BAB X INVESTASI SDM MELALUI PENDIDIKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB X INVESTASI SDM MELALUI PENDIDIKAN"

Transkripsi

1 BAB X INVESTASI SDM MELALUI PENDIDIKAN Pidato Theodore W. Schultz tahun 1960 berjudul Investment in Human Capital di hadapan The American Economic Assosiation merupakan peletak dasar teori human capital. Makna substansial yang terkandung dalam isi pidato itu adalah bahwa proses perolehan pengetahuan dan ketrampilan melalui pendidikan bukan merupakan suatu bentuk konsumsi semata-mata, akan tetapi merupakan suatu investasi. Pada 1966 Bawman memperkenalkan suatu konsepsi revolusi investasi manusia dalam pemikiran ekonomi. Gagasan-gagasan tersebut di atas pada waktu itu sangat mempengaruhi pola pikir pemerintah, para perencana, lembaga-lembaga internasional, juga pada pendidik di seantero dunia dalam merencanakan dan mengembangkan sumber daya manusia. Akibatnya terjadi ekskalasi permintaan pendidikan di negara-negara berkembang yang ditandai oleh masalisasi pendidikan yang hingga saat ini masih merupakan salah satu trade mark pendidikan di sebagian besar negara-negara berkembang. (Singh,1986). Pemaknaan pendidikan pada hampiran masalisasi di atas masih berada pada upaya menikmati kesempatan memperoleh pendidikan dan belum sampai pada upaya serius menikmati layanan pendidikan yang berkualitas. Pada pilahan inilah negaranegara berkembang termasuk Indonesia terjebak pada kebanggaan semu, lantaran angka partisipasi kasar terutama tingkat sekolah dasar telah mencapai 100%. Itu berarti equality of access telah berada pada aras optimal. Namun equality of survival belum berada pada tingkat penikmatan yang sama karena angka drop out pada jenjang sekolah dasar masih cenderung tinggi. 109

2 Fenomena ini akan makin galat (erroneous) akibat equality of output masih berupa keinginan subyektif dan belum sampai pada kenyataan. Merujuk pola pikir yang demikian dibutuhkan suatu telaah secara menyeluruh, termasuk telaah ekonomi. Dalam tautan makna yang demikian, Cohn (Wardiman dan Suryadi,1995 ) memformulasikan takrif ekonomi Pendidikan sebagai berikut: suatu studi tentang bagaimana manusia baik secara perorangan maupun kelompok membuat keputusan dalam rangka mendayagunakan sumber-sumber daya yang terbatas agar dapat menghasilkan berbagai bentuk latihan, pengembangan ilmu pengetahuan, ketrampilan, buah pemikiran, sikap dan nilai, khususnya melalui pendidikan formal serta bagaimana mendistribusikannya secara merata dan adil di antara berbagai kelompok masyarakat. Pada awalnya Beeby (1981) mempertahankan, bahwa ekonomi pendidikan hanya mempercakapkan aspek-aspek di luar sistem pendidikan, seperti dampak pendidikan terhadap ekonomi dan pasar kerja. Kualitas pendidikan hanya diukur dengan model kemampuhasilan (produktivitas). Aspek-aspek di dalam proses pendidikan itu sendiri dianggap bukan garapan para ekonom. Dalam perkembangan selanjutnya (sesuai takrif di atas) para ekonom mulai memperluas wawasannya dengan membahas sistem pendidikan secara komprehensif sesuai kerangka pemikiran education as an industry yang meliputi input, proses, output dan outcome pendidikan. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh tumbuh dan berkembangnya perspektif investasi sumber daya manusia sejak zaman doktrin klasik, neo klasik hingga zaman human capital modern. Pandangan yang mengatakan manusia sebagai cost of production approach sejak 110

3 masa Ernst Engel (1883) dan Theodore Wittstein (1867) berubah, ke arah manusia sebagai sumber inspirasi yang mampu melipatgandakan produksi di luar perhitungan biaya produksi. Teori human capital modern merupakan suatu aliran pemikiran yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu bentuk kapital sebagaimana bentuk kapital lainnya seperti; tehnologi, uang, tanah dan mesin yang sangat menentukan terhadap tingkat kemampuhasilan nasional. Melalui investasi diri seseorang dapat memperluas alternatif untuk memilih profesi, pekerjaan atau kegiatan-kegiatan yang lain untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Perspektif lain yang tidak semata-mata tercurah pada sisi teknis pendidikan adalah teori credentialism atau screening hypothesis. Teori ini kurang menaruh perhatian pada proses berlangsungnya pendidikan. Pandangan ini menganggap proses pendidikan tidak penting; yang penting adalah peranan pendidikan sebagai public goods yang menyediakan kesempatan yang adil dan merata sehingga berinduksi pada pendistribusian pendapatan secara merata. Perspektif lain yang dapat digolongkan ke dalam Neo Marxism ialah teori Dual Labor Market Hypothesis yang disponsori oleh para pemikir segmentist seperti Cain (1976), yang mencoba menggabungkan sisi psikologis, sisi politis dalam konteks proses melalui Screening. Dalam kegamangan makna yang kontroversial itu pada akhirnya para ekonom sepakat tentang ilmu ekonomi pendidikan yang merupakan hasil pengembangan teori human capital. Dalam tautan yang demikian, teori human capital menganggap tenaga kerja sebagai pemegang kapital yang tercermin dalam ketrampilan, pengetahuan dan kemampuhasilan (produktivitas) kerjanya (Todaro,1994). Kalau tenaga kerja sebagai pemegang kapital, maka mereka dapat menginvestasikan dirinya dan bukan 111

