BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Transistor sebagai Saklar Selain bekerja sebagai penguat, transistor juga dapat bekerja sebagai saklar, transistor memiliki tiga daerah yang dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini : V R B R C V + V BB R B R C + V CC V CC R C Sakelar tertutup Q t B Sakelar terbuka V Ce Gambar 2.1 Rangkaian Transistor dan garis bebannya (Wasito,1995, h:12) Jika sebuah transistor digunakan sebagai saklar, maka transistor tersebut hanya dioperasikan pada salah satu dari dua kondisi yaitu kondisi saturasi (jenuh) dimana transistor seperti saklar tertutup atau kondisi cut off (tersumbat) dimana transistor sebagai yang terbuka. Sedangkan jika transistor bekerja pada on atau off, maka transistor akan bekerja sebagai penguat yaitu jika Vbe transistor lebih besar 0,5 volt dan lebih kecil dari 0,8 volt. (Wasito, 1995, h:12). Ketika transistor berada dalam kondisi saturasi, maka: 1. Arus pada kolektor maksimum, Ic = Ic (sat). 2. Tegangan pada terminal kolektor emitter, Vce = 0 volt 3. Tegangan pada beban yang dihubungkan seri dengan terminal kolektor = Vce. Sedangkan transistor dalam keadaan cut off, maka: 1. Tidak ada arus yang mengalir dikolektor Ic = 0 volt. 2. Tegangan pada terminal kolektor emitter dengan Vce, yaitu Vce = Vce. 3. Tegangan pada beban dihubungkan seri pada kaki kolektor adalah nol. 5

2 6 Dalam merancang rangkaian transistor sebagai saklar maka agar saklar dapat menutup, harga lb > lb (sat) untuk menjamin dapat mencapai saturasi penuh. (Wasito,1995,h:12). 2.2 Kristal Kristal mempunyai sifat piezoelektrik yaitu bahwa bila suatu potensial listrik dikenakan pada permukaan-permukaannya maka kristal tersebut secara fisik akan berubah bentuk. Sebaliknya, bila kristal yang sama diubah bentuknya secara mekanis oleh tekanan, suatu potensial listrik akan terjadi diantara permukaanpermukaannya. (Wasito,1995.h:14). R S X L L S C P f S f P X C C S Gambar 2.2 Kristal Piezoelektrik Kristal ini juga memperlihatkan gejala resonansi mekanis bila dipacu oleh suatu potensial bolak-balik dengan frekuensi yang tepat. Frekuensi resonansi mekanis itu ditentukan oleh ukuran besar dan bentuk dari contoh kristal yang bersangkutan dan dapat diatur untuk mendapatkan beberapa tingkat frekuensi yaitu kira-kira 20 KHz hingga 50 MHz, dengan ketelitian yang cukup baik. Dalam bentuk kemasan piezoelektrik merupakan sepotong kristal yang dibentuk sedemikian rupa sehingga memberikan frekuensi mekanis yang dikehendaki dengan elektroda-elektroda yang diisolasi dan dilekatkan pada permukaanpermukaan yang berhadapan, sehingga terbentuk suatu alat yang kapasitif. (Wasito,1995,h:14).

3 7 Secara listrik, resonasi mekanis alat ini membuat kristalnya terlihat sebagai suatu rangkaian resonasi seri dengan faktor Q yang tinggi sekali, dengan sebuah kapasitor yang pararel dengannya. Kapasitor ini menyebabkan suatu resonansi pararel kedua, yang terjadi pada suatu frekuensi dekat sekali dengan titik resonansi mekanis. Reaktansi suatu kristal kuarsa (quartz) diperlihatkan dalam gambar 2.2 untuk frekuensi-frekuensi rendah hingga resonansi mekanis seri, kristal itu bersifat kapasitif. Untuk frekuensi-frekuensi diantara resonansi seri dan titik-titik resonansi pararel, reaktansi itu induktif, dan untuk frekuensi-frekuensi diatas resonansi pararel, reaktansi tersebut kembali bersifat kapasitif. Pada resonansi pararel Xls =Xes dan rekatansi adalah nol, sedangkan pada resonansi pararel Xls = (Xes seri Xep) dan reaktansi adalah tak terhingga. Frekuensi-frekuensi resonansi kristal adalah sangat tertentu dan sangat mantap (stable), asal saja suhu kerja dijaga konstan, sehingga sangat sesuai untuk digunakan sebagai resonansi Q yang tinggi yang mengatur frekuensi kerja dari rangkaian osilator. (Wasito,1995,h:14). 2.3 Gelombang Ultrasonic Gelombang ultrasonic adalah gelombang suara yang memiliki frekuensi diatas batas pendengaran manusia. Gelombang ultrasonic memiliki frekuensi diatas 20 khz, umumnya dapat didengar oleh binatang-binatang yang memiliki kepekaan terhadap gelombang ultrasonic seperti kelelawar. (Paul;,1983, H:70). Pada aplikasi pengukuran jarak, gelombang ultrasonic masih digunakan karena pertimbangan ekonomis dan praktis, memiliki efisiensi harga yang tinggi. Namun demikian gelombang ultrasonic yang berada pada frekuensi yang lebih rendah memiliki energi yang lebih rendah sehingga hanya mampu menjangkau jarak yang tidak begitu jauh. Dengan demikian untuk pemakaian pengukuran jarak pendek gelombang ultrasonic lebih efisien dibandingkan dengan gelombang sinar lain. Hal lain yang menentukan pemilihan ultrasonic adalah sebaran pancaran yang lebar. Sifat gelombang ultrasonic yang lebih lebar sebaran pancarannya dapat mengatasi dimana benda yang memantulkan tidak sama betuknya setiap saat.

