S A N T I E. P U R N A M A S A R I, M. S I, P S I K O L O G F A K U L T A S P S I K O L O G I U M B Y

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "S A N T I E. P U R N A M A S A R I, M. S I, P S I K O L O G F A K U L T A S P S I K O L O G I U M B Y"

Transkripsi

1 Perkembangan Moral S A N T I E. P U R N A M A S A R I, M. S I, P S I K O L O G F A K U L T A S P S I K O L O G I U M B Y

2 Pendahuluan Saat kita melihat anak-anak bermain maka akan tampak bagaimana perilaku anak-anak tersebut Perilaku yang ditunjukkan bermacam-macam. Ada anak yang dapat bermain bersama, ada anak yang mau berbagi dengan temannya, ada anak yang bermain sendiri, ada pula yang mengejek atau menggangggu temannya yang lain Perilaku tersebut muncul karena pengaruh dari nilai yang dimiliki anak melalui perkembangan moralnya

3 Perkembangan moral Berbicara tentang perkembangan moral maka kita akan membahas hal-hal yang etis dan tidak etis, perilaku yang baik dan tidak baik, nilai, aturan dan sistem sosial yang berlaku dalam masyarakat Jika anak melakukan kesalahan maka akan menimbulkan rasa bersalah dan jika melakukan hal yang benar akan menimbulkan rasa bangga Konsep ini ditanamkan oleh orangtua melalui proses internalisasi

4 Perkembangan moral Proses penanaman atau internalisasi moral ditentukan oleh 3 komponen, yaitu kognitif, perilaku dan emosi Komponen kognitif berkaitan dengan : pengetahuan mengenai aturan tentang hal yang baik dan buruk Komponen perilaku : yaitu perilaku nyata individu saat berada dalam situasi yang membutuhkan pertimbangan etis Komponen emosi : fokusnya pada perasaan individu tentang situasi atau perilaku yang melibatkan pertimbangan dan keputusan etis/moral

5 Teori Perkembangan Moral (Piaget) Menurut Piaget ada 3 tahap yaitu : a. Pre moral stage (0-5 tahun) b. Stage of moral realism (6-10 tahun) c. Morality of reciprocity (11 tahun ke atas)

6 Pre moral stage (0-5 tahun Adalah tahap dimana anak menunjukkan minat yang sedikit terhadap aturan Terjadi pada masa prasekolah Saat bermain anak cenderung melakukannya dengan tidak sistematis dan belum ada niat untuk memenangkan suatu permainan. Anak hanya bermain untuk mencari kesenangan dan mereka akan mencoba berbagai macam cara untuk melihat efeknya terhadap permainan tersebut.

7 Stage of moral realism (6-10 tahun) Anak sudah mengembangkan perhatian terhadap aturan yang ada dan penerapannya cenderung kaku (tidak fleksibel) Menurut anak, aturan berasal dari sesuatu yang berkuasa (misalnya dari orangtua) dan aturan sifatnya tetap (tidak berubah) sepanjang waktu, serta tidak dapat dipertanyakan Biasanya disebut dengan moral absolutism Jika bermain dengan teman, sering terdengar katakata kata ibuku

8 Lanjutan. Pada tahap ini anak juga memiliki sesuatu yang disebut dengan immanent justice (yaitu segala sesuatu yang menyimpang atau menyalahi aturan akan mendatangkan hukuman) Hukuman dapat datang dari orang lain atau Tuhan Contohnya : anak yang telah berbohong pada ibunya kemudian jatuh dari sepeda sehingga terluka. Yang ada dalam pikiran anak tersebut adalah ini yang kudapat karena telah berbohong pada ibu.

9 Morality of reciprocity/autonomous morality (11 tahun ke atas) Pada tahap ini, anak sudah memahami bahwa aturan yang ada dapat dipertanyakan, dapat berubah Untuk memutuskan apakah seseorang bersalah atau tidak, anak tahu ada pertimbangan yang dilakukan berdasarkan perasaan dan sudut pandang dari orang lain Anak juga percaya bahwa keadilan berlaku untuk semua orang

10 Teori perkembangan Moral (Kolhberg) Ada 3 tahap perkembangan moral dan tiap tahapnya terbagi dua sehingga total keseluruhan ada 6 tahapan perkembangan moral, yaitu : a. Level 1 : pre conventional morality 1. Obedience & punishment orientation 2. Naïve hedonistic & instrumental orientation b. Level 2 : conventional morality (conventional rules & conformity) 3. Good boy morality 4. Authority & morality that maintain the social order c. Level 3 : post conventional morality (self-accepted moral principles) 5. Morality of contract, individual rights & democratically accepted law 6. Morality of individual principles and conscience

11 Pra conventional level Pada tahap ini, perilaku anak hanya didasarkan pada ingin mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman Pada tahap 1 : anak akan setuju dengan pihak pembuat aturan agar terhindar dari hukuman. Hukuman dimaknai sebagai sesuatu yang berhubungan dengan fisik Tahap 2 : anak masih berusaha untuk mendapatkan hadiah. Mulai ada pemahaman mengenai saling berbagi namun sifatnya manipulatif (belum tulus atau bukan karena murah hati)

