0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan"

Transkripsi

1 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari Kolmogorov-Smirnov. b) Uji Linieritas hubungan. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Uji linieritas dilakukan terhadap variabel kontrol diri dengan prokrastinasi akademik, persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua dengan prokrastinasi akademik, persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis orangtua dengan prokrastinasi akademik dan persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua dengan prokrastinasi akademik. Untuk mengetahui linier atau tidaknya, maka digunakan uji linieritas dengan analisa regresi. Kaidahnya dengan melihat p pada tabel linieritas. Jika p 0.05 hubungan linier, tetapi jika p > 0.05 maka hubungannya tidak linier. Seluruh hipotesis maupun uji asumsi dilakukan dengan menggunakan program SPSS For Windows, 11. 0

2 91 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pra uji Hipotesis a. Uji asumsi Berdasarkan rancangan analisis data, pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan menggunakan statistik parametrik regresi sederhana. Metode tersebut mensyaratkan terpenuhinya asumsi-asumsi normalitas sebaran dan linieritas hubungan antarvariabel. Oleh karena itu sebelum uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi-asumsi tersebut. b. Uji Normalitas Sebaran. Uji ini untuk mengetahui apakah skor variabel yang diteliti mengikuti distribusi normal atau tidak. Menurut Hadi (2000), ada anggapan bahwa skor variabel yang dianalisis mengikuti hukum sebaran normal baku (kurva) dari Gauss. Jika sebaran normal artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara frekuensi yang diamati dengan frekuensi teoritis kurva. Kaidah yang dipakai bila p > 0.05 sebaran normal, sebaliknya bila p 0.05 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari Kolmogorov-Smirnov. Hasil perhitungan uji normalitas variabel penelitian dapat dilihat pada tabel. 91

3 92 Tabel: 16 Hasil perhitungan uji normalitas sebaran Kontrol Diri Persepsi Remaja Terhadap Penerapan Disiplin Otoriter Orangtua Persepsi Remaja Terhadap Penerapan Disiplin Demokratis Orangtua Persepsi Remaja Terhadap Penerapan Disiplin Permisif Orangtua Prokrastinasi Akademik N Mean SD Ks-Z P Interpretasi Normal Normal Normal Normal Normal Berdasarkan tabel tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kelima variabel kontrol diri, persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua, persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis orangtua, persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua dan prokrastinasi akademik memiliki sebaran normal c. Uji Linieritas hubungan. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Uji linieritas dilakukan terhadap variabel kontrol diri dengan prokrastinasi akademik, persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua dengan prokrastinasi akademik, persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis orangtua dengan prokrastinasi akademik dan persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua dengan prokrastinasi akademik.

4 93 Untuk mengetahui linier atau tidaknya, maka digunakan uji linieritas dengan analisa regresi. Kaidahnya dengan melihat p pada tabel linieritas. Jika p 0.05 hubungan linier, tetapi jika p> 0.05 maka hubungannya tidak linier. Tabel: 17 Hasil uji linieritas hubungan Variabel Bebas F P Keterangan Kontrol Diri linier Persepsi Remaja Terhadap Penerapan linier Disiplin Otoriter Orangtua Persepsi Remaja Terhadap Penerapan Disiplin Demokratis Orangtua linier Persepsi Remaja Terhadap Penerapan Disiplin Permisif Orangtua linier Tabel tersebut menunjukkan bahwa semua hubungan variabel bebas mempunyai hubungan yang linier. B. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana untuk menguji atau membuktikan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Analisis regresi sederhana bertujuan 1) mengetahui besarnnya sumbangan efektif kontrol diri terhadap prokrastinasi akademik 2) mengetahui sumbangan efektif persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter dengan prokrastinasi akademik 3) mengetahui sumbangan efektif persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis dengan prokrastinasi akademik dan 4) mengetahui sumbangan efektif persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif dengan prokrastinasi akademik. Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana dengan taraf signifikansi 5% diperoleh hasil uji sebagai berikut:

5 94 1. Hubungan antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik sebesar.452, p=.000 dan R 2 =.205. Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang negatif dan hubungannya sangat signifikan pada taraf signifikansi 5% dengan sumbangan efektif sebesar 20.5%. Berarti hipotesis 1 yang berbunyi Ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik diterima kebenarannya. Semakin tinggi kontrol diri semakin rendah prokrastinasi akademik. 2. Hubungan antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua dengan prokrastinasi akademik sebesar.251, p=.002 dan R 2 =.063 Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang negatif dan hubungannya sangat signifikan pada taraf signifikansi 5% dengan sumbangan efektif sebesar 6,3%. Berarti hipotesis yang berbunyi Ada hubungan negatif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua dengan prokrastinasi akademik terima kebenarannya. Semakin tinggi persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua semakin rendah prokrastinasi akademik. 3. Hubungan antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis orangtua dengan prokrastinasi akademik sebesar -.172, p=.024 dan R 2 =.030. Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang negatif dan hubungannya signifikan pada taraf signifikansi 5% dengan sumbangan efektif sebesar 3,0%. Berarti hipotesis yang berbunyi Ada hubungan negatif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis orangtua dengan prokrastinasi akademik diterima kebenarannya. Semakin tinggi persepsi remaja terhadap

