SKRIPSI JULAEHA H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI JULAEHA H"

Transkripsi

1 ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP PRODUK OREO SETELAH ADANYA ISU MELAMIN (KASUS : MAHASISWA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR) SKRIPSI JULAEHA H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 RINGKASAN JULAEHA. Analisis Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin (Kasus : Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan FEBRIANTINA DEWI, SE, MSc) Perkembangan zaman yang semakin cepat telah merubah pola stuktur dan konsumsi dimasyarakat, dimana masyarakat cenderung lebih menyukai produkproduk praktis dan sesuai selera. Indonesia dengan jumlah penduduk sebesar 231 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan mencapai 1,45 persen (BPS, 2009) merupakan pasar potensial untuk mengembangkan bisnis produk makanan. Hal ini terlihat dari besarnya tingkat pengeluran masyarakat untuk produk makanan yaitu lebih dari 50 persen. Hal ini merupakan peluang yang cukup menjanjikan bagi para pelaku bisnis khususnya bisnis dibidang makanan. Salah satu produk makanan jadi yang banyak dikonsumsi adalah produk biskuit. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya tingkat rata-rata konsumsi kalori per kapita untuk produk makanan jadi yaitu sebesar persen pada tahun Salah satu produk makanan jadi yang cukup digemari adalah produk biskuit. Hal ini terlihat dari hasil penelitian AC Nielsen pada tahun 2008 bahwa pasar biskuit di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 19,45 persen atau senilai Rp 2,5 triliun. Salah satu produk biskuit yang banyak digemari adalah produk Oreo yang diproduksi oleh PT.Kraft Foods Inc. Menurut CEO Kraft, Irene Rosenfeld, Kraft saat ini merupakan pemimpin pasar biskuit dunia, dengan portofolio luas dari merek-merek ternama diseluruh dunia. Di Asia, Kraft saat ini memiliki portofolio lengkap dengan merek-merek produk yang tersebar diseluruh kategori biskuit seperti Oreo, Ritz, Chip's Ahoy, Jacob's, Chipsmore, Twisties, Biskuat, Milk Biscuit, Hi Calcium Soda, Tuc, dan Tiki. Berdasarkan survei yang dilakukan AC Nielsen, pangsa pasar biskuit susu dikuasai oleh biskuit Danone dan Oreo. Berdasarkan hasil penelitian BPOM pada September 2008 ditemukan bahwa semua produk yang mengandung susu dan berasal dari Cina positif mengandung melamin sebesar 8.51 mg/kg sampai dengan mg/kg, dan salah satu produk yang mengandung melamin adalah produk Oreo Wafer Sticks produksi PT. Nabisco Food (Suzhou) Co.Ltd, China dengan kandungan melamin sebesar mg/kg dan sebesar mg/kg. Namun adanya pemberitaan media massa yang kurang spesifik dan informatif serta adanya kesalahan pemaknaan yang diterima masyarakat telah membuat masyarakat mencap bahwa semua produk Oreo berbahaya padahal produk Oreo buatan dalam negeri (PT.Kraft Foods Indonesia) bebas melamin, hal ini tentunya akan mempengaruhi persepsi dan sikap konsumen terhadap produk Oreo. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) menganalisis tingkat pengetahuan keamanan pangan responden, (2) menganalisis tingkat persepsi responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin, (3) menganalisis tingkat sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin, dan (4) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Penelitian ini dilakukan di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor, pada bulan April hingga Juli 2009.

3 Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Cluster Sampling. Teknik pengolahan dan analisis data menggunakan tabulasi deskriptif. Analisis skala likert, dan regresi logistik. Responden pada penelitian ini berjumlah 92 orang. Sebagian besar merupakan perempuan, berusia 19 tahun, sebagian besar bertempat tinggal di asrama yaitu sebesar 79 responden dan memiliki uang saku sebesar Rp Rp per bulan. Pada perilaku konsumsi/pembelian terhadap produk Oreo sebagian besar responden melakukan pembelian secara mendadak. Dalam hal frekuensi mengkonsumsi produk Oreo perbulannya sebagian besar responden adalah kurang dari lima bungkus perbulan dan memilih waktu mengkonsumsi produk Oreo pada malam hari, responden memilih jenis produk Oreo Sandwich Chocolate Creame serta melakukan pembelian produk Oreo di Minimarket. Alasan utama mengkonsumsi produk Oreo adalah produk Oreo sebagai makanan pengganti atau cemilan, urutan prioritas atribut terpenting dalam mengkonsumsi produk Oreo adalah rasa dari produk Oreo, sumber informasi mengenai produk Oreo dari iklan media elektronik, dan responden menyatakan puas terhadap produk Oreo. Dalam hal tingkat pengetahuan keamanan pangan, sebagian besar responden berada dalam kategori sedang hal ini berarti responden cukup memahami dan memiliki pengetahuan mengenai keamanan pangan, untuk tingkat pengetahuan terhadap produk Oreo sebagian besar responden berada dalam kategori sedang hal ini berarti responden cukup mengetahui mengenai informasi tentang produk Oreo. Analisis tingkat persepsi terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin menghasilkan bahwa persepsi responden berada dalam kategori buruk, hal ini berarti responden tidak cukup memahami dan memiliki pandangan yang negatif terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Berdasarkan analisis sikap terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin diketahui bahwa responden memiliki sikap negatif terhadap produk Oreo hal ini berarti responden cukup terpengaruh isu dan memiliki kecenderung untuk tidak mengkonsumsi produk Oreo seperti sebelum terkena isu melamin. Hasil analisis logit menghasilkan satu variabel yang berpengaruh nyata pada tingkat persepsi terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin yaitu variabel tingkat pengetahuan keamanan pangan. Hasil analisis logit untuk tingkat sikap terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin menghasilkanan dua variabel yang berpengaruh nyata yaitu tingkat persepsi terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin dan jenis kelamin. Rekomendasi yang dapat disampaikan kepada PT.Kraft Foods Indonesia adalah PT.Kraft Foods Indonesia harus lebih memberikan sosialisasi mengenai pengetahuan kemanan pangan kepada masyarakat, misalnya dengan melakukan road show ke kota-kota yang ada di Indonesia yang disertai dengan sosialisasi produk Oreo yang bebas melamin dan aman dikonsumsi.

4 ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP PRODUK OREO SETELAH ADANYA ISU MELAMIN (KASUS : MAHASISWA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR) JULAEHA H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

5 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin (Kasus : Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor) : Julaeha : H Menyetujui, Dosen Pembimbing Febriantina Dewi, SE, MSc NIP Mengetahui, Ketua Departemen Dr.Ir.Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus :

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin (Kasus : Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Januari 2010 Julaeha

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Purwakarta pada tanggal 26 Juli Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Uju dan Ibunda Karti. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Gandasari II Purwakarta pada tahun Jenjang pendidikan dilanjutkan di SLTP Negeri 7 Purwakarta, dan lulus pada tahun Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Purwakarta dan lulus pada tahun Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada program studi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2005 melalui jalur USMI. Selama kuliah, penulis menjadi Asisten mata kuliah ekonomi umum selama empat semester. Selain itu, penulis juga menjadi pengajar privat dan staf pengajar di Primagama Dramaga. Penulis juga aktif dalam organisasi Kopma IPB, Organisasi kedaerahan (OMDA) PUSCOM Purwakarta pada seksi Hubungan masyarakat. Pada periode penulis memperoleh beasiswa dari PT. Indocemen Tbk.

