KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF"

Transkripsi

1 KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF Asti Rahma Julian 1, Nanik Suciati 2, Darlis Herumurti 3 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, ITS astee.rahma@gmail.com 1, nanik@its-sby.edu 2, darlis@its-sby.edu 3 ABSTRAKSI Angka kematian akibat penyakit jantung tergolong sangat tinggi. Oleh karena itu, deteksi dan penanganan dini penyakit jantung dapat mencegah kerusakan permanen pada jaringan jantung. Salah satu cara pendeteksian dini penyakit jantung adalah dengan klasifikasi aritmia EKG menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan (JST). Tugas akhir ini mengimplementasikan klasifikasi aritmia EKG menggunakan JST dengan fungsi aktivasi adaptif. Tahap pertama adalah tahap training menggunakan algoritma backpropagation dengan melakukan perbaikan pada parameter jaringan serta parameter bebas yang terdapat pada fungsi aktivasi. Tahap kedua adalah tahap testing setelah mendapatkan arsitektur jaringan yang optimum pada tahap training. Kedua tahap tersebut dilakukan kepada dua model JST dengan fungsi aktivasi berbeda, yang masing-masing memiliki parameter bebas. Lalu kedua model tersebut dibandingkan dengan JST klasik. Uji coba dilakukan dengan mengklasifikasikan aritmia EKG menjadi 8 jenis berdasarkan data yang didapat dari database aritmia EKG milik MIT-BIH[4]. Berdasarkan uji coba, JST klasik dan dua model JST dengan fungsi aktifasi adaptif mempunyai akurasi sebesar 97.92%, 99.59% dan 99.54%. Kata kunci : JST, aritmia EKG, fungsi aktivasi adaptif, klasifikasi. 1 PENDAHULUAN Elektrokardiograf merupakan alat yang efektif, sederhana, dan murah untuk mengenali penyakit cardiovascular. Oleh karena itu, elektrokardiograf biasa digunakan oleh dokter dalam bidang kardiologi. Elektrokardiograf menghasilkan catatan elektrokardiogram (EKG) yang dipakai untuk memeriksa dan mengamati kondisi pasien. EKG merekam aktivitas elektrik dari jantung. Penyakit dapat dikenali berdasarkan bentuk dari EKG. Ketidaknormalan pada bentuk EKG terjadi ketika irama jantung berbeda dari irama sinus normal. Kejadian ini biasa disebut aritmia. Angka kematian akibat penyakit jantung tergolong sangat tinggi. Oleh karena itu, deteksi dan penanganan dini penyakit jantung dapat menyelamatkan hidup pasien atau mencegah kerusakan permanen pada jaringan jantung. Salah satu cara pendeteksian dini penyakit jantung adalah dengan klasifikasi aritmia EKG menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan (JST). Arsitektur JST yang digunakan pada Tugas Akhir ini adalah Multilayer Perceptron (MLP). Secara umum, kinerja JST dengan arsitektur MLP bergantung pada jumlah lapisan tersembunyi, jumlah neuron tersembunyi, algoritma pembelajaran, dan fungsi aktivasi untuk setiap neuron. Pada MLP, setiap neuron menghitung jumlah bobot dari inputnya kemudian digunakan fungsi nonlinear untuk menghitung output dari neuron yang dinamakan fungsi aktivasi. MLP memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang melibatkan hubungan nonlinear, di mana semua neuron menggunakan fungsi aktivasi yang sama atau setiap lapisan yang berbeda menggunakan fungsi aktivasi yang berbeda. Umumnya, fungsi aktivasi yang digunakan adalah konstan dan tidak dapat menyesuaikan dengan masalah yang berbeda. Tugas Akhir ini mengimplementasikan model JST klasik dan tiga model JST dengan fungsi aktivasi adaptif yang berbeda untuk mengklasifikasikan aritmia EKG[1]. 2 ELEKTROKARDIOGRAM Pada bab elektrokardiogram ini, akan dijelaskan secara singkat mengenai pengertian elektrokardiogram dan aritmia. 2.1 Pengertian Elektrokardiogram Elektrokardiogram (EKG) adalah rekaman aktivitas elektrik dari jantung. Aktivitas elektrik ini terjadi ketika otot berkontraksi dan ada perubahan listrik yang disebut depolarisasi. Perubahan ini dapat dideteksi oleh electrode yang ditempelkan pada permukaan tubuh [2]. Hasil rekaman aktivitas elektrik tersebut ditampilkan pada kertas berukuran 1 mm 2 seperti yang ditampilkan pada gambar 1. Dengan kecepatan 25 mm/s, setiap millimeter pada sumbu x menyatakan rbahwa ekaman berlangsung selama 40 ms (0,04 s). Sedangkan pada sumbu y, setiap millimeter menyatakan 0,1 mv tenaga listrik [3]. Setiap 5 milimeter yang ditandai dengan garis yang lebih tebal pada kertas, menyatakan 200 ms (0,2 s) pada sumbu x atau sumbu waktu dan 0,5 mv pada sumbu y atau sumbu amplitudo. 1

