SELAMAT MEMBACA, MEMPELAJARI DAN MEMAHAMI MATERI ELEARNING RENTANG PERKEMBANGAN MANUSIA I

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SELAMAT MEMBACA, MEMPELAJARI DAN MEMAHAMI MATERI ELEARNING RENTANG PERKEMBANGAN MANUSIA I"

Transkripsi

1 SELAMAT MEMBACA, MEMPELAJARI DAN MEMAHAMI MATERI ELEARNING RENTANG PERKEMBANGAN MANUSIA I

2 PERKEMBANGAN MORAL PADA MASA ANAK oleh: Triana Noor Edwina D.S Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

3 Perkembangan moral Berkaitan dengan aturan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain

4 Bagaimana penalaran moral pada anak berkembang? Bagaimana perilaku moral pada anak berkembang? Bagaimana perasaan moral pada anak berkembang?

5 Bagaimana penalaran moral pada anak berkembang? Pandangan Piaget Piaget melakukan penelitian dengan cara mengobservasi dan mewawancara anak dari usia 4 hingga 12 tahun. Piaget menyimpulkan bahwa anak-anak berpikir dengan dua cara tentang moralitas, bergantung pada perkembangan mereka.

6 Heteronomous morality (anak usia 4 sampai 7 tahun) Tahap pertama perkembangan moral, keadilan dan aturan dibayangkan sebagai sifat dunia yang tidak boleh berubah. Menilai kebenaran atau kebaikan dengan mempertimbangkan akibat dari perilaku itu, bukan maksud dari pelaku. Mereka yakin apabila aturan dilanggar maka hukuman akan dikenakan segera. Pelanggaran otomatis dihubungkan dengan hukuman

7 Autonomous morality (usia 10 tahun dan lebih) Tahap kedua perkembangan moral, anak menjadi sadar bahwa aturan dan hokum diciptakan oleh manusia, menerima perubahan, tunduk pada perubahan menurut kesepakatan. Anak mulai menilai kebenaran dengan mempertimbangkan maksud pelaku dan juga akibatnya.

8 Pandangan Kohlberg Perkembangan moral didasarkan pada penelaran moral dan berkembang secara bertahap. Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral ialah internalisasi yakni perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan secara eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal.

9 Kohlberg melakukan wawancara dengan anakanak. Dalam wawancara, anak-anak diberi serangkaian cerita dimana tokoh-tokohnya mengalami dilema moral. Berdasarkan penalaran yang diberikan oleh anak-anak dalam merespon cerita dimana tokoh-tokohnya mengalami dilema Kohlberg percaya terdapat tiga tingkat perkembangan moral, yang masing-masing ditandai oleh dua tahap.

10 Tingkat satu : penalaran prakonvensional Tahap 1. orientasi hukuman dan ketaatan Pada tahap ini penalaran moral didasarkan atas hukuman Tahap 2. individualisme dan tujuan Pada tahap ini penalaran moral didasarkan atas hadiah dan kepentingan sendiri.

11 Tingkat dua : penalaran konvensional Tahap 3. norma-norma interpersonal. Anak-anak mengikuti standart moral orang tua sambil mengharapkan dihargai oleh orang tuanya sebagai anak yang baik (nice boy) Tahap 4. moralitas sistem sosial Pada tahap ini, pertimbangan didasarkan atas pemahaman aturan sosial. Aturan sosial dipahami sebagai sesuatu yang harus dijaga dan dilestarikan.

12 Tingkat tiga : penalaran pascakonvensional Tahap 5. hak masyarakat VS hak individual Pada tahap ini, seseorang memahami bahwa nilai dan aturan adalah bersifat relatif dan standart dapat berbeda dari satu orang ke orang lain.

13 Tahap 6. prinsip-prinsip etis universal Pada tahap ini, seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hakhak manusia yang universal. Apabila menghadapi konflik maka seseorang akan mengikuti suara hati walaupun keputusan itu mungkin melibatkan resiko pribadi

14 Bagaimana perilaku moral pada anak berkembang? Perilaku moral dipengaruhi oleh teori belajar sosial Apabila anak diberi hadiah atas perilaku yang sesuai dengan aturan dan perjanjian sosial maka mereka akan mengulangai perilaku tersebut.

15 Apabila anak dihukum atas perilaku yang tidak bermoral maka perilaku itu akan berkurang atau hilang. Hukuman perlu digunakan secara hati-hati dan bijaksana Apabila model berperilaku moral maka anak akan meniru tindakan model tersebut.

16 Teori belajar sosial juga yakin bahwa kemampuan untuk menolak godaan berkaitan erat dengan perkembangan kendali diri. Anak harus belajar sabar dan menunda kepuasan. Jadi faktor kognitif penting dalam perkembangan kendali diri anak.