4 untuk dimanfaatkan bagi keuntungan seseorang, kelompok, tuan tanah, majikan, pemilik modal, dan sebagainya. Jika eksploitasi terjadi, tenaga kerja hanya memiliki fungsi sebagai alat produksi terhadap kekayaan pemilikan proses produksi, maupun hasil produksi. Dengan begitu keuntungan potensial tenaga kerja dipindahkan ke tangan para pemilik modal. Hal inilah yang oleh Korten (1997) disebut tenaga kerja hanya dijadikan obyek dan bukan sebagai subyek. Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi Hampiran di dalam menganalisis hubungan antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi menggunakan beberapa model yang berbeda. Model-model tersebut secara langsung tidak melakukan hubungan antara indikator pendidikan di satu pihak dan indikator ekonomi di lain pihak. Untuk maksud itu akan dipaparkan beberapa model sebagai berikut: 1. Model Fungsi Produksi Para perintis analisis sumbangan pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi seperti Denison (1960) telah menggunakan pendekatan perhitungan pertumbuhan (growth accounting approach). Hampiran ini didasarkan pada konsep fungsi produksi (production function) yang menghubungkan antara output (Y) dengan faktor-faktor Input yang terdiri dari faktor kapital (K) dan faktor tenaga kerja (L). Bentuk yang paling sederhana dari fungsi produksi ini seperti tercermin dalam andaian yang digunakan untuk studi fungsi produksi linear homogen dengan rumus Y = f (K,L). Jika pertumbuhan ekonomi ini secara komprehensif ditentukan oleh modal fisik (K) dan tenaga kerja (L), maka sangat di mungkinkan untuk merinci tingkat pertumbuhan 112

5 output terhadap komponen (K) dan komponen (L). Pertumbuhan ekonomi yang ditentukan oleh komponen (L) dapat ditafsirkan sebagai sumbangan pendidikan terhadap pertumbuhan. Model fungsi produksi ini diperkenalkan oleh Cobb Douglas (1930), yang lebih sering digunakan di bidang ekonomi. Biasanya fungsi produksi ini hanya ditulis dengan fungsi C-D. Secara lebih lengkap di bawah ini akan dijelaskan bagaimana formula fungsi C-D dibuat. Berdasarkan hubungan seperti yang telah dituangkan dalam persamaan di atas, maka dapat dibentuk fungsi C-D sebagai berikut: X = f (L,K,E) Seperti telah dipaparkan bahwa fungsi produksi umumnya berbentuk linear homogen dan dalam kaitan makna yang demikian Cobb Douglas memilih eksponensial karena dianggap sesuai dengan prilaku peubah tenaga kerja dan modal terhadap produksi. Bentuk persamaannya adalah sebagai berikut: X = A L K e Dimana : X = produksi L = tenaga kerja K = modal A = koefisien teknis, = parameter, dan e = peubah yang tidak dapat dijelaskan Dengan menggunakan transformasi logaritma, persamaan tersebut dapat dilinearkan menjadi persamaan sebagai berikut: In X = InA + In L + In K + E 113

6 disebut output elasticity of labour disebut output elasticity of capital 0 l l l l l l Jika persamaan tersebut dideferensiasikan terhadap l, maka diperoleh bentuk persamaan lain sebagai berikut: d In X d In L dy/ Y = = dl/ L 2. Hampiran rate of return Analisis cost-benefit merupakan hampiran yang sering digunakan dalam menganalisis investasi pendidikan. Hampiran ini membantu para pengambil keputusan untuk memilih di antara alternatif alokasi sumber-sumber pendidikan yang terbatas yang mampu memberi keuntungan yang paling tinggi. Dan, salah satu alat yang digunakan untuk sampai pada keputusan memilih alternatif investasi dalam pendidikan adalah dengan menggunakan social rate of return. Model ini digunakan juga untuk membandingkan investasi pendidikan dengan investasi fisik, akan tetapi lebih sering digunakan untuk membandingkan alternatif investasi antar jenis dan jenjang pendidikan (Balitbang. Depdikbud,1991) Dalam aplikasi komparatif tersebut di atas, social rate of return merupakan besaran hasil perbandingan antara keuntungan sosial (social benefit) dan biaya social (social cost) yang berfungsi sebagai alat ukur dari investasi pemerintah dan masyarakat. 114

7 Proyek-proyek pendidikan yang memiliki social rate of return lebih rendah dapat dianggap sebagai investasi sosial yang tidak menguntungkan. Selanjutnya membandingkan social rate of return dengan jenis investasi lain, di mana proyek yang dapat dikatakan paling menguntungkan adalah menawarkan social rate of return paling tinggi. Tapi, langkah yang harus dilakukan secara hati-hati dalam membandingkan cost dan benefit adalah dalam mengidentifikasi dan mengukur cost dan benefit itu sendiri. 3. Model keuntungan pendidikan Model ini kurang sensitif terhadap keuntungan pendidikan yang sifatnya eksternalitas, karena eksternalitas bersifat kualitatif yang tidak mudah dihitung dengan nilai rupiah. Dalam model ini, jenis keuntungan pendidikan yang mudah untuk diterjemahkan menjadi nilai rupiah, seluruhnya diperhitungkan. Namun, karena tujuannya adalah mengukur dampak pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi, maka perlu digunakan suatu andaian bahwa seluruh penghasilan seseorang merupakan proksi dari produktivitas (kemampuhasilan) yang dimilikinya. Kemampuhasilan ini dianggap sebagai fungsi dari keahlian dan ketrampilan yang diperoleh dari pendidikan. Keuntungan pendidikan diukur dengan menggunakan pola penghasilan seumur hidup (life income profile). Pola penghasilan seseorang sepanjang hidupnya akan berbentuk U terbalik yang dimulai dengan penghasilan agak rendah pada umur muda hingga meningkat pada umur berikutnya, dan menurun pada usia lanjut (Boediono dan Mc Mahon, 1991). Untuk memperoleh pola penghasilan seumur hidup dilakukan dengan dua cara yakni, (1) cost sectional dengan jalan mengukur penghasilan dalam waktu bersamaan kepada sejumlah orang yang bervariasi usianya, selanjutnya dicari rata-rata 115

