BAB I. PENDAHULUAN. Pembangunan sumber daya manusia merupakan salah satu tujuan utama

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I. PENDAHULUAN. Pembangunan sumber daya manusia merupakan salah satu tujuan utama"

Transkripsi

1 BAB I. PENDAHULUAN Pembangunan sumber daya manusia merupakan salah satu tujuan utama dalam pembangunan ekonomi suatu negara di dalam jangka panjang. Di dalam model pertumbuhan endogen (endogenous growth model), salah satu kesimpulan penting yang dihasilkan adalah bahwa tingkat pengembalian yang semakin menurun (diminishing return) dari input modal fisik dapat dicegah apabila pertumbuhan modal fisik diikuti dengan pertumbuhan modal manusia (Barro & Sala-i-Martin, 2004). Pentingnya pembangunan sumber daya manusia telah lama disadari oleh para ahli ekonomi pembangunan, salah satunya ialah Kuznets, yang menyatakan bahwa sumber pertumbuhan ekonomi terdapat pada perubahan kualitas tenaga kerja dan modal fisik (Kuznets, 1966). Perubahan kualitas tenaga kerja dan modal fisik itu sendiri merupakan hasil dari pembangunan sumber daya manusia. Selain itu, esensi dari pembangunan itu sendiri yaitu bahwa untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, sehingga pembangunan sumber daya manusia sudah selayaknya mendapatkan tempat yang utama di dalam konteks pembangunan. Pembangunan sumberdaya manusia mencakup dua aspek yaitu aspek pendidikan dan aspek kesehatan. Akan tetapi penelitian ini hanya akan fokus pada pembangunan sumberdaya manusia dalam aspek pendidikan saja karena investasi dalam pendidikan membutuhkan biaya yang besar, baik dari segi finansial maupun usaha (effort) seseorang. Alasan lainnya 1

2 ialah bahwa hasil dari investasi dalam pendidikan berdampak langsung terhadap pendapatan seseorang di masa depan (Mincer, 1958). Selain berdampak terhadap orang tersebut, pendidikan yang ditempuh oleh seseorang juga akan memiliki dampak terhadap masyarakat di sekitarnya. Akan tetapi memang pengukuran dari tingkat pengembalian sosial (social rates of return) ini lebih sulit karena kurangnya kesepakatan mengenai bagaimana cara mengukur tingkat pengembalian tersebut. Hanya saja telah diterima secara umum bahwa pendidikan juga akan memberikan manfaat yang cukup besar bagi masyarakat seperti mengurangi tingkat kelahiran, meningkatkan kemampuan untuk menyerap teknologi baru, mampu beradaptasi dengan lebih baik dalam menghadapi guncangan ekonomi, meningkatkan produktifitas tenaga kerja dan mempertahankan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi (Orazem & King, 2007). Dengan melihat besarnya manfaat yang ada, baik bagi orang tersebut maupun masyarakat di sekitarnya, maka di dalam konteks pembangunan ekonomi, pembangunan aspek pendidikan telah menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat penting. Kesadaran akan pentingnya pendidikan ini bagi suatu negara juga dapat dilihat pada data tingkat partisipasi pendidikan masyarakat. Untuk negara berpendapatan tinggi, sejak tahun 2000, kurang dari 5% anak di dalam usia sekolah menengah atas tidak menempuh pendidikan tersebut. Atau dengan kata lain, hampir keseluruhan anak usia tersebut, akan menempuh tingkat pendidikan atas. 2

3 Hal ini sangat kontras dengan negara yang berpendapatan rendah, di mana anak yang bersekolah pada usia tersebut hanya kurang dari 30% saja pada tahun Dengan demikian sebagian besar anak di negara berpendapatan rendah, tidak menempuh pendidikan menengah atas walaupun mereka dalam usia tersebut. Hal yang sama juga ditemui di negara berpendapatan menengah, di mana rasio partisipasi pendidikan menengah atasnya hanya 56,64% pada tahun Hal ini berarti rasio pendidikan menengah atas di negara berpendapatan menengah masih jauh di bawah rasio negara berpendapatan tinggi. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam menentukan kesuksesan pembangunan ekonomi suatu negara. Untuk lebih jelasnya mengenai data rasio pendidikan menengah atas, maka data tersebut akan disajikan dalam tabel 1.1. Tabel 1.1. Rasio Partisipasi Pendidikan Menengah Atas (dalam %) Negara Tahun Negara berpendapatan tinggi Negara berpendapatan menengah Negara berpendapatan rendah Sumber: UNESCO Institute for Statistics Di negara sedang berkembang, dua faktor penting yang berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan pendidikan (demand for education) adalah kekayaan rumah tangga dan kemampuan kognitif anak (Suryadarma & 3