17 Bagaimana perasaan moral pada anak berkembang? Teori psikoanalisa dari Freud Super Ego Ialah struktur kepribadian yang merupakan badan moral kepribadian dan memperhitungkan apakah sesuatu benar atau salah (hati nurani)

18 Terbentuk superego pada anak Selama periode phallic inilah oedipus complex ialah konsep Freud di mana anak kecil mengembangkan suatu keinginan yang mendalam untuk menggantikan orangtua yang sama jenis kelamin dengannya dan menikmati rasa sayang dari orangtua yang berbeda jenis kelamin

19 Anak-anak menyadari bahwa orangtua yang sama jenis kelamin dengannya dapat menghukum mereka dengan keinginan tersebut, untuk megurangi masalah ini maka anak mengidentifikasi diri dengan orangtua yang sama jenis kelamin dengannya (berusaha keras menjadi seperti orangtua yang sama jenis kelamin dengannya dan melakukan internalisasi (hal-hal yang diidentifakasi dari orangtua dijadikan bagian dari perilakunya) sehingga akhirnya terbentuk superego pada anak.

20 Kekuatiran akan kehilangan rasa kasih sayang orang tua dan ketakutan dihukum maka akan membentuk superego dengan mengidentifikasikan orang tua yang sama jenis kelamin sama Anak menginternalisasi standart benar salah orang tua yang mencerminkan larangan masyarakat.

21 standart benar salah orang tua yang mencerminkan larangan masyarakat. Apabila anak melakukan pelanggaran moral maka anak akan menghukum diri sendiri dengan rasa bersalah. anak akan menyesuaikan diri dengan standar masyarakat untuk menghindari rasa bersalah.

22 MATERI HARAP DIPELAJARI LEBIH LANJUT DI BUKU : Santrock.J.W Perkembangan Rentang Kehidupan. Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga Monks.F.J.; Knoers.A.M.P. dan Haditono.S.R Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Gambar didownload dari Google

Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia II

Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia II Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia II PERKEMBANGAN MORAL PADA REMAJA oleh: Triana Noor Edwina D.S, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Lebih terperinci

Selamat Membaca, mempelajari dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia I

Selamat Membaca, mempelajari dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia I Selamat Membaca, mempelajari dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia I TEORI-TEORI dalam PSIKOLOGI PERKEMBANGAN oleh: Dr. Triana Noor Edwina D.S, M.Si Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

MEMAHAMI PERKEMBANGAN NILAI MORAL KEAGAMAAN PADA ANAK

MEMAHAMI PERKEMBANGAN NILAI MORAL KEAGAMAAN PADA ANAK Artikel MEMAHAMI PERKEMBANGAN NILAI MORAL KEAGAMAAN PADA ANAK Oleh: Drs. Mardiya Masalah moral dan agama merupakan salah satu aspek penting yang perlu di tumbuh kembangkan dalam diri anak. Berhasil tidaknya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MORAL PADA MASA REMAJA

PERKEMBANGAN MORAL PADA MASA REMAJA PERKEMBANGAN MORAL PADA MASA REMAJA Menurut Santrock (1999), moral development adalah tahap perkembangan yang menekankan pada aturan dan nilai-nilai tentang apa yang harus dilakukan oleh individu pada

Lebih terperinci

Selamat Membaca dan Memahami Materi Tentang Perkembangan Kognisi pada Masa Bayi Psikologi Perkembangan I Dosen :

Selamat Membaca dan Memahami Materi Tentang Perkembangan Kognisi pada Masa Bayi Psikologi Perkembangan I Dosen : Selamat Membaca dan Memahami Materi Tentang Perkembangan Kognisi pada Masa Bayi Psikologi Perkembangan I Dosen : Triana Noor Edwina, M.Si Fakultas Psikologi UMBY UMBY TEORI PIAGET TENTANG PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MORAL: TEORI PIAGET & KOHLBERG

PERKEMBANGAN MORAL: TEORI PIAGET & KOHLBERG PERKEMBANGAN MORAL: TEORI PIAGET & KOHLBERG TENTANG MORAL Moral berasal dari kata Latin mores yang berarti: Tata cara, kebiasaan dan adat. Perilaku moral berarti perilaku yg sesuai dengan kode moral kelompok

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERSONAL DAN SOSIAL FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SOSIAL PERKEMBANGAN PERASAAN DAN EMOSI PERKEMBANGAN MORAL

PERKEMBANGAN PERSONAL DAN SOSIAL FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SOSIAL PERKEMBANGAN PERASAAN DAN EMOSI PERKEMBANGAN MORAL Disusun oleh: PERKEMBANGAN PERSONAL DAN SOSIAL FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SOSIAL PERKEMBANGAN PERASAAN DAN EMOSI PERKEMBANGAN MORAL No Tahap Perkembangan 1. Kepercayaan vs ketidakpercayaan TAHAP