4 8 Karena pada jarak tertentu tidak menyebabkan jarak secara akurat namun lebih mendeteksi nilai rata-rata jarak yang dipancarkan oleh gelombang ultrasonic. 2.4 Transducer Ultrasonic Transducer adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah suatu bentuk energi ke bentuk energi yang lain. Dalam rangkaian listrik transducer mengubah suatu besaran fisik non listrik seperti suhu, tekanan, bunyi dan sebagainya menjadi besaran listrik. Transducer ultrasonic baik pengirim maupun penerima menggunakan teknik piezoelektrik yaitu penggetaran membran menggunakan sifat kapasitif dari suatu bahan. Dengan teknik piezoelektrik ini dapat dibuat ultrasonic transducer yang kecil bentuknya dan memiliki kepekaan yang tinggi. (Paul,1993,h:46). Setiap transducer ultrasonic memiliki karakteristik frekuensi pengirim dan penerima yang sama. Untuk itu setiap piranti yang menggunakan pengirim ultrasonic harus memiliki frekuensi yang sama dengan frekuensi penerimanya. Transducer ultrasonic dipilih dalam rangkaian alat ini karena merupakan transducer aktif yaitu transducer yang dapat membangkitkan signal listrik sendiri bila terjadi perubahan enegi dari luar. Kekurangannya dari transducer ultrasonic adalah dalam kondisi statis tidak dapat terjadi perubahan sehingga tidak menghasilkan sinyal listrik. (Paul,1993,h:46). 2.5 IC Pewaktu MC1455 IC Pewaktu MC1455 adalah merupakan IC kontrol yang stabil dapat membangkitkan tundaan waktu atau guncangan/ osilasi yang akurat. Terminal tambahan di sediakan untuk pemicu dan reset jika diperlukan. Pada mode tundaan waktu, waktu dengan cermat dikontrol oleh satu eksternal resistor dan kapasitor. Untuk operasi astabil sebagai osilasi, frekuensi dan daur aktif (duty cycle) dikontrol dengan akurat menggunakan dua eksternal resistor dan satu kapasitor. Sifat-sifat dari IC MC1455 adalah : 1. Pengganti dari IC Pewaktu NE Pewaktu (timming) dari mikrodetik (µs) hingga jam.

5 9 3. Dapat beroperasi pada mode Astabel dan Monostabel. 4. Daur aktif (duty cycle) yang dapat diatur. 5. Kemantapan suhu % per o C. Gambar 2.3 Kemasan dan Konfigurasi pin-pin IC pewaktu MC1455 IC MC1455 mempunyai dua jenis case yaitu case 751 (D Suffix) dan case 626 (P1 Suffix) keduanya dikemas dalam kemasan plastik seperti terlihat pada gambar 2.3 Pada gambar 2.4 terlihat diagram blok dari IC MC1455, merupakan rangkaian ekuivalen dengan 20 transistor, 15 resistor, dan 2 dioda. Rangkaian ekuivalen dalam diagram blok memberikan fungsi kontrol, penyulutan (triggering), level sensing atau comparison discharge, dan power output. Gambar 2.4 Diagram Blok Rangkaian Dalam IC MC 1455

6 10 Terminal-terminal (Pin-pin) IC MC1455 : 1. Pin 1 (Ground) Pin ini merupakan potensial negatif dari IC MC1455, pin ini umumnya dipasang pada saat dioperasikan dari tegangan supply positif. 2. Pin 2 (Trigger / Pemicu) Pin ini merupakan input bagi lower comparator dan digunakan untuk mengatur latch, bila berubah dapat menyebabkan output menjadi tinggi. Pemicuan dikerjakan dengan memberikan level dari atas ke bawah sebesar 1/3 Vcc. 3. Pin 3 (Output / Keluaran) Output dari IC ini berasal dari high current totem-pole stage yang dibuat dari lima buah transistor. Pin 3 bisa menjadi sumber arus atau penerima arus. Sebuah beban supply ambang akan hidup bila output rendah dan mati bila output tinggi. Sebuah beban ter-ground akan hidup bila keluaran rendah 4. Pin 4 (Reset) Pin ini digunakan untuk mereset latch dan mengembalikan output pada keadaan low atau sama dengan potensial ground. Untuk mereset keluarannya membutuhkan tegangan ambang sebesar 0,7 Volt dan arus sebesar 0,1 ma. Bila tidak digunakan maka sebaiknya input reset (pin 4) dihubungkan ke Vcc untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam mereset. 5. Pin 5 (Control Voltage / Pengendali Tegangan) Pin ini mengijinkan hubungan langsung ke 2/3 Vcc pembagi tegangan, hal ini merupakan referensi untuk upper comparator. Pin 5 dapat tidak digunakan tapi disarankan untuk memasang 0,01 µf sebagai bypass ke ground untuk menghilangkan ripple dari tegangan supply. 6. Pin 6 (Threshold / Ambang) Pin ini merupakan salah satu input ke upper comparator dan digunakan untuk mereset latch yang mengakibatkan keluaran menjadi

7 11 rendah. Mereset melalui pin ini dilakukan dengan memberikan tegangan sebesar 2/3 Vcc. 7. Pin 7 (Discharge / Pengosongan) Pin ini dihubungkan ke open kolektor transistor NPN. Sedangkan kaki emitter terhubung ke ground sehingga saat transistor aktif maka pin 7 terhubung ke ground. Umumnya kapasitor dipasang di antara pin 7 dan ground dan pengosongan akan terjadi pada saat transistor aktif. Saat transistor tidak aktif, maka pin 7 bekerja sebagai hubungan terbuka dan memungkinkan kapasitor mengisi muatannya. Kondisi transistor ini sama dengan timming pada bagian output. Transistor aktif pada saat output low dan tidak aktif pada saat output high. Pada aplikasi tertentu, output open kolektor ini dapat digunakan sebagai pembantu terminal output. 8. Pin 8 (Vcc / Tegangan Sumber) Pin ini merupakan terminal positif tegangan supply dari IC Tegangan kerja dari IC ini berkisar antara 4.5 Volt sampai dengan 16 Volt. Ini akan bekerja tanpa merubah perioda waktunya walaupun pada tegangan yang berbeda. 2.6 Osilator Osilator adalah suatu rangkaian elektronic yang dapat membangkitkan gelombang atau sinyal dengan frekuensi dan amplitudo tertentu tanpa sinyal input. Bentuk gelombang yang dihasilkan dapat berupa gelombang sinusoida, gelombang persegi, gelombang segitiga, pulsa dan betuk gelombang yang lain. (Paul,1993,h:87) Prinsip dasar osilator adalah closed loop amplifier dengan feedback positif, besarnya gain adalah sebesar :