6 95 penerapan disiplin demokratis orangtua semakin rendah prokrastinasi akademik. 4. Hubungan antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua dengan prokrastinasi akademik sebesar.198, p=.011 dan R 2 =.039. Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan hubungannya signifikan pada taraf signifikansi 5% dengan sumbangan efektif sebesar 3,9%. Berarti hipotesis yang berbunyi Ada hubungan positif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua dengan prokrastinasi akademik diterima kebenarannya. Semakin tinggi persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua semakin tinggi prokrastinasi akademik. (data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran) Tabel 18: Rangkuman hasil analisis regresi sederhana Variabel bebas r P R 2 X 1 dengan Y X 2 dengan Y X 3 dengan Y X 4 dengan Y Keterangan: Y = Prokrastinasi akademik X 1 = Kontrol diri X 2 = Persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua X 3 = Persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis orangtua X 4 = Persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua r = Koefisien korelasi R 2 = Koefisien determinan

7 96 C. Pembahasan 1. Hubungan Kontrol Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Hasil analisis data menunjukkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan adanya hubungan negatif antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik pada remaja Madrasah Aliyah (MA) adalah terbukti. Hubungan negatif antara kedua variabel ini menunjukkan bahwa hubungannya berjalan berlawanan arah, artinya kenaikan skor kontrol diri yang diperoleh subjek diikuti dengan penurunan skor prokrastinasi akademik. Kekuatan hubungan antara kedua variabel ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar.452; p=.000, sedangkan koefisien determinan sebesar R 2 =.205, artinya sumbangan efektif yang diberikan oleh kontrol diri terhadap prokrastinasi akademik adalah sebesar 20,5%. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Green (1982), bahwa keadaan yang merugikan belajar, dikarenakan sedikit pelajar yang menggunakan kontrol diri sebagai strategi mengelola lingkungan belajar dan mereduksi secara simultan prokrastinasi akademiknya. Demikian ini, pelajar yang memiliki kontrol diri dan harga diri tinggi efektif dalam meningkatkan ketepatan waktu dalam mengerjakan tugas, hadir di sekolah dan mereduksi kelambanan, menunda-nunda tugas maupun belajar. Menurut Goldfried & Marbaum (dalam Lazarus, 1976) kontrol Diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif. Sebagai salah satu sifat kepribadian, kontrol diri pada satu individu

8 97 dengan individu yang lain tidaklah sama. Ada individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi dan ada individu yang memilikki kontrol diri yang rendah. Individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi mampu mengubah kejadian dan menjadi agen utama dalam mengarahkan dan mengatur perilaku utama yang membawa pada konsekuensi positif. Sebagai seorang pelajar, yang bertugas untuk belajar, bila mempunyai kontrol diri yang tinggi, mereka akan mampu memandu, mengarahkan dan mengatur perilaku. Mereka mampu menginterpretasikan stimulus yang dihadapi, mempertimbangkan konsekuensinya sehingga mampu memilih tindakan dan melakukannya dengan meminimalkan akibat yang tidak diinginkan. Mereka mampu mengatur stimulus sehingga dapat menyesuaikan perilakunya kepada hal-hal yang lebih menunjang belajarnya. Individu yang kontrol dirinya rendah tidak mampu mengarahkan dan mengatur perilakunya, sehingga pelajar yang dengan kontrol diri yang rendah akan berprilaku, lebih bertindak kepada hal-hal yang lebih menyenangkan dirinya misalnya dengan lebih banyak menonton televisi, bemain video game dan lain-lainnya, bahkan akan menunda-nunda tugas yang seharusnyalah ia kerjakan terlebih dahulu. Dengan kontrol diri yang rendah, mereka tidak mampu memandu, mengarahkan dan mengatur perilaku. Mereka tidak mampu menginterpretasikan stimulus yang dihadapi, tidak mampu mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin dihadapi sehingga tidak mampu memilih tindakan yang tepat.

9 98 Secara umum orang yang mempunyai kontrol diri yang tinggi akan menggunakan waktu yang sesuai dan mengarah pada perilaku yang lebih utama, yang bila ia pelajar adalah belajar, sedangkan orang yang mempunyai kontrol diri rendah tidak mampu mengatur dan mengarahkan perilakunya, sehingga akan lebih mementingkan sesuatu yang lebih menyenangkan, dan diasumsikan banyak menunda-nunda. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin rendah kontrol diri semakin tinggi prokrastinasi akademik pada remaja, begitu pula sebaliknya, semakin tinggi kontrol diri remaja semakin rendah prokrastinasi akademik remaja terbukti. Dengan mempertimbangkan hasil penelitian ini, maka sangatlah penting untuk sungguh-sungguh mempertimbangkan faktor kontrol diri sebagai suatu faktor yang memiliki keterkaitan dengan prokrastinasi akademik. Naik atau turunnya variabel kontrol diri juga diikuti naik turunnya variabel prokrastinasi akademik. Sebagaimana faktor psikologis lainnya kontrol diri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara garis besarnya faktor-faktor yang memepengaruhi kontrol diri ini terdiri dari faktor internal (dari diri individu), dan faktor eksternal (lingkungan individu). Faktor internal yang ikut andil terhadap kontrol diri adalah usia. Semakin bertambah usia seseorang maka, semakin baik kemampuan mengontrol diri seseorang itu ( Newman dalam Verawati, 2001). Faktor eksternal ini diantaranya adalah lingkungan keluarga (Hurlock, 1973). Lingkungan keluarga terutama orangtua menentukan bagaimana