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur, penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Analisis Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin (Kasus : Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor) ini disusun sebagai bentuk penyelesaian studi dan merupakan salah satu syarat kelulusan Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui persepsi dan sikap konsumen terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Hal ini terkait dengan adanya pemberitaan mengenai kandungan melamin dalam produk Oreo. Oleh sebab itu penulis mencoba memberikan informasi mengenai persepsi dan sikap konsumen terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin, dengan mengambil responden mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor. Diharapkan hasil penelitian ini berguna bagi PT. Kraft Foods Indonesia. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu tanggapan dan saran ke arah penyempurnaan sangat diharapkan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dan memberikan perhatian kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan dan bagi siapapun yang membacanya. Bogor, Januari 2010 Penulis

9 UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Ayah, ibu yang selalu memberikan doa, semangat, dukungan dan kasih sayangnya kepada penulis. 2. Ibu Febriantina Dewi, SE, MSc sebagai dosen pembimbing atas bimbingan, saran serta perhatiannya yang sangat membantu penulis dalam melakukan penelitian serta penyusunan skripsi ini. 3. Ibu Ir. Popong Nurhayati, MM atas kesediaannya menjadi Dosen Penguji Utama dalam ujian sidang. 4. Ibu Eva Yolynda A,SP,MM atas kesediaanya menjadi dosen penguji Wakil Departemen dalam ujian sidang. 5. Ibu Ir. Harmini, atas bimbingannya selama menjadi dosen Pembimbing Akademik selama penulis menjalani kuliah. 6. Pak Arif Karyadi dan mas Hamid yang telah mempermudah dalam proses nilai Gladikarya. 7. Muhammad Afif dan Fakhry atas dukungan, semangat serta kesediaanya berbagi suka dan duka, yang menjadikan masa perkuliahan ini tidak sekedar berwarna hitam dan putih tetapi lebih indah lagi. 8. Teman-teman sebimbingan, Ela, Dodo, Wiwi buat semangat, dukungan, serta kebersamaannya selama penyususnan skripsi. 9. Teman-teman seperjuangan di AGB 42, terima kasih untuk segala hal yang kita lakukan bersama dan membuat penulis merasa tidak pernah menyesal masuk di IPB dengan jurusan paling favorite ini. 10. Adik-adik praktikanku selama dua semester ini. B21 dan B Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Bogor, Januari 2010 Julaeha

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... i DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Kegunaan Ruang Lingkup II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan Melamin Daftar Produk Bermelamin Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsumen dan Perilaku Konsumen Persepsi Elemen Persepsi Dinamika Persepsi Sikap Konsumen Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Metode Penentuan Sampel Desain Penelitian Data dan Instrumentasi Data Instrumentasi Metode Pengumpulan Data Metode Pegolahan Data Analisis Deskriptif Analisis Regresi Logistik Skala Likert dan Rentang Skala Definisi Operasional V. HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan Keadaan Umum Asrama TPB IPB Karakteristik Umum Responden Perilaku Pembelian/Konsumsi Oreo Tingkat Pengetahuan Keamanan Pangan... 64

11 5.6 Tingkat Pengetahuan terhadap Produk Oreo Analisis Persepsi Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin Analisis Sikap Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin V I. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP PRODUK OREO SETELAH ADANYA ISU MELAMI Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Responden Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Responden Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 91

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Persentase Pengeluaran Rata-Rata per kapita Tahun 1999 dan Rata-rata Konsumsi Kalori Per Kapita Sehari Menurut Kelompok Makanan 1999, Perkembangan Produksi Biskuit di Indonesia Tahun Kadar Melamin dalam Produk Asal China yang Mengandung Susu Produk Susu Asal China yang Terdaftar di BPOM yang Diduga Mengandung Melamin Produk Susu Asal China yang Tidak Terdaftar dibpom (Ilegal) Daftar Produk China yang Mengandung Melamin (Diumumkan oleh Agri-Food & Veterinary Authority (AVA) Singapura) Sebaran Jumlah Responden pada Setiap Fakultas Sebaran Jumlah Responden Laki-Laki dan Perempuan pada Setiap Fakultas Peubah Penjelas Beserta Kategorinya Skala Likert dan Skor Jawaban Responden Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Sebaran Responden Berdasarkan Usia Sebaran Responden Berdasarkan Uang Saku Per Bulan Sebaran Responden Berdasarkan Cara Memutuskan Pembelian Produk Oreo Sebaran Responden Berdasarkan Frekuensi Mengkonsumsi Produk Oreo Sebaran Responden Berdasarkan Waktu Mengkonsumsi Produk Oreo Sebaran Responden Berdasarkan Jenis-Jenis Produk Oreo yang Pernah Dikonsumsi Sebaran Responden Berdasarkan Tempat Pembelian Produk Oreo Sebaran Responden Berdasarkan Alasan dalam Mengkonsumsi Produk Oreo Sebaran Responden Berdasarkan Urutan Prioritas Atribut dalam Mengkonsumsi Produk Oreo

13 22. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Sumber Informasi dalam Mengetahui Keberadaan Produk Oreo Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepuasan Responden atas Pembelian Produk Oreo Skor Rata-Rata Tingkat Pengetahuan Keamanan Pangan Responden untuk Setiap Jenis Pertanyaan Pengetahuan Keamanan Pangan Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Keamanan Pangan Skor Rata-Rata Tingkat Pengetahuan Terhadap Produk Oreo untuk Setiap Jenis Pernyataan Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap Produk Oreo Sebaran Responden Berdasarkan Skor Rata-Rata Persepsi untuk Setiap Pernyataan Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Persepsi Sebaran Responden Berdasarkan Skor Rata-Rata Sikap Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin Sebaran Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin Hasil Estimasi Model Regresi Logistik Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Responden untuk Memiliki Persepsi Baik Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin Hasil Estimasi Model Regresi Logistik Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Responden untuk Bersikap Positif Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin... 83

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Model Perilaku Konsumen Tahap-Tahap Dalam Pemrosesan Informasi Kerangka Pemikiran Operasional... 34

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Daftar Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Kuesioner Penelitian Data Input Untuk Analisis Regresi Logistik Tingkat Persepsi Responden Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin Output Regresi Logistik dengan SPSS 17.0 for window untuk Tingkat Persepsi Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin Data Input untuk Analisis Regresi Logistik Sikap Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin Output Regresi Logistik dengan SPSS 17.0 for window untuk Tingkat Sikap Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin

16 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin cepat dan persaingan hidup yang semakin keras, berdampak pada perubahan struktur sosial di masyarakat dan fungsi anggota keluarga. Perubahan tersebut mengarah pada pola konsumsi pangan (baik makanan maupun minuman) yang cepat, mudah, praktis dan memenuhi selera. Negara Indonesia dengan jumlah penduduk 231 juta jiwa dan tingkat pertumbuhan per tahun mencapai 1,43 persen (BPS, 2009) merupakan pasar yang potensial bagi para pelaku bisnis untuk membuka usaha khususnya dibidang pangan. Hal ini terlihat dari besarnya rata-rata pengeluaran masyarakat yang lebih dari 50 persen dialokasikan untuk produk makanan (Tabel 1), sehingga semakin memperkuat indikasi bahwa industri makanan berkembang dengan cepat. Dari data ini tentunya perusahaan dapat melihat ke depan sebagai prospek yang bagus untuk mengembangkan bisnisnya, khususnya bisnis dibidang makanan. Tabel 1. Persentase Pengeluaran Rata-Rata per kapita Tahun 1999 dan Jenis komoditas Persentase pengeluaran rata-rata perkapita Makanan 62,9 58,4 56,8 54,5 51,3 53,0 49,2 50,1 50, Bukan makanan 37,0 6 41,5 3 43,1 1 45,4 2 48,6 3 46,9 9 50,7 6 49,8 3 49,3 8 Sumber : BPS, 2009 Salah satu bisnis dibidang makanan yang mempunyai potensi untuk terus berkembang adalah industri makanan biskuit. Biskuit merupakan makanan pelengkap yang cukup digemari di Indonesia. Hal ini terlihat dari cukup besarnya tingkat konsumsi masyarakat terhadap produk makanan jadi termasuk biskuit yang dapat dilihat pada Tabel 2.

17 Tabel 2. Rata-rata Konsumsi Kalori Per Kapita Sehari Menurut Kelompok Makanan 1999, No. Komoditi Padipadian 066,50 039,91 035,07 024, Umbiumbian Ikan Daging Telur dan susu 6 Sayursayuran 7 Kacangkacangan 8 Buah- 9 buahan Minyak dan lemak 10 Bahan minuman 11 Bumbubumbuan 12 Konsumsi lainnya 13 Makana n jadi Minuman beralkoho l Tembaka u dan sirih JUMLAH *) *) 246,04 *) 289, *) ,36 987,13 989,89 986, Sumber : BPS, 2009 Catatan : * ) termasuk makanan beralkohol Berdasarkan Tabel diatas tingkat konsumsi terhadap produk makanan jadi termasuk biskuit setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Jika dibandingkan dengan produk lainnya, tingkat konsumsi terhadap makanan jadi memiliki nilai yang cukup tinggi dimana pada tahun 2009 mencapai 278,46. Kecenderungan meningkatnya konsumsi terhadap makanan jadi ini disebabkan oleh semakin meningkatnya pendapatan masyarakat Indonesia dan meningkatnya selera

