BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 2.1 Inverter BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kedudukan inverter pada sistem pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS adalah sebagai peeralatan yang mengubah listrik arus searah (DC) menjadi listrik arus bolak-balik (AC). Kualitas inverter merupakan penentu dari kualitas daya yang dihasilkan oleh sutau sistem. Inverter berfungsi mengubah listrik arus searah (DC, Direct Current) baterai atau rangkaian rectifier-charger menjadi arus bolak-balik (AC, Alternating Current). Sinyal atau gelombang output berbentuk kotak setelah melalui pembentukan gelombang dan rangkaian filter. Tegangan output yang dihasilkan harus stabil baik amplitudo tegangan maupun frekuensinya. Inverter yang digunakan secara umum ada dua macam, yaitu : 1. Inverter dengan frekuensi dan tegangan konstan atau CVCF (Constant Voltage Constant Frequency) yang bnayak digunakan untuk peralatan-peralatan lektronika atau peralatan listrik satu fasa. 2. Inverter dengan tegangan dan frekuensi berubah-ubah yang biasa digunakan pada pemakaian khusus seperti pada motor listrik tiga fasa dengan sumber tegangan DC Prinsip Kerja Inverter 1 Phasa Gambar di bawah menunjukkan prinsip kerja dari sebuah inverter satu fasa. Komponen gambar di atas terdiri dari empat buah transistor (TR1, TR2, TR3, dan TR4), empat buah dioda, R sebagai beban, dan sumber tegangan DC. Empat buah transistor bertindak sebagai saklar dimana TR1 dikendalikan secara bersamaan dengan TR4 dan TR2 dikendalikan secara bersamaan dengan TR3. Jika TR1 dan TR4 dioperasikan (on) maka akan ada arus yang mengalir dari sumber tegangan DC melalui TR1 menuju beban yang kemudian akan kembali ke sumber tegangan DC melalui TR4. Jika TR1 dan TR4 off sementara TR2 dan TR3 on maka akan ada arus yang mengalir dari sumber tegangan DC melalui TR2 menuju beban dan kembali ke sumber tegangan DC melalui TR3. Begitu seterusnya sehingga diperoleh output dengan gelombang AC. 4

2 5 Gambar 2.1 Prinsip Kerja Inverter H-Bridge Inverter Sebuah inverter dengan konfigurasi H-Bridge adalah sabuah konfigurasi switching dari empat buah switch dalam satu rangkaian yang menyerupai huruf H. Dengan pengontrolan switches yang berbeda dalam bridge, positif, negatif, atau potensial tegangan nol dapat ditempatkan sebuah beban. Ketika beban ini adalah sebuah motor, keadaan ini berhubungan dengan forward, reverse, dan off. Gambar 2.2 Konfigurasi H-Bridge using N-Channel MOSFETs Sumber : Gambar 2.2 di atas memperlihatkan rangkaian H-Bridge dari empat buahswitch berhubungan dnegan sisi kiri tinggi (high side left), sisi kanan tinggi (high side right), sisi kiri rendah (low side left), dan sisi kanan rendah (low side right). Ada empat kemungkinan posisi switch yang dapat digunakan untuk mendapatkan tegangan agar sampai ke beban.

3 6 Tabel 1 Posisi Switch H-Bridge High Side Left High Side Right Low Side Right Low Side Right Tegangan di Beban On Off Off On Positif (+ Vdc) Off On On Off Negatif (- Vdc) On On Off Off Potensial Nol Off Off On Off Potensial Nol Untuk memperoleh kualitas tegangan dan arus yang bagus, diterapkan teknik Sinusoidal Pulse Width Modulation (SPWM). Teknik ini menggunakan dua buah sinyal segitiga dengan frekuensi yang sama dan satu buah sinyal sinusoida atau dua buah sinyal sinusoida sebagai referensi dan sebuah sinyal segitiga. Frekuesnsi penyaklaran dari inverter ditentukan oleh frekuensi dari sinyal segitiga dan frekuensi output inverter ditentukan oleh frekuensi dari sinyal referensi (sinusoidal). Jika amplitudo sinyal segitiga adalah Vcr dan tegangan dari sinyal referensi adalah Vm, maka indeks modulasi (M) dari inverter ditentukan dengan persamaan : Inverter H-Bridge biasa disebut inverter Full-Bridge. Inverter satu fasa full-bridge terdiri atas empat buat transistor. Prinsip kerjanya adalah arus dari sumber Vs akan mengalir ke beban melalui Q1 jika Q1 dan Q4 dalam keadaan on dan Q3 dan Q2 dalam keadaan off. Arus dari beban akan kembali ke sumber Vs melalui Q4. Ketika Q1 dan Q4 off, Q2 dan Q3 on. Arus dari sumber Vs akan mengalir menuju ke beban melalui Q3 dan akan kembali ke sumber Vs melalui Q2.

4 Inverter Half-Bridge Gambar 2.3 Rangkaian Inverter Satu Fasa Full-Bridge Gambar 2.5 Inverter Half-Bridge Saklar Gambar 2.4 Inverter Half-Bridge Elektronik Rangkaian inverter half-bridge menggunakan dua buah saklar, yaitu saklar S1 dan saklar S2 yang bekerja secara bergantian. Pada saat saklar S1 ON, arus mengalir dari (+) S1 beban BA - (-) sedangkan S2 dalam keadaan terbuka (OFF). Pada saatsaklar S2 ON, saklar S1 dalam keadaan terbuka dan arus mengalir (+) S1 beban AB - (-). Dengan demikian, dalam satu periode beban merasakan adanya arus yang mengalir dalam dua arah (bolak-balik). Jika saklar S1 dan S2 diganti dengan saklar elektronik yang dapat memenuhi kriteria di atas, misalnya dengan dua buah MOSFET, maka rangkaiannya seperti pada Gambar 2.5.