10 99 kemampuan mengontrol diri seseorang. Hasil penelitian Nasichah (2000) menunjukkan bahwa persepsi remaja terhadap penerapan disiplin orangtua yang semakin demokratis cenderung diikuti tingginya kemampuan mengontrol dirinya. Demikian ini maka, bila orangtua menerapkan disiplin kepada anaknya sikap disiplin secara intens sejak dini, dan orangtua tetap konsisten terhadap semua konsekuensi yang dilakukan anak bila ia menyimpang dari yang sudah ditetapkan, maka sikap konsisten ini akan diinternalisasi oleh anak dan kemudian akan menjadi kontrol diri yang tinggi baginya. 2. Hubungan antara Persepsi Remaja Terhadap Penerapan Disiplin Orangtua Dengan Prokrastinasi Akademik Ada tiga tehnik penerapan disiplin orangtua terhadap remaja, yaitu penerapan disiplin secara otoriter, penerapan disiplin secara demokratis dan penerapan disiplin secara permisif. Disiplin otoriter dan permisif merupakan tehnik disiplin yang satu dengan yang lainnya berlawanan. Dan ini telah terbukti kebenarannya dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang negatif dan signifikan antara disiplin otoriter dengan disiplin permisif. Di samping itu juga diperoleh hasil adanya hubungan yang negatif persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis orangtua dengan persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua. Dalam pembahasan landasan teori, hal ini juga telah tampak bahwa disiplin demokratis orangtua dengan disiplin permisif orangtua mempunyai arah yang berbeda pula. Dalam penelitian ini juga terbukti kebenarannya antara penerapan disiplin demokratis dengan penerapan disiplin otoriter tidak ada

11 100 hubungan yang signifikan, namun keduanya mempunyai arah yang negatif pada perilaku prokrastinasi akademik. Penerapan disiplin otoriter, demokratis maupun permisif tidak dapat dihilangkan sama sekali dari diri seseorang. Memang ketiga penerapan disiplin orangtua ada pada diri sesorang, masalahnya ialah bagaimana proporsi satu dengan yang lainnya. Karena itu tidak mungkin untuk menghapus sama sekali tehnik disiplin lainnya. Di samping itu banyak faktor orangtua dalam menerapkan tehnik penerapan disiplin tertentu sebagaimana Hurlock (1973) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi cara mendisiplin adalah kesamaan dengan disiplin yang digunakan orangtua, penyesuaian dengan cara yang disetujui kelompok, usia orangtua atau guru, pendidikan untuk menjadi orangtua atau guru, jenis kelamin, status sosioekonomi, konsep mengenai peran orang dewasa, jenis kelamin anak, usia anak dan situasi. Di bawah ini akan memperjelas metode disiplin tertentu, hubungannya dengan prokrastinasi akademik. a. Semakin tinggi persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua semakin rendah prokrastinasi akademiknya. Hasil analisis data menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan adanya hubungan negatif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua dengan prokrastinasi akademik pada remaja Madrasah Aliyah (MA) adalah terbukti. Hubungan negatif antara kedua variabel ini menunjukkan bahwa hubungannya berjalan berlawanan arah, artinya

12 101 kenaikan skor persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua yang diperoleh subjek diikuti dengan penurunan skor prokrastinasi akademik. Kekuatan hubungan antara kedua variabel ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar.251, p=.002 dan R 2 =.063, artinya sumbangan efektif yang diberikan oleh persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua terhadap prokrastinasi akademik adalah sebesar 6,3%. Fenomena tersebut bisa terjadi karena dalam bentuk paling keras, walaupun penerapan disiplin otoriter ini lebih merusak anak pada waktuwaktu tertentu selama pola perkembangan dibandingkan dengan saat yang lain, disiplin ini selalu meninggalkan bekas pada perilaku atau kepribadian anak. Metode ini dalam bentuk keras dan kaku akan membuat anak akan mencapai tujuan mereka, dapat membuat anak mematuhi standar mereka dan menjadi anak yang baik. Sebagaimana Hurlock (1973) berpendapat bahwa walaupun disiplin yang sangat otoriter berpengaruh buruk pada perilaku anak, ada bukti-bukti bahwa, dalam bentuk yang kurang keras, disiplin otoriter menunjang sosialisasi anak. Ini dapat terjadi karena anak yang dikendalikan oleh orangtua dengan keras, belajar bersikap dengan cara yang disetujui sosial. Akibatnya mereka lebih diterima teman sebayanya dan orang dewasa daripada anak yang dibiarkan berbuat sesuka hati. Dengan anak dikendalikan oleh orangtua, anak akan lebih mengetahui dengan pasti apa yang seharusnya di lakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukannya, sehingga pada perilaku prokrastinasi akademik, di mana

13 102 perilaku ini lebih tidak mencerminkan pada disiplin waktu dan tidak ada pengakuan dari masyarakat bahwa perilaku prokrastinasi akademik ini baik, remaja akan lebih tidak melakukannya. b. Semakin tinggi persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis orangtua semakin rendah prokrastinasi akademiknya. Hasil analisis data menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan adanya hubungan negatif antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik pada remaja Madrasah Aliyah (MA) adalah terbukti. Hubungan negatif antara kedua variabel ini menunjukkan bahwa hubungannya berjalan berlawanan arah, artinya kenaikan skor persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis orangtua yang diperoleh subjek diikuti dengan penurunan skor prokrastinasi akademik. Kekuatan hubungan antara kedua variabel ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar -.172; p=.024 sedangkan koefisien determinan R 2 sebesar.030 artinya sumbangan efektif yang diberikan oleh persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis orangtua terhadap prokrastinasi akademik adalah sebesar 3,0%. Menurut Hurlock (1973) penerapan disiplin demokratis akan menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang baik, dan menghasilkan kemandirian dalam berpikir, inisiatif dalam tindakan dan konsep diri yang sehat, positif, dan penuh rasa percya diri yang direfleksikan dalam perilaku yang aktif, terbuka dan spontan.