2 Gambar 1. Rekaman EKG pada kertas 1mm 2 [4]. 2.2 Pengertian Aritmia Gangguan irama jantung (aritmia) adalah kelainan dalam kecepatan, irama, tempat asal dari rangsangan (impuls), atau gangguan penghantaran yang menyebabkan perubahan dalam urutan normal aktivasi atrium dan ventrikel.. Gangguan irama jantung juga dapat ditemukan pada orang yang sehat. Sebagian orang dengan gangguan irama jantung bahkan tidak dapat merasakan kelainannya itu. Oleh karena itu, salah satu cara mendeteksi aritmia adalah dengan EKG. Selain itu, untuk mempermudah pendeteksian aritmia, dapat dilakukan klasifikasi sinyal EKG menggunakan jaringan syaraf tiruan. 3 KONSEP DASAR JARINGANN TIRUAN Jaringan syaraf tiruan (JST) adalah suatu metode komputasi yang meniru sistem jaringan syaraf biologis. Metode ini menggunakan elemen perhitungan non-linear dasar yang disebut neuron yang diorganisasikan sebagai jaringan yang saling berhubungan, sehingga mirip dengan jaringan syaraf manusia. JST dibentuk untuk memecahkan suatu masalah tertentu seperti pengenalan pola atau klasifikasi melalui proses training. 3.1 Komponen Neuron SYARA Neuron adalah unit untuk memproses informasi yang merupakan dasar dari operasi JST. Gambar 2 menunjukkan komponen dari neuron. Ada 3 elemen dasan dari neuron, yaitu : 1. Sinapsis atau connecting links yang menghubungkan antara neuron yang satu dengan neuron yang lain, dimana setiap sinapsis memiliki bobot masing-masing. 2. Penjumlah atau adder bertugas menjumlahkan sinyal input yang telah diberi bobot berdasarkan bobot pada sinapsis neuron tersebut. 3. Fungsi aktivasi yang digunakan untuk membatasi keluaran dari sebuah neuron. Gambar 2. Komponenn Neuron [6] 3.2 Fungsi Aktivasi Fungsi ini adalah fungsi umumm yang akan digunakan untuk membawa input menuju output yang diinginkan. Penggunaan fungsi aktivasi ini tergantung pada kebutuhan dan desired output. Fungsi aktivasi yang menentukan rentang output dari sebuah neuron disebut dengan squashing function. Contoh squashing function antara lain : 1. Sigmoid Secara matematis, fungsi ini dapat didefinisikan sebgai berikut : (1) Fungsi ini membatasi output neuron dalam rentang antara 0 hingga 1. Fungsi sigmoid dapat digambarkan seperti Gambar 3 Gambar 3. Fungsi Sigmoid 2. Tangen hiperbolik Fungsi ini mirip dengan fungsi sigmoid, namun nilai outputnya adalah antara -1 hingga 1. Secara matematis, fungsi tangen hiperbolik dapat didefinisikan sebagai berikut : (2) Gambar 4 berikut adalah gambar dari fungsi tangent hiperbolik : Gambar 4. Fungsi Tangen Hiperbolik 2

3 3.3 Arsitektur JST Secara umum, arsitektur JST dibedakan menjadi 3 macam [6]: 1. Single layer network Pada JST, neuron terkumpul pada sebuah layer atau lapisan. JST dengan sruktur paling sedehana memiliki lapisan input yang meneruskan sinyal input ke lapisan output. Lalu neuron pada lapisan output akan melakukan proses komputasi. Arsitektur ini disebut single layer network yang merujuk pada lapisan output. Lapisan input tidak dihitung karena pada lapisan tersebut tidak ada proses komputasi melainkan hanya meneruskan sinyal input ke lapisan output. Gambar 7. Recurrent network 4 PELATIHAN JST Pada dasarnya, model pelatihan JST dapat dibedakan menjadi dua, yaitu supervised learning dan unsupervised learning. 4.1 Supervised Learning Gambar 5. Single layer network 2. Multilayer network Arsitektur multilayer network memiliki satu atau lebih lapisan tersembunyi yang terletak di antara lapisan input dan lapisan output. Pada lapisan ini, terdapat neuron yang melakukan proses komputasi yang disebut dengan neuron tersembunyi. Dengan tambahan satu atau lebih lapisan tersembunyi, JST dapat menyelesaikan perhitungan yang lebih rumit. Hal ini dapat terjadi ketika ukuran dari lapisan input cukup besar. Gambar 6. Multilayer network 3. Recurrent network Recurrent network sering disebut feedback loop karena neuron output ada yang memberikan informasi terhadap neuron input. Pada model pelatihan ini, pola atau pasangan input dan output diketahui. Pasangan input dan output ini disebut dataset pelatihan. Dengan adanya dataset pelatihan, maka dapat dihasilkan jaringan yang sesuai dengan output yang diinginkan atau desired output. Pada pelatihan JST, desired output merupakan hasil optimum yang dapat dicapai. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil optimum tersebut, parameter bebas pada JST diupdate berdasarkan dataset pelatihan serta error. Error yang dimaksud di sini adalah selisih antara desired output dan output sebenarnya. Perbaikan atau update parameter bebas ini dilakukan secara bertahap hingga jaringan mencapi hasil optimum. Ketika jaringan mencapai hasil optimum, maka jaringan dapat mengenali pola serta dapat menghasilkan output tanpa perlu mengetahui desired output. 4.2 Unsupervised Learning Pada model pelatihan unsupervised learning, desired output tidak diketahui. Untuk melakukan model pelatihan ini, dapat digunakan aturan competitive learning. Sebagai contoh, jika sebuah jaringan terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan input dan lapisan competitive, maka lapisan input menerima data yang ada. Sedangkan lapisan competitive berisi neuron yang bersaing satu sama lain dengan strategi tertentu. Lalu, neuron dengan total input terbesar akan memenangkan persaingan dan tetap hidup, sedangkan neuron yang lain mati. 5 MULTILAYER NETWORK Seperti yang telah dijelaskan secara singkat pada bab 2.2.3, multilayer network dapat menyelesaikan permasalahan yang lebih kompleks dibandingkan dengan single layer network, meskipun memiliki tingkat kerumitan yang tinggi dan cenderung membutuhkan waktu yang lama dalam proses pelatihannya. Multilayer network dapat menyelesaikan permasalahan yang rumit dengan model pelatihan supervised learning menggunakan algoritma backpropagation. 3

