ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Oleh: HENDRIK MULYO. W H FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 i

2 digilib.uns.ac.id HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN Yang dipersiapkan dan disusun oleh: Hendrik MulyoWidakda H Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal: 2011 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat. Ketua Susunan Dewan Penguji Anggota I Anggota II Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS NIP Ir. Suprapto NIP Dr. Ir. Sri Marwanti, MS NIP Surakarta, 2011 Mengetahui, Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan Prof. Dr. Ir. H.Suntoro, MS. NIP ii

3 digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, hidayah, serta kemudahan-nya sehingga Penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Skripsi yang berjudul Analisis Permintaan Beras Di Kabupaten Klaten ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Univesitas Sebelas Maret Surakarta. Pelaksanaan penelitian serta penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan lancar berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Ir. Agustono, MSi selaku Ketua Jurusan Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan ilmu, saran dan masukan selama penyusunan skripsi ini dan selama masa perkuliahan yang berharga bagi Penulis. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Ibu Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS selaku Dosen Pembimbing Utama yang selalu memberikan bimbingan, pengarahan, nasehat dan petunjuk selama penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Ir. Suprapto selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang dengan sabar selalu memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dalam penyusunan skripsi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis. iii

4 digilib.uns.ac.id 7. Bapeda Kabupaten Klaten, Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Klaten dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten. 8. Orangtuaku Bapak Mulyono SPd.Fis Ibu Sri Kamisih dan Adikku Devi Marganingtyas terima kasih atas segala dukungan, semangat, nasehat dan doa yang tiada pernah putus, serta cinta dan kasih sayang yang diberikan, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Semua teman-teman terimakasih atas support, saran dan kritik serta semua bantuan yang telah diberikan pada Penulis. Semoga persahabatan ini terjaga utuh selamanya, serta untuk Yeriana Sarasdewi Pramandya.SP terimakasih karena selalu memberikan doa, semangat, dukungan, masukan dan kritikan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 10. Seluruh keluarga besar Agrobisnis angkatan 2006 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas support dan kebersamaan yang telah kita lalui selama kuliah dan dalam penyusunan skripsi ini merupakan kenangan terindah dan tidak akan pernah terlupakan. 11. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas semua bantuannya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat diharapkan. Akhirnya, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Surakarta, Januari 2011 Penulis iv

5 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x RINGKASAN... xi SUMMARY... xii I. PENDAHULUAN. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Perumusan Masalah 4 C. Tujuan Penelitian. 5 D. Kegunaan Penelitian... 5 II. LANDASAN TEORI... 6 A. Penelitian Terdahulu B. Tinjauan Pustaka Beras Pembudidayaan Padi Harga Permintaan Elastisitas.. 14 C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Estimasi Fungsi Permintaan Elastisitas D. Hipotesis E. PembatasanMasalah F. Asumsi G. Definisi Operasional Variabel III. METODE PENELITIAN 24 A. Metode Dasar Penelitian B. Lokasi Penelitian C. Jenis dan Sumber data 24 D. Teknik Pengumpulan Data 25 E. Metode AnalisisData v

6 digilib.uns.ac.id IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Alam B. Keadaan Penduduk C. Keadaan Sarana Perekonomian D. Keadaan Umum Pertanian V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Permintaan Beras Harga Beras Harga Jagung Harga Telur Pendapatan Penduduk Jumlah Penduduk B. Analisis Permintaan Beras Kabupaten Klaten Estimasi Fungsi Permintaan Pengujian Model Pengujian Asumsi Klasik Elastisitas Permintaan C. Pembahasan Hasil Penelitian Harga Beras Harga Jagung Harga Telur Pendapatan Penduduk Jumlah Penduduk VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vi

7 digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Nomor Judul Halaman Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Kabupaten Klaten tahun Tabel 2. Jumlah Produksi, Ketersediaan, Konsumsi dan Kelebihan Beras di Kabupaten Klaten, Tabel 3. Interpretasi Elastisitas Pendapatan... Tabel 4. Interpretasi Elastisitas Silang... Tabel 5. Jumlah Keseluruhan Konsumen untuk Pangan Tabel.6 Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Klaten Tahun Perkembangan Penduduk Kabupaten Klaten Tahun Jumlah Penduduk di Kabupaten Klaten Menurut Umur dan Jenis Kelamin pada Tahun Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Klaten Tahun Banyaknya Pasar Menurut Jenis di Kabupaten Klaten Tahun Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Klaten Tahun Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Sawah Tiap Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun vii

8 digilib.uns.ac.id Tabel 13. Tabel 14. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Kabupaten Klaten Perkembangan Permintaan Beras Di Kabupaten Klaten Tahun Tabel 15. Perkembnagan Harga Beras Di Kabupaten Klaten Tahun Tabel 16. Perkembnagan Harga Jagung Di Kabupaten Klaten Tahun Tabel 17. Perkembangan Harga Telur Di Kabupaten Klaten Tahun Tabel 18. Perkembangan Pendapatan Perkapita Di Kabupaten Klaten Tahun Tabel 19. Perkembangan Jumlah Penduduk Di Kabupaten Klaten Tahun Tabel 20. Banyaknya Penduduk yang Data dan Pindah di Kabupaten Klaten tahun Tabel 21. Hasil Analisis Varian Variabel-Variabel Yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Beras Di Kabupaten Klaten... Tabel 22. Hasil Analisis Uji-t Masing-Masing Variable Bebas Tabel 23. Nilai Standar Koefisien Regresi Variable-variabel yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Beras Di Kabupaten Klaten... Table 24. Nilai Elastisitas Permintaan Beras Di Kabupaten Klaten viii

9 digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman Gambar 1. Penentuan Harga Keseimbangan Gambar 2. Kurva Permintaan Gambar 3. Pergeseran Kurva Permintaan Gambar 4. Efek permintaan Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Permintaan Beras di Kabupaten Klaten... Grafik perkembangan harga beras di kabupaten klaten tahun Grafik perkembangan harga beras di kabupaten klaten tahun Grafik perkembangan harga jagung di kabupaten klaten tahun Grafik perkembangan harga telur di kabupaten klaten tahun Gambar 10. Grafik perkembangan pendapatan penduduk kabupaten klaten tahun Gambar 11. Grafik perkembangan jumlah penduduk di kabupaten klaten ix

10 digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul Halaman 1. Data Penelitian Analisis Regresi Permintaan Beras di Kabupaten Klaten Peta Kabupaten Klaten Surat Ijin Penelitian x

11 digilib.uns.ac.id RINGKASAN Hendrik Mulyo Widakda. H Analisis Permintaan Beras Di Kabupaten Klaten. Skripsi dengan bimbingan Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu MS dan Ir. Suprapto. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan penelitian untuk menganalisis dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras dan tingkat kepekaan (elastisitas) permintaan beras di Kabupaten Klaten. Metode dasar yang digunakan deskriptif analitis. Pengambilan lokasi penelitian secara purposive di Kabupaten Klaten. Data yang dianalisis merupakan data sekunder (time series) selama 16 tahun ( ). Analisis data menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan fungsi logaritma berganda, untuk memperoleh elastisitas permintaan. Hasil analisis data menggunakan metode regresi non linier berganda dengan model analisis statis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model analisis statis nilai R 2 adjusted sebesar 0,999 yang berarti proporsi sumbangan variabel independent terhadap variabel dependent sebesar 99,9%, sedangkan sisanya sebesar 0,1% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian seperti selera, cita rasa dan preferensi konsumen. Berdasarkan uji F variabel harga beras, harga jagung, harga telur, pendapatan penduduk, dan jumlah penduduk secara bersama berpengaruh nyata terhadap permintaan beras. Berdasarkan uji t variabel harga beras, harga jagung dan jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap permintaan beras pada tingkat kepercayaan 99%, sedangkan harga telur berpengaruh signifikan terhadap permintaan beras pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi dalam model dan tidak berpengaruh terhadap permintaan beras di Kabupaten Klaten adalah pendapatan penduduk. Elastisitas permintaan untuk model statis berdasarkan elastisitas harga, harga beras bersifat inelastis. Berdasarkan elastisitas silang, harga jagung dan harga telur bersifat inelastis. Berdasarkan elastisitas pendapatan, pendapatan penduduk bersifat inelastis. xi