4 Suryahadi, 2010). Hal ini dikarenakan, dalam konteks negara berkembang, kemiskinan masih menjadi halangan bagi rumah tangga untuk mengakses pendidikan, sehingga orang tua di rumah tangga miskin kesulitan untuk mengakses pendidikan bagi anak-anaknya. Untuk kasus Indonesia, permasalahan yang masih terjadi di kalangan masyarakat miskin adalah rendahnya tingkat partisipasi di pendidikan menengah, dan penyebab utamanya adalah transisi dari Sekolah Dasar (SD) ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)(Suryadarma, Suryahadi, & Sumarto, 2006). Akan tetapi pemerintah sudah mencoba mengatasi hal tersebut dengan melakukan program wajib belajar 12 tahun, namun tidak ada konsekuensi hukum bagi orang tua apabila tidak menyekolahkan anak-anaknya selama 12 tahun. Mereka menggunakan data rumah tangga Indonesia jangka panjang dan menemukan bahwa tingkat kesejahteraan rumah tangga menjadi faktor yang dominan dalam menentukan apakah seorang anak melanjutkan sekolahnya ke SMP atau tidak. Oleh karena itu, untuk kasus Indonesia, kemungkinan besar anak-anak dari keluarga miskin pun akan memiliki modal sumberdaya manusia yang rendah sehingga tidak mampu bersaing di pasar tenaga kerja dan akan mewarisi kemiskinan orang tuanya. Untuk memutus lingkaran setan kemiskinan tersebut diperlukan peran pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang mudah diakses oleh rumah tangga miskin. Untuk penyediaan sarana dan prasarana pendidikan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar, sehingga pemerintah perlu melakukan kebijakan alokasi anggaran untuk memenuhi 4

5 hal tersebut. Salah satu kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mendapatkan dana tersebut adalah dengan mengalihkan sebagian subsidi bahan bakar minyak (BBM) ke penyediaan sarana dan prasarana pendidikan untuk rumah tangga miskin. Untuk menjalankan kebijakan tersebut, Pemerintah Indonesia mengalami dilema yang cukup serius karena dari berbagai pengalaman yang ada selama ini, kebijakan pengalihan subsidi BBM akan mengundang reaksi negatif dari masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya demo yang dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat untuk menolak kebijakan tersebut. Argumen utama yang selalu diutarakan ialah bahwa pengurangan subsidi BBM akan menyebabkan peningkatan harga BBM, di mana peningkatan harga tersebut akan memicu peningkatan harga-harga barang lainnya, yang akan mengurangi daya beli masyarakat dan memperburuk kemiskinan yang ada (Yusuf & Resosudarmo, 2008). Pada dasarnya, tujuan utama dari kebijakan pemberian subsidi BBM ini ialah untuk melindungi pendapatan riil rumah tangga, khususnya rumah tangga miskin (Coady & Newhouse, 2006). Akan tetapi skema kebijakan pemberian subsidi BBM di Indonesia tidak membatasi pembelian BBM bersubsidi oleh rumah tangga, sehingga rumah tangga miskin maupun rumah tangga tidak miskin memiliki kesempatan yang sama untuk membeli BBM bersubsidi. 5

6 Kementerian Koordinator Perekonomian Indonesia memperkirakan bahwa 40 persen rumah tangga berpenghasilan tertinggi menikmati 70 persen subsidi yang diberikan oleh pemerintah, sedangkan 40 persen rumah tangga berpenghasilan terendah hanya menikmati 15 persen dari subsidi tersebut (Jacobs, et al., 2008). Dengan demikian sebagian besar manfaat dari subsidi tersebut dinikmati oleh rumah tangga yang tidak miskin, yang seharusnya tidak perlu lagi dibantu oleh pemerintah dengan kebijakan subsidi tersebut, sehingga perlu dilakukan kebijakan pengalihan subsidi BBM agar subsidi tersebut dapat lebih tepat sasaran. Salah satu kebijakan yang dapat diambil pemerintah terkait dengan pengalihan subsidi BBM tersebut adalah untuk penyediaan sarana dan prasarana pendidikan bagi rumah tangga miskin, sehingga orang tua di rumah tangga miskin dapat lebih mudah mengakses pendidikan bagi anakanaknya. Akan tetapi ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan tersebut saja tidak akan mampu untuk mendorong tingkat pendidikan masyarakat apabila tidak didukung oleh orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya. Hal ini dikarenakan ketergantungan anak-anak terhadap orang tua dalam pembiayaanpendidikan yang ditempuhnya. Pembiayaan pendidikan tidak hanya terbatas pada pengeluaran uang untuk keperluan sekolah saja, akan tetapi juga segala bentuk perhatian dan usaha yang dilakukan orang tua untuk mendukung keberhasilan pendidikan anak-anaknya. Dengan demikian preferensi orang tua juga memainkan peran yang sangat penting dalam mendukung pembangunan suatu negara di dalam jangka panjang. 6

