data pengujian yang akan dicari nilai outputnya setelah melewati jaringan berdasarkan nilai-nilai bobot akhir hasil pelatihan. Tidak diperlukan lagi target output untuk penyesuaian bobot karena nilai-nilai bobot jaringan merupakan hasil yang optimal sesuai dengan target yang diberikan pada proses pelatihan. Pada proses pengujian ini, data evaluasi hanya cukup sekali saja diproses pada tahap feedforward untuk mendapatkan hasil nilai output jaringan yang sesuai dengan nilai bobot-bobot dari pelatihan. Data evaluasi yang digunakan bisa merupakan data input pertihan atau data input di luar data pelatihan. Arsitektur yang dipakai pada pengujian ini sama seperti arsitektur pada tahap pelatihan sehingga apabila ANN dilatih dengan suatu arsitektur jaringan tertentu, maka pada proses pengujiannya menggunakan arsitektur jaringan yang sama. 3.6 Perancangan Layar Berikut perancangan layar yang dibuat sebagai petunjuk bagi user untuk menjalankan program dengan benar. 64

29 Gambar 3.5 Rancangan Layar Komponen yang digunakan adalah komponen yang sederhana sehingga user dapat langsung mengenali fungsi dari komponen-komponen tersebut. Tombol Fetch data untuk mengambil data-data yang ada pada file Daily.xls yang berada pada folder yang sama dengan program. Untuk mengambil data dengan benar, masukkan perintah database yang sesuai dengan sumber data yang diinginkan. Jika ingin mengambil data harga index saham harian Hangseng, maka tulis SELECT * FROM [HK$]. HK adalah judul Sheet untuk data Hangseng. Data-data akan muncul pada DBGrid yang disediakan setelah tombol ditekan. Textbox pada jumlah node hidden layer1 dan hidden layer2 berguna untuk mengisi jumlah node hidden layer. Kemudian untuk memasukkan jumlah node tersebut, 65

30 disediakan tombol set hidden layer. Hidden layer baru akan terbentuk saat tombol sudah ditekan. Kemudian setelah jaringan terbentuk dengan lengkap, diperlukan bobot untuk mengisi interkoneksi antar layer. Ada 2 pilihan untuk pengisian bobot, satu adalah dengan merandom bobot dan dengan load data yang berasal dari hasil save data sebelumnya. Tombol Random untuk merandom bobot dan tombol Load Weight untuk mengambil data dari file data.txt yang sedirektori dengan program. Untuk memulai train, user tinggal menekan tombol train setelah menjalankan langkah-langkah di atas. Untuk melihat informasi tentang parameter yang digunakan, user dapat melihat pada bagian tengah yang berisi textbox-texbox yang berisi informasi jumlah hari yang digunakan sebagai data, alpha, error target, nilai error yang sedang berlangsung, jumlah epoch yang sudah dijalankan, dan hari terakhir yang sudah dilatih. Untuk melihat informasi tentang hasil peramalan dapat dilihat di Listbox hasil peramalan. 66

31 Gambar 3.6 Tampilan Awal Program 67

32 Gambar 3.7 Tampilan Program setelah dijalankan User interface yang dipakai dalam penelitian dan yang digunakan pihak perusahaan (trader) dirancang berbeda karena faktor kenyamanan dan kemudahan dalam mengoperasikan aplikasi. Fungsi yang dapat dipakai di antara keduanya tidak berbeda. Berikut contoh tampilan yang digunakan oleh pihak perusahaan : 68

33 Gambar 3.8 Tampilan yang dirancang untuk pihak perusahaan 69

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 Peramalan Harga Indeks Saham Hang Seng dengan Menggunakan Jaringan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. suatu perusahaan yang akan memberikan keuntungan dalam bentuk deviden dan capital

BAB 2 LANDASAN TEORI. suatu perusahaan yang akan memberikan keuntungan dalam bentuk deviden dan capital BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Saham Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan, dalam suatu perusahaan yang akan memberikan keuntungan dalam bentuk deviden dan capital gain. Artinya