Lebih terperinci

Selamat Membaca dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia II

Selamat Membaca dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia II Selamat Membaca dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia II MASA DEWASA PEKERJAAN, KARIR DAN PENSIUN materi kuliah elearning Rentang Perkembangan Manusia II Oleh : Dr Triana Noor Edwina

Lebih terperinci

Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia I

Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia I Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia I PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN oleh Dr. Triana Noor Edwina,M.Si Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja yang berkisar antara tahun. Hurlock (1980: 206) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. remaja yang berkisar antara tahun. Hurlock (1980: 206) mengemukakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia sekolah Menengah pertama pada umumnya berada pada rentang usia remaja yang berkisar antara 12-15 tahun. Hurlock (1980: 206) mengemukakan bahwa secara

Lebih terperinci

Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II

Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II KEMATIAN oleh : Triana Noor Edwina DS Fakultas Psikologi Univ Mercu Buana Yogyakarta Persepsi mengenai kematian Persepsi yang berbeda-beda

Lebih terperinci

Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia I

Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia I Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia I PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN oleh Dr. Triana Noor Edwina,M.Si Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

Tahapan Perkem Perk bang an Kognitif

Tahapan Perkem Perk bang an Kognitif Tahapan Perkembangan Kognitif Psikologi pendidikan Sensori motorik Tahap perkembangan kognitif Piaget Usia Kemampuan 0-1.5 tahun Belum memiliki konsep permanensi objek (kecakapan psikis untuk mengerti

Lebih terperinci

Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia II

Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia II Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi Rentang Perkembangan Manusia II PERKEMBANGAN KOGNISI oleh Dr. Triana Noor Edwina, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Tahap perkembangan

Lebih terperinci

oleh Dr Triana Noor Edwina, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

oleh Dr Triana Noor Edwina, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta MATERI KULIAH RENTANG PERKEMBANGAN MANUSIA II Hubungan Remaja dengan Teman Sebaya oleh Dr Triana Noor Edwina, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Perbedaan perkembangan sosial Masa

Lebih terperinci

TAHAPAN ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN MANUSIA

TAHAPAN ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN MANUSIA TAHAPAN ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN MANUSIA Aspek-aspek perkembangan PERKEMBANGAN KOGNITIF JEAN PIAGET Perkembangan Moral Jean Piaget yang terkait perkembangan kognitif Tahap realisme moral (0-12 thn) Tahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan tersebut menjungjung tinggi moralitas berdasarkan norma-norma

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan tersebut menjungjung tinggi moralitas berdasarkan norma-norma 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terkenal dengan masyarakatnya yang ramah. Kebudayaan Indonesia seringkali disebut sebagai bagian dari budaya timur, dimana kebudayaan tersebut menjungjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebut dengan tata tertib. Siswa dituntut untuk menaati tata tertib sekolah di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebut dengan tata tertib. Siswa dituntut untuk menaati tata tertib sekolah di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang dituangkan dalam bentuk aturan. Salah satunya adalah aturan sekolah yang disebut

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MORAL ANAK USIA SD

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MORAL ANAK USIA SD KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MORAL ANAK USIA SD A. Pengertian moral Istilah moral berasal dari kata Latin mos (moris) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan.

Lebih terperinci

Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu

Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Selamat membaca, mempelajari dan memahami

Lebih terperinci

Selamat Membaca dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia II

Selamat Membaca dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia II Selamat Membaca dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia II PERKEMBANGAN KOGNITIF Oleh Dr. Triana Noor Edwina, D. S., M.Si Fakultas Psikologi Universitas Mercua Buana Yogyakarta Piaget

Lebih terperinci

MIDDLE LATE CHILDHOOD (Masa Kanak-kanak Tengah Akhir) Psikologi Perkembangan 2 Unita Werdi Rahajeng

MIDDLE LATE CHILDHOOD (Masa Kanak-kanak Tengah Akhir) Psikologi Perkembangan 2 Unita Werdi Rahajeng MIDDLE LATE CHILDHOOD (Masa Kanak-kanak Tengah Akhir) Psikologi Perkembangan 2 Unita Werdi Rahajeng www.unita.lecture.ub.ac.id FISIK ANAK TENGAH-AKHIR PERTUMBUHAN FISIK Butuh 2400 kalori/hari untuk menunjang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori atribusi ini dikembangkan oleh Kelley pada tahun 1967, kemudian dilanjutkan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori atribusi ini dikembangkan oleh Kelley pada tahun 1967, kemudian dilanjutkan oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Atribusi Teori atribusi ini dikembangkan oleh Kelley pada tahun 1967, kemudian dilanjutkan oleh Green serta Mitchell

