BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.
|
|
- Suryadi Gunardi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Dalam berinteraksi dengan orang lain, manusia saling bekerja sama dan tolong menolong. Memberikan pertolongan atau menolong termasuk dalam bentuk perilaku prososial. Perilaku prososial merupakan perilaku yang dapat terjadi pada siapa saja mulai dari anak-anak, remaja, sampai pada orang dewasa. Perilaku prososial dapat terjadi pada individu sebagai makhluk sosial dan bagian dari suatu masyarakat. Setiap individu berhak dan berkewajiban menolong sesama manusia termasuk juga remaja sebagai bagian dari masyarakat. Sebagai bagian dari masyarakat remaja dituntut untuk dapat memperlihatkan peran dan tanggung jawab terhadap lingkungan sosialnya. Menurut (Hurlock, 1996) secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua. Sebuah fase yang terjadi antara masa anak-anak dengan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan-perubahan fisik umum, perkembangan kognitif, keadaan emosi, kemandirian, dan sosial. Dengan kata lain, pada masa ini remaja mengalami perubahan dari aspek fisik dan aspek psikis. Karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka pengaruh teman-teman sebaya 1
2 pada perilaku, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Berkaitan dengan hal tersebut tugas perkembangan remaja antara lain mampu mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk berperan sebagai anggota masyarakat serta mampu mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki masa dewasa. Hal ini juga berkaitan dengan munculnya minat pada remaja. Salah satu minat yang biasanya muncul pada masa remaja adalah minat sosial yaitu untuk menolong orang lain. (Hurlock, 1996). Adapun aktivitas remaja yang memperlihatkan minat sosial diantaranya menjadi relawan bencana alam, menjadi pendonor darah, dan membantu tetangga yang terkena musibah. Namun, di sisi lain masa remaja merupakan masa yang bermasalah terkait dengan kemampuan tanggung jawab remaja sebagai individu yang cenderung mulai melepaskan diri dari pengaruh orang tua. Hal ini terlihat dari kenyataan di lapangan bahwa remaja saat ini seringkali terlibat aksi-aksi kriminal yang membahayakan dan meresahkan masyarakat. Dengan kata lain perilaku remaja yang tampak pada akhir-akhir ini bertolak belakang dengan perilaku prososial. Bagi para remaja, perilaku prososial sering disalahartikan dengan mengikuti ajakan serta tekanan dalam kelompok teman sebaya yang menyimpang. Misalnya agar dianggap bersahabat, remaja mau merokok, tawuran, membolos, ataupun memalak temannya, bahkan mengkonsumsi narkoba. Di Padang misalnya, seorang remaja 16 tahun hampir tewas setelah menjadi korban aksi tawuran antar pelajar yang bersenjata tajam (Joewono, 2
3 2010). Di Cipayung Jakarta Timur, seorang remaja SMP (14 tahun) tewas setelah dibacok oleh remaja dari sekolah lain di mana ke dua sekolah tersebut seringkali terlibat aksi tawuran. Selain itu, remaja saat ini terlihat lebih memilih aktivitas yang berorientasi pada diri sendiri, seperti menonton bioskop, menonton acara konser musik, main game on line, dll. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa remaja cenderung melakukan perilaku antisosial yang mengarah pada tindakan kriminal. Kondisi seperti ini sangat memprihatinkan apalagi bagi kalangan remaja yang menjadi generasi penerus bangsa. Jadi perilaku prososial memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Adapun indikator dari perilaku prososial seperti empati, suka bekerja sama, membantu orang lain, dan tidak memaksakan kehendak pada orang lain. Fenomena remaja yang berperilaku antisosial juga terjadi di SMP Negeri 1 Suruh. Menurut penuturan Guru Kesiswaan dan Guru Pembimbing yang dikonfirmasi pada tanggal 9 Oktober 2012 mengemukakan bahwa sebagian besar siswa dari jumlah keseluruhan siswa di SMP Negeri 1 Suruh seringkali berperilaku indisipliner dan mengarah pada perilaku antisosial. Adapun perilaku antisosial yang sering terjadi di SMP Negeri 1 Suruh adalah mulai dari merokok di sekitar lingkungan sekolah, membolos, mengganggu sesama teman, dan suka membuat gaduh di dalam kelas. Perilaku antisosial yang terjadi di SMP Negeri 1 Suruh terjadi pada siswa laki-laki maupun siswa perempuan. Oleh karena itulah penulis memilih SMP Negeri 1 Suruh sebagai tempat penelitian, dengan alasan bahwa SMP Negeri 1 Suruh sebagai sekolah yang cukup favorit di kecamatan Suruh, seharusnya para siswanya memiliki 3