5 8 2.2 Osilator Osilator merupakan sebuah rangkaian yang menghasilkan suatu bentuk gelombang berulang pada keluarannya dengan tegangan supply DC sebagai inputnya. Tegangan output dapat berupa gelombang sinus maupun nonsinus, tergantung dari jenis osilatornya. Biasanya, cara kerja osilator berdasarkan pada prinsip umpan balik positif (positive feedback). Osilator dapat merubah listrik dari DC menjadi AC dan terdiri dari suatu penguat transistor untuk pengatan dan suatu rangkaian umpan balik positif yang menghasilkan pergeseran fasa serta menyediakan attenuasi. Gambar 2.6 Elemen dasar daro Osilator Osilator dapat menghasilkan berbagai macam bentuk gelombang seperti terlihat pada Gambar 2.7. Gambar 2.7 Macam-Macam Gelombang Output Osilator Umpan Balik Positif pada Osilator Umpan balik positif (positive feedback) merupakan umpan balik dimana sinyal pengembalian dibantu atau menambah efek tegangan masukan dengan kondisi bagian dari

6 9 tegangan output yang berasal dari penguat diumpan balik ke masukan tanpa adanya pergeseran fasa (phase sift) yang mengakibatkan penguatan pada sinyal keluaran. Gambar 2.8 Osilasi Hasil Umpan Balik Positif Pada Gambar 2.8 di atas terlihat bahwa tegangan umpan balik (Vfb) pada kondisi satu fasa dikuatkan untuk menghasilkan tegangan keluaran (Vout). Dalam hal ini dibuat sebuah loop yang menghasilkan keluaran gelombang sinusoida yang berkelanjutan (osilasi). Osilasi menunjukkan tidak berfungsinya suatu penguat. Jika sebuah penguat mempunyai umpan balik positif, dimungkinkan terjadinya osilasi, dimana ada sinyal frekuensi tinggi yang tidak diinginkan sehingga osilasi mengganggu sinyal yang diinginkan. Oleh karena itu, digunakan kaasitor pada suatu penguat untuk mencegah terjadinya osilasi. Terdapat dua kondisi yang diperlukan untuk terjadinya osilasi terus menerus, yaitu : 1. Pergeseran fasa di sekitar loop umpan balik harus 0. Gambar 2.9 Pergeseran Fasa di Sekitar Loop 2. Penguatan tegangan di sekitar loop umpan balik harus sama dengan 1.

7 10 Gambar 2.10 Gain Tegangan di Sekitar Loop Penguatan tegangan di sekitar loop umpan balik tertutup (A cl ) adalah hasil perkalian dari amplifier gain (A v ) dengan atenuasi (B) dari rangkaian umpan balik : Kondisi Awal Osilator Sebuah osilator untuk dpat menghasilkan keluaran gelombang sinusoida yang berulang-ulang dimulai pada waktu tegangan catu daya DC diberikan. Pada waktu osilasi dimulai, penguatan tegangan di sekitar loop umpan balik positif harus lebih besar dari 1 sehingga amplitudo pada keluaran dapat menambah tingkatan yang diinginkan. Gambar 2.11 Kondisi Awal Osilasi Ketika osilasi dimulai pada saat t 0, kondisi A cl > 1 menyebabkan amplitudo tegangan keluaran sinusoida mengalami peningkatan untuk suatu tingkat yang diinginkan. Pada waktu A cl mengalami penurunan sampai 1 maka amplitudo yang diinginkan harus dipertahankan. Ketika catu daya dinyalakan, suatu tegangan laju umpan balik positif timbul dari derau broad band yang menghasilkan panas pada resistor atau komponen lainnya. Rangkaian feedback hanya memperbolehkan tegangan dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi osilasi yang dipilih untuk menampilkan fasa pada input amplifier.

8 Jenis-jenis Osilator Bubba Oscillator Bubba Oscillator adalah rangkaian penghasil gelombang sinusoida yang dapat diatur besarnya frekuensi yang diinginkan dengan mengatur konfigurasi dari resistor dan kapasitor yang ada pada rangkaian. Konfigurasi dari resistor dan kapasitor ini bertindak sebagai filter pada Bubba Oscillator. Bubba Oscillator dibuat dari empat buah op-amp untuk memeperkuat sinyal. Bubba Oscillator adalah salah satu jenis osilator pergeseran fasa. Bubba Oscillator hanya membutuhkan 45 0 agar dapat berfungsi karena empat buah op-amp yang ditempatkan secara seri akan menghasilkan pergeseran sebesar Empat buah filter yang identik pada Bubba Oscillator memasing-masing menggeser sinyal Yang menyebabkan pergeseran fasa yang nanti akan kembali ke pergeseran fasa nol derajat dengan penguat pembalik yang diletakkan di op-amp pertama.persamaan matematis : Gambar 2.12 RC Filter Schematic Dimana,

9 12 Efek dari filter adalah akan memperlemah sinyal sehingga sinyal harus diperkuat agar osilator bekerja. Osilator hanya akan bekerja jika sinyal dolewatkan kembali ke dalam sistem yang besarnya sama dengan sinyal output pertama. ( ) Persamaan di atas menunjukkan redaman total dari sistem sebesar 1/4 dari sinyal asli. Oleh akrena itu amplifikasi penguat pembalik besarnya harus 4. Masalah yang ada pada osilator adalah sulit mendapatkan amplifkasi yang tepat dari sinyal Osilator Gelombang Segitiga Osilator gelombang segitiga adalah rangkaian yang terdiri dari gabungan antara rangkaian schmitt dan rangkaian integrasi dan menggunakan IC TL 082 untuk penguat operasional. Gambar 2.13 Rangkaian Osilator Gelombang Segitiga IC 1 adalah rangkaian schmitt dan IC 2 adalah rangkaian integrasi. Pada saat penyalaan, keluaran pada titik A dari rangkaian schmitt menjadi tegangan saturasi (Jenuh) positif. Arus listrik dari catu daya mengalir ke kapasitor C melalui resistor R1 pada saat titik A menjadi positif. Ketika arus listrik mulai tersimpan di dalam kapasitor maka tegangan pada kedua sisi kapasitor mulai bangkit. Karena terminal masukan negatif dari IC 2 adalah ± 0 volt, maka tegangan keluaran pada titik B dari rangkaian integrasi turun secara perlahan. Tegangan terminal masukan positif pada IC 1 adalah suatu tegangan jatuh yang mengakibatkan perbedaan sinyal diantara titik A dan titik B dengan resistor R2 dan R3.