Lebih terperinci

Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II

Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II KEMATIAN oleh : Dr Triana Noor Edwina DS, M.Si, Psikolog Fakultas Psikologi Univ Mercu Buana Yogyakarta Persepsi mengenai kematian Persepsi

Lebih terperinci

Selamat Membaca dan Memahami Materi Perkembangan Kepribadian Rentang Perkembangan Manusia II

Selamat Membaca dan Memahami Materi Perkembangan Kepribadian Rentang Perkembangan Manusia II Selamat Membaca dan Memahami Materi Perkembangan Kepribadian Rentang Perkembangan Manusia II PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN oleh Dr Triana Noor Edwina DS, M.Si Fak Psikologi UMBY DIRI Pemahaman Diri Pemahaman

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Remaja 2.1.1. Pengertian Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari bahasa latin adolescare (kata menjadi dewasa (Hurlock, 1999). Remaja adalah suatu masa yang dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

MORALITAS SEBAGAI PEMAHAMAN SOSIAL DAN PENALARAN MORAL PADA ANAK USIA DINI

MORALITAS SEBAGAI PEMAHAMAN SOSIAL DAN PENALARAN MORAL PADA ANAK USIA DINI MORALITAS SEBAGAI PEMAHAMAN SOSIAL DAN PENALARAN MORAL PADA ANAK USIA DINI MORALITAS SEBAGAI PEMAHAMAN SOSIAL Menurut perspektif pengembangan kognitif, teori kedewasaan dan pengalaman sosial menjurus kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi yang berharga bagi peradaban umat manusia, pada saat yang bersamaan pendidikan dan penalaran moral juga merupakan pilar yang sangat

Lebih terperinci

Hakikat Perkembangan Moralitas Anak Usia Dini

Hakikat Perkembangan Moralitas Anak Usia Dini Modul 1 Hakikat Perkembangan Moralitas Anak Usia Dini Drs. Otib Satibi Hidayat, M.Pd. M PENDAHULUAN odul ini akan menguraikan hakikat perkembangan moralitas anak usia dini. Melalui modul ini, Anda akan

Lebih terperinci

mengambil peran lebih aktif dalam berinteraksi dengan teman sebaya dan bertukar pendapat atau perspektif mengenai nilai-nilai moral yang berlaku di

mengambil peran lebih aktif dalam berinteraksi dengan teman sebaya dan bertukar pendapat atau perspektif mengenai nilai-nilai moral yang berlaku di kontrol. Modul Aku Anak Baik dinyatakan valid untuk meningkatkan moral reasoning pada anak usia dini usia 5-6 tahun. Kata Kunci: moral reasoning, repeated interactive read aloud, validitas Permasalahan

Lebih terperinci

JIPP. Optimalisasi Emosi Sebagai Sistem Peringatan Dini Moral. Subhan El Hafiz a Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA a

JIPP. Optimalisasi Emosi Sebagai Sistem Peringatan Dini Moral. Subhan El Hafiz a Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA a Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris Vol. 1, No. 1, 2015. Hal. 9-16 JIPP Optimalisasi Emosi Sebagai Sistem Peringatan Dini Moral Subhan El Hafiz a Universitas Muhammadiyah Prof.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia merupakan individu ciptaan Tuhan Yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia merupakan individu ciptaan Tuhan Yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia merupakan individu ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki potensi diri serta perilaku yang berbeda satu dengan yang lainnya. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang memasuki sekolah menengah pertama pada umumnya berada

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang memasuki sekolah menengah pertama pada umumnya berada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu yang memasuki sekolah menengah pertama pada umumnya berada pada rentang usia remaja, yaitu berkisar antara 12-15 tahun (Lytha, 2009:16). Hurlock (1980:10) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab dalam

BAB I P E N D A H U L U A N. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab dalam BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab dalam mengembangkan kemampuan anak secara optimal. Kemampuan yang harus dikembangkan bukan

Lebih terperinci

Perkembangan Moral. Oleh : Farida Harahap Tim Nanang Erma Gunawan, S.Pd.

Perkembangan Moral. Oleh : Farida Harahap Tim Nanang Erma Gunawan, S.Pd. Perkembangan Moral Oleh : Farida Harahap Tim Nanang Erma Gunawan, S.Pd. PERKEMBANGAN MORAL Moral = mores : Tata cara, adat istiadat, kebiasaan. Bayi yang baru lahir dikatakan belum memiliki moral karena

Lebih terperinci

Pengantar Bisnis. Etika Bisnis dan Faktor yang Mempengaruhi Tanggung Jawab Sosial. Amir Abdat, SE, MM. Modul ke: 03Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Pengantar Bisnis. Etika Bisnis dan Faktor yang Mempengaruhi Tanggung Jawab Sosial. Amir Abdat, SE, MM. Modul ke: 03Fakultas Ekonomi dan Bisnis Modul ke: 03Fakultas Fatmah Ekonomi dan Bisnis Pengantar Bisnis Etika Bisnis dan Faktor yang Mempengaruhi Tanggung Jawab Sosial Amir Abdat, SE, MM Program Studi S1 Akuntansi www.mercubuana.ac.id Etika