8 12 A Af =...(2.1) 1 + AB Dimana : Af = gain dengan feedback A = open loop gain B = factor feed Vf / Vo Kondisi yang harus dipenuhi agar terjadi osilasi sesuai dengan kriteria Barkausan adalah : 1. Closed loop gain harus sama dengan atau lebih besar dari satu (AB 1). 2. Pergesaran phasa pada feedback network dan amplifier harsu 0 o atau 360 o. Berdasarkan benuk gelombang yang dihasilkan maka osilator dibedakan menjadi dua macam yaitu : 1. Osilator Harmonis yaitu osilator yang menghasilkan keluaran berupa gelombang sinusoida. 2. Osilator Relaksasi yaitu osilator yang menghasilkan gelombang bukan sinusoida seperti gelombang persegi, gelombang gigi gergaji dan gelombang segitiga. Pada dasarnya osilator relaksasi merupakan rangkaian saklar yang disaklar dari keadaan jenuh ke menyumbat dan sebaliknya oleh rangkaian RC dengan frekuensi tertentu. Osilator relaksasi untuk gelombang persegi umumnya dibangkitkan dengan komponen gerbang-gerbang digital seperti gate NOT maupun NAND. Pembangkit delombang persegi sederhana dapat dibuat dengan rangkaian RC bersama dengan dua gerbang NOT (inverter). Rangkaian dari osilator ini ditunjukkan oleh gambar 2.5. D R 1 N 1 R 2 N 2 C + A B C Gambar 2.5 Pembangkit pulsa persegi

9 13 Cara kerjanya adalah sebagai berikut : 1. Pada keadaan mula-mula tegangan titik A rendah, tegangan dititik B menjadi tinggi dan tegangan pada titik C rendah, sedangkan arus yang mengalir dari titik B ke titik A melalui R 2 dan R 1 diabaikan karena sangat kcil (R 1 > R 2 ). Fungsi dari R 1 sebagai kompensasi untuk menstabilkan sinyal keluaran, dimana nilai R 2 umumnya lebih kecil besar atau sama dengan 10 kali R Pengisian kapasitor berlangsung hingga tegangan titik A mencapai 2/3 Vcc (ViH Inverter CMOS dengan tegangan catu Vcc). Pada saat tegangan titik A mencapai 2/3 Vcc tegangan titik B menjadi rendah, dan tegangan keluaran titik C menjadi tinggi. 3. Kapasitor mendapat polaritas tegangan yang berlawanan, maka terjadi pembuangan muatan kapasitor hingga tegangan titik A menjadi 1/3 Vcc, tegangan titik B menjadi tinggi dan tegangan keluaran titik C menjadi rendah kembali. Kapasitor C mulai diisi ulang. 4. Proses ini terjadi berulang-ulang sehingga pada keluaran gerbang N2 dihasilkan pulsa gelombang persegi. Frekuensi sinyal keluaran dapat ditentukan dengan persamaan pengisian dan pembungan muatan rangkaian RC. Waktu yang diperlukan kapasitor mengisi muatan sehingga tegangan dititk A naik dari 0 menjadi 2/3 Vcc adalah : 2.7 Filter Filter adalah suatu rangkaian yang berfungsi untuk melewatkan sinyal-sinyal yang diperlukan dan menahan sinyal-sinyal yang tidak dikehendaki serta untuk memperkecil pengaruh noise dan interferensi pada sinyal yang dikehendaki. (Paul, 1993,h:123). Rangkaian filter dapat bersifat pasif maupun aktif menggunakan operasional amplifier (op amp) dengan komponen resistor dan kapasitor. Sedangkan filter pasif yaitu filter yang hanya tersusun dari resistor dan kapasitor, atau resistor dan inductor maupun kombinasi ketiga komponen tersebut.

10 14 Filter aktif mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan filter pasif seperti ukurannya yang lebih kecil, ringan dan murah serta memberikan banyak keleluasaan dalam hal perancangannya. Adapun kekurangan filter aktif ini adalah adanya kebutuhan akan catu daya dan kepekaan terhadap perubahan keadaan sekitarnya seperti perubahan suhu Low Pass Filter RC (LPF) Low Pass Filter adalah filter yang akan meloloskan frekuensi yang berada dibawah frekuensi cut off (fc dan meredam frekuensi diatas fc. Frekuensi cut off dari low pass filter RC dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : fc = 1 2 RC...(2.2) Rangkaian low pass filter RC dan karakteristiknya dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut ini : + R - 2dB V 1 C Vo - f C Gambar 2.6 Rangkaian dan karkteristik frekuensi dari LPF Rangkaian low pass filter RC memiliki penguatan yang konstan hingga pada frekuensi pole tertentu. Penguatan mulai menurun seiring dengan naiknya frekuensi. Pada saat penguatan menurun, rangkaian ini memiliki karakteristik sebagai integrator. Pada gambar berikut ini memperlihatkan frekuensi responnya dan kurva fasa naik.

11 15 Persamaan fungsi transfer untuk respon frekuensi low pass filter adalah : Vo = 1/2 RC Vi(1+2 RC)+jf...(2.3) Fungsi transfer ini berbagai atas tiga bagian: 1. Bila f << 1/2 RC, Vo/Vi = 1 atau 0 db dan sudut phasa 0 o 2. Bila f = 1/2 RC, Vo/Vi = 0, atau -3 db 3. Bila f >> 1/2 RC, Vo/= (1/2 RC) (1/1) -90 0, dimana Penguatan menurun bersamaan dengan kenaikan frekuensi, pada bagian ini low pass filter ini berindak sebagai integrator. (Paul,1993,h:132) Rangkaian Band pass Filter (BFP) Band Pass Filter adalah filter yang hanya melewatkan sinyal-sinyal yang frekuensinya tercantum dalam pita frekuensi atau pass band tertentu. Frekuensi dari sinyal yang berada dibawah pita frekuensi maupun diatas, tidak dapat dilewatkan atau diredam oleh rangkaian band pass filter. Gambar 2.7 dibawah ini memperlihatkan respon dari band pass filter. Penguatan (db) 3 db f 1 f d f khz Gambar 2.7 Grafik frekuensi respon dari BPF Dilihat dari respon band pass mulai naik mencapai puncaknya kemudian turun. Frekuensi tengah dinyatakan dengan fc yang mempunyai penguatan