4 5.1 Algoritma Umum Backpropagation Pada dasarnya, algoritma backpropagation terdiri dari dua tahap, yaitu feed forward dan backpropagation. Pada tahap feedforward, sinyal input diberikan ke dalam jaringan yang kemudian dilakukan komputasi oleh neuron pada setiap lapisan sehingga menghasilkan output sebenarnya. Pada tahap feed forward ini, bobot pada sinapsis tidak mengalami perubahan. Sebaliknya, pada tahap backpropagation, semua bobot pada sinapsis diperbaiki berdasarkan error jaringan. Bobot pada sinapsis diperbaiki untuk membuat output sebenarnya semakin mendekati desired output. Secara detail, langkah training dengan algoritma backpropagation adalah sebagai berikut : 1. Langkah 0 Inisialisasi bobot, learning rate, jumlah neuron pada lapisan tersembunyi, serta tentukan jumlah epoch dan toleransi error sebagai kondisi berhenti. Serta masukkan data input dan targetnya. 2. Langkah 1 Selama kondisi berhenti belum tercapai, maka lakukan langkah ke-2 hingga langkah ke Langkah 2 Untuk setiap pasangan pola training, lakukan langkah ke-3 hingga langkah ke-8. Tahap I : Feed forward 4. Langkah 3 Setiap neuron input x i (dari neuron ke-1 hingga neuron ke-n pada lapisan input) mengirimkan sinyal input ke setiap neuron yang berada pada lapisan tersembunyi. 5. Langkah 4 Masing-masing neuron di lapisan tersembunyi (dari neuron ke-1 hingga neuron ke-p) mengalikan sinyal input dengan bobotnya dan dijumlahkan dengan bias. Proses ini dilakukan dengan persamaan (3): (3) Hasil tersebut lalu dimasukkan ke dalam fungsi aktivasi pada lapisan tersembunyi. Jika fungsi aktivasi tersebut adalah fungsi sigmoid, maka digunakan persamaan (4): 1 1 (4) 6. Langkah 5 Masing-masing neuron pada lapisan output (dari neuron ke-1 hingga neuron ke-m) mengalikan output dari neuron tersembunyi ( ) dengan bobot dan dijumlahkan dengan bias. Proses ini dilakukan dengan persamaan (5): (5) Hasil tersebut lalu dimasukkan ke dalam fungsi aktivasi pada lapisan output. Jika fungsi aktivasi tersebut adalah fungsi sigmoid, maka digunakan persamaan (6) Tahap II : Back propagation 1 1 (6) 7. Langkah 6 Masing-masing neuron pada lapisan output menerima pola target ( ) sesuai dengan pola input saat training. Kemudian, informasi kesalahan/error lapisan output ( ) dihitung. dikirim ke lapisan sebelumnya dan digunakan untuk menghitung besarnya koreksi bobot dan bias antara lapisan tersembunyi dengan lapisan output ( & ). Perhitungan dihitung dengan persamaan (7): (7) Setelah itu, hitung suku perubahan bobot yang akan digunakan untuk merubah bobot dengan persamaan (8): (8) Suku perubahan bias dihitung dengan persamaan (9): (9) Masing-masing neuron pada lapisan output melakukan perubahan bobot dan bias dengan persamaan (10) dan (11): (10) (11) 8. Langkah 7 Pada setiap neuron di lapisan tersembunyi dilakukan perhitungan informasi kesalahan pada lapisan tersembunyi ( ). Kemudian digunakan untuk menghitung besar koreksi bobot dan bias antara lapisan input dengan lapisan tersembunyi. Perhitungan dihitung dengan persamaan (12) dan (13): (12) (13) 4

5 Setelah itu, hitung suku perubahan bobot yang akan digunakan untuk merubah bobot dengan persamaan (14): (14) Suku perubahan bias dihitung dengan persamaan (15): (15) Masing-masing neuron pada lapisan tersembunyi melakukan perubahan bobot dan bias dengan persamaan (16) dan (17): (16) (17) 9. Langkah 8 Uji kondisi berhenti Keterangan: adalah bias pada lapisan tersembunyi adalah bobot antara lapisan input dan lapisan tersembunyi adalah sinyal input adalah jumlah neuron input adalah jumlah neuron tersembunyi adalah jumlah neuron output adalah bias pada lapisan output adalah bobot antar lapisan tersembunyi dan lapisan output adalah target output atau desired output adalah learning rate 5.2 Optimalisasi Arsitektur dengan Inisialisai Nguyen-Widrow Bobot awal akan memengaruhi apakah jaringan mencapai titik minimum dan seberapa cepat konvergensinya. Nguyen dan Widrow mengusulkan cara melakukan inisialisasi bobot dan bias dari neuron input ke neuron tersembunyi berdasarkan jumlah neuron input dan neuron tersembunyi. Dengan algoritma inisialisasi Nguyen-Widrow ini, diharapkan dapat menghasilkan iterasi yang lebih cepat. Algoritma inisialisasi Nguyen- Widrow adalah sebagai berikut : 1. Inisialisasi semua bobot dari lapisan input ke lapisan output dengan bilangan acak dalam interval 1: 1 2. Hitung (2.18) Bobot yang dipakai sebagai inisialisasi adalah (19) dengan adalah factor skala Nguyen-Widrow yang didefinisikan pada persamaan (20) : 0.7 di mana : jumlah neuron input jumlah neuron tersembunyi (20) Bias yang dipakai sebagai inisialisasi adalah bilangan acak dalam interval β: β 6 JST DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF Algoritma training JST dengan fungsi aktivasi adaptif sama dengan algoritma backpropagation yang telah dijelaskan pada bab 2.4.1, yang membedakan adalah jika backpropagation biasa hanya melakukan perbaikan bobot dan bias, pada algoritma ini juga dilakukan perbaikan parameter bebas. Seperti perbaikan bobot dan bias, perbaikan parameter bebas pada fungsi aktivasi dilakukan pada langkah 7 pada tahap backpropagation. Fungsi aktivasi yang digunakan pada Tugas Akhir ini ada 3, di mana salah satunya adalah fungsi sigmoid seperti pada persamaan (1). Fungsi sigmoid ini digunakan pada neuron output di 3 model JST yang diaplikasikan pada Tugas Akhir ini, serta digunakan pada neuron tersembunyi di model JST-1. Dua fungsi aktivasi lain dapat dilihat pada persamaan (20) dan (21) : (20) (21) Persamaan (20) adalah fungsi aktivasi yang akan digunakan pada neuron tersembunyi pada model JST-2. Sedangkan persamaan (21) adalah fungsi aktivasi yang akan digunakan pada neuron tersembunyi pada model JST-3. Pada 3 persamaan tersebut,,,,,, adalah parameter bebas pada fungsi aktivasi tersebut. Perbaikan parameter bebas pada fungsi aktivasi menggunakan rumus sama dengan rumus yang digunakan untuk perbaikan bias pada langkah 7 pada tahap backpropagation. Namun, turunan dari fungsi aktivasi disesuaikan dengan fungsi aktivasi yang digunakan pada lapisan tersembunyi. Untuk melakukan perbaikan parameter bebas, maka fungsi aktivasi tersebut diturunkan terhadap masing-masing parameter bebas. 7 ALGORITMA Secara umum, input awal dari sistem klasifikasi aritmia EKG ini adalah titik koordinat dari grafik EKG. Jumlah titik koordinat yang digunakan sebagai input sama dengan jumlah neuron pada lapisan input dari JST, yaitu 200 neuron. Data tersebut kemudian diolah pada tahap 5