Lebih terperinci

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI Pendekatan Psikoanalisa Tokoh : Sigmund Freud Lahir di Moravia, 6 Mei 1856. Wafat di London, 23 September 1939 Buku : The Interpretation of Dreams (1900) Tokoh

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Oleh : Heronita Permatasari A PG PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

NASKAH PUBLIKASI. Oleh : Heronita Permatasari A PG PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN NILAI-NILAI AGAMA DAN MORAL ANAK KELOMPOK B DI 5 PAUD DI WILAYAH DESA WONOREJO - GONDANGREJO - KARANGANYAR TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI Oleh : Heronita Permatasari

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI, MORAL DAN SIKAP

PERKEMBANGAN NILAI, MORAL DAN SIKAP MAKALAH PERKEMBANGAN NILAI, MORAL DAN SIKAP Disusun Sebagai Syarat Pelaksanaan Presentasi Kelompok Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik Disusun oleh: YULI ARDIKA P. DESTYANA KHAIRUNISA WINDA FITRIFITANOVA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia Sekolah Menengah Atas pada umumnya berada pada rentang usia

BAB I PENDAHULUAN. Usia Sekolah Menengah Atas pada umumnya berada pada rentang usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Usia Sekolah Menengah Atas pada umumnya berada pada rentang usia remaja yaitu berkisar antara 15-18 tahun. Santrock (2005) mengemukakan usia remaja merupakan

Lebih terperinci

PERAN ORANG TUA DALAM PERKEMBANGAN MORAL ANAK (KAJIAN TEORI KOHLBERG)

PERAN ORANG TUA DALAM PERKEMBANGAN MORAL ANAK (KAJIAN TEORI KOHLBERG) A.13 PERAN ORANG TUA DALAM PERKEMBANGAN MORAL ANAK (KAJIAN TEORI KOHLBERG) Retno Dwiyanti Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto rianejadku@yahoo.com Abstraksi.Tujuan penulisan artikel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kata moral berasal dari bahasa Latin mos (jamak mores) yang berarti

BAB II LANDASAN TEORI. Kata moral berasal dari bahasa Latin mos (jamak mores) yang berarti BAB II LANDASAN TEORI A. Penalaran Moral 1. Moral Kata moral berasal dari bahasa Latin mos (jamak mores) yang berarti kebiasaan, adat (Bertens, 1993). Daradjad (1983) mengemukakan bahwa moral adalah kelakuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Seperti beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang dalam

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Psikoanalisa

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Psikoanalisa PSIKOLOGI UMUM 1 Aliran Psikoanalisa Sigmund Freud 3 sumber utama yang mempengaruhi gerakan Psikonalisa: 1. Ketidaksadaran Mental events mulai dari yang sama sekali tidak disadari sampai yang jelas disadari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan cara berpikir dan penalaran yang kuat. Pendeta adalah individu

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan cara berpikir dan penalaran yang kuat. Pendeta adalah individu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendeta merupakan sebuah profesi. Walaupun banyak orang memandang sebelah mata profesi ini, namun segala sesuatu tentang profesi ini sebenarnya membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa-masa peralihan dari masa kanak-kanak. menuju masa dewasa. Pada masa-masa remaja ini umumnya timbul

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa-masa peralihan dari masa kanak-kanak. menuju masa dewasa. Pada masa-masa remaja ini umumnya timbul 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa-masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa-masa remaja ini umumnya timbul permasalahan-permasalahan, seperti

Lebih terperinci

Oleh: DUSKI SAMAD. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol

Oleh: DUSKI SAMAD. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Oleh: DUSKI SAMAD Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) serentak yang sudah berjalan proses saat ini adalah sarana demokrasi untuk melahirkan pemimpin

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari hasil penelaahan novel yang diawali dari analisis struktur novel yang terdiri atas tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran,

Lebih terperinci

KONSEPTUAL MODEL KEPERAWATAN JIWA

KONSEPTUAL MODEL KEPERAWATAN JIWA KONSEPTUAL MODEL KEPERAWATAN JIWA Ns. Wahyu Ekowati MKep., Sp Jiwa 1 TUJUAN PEMBELAJARAN Memahami konseptual model dalam keperawatan jiwa Memahami konsep dasar masing masing model konseptual keperawatan

Lebih terperinci

Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg

Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg 1927-1987 Ada tiga eve perkemba ga mora : Leve I: Preco ve tio a Mora ity Stage 1: Pu ishme t a d obedie ce orie tatio Tahap i i disebut juga mora itas hetero

Lebih terperinci

PROFESI. Pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.