8 penghasilan dari orang-orang yang usianya sama, (2) Longitudinal dengan jalan mengikuti sejumlah orang yang seusia dan penghasilannya diukur pada setiap tingkat usia (Cummings, 1980). Keuntungan yang diukur dari seorang lulusan ialah marginal benefit yaitu tambahan penghasilan rata-rata lulusan suatu tingkat pendidikan dikurangi dengan rata-rata penghasilan lulusan pendidikan di bawahnya. Hal ini dilakukan pada setiap tingkat umur tertentu. Dengan begitu, jika d adalah tambahan keuntungan, B (smu) adalah keuntungan pendidikan bagi tamatan SMU, dan Y adalah rata-rata penghasilan pertahun, maka, db ( smu) = Y (smu) Y (smp) Untuk memperoleh nilai sekarang dari total benefit tersebut perlu dikoreksi dengan faktor diskonto ( r ) tertentu, karena rupiah yang diperoleh pada masa yang akan datang lebih kecil nilainya, jika dihitung dengan nilai sekarang (Boediono dan McMahon, 1992). 4. Mengukur Biaya Pendidikan Konsep biaya pendidikan sifatnya lebih kompleks dari keuntungan, karena komponen biaya terdiri dari berbagai jenis bentuk dan sifatnya. Biaya pendidikan bukan hanya yang berbentuk rupiah tetapi juga berbentuk biaya kesempatan (opportunity cost). Biaya kesempatan ini sering disebut income forgone yaitu potensi penghasilan seorang lulusan misalnya SMU yang tidak diterima di Perguruan Tinggi (Clark,1983). Dengan demikian, jika biaya disebut ( C ), biaya langsung disebut ( L), dan biaya kesempatan disebut (K), maka ; c(smu) = L (smu ) + K (smu) 116

9 Dengan demikian, biaya pendidikan di SMU adalah gabungan antara seluruh biaya yang langsung dibayarkan untuk bersekolah di SMU ditambah dengan jumlah rata-rata penghasilan tamatan SMP selama bersekolah di SMU. Kesimpulannya adalah biaya pendidikan di SMU adalah penjumlahan nilai sekarang dari biaya yang telah dikeluarkan ditambah dengan rata-rata penghasilan lulusan SMP sejak tahun n sampai dengan tahun sekarang (tahun 0) 5. Menentukan nilai IRR ( r ) Nilai (r) ini sering disebut nilai diskonto untuk keuntungan masa depan dan nilai penambah untuk biaya yang telah dikeluarkan di masa lalu. Nilai (r) ini pertama-tama digunakan untuk menghitung biaya dengan nilai sekarang (C 0 ). Selanjutnya (r) disimulasikan di dalam rumus B 0 sehingga mencapai nilai (r) tertentu yang dapat menyamakan B 0 ini dengan C 0. Dengan demikian untuk menghitung IRR untuk tamatan SMU adalah sebagai berikut : IRR = ( r ) jika : C 0 = B 0 Analisis Temuan Para Ahli Denison telah menerapkan analisis fungsi produksi pendidikan dalam pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat sekitar tahun , namun menghasilkan komponen residu yang sangat besar dan tidak dapat dijelaskan oleh model ini. Komponen residu yang sangat besar inilah yang telah menjadi tantangan bagi para peneliti selanjutnya untuk menguji seberapa besar komponen residu ini diterangkan oleh efek pendidikan dalam meningkatkan mutu tenaga kerja, dan seberapa besar diterangkan oleh efek dari kesangkilan (efisiensi) pendayagunaan 117

10 modal fisik. Pada akhirnya Denison menemukan 23% dari pertumbuhan output di Amerika Serikat ( ) merupakan efek dari meningkatnya rata-rata tingkat pendidikan tenaga kerja. Sumbangan pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara industri maju sangat variatif; Jerman (2%), Inggris 14%, Belgia 14%, negara negara Amerika latin 7%, Argentina 16,5% sampai Kanada 25%. Sementara negaranegara di Asia rata-rata sumbangan pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi tinggi, dan negara-negara di Afrika sangat tinggi (Psacharopoulos, 1985 ). Theodore Schultz (1963) melakukan pengukuran mengenai kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan tehnik rate of return. Ia (baca: Theodore) membandingkan tingkat balik terhadap investasi sumber daya manusia (rate of return to human capital) dengan tingkat balik terhadap modal fisik (rate of return to physical capital) Atas hasil perbandingan tersebut Schultz menemukan proporsi yang cukup tinggi dari tingkat pertumbuhan output di USA yang disebabkan oleh pendidikan sebagai salah satu bentuk investasi pengembangan sumber daya manusia. Merujuk pada paparan tersebut di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Bahwa besar dan variasi penghasilan dari kelompok masyarakat yang berbeda di jadikan ukuran tentang kontribusi pendidikan terhadap output. 2. Bahwa lebih tingginya penghasilan tenaga kerja terdidik menunjukkan kemampuhasilan yang lebih tinggi dari tenaga-tenaga terdidik, sehingga kelompok berpendidikan lebih tinggi ini memberikan kontribusi lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi. 118