12 Conventional level Pada tahap ini, perilaku anak diarahkan atau dibentuk untuk mendapatkan persetujuan dari orang lain dan diarahkan agar dapat menjaga hubungan baik dengan orang lain Anak menerima aturan sosial tanpa banyak bertanya dan menilai bahwa suatu perilaku dikatakan baik jika sesuai dengan aturan yang ada Tahap 3 : perilaku baik dipertahankan anak untuk menjaga hubungan baik dengan pihak lain. Anak masih menilai perilaku orang lain. Anak juga lebih perhatian pada persetujuan atau ketidak-setujuan dari orang lain bukan karena kekuatan fisik yang dimiliki orang lain

13 Lanjutan Anak mulai dapat menerima aturan sosial dan menilai apakah perilaku orang lain baik atau buruk berdasarkan niat seseorang melakukan hal itu Tahap 4 : anak (tanpa bertanya) menerima segala aturan sosial yang ada dan yakin bahwa jika masyarakat menerima aturan yang ada maka masyarakat akan terhindar dari kritik Anak menerima tidak hanya standar dari orang lain namun juga standar dari masyarakat. Individu akan menerima aturan yang ada tanpa banyak tanya dan perilakunya akan dianggap baik jika sesuai dengan aturan tersebut law and order

14 Post conventional level Penilaian anak bersifat rasional Perilakunya dikendalikan secara internal dengan kode moral yang dimiliki Pengambilan keputusan untuk berperilaku cukup mandiri dan tidak tergantung pada persetujuan atau ketidak-setujuan dari lingkungan Tahap 5 : individu memiliki fleksibilitas dalam keyakinan moralnya. Menurutnya, moralitas adalah didasarkan pada persetujuan dari masyarakat untuk mengikuti aturan yang ada agar tercipta keteraturan dan dapat menjaga hak tiap individu. karena bersifat kesepakatan maka dapat saja diubah oleh masyarakat itu sendiri saat mereka berpikir jika perubahan tersebut akan mendatangkan keuntungan yang lebih besar bagi anggotanya

15 Lanjutan Tahap 6 : individu akan mengikuti standar sosial dan nilai pribadinya senidiri. Individu cenderung akan lebih menghindari ekspresi penolakan yang keras daripada memberikan kritik pada orang lain Keputusan moral yang diambil berdasarkan pada prinsip abstrak mengenai keadilan, rasa welas asih pada sesama dan kesetaraan. Konsep moral yang dimiliki berdasarkan pada rasa menghormati sesama manusia Individu dengan konsep moral ini kerapkali akan mengalami konflik dengan aturan yang berlaku dalam masyarakat

16 Batasan usia???? Menurut Kolhberg, ekspresi konsep moral ini tidak memiliki batasan usia, namun dari hasil penelitian tampak bahwa : a. Anak usia 7 tahun banyak berada di level 1 (tahap 1 & 2) dan sedikit di level 3 b. Anak padausia 10 tahun sering menggunakan level 1, 2 dan 3 c. Anak dengan usia 16 tahun lebih sering berada di level 2. hanya sedikit yang berada di level 3

17 Moral laki-laki & perempuan Konsep moral pada perempuan sifatnya lebih menekankan pada caring orientation dan pendekatan interpersonal pada masalah yang sifatnya dilematis Konsep moral pada laki-laki : menekankan pada nilai pribadi sebagai hak pribadi dan prinsip keadilan

18 Efek perkembangan moral terhadap kemampuan sosialisasi anak Anak menjadi lebih populer di kalangan guru dan peer nya Penilaian moral yang dimiliki anak menjadi lebih matang karena ia lebih aktif dalam aktivitas sosialnya Hal tersebut dapat diraihnya karena anak memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk melakukan role-taking

19 Perkembangan moral & perilaku Dengan adanya konsep moral maka individu akan mengembangkan regulasi diri (kemampuan untuk mengendalikan perilaku dan emosinya tanpa harus diingatkan oleh orang lain) Ada 3 tahap untuk mengembangkan regulasi diri, yaitu ; a. Control phase (12-18 bulan) b. Self-control phase c. Self regulation phase

20 Control phase Anak memiliki kesadaran sosial dan tuntutan terhadap tugas yang ditentukan oleh caregivers-nya Anak masih memiliki ketergantungan yang tinggi pada caregivers untuk mengingatkan mereka mengenai perilaku-perilaku yang boleh dilakukan Untuk itu, anak mulai menunjukkan kepatuhannya atas aturan yang diberikan oleh caregivers

21 Self control phase Anak mulai mematuhi aturan yang diberikan oleh caregivers meskipun tanpa kehadiran caregivers Hal ini karena pola berpikirnya mulai berkembang begitu juga dengan kemampuan memorinya. Hal ini membuat anak mampu mengingat aturan yang dibuat dalam keluarga berikut dengan aktivitas rutin yang biasa ia lakukan di rumah

22 Self regulation phase Anak mulai menggunakan strategi dan rencana untuk mengarahkan perilakunya dan untuk membantu anak untuk menghindari atau menghadapi godaan dan dalam menjalani delay of gratification

23 Faktor yang mempengaruhi Anak itu sendiri Disiplin dari orangtua yang sifatnya konsisten Temperamen anak Anak dengan kontrol diri yang baik akan lebih mudah diterima dan beradaptasi serta mengatasi stress saat ia masuk usia remaja