PROFESI. Pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. PROFESI PROFESI Pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. PROFESI Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah

Lebih terperinci

materi tambahan dari diskusi kelas PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN oleh Dr. Triana Noor Edwina D.S., M.Si Fakultas Psikologi Mercu Buana Yogyakarta

materi tambahan dari diskusi kelas PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN oleh Dr. Triana Noor Edwina D.S., M.Si Fakultas Psikologi Mercu Buana Yogyakarta materi tambahan dari diskusi kelas PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN oleh Dr. Triana Noor Edwina D.S., M.Si Fakultas Psikologi Mercu Buana Yogyakarta DIRI Pemahaman Diri Pemahaman diri remaja merupakan konstruksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Bangsa Jepang merupakan bangsa yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai

Bab 5. Ringkasan. Bangsa Jepang merupakan bangsa yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai Bab 5 Ringkasan Bangsa Jepang merupakan bangsa yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai tradisionalnya. Walaupun kini bangsa Jepang merupakan bangsa yang sudah sangat modern dan maju, namun mereka tetap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jember. Atau sekitar 3 km dari jantung kota Jember dan 2 km dari pasar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jember. Atau sekitar 3 km dari jantung kota Jember dan 2 km dari pasar BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Pesantren Darus Sholah Jember Darus Sholah terletak di Jl. M.Yamin no 25 tegal besar kaliwates Jember. Atau sekitar 3 km dari jantung

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masyarakat dikejutkan dengan persoalan-persoalan yang

BABI PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masyarakat dikejutkan dengan persoalan-persoalan yang 1 BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Be1akang Masalah Akhir-akhir ini masyarakat dikejutkan dengan persoalan-persoalan yang berkenaan dengan penurunan moralitas masyarakat, terutama di kalangan remaja. Sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Pieget (1932) dalam bukunya, The Moral Judgement of. objek dan kejadian yang ada di sekitar lingkungannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Pieget (1932) dalam bukunya, The Moral Judgement of. objek dan kejadian yang ada di sekitar lingkungannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Moral Kognitif Teori perkembangan moral (moral development), pada awalnya dikemukakan oleh Pieget (1932) dalam bukunya, The Moral Judgement of a Child

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605). BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Kontrol Diri 1. Pengertian Kontrol Diri Kontrol diri adalah kemampuan untuk menekan atau untuk mencegah tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MORAL PADA ANAK DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN

PERKEMBANGAN MORAL PADA ANAK DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Februari 2011 VOL. XI NO. 2, 380-391 PERKEMBANGAN MORAL PADA ANAK DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN Fatimah Ibda Dosen Tetap Pada Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Abstract This

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gaya kehidupan anak-anak remaja sekarang ini banyak mengalami perubahan. Perubahan itu meliputi cara berpikir, tata cara bertingkah laku, bergaul dan berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti membutuhkan sistematika

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti membutuhkan sistematika BAB III METODELOGI PENELITIAN Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti membutuhkan sistematika yang jelas tentang langkah-langkah yang akan diambil sehubungan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapainya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Prilaku Moral. mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

BAB II LANDASAN TEORI. A. Prilaku Moral. mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, BAB II LANDASAN TEORI A. Prilaku Moral 1. Pengertian Prilaku Moral Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : Psikologi Perkembangan 1. perkembangan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : Psikologi Perkembangan 1. perkembangan SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : Psikologi Permbangan 1 Minggu 1. Pengantar A. Pengertian psikologi. B. Tujuan psikologi. C. Ruang lingkup psikologi. D. Prinsip-prinsip E. Sejarah psikologi 2. Sejarah

Lebih terperinci

EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK

EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK Murhima A. Kau Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo INTISARI Proses perkembangan perilaku prososial menurut sudut pandang Social Learning Theory

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN AFEKTIF

PERKEMBANGAN AFEKTIF PERKEMBANGAN AFEKTIF PTIK PENGERTIAN AFEKTIF Afektif menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan rasa takut atau cinta, mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, mempunyai gaya atau makna yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun fenomena kriminalitas yang dilakukan oleh remaja semakin meningkat. banyak kasus yang di timbulkan oleh remaja yang dapat membuat orang bertanya dimana

Lebih terperinci

Teori-teori Perkembangan Moral. 1. Teori Kognitif Jean Piaget 2. Teori Penalaran Moral Kohlberg (melanjutkan teori Piaget)

Teori-teori Perkembangan Moral. 1. Teori Kognitif Jean Piaget 2. Teori Penalaran Moral Kohlberg (melanjutkan teori Piaget) Teori-teori Perkembangan Moral 1. Teori Kognitif Jean Piaget 2. Teori Penalaran Moral Kohlberg (melanjutkan teori Piaget) 1 1. Teori Kognitif Jean Piaget Teori kognitif lebih menekankan pada kemampuan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Sikap Orang Tua dan Perkembangan Moral.