11 3. Bahwa hubungan antara input dan output bersifat sederhana dan makro (aggregate) yang dapat dianalisis dengan fungsi produksi yang bersifat aggregate pula. Ketiga konklusi dalam bentuk andaian tersebut di atas memperoleh kritik tajam karena beberapa pihak meragukan kebenarannya, sehingga melemahkan argumentasi yang mengatakan bahwa investasi pendidikan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada awal 1980-an Hicks (Suryadi, 1994) dengan hasil penelitiannya kembali membuktikan bahwa ada hubungan yang erat antara pengembangan sumber daya manusia dengan pertumbuhan ekonomi. Hicks menguji hubungan antara pertumbuhan ekonomi, perkembangan pendidikan dan angka harapan hidup (life expectancy rate). Dan dari 83 negara negara yang dipelajari 12 negara diantaranya yang memiliki pertumbuhan ekonomi tercepat, ternyata memiliki tingkat melek huruf dan harapan hidup di atas rata-rata, seperti Korea dan Thailand ( Wardiman dan Suryadi, 1995) Hal serupa juga dilakukan oleh Kaser (1966), Anderson (1963), Wheeler (1980), Marris (1982), Jamison dan Lau (1982), Earterlin (1981), Psacharopoulos (1985) yang kesemuanya mengahasilkan kesimpulan yang sama yaitu ada hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan perkembangan pendidikan. Tingkat balik ( rate of return ) dari upaya pengembangan sumber daya manusia memang cenderung lebih tinggi dibanding nilai balik terhadap upaya penanaman kapital atau modal fisik, tetapi tingkat pendidikan mana dan ketrampilan macam apa yang lebih banyak memberi kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan belum terungkap seluruhnya. Walau begitu pengeluaran untuk pendidikan harus diperhitungkan sebagai 119

12 investasi yang produktif dan bukan sebagai konsumsi sematamata. Analisis Rate of Return di Indonesia Belum cukup banyak analisis rate of return yang dilakukan di Indonesia. Dari beberapa sumber yang ada disebutkan beberapa studi tentang hal tersebut seperti yang dilakukan oleh Payaman (1981), Psacharopoulos (1977,1978), David Clark (1983), McMahon (1989), dan Educational Sector Review (1985) dengan menggunakan data Sakernas Analisis-analisis rate of return dilakukan lebih banyak di daerah perkotaan. Dari studi-studi tersebut diperoleh gambaran regularitas yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam menggunakan model ini pada masa yang akan datang, sebagai berikut: 1. Social rate of return pada umumnya cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan masih merupakan suatu investasi yang menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi dan kemampuhasilan (produktivitas) nasional. 2. Social rate of return cenderung menurun pada tingkattingkat pendidikan yang lebih tinggi, disebabkan meningkatnya ongkos kesempatan yang harus ditanggung oleh mahasiswa. Hal itu berarti bahwa investasi pada tingkat pendidikan dasar cenderung lebih menguntungkan di banding tingkat pendidikan di atasnya. 3. Private rate of return cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan social rate of return. Hal itu dapat diartikan bahwa orientasi pendidikan terhadap aktivitas ekonomi pada sektor swasta dan kewiraswastaan tampak lebih menguntungkan daripada orientasi pada sektor pemerintah. 120

13 4. Private rate of return terhadap sekolah menengah lebih rendah dibanding private rate of return terhadap tingkattingkat pendidikan lainya. Itu terjadi lantaran tingginya biaya pendidikan menengah yang harus ditanggung oleh perorangan seperti, buku, SPP, alat-alat, uang pangkal, uang bangunan, iuran BP3 dan sebagainya. 5. Private rate of return untuk sarjana muda dan sarjana teramat tinggi, jika dibandingkan dengan keadaan manapun di dunia. Hal itu disebabkan oleh tingginya tingkat subsidi dari pemerintah. Khususnya untuk Universitas Negeri yang mengakibatkan rendahnya biaya yang ditanggung oleh mahasiswa secara perorangan. 6. David Clark menemukan bahwa rate of return terhadap lulusan SMU sangat tinggi (32%) bahkan lebih tinggi dibanding rate of return terhadap sekolah-sekolah kejuruan. Temuan ini menunjukkan tingkat gaji yang diterapkan oleh pemerintah pada tingkat ini sangat tinggi bahkan lebih tinggi dibanding harga pasar yang sebenarnya. Hal ini membutuhkan analisis tersendiri mengingat adanya distorsi pemaknaan atas sekolah kejuruan dan sekolah umum, baik oleh masyarakat, pengusaha maupun pemerintah. Sampai saat ini telah ditemukakan banyak model yang ditujukan untuk analisis investasi sumber daya manusia (analisis kebutuhan tenaga kerja, analisis perataan pendapatan, analisis ekonometrik) yang dapat digunakan. Namun tanpa melupakan kelemahannya, model IRR dapat dianggap sebagai model yang sanggup menawarkan alternatif kebijakan yang jelas, dari sudut pandang ilmu ekonomi mengenai kebijakan pendidikan apa yang dapat diprioritaskan agar memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. 121

14 Akhirnya disarankan agar para ekonom pendidikan (para ahli dalam pengembangan sumber daya manusia) untuk mulai menggunakan pendekatan IRR, baik di bidang pendidikan, maupun di bidang pengembangan sumber daya manusia lainnya seperti migrasi, gizi kesehatan, dan pelatihan kerja. Dalam bidang pendidikan, hampiran ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pembuat keputusan pendidikan, khusus dalam menangani isu-isu sebagai berikut : 1. Perlu dikaji, apakah dampak perluasan pendidikan dasar hingga SLTP merupakan suatu investasi sumber daya manusia yang menguntungkan dalam persfektif pertumbuhan ekonomi? 2. Apakah sekolah kejuruan setingkat SLTA merupakan suatu bentuk investasi sumber daya manusia yang menguntungkan pertumbuhan ekonomi? 3. Perlu diperjelas program-program keahlian mana yang perlu dikembangkan lebih jauh dan keahlian mana yang perlu diperlambat di perguruan tinggi. 4. Perlu dianalisis program-program pendidikan strata atau profesional yang perlu dikembangkan dalam sistem pendidikan tinggi di Indonesia. 5. Perlu diperjelas apakah kebijakan otonomi pendidikan tinggi memiliki dampak yang menguntungkan dilihat dari IRR nya bagi pertumbuhan ekonomi? dan sebagainya. 122