12 digilib.uns.ac.id SUMMARY Hendrik Mulyo Widakda. H The Analysis of The Demand of in Klaten Regency. Thesis. The Advisors: Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu MS dan Ir. Suprapto. Agriculture Faculty, Sebelas Maret University. This research is aimed at analyzing and identifying some factors which influence the demand of rice and elasticity level of it in Klaten regency. The basic method used in this research is analytical description. The location is taken purposively in Klaten regency. The data which analyzed is secondary data (time series) during 16 years ( ). The data is analyzed by OLS (Ordinary Least Square) by using the function of double logarithm in order to know the elasticity of demand. The result of data analysis uses double non linier regression method by statistical analysis model. The result of this research shows that this statistical analysis model by the total of R 2 adjusted is 0,999. It means that the contribution of independent variable towards dependent variable is 99.9%, while the rest of it, 0.1%, is showed by other variables such as taste and customers preferences. Based on F test, the variables of rice price, corn price, egg price, the income, and the total of inhabitants actually influence to the demand of rice. Based on t test, the variables of rice price, corn price and the total of inhabitants actually influence towards the demand of rice by the amount of 99%, while the egg price actually influences the demand of rice by the amount of 90%. The specified variables in a model and giving no influence to the demand of rice in Klaten regency is the income of inhabitants. Demand elasticity of statistical model based on price elasticity, the price of rice is inelastic. Based on the intersecting elasticity, the price of corn and the egg of corn is inelastic. Based on the income of inhabitants is inelastic. xii

13 digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian tanaman pangan dalam pembangunan pertanian mempunyai peran yang strategis, salah satu indikatornya adalah sebagai penghasil makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Peran ini tidak dapat digantikan secara sempurna oleh sub sektor pertanian lainnya. Ketahanan pangan merupakan prasyarat utama bagi ketahanan politik dan ketahanan ekonomi, apalagi dihubungkan dengan kondisi perekonomian global maupun nasional yang tidak stabil. Ketahanan pangan yang paling mantap dapat dicapai melalui pencapaian swasembada pangan dimana langkah yang paling tepat adalah dengan meningkatkan produksi pangan nasional. Peranan sektor pertanian yang tangguh seperti yang diharapkan dalam proses pembangunan, sedikitnya mencakup empat aspek: Pertama, kemampuannya dalam menyediakan pangan bagi rakyat. Kedua, memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat. Ketiga, menghemat dan menghimpun devisa dan yang keempat, sebagai dasar yang memberikan dukungan terhadap sektor yang lain (Laksono, 2002). Salah satu komoditas tanaman pangan yang memiliki posisi paling penting dalam pembangunan pertanian adalah beras. Beras adalah bahan makanan pokok yang dikonsumsi oleh hampir 90% penduduk Indonesia. Beras mengandung nilai gizi lebih baik dibandingkan dengan makanan pokok lainnya. Setiap 100 gr beras giling mengandung energi 360 KKal dan menghasilkan 6 gr protein. Hal ini bisa dibandingkan dengan bahan makanan lain seperti jagung kuning yang mengandung 307 KKal dan 7,9 gr protein ataupun singkong yang mengandung 146 KKal dan 1,2 gr protein. Oleh karena itu, komoditas beras dapat dipergunakan untuk memperbaiki gizi masyarakat yang umumnya masih kekurangan energi dan protein (Amang, 2002). 1

14 digilib.uns.ac.id 2 Selama 30 tahun terakhir, Indonesia selalu menjadi negara net importir beras, yaitu negara yang mencukupi kekurangan kebutuhan akan beras dengan cara mengimpor dari negara lain. Pertumbuhan konsumsi beras terutama disebabkan karena pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan konsumsi per kapita (Siswanto, 2002). Perkembangan konsumsi beras per kapita di Indonesia tahun berfluktuasi tetapi cenderung meningkat. Tahun 2002 rata-rata konsumsi beras 115,5 kg/kapita/tahun. Tahun 2003 turun menjadi 109,7 kg/kapita/tahun. Penurunan ini terjadi karena masyarakat mulai mengkonsumsi pangan hasil diversifikasi pangan. Namun tahun 2004, konsumsi beras naik drastis menjadi 138,81 kg/kapita/tahun, dan pada sebesar 139,15 kg/kapita/tahun. Tahun 2007 konsumsi beras nasional sekitar 139 kg/kapita/tahun dan jumlah ini berlangsung sampai tahun 2009 (Sukri, 2009). Konsumsi beras nasional sebesar 139 kg/kapita/tahun dinilai sangat tinggi bila dibandingkan negara lainnya di Asia seperti Jepang hanya 60 kg dan Malaysia 80 kg per kapita per tahun. Hal ini mengakibatkan permintaan beras di dalam negeri tinggi dan tidak seimbang dengan ketersediaan sehingga untuk menutupi kekurangnya dilakukan impor. Pertumbuhan produksi beras tahun sebesar 0.9% tetapi kenaikan ini tidak mampu mengimbangi kenaikan konsumsi beras yaitu sebesar 2% per tahun yang mengakibatkan Indonesia harus impor beras rata-rata 2 juta ton per tahun (Anonim, 2007). Beras merupakan komoditas pertanian andalan di Kabupaten Klaten. Sebagian besar lahan sawah yang ada di Kabupaten Klaten digunakan sebagai lahan tanaman padi, dimana luasan tanamannya mencapai Ha. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 1

15 digilib.uns.ac.id 3 Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Kabupaten Klaten, Tahun Luas Panen Produktivitas Produksi Padi Ha Kw/Ha Ton , , , , , Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten. Berdasarkan Tabel 1 luas panen, produktivitas dan produksi padi di Kabupaten Klaten selama lima tahun terakhir berfluktuatif. Produksi padi terbesar terjadi pada tahun 2008 sebesar ton dari luas panen Ha. Selanjutnya produksi padi Pada tahun 2007 produksi padi mengalami penurunan, yaitu hanya sebesar ton. Hal ini karena adanya alih fungsi lahan pertanian. Rata-rata jumlah konsumsi beras masyarakat di Kabupaten Klaten sebesar 92,87 kg/orang/tahun. Jumlah Produksi, Ketersediaan, Konsumsi dan Kelebihan Beras di Kabupaten klaten tahun dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Produksi, Ketersediaan, Konsumsi dan Kelebihan Beras di Kabupaten Klaten, Tahun Produksi Padi (ton) Ketersediaan Beras (ton) Konsumsi (ton) Surplus Sumber : Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten

16 digilib.uns.ac.id 4 Berdasarkan Tabel 2, ketersediaan beras di Kabupaten Klaten berfluktuatif dan cenderung mengalami peningkatan. Disisi lain permintaan beras di Kabupaten Klaten meningkat setiap tahunnya, walaupun pada tahun 2006 mengalami penurunan dikarenakan adanya bencana alam gempa bumi dan gunung meletus, setelah mengalami penurunan pada tahun berikutnya permintan beras di kabupaten Klaten cenderung mengalami peningkatan. Semakin meningkatnya permintaan beras di Kabupaten Klaten ini mendorong peneliti untuk menganalisis faktor-faktor apa yang menyebabkan tingginya tingkat permintaan beras di Kabupaten Klaten. B. Perumusan Masalah Permintaan suatu komoditi pertanian adalah banyaknya komoditi pertanian yang dibutuhkan dan dibeli oleh konsumen. Karena itu besar kecilnya komoditi pertanian umumnya dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri, harga barang substitusi, harga barang komplementer, selera dan keinginan, jumlah konsumen yang bersangkutan. Karena jumlah penduduk dan penyebaran pendapatan berpengaruh terhadap permintaan barang di pasaran, maka fungsi permintaan terhadap barang juga dipengaruhi oleh variabel ini (Soekartawi, 1993). Pangan terutama beras merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk dapat mempertahankan hidup. Oleh karena itu masalah pangan terutama beras yang terkait dengan penyediaan, distribusi, harga, konsumsi, permintaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan topik yang menarik untuk dikaji. Selama lima tahun terakhir produksi dan permintaan beras di Kabupaten Klaten berfluktuatif. Permintaan konsumen terhadap beras dipengaruhi oleh banyak hal, seperti harga beras itu sendiri, harga barang substitusi dan komplementer, pendapatan konsumen serta jumlah penduduk. Permintaan beras tersebut harus diimbangi dengan produksi

17 digilib.uns.ac.id 5 beras agar kebutuhan masyarakat akan beras dapat terpenuhi. Dari uraian diatas maka permasalahan yang perlu dibahas berkaitan dengan permintaan beras di Kabupaten Klaten antara lain : 1. Apakah faktor-faktor harga beras, harga jagung, harga telur, jumlah penduduk dan pendapatan penduduk mempengaruhi permintaan beras di Kabupaten Klaten? 2. Bagaimanakah elastisitas permintaan beras di Kabupaten Klaten? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras di Kabupaten Klaten. 2. Mengetahui elastisitas permintaan beras di Kabupaten Klaten. D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Pemerintah Daerah Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pangan terutama yang berkaitan dengan permintaan beras di Kabupaten Klaten. 2. Bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi, wawasan dan pengetahuan serta sebagai pertimbangan untuk penelitian berikutnya. 3. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