18 konsumen terhadap produk makanan tersebut. Besaran pasar biskuit salah satunya ditentukan oleh besarnya jumlah penduduk dan daya beli penduduk tersebut. Jika dilihat berdasarkan catatan riset Nielsen Indonesia tahun 2008, pasar biskuit di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 19,45 persen atau senilai Rp 2,5 triliun. Menurut hasil riset tersebut, pertumbuhan pasar biskuit tahun 2005 tumbuh sekitar 17,7 persen, tahun 2006 tingkat pertumbuhannya mencapai 14,3 persen, dan tahun 2007 tingkat pertumbuhannya mencapai 15,2 persen. Data Departemen Perdagangan menunjukkan nilai produksi biskuit di Indonesia mengalami peningkatan pada periode Tahun 2001 nilai produksi biskuit adalah sebesar ton dan meningkat menjadi ton pada tahun 2005 atau naik sebesar 48,18 persen. Peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2005 sebesar 27,45 persen dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2006 nilai produksi biskuit meningkat menjadi atau naik sebesar 14,3 persen dan 2007 nilai produksi biskuit mencapai atau naik sebesar 15,2 persen dan 2008 ini. Data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini : Tabel 3. Perkembangan Produksi Biskuit di Indonesia Tahun Tahun Produksi (Ton) % Kenaikan Produksi , , , , , , ,45 Sumber : Depdag, 2009 Pasar biskuit memiliki cukup banyak pemain, bahkan sampai ratusan merek saling bersaing dalam pasar biskuit, namun hanya beberapa produk saja yang mampu menguasai pasar. Pada tahun 2004 saja terdapat lebih dari 185 perusahaan dengan 400-an merek yang ada di Indonesia. Pemain-pemain besar di bisnis biskuit saat ini adalah biskuit dari Danone, Oreo dari Kraft, Biskuit Roma

19 dari Mayora, Tango dari Orang Tua, biskuit produksi Arnott t, dan Khong Guan. Biskuit Oreo merupakan produk yang sangat disukai dan digemari oleh masyarakat mulai dari anak-anak sampai orang tua. Selain rasanya yang enak, jenis produknya pun beragam seperti Oreo Wafer Stick, Oreo Sandwich Chocolate, dan Oreo Cookie. Produk Oreo pada awalnya diperkenalkan sebagai Biskuit Oreo, dengan dua keping biskuit yang diisi krim. Pada tahun 1921, nama Biskuit Oreo berubah menjadi Oreo Sandwich. Kemudian nama tersebut berubah kembali menjadi Oreo Sandwich Creme pada tahun Akhirnya, pada tahun 1974 sampai sekarang Oreo Sandwich Creme berganti nama menjadi Oreo Chocolate Sandwich Cookie. Oreo merupakan produk biskuit yang diproduksi oleh Kraft Foods Inc dengan nama divisi biskuit Nabisco. Kraft Foods Inc (Kraft) merupakan perusahaan pemimpin global dalam sektor makanan dan minuman bermerek asal Amerika. Menurut CEO Kraft, Irene Rosenfeld, Kraft saat ini merupakan pemimpin pasar biskuit dunia, dengan portofolio luas dari merek-merek ternama di seluruh dunia. Di Asia, Kraft saat ini memiliki portofolio lengkap dengan merek-merek produk yang tersebar di seluruh kategori biskuit seperti Oreo, Ritz, Chip's Ahoy, Jacob's, Chipsmore, Twisties, Biskuat, Milk Biscuit, Hi Calcium Soda, Tuc, dan Tiki. Persaingan dalam industri biskuit sangat ketat, namun tidak ada satupun pemain industri biskuit yang mendominasi. Di antara 6 subkategori biskuit, yakni: wafer, assorted, crackers, marie, stick dan cookies, pemimpin pasarnya masingmasing berbeda. Misalnya wafer, subkategori ini dikuasai oleh Tango dari Grup Orang Tua dan Gery dari Garuda Food. Keduanya bersaing keras, baik dalam hal distribusi maupun iklan. Menurut catatan Nielsen Media Research, Tango mengeluarkan dana untuk iklan sebesar Rp 58,9 miliar pada tahun 2008, sedangkan Gery mengeluarkan dana sekitar Rp 45 miliar. Dari persaingan itu, Tango memimpin dengan penguasaan pasar sebesar 27 persen, sedangkan Gery sebesar 14 persen. Pemain industri dalam subkategori craker terdiri dari Nissin, Khong Guan, Indofood, Kraft Foods dan Arnott s. Persaingan crackers tergolong paling keras di antara subkategori lain. Hal ini dikarenakan hampir semua produsen mempunyai

20 produk unggulan. Assorted biskuit dari Khong Guan merupakan pemimpin dalam subkategori ini. Khong Guan menguasai 53 persen pangsa pasar untuk subkategori craker. Berada di belakangnya adalah Kraft Food Indonesia dan Arnott's Indonesia. Sedangkan berdasarkan survei yang dilakukan AC Nielsen, pangsa pasar biskuit susu dikuasai oleh biskuit Danone dan Oreo. Berdasarkan hasil penemuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada September 2008 terdapat beberapa produk makanan dan susu formula yang beredar di pasaran secara bebas yang diduga mengandung melamin. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), semua sampel produk susu asal China positif mengandung melamin antara 8.51 mg/kg (ppm) sampai dengan mg/kg. Melamin merupakan bahan kimia berbasis organik yang banyak ditemukan dalam bentuk kristal putih dalam nitrogen. Melamin biasa digunakan sebagai bahan campuran plastik, pupuk dan produk pembersih. Melamin tidak memiliki unsur dan nilai nutrisi, sehingga bila dicampur dengan susu akan membuat kadar protein susu seolah lebih tinggi daripada aslinya 2. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari WHO, pencampuran melamin berawal dari tindakan pengoplosan susu dengan air. Jika susu dioplos dengan air, susu akan mengalami pengenceran dan protein yang terkandung dalam susu akan berkurang. Penambahan melamin dimaksudkan untuk mengelabui pengecekan agar susu yang encer tadi dikategorikan normal kandungannya. Produk-produk yang dilarang peredarannya merupakan produk yang cukup digemari masyarakat. Berdasarkan penelitian BPOM diketahui terdapat 28 produk impor asal China yang mengandung melamin. Salah satunya adalah produk Oreo Wafer Sticks produksi PT. Nabisco Food (Suzhou) Co.Ltd, China dengan kandungan melamin sebesar mg/kg dan sebesar mg/kg (Tabel 4). 2 Wikipedia Melamin. Rabu 15 April 2009

21 Tabel 4. Kadar Melamin dalam Produk Asal China yang Mengandung Susu. No. Nama sample Nama pabrik/negara asal Kadar melamin (mg/kg) 1 Guozhen Pine Pollen Yantai New Era Health Calcium Milk Industry Co.,Ltd., China Oreo Wafer Sticks PT. Nabisco Food ( Suzhou ) 2 Co. Ltd., China PT. Nabisco Food ( Suzhou ) Oreo Wafer Sticks Co. Ltd., China M&M's Minis Milk Mars Food Co. Ltd Chocolate Beijing/China M&M's Minis Milk Mars Food Co. Ltd Chocolate 6 M&M's Peanuts Chocolate Candies 7 M&M's Peanuts Chocolate Candies 8 M&M's Milk Chocolate 9 M&M's Milk Chocolate 10 Snickers, Kacang Sangrai Segar dalam Karamel dan Nougat Lembut dalam Lapisan Coklat Tebal 11 Kembang Gula White Rabbit (Kemasan Biru) 12 Kembang Gula White Rabbit (Kemasan Merah) 13 Soybean Drink With Milk (Kemasan Hijau) 14 Soybean Drink With Milk (Kemasan Kuning) 15 Soyspring Instant Milk Cereal 16 Soyspring Instant Peanut Milk Sumber : BPOM Beijing/China PT. Effem Foods ( Beijing ) Co. Ltd Yanggi Industry & Development Zone PT. Effem Foods ( Beijing ) Co. Ltd Yanggi Industry & Development Zone PT. Effem Foods ( Beijing ) Co. Ltd Yanggi Industry & Development Zone Mars Food Co. Ltd Beijing/China Mars Food Co/ China Shanghai Guan Sheng Yuan/China Shanghai Guan Sheng Yuan/China Wuzhou Bingquan Industrial Shareholding Co., Ltd. China Wuzhou Bingquan Industrial Shareholding Co., Ltd. China Wuzhou Bingquan Industrial Shareholding Co., Ltd. China Wuzhou Bingquan Industrial Shareholding China ttd (< 0,62)