HAND OUT : MANAJEMEN KEUANGAN PENDIDIKAN KODE MATA KULIAH : AP 408 : PEMBIAYAAN DALAM PENDIDIKAN

HAND OUT : MANAJEMEN KEUANGAN PENDIDIKAN KODE MATA KULIAH : AP 408 : PEMBIAYAAN DALAM PENDIDIKAN HAND OUT MATA KULIAH : MANAJEMEN KEUANGAN PENDIDIKAN KODE MATA KULIAH : AP 408 BOBOT SKS : 3 (TIGA) SEMESTER : IV (EMPAT) PERTEMUAN : 1 dan 2 MATERI : PEMBIAYAAN DALAM PENDIDIKAN A. Konsep Pembiayaan Pendidikan

Lebih terperinci

Pendidikan sebagai Investasi Jangka Panjang

Pendidikan sebagai Investasi Jangka Panjang Pendidikan sebagai Investasi Jangka Panjang Profesor Toshiko Kinosita mengemukakan bahwa sumber daya manusia Indonesia masih sangat lemah untuk mendukung perkembangan industri dan ekonomi. Penyebabnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perdagangan Antarnegara Tingkat perekonomian yang paling maju ialah perekonomian terbuka, di mana dalam perekonomian terbuka ini selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan,

Lebih terperinci

Mengukur Efisiensi Oleh : TUTI SUARTINI/

Mengukur Efisiensi Oleh : TUTI SUARTINI/ Mengukur Efisiensi Oleh : TUTI SUARTINI/0907796 MENGUKUR EFESIENSI 1.Mengukur program yang telah dilaksanakan 2.Mengukur sejauh mana hasil yang diinginkan 3. Mengukur yang diperlukan untuk pengelola program.,

Lebih terperinci

KRITERIA EKONOMI PENDIDIKAN M.D.NIRON

KRITERIA EKONOMI PENDIDIKAN M.D.NIRON KRITERIA EKONOMI PENDIDIKAN M.D.NIRON PENGERTIAN KRITERIA ARTI KATA: Adalah: Syarat; Sesuatu yg Hrs Dipenuhi/Dicapai sehingga - Kriteria digunakan sebagai ukuran / tolok ukur keberhasilan suatu proses

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Secara umum, pendidikan ayah dan pendidikan ibu berpengaruh positif terhadap probabilitas bersekolah bagi anaknya, baik untuk jenjang SMP maupun SMA. Jika dibandingkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan

Lebih terperinci

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua TUJUAN 2 Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua 35 Tujuan 2: Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Target 3: Memastikan pada 2015 semua anak-anak di mana pun, laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dekade 1970, pembangunan identik dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi lebih menitikberatkan pada kemampuan suatu negara untuk mengembangkan outputnya

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER IPM (INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA) KABUPATEN PASER TAHUN 2011 Pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Paser pada kurun 2007 2011 terus mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen penting dalam kehidupan. Di tangan pendidikanlah masa depan bangsa ini dipertaruhkan. Melalui pendidikan, masyarakat diberi alat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik Judul : Analisis Pengaruh Non Labor Income, Mutu Sumber Daya Manusia dan Tingkat Upah Terhadap Lama Menganggur Pengangguran Terdidik di Kota Denpasar Nama : Udur Yustince BR Situmorang NIM : 1206105040

Lebih terperinci

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal KOMPONEN IPM Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki manusia (masyarakat). Di antara berbagai pilihan, yang terpenting yaitu berumur panjang dan sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perekonomian suatu negara, semakin kuat sector industri modern

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perekonomian suatu negara, semakin kuat sector industri modern BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara akan mengalami perubahan struktur perekonomian. Semakin maju perekonomian suatu negara, semakin kuat sector industri modern menggeser sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki kerjasama ekonomi negara-negara Asia Tenggara melalui kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki kerjasama ekonomi negara-negara Asia Tenggara melalui kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki kerjasama ekonomi negara-negara Asia Tenggara melalui kawasan perdagangan bebas asean (asean free trade area/afta) sejak tahun 2003 dan pasar bebas dunia tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Pendapatan

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

PEMBIAYAAN PENDIDIKAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN Dr. Danny Meirawan Prodi Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia BENEFITS OF EDUCATION HUMAN CAPITAL APPROACH SUCCESS EDUCATION INCOME INVESTMENT

Lebih terperinci

menguasai tehnologi sehingga dapat meningkatkan produktivitas perekonomian. Unutk

menguasai tehnologi sehingga dapat meningkatkan produktivitas perekonomian. Unutk TEORI HUMAN CAPITAL Secara teoritis pembangunan mensyaratkan adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM ini dapat berperan sebagai faktor produksi tenaga kerja yang dapat menguasai tehnologi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Hart (1973) setelah melakukan penelitian terhadap penduduk di

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Hart (1973) setelah melakukan penelitian terhadap penduduk di BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Sektor Informal Menurut Hart (1973) setelah melakukan penelitian terhadap penduduk di kota Accra dan Nima, Ghana, ia mengemukakan