ABSTRAK. Kata Kunci: Sikap Orang Tua dan Perkembangan Moral. ABSTRAK Amalia, Zakiya. 2016. Korelasi Sikap Orang Tua dengan Perkembangan Moral Anak Siswa Kelas Bawah SDN 2 Bangunsari Tahun Pelajaran 2015-2016. Skripsi. Program Studi Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan jiwa,tokoh utama, kecemasan, dan struktur kepribadian. 2.1.1 Pergolakan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. kondisi langsung belajar dalam menjelaskan tingkah laku. Menurut teori ini, semua

Bab 2. Landasan Teori. kondisi langsung belajar dalam menjelaskan tingkah laku. Menurut teori ini, semua Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Behavioristik Teori ini menekankan proses belajar serta peranan lingkungan yang merupakan kondisi langsung belajar dalam menjelaskan tingkah laku. Menurut teori ini, semua

Lebih terperinci

Jadwal Perkuliahan Psikologi Perkembangan KKNI. Pertemuan ke- Materi Kegiatan A 16/02 B 15/02 C 17/02 D 16/02 E 16/02

Jadwal Perkuliahan Psikologi Perkembangan KKNI. Pertemuan ke- Materi Kegiatan A 16/02 B 15/02 C 17/02 D 16/02 E 16/02 Jadwal Perkuliahan Psikologi Perkembangan KKNI Pertemuan ke- Materi Kegiatan A 16/02 B 15/02 C 17/02 D 16/02 E 16/02 1 Pengantar & Kontrak Perkuliahan Penjelasan tugas dan pembagian kelompok A 17/02 B

Lebih terperinci

BAB III ASPEK-ASPEK KAWASAN MORAL

BAB III ASPEK-ASPEK KAWASAN MORAL BAB III ASPEK-ASPEK KAWASAN MORAL A. Pembagian Kawasan Moral James S. Rest (1992: 37) mengemukakan bahwa komponen-komponen utama moralitas, berdasarkan hasil penelitian mengenai moralitas pada umumnya

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Perilaku Manusia O L E H M U N A E R A W A T I, S. P S I, M. S I

Dasar-Dasar Perilaku Manusia O L E H M U N A E R A W A T I, S. P S I, M. S I Dasar-Dasar Perilaku Manusia O L E H M U N A E R A W A T I, S. P S I, M. S I Psikologi itu apa? Psikologi berasal dari dua kata dalam bahasa Latin yaitu psyche =jiwa dan logos =ilmu Psikologi adalah studi

Lebih terperinci

KONSEP Etika PRODUKSI DAN Lingkungan HIDUP ANDRI HELMI M, SE., MM.

KONSEP Etika PRODUKSI DAN Lingkungan HIDUP ANDRI HELMI M, SE., MM. KONSEP Etika PRODUKSI DAN Lingkungan HIDUP ANDRI HELMI. Pengertian Produksi ETBIS-ANDRI HELMI 1. Produksi yang menghasilkan barang dan jasa baru sehingga dapat menambah jumlah, mengubah bentuk, atau memperbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manga ( 漫画 ) merupakan komik yang dibuat di Jepang. Kata tersebut digunakan khusus untuk membicarakan tentang komik Jepang, sesuai dengan gaya yang dikembangkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFEKTIVITASS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK DENGAN PENALARAN MORAL PADA PERIODE ANAK AKHIR DI SEKOLAH DASAR PERCOBAAN NEGERI SABANG BANDUNG

HUBUNGAN EFEKTIVITASS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK DENGAN PENALARAN MORAL PADA PERIODE ANAK AKHIR DI SEKOLAH DASAR PERCOBAAN NEGERI SABANG BANDUNG HUBUNGAN EFEKTIVITASS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK DENGAN PENALARAN MORAL PADA PERIODE ANAK AKHIR DI SEKOLAH DASAR PERCOBAAN NEGERI SABANG BANDUNG WAFDA SHALANNANDIA Dalam bimbingan Dr. Poeti Joefiani, M.Si

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bullying 1. Definisi Bullying Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang lebih kuat terhadap individu atau kelompok yang lebih lemah, yang

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR & PEMBELAJARAN. Dr. Ratnawati Susanto, MM,M.Pd