18 digilib.uns.ac.id 6 II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Endang Wiwin (2006) mengenai Analisis Permintaan Beras Di Kabupaten Pati. Dengan data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan fungsi logaritma berganda. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa harga beras, harga tepung gandum, harga telur ayam ras, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk secara bersama-sama berpengaruh nyata pada permintaan beras di Kabupaten Pati. Berdasarkan analisis uji-t diketahui bahwa variabel harga tepung gandum dan jumlah penduduk berpengaruh nyata pada permintaan beras di Kabupaten Pati pada tingkat kepercayaan 99%. Variabel harga beras dan pendapatan perkapita berpengaruh nyata terhadap permintaan beras pada tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan harga telur ayam ras tidak berpengaruh nyata pada permintaan beras di Kabupaten Pati. Variabel yang memberikan pengaruh paling besar terhadap permintaan beras di Kabupaten Pati adalah jumlah penduduk yang mempunyai nilai koefisien regresi terbesar yaitu 0, Berdasarkan elastisitas harga, harga beras bersifat inelastis yang menunjukkan bahwa jumlah beras yang diminta berubah dengan persentase yang lebih kecil daripada perubahan harga. Harga tepung gandum memiliki nilai elastisitas silang positif dan merupakan barang subtitusi bagi beras. Sedangkan harga telur ayam memliki elastisitas negatif dan merupakan barang komplementer. Penelitian Hendriani (2005) mengenai Analisis Permintaan Beras Di Kabupaten Karawang menggunakan data sekunder yang berupa data time series (runtun waktu) selama 15 tahun ( ). Sedangkan data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan fungsi logaritma berganda. Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa tingkat permintaan beras di Kabupaten Karawang dipengaruhi oleh harga beras, harga jagung, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita. Dari perhitungan diperoleh commit to besarnya user angka elastisitas harga beras 6

19 digilib.uns.ac.id 7 adalah sebesar 0,024 yang berarti bahwa harga beras bersifat inelastis. Pada penelitian ini elastisitas harga silang harga jagung adalah sebesar 0,008 %, artinya jika harga jagung naik 1 %, maka jumlah permintaan beras akan naik sebesar 0,008 %. Nilai elastisitas harga silang yang positif ini menandakan bahwa jagung merupakan barang subtitusi untuk beras. Pada penelitian ini nilai elastisitas pendapatan adalah sebesar 0,227 %, artinya jika pendapatan per kapita naik 1 %, maka jumlah permintaan beras akan naik sebesar 0,227 %. Berdasarkan kedua penelitian di atas dapat diketahui bahwa faktorfaktor bebas yang berpengaruh antara lain harga jagung sebagai harga barang substitusi, harga telur sebagai harga komplementer dan pendapatan perkapita. Berdasarkan analisis tersebut dapat diketahui bahwa melalui uji F, variabelvariabel bebasnya mempengaruhi secara bersama-sama variabel tak bebasnya. Sedangkan melalui uji t, diketahui bahwa variabel yang paling berpengaruh adalah pendapatan perkapita. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa faktor-faktor yang diteliti telah tepat sebagai variabel prediktor dalam memprediksi permintaan beras, sehingga menjadi acuan bagi penelitian permintaan beras dalam menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh dan faktor yang memberikan pengaruh terbesar serta elastisitas permintaan beras di Kabupaten Klaten. B. Tinjauan Pustaka 1. Beras Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam sendi kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia adalah sebagai makanan pokok karena hampir seluruh penduduk Indonesia membutuhkan beras sebagai bahan makanan utamanya disamping merupakan sumber nutrisi penting dalam struktur pangan, sehingga aspek penyediaan menjadi hal yang sangat penting mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar. Pengenalan komoditi beras kepada masyarakat bukan pengkonsumsi nasi telah mengakibatkan permintaan beras mengalami peningkatan sepanjang

20 digilib.uns.ac.id 8 tahun. Masyarakat Papua yang sebelumnya adalah pengkonsumsi sagu sebagai makanan utama, saat ini telah terbiasa dengan konsumsi nasi dalam keseharian mereka, begitu juga dengan masyarakat Maluku, Sulawesi Utara, Madura dan sebagainya (Anonim b, 2010). Beras adalah makanan pokok berpati yang banyak dikonsumsi oleh penduduk Indonesia. Lebih dari 50 persen jumlah kalori dan hampir 50 persen jumlah konsumsi protein berasal dari beras. Dengan meningkatnya pendapatan dapat diperkirakan bahwa peranan beras sebagai sumber energi bagi tubuh manusia dimasa mendatang akan semakin besar, oleh karena itu sejak REPELITA III pemerintah memberikan prioritas pada kebijakan pangan yang mengutamakan makanan pokok berpati lainnya untuk mengisi kekurangan beras. Mengingat pentingnya beras untuk rata-rata orang Indonesia akan mengakibatkan ketidakseimbangan penawaran dan permintaan, jika hal itu terjadi akan menimbulkan pengaruh yang tidak stabil pada harga-harga serta dapat menimbulkan reaksi politik dan sosial yang tidak dikehendaki yang cenderung menghambat kegiatan pembanguan ekonomi secara keseluruhan (Mears,1982). Elastisitas harga terhadap permintaan beras menunjukkan persentase perubahan banyaknya beras yang akan dibeli oleh para konsumen sebagai responnya terhadap perubahan harga relatif beras terhadap barang-barang subtitusinya. Elastisitas harga terhadap permintaan mencakup subtitusi dan pendapatan yang sulit dibedakan. Hal ini harus selalu diingat dalam menginterpretasikan setiap angka elastisitas harga. Pengaruh dari yang pertama, menerangkan penurunan konsumsi apabila harga beras naik, akan terjadi pensubtitusian untuk mempertahankan tingkat konsumsi kalori tertentu, misalnya ke beras yang harganya lebih murah atau ke bahan makanan lain yang lebih murah. Pengaruh dari yang kedua berbeda antara produsen beras dengan konsumennya. Bagi para produsen beras, kenaikan pendapatan mereka berasal dari kenaikan harga beras. Apabila harga barang-barang lain tidak naik, akan memungkinkan mereka untuk membeli kebutuhan non beras dengan commit menjual to user beras yang lebih sedikit daripada

21 digilib.uns.ac.id 9 sebelumnya, sehingga lebih banyak beras yang disisihkan untuk konsumsi keluarga mereka. Bagi golongan non produsen, jika pendapatannya tidak mengalami kenaikan, penurunan pendapatan riil karena kenaikan harga beras menyebabkan mereka mengurangi konsumsi berasnya untuk membatasi pengurangan kebutuhan non beras (Mubyarto, 1975). 2. Pembudidayaan Padi Pembudidayaan padi dapat dilakukan dengan cara penanaman, pemanenan, perontokan dan pengeringan gabah. Di Jawa dan Bali pemanenan dilakukan dengan memotong malai padi satu persatu dengan ani-ani. Dengan cara ini dapat dipilih padi yang masak dan meninggalkan padi yang belum masak untuk dipanen kemudian. Waktu panen yang jatuh pada akhir musim hujan memungkinkan butir-butir padi menjadi agak kering (dengan kadar air 20 sampai 21 persen) sebelum dipanen, sehingga kemungkinan tercecernya sedikit karena tidak mudah rontok. Karena tangkai malai ini dipotong panjang, maka ia dapat diikat dan dibawa pulang atau diangkut ke penggilingan untuk dikeringkan dalam keadaan masih terikat. Sirkulasi udara yang dimungkinkan oleh longgarnya tumpukan ikatan dapat memperkecil kemungkinan tumbuhnya jamur atau pemanasan akibat fermentasi. Hal ini juga dibutuhkan untuk mempercepat pengeringan (Mears, 1982). Pengolahan utama dari beras terdiri dari pemisahan sekam dari butirbutirnya dan menyosoh butir-butir tersebut untuk melepaskan sebagian atau seluruh lapisan kulit ari. Proses ini dapat dikerjakan menumbuk dengan tangan atau mesin yang digerakkan listrik. Tahapan dalam penggilingan terdiri dari pembersihan, pemecahan kulit atau pemisahan sekam, penyosohan atau pemisahan kulit ari, pemolesan dan grading yang memisahkan beras kepala dan butir-butir patah. Tujuan penggilingan beras adalah menjaga supaya sebanyak mungkin butir tetap utuh sebagai beras kepala. Penumbukan dengan tangan mengunakan lesung dan alu merupakan bentuk penggilingan beras tertua di Indonesia (Mears, 1982).