Lebih terperinci

PELUANG DAN TANTANGAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DALAM ERA OTONOMI DAERAH DAN PENERAPAN MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH

PELUANG DAN TANTANGAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DALAM ERA OTONOMI DAERAH DAN PENERAPAN MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH PELUANG DAN TANTANGAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DALAM ERA OTONOMI DAERAH DAN PENERAPAN MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH Wagiran Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta wagiran@uny.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor utama bagi perekonomian sebagian besar negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Peran sektor pertanian sangat penting karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) adalah Deklarasi Millennium hasil kesepakatan yang ditandatangani oleh kepala negara dan perwakilan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak dituntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dari semakin kerasnya kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan

BAB I PENDAHULUAN. dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah faktor penting untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan sarana strategis guna peningkatan mutu sumber

Lebih terperinci

* Ilmu yg mempelajari kegiatan (tingkah laku) manusia dlm hidupnya bermasyarakat, khususnya yg berhubungan dg usahanya memenuhi kebutuhan.

* Ilmu yg mempelajari kegiatan (tingkah laku) manusia dlm hidupnya bermasyarakat, khususnya yg berhubungan dg usahanya memenuhi kebutuhan. M.D. Niron * Ilmu yg mempelajari kegiatan (tingkah laku) manusia dlm hidupnya bermasyarakat, khususnya yg berhubungan dg usahanya memenuhi kebutuhan. * Cabang ilmu yg fokusnya tentang Bagaimana tindakan

Lebih terperinci

Analisis Hubungan Pembiayaan Pendidikan Sekolah Dasar dengan Mutu Proses dan Hasil Belajar

Analisis Hubungan Pembiayaan Pendidikan Sekolah Dasar dengan Mutu Proses dan Hasil Belajar No. 3/XVIII/1999 Nanag Fatah, Pembiayaan Pendidikan Analisis Hubungan Pembiayaan Pendidikan Sekolah Dasar dengan Mutu Proses dan Hasil Belajar Dr. Nanang Fatah, M.Pd. FIP IKIP Bandung P enelitian ini dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan dewasa ini, pembangunan manusia senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia yang berkualitas merupakan ujung tombak kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia yang berkualitas merupakan ujung tombak kemajuan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia yang berkualitas merupakan ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, Jerman, dan bahkan Malaysia menempatkan pendidikan

Lebih terperinci

ASPEK EKONOMI PENDIDIKAN DALAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

ASPEK EKONOMI PENDIDIKAN DALAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ASPEK EKONOMI PENDIDIKAN DALAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA Ali Murdhani Ngandoh *) Abstract : Education is a very important role in improving the quality of human resources. Education affects the

Lebih terperinci

KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN RINGKASAN EKSEKUTIF

KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN RINGKASAN EKSEKUTIF KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN a. Pada akhir Repelita V tahun 1994, 36% dari penduduk perkotaan Indonesia yang berjumlah 67 juta, jiwa atau 24 juta jiwa, telah mendapatkan sambungan air

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan faktor penting dalam proses pembangunan yakni sebagai penyedia tenaga kerja. Namun dengan kondisi tenaga kerja dalam jumlah banyak belum menjamin bahwa

Lebih terperinci

Pendidikan Ekonomi (B) Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta

Pendidikan Ekonomi (B) Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta Pendidikan Ekonomi (B) Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta PENDUDUK DAN TENAGA KERJA KAPITAL SUMBER DAYA ALAM TEKNOLOGI DAN FUNGSI WIRASWASTA Pengertian Penduduk dan Tenaga Kerja Angkatan Kerja

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter Kebijakan fiskal mempengaruhi perekonomian (pendapatan dan suku bunga) melalui permintaan agregat pada pasar barang, sedangkan kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan menghadapi dua tuntutan yaitu tuntutan dari masyarakat dan tuntutan dunia usaha. Hal yang menjadi tuntutan yaitu tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Setiap negara di dunia ini sudah lama menjadikan pertumbuhan ekonomi

PENDAHULUAN. Setiap negara di dunia ini sudah lama menjadikan pertumbuhan ekonomi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara di dunia ini sudah lama menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai target ekonomi. Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi faktor yang paling penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan melindungi kondisi ekonomi dari para pekerja berupah rendah (Gramlich,

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan melindungi kondisi ekonomi dari para pekerja berupah rendah (Gramlich, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan upah minimum adalah sebuah kebijakan institusional yang bertujuan melindungi kondisi ekonomi dari para pekerja berupah rendah (Gramlich, 1976; Card dan Krueger,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2015 Indonesia harus menghadapi persaingan global yang semakin terbuka, kerjasama Indonesia dengan negara-negara Association South Each Asia Nation (ASEAN)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Cita-cita mulia tersebut dapat diwujudkan melalui pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan politik pemberlakuan otonomi daerah yang dimulai sejak tanggal 1 Januari 2001, telah membawa implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah merupakan fenomena

Lebih terperinci

Materi Minggu 4. Teori Perdagangan Internasional (Teori Modern)

Materi Minggu 4. Teori Perdagangan Internasional (Teori Modern) E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 24 Materi Minggu 4 Teori Perdagangan Internasional (Teori Modern) 4.1. Proportional Factor Theory El Hecksher Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kaum klasik menerangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang produktif dan sukses (Amstrong, 2009). Semakin banyak peluang yang dimiliki