6 praproses, yaitu dilakukan proses normalisasi dengan rentang 0 hingga 1. Hasil normalisasi tersebut akan digunakan pada tahap proses, yang terdiri dari tahap training dan testing. Hasil akhir pada tahap testing ini adalah berupa 8 jenis aritmia EKG. 7.1 Tahap Praproses Data yang didapatkan dari database MIT-BIH[4] memiliki rentang data yang sangat luas. Hal ini akan menyulitkan JST untuk mengenali pola data pada saat tahap training. Oleh karena itu, sebelum digunakan sebagai input pada sistem, maka data tersebut dinormalisasi dalam rentang 0 hingga 1 menggunakan persamaan berikut (22) 7.2 Tahap Training Seperti yang telah dijelaskan pada bab 5.1, tahap training dengan algoritma backpropagation yang digunakan pada proses klasifikasi aritmia EKG ini dibagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap feed forward dan tahap backpropagation. Langkah yang akan dilakukan untuk proses klasifikasi ini adalah sebagai berikut : 1. Langkah 0 Menginisialisasi bobot dan bias dengan algoritma Nguyen-Widrow yang telah dijelaskan pada bab 5.2. Menentukan learning rate, jumlah neuron pada lapisan tersembunyi, serta jumlah epoch dan toleransi error sebagai kondisi berhenti. Serta memasukkan data input dan targetnya. 2. Langkah 1 Selama kondisi berhenti belum tercapai, maka dilakukan langkah ke-2 hingga langkah ke Langkah 2 Untuk setiap pasangan data input dan target, dilakukan langkah ke-3 hingga ke-8. Tahap I : Feed forward 4. Langkah 3 Neuron pada lapisan input mengirimkan data input ke lapisan tersembunyi. 5. Langkah 4 Menghitung keluaran dari neuron pada lapisan tersembunyi dengan persamaan (3) dan (4) 6. Langkah 5 Menghitung keluaran dari neuron pada lapisan output dengan persamaan (5) dan (6) Tahap II : Backpropagation 7. Langkah 6 Menghitung suku perubahan bobot dan bias antara lapisan tersembunyi dan lapisan output berdasarkan persamaan (7), (8) dan (9). Lalu menghitung bobot dan bias baru dengan rumus (10) dan (11). 8. Langkah 7 Menghitung suku perubahan bobot dan bias antara lapisan input dan lapisan tersembunyi berdasarkan persamaan (12), (13), (14) dan (15). Lalu menghitung bobot dan bias baru dengan rumus (16) dan (17). Lalu, pada tahap ini juga dilakukan perbaikan parameter bebas pada fungsi aktivasi seperti yang telah dijelaskan pada bab Langkah 8 Melakukan uji kondisi berhenti, berupa jumlah epoch dan toleransi error. 7.3 Tahap Testing Tahap testing yang dilakukan untuk mengetahui apakah jaringan dapat mengenali pola dengan memberikan input yang mungkin berbeda dengan input pada tahap training, tanpa memberikan desired output. Pada tahap ini, dilakukan langkah ke-3 hingga ke-5 pada tahap training. 8 UJI COBA DAN EVALUASI Data utama yang digunakan pada uji coba ini adalah 170 data EKG yang masing-masing data terdiri dari 200 titik koordinat EKG. Data tersebut berasal dari database EKG milik MIT-BIH[4] yang telah dilakukan proses normalisasi sehingga memiliki rentang antara 0 hingga Skenario Uji Coba Pada skenario uji coba ini, akan dilakukan 2 kali uji coba dengan melakukan perubahan proporsi jumlah data training dan data testing. Pada uji coba 1 digunakan 60% data training dan 40% data testing, sedangkan pada uji coba 2 digunakan 80% data training dan 20% data testing. Pada 2 uji coba tersebut, dilakukan uji coba menggunakan learning rate yang berbeda-beda, yaitu 0.01, dan Kemudian untuk setiap learning rate, digunakan jumlah neuron tersembunyi yang berbeda, yaitu 30, 40 dan 50. Setelah itu dihitung akurasi untuk 3 metode, yaitu JST klasik (JST-1) dan JST dengan fungsi aktivasi adaptif (JST-2 dan JST-3). Pada setiap metode dalam satu uji coba akan dicari learning rate dan jumlah neuron tersembunyi dengan akurasi terbesar. Kemudian akurasi terbesar dari masingmasing metode tersebut dibandingkan. Uji Coba 1 Pada uji coba 1 ini pembagian proporsi data uji coba adalah data training sebesar 60% dan testing sebesar 40%. Berikut Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3 yang menunjukkan hasil akurasi untuk masing-masing metode. Tabel 1 Akurasi JST- 1 dengan 60% Data Training dan 40% Data Testing