24 Perilaku prososial dan altruisme Perilaku prososial adalah perilaku yang sifatnya sukarela dan diarahkan pada adanya keuntungan di pihak orang lain. Dilakukan dengan berbagai macam motif (termasuk egoistik) dan dengan pertimbangan praktis Altruisme adalah perilaku yang ditujukan untuk kesejahteraan orang lain Perilaku altruistik : perilaku yang dikendalikan dari motivasi internal yang tujuannya untuk menolong orang lain tanpa adanya pengharapan akan dikenal atau mendapat imbalan

25 Perkembangan perilaku prososial Lahir 6 bulan : memberikan respon positif terhadap orang lain (tersenyum atau tertawa pada orang lain); berpartisipasi dalam permaian sosial (peak a boo); bereaksi secara emosi terhadap tekanan yang diberikan orang lain (menangis) 6 12 bulan : mengambil peran aktif dalam permainan sosial; menunjukkan perilaku berbagi; menunjukkan rasa sayang pada orang-orang yang ia kenal

26 Cont bulan : jika menginginkan sesuatu dapat menunjukkannya; dapat melakukan perintah atau permintaan sederhana; adanya pengetahuan mengenai aturan saat bermain bersama; menunjukkan pengetahuan mengenai tugas-tugas yang biasa dilakukan oleh caregivers (biasanya akan ikut membantu); menghibur orang lain yang sedang sedih; menunjukkan atau memberikan mainannya pada orang dewasa

27 Cont bulan : dapat menggabarkan perhatian orang lain terhadap sesuatu melalui kata-kata atau gesture; perilaku merawat dan menolong semakin meningkat dan terencana; secara verbal dapat mengekspresikan niatnya untuk menolong atau ekspresi pengetahuannya terhadap suatu tugas; memberikan saran secara verbal; mencoba menlindungi orang lain

28 Cont 3-7 tahun : sangat senang menunjukkan perilaku prososial 3-11 tahun : sudah mulai mengenali kebutuhan orang lain meskipun kebutuhan tersebut bertentangan dengan diri sendiri 6-17 tahun : menilai perilaku prososial dan non prososial dari referensi yang berasal dari stereotipikal budaya yang dimiliki mengenai perilaku baik dan perilaku buruk. Selain itu penilaian juga diberikan berdasaarkan dari ada atau tidaknya persetujuan dari pihak lain

29 Cont tahun : dapat berempati terhadap orang lain dan dapat merasa bangga atau bersalah atas konsekuensi yang muncul dari perilakunya tahun : memutuskan untuk menolong atau tidak menolong orang lain melalui nilai yang dimiliki dan berdasarkan pada perhatiannya pada hak dan harkat hidup orang lain; memiliki keyakinan atas tugas individu dan tugas masyarakat; mempercayai adanya kesetaraan antar individu; dan membentuk self respect atas nilai yang dimiliki dirinya sendiri dan dapat menerima norma yang berlaku

30 Apakah perempuan lebih prososial daripada laki-laki? Harapan yang berlaku adalah perempuan lebih prososial, responsif dan empatik daripada laki-laki Hasilnya menunjukkan bahwa perilaku prososial yang ditunjukkan kedua jenis kelamin sangat bervariasi sehingga untuk menilainya perlu dilihat perilaku prososial mana yang akan dibandingkan Perbedaan terbesar terletak pada kindness dan consideration

31 Cont Perempuan : lebih suka menolong; membuat orang lain merasa nyaman dan berbagi; suka memberi sesuatu Perempuan juga lebih dapat melakukan empati (merasakan apa yang orang lain rasakan) dibandingkan laki-laki

32 Faktor penyebab Munculnya perilaku prososial dan prosocial reasoning (pemikiran dan penilaian mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan prososial) diketahui dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan Namun bukti penelitian menunjukkan bahwa pengaruh dari genetik tidak terlalu besar, yang lebih berpengaruh adalah lingkungan untuk membentuk perilaku prososial

33 Pengaruh lingkungan Lingkungan berupa keluarga, media massa dan budaya Orangtua berperan sebagai model dan sekaligus juga pendorong untuk memunculkan perilaku prososial. Dimana orangtua sangat berperan dalam membentuk dan memunculkan perilaku prososial pada anaknya Anak prososial terbentuk dari keluarga yang demokratis, bukan otoriter Awal pembentukan perilaku prososial adalah dengan modeling dan imitasi

34 Cont Media massa seperti televisi juga memberikan kontribusi terhadap perkembangan perilaku prososial. Anak yang banyak menonton program acara yang memiliki unsur prososial akan mengembangkan perilaku tersebut dengan lebih baik daripada anak yang tidak menonton acara yang sama Budaya yang memberikan tanggung jawab pada kakak untuk merawat adik akan membentuk perilaku altruistik yang lebih tinggi

35 Peranan kognitif dalam melakukan prosocial reasoning Keputusan untuk melakukan perilaku prososial atau tidak dan bagaimana kualitasnya sangat dipengaruhi oleh tingkat perkembangan kognitif anak Menurut Eisenberg, Lennon dan Roth (1983) ada 5 tahap perkembangan prosocial reasoning pada anak, yaitu :

36 Level 1 : hedonistic & self focused Kelompok anak prasekolah dan younger elementary school children Anak lebih perhatian pada konsekuensi yang akan ia terima daripada pertimbangan moral yang ia miliki Keputusan untuk menolong atau tidak tergantung pada apa yang akan ia dapatkan, akankah ada balasan yang sama di masa yang akan datang dan hanya ditujukan pada orang-orang yang dekat dengan anak secara emosi