7 Salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi orang tua terhadap tingkat pendidikan anak-anaknya ialah tingkat pengembalian pendidikan (return to education). Bicara tentang tingkat pengembalian pendidikan, minimal ada tiga cara untuk mendefinisikan hal tersebut yaitu (1) private return, (2) social return, dan (3) labor productivity return (Blundell, Dearden, & Sianesi, 2001). Private return merupakan tingkat pengembalian pendidikan yang mengukur biaya dan benefit bagi individu tersebut. Hal ini merupakan pendorong utama bagi seseorang untuk menempuh pendidikan karena pendidikan yang ditempuhnya berdampak langsung terhadap dirinya sendiri. Social return merupakan tingkat pengembalian pendidikan yang memperhitungkan setiap eksternalitas atau spillover effect dari pendidikanyang ditempuh oleh seseorang. Untuk definisi yang ketiga, hanyalah menghubungkan pendidikan dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja. Di dalam penelitian ini diasumsikan bahwa orang tua memiliki perhatian yang cukup besar terhadap masa depan anak-anaknya, sehingga preferensi orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya lebih didominasi oleh persepsi orang tua terhadap private return dari pendidikan bagi anakanaknya. Dari ketiga pengukuran tingkat pengembalian pendidikan tersebut, komponen kuncinya adalah bagaimana dampak dari pendidikan yang ditempuh oleh seseorang terhadap pendapatannya, karena hal tersebut merupakan pendorong utama dari seseorang untuk menempuh pendidikan. 7

8 Hal ini sejalan dengan fungsi upah yang sering disebut sebagai fungsi upah Mincer yaitu log W ij = w j + β j S ij...pers. 1-1 di mana wj adalah intersep, atau upah dasar (base wage) negara j. Hal ini menunjukkan upah yang akan didapatkan oleh seorang pekerja di negara j apabila dia tidak bersekolah dan βj menunjukkan tingkat pengembalian pendidikan di negara j. Dengan demikian W adalah tingkat upah seorang pekerja dan S adalah tingkat pendidikan pekerja tersebut (Rosenzweig, 2010b). Fungsi upah yang dihasilkan oleh Jacob Mincer ini, berasal dari model keseimbangan umum dengan mengasumsikan bahwa para pekerja akan mendiskonto pendapatannya di masa yang akan datang, dan tidak ada halangan non pasar bagi seseorang untuk bersekolah dan mencari pekerjaan, seperti ketersediaan sekolah dan akses keuangan. Dengan demikian, upah seumur hidup dari seorang pekerja akan sama dengan pekerja lainnya tanpa melihat tingkat pendidikan dari pekerja tersebut. Sebagai contoh, apabila lulusan dari pendidikan tinggi memiliki upah seumur hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya, maka akan semakin banyak orang yang masuk perguruan tinggi. Hal tersebut akan mendorong penurunan tingkat upah bagi lulusan pendidikan tinggi sampai mencapai keseimbangan. Dengan adanya asumsi tersebut maka keputusan dari agen ekonomi untuk menentukan besarnya tingkat investasi pada sumber daya 8