7 Tabel 2 Akurasi JST- 2 dengan 60% Data Training dan 40% Data Testing Tabel 3 Akurasi JST- 3 dengan 60% Data Training dan 40% Data Testing Berdasarkan hasil uji coba tersebut, diketahui bahwa akurasi terbesar yang dicapai oleh JST-1 pada uji coba 1 ini adalah 98.1% dengan learning rate 0.01 dan 50 neuron tersembunyi. Sedangkan untuk JST-2, akurasi tebesar yang dicapai adalah 99.3% dengan learning rate dan 40 neuron tersembunyi. Lalu untuk JST-3, akurasi terbesar yang dicapai adalah 99.05% dengan learning rate dan 30 neuron tersembunyi. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Akurasi Terbesar untuk JST-1, JST-2 dan JST-3 dengan 60% Data Training dan 40% Data Testing Metode Learning Rate Jumlah neuron Tersembunyi JST JST JST Dari Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa akurasi JST-2 dan JST-3 yang merupakan JST dengan fungsi aktivasi adaptif lebih besar daripada JST-1 yang merupakan JST klasik. Uji Coba 2 Pada uji coba 1 ini pembagian proporsi untuk data training dan testing adalah data training sebesar 80% dan testing sebesar 20%. Berikut Tabel 5, Tabel 6 dan Tabel 7 yang menunjukkan hasil akurasi untuk masing-masing metode. Tabel 5 Akurasi JST- 1 dengan 80% Data Training dan 20% Data Testing Tabel 6 Akurasi JST- 2 dengan 80% Data Training dan 20% Data Testing Tabel 7 Akurasi JST- 3 dengan 80% Data Training dan 20% Data Testing Berdasarkan hasil uji coba tersebut, diketahui bahwa akurasi terbesar yang dicapai oleh JST-1 pada uji coba 2 ini adalah 97.92% dengan learning rate dan 30 neuron tersembunyi. Sedangkan untuk JST-2, akurasi tebesar yang dicapai adalah 99.59% dengan learning rate dan 40 neuron tersembunyi. Lalu untuk JST-3, akurasi terbesar yang dicapai adalah 99.54% dengan learning rate dan 30 neuron tersembunyi. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 8. 7

8 Tabel 8 Akurasi Terbesar untuk JST-1, JST-2 dan JST-3 dengan 80% Data Training dan 20% Data Testing Metode Learning Rate Jumlah neuron Tersembunyi JST JST JST Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa akurasi JST-2 dan JST-3 yang merupakan JST dengan fungsi aktivasi adaptif lebih besar daripada JST-1 yang merupakan JST klasik. 8.2 Evaluasi Dari hasil uji coba yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa setiap metode membutuhkan jumlah learning rate dan neuron tersembunyi yang berbeda untuk mendapatkan akurasi yang terbesar. Selain itu, berdasarkan uji coba 1 dan uji coba 2, proporsi data training dan testing pada proses klasifikasi aritmia EKG juga sangat mempengaruhi hasil klasifikasi. Lalu, pada hasil uji coba pertama akurasi terbesar yang dicapai JST-2 dan JST-3 berturut-turut adalah 99.3% dan 99.05%. Hasil akurasi 2 metode tersebut lebih baik dibandingkan JST-1 yang akurasinya 98.1%. Begitu pula pada uji coba kedua. Akurasi yang dicapai JST-2 dan JST-3 yaitu 99.59% dan 99.54%. Akurasi tersebut lebih besar daripada akurasi yang dicapai JST-1, yaitu 97.92%. Berdasarkan hasil kedua uji coba tersebut, metode JST-2 dan JST-3 yang merupakan JST dengan fungsi aktivasi adaptif memiliki nilai akurasi yang lebih besar daripada metode JST-1 yang merupakan JST klasik. REFERENSI [1] Y. Özbay, G. Tezel, A new method for classification of ECG arrhythmias using neural network with adaptive activation function, Digital Signal Processing 20 (2010) [2] R. Hampton, John Dasar-Dasar EKG. Diterjemahkan oleh Prof. Dr. dr. A. Samik Wahab, SpA(K). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG. [3] Abedin, Zainul. Conner, Robert ECG Interpretation. Blackwell Publishing. [4] Physiobank archive index, MIT-BIH Database, <URL: diakses 10 Juli 2011> [5] S. Haykin Neural Networks : A Comprehensive Foundation, 2 nd edition. United State of America : Prentice Hall 9 KESIMPULAN Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, terdapat beberapa kesimpulan yang dapat diambil, yaitu: 1. Dengan melihat hasil uji coba terlihat bahwa klasifikasi aritmia EKG menggunakan JST dengan fungsi aktivasi adaptif mencapai akurasi yang lebih besar dibandingkan dengan JST klasik. Yaitu pada uji coba pertama JST-2 mencapai akurasi 99.3% dan JST-3 mencapai akurasi 99.05%. Sedangkan JST-1 mencapai akurasi 98.1%. Lalu pada uji coba kedua JST-2 dan JST-3 mencapai akurasi berturut-turut 99.59% dan 99.54%, sedangkan JST-1 mencapai akurasi 97.92%. 2. Dari kedua uji coba dengan proporsi data yang berbeda, dapat dilihat bahwa JST dengan fungsi aktivasi adaptif mencapai akurasi yang lebih besar dengan proporsi data training 80% dan data testing 20%. 8

9 9

Architecture Net, Simple Neural Net

Architecture Net, Simple Neural Net Architecture Net, Simple Neural Net 1 Materi 1. Model Neuron JST 2. Arsitektur JST 3. Jenis Arsitektur JST 4. MsCulloh Pitts 5. Jaringan Hebb 2 Model Neuron JST X1 W1 z n wi xi; i1 y H ( z) Y1 X2 Y2 W2

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dielaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat diadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Jaringan Syaraf Tiruan merupakan suatu representasi buatan dari otak manusia yang dibuat agar dapat mensimulasikan apa yang dipejalari melalui proses pembelajaran

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara BAB II DASAR TEORI Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi jawaban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 JARINGAN SARAF SECARA BIOLOGIS Jaringan saraf adalah salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak

Lebih terperinci

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation 65 Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation Risty Jayanti Yuniar, Didik Rahadi S. dan Onny Setyawati Abstrak - Kecepatan angin dan curah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Bagian terpenting dari CRM adalah memahami kebutuhan dari pelanggan terhadap suatu produk yang ditawarkan para pelaku bisnis. CRM membutuhkan sistem yang dapat memberikan suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Suara. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker recognition. Speech recognition adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION Eka Irawan1, M. Zarlis2, Erna Budhiarti Nababan3 Magister Teknik Informatika, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami konsep Jaringan Syaraf Tiruan Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui sejarah JST 2. Dapat mengetahui macam-macam