37 Level 2 : recognition of needs of others Kelompok anak pra sekolah dan sekolah dasar Anak menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain yang berkaitan dengan kebutuhan fisik, materi dan psikologis, meskipun kebutuhan tersebut bertentangan dengan kebutuhannya sendiri Tidak ada ekspresi verbal, perhatiannya diekspresikan dalam bentuk yang sederhana

38 Level 3 : seeking others approval and acceptance Kelompok anak sekolah menengah pertama dan atas Anak menggunakan stereotipe yang ada di sekitarnya untuk menilai orang atau perilaku yang baik dan buruk Ia juga mempertimbangkan penerimaan dan persetujuan dari pihak lain dalam memutuskan sesuatu hal dapat dinilai prososial atau tidak

39 Level 4 : emphatic Kelompok anak smp yang lebih tua dan anak sma Anak dapat mengambil keputusan dan melakukan penilaian berdasarkan evaluasi terhadap role taking, anak mulai perhatian terhadap unsur kemanusiaan terhadap orang lain, mulai muncul rasa bersalah atau rasa positif atas konsekuensi yang muncul dari perbuatannya

40 Level 4 : transitional (emphatic and internalized) Kelompok minority of high school age children Anak memutuskan untuk menolong atautidak berdasarkan nilai yang telah terinternalisasi dalam dirinya, juga berdasarkan norma, tugas dan tanggung jawab Mementingkan untuk melindungi hak dan harkat martabat manusia lain

41 Level 5 : strongly internalized Only a small minority of high school students and virtually no elementary school children Anak memutuskan untuk menolong atau tidak bergantung pada nilai, norma dan tanggung jawab yang dimiliki, ia juga memiliki keinginan untuk menjaga aturan yang telah tertulis mengenai tugas dari individu dan masyarkat Anak memiliki keyakinan bahwa adanya kesetaraan, hak manusia dan harkat manusia Anak akan membentuk penghargaan terhadap diri untuk meningkatkan nilai dan norma yang dimilikinya

42 Perkembangan perilaku agresif Agresi adalah perilaku yang meniatkan dirinya untuk menyakiti orang lain dengan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan rasa sakit Instrumental aggression : menyakiti atau memukul objek (mainannya atau benda milikinya) Hostile aggression : perilaku agresif yang ditujukan pada orang lain, termasuk di dalamnya adalah mengkritik, mengolok atau mengejek (usia 6-7 tahun)

43 Cont 0-2 tahun : bayi dapat menunjukkan ekspresi marah dan frustrasi; mulai menunjukkan perilaku agresif (mendorong) Masa pra sekolah 2-5/6 tahun : anak yang mendapat dukungan dari keluarga untuk menunjukkan perilaku anti sosial akan cenderung mulai menunjukkan perilaku agresif yang serius; bentuknya adalah instrumental aggression Anak perempuan lebih bersikap agresif verbal, termasuk menggosip dan menunjukkan adanya relational aggression. Sedangkan laki-laki lebih ke arah agresif fisik

44 Cont tahun : anak menunjukkan hostile aggression, mereka juga mulai menilai niat orang lain Masa sekolah dasar (7-10 tahun) : laki-laki ke arah agresi fisik dan perempuan agresi pada hubungan sosial; namun keduanya tidak bersifat fisik tetapi mengarah pada agresi verbal Anak agresif adalah yang mengalami kesulitan di sekolah dan ditolak oleh peer nya Pada kelas 4/5, orangtua mulai harus mengawasi untuk mencegah terjadinya perilaku delinkuen dan vandalisme

45 Cont. Remaja : anak agresif akan memilih masuk dalam kelompok anak yang agresif juga Mulai terjadi peningkatan perilaku delikuensi dan vandalisme serta penggunaan senjata banyak terjadi pada laki-laki Berkaitan dengan mulai diproduksinya hormon (meningkatnya produksi hormon testosteron) akan meningkat pula perilaku agresif anak

46 Bentuk agresi Reactive aggression : anak yang menunjukkan respon agresif saat mendapatkan ancaman, diserang atau merasa frustrasi Proactive aggression : anak yang menunjukkan perilaku agresif untuk memaksakan kehendak dan menunjukkan kekuasaaannya pada anak lain, mengancam anak lain dan melakukan bullying Relational aggression : merusak atau mengganggu hubungan interpersonal yang ada dengan cara mengeluarkan anggotanya, bergosip atau menjelekkan resputasi orang lain

47 Faktor penyebab Biologis : pengaruhnya tampak lebih jelas pada usia remaja. Dimana pada saat itu hormon sudah mulai bekerja.hormon yang bertanggung jawab terhadap munculnya perilaku agresif adalah hormon testosteron. Pada perempuan, hormon yang bertanggung jawab adalah estradiol. Selain hormon, yang bertanggung jawab adalah substansi kimiawi yang ada dalam tubuh, yang berhubungan dengan neurotransmitter. Cairan tersebut adalah serotonin yang bertugas untuk mengendalikan kelenjar endokrin. Tugas dari kelenjar tersebut adalah mengatur fokus perhatian dan kondisi emosi

48 Cont. Temperamen termasuk faktor biologis yang memberikan konstribusi terhadap perilaku agresif Bayi yang difficult akan berkembang menjadi anak yang agresif di kemudian hari