12 16 maksimum. Ketika penguatan tegangan berkurang 3 db dari penguatan tegangan pada fc maka terdapat frekuensi pancung bawah f 1 dan frekuensi diatas f 2 disebut pita frekuensi atau pass band yang akan melewatkan frekuensi yang tercakup diantaranya. Sedangkan frekuensi berada dibawah frekuensi pancung bawah f 1 dan diatas frekuensi pancung atas f 2 akan direkam, daerah tersebut disebut stopband. (Boyleslad,1992,h:145) Parameter penting dalam suatu rangkaian band pass filter adalah lebar pita atau bandwitdh ( f atau B), dan selektivitas (Q). Selektivitas didefinisikan sebagai perbandingan antara frekuensi tengah fc terhadap lebar pita f yang dirumuskan sebagai berikut: Q = fc f...(2.4) Dan lebar pita atau bandwitdh adalah lebar dari daerah pass band yaitu selisih besar frekuensi pancung atas dengan frekuensi pancung bawah, yang dirumuskan sebagai berikut: f Q = f 2 - f 1...(2.5) Berdasarkan rumus diatas memberikan suatu ukuran lebar pita yang relatif pada rangkaian band pass filter. Makin tinggi harga Q maka makin sempit lebar pitanya karena itu filter ini menjadi semakin selektif. Band pass filter secara sederhana dapat dibuat dengan menggunakan penguat operasional dan dua pasang komponen RC seperti pada gambar 2.8 berikut ini :

13 17 R 2 C 2 C 1 V in R 1 + V out Gambar 2.8 Rangkaian Band Pass Filter aktif Kapasitor C 1 dan resistor R 2 akan membentuk sebuah high pass filter, sedangkan kapasitor C 2 dan R 2 akan membentuk sebuah low pass filter. Band pass filter pada umumnya terdiri dari sebuah low pass filter dan high pass filter jika frekuensi sinyal input berada pada daerah pass band yaitu diantara kedua frekuensi pancung f 1 dan f 2 maka sinyal akan diperkuat oleh penguat dan dapat dilewatkan. Jika sinyal masukan mempunyai frekuensi dibawah frekuensi pancung bawah, reaktansi kapasitor C 1 akan membesar sehingga kapasitor menjadi open (terbuka) dan tegangan keluaran menjadi nol. Jika sinyal masukan mempunyai frekuensi diatas frekuensi pancung atas f 1 maka reaktansi kapasitor C 1 mengecil sehingga kapasitor menjadi short (terhubung singkat) dan terjadi penguatan tegangan. Jika frekuensi masukan dibawah frekuensi pancung f 2 maka frekuensi kapasitor C 2 membesar sehingga kapasitor menjadi terbuka dan terjadi penguatan tegangan. Jika frekuensi masukan diatas frekuensi pancung atas f 2 maka reaktansi kapasitor C 2 mengecil sehingga kapasitor terhubung singkat dan arus langsung masukan R 2 tanpa melalui penguatan sehingga tidak terjadi penguatan tegangan pada keluaran.

14 18 Frekuensi pancung bawah yang terjadi berdasarkan gambar diatas adalah : f 1 = 1 2 R 2 C 1...(2.6) Frekuensi pancung atas yang terjadi adalah : f 1 = 1 2 R 2 C 1...(2.7) Sedangkan frekuensi tengahnya (fc) adalah : fc = f 2 - f (2.8) 2.8 Operasional Amplifier (Op-Amp) Penguat operasional atau op-amp adalah suatu rangkaian yang menerima sebuah isyarat dan mengeluarkan sebentuk isyarat tak berubah yang lebih besar dikeluarkannya. Terdapat dua jenis penguat operasional yaitu penguat tak membalik (non inverting) dan penguat membalik (inverting). (Robert,1994,h:124). TAK MEMBALIK V 1 MEMBALIK V2 + A V out Gambar 2.9 Lambang operasional amplifier Gambar 2.9 adalah simbol dari penguat operasional, A adalah penguat tegangan (volt gain), Vi merupakan masukan tak membalik dan fasa tegangan masukan sama dengan fasa tegangan keluaran, sedangkan V2 merupakan

15 19 masukan membalik dan fasa tegangan masukan berbeda dengan tegangan keluaran. Tegangan masukan diffrensialnya adalah: Vin = V 1 -V 2... (2.9) Tegangan masukan diffrensial ada karena perbedaan tegangan antara masukan tak membalik dengan masukan membalik. Selama penguat operasional bekerja pada daerah pada daerah linier maka tegangan output dinyatakan dalam persamaan: Vout = A Vin (2.10) Cara termudah untuk menggunakan suatu penguat operasional adalah loop terbuka (tidak ada resistor umpan balik), seperti ditunjukkan dalam gambar 2.9. Karena penguatan yang tinggi dari penguat operasional tegangan kesalahan yang sedikit (secara tipikal dalam mikrovolt) menimbulkan ayunan (swing) output maksimum. Misalnya, jika V 1 lebih besar dari pada V 2 maka tegangan kesalahan adalah positif dan tegangan output menuju ke harga positif maksimumnya secara tipikal 1 sampai 2V kurang dari tegangan catu. Dipihak lain jika V 1 kurang dari V 2 maka tegangan output berayun keharga negatif maksimum. (Robert G., Operational Amplifier, 1994). V in +V CC Vout +V sat Vout +V EE -V sat a Gambar 2.10.(a) Op-amp sebagai komparator, (b) Karakteristik komparator b