4 perilaku prososial yang baik, seperti berbagi kepada sesama teman, bersedia bekerjasama dengan teman-temannya, suka menyumbang, suka menolong, bersikap jujur, dan bersikap dermawan. Tetapi pada kenyataannya justru para siswa cenderung berperilaku antisosial dan cenderung menyimpang dari perilaku prososial seperti mementingkan kepentingannya sendiri, kurang peduli dengan penderitaan teman, merokok, membolos, maupun memalak teman supaya dianggap bersahabat oleh temannya. Dari hasil wawancara dan pengamatan yang penulis lakukan pada tanggal 11 Oktober 2012 di SMP Negeri 1 Suruh, perilaku penyimpangan perilaku prososial banyak dilakukan pada siswa kelas VIII D. Penyimpangan perilaku prososial pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Suruh Tahun Pelajaran 2012/2013 terjadi baik di kelas maupun di luar kelas. Penyimpangan perilaku prososial tersebut dibuktikan dengan banyaknya siswa yang sering membuat keributan di kelas, mengganggu teman yang sedang belajar, mengajak teman untuk membolos, mengejek teman yang mengakibatkan perkelahian, tidak mendengarkan penjelasan dari guru, tidak peduli terhadap kesulitan temannya, kurang empati terhadap teman, kurang bersikap dermawan, dan sebagainya. Untuk memperoleh data awal mengenai perilaku prososial siswa, penulis membagikan skala sikap prososial kepada 35 siswa di kelas VIII D SMP Negeri 1 Suruh, yang hasilnya sebagai berikut: 4
5 Tabel 1.1 Hasil Penyebaran Skala Sikap Perilaku Prososial pada 35 Siswa di Kelas VIII D SMP Negeri 1 Suruh Tahun Pelajaran 2012/2013 Inteval Kategori Frekuensi % Sangat Tinggi 2 5,8 % Tinggi 3 8,6 % Sedang 10 28,6 % Rendah % Sangat Rendah 7 20 % Jumlah Siswa % Dari tabel 1 (kategori perilaku prososial) di atas menunjukkan bahwa ada 20 % siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Suruh Tahun Pelajaran 2012/2013 yang memiliki perilaku prososial masuk dalam kategori sangat rendah, dan 37 % siswa masuk dalam kategori perilaku prososial rendah. Untuk itu para siswa yang masuk dalam kategori perilaku prososial rendah dan sangat rendah memerlukan pertolongan. Sehingga hal tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Suruh. Melalui teknik permainan peneliti berharap dapat meningkatkan perilaku prososial siswa di sekolah, sehingga siswa dapat berkembang secara optimal. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Guru Pembimbing telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasinya. Seperti memanggil siswa dan memberikan pengarahan kepada siswa, bahkan sampai memanggil orang tua. Namun usaha-usaha yang telah dilakukan oleh Guru Pembimbing nampaknya kurang berhasil karena siswa masih sering menampakkan perilaku prososial yang rendah. Siswa kelas VIII adalah siswa yang memasuki usia remaja awal, di mana pada tahap perkembangan remaja awal para siswa masih suka melakukan permainan karena memasuki usia peralihan dari anak-anak menuju masa 5
6 remaja. Melalui permainan inilah siswa dapat belajar untuk menyadari bahwa siswa hidup dalam lingkungan sosial dengan teman-temannya yang berbeda satu sama lain. Sehingga penulis berharap dengan permainan tersebut siswa akan memetik berbagai pengalaman seperti empati, menolong, dan berbuat dermawan yang nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Permainan itu bersifat sosial, melibatkan proses belajar, mematuhi peraturan, pemecahan masalah, disiplin diri dan kontrol emosional maupun adopsi peran-peran pemimpin dengan pengikut yang kesemuannya merupakan komponen penting dari sosialisasi (Serok & Blum, 1993; Rusmana 2009). Permainan memberi kesempatan untuk mengekspresikan agresi dalam caracara yang dapat diterima secara sosial. Melalui permainan yang melibatkan kehadiran orang lain, maka secara tidak langsung sosialisasi, dan kerja sama siswa akan terbentuk sehingga perilaku prososial siswa akan meningkat. Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putu Agus Semara Putra Giri (2011) dengan penelitiannya yang berjudul Efektivitas Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Permainan Untuk Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa di Kelas X D SMA Laboratorium UPI Bandung Tahun Ajaran 2010/2011. Hasil uji-t = 5,288 dengan derajat kebebasan 60, dengan p-value = lebih kecil dari α = 0.05 maka penelitian ini memperlihatkan hasil skor rata-rata kelompok eksperimen yang mengikuti bimbingan kelompok melalui teknik permainan lebih baik dibandingkan dengan skor rata-rata kelompok kontrol yang tidak mengikuti bimbingan kelompok melalui teknik permainan. T = 6,058 dengan derajat kebebasan 46,560 dan p-value (2-tailed) = lebih kecil dari α = 0.05, maka kesimpulan yang diperoleh adalah layanan 6