49 Faktor lingkungan Keluarga yang menunjukkan tekanan pada anak dengan kuat; keluarga yang menunjukkan adaya kelekatan yang tidak aman Peer, gangs dan lingkungan sekitar juga dapat membentuk perilaku agresif pada anak Lingkungan yang negatif misanya miskin, dan dengan tingkat kriminalitas yang tinggi pula

50 Cara mengatasi perilaku agresif Melakukan katarsis Mengubah perilaku dan kognitif Mengubah lingkungan

PERKEMBANGAN MORAL PADA MASA REMAJA

PERKEMBANGAN MORAL PADA MASA REMAJA PERKEMBANGAN MORAL PADA MASA REMAJA Menurut Santrock (1999), moral development adalah tahap perkembangan yang menekankan pada aturan dan nilai-nilai tentang apa yang harus dilakukan oleh individu pada

Lebih terperinci

EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK

EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK Murhima A. Kau Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo INTISARI Proses perkembangan perilaku prososial menurut sudut pandang Social Learning Theory

Lebih terperinci

Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia II

Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia II Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia II PERKEMBANGAN MORAL PADA REMAJA oleh: Triana Noor Edwina D.S, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan sosial dan kepribadian anak usia dini ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan mendekatkan diri pada

Lebih terperinci

S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y

S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y PERKEMBANGAN SOSIAL : KELUARGA S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y PENGANTAR Keluarga adalah tempat dan sumber perkembangan sosial awal pada anak Apabila interaksi yang terjadi bersifat intens maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605). BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Kontrol Diri 1. Pengertian Kontrol Diri Kontrol diri adalah kemampuan untuk menekan atau untuk mencegah tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

Lebih terperinci

Peers and Friends. Santi e. Purnamasari, M.Si. UMBY

Peers and Friends. Santi e. Purnamasari, M.Si. UMBY Peers and Friends Santi e. Purnamasari, M.Si. UMBY Pengantar Para ahli percaya bahwa interaksi yang terjadi di luar lingkungan keluarga adalah hal yang penting bagi perkembangan anak Terlebih kondisi saat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bullying 1. Definisi Bullying Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang lebih kuat terhadap individu atau kelompok yang lebih lemah, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan saat seseorang mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat dalam kehidupannya. Perkembangan dan pertumbuhan pada anak usia

Lebih terperinci

Pengembangan Agresi o Sejak usia prasekolah beberapa anak menunjukkan tingkat abnormalitas yang tinggi terhadap permusuhan atau perlawanan. o Anak mel

Pengembangan Agresi o Sejak usia prasekolah beberapa anak menunjukkan tingkat abnormalitas yang tinggi terhadap permusuhan atau perlawanan. o Anak mel PERKEMBANGAN AGRESI Pengembangan Agresi o Sejak usia prasekolah beberapa anak menunjukkan tingkat abnormalitas yang tinggi terhadap permusuhan atau perlawanan. o Anak melakukan agresi baik secara verbal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuh keramahan. Namun akhir-akhir ini banyak ahli yang harus berpikir

BAB I PENDAHULUAN. penuh keramahan. Namun akhir-akhir ini banyak ahli yang harus berpikir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Indonesia sejak dulu dikenal oleh dunia karena masyarakatnya yang hidup dengan rukun, saling tolong menolong, saling mensejahterakan dan penuh keramahan. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada siswa Sekolah Menengah Pertama berusia 12 tahun sampai 15 tahun, mereka membutuhkan bimbingan dan arahan dari pihak keluarga dan sekolah agar mereka dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluaga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan

BAB I PENDAHULUAN. Keluaga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keluaga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan saja, dalam bidang pendidikan pun, keluarga merupakan sumber pendidikan utama karena

Lebih terperinci

PENANGANAN ANAK BERMASALAH DENGAN KASIH SAYANG

PENANGANAN ANAK BERMASALAH DENGAN KASIH SAYANG PENANGANAN ANAK BERMASALAH DENGAN KASIH SAYANG Kita sering mendengar kasus anak-anak yang memiliki masalah di sekolah dan di rumah,seperti suka mencuri, suka berkelahi, mengganggu orang lain, suka berbohong,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat penting di dalam perkembangan seorang manusia. Remaja, sebagai anak yang mulai tumbuh untuk menjadi dewasa, merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap perkembangan yang harus dilewati. Perkembangan tersebut dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang

Lebih terperinci

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK MASA KANAK-KANAK AWAL Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK 1 Tugas Perkembangan Kanak-kanak Awal a)belajar perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin. b)kontak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menolong merupakan salah satu tindakan yang diharapkan muncul dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menolong merupakan salah satu tindakan yang diharapkan muncul dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menolong merupakan salah satu tindakan yang diharapkan muncul dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan menolong ini berarti memberikan sesuatu yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY Perkembangan bahasa Tahap perkembangan yang paling menakjubkan pada masa anak adalah saat anak mulai bisa berbicara Arti bahasa : Adalah suatu sistem komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi seorang anak dalam mempelajari berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar inilah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena akhir-akhir ini sangatlah memprihatinkan, karena kecenderungan merosotnya moral bangsa hampir diseluruh dunia. Krisis moral ini dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

mengambil peran lebih aktif dalam berinteraksi dengan teman sebaya dan bertukar pendapat atau perspektif mengenai nilai-nilai moral yang berlaku di

mengambil peran lebih aktif dalam berinteraksi dengan teman sebaya dan bertukar pendapat atau perspektif mengenai nilai-nilai moral yang berlaku di kontrol. Modul Aku Anak Baik dinyatakan valid untuk meningkatkan moral reasoning pada anak usia dini usia 5-6 tahun. Kata Kunci: moral reasoning, repeated interactive read aloud, validitas Permasalahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam masyarakat, seorang remaja merupakan calon penerus bangsa, yang memiliki potensi besar dengan tingkat produktivitas yang tinggi dalam bidang yang mereka geluti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Menurut Reiss (dalam Lestari, 2012;4), keluarga adalah suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah pendidikan