22 Selain produk-produk di atas, terdapat juga produk-produk susu asal China yang terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang diduga mengandung melamin (Tabel 5). Tabel 5. Produk Susu Asal China yang terdaftar di BPOM yang diduga megandung melamin. No. Merek Dagang Jenis Pangan Keterangan 1. Jinwei Yougoo Susu Fermentasi 2. Jinwei Yougoo Susu fermentasi 3. Jinwei Yougoo Susu Fermentasi 4. Guozhen Susu Bubuk Full Cream Ditemukan 5. Meiji Indoeskrim Gold Es Krim Monas 6. Meiji Indoeskrim Gold Es Krim Monas 7. Oreo Stick wafer Ditemukan 8. Oreo Stick wafer Ditemukan 9. Oreo Chocolate Sandwich Cookie 10. M & M'S Kembang Gula Ditemukan 11. M & M'S Kembang Gula Ditemukan 12. Snickers Biskuit Ditemukan 13. Dove Choc Kembang Gula 14. Dove Choc Kembang Gula 15. Dove Choc Kembang Gula 16. Merry X-Mas Kembang Gula 17. Penguin Kembang Gula 18. Nestle Nesvita Materna Makanan Ibu Hamil dan Menyusui 19. Jinwei Yougoo Susu Fermentasi Sumber : BPOM Adanya isu kandungan melamin dalam produk Oreo telah menyebabkan kerugian pada PT.Kraft Foods Indonesia, yaitu hancurnya image yang selama ini dibangun. Salah satu cara untuk mengembalikan citra/image perusahaan, PT.Kraft Foods Indonesia mengeluarkan iklan terbaru produk Oreo dengan isi materi yang menjelaskan bahwa produk Oreo berkualitas baik. Namun dengan adanya pemberitaan isu melamin telah mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap produk Oreo. Padahal produk Oreo produksi dalam negeri dalam hal ini produk Oreo yang diproduksi oleh PT Kraft Indonesia adalah aman untuk dikonsumsi. Persepsi tentang produk Oreo mengandung melamin yang berkembang dimasyarakat sangat penting untuk diperhatikan, karena hal ini akan berdampak

23 pada sikap konsumen dalam mengkonsumsi produk Oreo. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan penelitian mengenai persepsi dan sikap konsumen terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. 1.2 Perumusan Masalah Keamanan pangan menjadi salah satu isu yang menyita perhatian beberapa organisasi kesehatan di dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Food and Agriculture Organization (FAO) saat ini memberikan penekanan bagi seluruh negara agar memperkuat sistem keamanan pangan. Negara-negara diminta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap para produsen dan penjual yang terlibat dalam industri pangan. Kejadian terkait isu keamanan pangan baru-baru ini, seperti temuan melamin hasil industri kimia pada produk makanan dan minuman, atau penggunaan tanpa izin obat-obatan hewan tertentu pada peternakan ikan, dapat berpengaruh pada kesehatan dan sering berakibat pada penolakan produk pangan dalam perdagangan nasional maupun internasional. Pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup manusia. Banyaknya pangan yang tidak sehat seperti makanan yang memakai bahan pewarna pakaian, makanan yang menggunakan borak, makanan yang berpengawet formalin maupun bahan kimia lainnya merupakan permasalahan yang harus mendapat perhatian dari semua pihak. Hal ini didasarkan pada konsumsi masyarakat Indonesia terhadap makanan yang mengandung bahan kimiawi sangat tinggi. Apalagi konsumen dominan yang bersentuhan langsung adalah anak-anak sekolah dasar dan ibu rumah tangga. Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberikan ilustrasi bahwa lebih dari 90 persen terjadinya penyakit pada manusia yang terkait dengan makanan (foodborne diseases) disebabkan oleh kontaminasi mikrobiologi, yaitu meliputi penyakit tipus, disentri bakteri/amuba, botulism, dan intoksikasi bakteri lainnya, serta hepatitis A dan trichinellosis. Keamanan pangan bukan hanya merupakan isu dunia tetapi juga menyangkut kepedulian individu. Jaminan akan keamanan pangan adalah merupakan hak asasi konsumen. Pangan termasuk kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam kehidupan manusia. Walaupun pangan itu menarik, nikmat, tinggi gizinya jika tidak aman dikonsumsi, maka tidak ada nilainya sama sekali.

24 Oleh karena itu, tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pangan yang dikonsumsi menjadi hal penting. Berdasarkan hasil penemuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terdapat 28 produk makanan dan minuman yang beredar di pasaran yang diduga mengandung zat berbahaya melamin. Melamin merupkan zat yang berbahaya jika dikonsumsi oleh manusia. Konsumsi secara terus-menerus akan membahayakan kesehatan. Hal ini terbukti dari adanya kasus 56 balita di China yang mengalami gagal ginjal bahkan kematian setelah mengkonsumsi susu yang mengandung melamin. Bahaya lain yang dapat ditimbulkan oleh konsumsi produk makanan dan minuman bermelamin seperti serangan akut pada pernapasan, kerusakan berbagai organ tubuh, dan merusak sistem kekebalan tubuh bayi dan anak-anak. Salah satu produk makanan yang diduga mengandung melamin berdasarkan penemuan BPOM pada September 2008 adalah produk Oreo. Menurut produsen produk Oreo (PT Kraft Indonesia) produk Oreo yang beredar di Indonesia ada dua macam yakni 90 persen Oreo yang dijual bebas yang merupakan produk asli Indonesia dan hanya 10 persen produk Oreo yang diimpor dari Tiongkok (China). Produk Oreo yang mengandung melamin merupakan produk Oreo wafer stick yang diproduksi oleh PT. Nabisco Food ( Suzhou ) Co. Ltd., China dengan kandungan melamin sebesar mg/kg dan mg/kg. sedangkan Oreo wafer, Oreo Coklat Sandwich Cookies dan Oreo Vanila buatan Indonesia bukanlah produk Oreo yang mengandung melamin. Hal ini menjadi suatu kerugian bagi pihak perusahaan PT Kraft Foods Indonesia. Citra perusahaan yang selama ini telah dibangun selama bertahuntahun di Indonesia menjadi menurun karena masalah tersebut. Menurut riset yang dilakukan AC Nielsen, penjualan produk Oreo dari biskuit coklat berbagai rasa hingga wafer mengalamin penurunan penjualan yang cukup signifikan setelah adanya pengeluaran argumen dari BPOM dan menteri kesehatan, penjualan produk Oreo menurun hingga 10 persen di pasar Indonesia. Melihat realita tersebut, bila pihak perusahaan Kraft yang bertaraf Internasional tidak cepat melakukan pembaharuan image, dapat diprediksikan bahwa masyarakat Indonesia dapat kehilangan kepercayaan kepada Kraft.

25 Adanya pemberitaan media massa baik elektronik maupun cetak yang kurang spesifik dan kurang informatif, serta adanya kesalahan informasi yang diterima oleh masyarakat yang diakibatkan adanya salah pemaknaan dalam menerima informasi dari media telah membuat tingkat pengetahuan masyarakat terhadap daftar produk bermelamin terutama produk Oreo menjadi berkurang. Hal ini berdampak pada sikap masyarakat yang mencap semua produk Oreo sebagai produk yang mengandung melamin. Padahal menurut hasil conference yang dilakukan oleh pihak Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) disebutkan bahwa produk-produk yang dilarang peredarannya dan harus ditarik dari pasaran adalah produk-produk dengan kode ML (makanan diproduksi di luar negeri), namun kenyataan diluar bahwa masyarakat Indonesia salah mengartikan informasi tersebut, banyak dari masyarakat yang mengartikan bahwa produk dengan merek-merek tersebut seperti Oreo baik di produksi dalam negeri maupun luar negeri bagi mereka tidak aman dikonsumsi. Kondisi tersebut ternyata membuat pihak PT.Kraft Indonesia mengalami goncangan karena hal tersebut berdampak pada citra dari merek yang telah lama dibangun. Adanya pemberitaan media massa telah mempengaruhi tingkat pengetahuan konsumen terhadap isu melamin. Dampak langsung ataupun tidak langsung dari pemberitaan media massa akan membentuk persepsi masyarakat tentang produk Oreo. Ada dua kemungkinan persepsi yang terbentuk, yaitu persepsi yang benar dan salah. Jika yang terbentuk adalah persepsi yang salah maka akan mempengaruhi sikap masyarakat, mereka akan merasa khawatir untuk mengkonsumsi produk Oreo. Masyarakat akan mengurangi atau bahkan beralih ke produk biskuit lain. Tentunya hal ini tidak diinginkan karena akan merugikan banyak pihak terutama produsen yaitu PT. Kraft Indonesia. Sebagai perusahaan yang terkena imbas kasus melamin, PT Kraft Indonesia memiliki kepentingan untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap merek yang dimilikinya. Persepsi konsumen penting diketahui oleh produsen, karena persepsi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. PT Kraft Indonesia ingin mengembalikan citra perusahaannya serta mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap produk