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA Ramli e-mail:ramli.brt@gmail.com Dosen Tetap Amik Harapan Medan ABSTRAK Jaringan Syaraf Tiruan adalah pemrosesan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital dapat didefenisikan sebagai fungsi f(x,y) yaitu dua dimensi, dimana x dan y merupakan koordinat spasial dan f(x,y) disebut dengan intensitas atau

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) Marihot TP. Manalu Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, M. Rhifky Wayahdi 2 1 Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Forecasting Forecasting (peramalan) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, Erlinda Ningsih 2 1 Dosen Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama 2 Mahasiswa Sistem Informasi, STMIK

Lebih terperinci

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN : PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PRODUKSI AIR MINUM MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS : PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU) Robi Yanto STMIK Bina Nusantara

Lebih terperinci

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) Arsitektur Jaringan Salah satu metode pelatihan terawasi pada jaringan syaraf adalah metode Backpropagation, di mana ciri dari metode ini adalah meminimalkan error pada output

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Jaringan Syaraf Tiruan Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Susilo Nugroho Drajad Maknawi M0105047 M0105068 M01040 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

Neural Networks. Machine Learning

Neural Networks. Machine Learning MMA10991 Topik Khusus - Machine Learning Dr. rer. nat. Hendri Murfi Intelligent Data Analysis (IDA) Group Departemen Matematika, Universitas Indonesia Depok 16424 Telp. +62-21-7862719/7863439, Fax. +62-21-7863439,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung 4 BAB II TEORI DASAR 2.1. Jantung Jantung merupakan otot tubuh yang bersifat unik karena mempunyai sifat membentuk impuls secara automatis dan berkontraksi ritmis [4], yang berupa dua pompa yang dihubungkan

Lebih terperinci

BAB II NEURAL NETWORK (NN)

BAB II NEURAL NETWORK (NN) BAB II NEURAL NETWORK (NN) 2.1 Neural Network (NN) Secara umum Neural Network (NN) adalah jaringan dari sekelompok unit pemroses kecil yang dimodelkan berdasarkan jaringan syaraf manusia. NN ini merupakan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 205 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 205 IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI

Lebih terperinci

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Dwi Marisa Midyanti Sistem Komputer Universitas Tanjungpura Pontianak Jl Prof.Dr.Hadari Nawawi, Pontianak

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penyakit jantung merupakan penyakit yang berbahaya dan menjadi penyebab kematian nomer satu di dunia (Mendis et al., 2011). Menurut data World Health

Lebih terperinci

1.1. Jaringan Syaraf Tiruan

1.1. Jaringan Syaraf Tiruan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah sistem pemroses informasi yang memiliki karakteristik mirip dengan jaringan syaraf biologi yang digambarkan sebagai berikut

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM INTRODUCTION Jaringan Saraf Tiruan atau JST adalah merupakan salah satu representasi tiruan dari otak manusia yang selalu

Lebih terperinci

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Analisa dan Kebutuhan Sistem Analisa sistem merupakan penjabaran deskripsi dari sistem yang akan dibangun kali ini. Sistem berfungsi untuk membantu menganalisis

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang)

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang) ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang) 1 Musli Yanto, 2 Sarjon Defit, 3 Gunadi Widi Nurcahyo

Lebih terperinci

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) Arsitektur Jaringan Digunakan untuk meminimalkan error pada output yang dihasilkan oleh jaringan. Menggunakan jaringan multilayer. Arsitektur Jaringan Proses belajar & Pengujian

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK [1] Meishytah Eka Aprilianti, [2] Dedi Triyanto, [3] Ilhamsyah [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab IV ini dibahas tentang rangkaian proses pengolahan data EKG. Bagian pertama dibahas proses pengambilan data EKG dan hasil ekstraksi fitur EKG

Lebih terperinci

Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan

Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan JURNAL TEKNIK POMITS 1-7 1 Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Dhita Azzahra Pancorowati, M. Arief Bustomi Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Otak manusia memiliki struktur yang sangat kompleks dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Otak terdiri dari neuron-neuron dan penghubung yang disebut

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Analisis merupakan proses penguraian konsep ke dalam bagian-bagian yang lebih sederhana, sehingga struktur logisnya menjadi jelas. Metode untuk menguji, menilai, dan

Lebih terperinci

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi,

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi, LAMPIRAN 15 Lampiran 1 Algoritme Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Standar Langkah 0: Inisialisasi bobot (bobot awal dengan nilai random yang paling kecil). Langkah 1: Menentukan maksimum epoch, target

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan materi yang mendukung dalam pembahasan evaluasi implementasi sistem informasi akademik berdasarkan pengembangan model fit HOT menggunakan regresi linier

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang diimplementasikan sebagai model estimasi harga saham. Analisis yang dilakukan adalah menguraikan penjelasan

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No. 1, Juni 2015 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Jaringan Syaraf Tiruan untuk Memprediksi Prestasi

Lebih terperinci

DIAGNOSA GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

DIAGNOSA GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DIAGNOSA GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Bambang Yuwono 1), Heru Cahya Rustamaji 2), Usamah Dani 3) 1,2,3) Jurusan Teknik Informatika UPN "Veteran" Yogyakarta

Lebih terperinci

Neural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network

Neural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network Neural Network (NN) adalah suatu prosesor yang melakukan pendistribusian secara besar-besaran, yang memiliki kecenderungan alami untuk menyimpan suatu pengenalan yang pernah dialaminya, dengan kata lain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dalam kurun waktu enam bulan terhitung mulai februari 2012 sampai juli 2012. Tempat yang digunakan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK Fany Hermawan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur 112-114 Bandung E-mail : evan.hawan@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 14, terdiri dari tahap identifikasi masalah, pengumpulan dan praproses data, pemodelan

Lebih terperinci

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX Oleh: Intan Widya Kusuma Program Studi Matematika, FMIPA Universitas Negeri yogyakarta

Lebih terperinci

PERKIRAAN PENJUALAN BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN RESILENT BACKPROPAGATION (RPROP)

PERKIRAAN PENJUALAN BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN RESILENT BACKPROPAGATION (RPROP) PERKIRAAN PENJUALAN BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN RESILENT BACKPROPAGATION (RPROP) Apriliyah, Wayan Firdaus Mahmudy, Agus Wahyu Widodo Program Studi Ilmu Komputer Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan 07/06/06 Rumusan: Jaringan Syaraf Tiruan Shinta P. Sari Manusia = tangan + kaki + mulut + mata + hidung + Kepala + telinga Otak Manusia Bertugas untuk memproses informasi Seperti prosesor sederhana Masing-masing