7 bimbingan kelompok melalui teknik permainan lebih efektif digunakan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Reza Pandansari (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Efektivitas Bimbingan Kelompok Dalam Upaya Mengembangkan Sikap Prososial Pada Siswa Kelas X SMA Teuku Umar Semarang Tahun Ajaran 2006/2007. Data yang diperoleh dari skala sikap prososial selanjutnya dianalisis menggunakan uji wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 siswa kelas X SMA Teuku Umar Semarang yang sebelumnya memiliki sikap prososial rendah dengan rata-rata skor 184,8. Setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok terdapat 18 siswa (90%) memiliki sikap prososial yang tinggi dan 2 siswa (10%) dalam kategori sedang. Rata-rata skor sikap prososial mencapai 313,8 dalam kategori tinggi. Hasil uji Wilcoxon diperoleh Z hitung = -3,920 kurang dari Ztabel (-1,96) atau berada pada daerah penolakan Ho yang berarti layanan bimbingan kelompok efektif dalam mengembangkan sikap prososial siswa. Penelitian lain juga dilakukan oleh Cipto Suwarno (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Keefektifan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Menumbuhkan Sikap Prososial Bagi Siswa Kelas VIII SMP N I Wiradesa Kabupaten Pekalongan Tahun Ajaran 2005/2006. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon dari perhitungan diperoleh diskripsi sikap prososial siswa sebelum mendapat layanan bimbingan kelompok memiliki skor rata-rata 3,26. Sedangkan diskripsi sikap prososial siswa setelah mendapat layanan bimbingan kelompok memiliki skor rata-rata 3,80. Untuk mengetahui keefektifan layanan bimbingan kelompok 7
8 dalam menumbuhkan sikap prososial bagi siswa dilakukan uji Wilcoxon. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai hitung Z sebesar 4,372, setelah dikonsultasikan dengan nilai tabel Z pada taraf signifikansi 5% dan N= 25 didapat tabel Z sebesar 1,96. dengan demikian nilai hitung Z = 4,372 > tabel Z = 1,96. Harga ini menyimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok efektif dalam menumbuhkan sikap prososial bagi siswa kelas VIII SMP N I Wiradesa Kabupaten Pekalongan Tahun Ajaran 2005/2006. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu bahwa layanan bimbingan kelompok efektif dalam menumbuhkan sikap prososial bagi siswa kelas VIII SMP N I Wiradesa Kabupaten Pekalongan Tahun Ajaran 2005/2006. Sehubungan dengan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Penggunaan Teknik Permainan Dalam Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa Pada Kelas VIII D SMP Negeri 1 Suruh Tahun Ajaran 2012/2013 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah penggunaan teknik permainan secara signifikan dapat meningkatkan perilaku prososial siswa di kelas VIII D SMP Negeri 1 Suruh Tahun Pelajaran 2012/2013? 8
9 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui signifikansi peningkatan perilaku prososial siswa melalui penggunaan teknik permainan pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Suruh Tahun Pelajaran 2012/2013. D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan informasi di bidang Bimbingan dan Konseling, khususnya yang berkaitan dengan penggunaan teknik permainan yang secara signifikan dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa di kelas VIII D SMP Negeri 1 Suruh Tahun Pelajaran 2012/2013. Apabila penelitian ini berhasil, maka mendukung temuan dari Putu Agus Semara Putra Giri (2011). 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling Memberi masukan kepada Guru Pembimbing mengenai pentingnya penerapan teknik permainan yang secara signifikan dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa di kelas VIII D SMP Negeri 1 Suruh Tahun Pelajaran 2012/2013. Sehingga teknik permainan dapat digunakan oleh Guru Pembimbing untuk meningkatkan perilaku prososial pada siswa. 9