22 digilib.uns.ac.id Harga Harga adalah jumlah uang yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk dan jasa. Harga berperan sebagai penentu utama pilihan pembeli. Harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, elemen-elemen lain menimbulkan biaya (Kotler, 1998). Harga suatu barang dan jumlah barang yang diperjualbelikan ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari barang tersebut. Oleh karena itu, untuk menganalisis mekanisme penentuan harga dan jumlah barang yang diperjualbelikan maka perlu dilakukan analisis permintaan dan penawaran atas suatu barang tertentu yang terdapat di pasar. Keadaan suatu pasar dikatakan seimbang apabila jumlah yang ditawarkan penjual pada suatu harga tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta para pembeli pada harga tersebut. Harga suatu barang dan jumlah barang yang diperjualbelikan adalah ditentukan dengan melihat keadaan ekuilibrium dalam suatu pasar. Keadaan ekuilibrium tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut : (Sukirno, 2005 ). Harga (Rp) D S Q (Jumlah barang) Gambar 1. Penentuan Harga Keseimbangan Dalam grafik yang sangat sederhana dapatlah digambarkan terjadinya harga keseimbangan sebagai akibat dari perpotongan antara kurva permintaan dan penawaran. Apabila harga berada di atas harga keseimbangan maka jumlah barang yang ditawarkan lebih besar dari pada jumlah yang diminta, barang-barang tidak laku dan menumpuk sehingga

23 digilib.uns.ac.id 11 terpaksa harga diturunkan. Sebaliknya kalau harga berada dibawah harga keseimbangan maka jumlah barang yang ditawarkan lebih sedikit daripada jumlah barang yang diminta sehingga pembeli saling berebut, persediaan barang segera menipis dan harga akan naik lagi (Mubyarto, 1989). Harga yang terjadi di pasar merupakan perpotongan antara kurva permintaan dan kurva penawaran. Tetapi dalam kenyataan terdapat harga pada tingkat petani dan konsumen disamping harga pedagang. Pembentukan harga yang murni terjadi pada tingkat harga pedagang besar karena hanya pada tingkat ini terdapat persaingan yang agak sempurna dan pada umumnya penjual dan pembeli memiliki pengetahuan yang baik tentang situasi pasar pada suatu waktu tertentu. Harga eceran dan harga pada tingkat petani biasanya tinggal memperhitungkan dari harga perdagangan besar yaitu dengan menambah dan mengurangi dengan apa yang disebut margin pemasaran (Mubyarto, 1989). 4. Permintaan Inti teori permintaan adalah terjadinya harga keseimbangan sebagai akibat permainan bersama gaya-gaya permintaan dan penawaran. Jika harga berada di atas harga keseimbangan maka jumlah yang ditawarkan lebih besar daripada jumlah yang diminta. Jika harga berada di bawah harga keseimbangan, maka jumlah yang diminta lebih besar dari jumlah yang ditawarkan (Boediono, 2005). Menurut Sukirno (2005) permintaan seseorang atau suatu masyarakat atas suatu barang ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya yang terpenting adalah: a. Harga barang itu sendiri Semakin rendah harga suatu komoditi, semakin banyak jumlah yang akan diminta, apabila faktor lain dianggap tetap. Dan sebaliknya naiknya harga suatu komoditi menyebabkan permintaan terhadap komoditi tersebut turun.

24 digilib.uns.ac.id 12 b. Harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut Hubungan antara sesuatu barang dengan berbagai jenis barang lainnya dapat dibedakan dalam tiga golongan, yaitu : barang pengganti (substitusi), barang penggenap atau pelengkap (komplementer), dan barang yang tidak mempunyai kaitan sama sekali (barang netral). 1) Barang pengganti Sesuatu barang dinamakan barang pengganti apabila dapat menggantikan fungsi dari barang lain secara sempurna. Contohnya adalah minuman kopi dapat digantikan dengan minuman teh. Apabila harga barang pengganti murah maka permintaan terhadap barang yang digantikannya akan turun. 2) Barang pelengkap Sesuatu barang dinamakan barang pelengkap apabila barang tersebut selalu digunakan bersama-sama dengan barang-barang yang lain. Contohnya adalah gula sebagai pelengkap dari minuman kopi atau teh. Apabila harga barang pelengkap tinggi maka permintaan terhadap suatu komoditas akan turun. 3) Barang Netral Sesuatu barang dikatakan barang netral apabila barang tersebut tidak mempunyai keterkaitan yang erat dengan barang lain. Contohnya adalah permintaan akan beras tidak berkaitan dengan permintaan akan buku. Dalam menganalisis permintaan perlu dibedakan antara dua istilah berikut: permintaan dan jumlah barang yang diminta. Di dalam analisis ekonomi, permintaan mengambarkan keseluruhan daripada hubungan antara harga dan permintaan. Sedangkan jumlah barang yang diminta berarti jumlah barang yang diminta pada suatu tingkat harga tertentu (Sukirno, 2005). Menurut Sukirno (2005) Kurva permintaan adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga. Kurva commit permintaan to user pada umumnya menurun dari

25 digilib.uns.ac.id 13 kiri atas ke kanan bawah. Hal ini karena adanya hubungan terbalik antara harga dengan jumlah yang diminta. P (Harga) P1 P2 Q Q1 Q2 Gambar 2. Kurva Permintaan Kurva permintaan akan bergeser ke kanan atau ke kiri, yaitu seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2, jika terdapat perubahan-perubahan terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor bukan harga. Sekiranya harga barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan ini akan menyebabkan kurva permintaan pindah ke kanan atau ke kiri. Harga P D2 D D1 A2 A A1 0 Q2 Q Q1 Kuantitas Gambar 3. Pergeseran Kurva Permintaan Menurut Samuelson (2003) hubungan antara harga dan kuantitas yang diminta adalah berbanding terbalik (negatif). Jika harga naik,

26 digilib.uns.ac.id 14 kuantitas yang diminta turun, hubungan yang demikian disebut Hukum Permintaan. Kuantitas yang diminta cenderung turun apabila harga naik dapat dijelaskan oleh dua alasan : Pertama adalah efek substitusi, apabila harga sebuah barang naik, pembeli akan menggantinya dengan barang serupa lainnya dengan harga yang lebih murah. Kedua adalah efek pendapatan, apabila harga naik dan pendapatan tetap maka permintaan turun. Gambar 4. Efek permintaan 5. Elastisitas Salah satu ukuran derajad kepekaan yang sering digunakan dalam analisis permintaan adalah elastisitas, yang didefinisikan sebagai persentase perubahan kuantitas yang diminta sebagai akibat dari perubahan nilai salah satu variabel yang menentukan permintaan sebesar satu persen. Persamaan untuk menghitung elastisitas adalah sebagai berikut: Elastisitas = = Persentase perubahan Q Persentase perubahan X DQ X x DX Q = DQ/Q DX/X Dimana Q adalah jumlah barang yang diminta, X adalah variabel dalam fungsi permintaan, dan delta jumlah perubaan variabel tersebut.

27 digilib.uns.ac.id 15 Oleh karena itu, setiap variabel independen dalam fungsi permintaan memiliki satu elastisitas (Arsyad, 2002). Faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan yang menyebabkan terjadinya perbedaan nilai elastisitasnya yaitu sebagai berikut: a. Adanya barang substitusi. Bila suatu barang memiliki substitusi, maka permintaannya cenderung elastis (ED>1) b. Persentase pendapatan yang digunakan/ jenis barang. Semakin besar pendapatan yang digunakan untuk mendapatkan barang kebutuhan pokok, maka permintaan semakin elastis. c. Jangka waktu analisis/ perkiraan atau pengetahuan konsumen. Dalam jangka pendek permintaan cenderung tidak elastis karena perubaan yang terjadi di pasar belum diketahui konsumen. d. Tersedianya sarana kredit. Bila terdapat fasilitas kredit, maka permintaan cenderung inelastis atau elastis sempurna. (Putong, 2002). Menurut Arsyad (1995) dalam ilmu ekonomi dikenal tiga elastisitas permintaan, yaitu: a. Elastisitas harga b. Elastisitas pendapatan c. Elastisitas silang Dari ketiga jenis elastisitas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Elastisitas Harga (Ep) Elastisitas harga menunjukkan derajad kepekaan jumlah produk yang diminta terhadap perubahan harga, cateris paribus. Elastisitas harga dapat diperoleh dengan cara: Ep = persentase perubahan jumlah barang yang diminta Persentase perubahan harga DQ P = x DP Q