10 13 Tegangan pada titik C juga turun ketika tegangan pada titik B mulai turun. Persentase turunnya tergantung pada rasio dari resistor R2 dan R3. Ketika tegangan pada titik C mulai turun dibawah 0 volt, maka tegangan keluaran pada titik A dari rangkaian schmitt berganti menjadi tanda minus secara cepat. Untuk tegangan pada titik C hngga turun dibawah 0 volt maka kondisi R2 > R3 diperlukan. Kemudian mengalir arus listrik ke kapasitor C secara terbalik dan arus listrik mengalir dengan arah pada titk A melalui resistor R1. Dengan cara ini, tegangan pada titik B naik secara perlahan. Pada saat itu, titik C berganti arah negatif dan naik seperti titik B. Ketika tegangan pada titik C melebihi 0 volt maka keluaran pada titik A dari rangkaian schmitt berganti menjadi plus dengan cepat. Hal ini menyebabkan perubahan dari titik B ke arah negatif. Jika operasi ini dilakukan secara berulang maka akan diperoleh gelombang output segiempat pada titik A dan gelombang output segitiga pada titik B. Gambar 2.14 Prinsip Kerja Osilator Gelombang Segitiga Frekuensi osilasi dari osilator gelombang segitiga ditentukan dengan persamaan : ( ) 2.3 Modulasi Lebar Pulsa atau Pulse Width Modulation Modulasi lebar pulsa adalah pengaturan lebar pulsa berdasarkan teknik modulasi durasi atau waktu tunda positif maupun waktu tunda negatif pulsa persegi. Pada modulasi PWM, lebar pembawa pulsa diubah-ubah sesuai dengan besarnya tegangan sinyal pemodulasi. Semakin besar tegangan sinyal pemodulasi, semakin lebar pulsa yang dihasilkan PWM.

11 14 Metode PWM digunakan untuk mengatur tegangan keluaran, informasi yang dibawa oleh pulsa-pulsa persegi merupakan tegangan rata-rata.besarnya tegangan rata-rata dapat diperoleh : Semakin lebar durasi waktu tunda positif pulsa dari sinyal PWM yang dihasilkan maka tegangan semakin tinggi. Sinyal PWM pada umumnya mempunyai amplitudo dan frekuensi yang tetap tetapi lebar pulsanya bervariasi. Lebar pulsa PWM berbanding lurus dengan amplitudo sinyal asli yang belum termodulasi. Dengan kata lain, sinyal PWM frekuensinya konstan tetapi duty cycle-nya bervariasi menurut amplitudo sinyal aslinya Prinsip Dasar PWM Modulasi lebar pulsa (PWM) diperoleh dengan bantuan sebuah gelombang kotak dengan siklus kerja yang dapat diubah-ubah untuk mendapatkan sebuah tegangan keluaran yang bervariasi. Gambar 2.15 Bentuk Gelombang Kotak dengan Kondisi High 5 V dan Low 0 V Sumber : lontar.ui.ac.id T on adalah waktu dimana tegangan keluaran berada pada posisi high dan T off adalah waktu dimana tegangan keluaran berada pada posisi low. T total adalah waktu satu siklus atau biasa dikenal dengan istilah periode gelombang : Siklus kerja atau duty cycle (D) dapat dirumuskan : Tegangan keluaran dapat bervariasi bergantung dari duty cycle dan dirumuskan :

12 15 Dari rumus di atas dapat disimpulkan bahwa tegangan keluaran dapat diubah-ubah secara langsung dengan mengubah T on. PWM bekerja sebagai switching catu daya untuk mengontrol waktu on dan off. Tegangan DC dikonversi menjadi sinyal kotak bolak-balik. Pada saat on, tegangan mendekati puncak dan pada saat off tegangan menjadi nol. 2.4 MOSFET MOSFET merupakan singkatan dari Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor. MOSFET tersusun dari logam oksida dan semikonduktor. Ada dua jenis MOSFET yaitu tipe NPN (N channel) dan PNP (P channel). Gambar 2.16 Konfigurasi Dasar MOSFET Gambar 2.17 Simbol MOSFET Sumber : Prinsip kerja MOSFET Untuk tipe NPN, ketika gatediberi tegangan positif, elektron-elektron dari semikonduktor N dari drain dansourcetertarik oleh gatemenuju semikonduktor tipe P yang berada diantaranya. Dengan adanya elektron-elektron pada semikonduktor P, maka akan menjadi suatu jembatan yang memungkinkan pergerakan elektron-elektron dari sourceke drain. Gambar 2.18 Prinsip Kerja MOSFET Tipe NPN Sumber : Untuk tipe PNP, ketika tegangan negatif diberikan ke gate, hole dari semikonduktor tipe P dari sourcedandraintertarik ke semikonduktor tipe N yang berada

13 16 diantaranya. Dengan adanya jembatan hole ini maka arus listrik dapat mengalir dari sourceke drain. Gambar 2.19 Prinsip Kerja MOSFET Tipe PNP Sumber : Karena adanya lapisan oksida abtara gatedan semikonduktor, maka arus listrik tidak mengalir menuju gate. Arus listrik mengalir diantara draindan sourceyang dikendalikan oleh tegangan gate. diantaranya : MOSFET sebagai komponen elektronika daya memiliki beberapa kelebihan, 1. Terminal gatemosfet secara elektrik terisolasi dari sumber oleh lapisan oksida sehingga MOSFET mempunyai impedansi masukan yang sangat tinggi. Dengan begitu, penggunaan MOSFET tidak akan membebani rangkaian sebelumnya. 2. Kecepatan switching-nya sangat tinggi (dalam orde nano detik) sehingga rugi-rugi akibat aksi switching dapat dibuat sekecil mungkin. 3. Sangat cocok digunakan untuk aplikasi rangkaian yang menggunakan tegangan rendah. 4. MOSFET tidak memerlukan interface berupa rangkaian buffer apabila dihubungkan dengan rangkaian logika Tipe MOSFET MOSFET Depletion-Mode MOSFET depleton-modedapat bekerja dalam modus pengisian (pemberian tegangan positif pada gate) dan modus pengosongan (pemberian tegangan negartif pada gate). Apabila tegangan positif diterapkan pada gate MOSFET, maka jumlah elektron bebas yang mengalir antara sourcedan drain akan mengalami peningkatan. Dengan kata lain, suatu tegangan gateyang positif akan meningkatkan konduktivitas saluran. Semakin positif tegangan gate, semakin besar arus konduksi dari source ke drain. Sebaliknya, apabila tegangan negatif diberikan pada gate MOSFET, maka tegangan ini akan menolak