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi,

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi, LAMPIRAN 15 Lampiran 1 Algoritme Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Standar Langkah 0: Inisialisasi bobot (bobot awal dengan nilai random yang paling kecil). Langkah 1: Menentukan maksimum epoch, target

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK [1] Meishytah Eka Aprilianti, [2] Dedi Triyanto, [3] Ilhamsyah [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 205 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 205 IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation 65 Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation Risty Jayanti Yuniar, Didik Rahadi S. dan Onny Setyawati Abstrak - Kecepatan angin dan curah

Lebih terperinci

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH 7B. Standar Backpropagation (BP) Backpropagation (BP) merupakan JST multi-layer. Penemuannya mengatasi kelemahan JST dengan layer tunggal yang mengakibatkan perkembangan

Lebih terperinci

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI. minimum 2 Giga Hertz dan memory RAM minimum 256 MB, sedangkan untuk

BAB 4 IMPLEMENTASI. minimum 2 Giga Hertz dan memory RAM minimum 256 MB, sedangkan untuk 74 BAB 4 IMPLEMENTASI 4.1 Spesifikasi Kebutuhan Sarana Untuk menjalankan training dalam program peramalan ini diperlukan spesifikasi Hardware dengan prosesor minimum setingkat Intel Pentium IV dengan kecepatan

Lebih terperinci

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh Sudharmadi Bayu Jati Wibowo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 JARINGAN SARAF SECARA BIOLOGIS Jaringan saraf adalah salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Forecasting Forecasting (peramalan) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu ratarata temperatur bumi periode tahun 1880 sampai dengan tahun 2012. 3.2 Jenis dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saham harus memperhatikan dengan baik keadaan ekonomi yang sedang berlangsung.

BAB 1 PENDAHULUAN. saham harus memperhatikan dengan baik keadaan ekonomi yang sedang berlangsung. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cepatnya perubahan fluktuasi harga index saham membuat para pemegang saham harus memperhatikan dengan baik keadaan ekonomi yang sedang berlangsung. Saham yang mempunyai

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM Ayu Trimulya 1, Syaifurrahman 2, Fatma Agus Setyaningsih 3 1,3 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, M. Rhifky Wayahdi 2 1 Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dielaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat diadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX Oleh: Intan Widya Kusuma Program Studi Matematika, FMIPA Universitas Negeri yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 68 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Bab ini membahas tentang program yang telah dianalisis dan dirancang atau realisasi program yang telah dibuat. Pada bab ini juga akan dilakukan pengujian program. 4.1

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM

BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM 17 BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM 4.1 Desain. yang digunakan adalah jaringan recurrent tipe Elman dengan 2 lapisan tersembunyi. Masukan terdiri dari data : wind, SOI, SST dan OLR dan target adalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka berpikir Perubahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing tidak dapat dihindari. Untuk mengatasi perubahan yang tidak pasti ini diperlukan suatu prediksi.

Lebih terperinci

Studi Modifikasi standard Backpropagasi

Studi Modifikasi standard Backpropagasi Studi Modifikasi standard Backpropagasi 1. Modifikasi fungsi objektif dan turunan 2. Modifikasi optimasi algoritma Step Studi : 1. Studi literatur 2. Studi standard backpropagasi a. Uji coba standar backpropagasi

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan dalam suatu bagan alir seperti pada Gambar 8. Gambar 8 Diagram Alir Penelitian Pengumpulan Data

Lebih terperinci

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN : PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PRODUKSI AIR MINUM MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS : PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU) Robi Yanto STMIK Bina Nusantara

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Analisis merupakan proses penguraian konsep ke dalam bagian-bagian yang lebih sederhana, sehingga struktur logisnya menjadi jelas. Metode untuk menguji, menilai, dan

Lebih terperinci

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika, Amik Royal, Kisaran E-mail: havid_syafwan@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi.