26 Oreo. Sebelum melakukan kebijakan pengembalian citra/image serta kepercayaan masyarakat, PT Kraft Indonesia perlu mengetahui persepsi konsumen terhadap produk Oreo, apa yang konsumen ketahui, konsumen percayai dan konsumen pikirkan megenai produk Oreo. Dengan mengetahui persepsi konsumen, maka dapat diketahui perilaku dari konsumen tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana tingkat pengetahuan responden terhadap keamanan pangan? 2. Bagaimana persepsi responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin? 3. Bagaimana sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin? 4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi dan sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis tingkat pengetahuan responden terhadap keamanan pangan. 2. Menganalisis persepsi responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. 3. Manganalisis sikap responden dalam mengkonsumsi produk Oreo setelah adanya isu melamin. 4. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. 1.4 Kegunaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perusahaan produsen, dalam hal ini PT. Kraft Indonesia yang meliputi persepsi dan sikap konsumen terhadap produk Oreo. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk melatih diri, berpikir dan menuangkan ide serta pemikirannya ke dalam bentuk

27 laporan penelitian serta menambah wawasan mengenai perilaku konsumen terutama untuk produk-produk yang terkena isu. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan penelitian lebih lanjut. 1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Penelitian mengenai perilaku konsumen ini dibatasi pada produk Oreo dengan tujuan untuk mempersempit ruang lingkup penelitian. penelitian ini hanya menganalisis tingkat pengetahuan mengenai keamanan pangan, persepsi dan sikap konsumen terhadap produk Oreo terkait isu melamin serta faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Selain itu, penelitian ini hanya dilakukan di wilayah kota Bogor dengan responden yang berlokasi disekitar kampus IPB dan responden yang diteliti merupakan mahasiswa-mahasiswa Institut Pertanian Bogor program Tingkat Persiapan Bersama dengan pertimbangan untuk memperoleh kemudahan peneliti dalam melakukan akses dan wawancara kepada responden.

28 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keamanan Pangan Keamanan pangan adalah suatu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia ( Undang-Undang RI No.7 tahun 1996). Keamanan pangan meliputi faktor-faktor antara lain seperti penyakit yang terkandung dalam pangan, kontaminasi pestisida, dan kontaminasi lingkungan seperti logam berat, keamanan zat aditif atau bahan tambahan pangan. Jaminan akan mutu pangan dan keamanan pangan cukup berarti untuk kesejahteraan individu, komunitas dan suatu bangsa. Banyak penyakit pada manusia yang berhubungan dengan makanan. Status nutrisi dan jkesejahteraan ekonomi dipengaruhi oleh makanan yang membawa organisme patogen dan racunnya, serta bahan kimia berbahaya. Terjaminnya keamanan pangan yaitu terbebasnya masyarakat dari jenis pangan yang berbahaya bagi kesehatan manusia atau dari jenis pangan yang tidak sesuai dengan keyakinan masyarakat. Berdasarkan informasi dan data yang tersedia, dapat diidentifikasi empat masalah utama keamanan pangan di Indonesia, yaitu (a) masih banyak ditemukan produk pangan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dalam peredaran (b) masih banyak kasus penyakit dan keracunan melalui makanan yang sebagaian besar belum dilaporkan dan belum diidentifikasi penyebabnya (c) masih banyak ditemukan sarana produksi dan distribusi pangan yang tidak memenuhi persyaratan, terutama industri kecil atau rumah tangga, industri tata boga dan penjual makanan jajanan dan (d) rendahnya pengetahuan dan kepedulian konsumen tentang keamanan pangan ( Fardiaz 2000, diacu dalam Indrianti 2005). Bahan tambahan pangan adalah senyawa (atau campuran berbagai senyawa) yang sengaja ditambahkan kedalam makanan dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan atau penyimpanan dan bukan merupakan bahan utama (BPOM, 2002). Bahan Tambahan Pangan (BTP) Atau zat aditif pangan menurut Komite Gabungan Ahli FAO (Food and Agriculture Organization) dan WHO (Worlh Health Organization), merupakan suatu substansi bukan gizi yang

29 ditambahkan dalam bahan pangan dengan sengaja, pada umumnya dalam jumlah kecil untuk memperbaiki penampakan, citarasa, tekstur atau sifat penyimpanan (Desrosier 1998 diacu dalam Indrianti 2005). Pada umumnya bahan tambahan pangan atau food additive dapat dibagi dalam dua bagian besar yaitu (a) Intentional additive yaitu merupakan bahan yang ditambahkan dengan sengaja dengan maksud dan tujuan tertentu. Misalnya BTP dapat digunakan untuk meningkatkan kosistensi, gizi, cita rasa, untuk meningkatkan keasaman atau kebasaan, untuk memantapkan bentuk dan rupa, untuk memberikan warna yang dikehendaki, dan lain sebagainya. (b) Incidental additive yaitu secara tidak sengaja bahan asing terdapat dalam makanan dalam jumlah yang besar atau kecil sebagai akibat dari perlakukan selama fase produksi, pengolahan, pengasapan, dan pengepakan (penggunaan bungkus plastik sehingga terjadi migrasi dari sebagian kecil plasticier ke dalam bahan makanan) (Winarno 1981, diacu dalam Solikhah 2004). Secara khusus kegunaan BTP di dalam pangan adalah mengawetkan pangan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan, membentuk pangan menjadi lebih baik, renyah, dan lebih enak di mulut, memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah selera, meningkatkan kualitas pangan, dan menghemat biaya (BPOM, 2002) Menurut Desrosier (1998) dalam Indrianti (2005), pemakaian zat aditif bahan pangan bagi keuntungan konsumen secara teknologi dapat dibenarkan bila bahan tersebut meenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Pemeliharaan kualitas gizi bahan pangan 2. Peningkatan kualitas atau stabilitas simpan sehingga mengurangi kegilangan berat bahan pangan. 3. Membuat bahan pangan menjadi lebih menarik bagi konsumen yang tidak mengarah pada penipuan. 4. Diutamakan untuk membantu proses pengolahan bahan pangan.

30 2.2 Melamin Melamin adalah senyawa basa organik dengan rumus kimia C 3 H 6 N 6 dan memiliki nama IUPAC 1,3,5-triazina-2,4,6-triamina. Melamin hanya sedikit larut dalam air. Melamin adalah trimer dari sianamida, dan seperti sianamida, serta mengandung 66% nitrogen (berdasarkan massa). Melamin merupakan metabolit dari siromazina yaitu sejenis pestisida. Melamin terbentuk dalam tubuh mamalia yang mengkonsumsi siromazina. Siromazina diubah menjadi melamin pada tanaman. Melamin pertama kali disintesis oleh Liebig pada tahun Pada produksi awal, kalsium sianamida diubah menjadi disiandiamida, kemudian dipanaskan di atas titik leburnya untuk menghasilkan melamin. Melamin dikenal pada tahun 1907 ketika ilmuwan kimia asal Belgia, Leo Hendrik Baekeland, berhasil menemukan plastik sintesis pertama yang disebut Bakelite. Pada mulanya Bakelite digunakan sebagai bahan dasar pembuatan telepon generasi pertama, pada perkembangannya dimanfaatkan oleh industri peralatan rumah tangga dalam pembuatan sendok, garpu, piring, gelas, cangkir, mangkuk, sendok sup, dan lainlain. Pada zaman sekarang, kebanyakan pabrik industri menggunakan urea untuk menghasilkan melamin melalui reaksi : 6(NH 2 )2CO C 3 H 6 N 6 + 6NH 3 + 3CO 2. Pertama-tama, urea terurai menjadi asam sianat pada reaksi endotermik ((NH 2 )2CO HCNO + NH 3 ). Kemudian asam sianat berpolimerisasi membentuk melamin dan karbon dioksida (6HCNO C 3 H 6 N 6 + 3CO 2 ). Reaksi kedua adalah eksotermik, namun keseluruhan proses reaksi bersifat endotermik. Melamin merupakan senyawa polimer yang merupakan gabungan monomer formaldehide (formalin) dan fenol yang apabila komponen penyusun melamin tersebut dalam komposisi yang seimbang kelihatan aman tetapi harus diwaspadai. Seringkali dalam pembuatan melamin proses pencampurannya sering tidak terkontrol. Apabila komposisi antara formaldehide dengan fenol tidak seimbang maka akan terjadi residu, yaitu monomer formaldehide atau fenol yang tidak bersenyawa sempurna. Sisa monomer formaldehide inilah yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Selain itu, senyawa melamin rentan terhadap panas dan sinar ultraviolet yang dapat mendepolimerisasi melamin menjadi monomer