16 20 Gambar 2.10.(b) memperlihatkan respon dari komparator. Tegangan kesalahan Positif mendorong output ke + Vsat. Harga positif maksimum dari tegangan output. Tegangan kesalahan negatif menimbulkan tegangan output Vsat. Jika sebuah penguat operasional digunakan seperti ini, maka disebut komparator karena semua yang dapat dilakukannya adalah membandingkan V 1 dengan V 2 yang menghasilkan output positif atau negatif jenuh tergantung pada V 1 lebih besar atau lebih kecil dari pada V 2. (Robert G, 1994, h:125) 2.9 Regulator Tegangan (IC 7812T) Integrated Circuit (IC) merupakan semikonduktor yang didalamnya dapat memuat ratusan atau ribuan komponen dasar elektronik. Komponen-komponen yang ada dalam IC membentuk suatu subsistem terintegrasi yang bekerja untuk keperluan tertentu. Setiap jenis IC didesain untuk keperluan khusus sehingga pada rangkaian IC tersebut memiliki rangkaian internal yang beragam. Regulator tegangan ( IC 7812T) digunakan untuk menghasilkan tegangan yang konstan sebesar 12 volt dengan arus maksimum 1,5 ampere. Regulator tegangan dapat memiliki perlindungan terhadap sirkuit pendek serta peredam panas yang melindungi IC dari panas yang berlebihan. Pada gambar 2.11 merupakan bentuk fisik Regulator Tegangan (IC 7812T). Regulator tegangan ditempatkan diantara dua buah resistor yang berguna sebagai filter tegangan yang melewati regulator tegangan. Gambar Bentuk Fisik Regulator (IC 7812T)

17 21 Regulator tegangan ( IC 7812T) digunakan untuk menghasilkan tegangan yang konstan sebesar 12 volt dengan arus maksimum 1,5 ampere. Regulator tegangan dapat memiliki perlindungan terhadap sirkuit pendek serta peredam panas yang melindungi IC dari panas yang berlebihan Regulator tegangan ditempatkan diantara dua buah resistor yang berguna sebagai filter tegangan yang melewati regulator tegangan.

BABV INSTRUMEN PENGUAT

BABV INSTRUMEN PENGUAT BABV INSTRUMEN PENGUAT Operasional Amplifier (Op-Amp) merupakan rangkaian terpadu (IC) linier yang hampir setiap hari terlibat dalam pemakaian peralatan elektronik yang semakin bertambah di berbagai bidang

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK A. OP-AMP Sebagai Peguat TUJUAN PERCOBAAN PERCOBAAN VII OP-AMP SEBAGAI PENGUAT DAN KOMPARATOR

Lebih terperinci

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK MODUL - 04 Op Amp Yuri Yogaswara, Asri Setyaningrum 90216301 Program Studi Magister Pengajaran Fisika Institut Teknologi Bandung yogaswarayuri@gmail.com ABSTRAK Pada percobaan praktikum Op Amp ini digunakan

Lebih terperinci

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555)

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555) Pada laporan ini akan menyajikan bagaimana efisien sebuah power supply untuk LED. Dengan menggunakan rangkaian buck converter diharapkan dapat memberikan tegangan dan arus pada beban akan menjadi stabil,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Tujuan Perancangan Tujuan dari perancangan ini adalah untuk menentukan spesifikasi kerja alat yang akan direalisasikan melalui suatu pendekatan analisa perhitungan, analisa

Lebih terperinci

BAB 5. MULTIVIBRATOR

BAB 5. MULTIVIBRATOR BAB 5. MULTIVIBRATOR Materi :. Dasar rangkaian Clock / Multivibrator 2. Jenis-jenis multivibrator 3. Laju Pengisian dan Pengosongan Kapasitor 4. Multivibrator Astabil dari IC 555 5. Multivibrator Monostabil

Lebih terperinci

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali BAB III PERANCANGAN 3.1. Blok Diagram Pada dasarnya rangkaian elektronik penggerak kamera ini menggunakan beberapa rangkaian analok yang terbagi menjadi beberapa blok rangkaian utama, yaitu, rangkaian

Lebih terperinci

OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi

OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi 1 OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi Operasional Amplifier (OP-AMP) 2 Operasi Amplifier adalah suatu penguat linier dengan penguatan tinggi. Simbol 3 Terminal-terminal luar di samping power

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Blok Diagram Sistem Sensor Gas Komparator Osilator Penyangga/ Buffer Buzzer Multivibrator Bistabil Multivibrator Astabil Motor Servo Gambar 4.1 Blok Diagram

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Modul Praktikum Rangkaian Linear Aktif. Lab. Elektronika Fakultas Teknik UNISKA

PENDAHULUAN. Modul Praktikum Rangkaian Linear Aktif. Lab. Elektronika Fakultas Teknik UNISKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LINEAR AKTIF LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM KADIRI KEDIRI PENDAHULUAN A. UMUM Sesuai dengan tujuan pendidikan di UNISKA,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem perangkat keras dari UPS (Uninterruptible Power Supply) yang dibuat dengan menggunakan inverter PWM level... Gambaran Sistem input

Lebih terperinci

JOBSHEET SENSOR ULTRASONIC

JOBSHEET SENSOR ULTRASONIC JOBSHEET SENSOR ULTRASONIC A. TUJUAN 1) Mempelajari prinsip kerja dari ultrasonic ranging module HC-SR04. 2) Menguji ultrasonic ranging module HC-SR04 terhadap besaran fisis. 3) Menganalisis susunan rangkaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Tinjauan Umum Alat Alat ini menggunakan system PLL hanya pada bagian pemancar, terdapat juga penerima, dan rangkaian VOX atau voice operated switch, dimana proses pengalihan

Lebih terperinci

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat Modul 04: Op-Amp Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis Reza Rendian Septiawan March 3, 2015 Op-amp merupakan suatu komponen elektronika aktif yang dapat menguatkan sinyal dengan

Lebih terperinci

BAB III DASAR PEMILIHAN KOMPONEN. 3.1 Pemilihan Komponen Komparator (pembanding) Rangkaian komparator pada umumnya menggunakan sebuah komponen

BAB III DASAR PEMILIHAN KOMPONEN. 3.1 Pemilihan Komponen Komparator (pembanding) Rangkaian komparator pada umumnya menggunakan sebuah komponen BAB III DASAR PEMILIHAN KOMPONEN 3.1 Pemilihan Komponen Komparator (pembanding) Rangkaian komparator pada umumnya menggunakan sebuah komponen Operasional Amplifier (Op-Amp). Adapun komponen yang akan digunakan