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi. 33 BAB 4 DISAIN MODEL Disain model sistem identifikasi citra karang dirancang sedemikian rupa dengan tuuan untuk memudahkan dalam pengolahan data dan pembuatan aplikasi serta memudahkan pengguna dalam

Lebih terperinci

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Abstrak Karyawan atau tenaga kerja adalah bagian

Lebih terperinci

4.1. Pengumpulan data Gambar 4.1. Contoh Peng b untuk Mean imputation

4.1. Pengumpulan data Gambar 4.1. Contoh Peng b untuk Mean imputation 4.1. Pengumpulan data Data trafik jaringan yang diunduh dari http://www.cacti.mipa.uns.ac.id:90 dapat diklasifikasikan berdasar download rata-rata, download maksimum, download minimum, upload rata-rata,

Lebih terperinci

SIMULASI DAN PREDIKSI JUMLAH PENJUALAN AIR MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION (Study Kasus: PDAM TIRTA KEPRI) Ilham Aryudha Perdana

SIMULASI DAN PREDIKSI JUMLAH PENJUALAN AIR MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION (Study Kasus: PDAM TIRTA KEPRI) Ilham Aryudha Perdana SIMULASI DAN PREDIKSI JUMLAH PENJUALAN AIR MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION (Study Kasus: PDAM TIRTA KEPRI) Ilham Aryudha Perdana Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION Eka Irawan1, M. Zarlis2, Erna Budhiarti Nababan3 Magister Teknik Informatika, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Oleh: ABD. ROHIM (1206 100 058) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. M. Isa Irawan, MT Jurusan Matematika

Lebih terperinci

Architecture Net, Simple Neural Net

Architecture Net, Simple Neural Net Architecture Net, Simple Neural Net 1 Materi 1. Perceptron 2. ADALINE 3. MADALINE 2 Perceptron Perceptron lebih powerful dari Hebb Pembelajaran perceptron mampu menemukan konvergensi terhadap bobot yang

Lebih terperinci

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Analisa dan Kebutuhan Sistem Analisa sistem merupakan penjabaran deskripsi dari sistem yang akan dibangun kali ini. Sistem berfungsi untuk membantu menganalisis

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang)

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang) ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang) 1 Musli Yanto, 2 Sarjon Defit, 3 Gunadi Widi Nurcahyo

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) A-31

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) A-31 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol 4, No2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) A-31 Perbandingan Performansi Metode Peramalan Fuzzy Time Series yang Dimodifikasi dan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation (Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH

BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu data saham Astra Internasional Tbk tanggal 2 Januari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Otak manusia memiliki struktur yang sangat kompleks dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Otak terdiri dari neuron-neuron dan penghubung yang disebut

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Bagian terpenting dari CRM adalah memahami kebutuhan dari pelanggan terhadap suatu produk yang ditawarkan para pelaku bisnis. CRM membutuhkan sistem yang dapat memberikan suatu

Lebih terperinci

Architecture Net, Simple Neural Net

Architecture Net, Simple Neural Net Architecture Net, Simple Neural Net 1 Materi 1. Model Neuron JST 2. Arsitektur JST 3. Jenis Arsitektur JST 4. MsCulloh Pitts 5. Jaringan Hebb 2 Model Neuron JST X1 W1 z n wi xi; i1 y H ( z) Y1 X2 Y2 W2

Lebih terperinci

Prediksi Pergerakan Harga Harian Nilai Tukar Rupiah (IDR) Terhadap Dollar Amerika (USD) Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation

Prediksi Pergerakan Harga Harian Nilai Tukar Rupiah (IDR) Terhadap Dollar Amerika (USD) Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation 1 Prediksi Pergerakan Harga Harian Nilai Tukar Rupiah (IDR) Terhadap Dollar Amerika (USD) Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation Reza Subintara Teknik Informatika, Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No., Juni 206 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Estimasi Needs

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, Erlinda Ningsih 2 1 Dosen Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama 2 Mahasiswa Sistem Informasi, STMIK

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN MOMENTUM PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

ANALISIS PENAMBAHAN MOMENTUM PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Seminar Nasional Informatika 0 ANALISIS PENAMBAHAN MOMENTUM PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian, Purwa Hasan Putra Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Algoritma Backpropagation Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran (Studi Kasus DiKota Padang)

Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Algoritma Backpropagation Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran (Studi Kasus DiKota Padang) Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Algoritma Backpropagation Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran (Studi Kasus DiKota Padang) Hadi Syahputra Universitas Putra Indonesia YPTK Padang E-mail: hadisyahputra@upiyptk.ac.id