31 formaldehide dan fenol. Meski tahan pada rentang suhu C sampai 30 0 C di bawah nol, tetapi karena menyerap panas, melamin tidak tahan dipapar panas terlalu tinggi. Apalagi terpapar dalam jangka waktu lama. Oleh sebab itu melamin tidak dapat digunakan dalam microwave. Gesekan terhadap peralatan melamin juga berpotensi melepaskan residu formaldehide yang terperangkap sebelumnya. Sehingga meskipun kontrol pembuatan peralatan melamin sudah baik namun masih menyimpan bahaya bagi kesehatan. Formaldehide atau yang dikenal sebagai formalin merupakan desinfektan yang sering pula digunakan sebagai bahan pengawet mayat, formalin sangat mudah masuk ke dalam tubuh lewat jalur oral/mulut, saluran pernafasan dan pembuluh darah. Berdasarkan acuan kesehatan di Inggris, paparan maksimumnya 2 ppm atau 2 mg/l. Sedangkan Amerika Serikat (AS) menetapkan paparan maksimum untuk jangka panjang 1 ppm dan jangka pendek 2 ppm. Melamin berguna dalam pembuatan plastik, bahan perekat, countertops, dishware, whiteboards dan fertilizers. Adapun Standard batas kandungan Melamin adalah: 1. European Food Safety Agency (EFSA) dan U.S. Food and Drug Administration (FDA) untuk batas kandungan melamin dalam produk makanan, selain makanan bayi adalah kurang dari 2.5 ppm 2. Hong Kong untuk batasan maksimum konsentrasi melamin pada makanan bayi adalah 1 ppm dan makanan lain 2.5 ppm 3. FDA menetapkan batasan konsentrasi melamine yang terkonsumsi per hari yang dapat ditoleransi adalah 0.63 mg / kg berat badan. Monomer formaldehide yang masuk ke tubuh manusia berpotensi membahayakan kesehatan. Formaldehide yang masuk ke dalam tubuh dapat mengganggu fungsi sel, bahkan dapat pula mengakibatkan kematian sel. Dalam jangka pendek, hal ini bisa mengakibatkan gejala berupa muntah, diare, dan kencing bercampur darah. Sementara untuk jangka panjang, akumulasi formaldehid yang berlebih dapat mengakibatkan iritasi lambung, gangguan fungsi otak dan sumsum tulang belakang. Bahkan, fatalnya dapat mengakibatkan kanker (karsinogenik). Produk makanan dan minuman yang mengandung melamin jika dikonsumsi secara terus-menerus akan membahayakan kesehatan. Bahaya yang

32 dapat ditimbulkan oleh konsumsi produk makanan dan minuman bermelamin adalah : 1. Mengakibatkan gangguan metabolisme, terutama terhadap bayi dan anakanak. Organ tubuh yang paling cepat terganggu adalah fungsi ginjal yang bekerja untuk membuang racun-racun dalam tubuh. 2. Serangan akut pada saluran pencernaan, di antaranya muntah dan mencret 3. Kerusakan berbagai organ tubuh, antara lain kerusakan, mulai dari fungsi otak, hati, ginjal, mata dan telinga, dan bisa menyebabkan kematian. 4. Melamin juga merusak sistem kekebalan tubuh bayi dan anak-anak yang mengonsumsi. 5. Melamin dapat menyebabkan masalah pernapasan pada hewan percobaan. 6. Konsumsi melamin juga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Siapa pun yang terpapar zat kimia itu akan mudah terserang flu dan infeksi karena virus dan bakteri. 2.3 Daftar Produk Bermelamin Berdasarkan penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ditemukan beberapa produk makanan dan minuman yang beredar dipasaran yang mengandung melamin. Produk-produk tersebut merupakan produk yang menggunakan bahan baku susu dan berasal dari China serta tidak terdaftar di Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) (Tabel 6)

33 Tabel 6. Produk Susu Asal China yang Tidak Terdaftar dibpom (ilegal) No. Merk Dagang Jenis Pangan Keterangan 1 Kembang Gula White Rabbit Shanghai Guan Sheng Ditemukan (Kemasan Biru) Yuan/China 2 Kembang Gula White Rabbit Shanghai Guan Sheng Ditemukan (Kemasan Merah) Yuan/China 3 Wuzhou Bingquan Ditemukan Soybean Drink With Milk Industrial Shareholding (Kemasan Hijau) Co., Ltd. China 4 Wuzhou Bingquan Ditemukan Soybean Drink With Milk Industrial Shareholding (Kemasan Kuning) Co., Ltd. China 5 Wuzhou Bingquan Ditemukan Soyspring Instant Milk Industrial Shareholding Cereal Co., Ltd. China 6 Wuzhou Bingquan Ditemukan Soyspring Instant Peanut Industrial Shareholding Milk China Sumber : BPOM Berdasarkan penemuan oleh Agri-Food dan Veterinary Authority (AVA) Singapura terdapat dua belas jenis produk makanan dan minuman yang diduga mengandung melamin (Tabel 7) dan dikhawatirkan masuk ke Indonesia.

34 Tabel 7. Daftar Produk China yang Mengandung Melamin (Diumumkan oleh Agri-Food & Veterinary Authority (AVA) Singapura) No. Merk Dagang Jenis Pangan Keterangan 1. Natural Choice Yogurt Flavoured Ice Bar with Produk asal China Real Fruit 2. Yili Bean Club Matcha Red Bean Ice Bar Produk asal China 3. Yili Bean Club Red Bean Ice Bar Produk asal China 4. Yili Prestige Dark Chocolate Bar Produk asal China Chocliz 5. Yili Super Bean Red Bean Chestnut Ice Bar Produk asal China 6. Nestle Dairy Farm Susu UHT (UHT Pure Milk 1 Produk asal China L (Catering)) 7. Yili High Calcium Susu (Low Fat Milk Beverage) Produk asal China 8. Yili High Calcium Minuman susu (Milk Produk asal China Beverage) 9. Yili (250 ml) Susu (Pure Milk) Produk asal China 10. Yili (1L) Susu (Pure Milk) Produk asal China 11. Dutch Lady Susu (Strawberry Flavoured Milk) (Ex. China, Hongkong, Singapura) Produk asal China 12. White Rabbit Kembang Gula berbasis Susu Produk asal China (Creamy candy) Berbagai Rasa 13. Yili Choice Dairy Frozen Yoghurt Bar with Produk asal China real peach and pineapple fruit pieces Sumber : BPOM Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia menemukan 10 produk makanan dan minuman yang mengandung melamin. Produk tersebut sebagian besar kembang gula, susu bubuk dan biskuit. Ke-10 produk makanan itu antara lain : 1. Kino Bear Coklat Crispy, isi: 3x3,5 gram, registrasi MD , produksi PT Kinosentraindustrindo, kawasan Niaga Selatan Blok B 15, Bandar Kemayoran. Mengandung melamin 97,28 ppm. 2. Yake Assorted Candies, permen coklat panjang, isi 500 gram, tidak bernomor registrasi, produksi Fujian Yake Food, tidak ada alamat importir. Mengandung melamin 56,54 ppm 3. F&M, susu kental manis, isi 390 gram, registrasi ML , importir Ikad-Jakarta, mengandung melamin 45,09 ppm

SKRIPSI JULAEHA H

SKRIPSI JULAEHA H ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP PRODUK OREO SETELAH ADANYA ISU MELAMIN (KASUS : MAHASISWA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR) SKRIPSI JULAEHA H34050278 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Persentase Pengeluaran Rata-Rata per kapita Tahun 1999 dan Jenis komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Persentase Pengeluaran Rata-Rata per kapita Tahun 1999 dan Jenis komoditas 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Perkembangan zaman yang semakin cepat dan persaingan hidup yang semakin keras, berdampak pada perubahan struktur sosial di masyarakat dan fungsi anggota keluarga. Perubahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keamanan Pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keamanan Pangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keamanan Pangan Keamanan pangan adalah suatu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu,

Lebih terperinci

Industri makanan dan minuman merupakan salah satu industri dengan. tingkat persaingan yang sangat ketat, dimana didalamnya terdapat ratusan produk

Industri makanan dan minuman merupakan salah satu industri dengan. tingkat persaingan yang sangat ketat, dimana didalamnya terdapat ratusan produk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri makanan dan minuman merupakan salah satu industri dengan tingkat persaingan yang sangat ketat, dimana didalamnya terdapat ratusan produk dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, Makanan merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang guna kelangsungan hidupnya. Untuk itu sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a natural state or in a manufactured or preparedform, which are part of human diet. Artinya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjualan dan dituntut untuk melakukan kegiatan pemasaran dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. penjualan dan dituntut untuk melakukan kegiatan pemasaran dengan baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan bisnis yang bergerak sangat cepat menimbulkan persaingan bisnis semakin ketat. Setiap perusahaan berusaha meningkatkan penjualan dan dituntut untuk melakukan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan PT. Kraft Foods Inc. merupakan salah satu perusahaan global yang bergerak dalam bidang produksi makanan dan minuman yang berpusat