Lebih terperinci

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER 1. Tujuan Memahami op-amp sebagai penguat inverting dan non-inverting Memahami op-amp sebagai differensiator dan integrator Memahami op-amp sebagai penguat jumlah 2. Alat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Alat Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang direncanakan diperlihatkan pada Gambar 3.1. Sinyal masukan carrier recovery yang berasal

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal. BAB II DASAR TEORI 2.1 Modulasi Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk memperoleh transmisi yang efisien dan handal. Pemodulasi yang merepresentasikan pesan yang akan dikirim, dan

Lebih terperinci

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP)

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) + PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OPAMP) Penguat operasional atau Operational Amplifier (OPAMP) yaitu sebuah penguat tegangan DC yang memiliki 2 masukan diferensial. OPAMP pada dasarnya merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING 2.1 Pendahuluan Signal Conditioning ialah operasi untuk mengkonversi sinyal ke dalam bentuk yang cocok untuk interface dengan elemen lain dalam sistem kontrol. Process

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN 3.1 Perancangan Sistem Perancangan mixer audio digital terbagi menjadi beberapa bagian yaitu : Perancangan rangkaian timer ( timer circuit ) Perancangan rangkaian low

Lebih terperinci

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan

Lebih terperinci

Osilator RC. Gambar Rangkaian osilator RC dengan inverter

Osilator RC. Gambar Rangkaian osilator RC dengan inverter Pada beberapa rangkaian dibutuhkan sederetan pulsa clock dengan frekuensi tertentu. Deretan pulsa clock ini dapat dibangkitkan dengan menggunakan suatu osilator yang dibentuk dengan menggunakan gerbang

Lebih terperinci

Bias dalam Transistor BJT

Bias dalam Transistor BJT ias dalam Transistor JT Analisis atau disain terhadap suatu penguat transistor memerlukan informasi mengenai respon sistem baik dalam mode AC maupun DC. Kedua mode tersebut bisa dianalisa secara terpisah.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang Penuh). A. Penyearah Setengah Gelombang Gambar

Lebih terperinci

Penguat Oprasional FE UDINUS

Penguat Oprasional FE UDINUS Minggu ke -8 8 Maret 2013 Penguat Oprasional FE UDINUS 2 RANGKAIAN PENGUAT DIFERENSIAL Rangkaian Penguat Diferensial Rangkaian Penguat Instrumentasi 3 Rangkaian Penguat Diferensial R1 R2 V1 - Vout V2 R1

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL I DIODA SEMIKONDUKTOR DAN APLIKASINYA 1. RANGKAIAN PENYEARAH & FILTER A. TUJUAN PERCOBAAN

Lebih terperinci

BAB V MULTIVIBRATOR. A. Pendahuluan. 1. Deskripsi

BAB V MULTIVIBRATOR. A. Pendahuluan. 1. Deskripsi BAB V MULTIVIBRATOR A. Pendahuluan 1. Deskripsi Judul bab ini adalah Multivibrator. Melalui bab ini pembaca khususnya mahasiswa akan mendapatkan gambaran tentang konsep dasar Multivibrator. Konsep dasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi PLL (Phase Locked Loop) sebagai modul praktikum demodulator FM sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septianda mahasiswa Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

Operational Amplifier Karakteristik Op-Amp (Bagian ke-satu) oleh : aswan hamonangan

Operational Amplifier Karakteristik Op-Amp (Bagian ke-satu) oleh : aswan hamonangan Operational Amplifier Karakteristik Op-Amp (Bagian ke-satu) oleh : aswan hamonangan Kalau perlu mendesain sinyal level meter, histeresis pengatur suhu, osilator, pembangkit sinyal, penguat audio, penguat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 39 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik Eskalator. Sedangkan untuk pembuatan

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) I. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206 Eddy Nurraharjo Program Studi Teknik Informatika, Universitas Stikubank email : eddynurraharjo@gmail.com Abstrak Sebuah sinyal dapat dihasilkan dari suatu pembangkit sinyal yang berupa sebuah rangkaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Inverter dan Aplikasi Inverter daya adalah sebuah perangkat yang dapat mengkonversikan energi listrik dari bentuk DC menjadi bentuk AC. Diproduksi dengan segala bentuk dan ukuran,

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KOMUNIKASI RADIO SEMESTER V TH 2013/2014 JUDUL REJECTION BAND AMPLIFIER GRUP 06 5B PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI JAKARTA PEMBUAT

Lebih terperinci

Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda.

Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda. OSILOSKOP Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda. Gambar 1. Osiloskop Tujuan : untuk mempelajari cara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN SISTEM

BAB II LANDASAN SISTEM BAB II LANDASAN SISTEM Berikut adalah penjabaran mengenai sistem yang dibuat dan teori-teori ilmiah yang mendukung sehingga dapat terealisasi dengan baik. Pada latar belakang penulisan sudah dituliskan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA V KOMPARATOR

LEMBAR KERJA V KOMPARATOR LEMBAR KERJA V KOMPARATOR 5.1. Tujuan 1. Mahasiswa mampu mengoperasikan op amp sebagai rangkaian komparator inverting dan non inverting 2. Mahasiswa mampu membandingkan dan menganalisis keluaran dari rangkaian

Lebih terperinci

MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier)

MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier) P R O G R A M S T U D I F I S I K A F M I P A I T B LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier) 1 TUJUAN Memahami prinsip kerja Operational Amplifier.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan perangkat keras (hardware) yang berupa komponen fisik penunjang seperti IC AT89S52 dan perangkat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM 3.1 Gambaran Umum Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate 64 Kbps untuk melakukan proses modulasi terhadap sinyal data digital. Dalam

Lebih terperinci

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR 1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current) yang stabil agar dapat bekerja dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI NAMA : REZA GALIH SATRIAJI NOMOR MHS : 37623 HARI PRAKTIKUM : SENIN TANGGAL PRAKTIKUM : 3 Desember 2012 LABORATORIUM

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Suara. Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan

BAB II DASAR TEORI Suara. Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan BAB II DASAR TEORI 2. 1 Suara Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan amplitude tertentu melalui media perantara yang dihantarkannya seperti media air, udara maupun benda

Lebih terperinci

BAB 4. Rangkaian Pengolah Sinyal Analog

BAB 4. Rangkaian Pengolah Sinyal Analog DIKTAT KULIAH Elektronika Industri & Otomasi (IE-204) BAB 4. Rangkaian Pengolah Sinyal Analog Diktat ini digunakan bagi mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha JURUSAN

Lebih terperinci

BAB III ANALISA RANGKAIAN

BAB III ANALISA RANGKAIAN 36 BAB III ANALISA RANGKAIAN 3.1 Analisa Rangkaian Analisa rangkaian dilakukan melalui analisa pada diagram blok, seperti terlihat pada gambar 3.1. INPUT PEMANCAR MEDIA TRANSMISI PENERIMA BLOK I BLOK II

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

RANGKAIAN OSILATOR. Gambar 1.