14 103 Ciri yang paling nampak pada penerapan disiplin demokratis adalah di berikannya remaja kebebasan lebih besar di rumah, yang tercermin dalam kerja sama yang baik, ketekunan yang lebih besar dalam menghadapi hambatan, pengendalian diri yang baik, kreativitas yang lebih besar dan sikap ramah terhadap orang lain. Demikian pula, pada penelitian ini subjek yang digunakan sedang pada masa remaja, yang sebagaimana diketahui pada masa tersebut terjadi perkembangan identitas sehingga mereka ingin diakui identitasnya, mereka ingin diakaui keberadaannya. Remaja akan merasa bahwa eksistensinya diakui jika remaja mendapatkan pengakuan dari lingkungan sekitar. Bahwa remaja menyesuaikan dengan standar sosial yang ada. Dengan adanya penerimaan atas keinginan, ide-ide, pemikiran dan pendapat-pendapat mereka. Pada remaja di mana orangtua menunjukkan disiplin demokratis akan membuat remaja merasa diterima eksistensinya. Perasaan tanggungjawabpun muncul pada diri remaja, mereka menjadi percaya diri, mampu melakukan sesuatu sesuai dengan dirinya dan standar social di sekitarnya, sehingga ketika remaja dihadapkan pada tugas-tugas sekolahnya remaja tersebut akan mengerjakan tugas tersebut dengan penuh tanggungjawab dan rasa percaya diri yang tinggi, sehingga kecenderungan remaja untuk melakukan prokrastinasi akademik rendah.

15 104 c. Semakin tinggi persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua semakin tinggi prokrastinasi akademiknya. Hasil analisis data menunjukkan bahwa hipotesis kedua (c) menyatakan adanya hubungan negatif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua dengan prokrastinasi akademik pada remaja Madrasah Aliyah (MA) adalah terbukti. Hubungan positif antara kedua variabel ini menunjukkan bahwa hubungannya berjalan beriringan, artinya kenaikan skor persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua yang diperoleh subjek diikuti pula dengan kenaikan skor prokrastinasi akademik. Kekuatan hubungan antara kedua variabel ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar.198, p=.011 sedangkan koefisien determinan R 2 =.039, artinya sumbangan efektif yang diberikan oleh persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua terhadap prokrastinasi akademik adalah sebesar 3,9%. Fenomena tersebut dapat terjadi karena pada remaja tidak pernah mendapat tuntutan, kontrol maupun perhatian dari orangtua yang menunjukkan penerapan disiplin permisif yang tinggi, akan menjadi remaja yang merasa tak berharga, tidak diperhatikan dan tidak memiliki kemampuan memadai perasaan-perasaan pada remaja yang diakibatkan penerapan disiplin permisif tersebut, menyebabkan remaja merasa dirinya berbuat sesuka hatinya ketika dihadapkan pada berbagai tugas dari sekolahnya. Remaja menjadi cuek, sehingga mereka menunda-nunda dalam mengerjakan tugas sekolah.

16 105 Remaja yang mendapatkan penerapan disiplin secara permisif akan cenderung menjadi bingung dan merasa tidak aman. Pengalaman yang terbatas dan ketidakmatangan mental menghambat mereka mengambil keputusan-keputusan tentang perilaku yang memenuhi harapan sosial. Mereka tidak mengetahui apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Akibatnya, mereka mungkin menjadi ketakutan, cemas dan agresif. Prokrastinasi akademik pada remaja dengan penerapan disiplin permisif orangtua tersebut bisa terjadi karena rendahnya tanggung jawab yang dimiliki mereka, yang diakibatkan orangtua yang membebaskan mereka dan tidak pernah menuntut mereka, sehingga tanggung jawab remaja untuk mengerjakan tugaspun sangat rendah. Mereka tidak mengikuti standar sosial. Akibatnya, ketika dihadapkan pada tugas-tugas sekolah, tangungjawab mereka juga rendah, seperti yang tercermin dalam perilaku prokrastinasi akademiknya.

17 106 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis sebagaimana yang telah disajikan pada bab 4, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Ada hubungan negatif sangat signifikan antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik. Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan koefisien korelasi sebesar.452 dan P =.000, sedangkan koefisien determinan R 2 =.205 berarti sumbangan efektif 20,5 %. Berdasarkan hasil analisis data ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan adanya hubungan negatif antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik terbukti kebenarannya. Semakin tinggi skor kontrol diri yang diperoleh remaja semakin rendah prokrastinasi akademik remaja. 2. Ada hubungan negatif sangat signifikan antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua dengan prokrastinasi akademik. Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan koefisien korelasi sebesar.251 dan P =.002, sedangkan koefisien determinan R 2 =.063 berarti sumbangan efektif 6,3%. Berdasarkan hasil analisis data ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis, yang menyatakan adanya hubungan negatif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua dengan prokrastinasi akademik terbukti kebenarannya. Semakin tinggi skor persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua yang diperoleh remaja semakin rendah prokrastinasi akademik remaja. 106

18 Ada hubungan negatif signifikan antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis orangtua dengan prokrastinasi akademik. Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan koefisien korelasi sebesar.172 dan p =.024, sedangkan koefisien determinan R 2 =.030 berarti sumbangan efektif 3,0 %. Berdasarkan hasil analisis data ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis, yang menyatakan adanya hubungan negatif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis orangtua dengan prokrastinasi akademik terbukti kebenarannya. Semakin tinggi skor persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis orangtua yang diperoleh remaja semakin rendah prokrastinasi akademik remaja. 4. Ada hubungan positif signifikan antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua dengan prokrastinasi akademik. Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan koefisien korelasi sebesar.198 dan P =.011, sedangkan koefisien determinan R 2 =.039 berarti sumbangan efektif 3,9 %. Berdasarkan hasil analisis data ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis, yang menyatakan adanya hubungan positif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua dengan prokrastinasi akademik terbukti kebenarannya. Semakin tinggi skor persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua yang diperoleh remaja semakin tinggi pula prokrastinasi akademik remaja.