Lebih terperinci

Pemilihan Peralatan Makan Berbahan Melamin yang Aman Bagi Kesehatan

Pemilihan Peralatan Makan Berbahan Melamin yang Aman Bagi Kesehatan 1 Pendahuluan Pemilihan Peralatan Makan Berbahan Melamin yang Aman Bagi Kesehatan Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY siti_marwati@uny.ac.id Kebutuhan makan bagi makhluk hidup

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Beberapa toeri yang digunakan sebagai bahan acuan meliputi teori kosumen dan perilaku kobsumen, persepsi, yang meliputi definisi persepsi, proses

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR SKRIPSI INTAN AISYAH NASUTION H34066065 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi dan diupayakan agar lebih tersedia dalam kualitas dan kuantitas secara memadai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman modern sekarang ini banyak terjadi perkembangan di bidang industri makanan dan minuman yang bertujuan untuk menarik perhatian para konsumen. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan kimia yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang memiliki dua bentuk yaitu padat dan cair. Pangan merupakan istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan kepadatan penduduk tertinggi. Berdasarkan hasil sensus penduduk Indonesia menurut provinsi tahun 2011 sekitar 241.182.182

Lebih terperinci

MINAT BELI BISKUIT OREO DI CARREFOUR RUNGKUT SURABAYA

MINAT BELI BISKUIT OREO DI CARREFOUR RUNGKUT SURABAYA MINAT BELI BISKUIT OREO DI CARREFOUR RUNGKUT SURABAYA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Diajukan oleh : Miftakhun Ni mah 0912010205

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan tradisional Indonesia mempunyai kekayaan ragam yang luar biasa. Baik macam, bentuk, warna, serta aroma sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia. Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan setiap insan baik secara fisiologis, psikologis, sosial maupun antropologis. Pangan selalu terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut juga

BAB I PENDAHULUAN. antar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan antar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut juga bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN SUSU UHT MEREK REAL GOOD DI KOTA BOGOR. Oleh : YUSTIKA MUHARASTRI A

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN SUSU UHT MEREK REAL GOOD DI KOTA BOGOR. Oleh : YUSTIKA MUHARASTRI A ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN SUSU UHT MEREK REAL GOOD DI KOTA BOGOR Oleh : YUSTIKA MUHARASTRI A14104120 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ANALISIS KEPUASAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Susu merupakan minuman yang sangat bermanfaat karena banyak terkandung nutrisi yang dibutuhkan manusia. Susu mengandung lebih banyak vitamin dan mineral essensial yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha BAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan di sekolah menyita waktu terbesar dari aktifitas keseluruhan anak sehari hari, termasuk aktifitas makan. Makanan jajanan di sekolah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Grafik Perkembangan Produksi Susu Provinsi Jawa Barat Tahun (Ton) Sumber: Direktorat Jendral Peternakan, 2010

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Grafik Perkembangan Produksi Susu Provinsi Jawa Barat Tahun (Ton) Sumber: Direktorat Jendral Peternakan, 2010 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan telah mengalami peningkatan kinerja dari tahun ke tahun. Salah satu acuan dalam melihat kinerja suatu sektor adalah Produk Domestik Bruto (PDB). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu isi dari dasar-dasar pembangunan kesehatan di Indonesia adalah adil dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang

Lebih terperinci

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A 14103696 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk memperkuat tulang

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR Oleh PITRI YULIAN SARI H 34066100 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanyakan masyarakat. Meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanyakan masyarakat. Meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan jajanan (street food) telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Konsumsi makanan jajanan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Produk 2.1.1 Susu Kita mengenal beberapa bahan makanan yang mengandung sedikit atau tidak sama sekali bagian-bagian yang sangat diperlukan (vital) untuk tubuh kita. Dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

Lebih terperinci

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia berbahaya pada makanan sering kita temui pada berbagai jenis produk seperti makanan yang diawetkan, penyedap rasa, pewarna makanan,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, dan (6) Hipotesis Penelitian.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai kebutuhan dasar, makanan tersebut harus mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya

Lebih terperinci

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I PROGRAM PG PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Pendahuluan Setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2008, berbagai sektor industri mengalami tantangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2008, berbagai sektor industri mengalami tantangan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada tahun 2008, berbagai sektor industri mengalami tantangan yang sangat berat, dimulai naiknya harga bahan baku sehingga harga jual menjadi naik sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi pengolahan pangan, industri produksi pangan semakin berkembang. Industri skala kecil, sedang

Lebih terperinci

VII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN TINGKAT KINERJA

VII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN TINGKAT KINERJA VII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN TINGKAT KINERJA 7.1. Analisis Penilaian Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Penelitian ini menggunakan analisis Importance Performance Analysis (IPA) dan Costumer

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, -1- PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Snack telah menjadi salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Hampir seluruh masyarakat di dunia mengonsumsi snack karena kepraktisan dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan mengandung asam amino essensial yang diperlukan oleh tubuh, disamping itu nilai biologisnya mencapai 90%,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan bangsa khususnya pada Program Pendidikan Dasar, anak usia

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan bangsa khususnya pada Program Pendidikan Dasar, anak usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui upaya mencerdaskan bangsa khususnya pada Program Pendidikan Dasar, anak usia sekolah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia sangat penting untuk mengonsumsi protein yang berasal dari hewani maupun nabati. Protein dapat diperoleh dari susu, kedelai, ikan, kacang polong

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 2 Keamanan Air Minum Isi Ulang. Suprihatin.

PENDAHULUAN. 2 Keamanan Air Minum Isi Ulang. Suprihatin. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air minum merupakan kebutuhan manusia yang paling penting. Sekitar tiga perempat bagian dari tubuh kita terdiri dari air, dan tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting. Semakin maju suatu bangsa, tuntutan dan perhatian terhadap kualitas pangan yang akan dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan, tanpa makanan, makhluk hidup akan sulit mengerjakan aktivitas sehari-harinya. Makanan dapat membantu manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.5.12.11.09955 TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang

Lebih terperinci

STUDI KASUS KADAR FORMALIN PADA TAHU DAN KADAR PROTEIN TERLARUT TAHU DI SENTRA INDUSTRI TAHU DUKUH PURWOGONDO KECAMATAN KARTASURA

STUDI KASUS KADAR FORMALIN PADA TAHU DAN KADAR PROTEIN TERLARUT TAHU DI SENTRA INDUSTRI TAHU DUKUH PURWOGONDO KECAMATAN KARTASURA STUDI KASUS KADAR FORMALIN PADA TAHU DAN KADAR PROTEIN TERLARUT TAHU DI SENTRA INDUSTRI TAHU DUKUH PURWOGONDO KECAMATAN KARTASURA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan

Lebih terperinci

Waspada Keracunan Akibat Produk Pangan Ilegal

Waspada Keracunan Akibat Produk Pangan Ilegal Waspada Keracunan Akibat Produk Pangan Ilegal Latar Belakang Derasnya arus globalisasi memberikan warna dan nuansa pada pola perdagangan nasional maupun internasional. Perkembangan sistem perdagangan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan pada makanan (food

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan pada makanan (food BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan pada makanan (food additive) saat ini sering ditemui pada makanan dan minuman. Salah satu bahan tambahan pada makanan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK YOU C 1000 (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Oleh : Prawira Atma Negara A

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK YOU C 1000 (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Oleh : Prawira Atma Negara A ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK YOU C 1000 (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Oleh : Prawira Atma Negara A 14105587 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menekankan tentang tantangan dan peluang terkait Keamanan Pangan. Keamanan pangan sangat penting karena keterkaitannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan dasar (pokok) yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan dasar (pokok) yang sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan dasar (pokok) yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik secara fisiologis, psikologis, sosial maupun antropologis. Pangan selalu

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Proyeksi konsumsi kedelai nasional

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Proyeksi konsumsi kedelai nasional 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumber pangan yang diharapkan masyarakat yaitu memiliki nilai gizi tinggi serta menyehatkan. Salah satu sumber gizi yang tinggi terdapat pada bahan pangan kedelai, yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakibatkan persaingan yang ketat dalam dunia usaha. Sejak dibukanya

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakibatkan persaingan yang ketat dalam dunia usaha. Sejak dibukanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi sekarang ini menyebabkan terjadinya perdagangan bebas yang mengakibatkan persaingan yang ketat dalam dunia usaha. Sejak dibukanya era pasar