Lebih terperinci

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia Masa Usia Pra Sekolah : 2-4 th Play group atau TK : 4 5,6 th

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia Masa Usia Pra Sekolah : 2-4 th Play group atau TK : 4 5,6 th MASA KANAK-KANAK AWAL By FH Masa ini dialami pada usia Masa Usia Pra Sekolah : 2-4 th Play group atau TK : 4 5,6 th 1 Tugas Perkembangan Kanak-kanak Awal a) Belajar perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaaan dan pengasuhan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga anak usia 6 tahun, meskipun sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Anak adalah anugerah, rezeki, amanah dan kekayaan yang paling berharga bagi orangtua dan keluarganya. Suatu kebahagian bagi orangtua yang selalu berharap agar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. suatu keadaan atau situasi. Jenis penelitian eksplanatori tersebut sama

III. METODE PENELITIAN. suatu keadaan atau situasi. Jenis penelitian eksplanatori tersebut sama 27 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanatori atau penjelasan. Menurut Notoadmodjo (2005:1) penelitian eksplanatori adalah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE A. Konsep Keterampilan Sosial Anak Usia Dini 1. Keterampilan Sosial Anak usia dini merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan imajinasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah besar budaya yang berbeda. Siswanya sering berpindah berpindah dari satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan tempat individu berada. Remaja menurut Monks (2002) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan tempat individu berada. Remaja menurut Monks (2002) merupakan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja ditandai dengan pertumbuhan fisik, pengembangan kepribadian, pencapaian kedewasaan, kemandirian, dan adaptasi peran dan fungsi

Lebih terperinci

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJA PANTI ASUHAN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa sendiri. Bahkan kekerasan tidak hanya terjadi di jenjang pendidikan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. siswa sendiri. Bahkan kekerasan tidak hanya terjadi di jenjang pendidikan tinggi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini fenomena kekerasan sudah menjadi suatu tradisi yang melekat dalam masyarakat Indonesia. Tak seharipun media massa melewatkan pemberitaan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini, remaja menaruh minat dan perhatian yang cukup besar terhadap relasi dengan teman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi yang berharga bagi peradaban umat manusia, pada saat yang bersamaan pendidikan dan penalaran moral juga merupakan pilar yang sangat

Lebih terperinci

PELATIHAN KETRAMPILAN SOSIAL UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA ANAK

PELATIHAN KETRAMPILAN SOSIAL UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA ANAK PELATIHAN KETRAMPILAN SOSIAL UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA ANAK Titik Kristiyani, M.Psi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Abstrak Dewasa ini kita banyak mendengar dan membaca

Lebih terperinci

SELAMAT MEMBACA, MEMPELAJARI DAN MEMAHAMI MATERI ELEARNING RENTANG PERKEMBANGAN MANUSIA I

SELAMAT MEMBACA, MEMPELAJARI DAN MEMAHAMI MATERI ELEARNING RENTANG PERKEMBANGAN MANUSIA I SELAMAT MEMBACA, MEMPELAJARI DAN MEMAHAMI MATERI ELEARNING RENTANG PERKEMBANGAN MANUSIA I PERKEMBANGAN MORAL PADA MASA ANAK oleh: Triana Noor Edwina D.S Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Lebih terperinci

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 121 122 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 123 124 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 125 126

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

Perilaku Moral Remaja

Perilaku Moral Remaja Perilaku Moral Remaja Oleh : Anglia Febrina Proses-Proses Dasar Pandangan behavioral menekankan perilaku moral dari remaja. Proses-proses yang sudah biasa kita kenal seperti penguatan, hukuman, imitasi,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI Titing Rohayati 1 ABSTRAK Kemampuan berperilaku sosial perlu dididik sejak anak masih kecil. Terhambatnya perkembangan sosial anak sejak kecil akan menimbulkan

Lebih terperinci

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI PERMAINAN DALAM MENGEMBANGKAN SELF-CONTROL SISWA

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI PERMAINAN DALAM MENGEMBANGKAN SELF-CONTROL SISWA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Self-control dibutuhkan agar individu dapat membimbing, mengarahkan dan mengatur segi-segi perilakunya yang pada akhirnya mengarah kepada konsekuensi positif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

MEMAHAMI PERKEMBANGAN NILAI MORAL KEAGAMAAN PADA ANAK

MEMAHAMI PERKEMBANGAN NILAI MORAL KEAGAMAAN PADA ANAK Artikel MEMAHAMI PERKEMBANGAN NILAI MORAL KEAGAMAAN PADA ANAK Oleh: Drs. Mardiya Masalah moral dan agama merupakan salah satu aspek penting yang perlu di tumbuh kembangkan dalam diri anak. Berhasil tidaknya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi

Lebih terperinci

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 133 134 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 135 136 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 137 138

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL I. PENGERTIAN DAN PROSES SOSIALISASI Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock, 1990). Tuntutan sosial pada perilaku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. lain (feeling into), atau berasal dari perkataan yunani phatos yang

BAB II KAJIAN TEORI. lain (feeling into), atau berasal dari perkataan yunani phatos yang BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Empati 2.1.1 Pengertian Empati Istilah empati berasal dari kata Einfuhlung yang digunakan oleh seorang psikolog Jerman, secara harfiah berarti memasuki perasaan orang lain (feeling

Lebih terperinci

Orang Tuamu T. nakmu, Tet. Ajaran dan Nasihat Tuhan.