19 108 B. SARAN-SARAN Setelah melihat hasil penelitian ini, maka saran yang diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Saran kepada pelajar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang kontrol dirinya relatif tinggi, kecenderungan berperilaku prokrastinasi relatif rendah. Adanya informasi yang berharga ini, maka diharapkan menjadi kesadaran remaja atau siswa untuk lebih meningkatkan kecakapan kemampuan mengontrol perilaku, kemampuan mengontrol stimulus, kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian, kemampuan menafsirkan peristiwa atau kejadian, kemampuan mengambil keputusan sebagai aspek kontrol diri. Kemampuan yang memadai tersebut dapat meningkatkan kontrol diri yang tinggi. 2. Saran kepada Orangtua. Kepada pihak orangtua diharapkan untuk memperhatikan bagaimanakah tehnik penerapan disiplin yang sesuai, baik dan dapat menjadikan perilaku prokrastinasi para remaja rendah. Adapun hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan, di mana orangtua dapat menerapkan disiplin dengan otoriter dengan batas-batas tertentu atau disiplin demokratis. 3. Kepada pihak Masyarakat. Kepada pihak masyarakat luas untuk perlu memperhatikan lingkungan atau kondisi yang melatarbelakangi munculnya prokrastinasi akademik (dalam hal ini kontrol diri yang rendah dan penerapan disiplin permisif orangtua) dengan membentuk mentalitas dan kepribadian yang memiliki kontrol diri

20 109 yang tinggi serta disiplin yang tinggi sejak dini. Hal ini patut menjadi bahan pertimbangan bagi para praktisi yang banyak berkecimpung dengan permasalahan prokrastinasi akademik dalam pembuatan kebijakan serta pengambilan keputusan yang tidak merugikan semua pihak. 4. Para peneliti Kepada para peneliti berikutnya yang akan mengungkap masalah prokrastinasi hendaknya menggunakan metode penelitian eksperimen dan observasi guna memperoleh bukti mengenai hubungan kausalitas (sebabakibat) dari komponen kognitif maupun lingkungan terhadap prokrastinasi akademik. Hal lain yang perlu dilakukan adalah pengembangan dan pengujian kembali skala prokrastinasi akademik agar lebih sesuai dengan jenis tugastugas akademik yang sesuai dengan kultur bangsa Indonesia. Karena penelitian ini hanya dilakukan di sebuah institusi pendidikan keagamaan, yaitu Madrasah Aliyah yang berada di kota Jogjakarta, maka masih banyak ketidaksempurnaan untuk dipergunakan di Sekolah Menengah Umum (SMU) maupun tempat/daerah yang berbeda, yang mempunyai perbedaan dari segi kurikulum atau kultur keluarga dalam mendidik dan menerapkan disiplin. Perbaikan pada skala ukur yang dipergunakan dalam penelitian, membantu memperoleh data yang handal, sehingga dapat menguji kesahihan dan kehandalan angket serta mempertajam pemahaman mengenai permasalahan prokrastinasi. Peneliti hendaknya lebih memperhatikan factor-faktor psikologis lain yang turut mempengaruhi munculnya prokrastinasi akademik, misalnya self regulasi,

21 110 kepercayaan diri (sef confidence), tipe kepribadian A dan B, tingkat kecemasan introvert-ekstrovert dan lainnya. Sebaiknya memasukkan factor-faktor eksternal yang membentuk situasi kondusif sehingga memunculkan dan meningkatkan frekuensi prokrastinasi misalnya gaya kepemimpinan, tingkat pendidikan tertentu maupun lokasi/daerah tempat pendidikan tertentu, selain itu juga dengan meneliti komponen-komponen afektif dan konatif sebagai predictor yang akan melengkapi hasil penelitian ini dengan menggunakan komponen kognitif ini. Komponen afektif-dan konatif lain yang di sarankan antara lain: kecemasan, takut gagal, takut berhasil, tidak asertif ketergantungan. Penelitian dapat diperluas dengan mengungkap masing-masing factor alasan prokrastinasi satu-persatu. Faktor-faktor tersebut selanjutnya dibandingkan dengan karakteristik masing-masing jenis tugas akademik untuk menentukan permasalahan yang lebih spesifik dari masing-masing tugas akademik tersebut sehingga dapat dikenali jenis tugas mana yang memberikan sumbangan besar atas prokrastinasi akademik. Penelitian yang disarankan hendaknya merefleksikan penelitian ini pada populasi atau subjek penelitian karakteristik yang beragam, misalnya pada siswa pada SMP/MTS, pada pondok pesantren dan institusi lainnya. Penelitian ini akan menambah khasanah ilmiah apabila dilakukan pada subjek non siswa, seperti para guru, pegawai negeri dan karyawan. Dengan beraneka ragamnya subjek penelitian dan vareatifnya jenis tugas akan semakin memperjelas permasalahan prokrastinasi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis sebagaimana yang telah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis sebagaimana yang telah 106 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis sebagaimana yang telah disajikan pada bab 4, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Ada hubungan negatif sangat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang sangat menentukan, dengan ditandai perubahan-perubahan besar yang belum pernah terjadi sepanjang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 42 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Dari data yang telah terkumpul dilaksanakan uji asumsi. Tujuan uji asumsi tersebut adalah untuk mengetahui apakah data yang terkumpul memenuhi syarat untuk dianalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 73 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian yang telah dilakukan meliputi deskripsi data, hasil analisis data penelitian, pengujian hipotesis, dan pembahasan

Lebih terperinci

Akhirnya tiada lain kecuali do a, semoga Tuhan YME. Membalas amal baik mereka sebagai amal kebaikan. Jogjakarta, 3 Mei M.