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. gizi yang tinggi yang disekresikan oleh kelenjar mamae dari hewan betina

BAB I. PENDAHULUAN. gizi yang tinggi yang disekresikan oleh kelenjar mamae dari hewan betina BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan produk cair berwarna putih yang mengandung nilai gizi yang tinggi yang disekresikan oleh kelenjar mamae dari hewan betina dengan tujuan utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pasar yang sangat besar dan potensial untuk kegiatan ekonomi dan bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. adalah pasar yang sangat besar dan potensial untuk kegiatan ekonomi dan bisnis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbicara mengenai ekonomi Cina yang bertumbuh pesat dalam dua dasawarsa terakhir memang sangatlah menarik. Negeri Tirai Bambu julukan untuk Cina yang jumlah

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1712, 2017 BPOM. Pangan Olahan. Batas Maksimum Cemaran Logam Berat. PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena makanan berguna untuk menjaga kelangsungan proses fisiologis tubuh dapat berjalan dengan lancar. Makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buah-buahan sangat penting bagi kesehatan. Mengkonsumsi buah-buahan setiap. secara kuantitatif maupun kualitatif (Rukmana, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Buah-buahan sangat penting bagi kesehatan. Mengkonsumsi buah-buahan setiap. secara kuantitatif maupun kualitatif (Rukmana, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan buah-buahan. Berdasarkan data Departemen Pertanian, Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Data populasi sapi perah dan produksi susu

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Data populasi sapi perah dan produksi susu I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perkembangan gaya hidup masyarakat pada saat ini tak terkecuali masyarakat Indonesia yang lebih mengutamakan kesehatan maka banyak produk kesehatan yang menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

ANALISIS EKUITAS MEREK KECAP SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI BAURAN PEMASARAN DI KOTA TANGERANG (Studi Kasus: Kecap Merek ABC dan Bango)

ANALISIS EKUITAS MEREK KECAP SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI BAURAN PEMASARAN DI KOTA TANGERANG (Studi Kasus: Kecap Merek ABC dan Bango) ANALISIS EKUITAS MEREK KECAP SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI BAURAN PEMASARAN DI KOTA TANGERANG (Studi Kasus: Kecap Merek ABC dan Bango) DISUSUN OLEH: EFENDY A14104121 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan, dan mempunyai laut serta potensi perikanan yang sangat besar. Oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk Indonesia yang secara rutin minum susu masih tergolong

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk Indonesia yang secara rutin minum susu masih tergolong I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang secara rutin minum susu masih tergolong rendah. Data yang dirilis FAO (Food and Agriculture Organization) menunjukkan, pada 2007 angka

Lebih terperinci

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dengan semakin meluasnya kawasan pemukiman penduduk, semakin meningkatnya produk industri rumah tangga, serta semakin berkembangnya Kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan makanan jajanan. Makanan jajanan (street food) merupakan makanan

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan makanan jajanan. Makanan jajanan (street food) merupakan makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Makanan merupakan produk yang berasal

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Hal ini perlu mendapat perhatian berbagai pihak, karena sektor pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Responden. Berdasarkan karakteristik responden pada Tabel 1, kelompok usia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Responden. Berdasarkan karakteristik responden pada Tabel 1, kelompok usia HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Karakteristik profil responden pada penelitian ini dapat diketahui dari distribusi responden berdasarkan umur, jenis kelamin, jenjang studi, tempat tinggal,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari

I. PENDAHULUAN. sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keamanan pangan, dalam UU RI no 7 tahun 1996 didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut. Bahan tambahan makanan ini disebut dengan zat aditif, dimana zat

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut. Bahan tambahan makanan ini disebut dengan zat aditif, dimana zat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat untuk menciptakan masakan dengan cita rasa yang gurih serta aroma yang lezat, menyebabkan terjadinya peningkatan akan kebutuhan bahan tambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia. Penggemar makanan jajanan ini merata mulai dari anak-anak sampai orang dewasa sehingga pedagang makanan

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN UMUM Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab merupakan salah satu tujuan penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

Gambaran Keamanan Pangan di Nusa Tenggara Timur: Pembahasan Penemuan Formalin dalam Ikan yang beredar di Provinsi NTT. Nike Frans

Gambaran Keamanan Pangan di Nusa Tenggara Timur: Pembahasan Penemuan Formalin dalam Ikan yang beredar di Provinsi NTT. Nike Frans IRGSC Policy Brief No 014, March 2015 Research and analysis from the Institute of Resource Governance and Social Change (IRGSC) www.irgsc.org Gambaran Keamanan Pangan di Nusa Tenggara Timur: Pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi menyebabkan aktivitas masyarakat meningkat, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks menyebabkan perlu

Lebih terperinci

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupannya, makhluk hidup membutuhkan makanan, karena dari makanan manusia mendapatkan berbagai zat yang diperlukan oleh tubuh untuk dapat bekerja dengan optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan (www.yayasan.amalia.org, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan (www.yayasan.amalia.org, 2013) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah baik tingkat pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas adalah satu masa usia anak yang sangat berbeda

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Subjek Penelitian 4.1.1 Sekolah Dasar Muhammadiyah 27 Jakarta SD Muhammadiyah 27 Jakarta berdiri pada tahun 1970 dan menempati areal seluas 2000 meter persegi, SD Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan enzim-enzim (Djaafar dan Rahayu, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan enzim-enzim (Djaafar dan Rahayu, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan gizi manusia dan diminati berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat pemerintah telah melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi membuat keterkaitan ekonomi nasional dengan perekonomian internasional menjadi makin erat. Dalam skala nasional, globalisasi berarti peluang pasar internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak sekali makanan dan minuman yang beredar di masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak sekali makanan dan minuman yang beredar di masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini banyak sekali makanan dan minuman yang beredar di masyarakat yang dalam proses pembuatannya telah dicampur dengan bahan kimia. Bahan kimia tersebut beraneka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedelai yang tinggi protein, sedikit karbohidrat, mempunyai nilai gizi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kedelai yang tinggi protein, sedikit karbohidrat, mempunyai nilai gizi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahu merupakan bahan makanan yang banyak diminati oleh masyarakat di Indonesia. Tahu yang kaya akan protein, sudah sejak lama dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani siklus hidupnya membutuhkan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Kebutuhan zat gizi bagi tubuh meliputi kebutuhan akan zat gizi makro dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era modernnisasi ini dan berdasarkan perkembangan teknologi yang sangat pesat dan seiring dengan jalannya kebutuhan ekonomi yang semakin besar, Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air baik diolah maupun tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh berbagai kalangan. Menurut (Rusdi dkk, 2011) tahu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh berbagai kalangan. Menurut (Rusdi dkk, 2011) tahu memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahu, merupakan salah satu makanan yang digemari oleh hampir semua kalangan masyarakat di Indonesia, selain rasanya yang enak, harganya pun terjangkau oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, salah satunya adalah pengamanan makanan dan minuman. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, salah satunya adalah pengamanan makanan dan minuman. Upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan diselenggarakan melalui 15 macam kegiatan, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya kesadaran masyarakat Indonesia akan kebutuhan gizi dan bertambahnya tingkat pendapatan mayarakat, menyebabkan permintaan bahan pangan yang

Lebih terperinci

Makalah Manajemen Kewirausahaan USAHA PRODUKSI MINUMAN YOGURT KACANG MERAH. Disusun Oleh : Mega Ayu Puspitasari ( )

Makalah Manajemen Kewirausahaan USAHA PRODUKSI MINUMAN YOGURT KACANG MERAH. Disusun Oleh : Mega Ayu Puspitasari ( ) Makalah Manajemen Kewirausahaan USAHA PRODUKSI MINUMAN YOGURT KACANG MERAH Disusun Oleh : Mega Ayu Puspitasari ( 08307144033 ) PROGRAM STUDI KIMIA JURDIK KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGATAHUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam. terbawa hingga dewasa. Kegemaran masyarakat akan jajan atau

I. PENDAHULUAN. setiap orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam. terbawa hingga dewasa. Kegemaran masyarakat akan jajan atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jajan merupakan suatu kebiasaan yang telah lama tertanam dalam diri setiap orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam Taryadi (2007), jajanan merupakan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK LIRA BUDHIARTI. Karakterisasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 34 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kampus IPB Dramaga. Waktu penelitian pada bulan September-Oktober 2009. Penentuan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keamanan pangan memegang peranan yang sangat strategis. Terjaminnya kondisi keamanan pangan di Indonesia berarti telah memenuhi hak-hak masyarakat Indonesia untuk memperoleh

Lebih terperinci