RANGKAIAN OSILATOR. Gambar 1. RANGKAIAN OSILATOR 1. TEORI OSILASI SINUSOIDA Untuk membuat suatu osilator sinusoida, diperlukan suatu penguat umpan balik positif. Gagasannya adalah menggunakan sinyal umpan balik sebagai sinyal masuk.

Lebih terperinci

VOLTAGE PROTECTOR. SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

VOLTAGE PROTECTOR. SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia bidang TEKNIK VOLTAGE PROTECTOR SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia Listrik merupakan kebutuhan yang sangat

Lebih terperinci

KENDALI KERAN OTOMATIS PADA TOILET PRIA DENGAN SENSOR PIR ( PASSIVE INFRARED )

KENDALI KERAN OTOMATIS PADA TOILET PRIA DENGAN SENSOR PIR ( PASSIVE INFRARED ) KENDALI KERAN OTOMATIS PADA TOILET PRIA DENGAN SENSOR PIR ( PASSIVE INFRARED ) Elias Gabriel Sakliressy Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma, Margonda Raya 100 Depok

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 48 BAB I HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. HASIL PERCOBAAN 4.1.1. KARAKTERISTIK DIODA Karakteristik Dioda dengan Masukan DC Tabel 4.1. Karakteristik Dioda 1N4007 Bias Maju. S () L () I D (A) S () L ()

Lebih terperinci

DIODA KHUSUS. Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom

DIODA KHUSUS. Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom DIODA KHUSUS Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa mampu: mengetahui, memahami dan menganalisis karakteristik dioda khusus Memahami

Lebih terperinci

Dioda-dioda jenis lain

Dioda-dioda jenis lain Dioda-dioda jenis lain Dioda Zener : dioda yang dirancang untuk bekerja dalam daerah tegangan zener (tegangan rusak). Digunakan untuk menghasilkan tegangan keluaran yang stabil. Simbol : Karakteristik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA 4.1 Amplitude Modulation and Demodulation 4.1.1 Hasil Percobaan Tabel 4.1. Hasil percobaan dengan f m = 1 KHz, f c = 4 KHz, A c = 15 Vpp No V m (Volt) E max (mvolt) E

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

Modul VIII Filter Aktif

Modul VIII Filter Aktif Modul VIII Filter Aktif. Tujuan Praktikum Praktikan dapat mengetahui fungsi dan kegunaan dari sebuah filter. Praktikan dapat mengetahui karakteristik sebuah filter. Praktikan dapat membuat suatu filter

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sensor Ultrasonik Frekuensi sendiri merupakan identitas sebuah suara, dimana frekuensi adaiah jumlah geiombang yang terjadi pada 1 satuan wak.u. Jarak antara gelombang satu dengan

Lebih terperinci

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut:

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut: BAB III PERANCANGAN Pada bab ini berisi perancangan pedoman praktikum dan perancangan pengujian pedoman praktikum dengan menggunakan current feedback op-amp. 3.. Perancangan pedoman praktikum Pada pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Rangkaian Secara Detail Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

Elektronika. Pertemuan 8

Elektronika. Pertemuan 8 Elektronika Pertemuan 8 OP-AMP Op-Amp adalah singkatan dari Operational Amplifier IC Op-Amp adalah piranti solid-state yang mampu mengindera dan memperkuat sinyal, baik sinyal DC maupun sinyal AC. Tiga

Lebih terperinci

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai aplikasi dari rangkaian Op-Amp.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan medan magnet untuk mengetahui karakteristik sistem sensor magnetik. Tahapan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM. 1141160049 JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL 2011/2012 POLITEKNIK NEGERI MALANG jl.soekarno

Lebih terperinci

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN ELEKTRONIKA SISTEM BILANGAN KONVERSI DATA LOGIC HARDWARE KOMPONEN ELEKTRONIKA PASSIVE ELECTRONIC ACTIVE ELECTRONICS (DIODE

Lebih terperinci

TUJUAN Setelah menyelesaikan perkuliahan ini peserta mampu:

TUJUAN Setelah menyelesaikan perkuliahan ini peserta mampu: TUJUAN Setelah menyelesaikan perkuliahan ini peserta mampu: Menggunakan rumus-rumus dalam rangkaian elektronika untuk menganalisis rangkaian pengkondisi sinyal pasif Menggunakan kaidah, hukum, dan rumus

Lebih terperinci

PENGERTIAN THYRISTOR

PENGERTIAN THYRISTOR PENGERTIAN THYRISTOR Thyristor merupakan salah satu devais semikonduktor daya yang paling penting dan telah digunakan secara ekstensif pada rangkaian elektronika daya.thyristor biasanya digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 54 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem mulai dari blok-blok

Lebih terperinci

8 pin DIP 14 pin DIP

8 pin DIP 14 pin DIP PENDAHULUAN Dengan berkembangnya elektronika yang demikian cepatnya, maka makin ditinggallah peralatan elektronika dengan rangkaian-rangkaian transistor, dimana rangkaian-rangkaian tersebut sudah direncanakan

Lebih terperinci

OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP)

OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP) MODUL II Praktikum OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP) 1. Memahami cara kerja operasi amplifiers (Op-Amp). 2. Memahami cara penghitungan pada operating amplifiers. 3. Mampu menggunakan IC Op-Amp pada rangkaian.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inverter BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kedudukan inverter pada sistem pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS adalah sebagai peeralatan yang mengubah listrik arus searah (DC) menjadi listrik arus bolak-balik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp ) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp ) 1.2 Alat Alat Yang Digunakan Kit praktikum karakteristik opamp Voltmeter DC Sumber daya searah ( DC

Lebih terperinci

Workshop Instrumentasi Industri Page 1

Workshop Instrumentasi Industri Page 1 INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 1 (PENGUAT NON-INVERTING) I. Tujuan a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian, prinsip kerja, dan karakteristik penguat non-inverting b. Mahasiswa dapat merancang,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah teori catu

Lebih terperinci

BAB II Transistor Bipolar

BAB II Transistor Bipolar BAB II Transistor Bipolar 2.1. Pendahuluan Pada tahun 1951, William Schockley menemukan transistor sambungan pertama, komponen semikonduktor yang dapat menguatkan sinyal elektronik seperti sinyal radio

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami.