Orang Tuamu T. nakmu, Tet. Ajaran dan Nasihat Tuhan. Hai nak-anak Anak, Taatilah Orang Tuamu T di Dalam Tuhan, Karen arena Haruslah Demikian. Hormatilah Ayahmu dan Ibumu ini Adalah Suatu Perintah yang Penting, Seperti yang Nyata dari Janji ini: Supaya Kamu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis.

Lebih terperinci

MASA KANAK-KANAK AWAL

MASA KANAK-KANAK AWAL MASA KANAK-KANAK AWAL Oleh: Prof.Dr. Siti Partini Suardiman Drs. Hiryanto, M.Si Yulia Ayriza, M.Si, Ph.D Dra. Purwandari, M.Si Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si Rosita Endang Kusmaryani, M.Si yulia_ayriza@uny.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

MEMPERSIAPKAN KEMATANGAN BELAJAR ANAK UNTUK MEMASUKI JENJANG PENDIDIKAN FORMAL YUSI RIKSA YUSTIANA

MEMPERSIAPKAN KEMATANGAN BELAJAR ANAK UNTUK MEMASUKI JENJANG PENDIDIKAN FORMAL YUSI RIKSA YUSTIANA MEMPERSIAPKAN KEMATANGAN BELAJAR ANAK UNTUK MEMASUKI JENJANG PENDIDIKAN FORMAL YUSI RIKSA YUSTIANA KEMATANGAN KESIAPAN UNTUK MELAKUKAN FUNGSI PERTUMBUHAN SECARA FISIK SEMPURNA SIAP UNTUK MELAKUKAN GERAKAN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM VARIABEL SOSIALISASI KELUARGA DAN PERILAKU PROSOSIAL ANAK

BAB III GAMBARAN UMUM VARIABEL SOSIALISASI KELUARGA DAN PERILAKU PROSOSIAL ANAK 38 BAB III GAMBARAN UMUM VARIABEL SOSIALISASI KELUARGA DAN PERILAKU PROSOSIAL ANAK Pada bab ini, peneliti akan menggambarkan mengenai variabel independen dan dependen dalam penelitian ini, yaitu sosialisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perbedaan harus diwujudkan sejak dini. Dengan kata lain, seorang anak harus belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perbedaan harus diwujudkan sejak dini. Dengan kata lain, seorang anak harus belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya setiap manusia diciptakan berbeda, maka perbedaan dalam pendapat, persepsi, dan tujuan menjadi sebuah keniscayaan. Kemampuan menerima dan menghargai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang ditandai dengan perubahan-perubahan didalam diri individu baik perubahan secara fisik, kognitif,

Lebih terperinci

MACAM KOMPETENSI PENDIDIK

MACAM KOMPETENSI PENDIDIK MACAM KOMPETENSI PENDIDIK Kompetensi secara bahasa diartikan kemampuan atau kecakapan. Hal ini diilhami dari KKBI dimana kompetensi diartikan sebagai wewenang atau kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu hidup akan melalui tahapan pertumbuhan dan perkembangan, yaitu sejak masa embrio sampai akhir hayatnya mengalami perubahan ke arah peningkatan baik secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedisiplinan pada anak usia prasekolah 1. Pengertian Disiplin merupakan cara orang tua mengajarkan kepada anak tentang perilaku moral yang dapat diterima kelompok. Tujuan utamanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iceu Rochayatiningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iceu Rochayatiningsih, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan sepanjang hayat (long life education), karena pada dasarnya pendidikan adalah suatu proses untuk memanusiakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk saling tolong-menolong ketika melihat ada orang lain yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk saling tolong-menolong ketika melihat ada orang lain yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Hal yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya adalah kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial, dimana manusia tidak bisa hidup sendiri. Dalam hidup berdampingan dengan orang lain, setiap orang dapat mengalami konflik

Lebih terperinci

MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Ida Nur Kristianti Kata Kunci : Empati, Layanan Bimbingan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN. Program PLPG PAUD UAD 2017

PENGEMBANGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN. Program PLPG PAUD UAD 2017 PENGEMBANGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN Program PLPG PAUD UAD 2017 PENTINGNYA PENGEMBANGAN SOSIAL 1. Anak perlu distimulasi dan difasilitasi, sehingga perkembangan sosialnya dapat berkembang dengan baik. Anak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Orang Tua 1. Pengertian Orang tua adalah orang yang lebih tua atau orang yang dituakan, terdiri dari ayah dan ibu yang merupakan guru dan contoh utama untuk anakanaknya karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia mencapai 243,8 juta jiwa dan sekitar 33,9 persen diantaranya adalah anakanak usia 0-17 tahun (Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk bisa mempertahankan hidupnya. Proses kehidupan manusia yang dimulai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu BAB II LANDASAN TEORI A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi Penyesuaian Diri Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari berinteraksi dengan orang lain maupun lingkungannya. Berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berpikir, kemampuan afektif merupakan respon syaraf simpatetik atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berpikir, kemampuan afektif merupakan respon syaraf simpatetik atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai tiga kemampuan yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan perilaku. Kemampuan kognitif merupakan respon perseptual atau kemampuan untuk berpikir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak ke dewasa yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral, dan agama, kognitif dan sosial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry 1. Definisi Sibling Rivalry Sibling adalah perasaan tidak nyaman yang ada pada anak berkaitan dengan kehadiran orang asing yang semula tidak ada (dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hubungan interpersonal sangat penting untuk perkembangan perasaan kenyamanan seseorang dalam berbagai lingkup sosial. Hubungan Interpersonal membantu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak selamanya berjalan dengan mulus, tenang, penuh dengan kebahagiaan dan kegembiraan. Tetapi seringkali manusia menghadapi berbagai cobaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap pasangan. Saling setia dan tidak terpisahkan merupakan salah satu syarat agar tercipta keluarga

Lebih terperinci

PELATIHAN BASIC HYPNOPARENTING BAGI AWAM

PELATIHAN BASIC HYPNOPARENTING BAGI AWAM PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT BAGIAN PSIKOLOGI KLINIS FAKULTAS PSIKOLOGI UNDIP BEKERJASAMA DENGAN RS. HERMINA BANYUMANIK SEMARANG PELATIHAN BASIC HYPNOPARENTING BAGI AWAM SEMARANG, 23 AGUSTUS 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilakukan di lingkungan mana saja baik di sekolah maupun di luar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilakukan di lingkungan mana saja baik di sekolah maupun di luar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dilakukan di lingkungan mana saja baik di sekolah maupun di luar sekolah, dalam bentuk formal atau pendidikan yang dilaksanakan oleh sebuah lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang dia lihat. Istilah yang sering didengar yaitu chidren see children

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang dia lihat. Istilah yang sering didengar yaitu chidren see children BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah titipan yang Maha Kuasa kepada setiap orang tua yang sudah diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk menjaganya. Anak akan senantiasa mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Anak

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Anak BAB II KAJIAN TEORI 1. Definisi Anak Mansur (2007) menyatakan bahwa anak sebagai tanaman yang tumbuh, sehingga peran pendidik dan orang tua adalah sebagai tukang kebun dan sekolah merupakan rumah kaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. mengalami krisis moral para pelajar. Problematika siswa saat ini mencoreng dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. mengalami krisis moral para pelajar. Problematika siswa saat ini mencoreng dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Pada beberapa tahun terakhir, dunia pendidikan Indonesia tengah mengalami krisis moral para pelajar. Problematika siswa saat ini mencoreng dunia pendidikan. Dimulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua ini membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Semua ini membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman dan teknologi, terjadi perubahan pola hidup masyarakat. Perubahan pola hidup ini tidak selalu bersifat positif, ada beberapa pola

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Bullying. ketidaknyamanan fisik maupun psikologis terhadap orang lain. Olweus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Bullying. ketidaknyamanan fisik maupun psikologis terhadap orang lain. Olweus BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Bullying 1. Pengertian perilaku bullying Randall (2002) berpendapat bahwa Bullying dapat didefinisikan sebagai tindakan atau perilaku agresif yang disengaja untuk menyebabkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hari Minggu tanggal 29 April 2007 seorang siswa kelas 1 (sebut saja A) SMA swasta di bilangan Jakarta Selatan dianiaya oleh beberapa orang kakak kelasnya. Penganiayaan

Lebih terperinci

BAGAIMANA MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI ANAK PRASEKOLAH? Oleh Kartika Nur Fathiyah Dosen PPB FIP UNY

BAGAIMANA MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI ANAK PRASEKOLAH? Oleh Kartika Nur Fathiyah Dosen PPB FIP UNY BAGAIMANA MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI ANAK PRASEKOLAH? Oleh Kartika Nur Fathiyah Dosen PPB FIP UNY A. Pendahuluan Masa pra sekolah merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama adalah hal yang penting sehingga harus tertanam kuat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama adalah hal yang penting sehingga harus tertanam kuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan agama adalah hal yang penting sehingga harus tertanam kuat dan diberikan sedini mungkin kepada anak-anak. Pemahaman yang tepat mengenai nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian Bullying Beberapa tokoh mengemukakan bullying dalam berbagai definisi yang beragam. Sullivan (2000) menjelaskan

Lebih terperinci

0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan

0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan 90 0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari Kolmogorov-Smirnov. b) Uji Linieritas hubungan. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HUBUNGAN ANTAR VARIABEL-VARIABEL PENELITIAN

BAB IV ANALISA HUBUNGAN ANTAR VARIABEL-VARIABEL PENELITIAN 59 BAB IV ANALISA HUBUNGAN ANTAR VARIABEL-VARIABEL PENELITIAN Dalam bab ini, peneliti menjelaskan hubungan antara variabel-variabel penelitian ini, dimana yang utama adalah hubungan antara sosialisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Hampir setiap hari banyak ditemukan pemberitaan-pemberitaan mengenai perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi tersebut merupakan

Lebih terperinci