10 b. Bagi Sekolah Mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi sekolah dalam rangka meningkatkan perilaku prososial siswa di sekolah dengan mengimplementasikan teori yang ada, bahwa penggunaan teknik permainan secara signifikan dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa di kelas VIII D SMP Negeri 1 Suruh Tahun Pelajaran 2012/2013. c. Bagi Penulis Dapat menambah pengetahuan bahwa penggunaan teknik permainan secara signifikan dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa di kelas VIII D SMP Negeri 1 Suruh Tahun Pelajaran 2012/
11 11
BAB I PENDAHULUAN. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa manusia tidak dapat berdiri sendiri dan senantiasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan tolong menolong. Memberikan pertolongan atau menolong sesama termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam berinteraksi dengan orang lain, manusia saling bekerja sama dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk saling tolong-menolong ketika melihat ada orang lain yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Hal yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya adalah kemampuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perilaku altruistik adalah salah satu dari sisi sifat manusia yang dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku altruistik adalah salah satu dari sisi sifat manusia yang dengan rela untuk berbuat sesuatu untuk orang lain, tanpa berharap mendapatkan imbalan apa pun, sebaliknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu, menggali serta memahami arti dan makna dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merebaknya isu rendahnya kecerdasan moral pada siswa saat ini sangat marak diperbincangkan, seperti yang sangat sering kita temukan di mana siswa seringkali melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu. Maka tidak diragukan lagi bahwa pengalaman-pengalaman pada masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak pada hakikatnya menjadi bagian yang esensial dari individu. Maka tidak diragukan lagi bahwa pengalaman-pengalaman pada masa kanak-kanak merupakan landasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan. Sebagai makhluk sosial, individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan. Sebagai makhluk sosial, individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses kehidupan
Lebih terperinciMENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014
MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Ida Nur Kristianti Kata Kunci : Empati, Layanan Bimbingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peristiwa merosotnya moral di kalangan remaja, akhir-akhir ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa merosotnya moral di kalangan remaja, akhir-akhir ini sangatlah memprihatinkan. Di kalangan pelajar khususnya pelajar SMP problema sosial moral ini dicirikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan seluruh potensi manusia ke arah yang positif. Didalamnya mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman terbukti megubah sebagian besar gaya hidup manusia. Mulai dari cara memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya seperti kebutuhan hiburan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan saat seseorang mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat dalam kehidupannya. Perkembangan dan pertumbuhan pada anak usia
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Prososial 1. Pengertian Perilaku Prososial Perilaku prososial dapat dimengerti sebagai perilaku yang menguntungkan penerima, tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pelakunya,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh: LINA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu tahapan yang harus dilalui seorang individu untuk bergerak ke
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu tahapan yang harus dilalui seorang individu untuk bergerak ke arah masa dewasa. Seringkali pada masa remaja timbul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan mental remaja. Banyak remaja yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang harus di perhatikan. Video game yang memiliki unsur kekerasan kini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena bermain video game di kalangan remaja merupakan suatu hal yang harus di perhatikan. Video game yang memiliki unsur kekerasan kini semakin mudah di dapat baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, yaitu suatu periode yang berada dalam dua situasi antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang mempunyai tujuan dan berpikir dengan cara yang rasional.