9 manusia akan membandingkan antara tingkat pengembalian pendidikan dengan tingkat pengembalian modal (Rosenzweig, 2010b). Apabila tingkat pengembalian modal lebih kecil dibandingkan dengan tingkat pengembalian pendidikan, maka masyarakat akan cenderung untuk melanjutkan pendidikannya, dan begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, dalam kondisi keseimbangan, tingkat pengembalian pendidikan akan sama dengan tingkat pengembalian modal. Hal ini berarti bahwa nilai βj dalam fungsi upah Mincer, merupakan tingkat pengembalian modal di dalam perekonomian negara tersebut. Hal ini tidak menjadi masalah, apabila obyek penelitiannya ialah negara maju, karena relatif memenuhi asumsi yang digunakan tersebut. Akan tetapi apabila yang diteliti adalah negara berkembang, asumsi tidak ada halangan non pasar bagi seseorang untuk bersekolah dan mencari pekerjaan sulit untuk terpenuhi. Hal ini terjadi karena banyaknya masalah yang dihadapi dalam kondisi persekolahan di negara berkembang, seperti ketersediaan sekolah, disparitas antar sekolah yang cukup tinggi dan lain sebagainya. Selain itu, juga adanya masalah bahwa di banyak negara yang berpendapatan rendah, banyak pekerja yang tidak bekerja untuk upah. Begitu juga apabila kita kemudian hanya menambah pekerja mandiri (wirausaha mandiri), tanpa memperhatikan bagaimana modal dan input lainnya berkontribusi terhadap pendapatan, juga akan menghasilkan estimasi yang bias (Rosenzweig, 2010b). 9

10 Permasalahan bias juga akan muncul karena data mengenai konsekuensi pendidikan berasal dari populasi di mana pencapaian hasil pendidikan (educational attainment) tidaklah random, akan tetapi merupakan pilihan dari individu itu sendiri. Selain itu ada beberapa kemungkinan sumber bias yang dapat terjadi yaitu tidak diperhitungkannya faktor-faktor yang penting, simultanitas dari variabel hasil (outcome variables), kesalahan pengukuran (measurement error) dan kesalahan bentuk fungsi yang digunakan (Schultz, 1988). Selain permasalahan bias yang muncul dalam mengestimasi tingkat pengembalian pendidikan, fungsi upah Mincer juga mengabaikan peranan dari variabel kualitas sekolah, yang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan pendapatan (Rosenzweig, 2010a). Dengan demikian, dalam konteks ekonomi pembangunan, berbicara mengenai tingkat pengembalian pendidikan dengan melakukan regresi terhadap tingkat upah dan lamanya pendidikan tidak akan menghasilkan pemahaman yang lebih baik tentang penentuan tingkat pendidikan. Oleh karena itu salah satu pendekatan yang dapat digunakan ialah dengan memperhitungkan variasi endogen dalam penentuan tingkat pendidikan, yang dapat memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai di mana dan kapan investasi dalam tingkat pendidikan akan memberikan pay off (Rosenzweig, 2010b). Di dalam penelitian ini, variasi endogen dalam penentuan tingkat pendidikan anak-anak di dalam keluarga adalah preferensi orang tua terhadap hal tersebut. Kesimpulan ini dihasilkan karena mahalnya investasi 10

11 dalam pendidikan dan investasi tersebut tidak dapat dibiayai dari pinjaman karena jaminan modal manusia merupakan jaminan yang sulit untuk diterima di pasar kredit, sehingga orang tua menjadi sumber utama penyediaan pendidikan bagi anak-anaknya (Banerjee, 2000). Pembiayaan pendidikan tidak terbatas hanya pada pengeluaran uang untuk membiayai sekolah saja, akan tetapi juga segala bentuk dan usaha yang dilakukan orang tua untuk mendukung keberhasilan pendidikan anak-anaknya. Pertanyaan penelitian yang ingin dijawab ialah bagaimana peran pemerintah dan orang tua dalam pembangunan sumberdaya manusia, khususnya di bidang pendidikan, untuk mendorong tingkat pendidikan masyarakat, sehingga dapat mendukung pembangunan suatu negara di dalam jangka panjang. Atau dengan kata lain, kebijakan pemerintah untuk mengalihkan subsidi BBM tersebut merupakan salah satu bentuk penawaran yang dilakukan oleh pemerintah terhadap jasa pendidikan, di mana pemerintah menyediakan sarana dan prasarana pendidikan bagi masyarakat, khususnya rumah tangga miskin. Akan tetapi kebijakan tersebut akan berpengaruh terhadap perekonomian secara keseluruhan, sehingga perlu dilakukan simulasi untuk melihat dampak dari kebijakan tersebut terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga keseluruhan. Untuk menganalisis dampak tersebut akan digunakan kerangka kerja keseimbangan umum dengan alat analisis SUBSIM yang dibangun oleh Bank Dunia. Dengan demikian diharapkan esai pertama ini dapat memberikan kontribusi empiris untuk pemerintah dalam rangka 11