Lebih terperinci

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Oleh: ABD. ROHIM (1206 100 058) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. M. Isa Irawan, MT Jurusan Matematika

Lebih terperinci

PREDIKSI DATA RUNTUN WAKTU MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

PREDIKSI DATA RUNTUN WAKTU MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PREDIKSI DATA RUNTUN WAKTU MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN TIME SERIES DATA PREDICTION USING ARTIFICIAL NEURAL NETWORKS Agung Mubyarto Prodi Teknik Elektro, Universitas Jenderal Soedirman Jl. Kampus

Lebih terperinci

Architecture Net, Simple Neural Net

Architecture Net, Simple Neural Net Architecture Net, Simple Neural Net 1 Materi 1. Perceptron 2. ADALINE 3. MADALINE 2 Perceptron Perceptron lebih powerful dari Hebb Pembelajaran perceptron mampu menemukan konvergensi terhadap bobot yang

Lebih terperinci

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)*

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)* Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)* 1)Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak Badan Meteorologi

Lebih terperinci

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika, Amik Royal, Kisaran E-mail: havid_syafwan@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

PEMILIHAN WARNA LIPSTIK BERDASARKAN INFORMASI USIA DAN WARNA KULIT DENGAN MENGGUNAKAN METODA ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

PEMILIHAN WARNA LIPSTIK BERDASARKAN INFORMASI USIA DAN WARNA KULIT DENGAN MENGGUNAKAN METODA ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PEMILIHAN WARNA LIPSTIK BERDASARKAN INFORMASI USIA DAN WARNA KULIT DENGAN MENGGUNAKAN METODA ARTIFICIAL NEURAL NETWORK Bilqis Amaliah 1, Amethis Oktaorora 2 1,2 Teknik Informatika, FTIf - ITS,Surabaya

Lebih terperinci

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal Jaringan syaraf adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia. Syaraf manusia Jaringan syaraf dengan lapisan

Lebih terperinci

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol.18, No.4, Oktober 2015, hal 151-156 PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK Zaenal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Pola Pengenalan pola adalah suatu ilmu untuk mengklasifikasikan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif fitur (ciri) atau sifat utama dari suatu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hujan merupakan salah satu unsur iklim yang berpengaruh pada suatu daerah aliran sungai (DAS). Pengaruh langsung yang dapat diketahui yaitu potensi sumber daya air. Besar

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM Ayu Trimulya 1, Syaifurrahman 2, Fatma Agus Setyaningsih 3 1,3 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Data Data adalah kumpulan kejadian yang diangkat dari suatu kenyataan (fakta),at berupa angka-angka, huruf, simbol-simbol, atau gabungan dari ketiganya. Dalam perkembangan selanjutnya,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pemodelan Kecerdasan Buatan Untuk Pengenalan Citra Elektrokardiografi (EKG) Oleh: Imam Tazi, M.Si

ABSTRAK. Pemodelan Kecerdasan Buatan Untuk Pengenalan Citra Elektrokardiografi (EKG) Oleh: Imam Tazi, M.Si 1 ABSTRAK Pemodelan Kecerdasan Buatan Untuk Pengenalan Citra Elektrokardiografi (EKG) Oleh: Imam Tazi, M.Si Penelitian kecerdasan buatan untuk mengenali pola semakin banyak dilakukan dan dibutuhkan. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jantung adalah salah satu organ penting dalam tubuh manusia yang berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Darah yang dipompa ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran

Lebih terperinci

Studi Modifikasi standard Backpropagasi

Studi Modifikasi standard Backpropagasi Studi Modifikasi standard Backpropagasi 1. Modifikasi fungsi objektif dan turunan 2. Modifikasi optimasi algoritma Step Studi : 1. Studi literatur 2. Studi standard backpropagasi a. Uji coba standar backpropagasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Anatomi Ayam Pengetahuan tentang anatomi ayam sangat diperlukan dan penting dalam pencegahan dan penanganan penyakit Hal ini karena pengetahuan tersebut dipakai sebagai dasar

Lebih terperinci

PREDIKSI DISTRIBUSI AIR PDAM MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DI PDAM KOTA MALANG

PREDIKSI DISTRIBUSI AIR PDAM MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DI PDAM KOTA MALANG Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (JTIIK) Vol. 3, No. 2, Juni 2016, hlm. 83-87 PREDIKSI DISTRIBUSI AIR PDAM MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DI PDAM KOTA MALANG Daneswara

Lebih terperinci

Farah Zakiyah Rahmanti

Farah Zakiyah Rahmanti Farah Zakiyah Rahmanti Latar Belakang Struktur Dasar Jaringan Syaraf Manusia Konsep Dasar Permodelan JST Fungsi Aktivasi JST Contoh dan Program Jaringan Sederhana Metode Pelatihan Supervised Learning Unsupervised

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI CABAI RAWIT DENGAN NEURAL NETWORK Muhammad Fajar

PERAMALAN PRODUKSI CABAI RAWIT DENGAN NEURAL NETWORK Muhammad Fajar PERAMALAN PRODUKSI CABAI RAWIT DENGAN NEURAL NETWORK Muhammad Fajar Abstrak Tujuan penelitian ini untuk melakukan peramalan produksi cabai rawit dengan menggunakan neural network. Data yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH 7B. Standar Backpropagation (BP) Backpropagation (BP) merupakan JST multi-layer. Penemuannya mengatasi kelemahan JST dengan layer tunggal yang mengakibatkan perkembangan

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA Pembimbing: Desi Fitria Utami M0103025 Drs. Y. S. Palgunadi, M. Sc

Lebih terperinci

BAB VIII PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST)