14 17 elektron dan mencoba mendorongnya kembali ke source. Ini berarti bahwa tegangan gate yang negatif akan mengurangi aliran elektron antara source dan drain. Semakin negatif tegangan gate, semakin kecil arus yang melalui saluran. Tegangan yang cukup negatif pada gate dapat memutus aliran arus antara source dan drain. Gambar 2.20 Kurva Drain MOSFET Depletion-Mode Sumber : Dari kurva di atas terlihat bahwa MOSFET depletion-mode dapat bekerja (ON) mulai dari tegangan V GS negatif sampai positif. Terdapat dua daerah kerja : a. Daerah OhmicI, dimana resistansi drain-source adalah fungsi dari V DS dan I DS. Persamaan resistansi : b. Daerah saturasi, terjadi jika tegangan V GS tetap dan tegangan V DS terus dinaikkan. Jika keadaan ini tercapai, arus I DS konstan MOSFET Enhancement-Mode MOSFET enhancement-mode hanya bekerja pada mode pengisian. MOSFET jenis ini cocok digunakan pada rangkaian digital. Apabla tegangan gate melebihi tegangan ambang, MOSFET akan tersambung (ON) seperti sebuah saklar (switch). Gambar 2.21 Kurva Drain MOSFET Enhancement-Mode

15 18 Garis kurva paling bawah adalah garis kurva dimana MOSFET mulai ON. Tegangan V GS pada garis kurva disebut tegangan Threshold V GS(th(. Tegangan V GS(th) adalah tegangan minimum dimana lapisan inversion mulai n terbentuk. Karena MOSFET umumnya digunakan sebagai saklar (switch), parameter yang penting pada transistor E-MOSFET adalah resistansi drain-source. Untuk aplikasi power switching, semakin kecil resistansi R DS(ON), maka semakin baik MOSFET tersebut Karakteristik Keluaran E-MOSFET Karakteristik keluaran dari MOSFET kanal-n enhancement-mode terdiri dari tiga daerah : 1. Daerah cut-off, dimana V GS V T. V T adalah tegangan threshold (tegangan ambang). V T merupakan V GS minimum yang dapat menciptakan lapisan tipis tipe-n. bila V GS lebih besar dari nilai V GS (min), lapisan tipis tipe-n akan menghubungkan source dengan drain, dan akan ada arus yang mengalir. 2. Daerah pinch-off (saturasi), dimana V DS V GS V T. Pada daerah operasi ini, arus drain mencapai hampir konstan untuk setiap pertambahan nilai dari V DS. MOSFET pada daerah ini digunakan sebagai penguat tegangan. 3. Daerah linier, dimana V DS V GS V T. Pada daerah operasi ini, nilai I D berubah terhadap perubahan nilai dari V DS. Selama arus drain tinggi dan tegangan drain rendah, MOSFET beroperasi sebagai switch. Gambar 2.22 Karakteristik Keluaran E-Mosfet Sumber :

16 Karakteristik switching Tanpa adanyan sinyal gate, E-MOSFET dapat dianggap sebagai dioda yang saling membelakangi atau sebagai transistor NPN. Struktur gate mempunyai kapasitansi parasitis terhadap source (C GS ) dan ke drain (C GD ). Gambar 2.23 Pemodelan Switchng Sumber : Turn-on delay, t D (ON), merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengisi kapasitansi input ke level tegangan ambang. Rise time, t r, merupakan waktu charging gate dari level threshold ke tegangan gate penuh, V GSP, yang dibutuhkan untuk memicu MOSFET ke daerah linier. Turn-off delay, t d(off), merupakan waktu yang dibuthkan oleh kapasitansi input unuk mengeluarkan energi dari level tegangan threshold. Jika V GS V T, MOSFET akan OFF. Gambar 2.24 Bentuk Gelombang Switching Sumber :

17 20

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. MOSFET MOSFET atau Metal Oxyde Semiconductor Field Effect Transistor merupakan salah satu jenis transistor efek medan (FET). MOSFET memiliki tiga pin yaitu gerbang (gate), penguras

Lebih terperinci

BAB I 1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I 1. BAB I PENDAHULUAN BAB I 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan konverter daya yang efisien dan berukuran kecil terus berkembang di berbagai bidang. Mulai dari charger baterai, catu daya komputer, hingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 2 BAB III METODE PENELITIAN Pada skripsi ini metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen (uji coba). Tujuan yang ingin dicapai adalah membuat suatu alat yang dapat mengkonversi tegangan DC ke AC.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Inverter dan Aplikasi Inverter daya adalah sebuah perangkat yang dapat mengkonversikan energi listrik dari bentuk DC menjadi bentuk AC. Diproduksi dengan segala bentuk dan ukuran,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah teori catu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konverter Elektronika Daya Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan daya elektrik dari satu bentuk ke bentuk daya elektrik lainnya di bidang elektronika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR 3 B. DASAR TEORI 1. MOSFET

KEGIATAN BELAJAR 3 B. DASAR TEORI 1. MOSFET KEGIATAN BELAJAR 3 A. Tujuan a. Mahasiswa diharapkan dapat memahami karakteristik switching dari mosfet b. Mahasiswa diharapkan dapat menggambarkan kurva karakteristik v-i masukan dan keluaran mosfet.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran. BAB II DASAR TEORI Dalam bab dua ini penulis akan menjelaskan teori teori penunjang utama dalam merancang penguat audio kelas D tanpa tapis LC pada bagian keluaran menerapkan modulasi dengan tiga aras

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL IV MOSFET TUJUAN PERCOBAAN 1. Memahami prinsip kerja JFET dan MOSFET. 2. Mengamati dan memahami

Lebih terperinci

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi: Menguasai karakteristik semikonduktor daya yang dioperasikan sebagai pensakelaran, pengubah,

Lebih terperinci

Desain Inverter Tiga Fasa dengan Minimum Total Harmonic Distortion Menggunakan Metode SPWM

Desain Inverter Tiga Fasa dengan Minimum Total Harmonic Distortion Menggunakan Metode SPWM 79 Desain Inverter Tiga Fasa dengan Minimum Total Harmonic Distortion Menggunakan Metode SPWM Lalu Riza Aliyan, Rini Nur Hasanah, M. Aziz Muslim Abstrak- Salah satu elemen penting dalam proses konversi