Lebih terperinci

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari 2010 50 Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran di Provinsi Kalimantan Timur Dengan Menggunakan Algoritma Pembelajaran

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman 203-209 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Definisi Peramalan adalah memperkiraan atau memproyeksikan sesuatu

BAB III LANDASAN TEORI. Definisi Peramalan adalah memperkiraan atau memproyeksikan sesuatu BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Peramalan Definisi Peramalan adalah memperkiraan atau memproyeksikan sesuatu yang akan terjadi dimasa sekarang maupun yang akan datang. dikarena masa yang akan datang

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017.

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam bab ini diasumsikan sebagai data perkiraan harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. Dengan demikian dapat disusun model Fuzzy

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI. kegiatan manusia membuat penelitian dengan domain teknik informatika

BAB III. METODOLOGI. kegiatan manusia membuat penelitian dengan domain teknik informatika BAB III. METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Teknik informatika yang memiliki andil yang cukup besar dalam berbagai kegiatan manusia membuat penelitian dengan domain teknik informatika merupakan hal yang menarik

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 2, Desember 2014 : 55-10 PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK Nurmahaludin (1) (1) Staff Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK OLEH ARIF MIFTAHU5R ROHMAN (2200 100 032) Pembimbing: Dr. Ir Djoko Purwanto, M.Eng,

Lebih terperinci

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) Arsitektur Jaringan Digunakan untuk meminimalkan error pada output yang dihasilkan oleh jaringan. Menggunakan jaringan multilayer. Arsitektur Jaringan Proses belajar & Pengujian

Lebih terperinci

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Dwi Marisa Midyanti Sistem Komputer Universitas Tanjungpura Pontianak Jl Prof.Dr.Hadari Nawawi, Pontianak

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA Nurmahaludin (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Banjarmasin Ringkasan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Data-data historis beban harian yang akan diambil sebagai evaluasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Data-data historis beban harian yang akan diambil sebagai evaluasi yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pengumpulan Data Beban Listrik dari PLN Data-data historis beban harian yang akan diambil sebagai evaluasi yaitu selama lima tahun pada periode 2006-2010, selanjutnya data

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No., Juni 206 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Jaringan Syaraf Tiruan Peramalan Inventory Barang

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 105 SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Anindita Septiarini Program Studi Ilmu Komputer FMIPA,

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Gambar 3.1 Desain Penelitian METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Studi Literatur: Permalan Time Series, Harga Minyak Bumi, Jaringan Syaraf Tiruan, Backpropagation Pengumpulan Data Harga Minyak Bumi di Indonesia Perancangan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER Dalam analisis dan perancangan sistem program aplikasi ini, disajikan mengenai analisis kebutuhan sistem yang digunakan, diagram

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Analisis adalah kemampuan pemecahan masalah subjek kedalam elemen-elemen konstituen, mencari hubungan-hubungan internal dan diantara elemen-elemen, serta mengatur

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 39 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Desember tahun 2010 di rumah tanaman (greenhouse) Balai Penelitian Agroklimatologi dan Hidrologi (Balitklimat),

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Gambar 3.1 menggambarkan desain penelitian peramalan volume penumpang kereta api di pulau Jawa-Sumatera dengan metode Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation.

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK INVENTARISASI LUAS SUMBER DAYA ALAM STUDI KASUS PULAU PARI

APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK INVENTARISASI LUAS SUMBER DAYA ALAM STUDI KASUS PULAU PARI APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK INVENTARISASI LUAS SUMBER DAYA ALAM STUDI KASUS PULAU PARI Putri Khatami Rizki 1), Muchlisin Arief 2), Priadhana Edi Kresnha 3) 1), 2), 3) Teknik Informatika Fakultas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan dan algoritma yang akan digunakan pada sistem pengenalan wajah. Bagian yang menjadi titik berat dari tugas akhir

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 44 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. ARIMA DENGAN SPSS Dalam riset ini digunakan nilai penutupan harian dari saham ANTM pada bulan november 2007 sampai desember 2007. Gambar 1: Data Close Saham Nov Dec 07