28 digilib.uns.ac.id 16 1) Bila Ep > 1, permintaan elastis. Apabila harga naik 1 %, maka jumlah permintaan akan turun lebih dari 1%, begitu juga sebaliknya. 2) Bila Ep < 1, permintaan inelastis. Apabila harga naik 1 %, maka jumlah permintaan akan turun kurang dari 1%, begitu juga sebaliknya. 3) Bila Ep = 1, elastisitas tunggal (unitary elasticity). Permintaan suatu barang tidak terpengaruh oleh perubahan harga. 4) Bila Ep = 0, permintaan inelastis sempurna. Berapapun kenaikan harga suatu barang mengakibatkan jumlah barang yang diminta tetap. 5) Bila Ep = ~, permintaan elastis sempurna. Kenaikan harga sedikit saja akan menjatuhkan permintaan barang menjadi 0, dimana kurvanya berbentuk horizontal. b. Elastisitas Pendapatan (E I ) Elastisitas pendapatan adalah persentase perubahan kuantitas suatu barang yang diminta disebabkan oleh perubahan pendapatan (Income) sebesar 1 persen. E I = persentase perubahan jumlah barang yang diminta Persentase perubahan pendapatan E I = ( DQ / Q) ( DI / I ) = DQ X DI I Q Suatu produk normal yang memiliki koefisien elastisitas pendapatan bernilai tinggi (biasanya lebih besar dari 1), maka dianggap sebagai produk normal atau sekunder sedangkan produk normal koefisien elastisitas pendapatan di bawah satu (0<EI<1) dianggap sebagai barang primer atau kebutuhan pokok. Interpretasi nilai elastisitas pendapatan dapat dilihat pada Tabel 3.

29 digilib.uns.ac.id 17 Tabel 3. Interpretasi Elastisitas Pendapatan Elastisitas Positif E I > 1 0 < E I < 1 Negatif Golongan barang Barang Normal Barang Elastis Barang Inelastis Inferior Interpretasi Sumber : Lipsey, 1990 dan Gilarso, 2003 c. Elastisitas silang (Ec) Elastisitas silang adalah Persentase jumlah yang diminta meningkat begitu pendapatan naik Persentase jumlah yang diminta lebih besar dari proporsi kenaikan pendapatan Persentase jumlah yang diminta lebih kecil dari prosentase proporsi kenaikan pendapatan Persentase jumlah barang yang diminta menurun begitu pendapatan naik. koefisien yang menunjukkan persentase perubahan permintaan terhadap suatu barang apabila terjadi perubahan terhadap harga barang lain. Apabila perubahan harga barang Y menyebabkan permintaan barang X berubah, maka besarnya elastisitas silang dapat dihitung dengan rumus: persentase perubahan jumlah barang X yang diminta Ec = Persentase perubahan harga barang Y Nilai elastisitas silang bisa positif, nol atau negatif. Tanda tersebut penting untuk menginterpretasikan nilai elastisitas tersebut. Hal ini seperti yang terdapat pada Tabel 4. Tabel 4. Interpretasi Elastisitas Silang Elastisitas Golongan Interpretasi barang Positif Substitusi Kenaikan harga barang substitusi berakibat meningkatnya jumlah yang diminta untuk barang ini (dan untuk barang substitusinya berkurang) Negatif Komplementer Kenaikan harga barang komplementer berakibat turunnya jumlah yang diminta untuk barang ini (juga untuk barang komplemennya) Sumber : Lipsey, 1990

30 digilib.uns.ac.id 18 Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa barang substitusi mempunyai nilai positif > 0, sehingga dalam penggunaannya dapat mengganti suatu produk dengan fungsi yang sama. Sedangkan elastisitas < 0 atau negatif menunjukkan barang tersebut adalah barang komplementer sehingga dalam penggunaannya secara bersama-sama dengan produk lain. C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah 1. Estimasi Fungsi Permintaan Permintaan seseorang atau sesuatu masyarakat kepada suatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dianggap dapat mempengaruhi permintaan seseorang antara lain : 1. Harga barang itu sendiri 2. Harga barang lain 3. Pendapatan konsumen 4. Jumlah penduduk Untuk mengetahui elastisitas permintaan beras terhadap harga beras, harga jagung, harga telur, pendapatan perkapita, jumlah penduduk, dan konsumsi beras, maka di gunakan model analisis yaitu model analisis statis. a. Model Analisis Sudarsono (1991), menyatakan bahwa dalam banyak study empiris atau penelitian tentang permintaan biasanya dipergunakan bentuk fungsi permintaan yang mempunyai elastisitas konstan. Metode ini mendasarkan atas anggapan bahwa elastisitas permintaan terhadap perubahan variabel yang menjadi determinannya selalu tetap. Bentuk fungsinya adalah fungsi kepangkatan dengan menggunakan beberapa variabel sebagai determinannya, yang dirumuskan sebagai berikut : Qd = bo. Hx b1. Hk b2. Hs b3. Hs b4. Y b5. JP b5. e Dimana : Qd = Jumlah permintaan bo = Konstanta

31 digilib.uns.ac.id 19 Hk = Harga barang komplementer Hs = Harga barang substitusi Y = Pendapatan riil JP = Jumlah Penduduk b 1 -b 5 = koefisien regresi e = error Dalam penelitian ini variabel yang dianggap dispesifikasi permintaan beras di Kabupaten Klaten adalah harga beras, harga jagung, harga telur, pendapatan penduduk dan jumlah penduduk. Sehingga fungsi permintaan yang digunakan adalah sebagai berikut : Qd = bo. X b1 1. X b2 2. X b3 b4 3. X 4.X b5 5.e Fungsi tersebut kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural sebagai berikut : Ln Qd = Ln bo + b 1 Ln X 1 + b 2 Ln X 2 + b 3 Ln X 3 + b 4 Ln X 4 + b 5 Ln X 5 + e Dimana : Qd = Jumlah Permintaan Beras bo = Konstanta X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 = Harga beras tahun t (Rp/kg) = Harga jagung tahun t (Rp/kg) = Harga telur tahun t (Rp/kg) = Pendapatan penduduk klaten pada tahun t (Rp) = Jumlah penduduk klaten dalam tahun t (jiwa) b 1 b 5 = Koefisien regresi e = error 2. Elastisitas Elastisitas permintaan menggambarkan derajat kepekaan fungsi permintaan terhadap perubahan yang terjadi pada variabel-variabel yang mempengaruhinya. Oleh karena pada dasarnya ada tiga variabel yang mempengaruhi maka dikenal tiga elastisitas permintaan, yaitu elastisitas harga (barang sendiri), elastisitas commit silang to user (terhadap perubahan harga barang

32 digilib.uns.ac.id 20 lain), elastisitas pendapatan (terhadap perubahan pendapatan atau anggaran belanja). Kerangka berpikir Analisis Permintaan beras di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada gambar 4 berikut : Permintaan Beras di Kabupaten Klaten Faktor-faktor Permintaan Beras Faktor Harga Barang Lain Faktor Jumlah Penduduk Faktor Penduduk Harga Barang Subtitusi Harga Barang Komplementer Variabel: Harga Beras Variabel Harga Jagung Variabel Harga Telur Variabel Jumlah Penduduk Kab Klaten Variabel: Pendapatan Penduduk Analisis Permintaan Estimasi Fungsi Permintaan Beras Elastisitas Permintaan Beras Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Permintaan Beras di Kabupaten Klaten

33 digilib.uns.ac.id 21 D. Hipotesis 1. Diduga bahwa harga beras, harga jagung, harga telur, jumlah penduduk dan pendapatan penduduk berpengaruh terhadap permintaan beras di Kabupaten Klaten. 2. Diduga bahwa beras bersifat inelastis, telur merupakan barang komplementer beras jagung merupakan barang substitusi beras dan beras merupakan barang normal. E. Pembatasan Masalah 1. Data yang digunakan adalah data time series mulai dari tahun 1993 sampai tahun Permintaan yang ingin dijelaskan adalah permintaan beras yang dikonsumsi masyarakat di Kabupaten Klaten. 3. Variabel yang berpengaruh terhadap permintaan beras di Kabupaten Klaten yang di teliti terbatas pada harga beras pada tahun t, harga rata-rata jagung pada tahun t, harga telur pada tahun t, jumlah penduduk pada tahun t, dan pendapatan perkapita penduduk pada tahun t. 4. Harga beras yang diteliti adalah jenis beras IR Harga telur yang diteliti adalah jenis telur ayam ras. 6. Harga jagung yang diteliti adalah jenis jagung hibrida 7. Elastisitas permintaan beras di Kabupaten Klaten yang dimaksud adalah elastisitas harga, elastisitas pendapatan, serta elastisitas silang permintaan. F. Asumsi-asumsi 1. Variabel-variabel lain yang tidak diamati dianggap tetap. 2. Selera dan preferensi konsumen dianggap tetap selama periode penelitian. G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Permintaan beras adalah jumlah beras yang dikonsumsi oleh masyarakat di Kabupaten Klaten, dinyatakan dalam satuan kg/tahun. Permintaan beras dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut: Permintaan Beras = Jumlah Penduduk Jumlah Konsumsi Beras 2. Jumlah penduduk adalah semua penduduk yang tinggal di Kabupaten Klaten per tahunnya, dinyatakan dalam satuan jiwa.