Lebih terperinci

PNPN DEVICES. Pertemuan Ke-15. OLEH : ALFITH, S.Pd, M.Pd

PNPN DEVICES. Pertemuan Ke-15. OLEH : ALFITH, S.Pd, M.Pd PNPN DEVICES Pertemuan Ke-15 OLEH : ALFITH, S.Pd, M.Pd 1 TRIAC TRIAC boleh dikatakan SCR adalah thyristor yang unidirectional, karena ketika ON hanya bisa melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda

Lebih terperinci

PENGERTIAN THYRISTOR

PENGERTIAN THYRISTOR PENGERTIAN THYRISTOR Thyristor merupakan salah satu devais semikonduktor daya yang paling penting dan telah digunakan secara ekstensif pada rangkaian elektronika daya.thyristor biasanya digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI Renny Rakhmawati, ST, MT Jurusan Teknik Elektro Industri PENS-ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya Phone 03-5947280

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem perangkat keras dari UPS (Uninterruptible Power Supply) yang dibuat dengan menggunakan inverter PWM level... Gambaran Sistem input

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO APLIKASI KARAKTERISTIK PENYEARAH SATU FASE TERKENDALI PULSE WIDTH MODULATION (PWM) PADA BEBAN RESISTIF Yuli Asmi Rahman * Abstract Rectifier is device to convert alternating

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahap Proses Perancangan Alat Perancangan rangkaian daya Proteksi perangkat daya Penentuan strategi kontrol Perancangan rangkaian logika dan nilai nominal Gambar 3.1 Proses

Lebih terperinci

NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : INSTRUMENTASI DAN OTOMASI. Struktur Thyristor THYRISTOR

NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : INSTRUMENTASI DAN OTOMASI. Struktur Thyristor THYRISTOR NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : 081910201059 INSTRUMENTASI DAN OTOMASI THYRISTOR Thyristor adalah komponen semikonduktor untuk pensaklaran yang berdasarkan pada strukturpnpn. Komponen ini memiliki kestabilan

Lebih terperinci

MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1 TUJUAN Memahami

Lebih terperinci

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS 3.1. Pendahuluan Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk menghidupkan HPL (High Power LED) dengan watt

Lebih terperinci

PEMBUATAN INVERTER 1 FASA PADA PLTS UNTUK MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH OPERASI SISTEM ENERGI 2

PEMBUATAN INVERTER 1 FASA PADA PLTS UNTUK MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH OPERASI SISTEM ENERGI 2 PEMBUATAN INVERTER 1 FASA PADA PLTS UNTUK MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH OPERASI SISTEM ENERGI 2 CONSTRUCT OF 1 PHASA INVERTER IN SOLAR POWER PLANT FOR OPERATION OF ENERGY SYSTEM MODULE Laporan Ini Ditujukan

Lebih terperinci

Transistor Efek Medan - Field Effect Transistor (FET)

Transistor Efek Medan - Field Effect Transistor (FET) Transistor Efek Medan - Field Effect Transistor (FET) Jenis lain dari transitor adalah Field effect Transistor. Perbedaan utama antara BJT dengan FET adalah pada pengontrol kerja dari transistor tersebut.

Lebih terperinci

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN ELEKTRONIKA SISTEM BILANGAN KONVERSI DATA LOGIC HARDWARE KOMPONEN ELEKTRONIKA PASSIVE ELECTRONIC ACTIVE ELECTRONICS (DIODE

Lebih terperinci

Elektronika Daya ALMTDRS 2014

Elektronika Daya ALMTDRS 2014 12 13 Gambar 1.1 Diode: (a) simbol diode, (b) karakteristik diode, (c) karakteristik ideal diode sebagai sakaler 14 2. Thyristor Semikonduktor daya yang termasuk dalam keluarga thyristor ini, antara lain:

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 48 BAB I HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. HASIL PERCOBAAN 4.1.1. KARAKTERISTIK DIODA Karakteristik Dioda dengan Masukan DC Tabel 4.1. Karakteristik Dioda 1N4007 Bias Maju. S () L () I D (A) S () L ()

Lebih terperinci

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali BAB III PERANCANGAN 3.1. Blok Diagram Pada dasarnya rangkaian elektronik penggerak kamera ini menggunakan beberapa rangkaian analok yang terbagi menjadi beberapa blok rangkaian utama, yaitu, rangkaian

Lebih terperinci

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian TEORI DASAR 2.1 Pengertian Dioda adalah piranti elektronik yang hanya dapat melewatkan arus/tegangan dalam satu arah saja, dimana dioda merupakan jenis VACUUM tube yang memiliki dua buah elektroda. Karena

Lebih terperinci

BABV INSTRUMEN PENGUAT

BABV INSTRUMEN PENGUAT BABV INSTRUMEN PENGUAT Operasional Amplifier (Op-Amp) merupakan rangkaian terpadu (IC) linier yang hampir setiap hari terlibat dalam pemakaian peralatan elektronik yang semakin bertambah di berbagai bidang

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK A. OP-AMP Sebagai Peguat TUJUAN PERCOBAAN PERCOBAAN VII OP-AMP SEBAGAI PENGUAT DAN KOMPARATOR

Lebih terperinci

NAMA :M. FAISAL FARUQI NIM : TUGAS:ELEKTRONIKA DAYA -BUCK CONVERTER

NAMA :M. FAISAL FARUQI NIM : TUGAS:ELEKTRONIKA DAYA -BUCK CONVERTER NAMA :M. FAISAL FARUQI NIM :2201141004 TUGAS:ELEKTRONIKA DAYA -BUCK CONVERTER Rangkaian ini merupakan salah satu konverter DC-DC pada Elektronika Daya (ELDA). Dengan rangkaian Buck-Converter ini, kita

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal. BAB II DASAR TEORI 2.1 Modulasi Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk memperoleh transmisi yang efisien dan handal. Pemodulasi yang merepresentasikan pesan yang akan dikirim, dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Gambar 2.1. Simbol Dioda.