12 pengalihan subsidi BBM, sehingga subsidi yang diberikan oleh pemerintah dapat lebih tepat sasaran. Esai kedua membahas mengenai peran orang tua dalam menyekolahkan anak-anaknya, di mana hal tersebut dapat dipandang sebagai salah satu bentuk permintaan terhadap jasa pendidikan. Akan tetapi yang perlu menjadi catatan di sini ialah permintaan yang dilakukan orang tua terhadap jasa pendidikan, tidak hanya terbatas pada permintaan jasa pendidikan pemerintah saja, tetapi juga untuk jasa pendidikan swasta. Untuk melihat bagaimanakah peran orang tua dalam menyekolahkan anakanaknya tersebut akan digunakan Teori Alokasi Sumberdaya di dalam Rumah Tangga (Intrahousehold Resource Allocation Theory). Penelitian mengenai bagaimanakah rumah tangga mengalokasikan sumberdaya kepada para anggota di rumah tangga tersebut telah banyak dilakukan, khususnya pengalokasian untuk pendidikan anak-anak. Hal ini dilakukan karena pendidikan yang ditempuh oleh seorang anak, akan mempunyai dampak jangka panjang terhadap dirinya, baik dari segi pendapatan, prospek perkawinan dan segala bentuk kesejahteraan lainnya (Akresh, Walque, Bagby, & Kazianga, 2012). Dengan demikian, bagaimana orang tua menyekolahkan anak-anaknya, akan mempengaruhi kehidupan anak tersebut di masa yang akan datang. Pengalokasian untuk investasi pendidikan anak-anak tersebut biasanya dikaitkan dengan genetic endowment anak seperti jenis kelamin, agama, budaya, berat lahir dan lain sebagainya. Sebagian besar penelitian yang 12

13 dilakukan hanya memasukkan genetic endowment yang mudah untuk diobservasi oleh peneliti ke dalam model yang digunakan seperti jenis kelamin dan berat lahir. Untuk kemampuan kognitif, Suryadharma dan Suryahadi (2010), telah memasukkan variabel tersebut ke dalam model penelitiannya. Mereka menggunakan nilai Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) sebagai ukuran kemampuan kognitif di dalam model penelitiannya. Akan tetapi di dalam penelitian ini akan digunakan instrumen Raven s Colored Progressive Matrices (CPM), yang terdapat di dalam Buku EK pada Survei Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (SAKERTI). Keunggulan penggunaan instrumen CPM untuk mengukur kemampuan kognitif anak di dalam rumah tangga dibandingkan dengan nilai EBTANAS ialah karena pengukuran instrumen ini tidak mensyaratkan bahwa anak tersebut harus menempuh pendidikan formal di sekolah. Dengan demikian semua anak yang menjadi responden di dalam buku EK tersebut dapat diukur kemampuan kognitifnya. Hal ini berbeda dengan penggunaan nilai EBTANAS, karena anak harus menempuh pendidikan formal di sekolah agar dapat mengikuti ujian tersebut. Selain itu, penggunaan instrumen CPM ini juga memiliki keunggulan yaitu tidak diperlukan kemampuan baca tulis untuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang ada, sehingga kemampuan anak untuk menjawab pertanyaan tersebut relatif tidak dipengaruhi oleh pendidikan formal yang ditempuhnya (Akresh, et al., 2012). Dengan demikian kontribusi penelitian 13

14 ini adalah dalam penggunaan instrumen CPM untuk pengukuran kemampuan kognitif anak di Indonesia. Selain itu, penelitian ini menggunakan model preferensi umum (General Preference Model) seperti yang dibangun oleh Behrman et.al. Di dalam model ini, preferensi orang tua memainkan peran yang sangat penting di dalam pengalokasian sumberdaya yang dimiliki rumah tangga. Model ini mengasumsikan bahwa pada dasarnya orang tua memiliki preferensi untuk menghindari ketimpangan (aversion to inequality) hasil yang mungkin terjadi di antara anak-anaknya, karena adanya alokasi sumberdaya tersebut. Akan tetapi permasalahannya kemudian ialah kadang kala orang tua memberikan bobot yang berbeda terhadap hasil yang didapatkan oleh anakanak mereka karena alokasi sumberdaya tersebut. Dengan demikian, bagaimana interaksi antara penghindaran ketimpangan dengan pemberian bobot yang berbeda tersebut, akan menentukan bagaimana perilaku orang tua rumah tangga miskin di Indonesia akan berinvestasi dalam pendidikan anak-anaknya. 14

BAB IV. KESIMPULAN. Pembangunan sumberdaya manusia merupakan salah satu tujuan utama. dalam pembangunan ekonomi suatu negara di dalam jangka panjang.