Lebih terperinci

MAKALAH EKONOMIKA PEMBANGUNAN 1 MODAL MANUSIA: PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

MAKALAH EKONOMIKA PEMBANGUNAN 1 MODAL MANUSIA: PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI MAKALAH EKONOMIKA PEMBANGUNAN 1 MODAL MANUSIA: PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI Oleh: Martha Hindriyani 10/299040/EK/17980 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan ekonomi di antaranya adalah untuk. meningkatkan pertumbuhan ekonomi, disamping dua tujuan lainnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan ekonomi di antaranya adalah untuk. meningkatkan pertumbuhan ekonomi, disamping dua tujuan lainnya yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan dari pembangunan ekonomi di antaranya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, disamping dua tujuan lainnya yaitu pemerataan (distribution of income)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi tentang..., Aris Roosnila Dewi, FISIP UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Studi tentang..., Aris Roosnila Dewi, FISIP UI, 2010. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan panjang. Namun sampai saat ini masih banyak penduduk miskin yang memiliki

Lebih terperinci

BAB IX EFEKTIVITAS, EFISIENSI, RELEVANSI

BAB IX EFEKTIVITAS, EFISIENSI, RELEVANSI BAB IX EFEKTIVITAS, EFISIENSI, RELEVANSI Efektivitas Makna kebahasaan dari efektif adalah berhasil guna, termasuk hasil yang memuaskan. Menurut Kemp (1977) efektivitas dapat diukur dengan membandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi persaingan antar negara di dunia melalui industrialisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi persaingan antar negara di dunia melalui industrialisasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi persaingan antar negara di dunia melalui industrialisasi dan teknologi informasi menjadi semakin ketat dan tajam yang sudah barang tentu

Lebih terperinci

KAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN

KAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN KAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN Kebijakan Pendidikan Working Paper: Investing in Indonesia s Education: Allocation, Equity, and Efficiency of Public Expenditures, World Bank

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat

KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula (Tandjung, 1982 dalam Suprihatin et al,1999). Dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala pengetahuannya dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Sebagai upaya yang bukan saja membuahkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah proses merubah struktur ekonomi yang belum berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan jangka panjang. Pendidikan juga penting bagi terciptanya kemajuan dan kemakmuran

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN PUBLIK. Mada Sutapa *) Abstract

KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN PUBLIK. Mada Sutapa *) Abstract KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN PUBLIK Mada Sutapa *) Abstract In the context of public goods, education is publicly owned goods and services, which the public has a right to get education

Lebih terperinci

DESAIN STUDI KELAYAKAN. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

DESAIN STUDI KELAYAKAN. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM DESAIN STUDI KELAYAKAN Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Tujuan: Setelah mempelajari Bab ini mahasiswa diharapkan dapat memahami: Aspek-aspek apa saja yang perlu diperhatikan dalam menyusun laporan studi kelayakan?

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Pembangunan sumber daya manusia merupakan salah satu tujuan utama

BAB I. PENDAHULUAN. Pembangunan sumber daya manusia merupakan salah satu tujuan utama BAB I. PENDAHULUAN Pembangunan sumber daya manusia merupakan salah satu tujuan utama dalam pembangunan ekonomi suatu negara di dalam jangka panjang. Di dalam model pertumbuhan endogen (endogenous growth

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran,

Lebih terperinci

BADAN HUKUM PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI PENDIDIKAN. Oleh: Mimin Maryati

BADAN HUKUM PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI PENDIDIKAN. Oleh: Mimin Maryati BADAN HUKUM PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI PENDIDIKAN Oleh: Mimin Maryati ABSTRAK Dalam menanggapi setiap kebijakan pemerintah khususnya masalah pemberlakuan UU BHP, kita sebagai masyarakat pendidikan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN PUBLIK

KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN PUBLIK KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN PUBLIK Mada Sutapa *) Abstract In the context of public goods, education is publicly owned goods and services, which the public has a right to get education

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. miliar giga byte informasi baru di produksi pada tahun 2002 dan 92% dari

BAB I PENDAHULUAN. miliar giga byte informasi baru di produksi pada tahun 2002 dan 92% dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Informasi merupakan satu hal yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan karena dengan adanya informasi kita dapat mengambil keputusan secara tepat. Informasi berkembang

Lebih terperinci

Tugas Ekonomi Internasional Teori Perdagangan Internasional Klasik

Tugas Ekonomi Internasional Teori Perdagangan Internasional Klasik Tugas Ekonomi Internasional Teori Perdagangan Internasional Klasik Opissen Yudisyus 20100430019 FAKULTAS EKONOMI EKONOMI KEUANGAN DAN PERBANKAN ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012 Teori Perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara yang berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

Lebih terperinci

TEORI-TEORI KLASIK PEMBANGUNAN EKONOMI

TEORI-TEORI KLASIK PEMBANGUNAN EKONOMI TEORI-TEORI KLASIK PEMBANGUNAN EKONOMI Hampir semua negara bekerja keras untuk melaksanakan pembangunan. Kemajuan ekonomi hanya menjadi salah satu komponen penting dalam pembangunan, namun perlu dipahami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 11 Ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya pendidikan

Lebih terperinci

KOMITMEN MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP PENDIDIKAN KEAKSARAAN

KOMITMEN MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP PENDIDIKAN KEAKSARAAN KOMITMEN MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP PENDIDIKAN KEAKSARAAN Dasar Hukum Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 : Setiap warga negara mempuyai hak untuk memperoleh pengajaran Undang-Undang Nomor 20 Tahun

Lebih terperinci

B A B. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

B A B. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi adalah suatu faktor yang sangat penting bagi penurunan kemiskinan, tetapi bukan satu-satunya penentu. Kebijakankebijakan yang pro-kaum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk pola

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk

Lebih terperinci

Mata kuliah Perencanaan Pengajaran Ekonomi. Oleh: Kiromim Baroroh

Mata kuliah Perencanaan Pengajaran Ekonomi. Oleh: Kiromim Baroroh Mata kuliah Perencanaan Pengajaran Ekonomi Oleh: Kiromim Baroroh Bab 1 Pengertian dan tujuan perencanaan Pengajaran PENGERTIAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN Dari terminologi, terdiri dari 2 kata; perencanaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Temuan lembaga riset "The Indonesian Institute" tahun 2014 mencatat, ada tiga hal besar yang masih menjadi persoalan dalam bidang kesehatan di Indonesia. Pertama,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Penganggaran Pengeluaran Publik. Sistem penganggaran di sektor publik (pemerintah) mengalami perubahan yang cukup signifikan terhadap peningkatan kinerja instansi pemerintah.