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION [1] Novi Indah Pradasari, [2] F.Trias Pontia W, [3] Dedi Triyanto [1][3] Jurusan Sistem Komputer,

Lebih terperinci

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) Arsitektur Jaringan Salah satu metode pelatihan terawasi pada jaringan syaraf adalah metode Backpropagation, di mana ciri dari metode ini adalah meminimalkan error pada output

Lebih terperinci

PERAMALAN HARGA SAHAM PERUSAHAAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN AKAIKE INFORMATION CRITERION

PERAMALAN HARGA SAHAM PERUSAHAAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN AKAIKE INFORMATION CRITERION Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 20 (SNATI 20) ISSN: 19-5022 Yogyakarta, 16 Juni 20 PERAMALAN HARGA SAHAM PERUSAHAAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN AKAIKE INFORMATION CRITERION

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 32 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas tentang analisis sistem melalui pendekatan secara terstruktur dan perancangan yang akan dibangun dengan tujuan menghasilkan model atau representasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP MATA UANG ASING

PERANCANGAN APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP MATA UANG ASING PERANCANGAN APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP MATA UANG ASING Danny Horia Komp. Duta Harapan Indah Blok JJ no 52 021-6682844 dannybinuz@gmail.com Binus University

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN PROGAM

BAB 3 PERANCANGAN PROGAM 28 BAB 3 PERANCANGAN PROGAM Pada bab 3 ini menjelaskan bagaimana cara perancangan dari aplikasi peramalan pasien demam berdarah ini baik perancangan sistem maupuun perancangan database yang menjadi pukung

Lebih terperinci

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Abstrak Pegawai atau karyawan merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Suara Manusia Menurut Inung Wijayanto (2013), produksi suara manusia memerlukan tiga elemen, yaitu sumber daya, sumber suara dan pemodifikasi suara. Ini adalah dasar dari teori

Lebih terperinci

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK Naskah Publikasi disusun oleh Zul Chaedir 05.11.0999 Kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Artificial Neural Network Artificial neural network (ANN) / jaringan saraf tiruan adalah konsep yang merefleksikan cara kerja dari jaringan saraf biologi kedalam bentuk artificial

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat. Alat dan bahan yang digunakan sebelum pengujian:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat. Alat dan bahan yang digunakan sebelum pengujian: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Perangkat Lunak Dalam mengetahui perangkat lunak yang dibuat bisa sesuai dengan metode yang dipakai maka dilakukan pengujian terhadap masing-masing komponen perangkat.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pengumpulan Data (Data gathering). Pengumpulan data harus mampu mendeskripsikan data yang ada, serta memiliki kontribusi terhadap pengetahuan. Data yang tidak lengkap perlu

Lebih terperinci

BAB 2 HEMISPHERIC STRUCTURE OF HIDDEN LAYER NEURAL NETWORK, PCA, DAN JENIS NOISE Hemispheric structure of hidden layer neural network

BAB 2 HEMISPHERIC STRUCTURE OF HIDDEN LAYER NEURAL NETWORK, PCA, DAN JENIS NOISE Hemispheric structure of hidden layer neural network BAB 2 HEMISPHERIC STRUCTURE OF HIDDEN LAYER NEURAL NETWORK, PCA, DAN JENIS NOISE Bab ini akan menjelaskan tentang Hemispheric Structure Of Hidden Layer Neural Network (HSHL-NN), Principal Component Analysis

Lebih terperinci

2.1. Dasar Teori Bandwidth Regression

2.1. Dasar Teori Bandwidth Regression 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Bandwidth Bandwidth adalah ukuran kapasitas dari sistem transmisi (Comer, 2004) Bandwidth adalah konsep pengukuran yang sangat penting dalam jaringan, tetapi konsep ini memiliki

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA Ramli e-mail:ramli.brt@gmail.com Dosen Tetap Amik Harapan Medan ABSTRAK Jaringan Syaraf Tiruan adalah pemrosesan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Kata kunci: Fuzzy Tsukamoto, Jaringan Syaraf Tiruan, Backpropagation 1. LATAR BELAKANG MASALAH