BAB VIII PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) BAB VIII PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) 8.1 Komponen Jaringan Syaraf JARINGAN SYARAF BIOLOGIS (JSB) Otak manusia berisi sekitar 10 11 sel syaraf (neuron) yang bertugas untuk memproses informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan Syaraf Tiruan (artificial neural network), atau disingkat JST menurut Hermawan (2006, hlm.37) adalah sistem komputasi dimana arsitektur dan operasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universitas swasta yang memiliki 7 Fakultas dengan 21 Program Studi yang

BAB I PENDAHULUAN. universitas swasta yang memiliki 7 Fakultas dengan 21 Program Studi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Universitas Muhammadiyah Ponorogo merupakan salah satu universitas swasta yang memiliki 7 Fakultas dengan 21 Program Studi yang terdiri dari : 3 program studi

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 105 SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Anindita Septiarini Program Studi Ilmu Komputer FMIPA,

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan Multilayer Perceptron (Joni Riadi dan Nurmahaludin) APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA Joni Riadi (1) dan Nurmahaludin

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA Dahriani Hakim Tanjung STMIK POTENSI UTAMA Jl.K.L.Yos Sudarso Km 6.5 Tanjung Mulia Medan notashapire@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi.

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi. 33 BAB 4 DISAIN MODEL Disain model sistem identifikasi citra karang dirancang sedemikian rupa dengan tuuan untuk memudahkan dalam pengolahan data dan pembuatan aplikasi serta memudahkan pengguna dalam

Lebih terperinci

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko

Lebih terperinci

NEURAL NETWORK BAB II

NEURAL NETWORK BAB II BAB II II. Teori Dasar II.1 Konsep Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network) Secara biologis jaringan saraf terdiri dari neuron-neuron yang saling berhubungan. Neuron merupakan unit struktural

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM

BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM 17 BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM 4.1 Desain. yang digunakan adalah jaringan recurrent tipe Elman dengan 2 lapisan tersembunyi. Masukan terdiri dari data : wind, SOI, SST dan OLR dan target adalah

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION Zulkarnain Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja

Lebih terperinci

PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN DALAM SEBUAH CITRA MENGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ABSTRAK

PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN DALAM SEBUAH CITRA MENGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ABSTRAK PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN DALAM SEBUAH CITRA MENGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN Decy Nataliana [1], Sabat Anwari [2], Arief Hermawan [3] Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

PERAMALAN HARGA SAHAM PERUSAHAAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN AKAIKE INFORMATION CRITERION

PERAMALAN HARGA SAHAM PERUSAHAAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN AKAIKE INFORMATION CRITERION Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 20 (SNATI 20) ISSN: 19-5022 Yogyakarta, 16 Juni 20 PERAMALAN HARGA SAHAM PERUSAHAAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN AKAIKE INFORMATION CRITERION

Lebih terperinci

Penyelesaian Masalah Syarat Batas dalam Persamaan Diferensial Biasa Orde Dua dengan Menggunakan Algoritma Shooting Neural Networks

Penyelesaian Masalah Syarat Batas dalam Persamaan Diferensial Biasa Orde Dua dengan Menggunakan Algoritma Shooting Neural Networks Penyelesaian Masalah Syarat Batas dalam Persamaan Diferensial Biasa Orde Dua dengan Menggunakan Algoritma Shooting Neural Networks Dewi Erla Mahmudah 1, Ratna Dwi Christyanti 2, Moh. Khoridatul Huda 3,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital BAB II DASAR TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital didefinisikan sebagai fungsi f (x,y) dua dimensi,dimana x dan y adalah koordinat spasial dan f(x,y) adalah disebut dengan intensitas atau tingkat keabuan

Lebih terperinci

Arsitektur Jaringan Salah satu metode pelatihan terawasi pada jaringan syaraf adalah metode Backpropagation, di mana ciri dari metode ini adalah memin

Arsitektur Jaringan Salah satu metode pelatihan terawasi pada jaringan syaraf adalah metode Backpropagation, di mana ciri dari metode ini adalah memin BACK PROPAGATION Arsitektur Jaringan Salah satu metode pelatihan terawasi pada jaringan syaraf adalah metode Backpropagation, di mana ciri dari metode ini adalah meminimalkan error pada output yang dihasilkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Curah hujan merupakan faktor yang berpengaruh langsung terhadap perubahan cuaca yang semakin memburuk. Curah hujan merupakan total air hujan yang terjatuh pada permukaan

Lebih terperinci

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN A. OTAK MANUSIA Otak manusia berisi berjuta-juta sel syaraf yang bertugas untuk memproses informasi. Tiaptiap sel bekerja seperti suatu prosesor sederhana. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Barcode Salah satu obyek pengenalan pola yang bisa dipelajari dan akhirnya dapat dikenali yaitu PIN barcode. PIN barcode yang merupakan kode batang yang berfungsi sebagai personal

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No., Juni 206 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Estimasi Needs

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK ECG atau elektrocardiogram merupakan suatu perekaman aktivitas listrik dari pola sinyal detak jantung. Aktivitas listrik dari sel yang dicatat secara grafik dengan perantaraan elektroda intrasel

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman 203-209 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD

Lebih terperinci

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A ARTIFICIAL NEURAL NETWORK CAHYA YUNITA 5213100001 ALVISHA FARRASITA 5213100057 NOVIANTIANDINI 5213100075 TEKNIK PERAMALAN - A MATERI Neural Network Neural Network atau dalam bahasa Indonesia disebut Jaringan

Lebih terperinci

LEARNING ARTIFICIAL INTELLIGENT

LEARNING ARTIFICIAL INTELLIGENT LEARNING ARTIFICIAL INTELLIGENT OUTLINE Decision tree learning Jaringan Syaraf Tiruan K-Nearest Neighborhood Naïve Bayes JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) Intro Definisi ANN Model Matematis Neuron Fungsi Aktivasi

Lebih terperinci

Analisis Prediksi Indeks Harga Konsumen Berdasarkan Kelompok Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Backpropagation

Analisis Prediksi Indeks Harga Konsumen Berdasarkan Kelompok Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Backpropagation Analisis Prediksi Indeks Harga Konsumen Berdasarkan Kelompok Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Backpropagation Anjar Wanto STIKOM Tunas Bangsa Pematangsiantar Pematangsiantar, Indonesia anjarwanto@amiktunasbangsa.ac.id

Lebih terperinci