Akhirnya tiada lain kecuali do a, semoga Tuhan YME. Membalas amal baik mereka sebagai amal kebaikan. Jogjakarta, 3 Mei M. Akhirnya tiada lain kecuali do a, semoga Tuhan YME. Membalas amal baik mereka sebagai amal kebaikan. Jogjakarta, 3 Mei 2003 M. Nur Ghufron vi DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605). BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Kontrol Diri 1. Pengertian Kontrol Diri Kontrol diri adalah kemampuan untuk menekan atau untuk mencegah tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang diberi berbagai kelebihan yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia adalah akal pikiran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 55 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Bab IV mendeskripsikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian. Baik dengan rumusan masalah penelitian, secara berurutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. Kenakalan Remaja 1. Pengertian Kenakalan Remaja Kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak ke periode dewasa. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia membutuhkan manusia berkompeten untuk mengolah kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri, disiplin, jujur, berani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah menjadi kebutuhan mendasar bagi semua orang, apalagi di zaman yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan penilaiannya, keberadaan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berupa angket tentang hubungan pola asuh orang tua dengan disiplin siswa di

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berupa angket tentang hubungan pola asuh orang tua dengan disiplin siswa di BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Data hasil penelitian ini berbentuk skor yang diperoleh dari alat ukur berupa angket tentang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1) Prokrastinasi Akademik. Kolmogorov Smirnov Z dengan bantuan Statistcal. Packages for Social Sciences (SPSS) Release 16.0.

BAB V PEMBAHASAN. 1) Prokrastinasi Akademik. Kolmogorov Smirnov Z dengan bantuan Statistcal. Packages for Social Sciences (SPSS) Release 16.0. 36 BAB V PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian untuk mengetahui prokrastinasi akademik pada pelajar SMP ditinjau dari konformitas teman sebaya adalah sebagai berikut: 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas

Lebih terperinci

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. LA TAR BELAKANG MASALAH Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Cipayung, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. SMP ini terletak di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Cipayung, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. SMP ini terletak di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESKRPSI TEMPAT PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada di SMP Arrahman, Kelurahan Bojong Pondok Terong, RT 01 / RW 04, Kecamatan Cipayung, Kota Depok,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan Penelitian Penilitian ini dimulai dengan merumuskan variabel penelitian melalui berbagai penelitian terdahulu tentang self control

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Uji Asumsi. Sebelum melakukan analisis dengan menggunakan analisis regresi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Uji Asumsi. Sebelum melakukan analisis dengan menggunakan analisis regresi, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis dengan menggunakan analisis regresi, terlebih dahulu perlu dilakukan uji asumsi terhadap data penelitian. Uji asumsi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat dan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian ex

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat dan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian ex BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Desain Penelitian Berdasarkan sifat dan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian ex post facto yang berarti sesudah fakta, maksudnya penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang Berawal dari pemikiran dan kemauan yang kuat untuk mengembangkan pendidikan di Kedungkandang

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data pada penelitian ini digunakan untuk menjawab permasalahan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data pada penelitian ini digunakan untuk menjawab permasalahan 57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data pada penelitian ini digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian dan untuk membuktikan diterima atau ditolaknya hipotesis penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN. remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA BAB IV HASIL PENELITIAN A. Orientasi dan Kancah Penelitian Penelitian ini dilakukan pada remaja berusia 17-21 tahun. Para remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA Ksatrian dan di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa atau 60 %.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa atau 60 %. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Diri Responden Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin, terdiri atas responden siswa laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Deskripsi data merupakan gambaran dari hasil penelitian yang telah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Deskripsi data merupakan gambaran dari hasil penelitian yang telah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Data Deskripsi data merupakan gambaran dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari dua macam,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian ex post facto, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian ex post facto, yaitu penelitian yang 70 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian ex post facto, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki peritiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lokasi penelitian pada tanggal 21 maret 2011 dalam rangka untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lokasi penelitian pada tanggal 21 maret 2011 dalam rangka untuk BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti meliputi: a) merumuskan masalah

Lebih terperinci

Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti, Jumiyanto Widodo. Pendidikan Administrasi Perkantoran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti, Jumiyanto Widodo. Pendidikan Administrasi Perkantoran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN TINGKAT PENGHASILAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pada hakekatnya penelitian merupakan wadah untuk mencari kebenaran atau untuk memberikan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan oleh para

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengalih fungsian PGAN 6 Tahun Puteri menjadi dua madrasah, yaitu MTsN Malang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengalih fungsian PGAN 6 Tahun Puteri menjadi dua madrasah, yaitu MTsN Malang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Lokasi Penelitian Madrasah Aliyah Negeri Malang I lahir berdasarkan SK Menteri Agama No. 17 Tahun 1978, yang merupakan alih fungsi dari PGAN 6 Tahun Puteri Malang.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kepimpinan. Peneliti mendeskripsikan skor kepemimpinan dan kinerja