34 digilib.uns.ac.id Harga beras adalah harga rata-rata beras pada setiap tahunnya yang berlaku di Kabupaten Klaten, dinyatakan dalam satuan rupiah/kg. 3. Harga jagung adalah harga rata-rata jagung pada setiap tahunnya yang berlaku di Kabupaten Klaten, dinyatakan dalam satuan rupiah/kg. 4. Indeks harga konsumen adalah angka yang menunjukkan besarnya perubahan rata-rata dari harga-harga kelompok atau sekumpulan barang dari satu waktu ke waktu lainnya. 5. Harga sebelum terdeflasi adalah besarnya harga pada tahun yang bersangkutan. 6. Harga terdeflasi adalah besarnya perubahan harga-harga yang berlaku jika dibandingkan dengan tahun dasar. Untuk menghilangkan pengaruh inflasi pada harga, harga dideflasi dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun dasar (2002 = 100). Harga terdeflasi dapat dicari dengan rumus berikut ini : Hx = Keterangan : H x IHK d IHK t H t IHKd Ht IHKt = Harga yang terdeflasi = Indeks Harga Konsumen tahun dasar = Indeks Harga Konsumen tahun t = Harga sebelum terdeflasi Tahun dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah tahun 2002, dengan pertimbangan pada tahun tersebut kondisi perekonomian Indonesia dalam keadaan relatif stabil. 7. Pendapatan perkapita yang dimaksud adalah rata-rata pendapatan riil perkapita penduduk Kabupaten Klaten per tahun yang dinyatakan dalam rupiah. Pendapatan riil perkapita didapatkan dengan melakukan pendeflasian terhadap PDRB perkapita tahun yang bersangkutan dengan indeks implisit tahun dasar (2002 = 100). Tahun dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah tahun 2002, dengan pertimbangan pada tahun tersebut kondisi perekonomian Indonesia dalam keadaan relatif stabil. Pendapatan riil penduduk dihitung dengan rumus :

35 digilib.uns.ac.id 23 Y t = IRd IHt Keterangan : Y t Yabt = pendapatan penduduk tahun t IR d = Indeks Implisit PDRB tahun dasar IH t = Indeks Implisit PDRB tahun t Y abt = PDRB perkapita sebelum terdeflasi

36 digilib.uns.ac.id 24 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Menurut Surakhmad (1998), metode deskriptif adalah metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang aktual sedangkan analitis adalah data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Data yang digunakan adalah data time series dari tahun 1993 sampai tahun 2008 meliputi data permintaan beras, harga beras, harga jagung, harga telur, pendapatan penduduk dan jumlah penduduk di kabupaten Klaten. B. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian diambil secara sengaja atau purposive. Lokasi penelitian yang dipilih adalah Kabupaten Klaten dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Klaten memiliki tingkat konsumsi beras yang selalu bertambah tiap tahunnya (lihat tabel 2). Adapun tingkat konsumsi padi-padian di Kabupaten Klaten tahun dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 5. Proporsi Penegeluaran Konsumsi padi-padian dan jumlah keseluruhan pengeluaran konsumsi untuk pangan. No Tahun Proporsi Pengeluaran Konsumsi Padi-Padian (%) sebesar 14,37% pada tahun Jumlah Keseluruhan Pengeluaran Konsumsi untuk Pangan (Rupiah/kap/tahun) , , , , , Sumber: BPS Kabupaten Klaten, 2008 Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa jumlah konsumsi padi-padian untuk Kabupaten Klaten paling tinggi terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 19,11%; sedangkan untuk konsumsi yang paling rendah adalah 24

37 digilib.uns.ac.id 25 C. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang berhubungan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini, data diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten dan Dinas Pertanian Kabupaten Klaten. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dari tahun 1993 sampai tahun 2008 meliputi data permintaan beras, harga beras, harga jagung, harga telur, jumlah penduduk, data pendapatan per kapita penduduk serta data pendukung lainnya. D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang akan diteliti, sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai daerah yang diteliti. Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung pada lembaga-lembaga pemerintahan Kabupaten Klaten 2. Wawancara Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab dengan petugas instansi atau lembaga pemerintahan yang terkait dengan penelitian yaitu wawancara dengan petugas dari Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, Dinas Ketahanan Kabupaten Klaten dan BPS Kabupaten Klaten. 3. Pencatatan Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder, yaitu dilakukan dengan pencatatan data yang ada pada instansi atau lembaga pemerintahan yang terkait dengan penelitian. E. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuadrat terkecil atau OLS yaitu proses matematis untuk menentukan intersep dan slope garis yang paling tepat yang menghasilkan jumlah kuadrat deviasi atau simpangan yang minimum. Dengan metode ini akan dihasilkan pemerkira yang terbaik, linear, dan memiliki varians yang minimum dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Beras sebagai komoditas pokok Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara agraris di dunia, peranan tanaman pangan juga telah terbukti secara

I. PENDAHULUAN. negara agraris di dunia, peranan tanaman pangan juga telah terbukti secara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pangan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki peranan sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan wilayah,

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN PATI

ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN PATI ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN PATI SKRIPSI Oleh : ENDANG WIWIN H 0306013 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2010 to user i ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN PATI

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A.

II. LANDASAN TEORI A. 7 II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Michael (1985) yang berjudul Estimating Cross Elasticities of Demand for Beef, menggunakan variabel harga daging sapi, harga ikan, harga daging unggas,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KOTA SURAKARTA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KOTA SURAKARTA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi, Libria Widiastuti (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Islam Batik Surakarta) Email: triardewi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi dan Irma Wardani Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email : triardewi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal dari yang terpengaruh oleh volatilitas harga di pasar dunia, dan

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal dari yang terpengaruh oleh volatilitas harga di pasar dunia, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangan merupakan komoditas strategis yang sering dikaitkan dengan aspek ekonomi dan politik di Indonesia. Hal ini disebabkan karena pangan merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras adalah butir padi yang telah dipisahkan dari kulit luarnya (sekamnya)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras adalah butir padi yang telah dipisahkan dari kulit luarnya (sekamnya) 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beras Beras adalah butir padi yang telah dipisahkan dari kulit luarnya (sekamnya) dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan alat penggiling serta alat

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI. Oleh : ZAENUL LAILY

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI. Oleh : ZAENUL LAILY ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI Oleh : ZAENUL LAILY PROGRAM STUDI S-1 AGRIBISNIS FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS PERMINTAAN JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN ANALISIS PERMINTAAN JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Agribisnis Oleh : NUR IKHSAN NIM S641208007 PROGRAM STUDI MAGISTER

Lebih terperinci

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA Nurhidayati Ma rifah Sitompul *), Satia Negara Lubis **), dan A.T. Hutajulu **) *) Alumini Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN WONOGIRI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN WONOGIRI Eftah Putri Hapsari, Joko Sutrisno, Susi Wuri Ani Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Factors which affecting the demand of beef in Special Region of Yogyakarta Anisa Haryati / 20130220035 Ir. Lestari Rahayu,

Lebih terperinci

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH ( )

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH ( ) PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH (1988-2012) SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN UNTUK MENCAPAI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian padi bagi Indonesia sangat penting. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar penduduk, sementara

Lebih terperinci

Harga (Pq) Supply (S)

Harga (Pq) Supply (S) I. MEKANISME HARGA Fokus pembicaraan dalam ekonomi mikro adalah membahas bagaimana pembeli dan penjual melakukan interaksi dalam memperoleh barang dan jasa. Kesepakatan dalam interaksi ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Komoditi Pertanian subsektor Peternakan Pertanian adalah salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan masyarakat.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH KODE : Sosial Humaniora ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH Zaenul Laily 1*, Wahyu Dyah Prastiwi 2 dan Hery Setiyawan 3 1 2 3 Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. disusun, ditabulasi, dianalisis, kemudian diterangkan hubungan dan dilakukan uji

METODE PENELITIAN. disusun, ditabulasi, dianalisis, kemudian diterangkan hubungan dan dilakukan uji III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analisis, yaitu penelitian yang didasarkan pemecahan masalah-masalah aktual yang