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami. BAB II DASAR TEORI Thyristor merupakan komponen utama dalam peragaan ini. Untuk dapat membuat thyristor aktif yang utama dilakukan adalah membuat tegangan pada kaki anodanya lebih besar daripada kaki katoda.

Lebih terperinci

Penguat Inverting dan Non Inverting

Penguat Inverting dan Non Inverting 1. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian op-amp sebagai penguat inverting dan non inverting. 2. Mengamati fungsi kerja dari masing-masing penguat 3. Mahasiswa dapat menghitung penguatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak ( Software). Pembahasan perangkat keras meliputi perancangan mekanik

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Perangkat UniTrain-I dan MCLS-modular yang digunakan dalam Digital Signal Processing (Lucas-Nulle, 2012)

Gambar 2.1 Perangkat UniTrain-I dan MCLS-modular yang digunakan dalam Digital Signal Processing (Lucas-Nulle, 2012) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Digital Signal Processing Pada masa sekarang ini, pengolahan sinyal secara digital yang merupakan alternatif dalam pengolahan sinyal analog telah diterapkan begitu luas. Dari

Lebih terperinci

Solusi Ujian 1 EL2005 Elektronika. Sabtu, 15 Maret 2014

Solusi Ujian 1 EL2005 Elektronika. Sabtu, 15 Maret 2014 Solusi Ujian 1 EL2005 Elektronika Sabtu, 15 Maret 2014 1. Pendahuluan: Model Penguat (nilai 15) Rangkaian penguat pada Gambar di bawah ini memiliki tegangan output v o sebesar 100 mv pada saat saklar dihubungkan.

Lebih terperinci

Bab III. Operational Amplifier

Bab III. Operational Amplifier Bab III Operational Amplifier 30 3.1. Masalah Interfacing Interfacing sebagai cara untuk menggabungkan antara setiap komponen sensor dengan pengontrol. Dalam diagram blok terlihat hanya berupa garis saja

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem kontrol (control system) Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, memerintah dan mengatur keadaan dari suatu sistem. [1] Sistem kontrol terbagi

Lebih terperinci

Osilator dan Sumber Sinyal

Osilator dan Sumber Sinyal EL317 Sistem Instrumentasi 11-1 Osilator dan Sumber Sinyal Prinsip Kerja Osilator memanfaatkan feedback positif Pengelompokan Osilator RC Wien Bridge (sbg α) Bridged-T (sbg β) Twin-T (sbg β) Penggeser

Lebih terperinci

Alat Penstabil Tegangan Bolak-Balik satu fasa 220 V, 50 Hz Menggunakan Thrystor Dengan Daya 1,5 kva

Alat Penstabil Tegangan Bolak-Balik satu fasa 220 V, 50 Hz Menggunakan Thrystor Dengan Daya 1,5 kva Alat Penstabil Tegangan Bolak-Balik satu fasa 220 V, 50 Hz Menggunakan Thrystor Dengan Daya 1,5 kva Feranita, Ery Safrianti, Oky Alpayadia Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau feranitadjalil@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Lampiran A. Praktikum Current Feedback OP-AMP. Percobaan I Karakteristik Op-Amp CFA(R in,vo max. Slew rate)

Lampiran A. Praktikum Current Feedback OP-AMP. Percobaan I Karakteristik Op-Amp CFA(R in,vo max. Slew rate) Lampiran A Praktikum Current Feedback OP-AMP Percobaan I Karakteristik Op-Amp CFA(R in,vo max. Slew rate) Waktu : 3 jam (praktikum dan pembuatan laporan) dipersiapkan oleh: Reinhard A. TUJUAN Menganalisa

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Perancangan merupakan proses yang kita lakukan terhadap alat, mulai dari rancangan kerja rangkaian hingga hasil jadi yang akan difungsikan. Perancangan dan pembuatan alat merupakan

Lebih terperinci

TAKARIR. periode atau satu masa kerjanya dimana periodenya adalah nol.

TAKARIR. periode atau satu masa kerjanya dimana periodenya adalah nol. TAKARIR AC {Alternating Current) Adalah sistem arus listrik. Sistem AC adalah cara bekerjanya arus bolakbalik. Dimana arus yang berskala dengan harga rata-rata selama satu periode atau satu masa kerjanya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari BAB III PERANCANGAN ALAT Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari beberapa perangkat keras (Hardware) yang akan dibentuk menjadi satu rangkaian pemodulasi sinyal digital

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA

BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA 16 BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA Di dalam jaringan listrik ada 2 sistem jaringan, yaitu jaringan 1 fasa dan jaringan 3 fasa. Jaringan 1 fasa atau disebut juga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras ( Hardware) Dalam pembuatan tugas akhir ini diperlukan penguasaan materi yang digunakan untuk merancang kendali peralatan listrik rumah. Materi tersebut merupakan

Lebih terperinci

JOBSHEET 6 PENGUAT INSTRUMENTASI

JOBSHEET 6 PENGUAT INSTRUMENTASI JOBSHEET 6 PENGUAT INSTUMENTASI A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Instrumentasi ini adalah :. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat instrumentasi sebagai aplikasi dari rangkaian

Lebih terperinci

Gambar 2.1. simbol op amp

Gambar 2.1. simbol op amp BAB II. PENGUAT OP AMP II.1. Pengenalan Op Amp Penguat Op Amp (Operating Amplifier) adalah chip IC yang digunakan sebagai penguat sinyal yang nilai penguatannya dapat dikontrol melalui penggunaan resistor

Lebih terperinci