TEORI BELAJAR & PEMBELAJARAN. Dr. Ratnawati Susanto, MM,M.Pd 1 TEORI BELAJAR & PEMBELAJARAN Dr. Ratnawati Susanto, MM,M.Pd SIKAP ERAT KAITANNYA DENGAN NILAI YG DIMILIKI SESEORANG SIKAP SEBAGAI REFLEKSI DARI NILAI YANG DIMILIKI PENDIDIKAN SIKAP ADALAH PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dalam berbagai hal, termasuk dalam urusan seks. Bandung sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dalam berbagai hal, termasuk dalam urusan seks. Bandung sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan salah satu kota yang menjadi daya tarik para pelajar untuk menempuh pendidikan perguruan tinggi, hal ini di dukung juga oleh banyaknya

Lebih terperinci

Peserta didik ilmu pendidikan. Ilmu Pendidikan PESERTA DIDIK

Peserta didik ilmu pendidikan. Ilmu Pendidikan PESERTA DIDIK Ilmu Pendidikan PESERTA DIDIK 1 PENGERTIAN PESERTA DIDIK Anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri lewat proses pendidikan Peserta didik merupakan sosok yang membutuhkan bantuan orang lain untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHAN. detail yang berbeda. Nilai berasal dari bahasa latin, dari kata value

BAB I PENDAHULUHAN. detail yang berbeda. Nilai berasal dari bahasa latin, dari kata value BAB I PENDAHULUHAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kata moral sering dipakai dengan pengertian yang lain yaitu budi pekerti, akhlak, nilai etika dan sebagainya, meskipun satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

LANDASAN PSIKOLOGI. Imam Gunawan

LANDASAN PSIKOLOGI. Imam Gunawan LANDASAN PSIKOLOGI Imam Gunawan PSIKOLOGI PERKEMBANGAN Pendekatan tentang perkembangan manusia menurut Sukmadinata (2008) ialah: 1. Pendekatan pentahapan: perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu cara mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan dilaksanakannya pendidikan formal. Dilihat berdasarkan prosesnya pendidikan formal dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan memiliki potensi diri serta perilaku yang berbeda-beda satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan memiliki potensi diri serta perilaku yang berbeda-beda satu dengan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki potensi diri serta perilaku yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Dalam

Lebih terperinci

PERANAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN MORAL ANAK Oleh : Ahmad Yanizon, M. Pd., Kons Dosen Tetap Prodi Bimbingan Konseling FKIP UNRIKA

PERANAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN MORAL ANAK Oleh : Ahmad Yanizon, M. Pd., Kons Dosen Tetap Prodi Bimbingan Konseling FKIP UNRIKA PERANAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN MORAL ANAK Oleh : Ahmad Yanizon, M. Pd., Kons Dosen Tetap Prodi Bimbingan Konseling FKIP UNRIKA Kehidupan setiap manusia pasti melewati periodesasi perkembangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat.di mana pengalaman-pengalaman yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat.di mana pengalaman-pengalaman yang didapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia 0-6 Tahun merupakan usia yang sangat menentukan pembentukan karakter dan kecerdasan seorang anak.anak pada usia dini berada pada proses perkembangan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik dan psikisnya. Karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik dan psikisnya. Karena dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa.pada masa remaja terjadi pertumbuhan untuk mencapai kematangan yang mencakup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk modernitas bagi sebagian remaja. Pengaruh informasi global (paparan media

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk modernitas bagi sebagian remaja. Pengaruh informasi global (paparan media BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku seksual di kalangan remaja yang yang belum menikah menunjukkan tren yang tidak sehat. Hal ini dapat dipengaruhi era globalisasi yang dianggap sebagai bentuk

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL & PROSES ADAPTASI REMAJA. Asmika Madjri

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL & PROSES ADAPTASI REMAJA. Asmika Madjri PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL & PROSES ADAPTASI REMAJA Asmika Madjri PENGERTIAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN- Proses terus menerus- kedepan- tidak dapat diulang- serangkaian perubahan dalam susunan yang berlangsung

Lebih terperinci

Selamat membaca, mempelajari dan memahami

Selamat membaca, mempelajari dan memahami Selamat membaca, mempelajari dan memahami Materi kuliah elearning Metode Penelitian Kuantitatif HIPOTESIS Oleh Dr. Triana Noor Edwina D.S Fakultas Psikologi UMBY Berdasarkan kerangka berpikir selanjutnya

Lebih terperinci

MK Etika Profesi. Pertemuan 5 Ethics, Morality & Law

MK Etika Profesi. Pertemuan 5 Ethics, Morality & Law MK Etika Profesi Pertemuan 5 Ethics, Morality & Law Moralitas Definisi Descriptive: seperangkat aturan yang mengarahkan perilaku manusia dalam memilah hal yang baik dan buruk, contoh: nilai-nilai moralitas

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan pembahasan masalah dalam

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan pembahasan masalah dalam 241 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan pembahasan masalah dalam penelitian ini, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut. 1. Perilaku Tokoh dalam

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada 144 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian secara mendalam peneliti membahas mengenai self

Lebih terperinci