Lebih terperinci

PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA

PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA EPP. Vol.5.No.2.2008:28-33 28 PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA (Soybean Demand at Samarinda City) Elvina Rohana dan Nella Naomi Duakaju Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Permintaan Beras di Kabupaten Kudus Faktor-Faktor Permintaan Beras Harga barang itu sendiri Harga barang lain Jumlah penduduk Pendapatan penduduk Selera

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN CABAI MERAH KERITING (Capsicum annum L) DI KOTA SEMARANG

ANALISIS PERMINTAAN CABAI MERAH KERITING (Capsicum annum L) DI KOTA SEMARANG Diterima : November 2016 Disetujui : Januari 2017 Dipublikasikan : April 2017 ANALISIS PERMINTAAN CABAI MERAH KERITING (Capsicum annum L) DI KOTA SEMARANG Shofiatun, Dewi Hastuti, Rossi Prabowo Fakultas

Lebih terperinci

ELASTISITAS TEAM TEACHING I. ELASTISITAS PERMINTAAN

ELASTISITAS TEAM TEACHING I. ELASTISITAS PERMINTAAN ELASTISITAS TEAM TEACHING I. ELASTISITAS PERMINTAAN Jika terjadi kegagalan panen maka dapat digambarkan sebagai pergeseran kurva penawaran kekiri, yaitu dari S ke S Gambar 4.1(i) menggambarkan suatu kasus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang subur dan memiliki kekayaan alam yang melimpah. Hal ini dikarenakan Indonesia berada di wilayah tropis. Sehingga berbagai jenis

Lebih terperinci

ELASTISITAS HARGA TELUR AYAM RAS DI JAWA BARAT THE ELASTICITY OF CHICKEN EGG S PRICE IN WEST JAVA ABSTRAK

ELASTISITAS HARGA TELUR AYAM RAS DI JAWA BARAT THE ELASTICITY OF CHICKEN EGG S PRICE IN WEST JAVA ABSTRAK ELASTISITAS HARGA TELUR AYAM RAS DI JAWA BARAT THE ELASTICITY OF CHICKEN EGG S PRICE IN WEST JAVA Hani Febrian Agustin*, Dadi Suryadi, Achmad Firman Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jalan Raya

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode 1982-2003) OLEH M. FAHREZA H14101011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS LAHAN DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI BERDASARKAN KELEMBAGAAN LAHAN DI DUKUH SRIBIT LOR DESA SRIBIT KECAMATAN DELANGGU KABUPATEN KLATEN Skripsi Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan

BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan 2.1. Pengertian Permintaan Permintaan adalah berbagai jumlah barang yang diminta oleh konsumen pada berbagai tingkat harga pada periode tertentu. Hukum permintaan

Lebih terperinci

Elastisitas Permintaan dan Penawaran. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Elastisitas Permintaan dan Penawaran. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Elastisitas Permintaan dan Penawaran Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB ELASTISITAS PERMINTAAN TERHADAP HARGA Elastisitas Permintaan Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang

Lebih terperinci

PROYEKSI PERMINTAAN DAGING AYAM RAS DI KOTA SURAKARTA

PROYEKSI PERMINTAAN DAGING AYAM RAS DI KOTA SURAKARTA PROYEKSI PERMINTAAN DAGING AYAM RAS DI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Oleh : SUCI SUSILOWATI H0304101 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 PROYEKSI PERMINTAAN DAGING AYAM RAS DI KOTA SURAKARTA

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI PRODUKSI PADI DI INDONESIA SKRIPSI. Oleh Fitria Ika Puspita Sari NIM

ANALISIS FUNGSI PRODUKSI PADI DI INDONESIA SKRIPSI. Oleh Fitria Ika Puspita Sari NIM ANALISIS FUNGSI PRODUKSI PADI DI INDONESIA SKRIPSI Oleh Fitria Ika Puspita Sari NIM. 051510201086 JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2010 ANALISIS FUNGSI PRODUKSI PADI

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN Dionica Putri 1), H M Mozart B Darus M.Sc 2), Dr.Ir.Tavi Supriana, MS 3) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jl. Prof. A.

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN SERTA PROYEKSI KOMODITAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DI JAWA TIMUR SKRIPSI Oleh Lusia Koli Moru NIM. 00151020228 JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Penawaran Teori penawaran secara umum menjelaskan ketersediaan produk baik itu barang dan jasa di pasar yang diharapkan dapat memenuhi

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH

ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH DEWI SAHARA 1) DAN ENDANG S. GUNAWATI 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tenggara 2) Fakultas Ekonomi Universitas Jend.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan) Muhammad Febri Anggian Siregar, Iskandarini, Hasman Hasyim Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Permintaan Menurut pengertian sehari-hari permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan. Permintaan ini hanya didasarkan atas kebutuhan saja atau manusia

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPARATIF PEMANFAATAN KREDIT DARI KOPERASI KELOMPOK TANI (KKT) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS KOMPARATIF PEMANFAATAN KREDIT DARI KOPERASI KELOMPOK TANI (KKT) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO ANALISIS KOMPARATIF PEMANFAATAN KREDIT DARI KOPERASI KELOMPOK TANI (KKT) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Disusun Oleh : Fitri Kisworo Wardani H0808102

Lebih terperinci

ANALISIS ELASTISITAS PENDAPATAN KONSUMEN TERHADAP PERMINTAAN TERHADAP DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

ANALISIS ELASTISITAS PENDAPATAN KONSUMEN TERHADAP PERMINTAAN TERHADAP DAGING SAPI DI KOTA MEDAN ANALISIS ELASTISITAS PENDAPATAN KONSUMEN TERHADAP PERMINTAAN TERHADAP DAGING SAPI DI KOTA MEDAN (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan) JURNAL OLEH : NAZLY A. LUBIS 120304130

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN. Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN. Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN Rizki Andini *), Satia Negara Lubis **), dan Sri Fajar Ayu **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR KOPI SUMATERA BARAT KE MALAYSIA. Indria Ukrita 1) ABSTRACTS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR KOPI SUMATERA BARAT KE MALAYSIA. Indria Ukrita 1) ABSTRACTS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR KOPI SUMATERA BARAT KE MALAYSIA Indria Ukrita 1) ABSTRACTS Coffee is a traditional plantation commodity which have significant role in Indonesian economy,

Lebih terperinci

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN WONOGIRI

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN WONOGIRI AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal. 360-370 ISSN 2302-1713 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN WONOGIRI Eftah Putri Hapsari, Joko Sutrisno, Susi Wuri Ani Program

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA SURAKARTA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA SURAKARTA AGRISTA : Vol. 4 No. 3 September 2016 : Hal. 94-103 ISSN 2302-1713 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA SURAKARTA Dian Dharmastuti,Suprapti Supardi, Wiwit Rahayu Program

Lebih terperinci

PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN

PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember http://www.adamjulian.net Permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan daripada hubungan diantara harga dan

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN ADITYA HADIWIJOYO.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN A. III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Penelitian ini menggunakan metode descriptive analitis. Metode ini berkaitan dengan pengumpulan data yang berguna untuk memberikan gambaran atau penegasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia adalah sebagai makanan pokok karena hampir seluruh

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia adalah sebagai makanan pokok karena hampir seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam sendi kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TINGKAT EFISIENSI ANTARA METODE KUADRAT TERKECIL DENGAN METODE MINIMUM COVARIANCE DETERMINANT

PERBANDINGAN TINGKAT EFISIENSI ANTARA METODE KUADRAT TERKECIL DENGAN METODE MINIMUM COVARIANCE DETERMINANT PERBANDINGAN TINGKAT EFISIENSI ANTARA METODE KUADRAT TERKECIL DENGAN METODE MINIMUM COVARIANCE DETERMINANT PADA ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI PRODUKSI JAGUNG DI JAWA TENGAH oleh KARINA PUTRIANI M0110047

Lebih terperinci

ANALISIS PENAWARAN KOPI ROBUSTA DI PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISIS PENAWARAN KOPI ROBUSTA DI PROVINSI JAWA TENGAH ANALISIS PENAWARAN KOPI ROBUSTA DI PROVINSI JAWA TENGAH Nifka Nisarafika, Endang Siti Rahayu, Susi Wuri Ani Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jalan Ir. Sutami No. 36

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN JERUK PAMELO (Citrus grandis) DI KABUPATEN PATI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN JERUK PAMELO (Citrus grandis) DI KABUPATEN PATI Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (JEPA) Volume 2, Nomor 3 (2018): 179-186 ISSN: 2614-4670 (p), ISSN: 2598-8174 (e) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN JERUK PAMELO (Citrus grandis)

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 19 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Perdagangan Internasional Pola perdagangan antar negara disebabkan oleh perbedaan bawaan faktor (factor endowment), dimana suatu negara akan mengekspor

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan,

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan, II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Permintaan Teori permintaan adalah teori yang menjelaskan tentang ciri hubungan antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. (Analysis of Demand for Rice in the Province of Central Kalimantan) Revi Sunaryati

ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. (Analysis of Demand for Rice in the Province of Central Kalimantan) Revi Sunaryati ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH (Analysis of Demand for Rice in the Province of Central Kalimantan) Revi Sunaryati Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Palangka

Lebih terperinci

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING 6.1. Model Permintaan Rumah Tangga Terhadap Cabai Merah Keriting Model permintaan rumah tangga di DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Pada bab ini akan disampaikan beberapa kajian pustaka mengenai teori permintaan, elastisitas permintaan dan BBM. 2.1.1 Teori

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 04 Pusat Pengantar Ekonomi Mikro Elastisitas Permintaan dan Penawaran Bahan Ajar dan E-learning Definisi Elastisitas Suatu pengertian yang menggambarkan derajat kepekaan perubahan suatu variabel

Lebih terperinci

ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN

ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN 1 Pokok Bahasan 1. Pendahuluan 2. Elastisitas harga permintaan 3. Hal-hal yang mempengaruhi elastisitas permintaan 4. Elastisitas penawaran 5. Elastisitas silang 6.