BAB II DASAR TEORI Gambar 2.1. Simbol Dioda. 7 BAB II DASAR TEORI 2.1. Dioda Dioda merupakan piranti dua terminal yang berfungsi untuk menghantarkan / menahan arus. Dioda mempunyai simbol seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.1. Dioda memiliki

Lebih terperinci

Materi 3: ELEKTRONIKA DAYA (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

Materi 3: ELEKTRONIKA DAYA (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA Materi 3: ELEKTRONIKA DAYA 52150492 (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA KONVERTER DC KE DC CHOPPER PENGERTIAN DC to DC converter itu merupakan suatu device

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Pada bab ini dibahas hasil dari pengujian alat implementasi tugas akhir yang dilakukan di laboratorium Tugas Akhir Program Studi Teknik Elektro. Dengan

Lebih terperinci

controlled rectifier), TRIAC dan DIAC. Pembaca dapat menyimak lebih jelas

controlled rectifier), TRIAC dan DIAC. Pembaca dapat menyimak lebih jelas SCR, TRIAC dan DIAC Thyristor berakar kata dari bahasa Yunani yang berarti pintu'. Dinamakan demikian barangkali karena sifat dari komponen ini yang mirip dengan pintu yang dapat dibuka dan ditutup untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi tenaga angin, sumber energi tenaga air, hingga sumber energi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi tenaga angin, sumber energi tenaga air, hingga sumber energi tenaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, penelitian mengenai sumber energi terbarukan sangat gencar dilakukan. Sumber-sumber energi terbarukan yang banyak dikembangkan antara lain sumber energi tenaga

Lebih terperinci

TUGAS DAN EVALUASI. 2. Tuliska macam macam thyristor dan jelaskan dengan gambar cara kerjanya!

TUGAS DAN EVALUASI. 2. Tuliska macam macam thyristor dan jelaskan dengan gambar cara kerjanya! TUGAS DAN EVALUASI 1. Apa yang dimaksud dengan elektronika daya? Elektronika daya dapat didefinisikan sebagai penerapan elektronika solid-state untuk pengendalian dan konversi tenaga listrik. Elektronika

Lebih terperinci

Gambar 1 Tegangan bias pada transistor BJT jenis PNP

Gambar 1 Tegangan bias pada transistor BJT jenis PNP KEGIATAN BELAJAR 2 Percobaan 1 A. Tujuan a. Mahasiswa diharapkan dapat memahami karakteristik switching dari BJT b. Mahasiswa diharapkan dapat menggambarkan kurva karakteristik v-i masukan dan keluaran

Lebih terperinci

VOLTAGE PROTECTOR. SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

VOLTAGE PROTECTOR. SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia bidang TEKNIK VOLTAGE PROTECTOR SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia Listrik merupakan kebutuhan yang sangat

Lebih terperinci

Adaptor/catu daya/ Power Supply

Adaptor/catu daya/ Power Supply Adaptor/catu daya/ merupakan sumber tegangan DC. Sumber tegangan DC ini dibutuhkan oleh berbagai macam rangkaian elektronika untuk dapat dioperasikan. Rangkaian inti dari catu daya / Power Supply ini adalah

Lebih terperinci

Modul Elektronika 2017

Modul Elektronika 2017 .. HSIL PEMELJRN MODUL I KONSEP DSR TRNSISTOR Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik serta fungsi dari rangkaian dasar transistor..2. TUJUN agian ini memberikan informasi mengenai penerapan

Lebih terperinci

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB VI PEMANGKAS (CHOPPER)

BAB VI PEMANGKAS (CHOPPER) BAB VI PEMANGKAS (CHOPPER) Elektronika Daya ALMTDRS 2014 KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi: Menguasai dasar prinsip kerja chopper penaik tegangan (step-up),

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Magnet Eksternal µt Gambar Grafik Respon Daya Output Buck Converter dengan Gangguan Medan

DAFTAR GAMBAR. Magnet Eksternal µt Gambar Grafik Respon Daya Output Buck Converter dengan Gangguan Medan DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1. Skema Buck Converter [5]... 7 Gambar 2. 2. Buck Converter: Saklar Tertutup [5]... 7 Gambar 2. 3. Buck Converter: Saklar Terbuka [5]... 8 Gambar 2. 4. Rangkaian Boost Converter

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat dapat

Lebih terperinci

PERANCANGAN INVERTER UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SKALA RUMAH TANGGA. Rico Alvin 1, Ibnu Kahfi Bachtiar 2

PERANCANGAN INVERTER UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SKALA RUMAH TANGGA. Rico Alvin 1, Ibnu Kahfi Bachtiar 2 1 PERANCANGAN INVERTER UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SKALA RUMAH TANGGA Rico Alvin 1, Ibnu Kahfi Bachtiar Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Maritim Raja Ali Haji Jl. Politeknik

Lebih terperinci

Pengertian Transistor fungsi, jenis, dan karakteristik

Pengertian Transistor fungsi, jenis, dan karakteristik Pengertian Transistor fungsi, jenis, dan karakteristik Gambar 1. Transistor Transistor adalah salah satu komponen yang selalu ada di setiap rangkaian elektronika, seperti radio, televisi, handphone, lampu

Lebih terperinci

Penggunaan Filter Daya Aktif Paralel untuk Kompensasi Harmonisa Akibat Beban Non Linier Menggunakan Metode Cascaded Multilevel Inverter

Penggunaan Filter Daya Aktif Paralel untuk Kompensasi Harmonisa Akibat Beban Non Linier Menggunakan Metode Cascaded Multilevel Inverter Penggunaan Filter Daya Aktif Paralel untuk Kompensasi Harmonisa Akibat Beban Non Linier Menggunakan Metode Cascaded Multilevel Inverter Renny Rakhmawati 1, Hendik Eko H. S. 2, Setyo Adi Purwanto 3 1 Dosen

Lebih terperinci

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR 1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current) yang stabil agar dapat bekerja dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem kontrol (control system) Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, memerintah dan mengatur keadaan dari suatu sistem. [1] Sistem kontrol terbagi

Lebih terperinci

Mata kuliah Elektronika Analog L/O/G/O

Mata kuliah Elektronika Analog L/O/G/O Mata kuliah Elektronika Analog L/O/G/O Pengertian Transistor Fungsi Transistor Jenis & Simbol Transistor Prinsip kerja Transistor Aplikasi Transistor Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai

Lebih terperinci

PERTEMUAN 4 RANGKAIAN PENYEARAH DIODA (DIODE RECTIFIER)

PERTEMUAN 4 RANGKAIAN PENYEARAH DIODA (DIODE RECTIFIER) PERTEMUAN 4 RANGKAIAN PENYEARAH DIODA (DIODE RECTIFIER) Rangkaian Penyearah Dioda (Diode Rectifier) Peralatan kecil portabel kebanyakan menggunakan baterai sebagai sumber dayanya, namun sebagian besar

Lebih terperinci

TAKARIR. periode atau satu masa kerjanya dimana periodenya adalah nol.