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kepimpinan. Peneliti mendeskripsikan skor kepemimpinan dan kinerja BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas hasil penelitian baik secara deskriptif maupun uji hipotesis serta Pembahasan. A. Analisis Deskripsi Subjek Pada bagian ini, peneliti akan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Berdasarkan hasil uji normalitas data menggunakan program SPSS 16, didapatkan hasil bahwa data neuroticism memiliki nilai z = 0,605 dengan signifikansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mingkin, karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi anak maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini remaja memiliki kecenderungan untuk tumbuh berkembang guna mengembangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor budaya organisasi dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor budaya organisasi dan 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskripsi Subjek Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor budaya organisasi dan keterikatan kerja. Peneliti mendeskripsikan skor budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan dan menyenangkan. Pengalaman baru yang unik serta menarik banyak sekali dilalui pada masa ini.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengolahan data berdasarkan hasil pengisian angket tentang pola asuh orangtua

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengolahan data berdasarkan hasil pengisian angket tentang pola asuh orangtua BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Variabel Penelitian 4.2.1 Deskripsi tentang Pola Asuh Orangtua Dari hasil pengolahan data berdasarkan hasil pengisian angket tentang pola asuh orangtua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini mengenai pengaruh keragaman tenaga kerja (workforce diversity) terhadap kinerja karyawan bagian pemeliharaan (maintenance section)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode saat ini merupakan zaman modern, Negara Indonesia dituntut untuk mampu menjadi sebuah negara yang hebat dan mampu bersaing di era globalisasi dan diharapkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi harus terlebih dahulu dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas, uji linieritas, dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Berdasarkan data yang telah diperoleh dari penelitian tersebut diadakan uji asumsi. Uji asumsi dikerjakan dengan menggunakan Statistical Package of Social Science (

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda ( Turmudi, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia pendidikan diperlukan untuk mempersiapkan generasi muda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia pendidikan diperlukan untuk mempersiapkan generasi muda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pendidikan diperlukan untuk mempersiapkan generasi muda agar menjadi sumber daya manusia (SDM), yang mampu bersaing dalam era persaingan bebas. Pendidikan sangat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Variabel X (Sikap orang tua )

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Variabel X (Sikap orang tua ) 3 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.1 Deskripsi Hasil Penelitian.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Variabel X (Sikap orang tua ) Dalam penelitian ini, yang skor data variabel X adalah skor data tentang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data dalam penelitian ini diperoleh dari siswa kelas V SD se-gugus Sadewa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data dalam penelitian ini diperoleh dari siswa kelas V SD se-gugus Sadewa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data dalam penelitian ini diperoleh dari siswa kelas V SD se-gugus Sadewa Temanggung tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 198 siswa. Penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS Aliya Noor Aini Iranita Hervi Mahardayani 1 2 Abstract This study aims to examine the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi seorang anak dalam mempelajari berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar inilah,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil pengolahan data, dan pembahasan hasil penelitian. 4.1 Gambaran Umum Subjek Pengambilan data lapangan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi profesional guru.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah makhluk sosial juga seperti orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Proses Pelaksanaan Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Proses Pelaksanaan Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Proses Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Penelitian Dalam mengadakan suatu penelitian langkah awal yang perlu dilakukan adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. mengetahui deskripsi data tentang kecemasan, maka peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN. mengetahui deskripsi data tentang kecemasan, maka peneliti BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi 1. Deskripsi Data Deskripsi data merupakan penjabaran dari data yang diteliti dan untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah periode perubahan dimana terjadi perubahan tubuh, pola perilaku dan peran yang diharapkan oleh

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode tryout atau uji coba sehingga

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode tryout atau uji coba sehingga BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode tryout atau uji coba sehingga data yang ada pada skala sudah variabel dan reliabel dan dapat digunakan kembali dalam penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA IPA MAN MALANG I KOTA MALANG

HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA IPA MAN MALANG I KOTA MALANG HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA IPA MAN MALANG I KOTA MALANG Rojil Gufron Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan manusia lainnya. Ketika seorang anak masuk dalam lingkungan sekolah, maka anak berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode merupakan suatu cara yang digunakan oleh peniliti untuk memperoleh suatu hasil kesimpulan yang sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Dalam

Lebih terperinci

Educational Psychology Journal

Educational Psychology Journal EPJ 1 (1) (2012) Educational Psychology Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/epj PENGARUH PERSEPSI POLA ASUH PERMISIF ORANG TUA TERHADAP PERILAKU MEMBOLOS Titis Pravitasari Jurusan Psikologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yang suatu penelitian dituntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. A. Uji Asumsi Data yang diperoleh dari penelitian selanjutnya dilakukan uji

BAB V HASIL PENELITIAN. A. Uji Asumsi Data yang diperoleh dari penelitian selanjutnya dilakukan uji BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Data yang diperoleh dari penelitian selanjutnya dilakukan uji asumsi dengan menggunakan uji normalitas dan uji linieritas. Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

Jurnal Taman Vokasi Vol. 1. No

Jurnal Taman Vokasi Vol. 1. No 226 Pengaruh Kelengkapan Fasilitas Praktik dan Kedisiplinan Siswa Terhadap Hasil Evaluasi Belajar Akhir Semester Mata Pelajaran Kerja Bangku Siswa Kelas I Jurusan Teknik Permesinan SMK Pembangunan Kutowinangun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EMOSI DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK KELOMPOK B RAUDHATUL ATHFAL DI KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN

PERKEMBANGAN EMOSI DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK KELOMPOK B RAUDHATUL ATHFAL DI KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN PERKEMBANGAN EMOSI DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK KELOMPOK B RAUDHATUL ATHFAL DI KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2014/2015 Artikel Publikasi Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS KOMUNIKASI ANAK DENGAN ORANG TUA TERHADAP REGULASI DIRI SISWI KELAS VIII MTS RAUDLATUL ULUM PUTRI GONDANGLEGI MALANG

PENGARUH INTENSITAS KOMUNIKASI ANAK DENGAN ORANG TUA TERHADAP REGULASI DIRI SISWI KELAS VIII MTS RAUDLATUL ULUM PUTRI GONDANGLEGI MALANG PENGARUH INTENSITAS KOMUNIKASI ANAK DENGAN ORANG TUA TERHADAP REGULASI DIRI SISWI KELAS VIII MTS RAUDLATUL ULUM PUTRI GONDANGLEGI MALANG Sariyati Idni Ridho Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan kematangan emosi pada remaja.