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN

ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jurusan/Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

PERMINTAAN DAGING SAPI DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DEMAND FOR BEEF IN THE PROVINCE OF YOGYAKARTA

PERMINTAAN DAGING SAPI DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DEMAND FOR BEEF IN THE PROVINCE OF YOGYAKARTA Agros Vol.16 No., Juli 014: 44-450 ISSN 1411-017 ABSTRACT PERMINTAAN DAGING SAPI DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DEMAND FOR BEEF IN THE PROVINCE OF YOGYAKARTA Sulistiya 1 Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAPATAN TERHADAP KONSUMSI BERAS DAN ARAH PERGESERANNYA (Studi Kasus di Desa Sumberdadi Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek)

PENGARUH PENDAPATAN TERHADAP KONSUMSI BERAS DAN ARAH PERGESERANNYA (Studi Kasus di Desa Sumberdadi Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek) PENGARUH PENDAPATAN TERHADAP KONSUMSI BERAS DAN ARAH PERGESERANNYA (Studi Kasus di Desa Sumberdadi Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek) KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI) D i a j u k a n G u n a M e

Lebih terperinci

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor)

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN PADI DAN JAGUNG KABUPATEN KARO SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN PADI DAN JAGUNG KABUPATEN KARO SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN PADI DAN JAGUNG KABUPATEN KARO SKRIPSI ARTALIA BR SITORUS 130304119 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Kelapa Sawit Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada dataran rendah di daerah tropis yang beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INFLASI, EKSPOR, INVESTASI ASING LANGSUNG (FDI), DAN PENGANGGURAN TERHADAP PDB INDONESIA PERIODE

ANALISIS PENGARUH INFLASI, EKSPOR, INVESTASI ASING LANGSUNG (FDI), DAN PENGANGGURAN TERHADAP PDB INDONESIA PERIODE ANALISIS PENGARUH INFLASI, EKSPOR, INVESTASI ASING LANGSUNG (FDI), DAN PENGANGGURAN TERHADAP PDB INDONESIA PERIODE 1981-2011 Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai

Lebih terperinci

DAMPAK PRILAKU HARGA TERHADAP KETERSEDIAAN KEDELAI DI SAMARINDA

DAMPAK PRILAKU HARGA TERHADAP KETERSEDIAAN KEDELAI DI SAMARINDA EPP.Vol..No..005:46-50 46 DAMPAK PRILAKU HARGA TERHADAP KETERSEDIAAN KEDELAI DI SAMARINDA (The Impact of Price Behaviour to Soy Bean Commodity Stock in Samarinda) Achmad Zaini Program Studi Ekonomi Pertanian,

Lebih terperinci

ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN

ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN TIU : Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat mengukur tingkat elastisitas permintaan dan penawaran, menganalisis dan menjelaskan keterkaitan elastisitas dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pangan adalah kebutuhan pokok sekaligus menjadi esensi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pangan adalah kebutuhan pokok sekaligus menjadi esensi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pangan adalah kebutuhan pokok sekaligus menjadi esensi kehidupan manusia, karenanya hak atas pangan menjadi bagian sangat penting dari hak azasi manusia. Ketahanan

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BATIK DI KAMPUNG BATIK KAUMAN KOTA PEKALONGAN

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BATIK DI KAMPUNG BATIK KAUMAN KOTA PEKALONGAN SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BATIK DI KAMPUNG BATIK KAUMAN KOTA PEKALONGAN THE ANALYSIS FACTORS INFLUENCEING DEMAND FOR BATIK IN KAUMAN VILLAGE PEKALONGAN REGENCY Diajukan

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR Ahmad Ridha Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Samudra Email : achmad.ridha@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CENGKEH DI KECAMATAN JATIYOSO KABUPATEN KARANGANYAR

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CENGKEH DI KECAMATAN JATIYOSO KABUPATEN KARANGANYAR ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CENGKEH DI KECAMATAN JATIYOSO KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Disusun Oleh: ISTIANA F0108156 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA ABSTRAK ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA Annisa Adawiyah*), Rulianda P. Wibowo**), Siti Khadijah H. N **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS KEDELAI DI JAWA TIMUR: MODEL ANALISIS SIMULTAN SKRIPSI

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS KEDELAI DI JAWA TIMUR: MODEL ANALISIS SIMULTAN SKRIPSI ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS KEDELAI DI JAWA TIMUR: MODEL ANALISIS SIMULTAN SKRIPSI Oleh TULUS BUDI NIRMAWAN NIM. 001510201025 JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proyeksi adalah ilmu dan seni meramalkan kondisi di masa yang akan. ternak ayam ras petelur dalam satuan ribu ton/tahun.

III. METODE PENELITIAN. Proyeksi adalah ilmu dan seni meramalkan kondisi di masa yang akan. ternak ayam ras petelur dalam satuan ribu ton/tahun. 20 III. METODE PENELITIAN A. Batasan Operasional dan Jenis data 1. Batasan Operasional Proyeksi adalah ilmu dan seni meramalkan kondisi di masa yang akan datang berdasarkan data yang ada dengan menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI JAWA TIMUR SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI JAWA TIMUR SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Oleh : RADIX ADININGAR

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA BERAS DI INDONESIA TAHUN

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA BERAS DI INDONESIA TAHUN ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA BERAS DI INDONESIA TAHUN 1981-2006 Skripsi Ini Disusun Guna Melengkapi Syarat Sarjana Strata Satu Jurusan Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam tulisan Anonimous (2012) dikatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia diperlukan asupan gizi yang baik.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA Winda Ayu Wulandari *), Tavi Supriana **), dan M. Jufri **) *) Alumini Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara Agraris dimana sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Hal ini di dukung dengan kenyataan bahwa di Indonesia tersedia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series tahunan 2002-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung. Adapun data

Lebih terperinci

Proyeksi elastisitas permintaan telur ayam ras di Malang Raya

Proyeksi elastisitas permintaan telur ayam ras di Malang Raya Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (3): 81-87 ISSN : 0852-3681 E-ISSN : 2443-0765 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Proyeksi elastisitas permintaan telur ayam ras di Malang Raya Nanang Febrianto

Lebih terperinci

Analisis permintaan gula pasir di tingkat rumah tangga di kabupaten Sukoharjo I. PENDAHULUAN

Analisis permintaan gula pasir di tingkat rumah tangga di kabupaten Sukoharjo I. PENDAHULUAN 1 Analisis permintaan gula pasir di tingkat rumah tangga di kabupaten Sukoharjo Maman Pamungkas H0304083 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk dan perbaikan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

KONTRIBUSI EKONOMI KOMODITAS PADI TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MADIUN

KONTRIBUSI EKONOMI KOMODITAS PADI TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MADIUN KONTRIBUSI EKONOMI KOMODITAS PADI TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MADIUN SKRIPSI Oleh ARMY YUDHA NINGRUM NIM. 021510201174 JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil komoditas pertanian berupa padi. Komoditas padi dikonsumsi dalam bentuk beras menjadi nasi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pemilihan Daerah Sampel dan Waktu Penelitian Daerah penelitian tentang permintaan daging sapi yaitu di Kelurahan Sei Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Permintaan Dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN BERAS DAN JAGUNG DI PROVINSI SUMATERA UTARA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN BERAS DAN JAGUNG DI PROVINSI SUMATERA UTARA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN BERAS DAN JAGUNG DI PROVINSI SUMATERA UTARA Wenny Mahdalena L.G*), Tavi Supriana**), Satia Negara Lubis**) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah penyerapan

Lebih terperinci