ABSTRACT. Kata kunci: Fuzzy Tsukamoto, Jaringan Syaraf Tiruan, Backpropagation 1. LATAR BELAKANG MASALAH PERBANDINGAN PREDIKSI HARGA SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN FUZZY TSUKAMOTO COMPARISON OF SHARE PRICE PREDICTION USING ARTIFICIAL NEURAL NETWORK AND FUZZY TSUKAMOTO ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. forecasting produksi gula berdasarkan hasil laporan tahunan PTPN IX

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. forecasting produksi gula berdasarkan hasil laporan tahunan PTPN IX BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada Tugas Akhir ini akan dirancang sebuah Perangkat Lunak untuk forecasting produksi gula berdasarkan hasil laporan tahunan PTPN IX (PERSERO) / PG.Pangka dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Data Untuk Analisis Jaringan Syaraf Tahapan pertama sebelum merancang model jaringan syaraf tiruan adalah menyiapkan data. Secara garis besar tahapan-tahapan dalam

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk pemakaian aplikasi yang

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk pemakaian aplikasi yang 57 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Dalam bab ini, selain menjelaskan mengenai kebutuhan minimum untuk perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk pemakaian aplikasi yang dihasilkan, juga akan

Lebih terperinci

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN A. OTAK MANUSIA Otak manusia berisi berjuta-juta sel syaraf yang bertugas untuk memproses informasi. Tiaptiap sel bekerja seperti suatu prosesor sederhana. Masing-masing

Lebih terperinci

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF Asti Rahma Julian 1, Nanik Suciati 2, Darlis Herumurti 3 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, ITS

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI AKTIVASI SIGMOID BINER DAN SIGMOID BIPOLAR DALAM ALGORITMA BACKPROPAGATION PADA PREDIKSI KEMAMPUAN SISWA

ANALISIS FUNGSI AKTIVASI SIGMOID BINER DAN SIGMOID BIPOLAR DALAM ALGORITMA BACKPROPAGATION PADA PREDIKSI KEMAMPUAN SISWA ANALISIS FUNGSI AKTIVASI SIGMOID BINER DAN SIGMOID BIPOLAR DALAM ALGORITMA BACKPROPAGATION PADA PREDIKSI KEMAMPUAN SISWA Julpan 1 *, Erna Budhiarti Nababan 1 & Muhammad Zarlis 1 1 Program S2 Teknik Informatika

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH KENDARAAN DI DKI JAKARTA DENGAN JARINGAN BACKPROPAGATION

PERAMALAN JUMLAH KENDARAAN DI DKI JAKARTA DENGAN JARINGAN BACKPROPAGATION PERAMALAN JUMLAH KENDARAAN DI DKI JAKARTA DENGAN JARINGAN BACKPROPAGATION (Forecast The Number of Vehicle in Jakarta Using Backpropagation Neural Net ) Zumrotus Sya diyah Universitas Darussalam Ambon,

Lebih terperinci

BAB 3. METODE PENELITIAN

BAB 3. METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 31 Pemilihan Parameter Masukan JST Data pengujian kualitas surfaktan-mesa yang dimiliki SBRC IPB (009) terdiri atas tegangan permukaan, IFT, densitas, viskositas, ph, dan kandungan

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK. viii

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK. viii Muhammad Arif Santoso, 2015. Peramalan Penjualan Produk Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Metode Extreme Learning Machine. Skripsi ini dibawah bimbingan Auli Damayanti,S.Si, M.Si dan Dr. Herry Suprajitno,

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. V, No. 1 (2015), Hal ISSN :

POSITRON, Vol. V, No. 1 (2015), Hal ISSN : POSITRON, Vol. V, No. (5), Hal. - 5 ISSN : -97 Prediksi Ketinggian Gelombang Laut Perairan Laut Jawa Bagian Barat Sebelah Utara Jakarta dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Prada Wellyantama

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI LAJU TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PADA PROVINSI JAWA TIMUR

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI LAJU TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PADA PROVINSI JAWA TIMUR IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI LAJU TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PADA PROVINSI JAWA TIMUR Sofi Dwi Purwanto Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Lebih terperinci