TAKARIR. periode atau satu masa kerjanya dimana periodenya adalah nol. TAKARIR AC {Alternating Current) Adalah sistem arus listrik. Sistem AC adalah cara bekerjanya arus bolakbalik. Dimana arus yang berskala dengan harga rata-rata selama satu periode atau satu masa kerjanya

Lebih terperinci

THYRISTOR. SCR, TRIAC dan DIAC. by aswan hamonangan

THYRISTOR. SCR, TRIAC dan DIAC. by aswan hamonangan THYRISTOR SCR, TRIAC dan DIAC by aswan hamonangan Thyristor berakar kata dari bahasa Yunani yang berarti pintu'. Dinamakan demikian barangkali karena sifat dari komponen ini yang mirip dengan pintu yang

Lebih terperinci

Diode) Blastica PAR LED. Par. tetapi bisa. hingga 3W per. jalan, tataa. High. dan White. Jauh lebih. kuat. Red. White. Blue. Yellow. Green.

Diode) Blastica PAR LED. Par. tetapi bisa. hingga 3W per. jalan, tataa. High. dan White. Jauh lebih. kuat. Red. White. Blue. Yellow. Green. Par LED W PAR LED (Parabolic Light Emitting Diode) Tidak bisa dielakkan bahwa teknologi lampu LED (Light Emitting Diode) akan menggantikan lampu pijar halogen, TL (tube lamp) dan yang lain. Hal ini karena

Lebih terperinci

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya Peralatan Elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa Jenis Komponen Elektronika dan masing-masing Komponen Elektronika tersebut

Lebih terperinci

CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT

CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT Hendrickson 13410221 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma 2010 Dosen Pembimbing : Diah Nur Ainingsih, ST., MT. Latar Belakang Untuk

Lebih terperinci

Mono Amplifier Class D menggunakan Semikron SKHI 22B dan IGBT Module Semikron SKM75GB128DN

Mono Amplifier Class D menggunakan Semikron SKHI 22B dan IGBT Module Semikron SKM75GB128DN JURNAL DIMENSI TEKNIK ELEKTRO Vol. 1, No. 1, (2013) 29-36 29 Mono Amplifier Class D menggunakan Semikron SKHI 22B dan IGBT Module Semikron SKM75GB128DN Ivan Christanto Jurusan Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inverter adalah alat yang banyak digunakan dalam aplikasi elektronis. Alat ini

BAB I PENDAHULUAN. Inverter adalah alat yang banyak digunakan dalam aplikasi elektronis. Alat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inverter adalah alat yang banyak digunakan dalam aplikasi elektronis. Alat ini sangat berguna untuk mengoperasikan alat elektronis AC ketika tidak ada sumber listrik

Lebih terperinci

DIODA KHUSUS. Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom

DIODA KHUSUS. Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom DIODA KHUSUS Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa mampu: mengetahui, memahami dan menganalisis karakteristik dioda khusus Memahami

Lebih terperinci

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA Semikonduktor Daya 2010 BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi: Menguasai karakteristik semikonduktor daya yang dioperasikan sebagai

Lebih terperinci

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206 Eddy Nurraharjo Program Studi Teknik Informatika, Universitas Stikubank email : eddynurraharjo@gmail.com Abstrak Sebuah sinyal dapat dihasilkan dari suatu pembangkit sinyal yang berupa sebuah rangkaian

Lebih terperinci

A. KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN

A. KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN ELEKTRONIKA DAYA A. KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN Setelah mengikuti materi ini diharapkan peserta memiliki kompetensi antara lain sebagai berikut: 1. Menguasai karakteristik komponen elektronika daya sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

BAB II Transistor Bipolar

BAB II Transistor Bipolar BAB II Transistor Bipolar 2.1. Pendahuluan Pada tahun 1951, William Schockley menemukan transistor sambungan pertama, komponen semikonduktor yang dapat menguatkan sinyal elektronik seperti sinyal radio

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA Mata Kuliah Kode / SKS Program Studi Fakultas : Elektronika Dasar : IT012346 / 3 SKS : Sistem Komputer : Ilmu Komputer & Teknologi Informasi 1 Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor TIU : - Mahasiswa

Lebih terperinci

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi PLL (Phase Locked Loop) sebagai modul praktikum demodulator FM sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septianda mahasiswa Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1. Metodologi Pengujian Alat Dengan mempelajari pokok-pokok perancangan yang sudah di buat, maka diperlukan suatu pengujian terhadap perancangan ini. Pengujian dimaksudkan

Lebih terperinci

RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM

RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM RANGKAIAN PENYEARAH (RECTIFIER) Rangkaian penyearah gelombang merupakan rangkaian yang berfungsi untuk merubah arus bolak-balik (alternating

Lebih terperinci

PERENCANAAN INVERTER PWM SATU FASA UNTUK PENGATURAN TEGANGAN OUTPUT PEMBANGKIT TENAGA ANGIN

PERENCANAAN INVERTER PWM SATU FASA UNTUK PENGATURAN TEGANGAN OUTPUT PEMBANGKIT TENAGA ANGIN PERENCANAAN INVERTER PWM SATU FASA UNTUK PENGATURAN TEGANGAN OUTPUT PEMBANGKIT TENAGA ANGIN Oleh Herisajani, Nasrul Harun, Dasrul Yunus Staf Pengajar Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang ABSTRACT Inverter

Lebih terperinci

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555)

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555) Pada laporan ini akan menyajikan bagaimana efisien sebuah power supply untuk LED. Dengan menggunakan rangkaian buck converter diharapkan dapat memberikan tegangan dan arus pada beban akan menjadi stabil,

Lebih terperinci

1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN

1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN 1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN 1.Praktikan dapat memahami prinsip dasar saklar elektronik menggunakan transistor. 2.Praktikan dapat memahami prinsip dasar saklar elektronik menggunakan MOSFET. 3.Praktikan dapat

Lebih terperinci

TRANSISTOR EFEK-MEDAN (FIELD-EFFECT TRANSISTOR)