Lebih terperinci

Oleh: Kartika Nugraheni NIM ABSTRAK

Oleh: Kartika Nugraheni NIM ABSTRAK PENGARUH KESADARAN BELAJAR, LINGKUNGAN KELUARGA, SARANA SEKOLAH DAN KEDISIPLINAN SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI SMA NEGERI 2 TEMANGGUNG Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara berpikir remaja mengarah pada tercapainya integrasi dalam hubungan sosial (Piaget dalam Hurlock, 1980).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan

Lebih terperinci

JURNAL HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN EFIKASI DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA.

JURNAL HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN EFIKASI DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA. JURNAL HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN EFIKASI DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA. THE RELATIONSHIP BETWEEN SEL-CONCEPT AND SELF- EFFICACY WITH STUDENTS SELF-REGULATED LEARNING Oleh: ARDHIANA CAHYA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice)

BAB II LANDASAN TEORI. potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) BAB II LANDASAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Definisi Motivasi Belajar Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejak Maret 2017 sampai dengan Agustus Semesta Jl. Kemanggisan raya no 19 Jakarta Barat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejak Maret 2017 sampai dengan Agustus Semesta Jl. Kemanggisan raya no 19 Jakarta Barat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Proses penelitian ini diawali dengan pencarian dan pengumpulan data, pengelolaan data dan penulisan hasil laporan, sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan generasi-generasi terdahulu dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih baik. Dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Tergantung : Alienasi 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua 3. Variabel Mediator : Konsep

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan, dan keterampialan proses yang diperlukan dalam kehidupan (Undangundang

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan, dan keterampialan proses yang diperlukan dalam kehidupan (Undangundang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. persepsi siswa tentang pemberian tugas dengan hasil belajar IPS siswa

BAB III METODE PENELITIAN. persepsi siswa tentang pemberian tugas dengan hasil belajar IPS siswa BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat korelasional karena penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara minat belajar dan persepsi siswa tentang pemberian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini merupakan data-data yang diperoleh saat melakukan penelitian. Data dalam penelitian ini diperoleh peneliti melalui beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis dilakukan uji asumsi terlebih dahulu yang merupakan syaratnya. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan korelasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki banyak tujuan dalam kehidupan, salah satunya adalah untuk menciptakan manusia yang mandiri. Seperti yang tertera dalam Undang undang Republik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Sebelum diadakan uji hipotesis dari data masing-masing variabel yaitu: jenjang pendidikan, motivasi kerja dan kinerja guru dianalisis secara deskriptif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan pembangunan di berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, teknologi dan budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia menuju kepribadian mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekitarnya. Berkaitan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang akan menganalisis korelasi antara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang akan menganalisis korelasi antara 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang akan menganalisis korelasi antara kemampuan kognitif matematika dengan kemampuan kognitif IPA dan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. dilakukan adalah persiapan penelitian, di antaranya:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. dilakukan adalah persiapan penelitian, di antaranya: 70 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Sebelum mengadakan studi penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan adalah persiapan penelitian,

Lebih terperinci

: SAHID PAMBUDI UTOMO A210

: SAHID PAMBUDI UTOMO A210 PENGARUH KEDISIPLIAN BELAJAR SISWA DAN KEMAMPUAN EKONOMI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI SMA NEGERI 1 BATURETNO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. apabila P > 0,05 dan diperoleh hasil sebagai berikut:

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. apabila P > 0,05 dan diperoleh hasil sebagai berikut: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov

Lebih terperinci

BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Data Subjek yang sesuai dengan karakteristik penelitian berjumlah 30 orang. Setelah memperoleh data yang diperlukan, maka dilakukan pengujian hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perancang pengajaran, pengelola pengajaran, penilai hasil pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perancang pengajaran, pengelola pengajaran, penilai hasil pembelajaran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan komponen yang memiliki peran penting dalam pendidikan, hal ini disebabkan keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan sangat tergantung pada guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam pasal 1, butir 14 bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 57 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Obyek Penelitian 1. Nama dan Motto Lembaga Lembaga ini bernama Griya Baca dengan motto Berbagi Asa dan Karya, artinya setiap anak bangsa mempunyai hak dan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional mengharapkan upaya pendidikan formal di sekolah mampu membentuk pribadi peserta didik menjadi manusia yang sehat dan produktif. Pribadi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA DISUSUN OLEH SUGESTI HANUNG ANDITYA SUS BUDIHARTO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bungah No.1 Bungah Gresik yang berdiri sejak tahun 1998 yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bungah No.1 Bungah Gresik yang berdiri sejak tahun 1998 yang 68 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Dekripsi Subyek Sekolah SMK Assa adah Bungah bertempat di alamat Jl. Raya Bungah No.1 Bungah Gresik yang berdiri sejak tahun 1998 yang merupakan

Lebih terperinci