Lebih terperinci2016 EFEKTIVITAS STRATEGI PERMAINAN DALAM MENGEMBANGKAN SELF-CONTROL SISWA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Self-control dibutuhkan agar individu dapat membimbing, mengarahkan dan mengatur segi-segi perilakunya yang pada akhirnya mengarah kepada konsekuensi positif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media massa, dimana sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nurul Fahmi,2014 EFEKTIVITAS PERMAINAN KELOMPOK UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aktivitas anak tidak lepas dari kegiatan bermain dan permainan, kegiatan tersebut dapat mengembangkan interaksi dengan orang lain dan menjalin hubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin berkumpul untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN INTENSI ALTRUISME PADA SISWA SMA N 1 TAHUNAN JEPARA
1 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN INTENSI ALTRUISME PADA SISWA SMA N 1 TAHUNAN JEPARA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1 Disusun oleh : AHMAD ARIF F 100 030
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pertolongan yang justru sangat dibutuhkan.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkah laku menolong sering muncul dalam masyarakat, dimana perilaku ini diberikan guna meringankan penderitaan orang lain, misalnya menolong orang lain yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam gejolak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktek bullying sudah merambah ke dalam dunia pendidikan, hal ini sangat memprihatinkan bagi pendidik, orang tua dan masyarakat. Komnas Perlindungan Anak (PA)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan generasi-generasi terdahulu dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih baik. Dengan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa
62 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Sosiometri Setelah data yang berasal dari sosiometri yang diberikan kepada siswa kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup individu. Melalui pendidikan individu memperoleh informasi dan pengetahuan yang dapat dipergunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga, lingkungan teman sebaya sampai lingkungan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang hidup dengan berinteraksi satu sama lain, ia tidak dapat hidup sendiri tanpa memerlukan bantuan orang lain, mereka hidup dengan orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap tahap perkembangannya, seperti pada tahap remaja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa manusia lain. Sebagai makhluk sosial, manusia memiki keinginan untuk berkelompok. Keinginan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat terbiasa dengan perilaku yang bersifat individual atau lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini perilaku prososial mulai jarang ditemui. Seiring dengan semakin majunya teknologi dan meningkatnya mobilitas, masyarakat terbiasa dengan
Lebih terperinciTri Windha Isnandar F
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA SISWA SMA 1 PURWODADI SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh: Tri Windha
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh : Refti Yusminunita F 100 050
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain. Makhluk sosial
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum 2013 kini sedang hangat dibicarakan oleh para guru, wali murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada beragam pernyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut. dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang paling indah dan masa yang penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004) masa remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Manusia sebagai makhluk individu memiliki keunikan tersendiri berbeda satu dengan yang lain, baik dari segi fisik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aksi-aksi kekerasan terhadap orang lain serta perusakan terhadap benda masih merupakan topik yang sering muncul baik di media massa maupun secara langsung kita temui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Siswa SMA pada umumnya berusia 16 sampai 19 tahun dan merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA pada umumnya berusia 16 sampai 19 tahun dan merupakan individu yang sedang berada pada masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan konflik, karena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia agar mampu mandiri, menjadi anggota masyarakat yang berdaya guna dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan membandingkan dua kelompok subyek penelitian. Kelompok pertama
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN ASERTIVITAS DENGAN PERILAKU PROSOSIAL REMAJA. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN ASERTIVITAS DENGAN PERILAKU PROSOSIAL REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Nur Asia F 100 020 212 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berinteraksi dengan manusia lainnya. Masing-masing individu yang berinteraksi akan memberikan respon yang berbeda atas peristiwa-peristiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. No. Skripsi : 091/S/PPB/2013 pertengahan dan akhir masa anak-anak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia mengalami beberapa proses perkembangan dalam hidupnya, baik secara fisik maupun psikis. Di mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan beranjak
Lebih terperinciDalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional dan metode penelitian. A. Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA berada pada usia remaja yaitu masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis. Dengan adanya
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia menghadapi banyak permasalahan dalam berbagai bidang salah satunya di bidang pendidikan. Masalah yang dihadapi dalam bidang pendidikan adalah kualitas pembelajaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Remaja (adolescense) adalah masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan
Lebih terperinciPENGARUH PENDEKATAN TIDWELL DAN BACHUS DALAM LAYANAN KONSELING KELOMPOK TERHADAP AGRESIVITAS PESERTA DIDIK KELAS VIII PAGI SMPN 9 TAMBUN
65 PENGARUH PENDEKATAN TIDWELL DAN BACHUS DALAM LAYANAN KONSELING KELOMPOK TERHADAP AGRESIVITAS PESERTA DIDIK KELAS VIII PAGI SMPN 9 TAMBUN Istianah 1 Dra. Endang Setyowati 2 Herdi, M. Pd. 3 Abstrak Tujuan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA URUTAN KELAHIRAN DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN
HUBUNGAN ANTARA URUTAN KELAHIRAN DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan
Lebih terperinciASSALAMU ALAIKUM WR.WB.
ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. PENDIDIKAN BERMUTU efektif atau ideal harus mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergis, yaitu (1) bidang administratif dan kepemimpinan, (2) bidang instruksional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, manusia harus dapat melakukan penyesuaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Remaja pada dasarnya dalam proses perkembangannya membutuhkan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Remaja juga mulai belajar serta mengenal pola-pola sosial salah satunya adalah perilaku
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena yang akhir-akhir ini sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan berita harian di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan sosial dan kepribadian anak usia dini ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan mendekatkan diri pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. mengalami krisis moral para pelajar. Problematika siswa saat ini mencoreng dunia
BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Pada beberapa tahun terakhir, dunia pendidikan Indonesia tengah mengalami krisis moral para pelajar. Problematika siswa saat ini mencoreng dunia pendidikan. Dimulai dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain baik orang terdekat seperti keluarga ataupun orang yang tidak dikenal, seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang lain di sekitarnya. Dalam kehidupannya, manusia pasti membutuhkan bantuan orang lain baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena di masyarakat khususnya bagi warga yang tinggal di perkotaan, aksiaksi kekerasan baik individual maupun massal mungkin sudah merupakan berita harian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diri untuk menghadapi keadaan-keadaan tersebut (Hurlock, 1990).
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa transisi yang secara psikologis sangat problematik karena berada dalam peralihan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah proses panjang yang dialami seorang individu dalam kehidupannya. Proses peralihan dari masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ternyata membawa pengaruh dan perubahan perubahan yang begitu besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman di era globalisasi yang terus berkembang saat ini ternyata membawa pengaruh dan perubahan perubahan yang begitu besar bagi kehidupan manusia.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di mana dapat berkembang dan diperkembangkan (Giri Wiloso dkk, 2012). Sebagai makhluk sosial, manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia 12-21 tahun dengan pembagian menjadi tiga masa, yaitu masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja tengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang diciptakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang diciptakan dengan sempurna dan berbeda dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia dilengkapi dengan akal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan kehidupan seorang manusia berjalan secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja, dewasa, dan lanjut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Remaja (adolescense) adalah masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa
Lebih terperinci2015 PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS VII A DI SMPN 14 BANDUNG
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu cita-cita besar dari kebijakan sistem pendidikan nasional saat ini adalah dapat terjadinya revolusi mental terhadap bangsa ini. Mengingat kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, hubungan sosial mengambil peran yang penting. Mereka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja, hubungan sosial mengambil peran yang penting. Mereka mulai memperluas pergaulan sosial dengan teman-teman sebayanya. Menurut Santrock (2003:
Lebih terperinciKEMAMPUAN BEREMPATI DITINJAU DARI INTERAKSI TEMAN SEBAYA PADA ANAK USIA SEKOLAH
KEMAMPUAN BEREMPATI DITINJAU DARI INTERAKSI TEMAN SEBAYA PADA ANAK USIA SEKOLAH SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : YUNITA AYU ARDHANI F 100 060
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori usia remaja yang tidak pernah lepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kekerasan di lingkungan pendidikan atau sekolah ini telah menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, 16% siswa kelas akhir mengatakan bahwa mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber informasi yang sangat penting bagi masyarakat. Di antara berbagai media
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media komunikasi massa di waktu ini, dengan dukungan berbagai peralatan yang semakin canggih, berkembang dengan pesat untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak peserta didik yang berkualitas dari segi jasmani maupun rohani, mandiri sesuai dengan tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disetujui bagi berbagai usia di sepanjang rentang kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu memiliki tugas perkembangan yang sudah terbagi menjadi beberapa fase dalam rentang kehidupan individu. Menurut Hurlock (1999) tugas perkembangan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya dan sekolah merupakan salah satu tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pentingnya pendidikan moral dan sosial. Dhofier (1990) menyatakan moral dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maraknya tawuran pelajar, pengedaran dan penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar, seks bebas, pergaulan bebas, kurangnya rasa hormat anak kepada orang tua dan guru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak kandungan zat berbahaya di dalam rokok. Bahaya penyakit akibat rokok juga sudah tercantum dalam
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Lokasi Penelitian SMP Negeri 1 Suruh merupakan tempat yang dipilih oleh penulis untuk melakukan penelitian. Sekolah ini berada di Dusun Mesu Desa Suruh Kecamatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. cepat di berbagai sektor kehidupan termasuk informasi dan arus komunikasi,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tantangan yang dihadapi di era globalisasi adalah perubahan secara cepat di berbagai sektor kehidupan termasuk informasi dan arus komunikasi, untuk mengantisipasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan didalamnya. Dampak positif tersebut terlihat pada tumbuhnya rasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya perilaku prososial dalam kehidupan mayarakat membawa dampak positif bagi pengembangan diri, masyarakat serta seluruh aspek kehidupan didalamnya.
Lebih terperinci