TRANSISTOR EFEK-MEDAN (FIELD-EFFECT TRANSISTOR) "! # 3 2! 12 TANSISTO EFEK-MEDAN (FIELD-EFFECT TANSISTO) 12.1 Pengatar Fungsi utama dari sebuah penguat adalah untuk menghasilkan penguatan isyarat dengan tingkat penguatan tertentu. Transistor unipolar

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER Deni Almanda 1, Anodin Nur Alamsyah 2 1) 2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. Cempaka Putih

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ELEKTRONIKA DASAR KODE : TSK-210 SKS/SEMESTER : 2/2 Pertemuan Pokok Bahasan & ke TIU 1 Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor TIU : - Mahasiswa mengenal Jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

Osilator dan Sumber Sinyal

Osilator dan Sumber Sinyal EL317 Sistem Instrumentasi 11-1 Osilator dan Sumber Sinyal Prinsip Kerja Osilator memanfaatkan feedback positif Pengelompokan Osilator RC Wien Bridge (sbg α) Bridged-T (sbg β) Twin-T (sbg β) Penggeser

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM INVERTER DAN SWITCHING PADA UPS (UNINTERUPTABLE POWER SUPPLY) BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51

DESAIN SISTEM INVERTER DAN SWITCHING PADA UPS (UNINTERUPTABLE POWER SUPPLY) BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51 DESAIN SISTEM INVERTER DAN SWITCHING PADA UPS (UNINTERUPTABLE POWER SUPPLY) BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51 LAPORAN PROYEK AKHIR Oleh : FIKRY KHARIZMY ANNASRY NIM 031903102061 PROGRAM STUDI DIPLOMA III

Lebih terperinci

1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward

1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward 1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward C. Karakteristik dioda dibias reverse D. Karakteristik dioda

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA 4.1 Amplitude Modulation and Demodulation 4.1.1 Hasil Percobaan Tabel 4.1. Hasil percobaan dengan f m = 1 KHz, f c = 4 KHz, A c = 15 Vpp No V m (Volt) E max (mvolt) E

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI. Kontrol Putaran Motor DC. Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI. Kontrol Putaran Motor DC. Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI Kontrol Putaran Motor DC Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi Oleh: Andrik Kurniawan 130534608425 PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERCOBAAN 5 REGULATOR TEGANGAN MODE SWITCHING. 1. Tujuan. 2. Pengetahuan Pendukung dan Bacaan Lanjut. Konverter Buck

PERCOBAAN 5 REGULATOR TEGANGAN MODE SWITCHING. 1. Tujuan. 2. Pengetahuan Pendukung dan Bacaan Lanjut. Konverter Buck PEROBAAN 5 REGUATOR TEGANGAN MODE SWITHING 1. Tujuan a. Mengamati dan mengenali prinsip regulasi tegangan mode switching b. Mengindetifikasi pengaruh komponen pada regulator tegangan mode switching c.

Lebih terperinci

KENDALI MOTOR DC. 3. Mahasiswa memahami pengontrolan arah putar dan kecepatan motor DC menggunakan

KENDALI MOTOR DC. 3. Mahasiswa memahami pengontrolan arah putar dan kecepatan motor DC menggunakan KEGIATAN BELAJAR 7 KENDALI MOTOR DC A. Tujuan 1. Mahasiswa memahami penerapan switching dengan rangkaian H-bridge pada motor DC 2. Mahasiswa memahami pengontrolan arah dan kecepatan motor DC menggunakan

Lebih terperinci

Materi 5: ELEKTRONIKA DAYA (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

Materi 5: ELEKTRONIKA DAYA (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA Materi 5: ELEKTRONIKA DAYA 52150492 (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA INVERTER DC ke AC What is an Inverter? An inverter is an electrical circuit capable

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras ( Hardware) Dalam pembuatan tugas akhir ini diperlukan penguasaan materi yang digunakan untuk merancang kendali peralatan listrik rumah. Materi tersebut merupakan

Lebih terperinci

MAKALAH PENGUAT DAYA

MAKALAH PENGUAT DAYA MAKALAH PENGUAT DAYA Makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Elektronika Komunikasi Disusun oleh: Shintya Yosvine Monro 111090109 FAKULTAS ELEKTRO DAN KOMUNIKASI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM BANDUNG

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM. 1141160049 JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL 2011/2012 POLITEKNIK NEGERI MALANG jl.soekarno

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harmonisa Dalam sistem tenaga listrik dikenal dua jenis beban yaitu beban linier dan beban tidak linier. Beban linier adalah beban yang memberikan bentuk gelombang keluaran

Lebih terperinci

TRANSISTOR 1. TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2012/2013. Hanya dipergunakan untuk kepentingan pengajaran di lingkungan Politeknik Telkom

TRANSISTOR 1. TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2012/2013. Hanya dipergunakan untuk kepentingan pengajaran di lingkungan Politeknik Telkom TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2012/2013 Politeknik Telkom Bandung 2013 www.politekniktelkom.ac.id TRANSISTOR 1 Disusun oleh: Duddy Soegiarto, ST.,MT dds@politekniktelkom.ac.id Hanya dipergunakan

Lebih terperinci

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya - 2 Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya Missa Lamsani Hal 1 SAP Semikonduktor tipe P dan tipe N, pembawa mayoritas dan pembawa minoritas pada kedua jenis bahan tersebut. Sambungan P-N, daerah deplesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inverter merupakan suatu rangkaian elektronik yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Inverter merupakan suatu rangkaian elektronik yang berfungsi sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inverter merupakan suatu rangkaian elektronik yang berfungsi sebagai pengubah tegangan arus searah menjadi tegangan arus bolak-balik dengan frekuensi tertentu. Tegangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang Penuh). A. Penyearah Setengah Gelombang Gambar

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami.

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami. BAB II DASAR TEORI Thyristor merupakan komponen utama dalam peragaan ini. Untuk dapat membuat thyristor aktif yang utama dilakukan adalah membuat tegangan pada kaki anodanya lebih besar daripada kaki katoda.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN SISTEM

BAB II LANDASAN SISTEM BAB II LANDASAN SISTEM Berikut adalah penjabaran mengenai sistem yang dibuat dan teori-teori ilmiah yang mendukung sehingga dapat terealisasi dengan baik. Pada latar belakang penulisan sudah dituliskan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL. Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull

BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL. Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL 3.1 Pendahuluan Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull konverter sebagai catu daya kontroler. Power supply switching akan mensupply

Lebih terperinci