Lebih terperinci

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis a. Frederich List ( ) 1) Masa berburu dan mengembara 2) Masa beternak dan bertani

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis a. Frederich List ( ) 1) Masa berburu dan mengembara 2) Masa beternak dan bertani Teori pertumbuhan ekonomi adalah teori yang membahas pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh negara ditinjau dari dua sudut. Pertama, membahas pertumbuhan ekonomi berdasarkan tahap-tahap tertentu (secara

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

Konsep Dasar Kebijakan Pendidikan

Konsep Dasar Kebijakan Pendidikan Modul 1 Konsep Dasar Kebijakan Pendidikan Dr. Halilul Khairi, M.Si. PENDAHULUAN rah kebijakan pendidikan di Indonesia menurut Undang-Undang No. 20 A Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional meliputi:

Lebih terperinci

TEKNIK ANALISIS PADA PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI JAWA BARAT DALAM PERIODE PELITA III DENGAN MENGEMBANGKAN FUNGSI PRODUKSI COBB DOUGLAS

TEKNIK ANALISIS PADA PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI JAWA BARAT DALAM PERIODE PELITA III DENGAN MENGEMBANGKAN FUNGSI PRODUKSI COBB DOUGLAS TEKNIK ANALISIS PADA PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI JAWA BARAT DALAM PERIODE PELITA III DENGAN MENGEMBANGKAN FUNGSI PRODUKSI COBB DOUGLAS RINGKASAN Dalam pembangunan jangka panjang, Sektor Industri merupakan

Lebih terperinci

SEKOLAH ISLAM UNGGULAN DI SEMARANG

SEKOLAH ISLAM UNGGULAN DI SEMARANG Landasan Program Perencanaan Dan Perancangan Arsitektur SEKOLAH ISLAM UNGGULAN DI SEMARANG (JENJANG SD DAN SLTP) PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ISLAM MODERN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kapasitas pemerintahan daerah agar tercipta suatu

Lebih terperinci

Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini, sebaiknya pemerintah mengaplikasikan kebijakan-kebijakan yang mengarah pada pengembangan kualitas 48

Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini, sebaiknya pemerintah mengaplikasikan kebijakan-kebijakan yang mengarah pada pengembangan kualitas 48 BAB V PENUTUP Tujuan penelitian ini adalah mengkaji hubungan antara investasi modal manusia, produktivitas tenaga kerja, dan ekspor barang dan jasa di Indonesia serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dapat meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran keadaan suatu perekenomian dari suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat.

Lebih terperinci

BAB V KEMISKINAN DAN PENDIDIKAN

BAB V KEMISKINAN DAN PENDIDIKAN BAB V KEMISKINAN DAN PENDIDIKAN A. PENDIDIKAN Permasalahan kemiskinan merupakan vicious circle yang sangat sulit dicari ujung pangkalnya. Namun ada beberapa pendapat ahli yang menyatakan bahwa untuk memecahkan

Lebih terperinci

C. TEORI PERUSAHAAN D. PENGUKURAN LABA - Pengukuran Profitabilitas Perusahaan - Perbedaan Profitabilitas Dari Berbagai Perusahaan

C. TEORI PERUSAHAAN D. PENGUKURAN LABA - Pengukuran Profitabilitas Perusahaan - Perbedaan Profitabilitas Dari Berbagai Perusahaan PENDAHULUAN Ari Darmawan, Dr. S.AB, M.AB Email: aridarmawan_fia@ub.ac.id A. PENDAHULUAN - Konsep Ekonomi - Konsep Sumber Daya B. EKONOMI MANAJERIAL - Hubungan ekonomi manajerial dengan ilmu ekonomi lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas Tenaga Kerja Produktivitas adalah lebih dari sekedar ilmu pengetahuan, teknologi, dan manajemen karena produktivitas mengandung falsafah dan sikap mental yang

Lebih terperinci

INVESTASI PENDIDIKAN (Suatu Fungsi untuk Pendidikan yang Bermutu)

INVESTASI PENDIDIKAN (Suatu Fungsi untuk Pendidikan yang Bermutu) INVESTASI PENDIDIKAN (Suatu Fungsi untuk Pendidikan yang Bermutu) Oleh : Drs. H. Kasful Anwar.Us., M.Pd Kasful Anwar Us Abstrak Kecenderungan mahalnya biaya pendidikan tidak hanya terjadi di sekolahsekolah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada dasarnya untuk memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat (social welfare) tidak bisa sepenuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan tempat dimana proses pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. Pada proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ADB (Asian Development Bank) dan ILO (International Labour. Organization) dalam laporan publikasi ASEAN Community 2015: Managing

BAB I PENDAHULUAN. ADB (Asian Development Bank) dan ILO (International Labour. Organization) dalam laporan publikasi ASEAN Community 2015: Managing BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ADB (Asian Development Bank) dan ILO (International Labour Organization) dalam laporan publikasi ASEAN Community 2015: Managing integration for better jobs

Lebih terperinci