BAB IV. KESIMPULAN. Pembangunan sumberdaya manusia merupakan salah satu tujuan utama. dalam pembangunan ekonomi suatu negara di dalam jangka panjang. BAB IV. KESIMPULAN Pembangunan sumberdaya manusia merupakan salah satu tujuan utama dalam pembangunan ekonomi suatu negara di dalam jangka panjang. Pembangunan sumberdaya manusia mencakup dua aspek yaitu

Lebih terperinci

MAKALAH EKONOMIKA PEMBANGUNAN 1 MODAL MANUSIA: PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

MAKALAH EKONOMIKA PEMBANGUNAN 1 MODAL MANUSIA: PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI MAKALAH EKONOMIKA PEMBANGUNAN 1 MODAL MANUSIA: PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI Oleh: Martha Hindriyani 10/299040/EK/17980 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen penting dalam kehidupan. Di tangan pendidikanlah masa depan bangsa ini dipertaruhkan. Melalui pendidikan, masyarakat diberi alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan. pendidikan bagi masyarakat di antaranya berkaitan dengan pengurangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan. pendidikan bagi masyarakat di antaranya berkaitan dengan pengurangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi suatu negara (World Bank, 1980; Barro, 1998; Barro dan Sala-i-Martin, 2004). Beberapa peneliti

Lebih terperinci

ABSTRACT The Analysis of Rate of Return to Education in Nanggroe Aceh Darussalam Province

ABSTRACT The Analysis of Rate of Return to Education in Nanggroe Aceh Darussalam Province ABSTRACT NENDEN BUDIARTI. The Analysis of Rate of Return to Education in Nanggroe Aceh Darussalam Province. Under supervision of RINA OKTAVIANI and RATNA WINANDI. 2Education is one of human capital investment,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP. Pada bab pendahuluan sebelumnya telah dirumuskan bahwa ada empat

BAB VIII PENUTUP. Pada bab pendahuluan sebelumnya telah dirumuskan bahwa ada empat BAB VIII PENUTUP 8.1 Kesimpulan Pada bab pendahuluan sebelumnya telah dirumuskan bahwa ada empat tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini. Pertama, menggambarkan tingkat disparitas ekonomi antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak dituntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dari semakin kerasnya kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Secara umum, pendidikan ayah dan pendidikan ibu berpengaruh positif terhadap probabilitas bersekolah bagi anaknya, baik untuk jenjang SMP maupun SMA. Jika dibandingkan,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik Judul : Analisis Pengaruh Non Labor Income, Mutu Sumber Daya Manusia dan Tingkat Upah Terhadap Lama Menganggur Pengangguran Terdidik di Kota Denpasar Nama : Udur Yustince BR Situmorang NIM : 1206105040

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah untuk merencanakan dan melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala sektor diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala sektor diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara sedang berkembang yang sekarang ini giat melakukan pembangunan. Pembangunan yang dilakukan mencakup di segala sektor. Pembangunan

Lebih terperinci

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal manusia merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. modal manusia merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Modal manusia memiliki peran sentral dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka peran modal manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masih dilanda berbagai hambatan dan tantangan dalam menghadapi persaingan. Hambatan dan tantangan

Lebih terperinci

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT 5.1 Analisis Model Regresi Data Panel Persamaan regresi data panel digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang menjadi perhatian utama

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang menjadi perhatian utama BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang menjadi perhatian utama para ekonom penentu kebijakan. Beberapa tahun terakhir, tingkat kemiskinan khususnya di Indonesia mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand dengan ditandatanganinya deklarasi Bangkok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Dalam periode 2005

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Dalam periode 2005 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pergerakan ekonomi dunia dan naik turunnya harga minyak mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Dalam periode 2005 sampai 2009, salah satu faktor

Lebih terperinci

KAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN

KAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN KAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN Kebijakan Pendidikan Working Paper: Investing in Indonesia s Education: Allocation, Equity, and Efficiency of Public Expenditures, World Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Tidak meratanya distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan kestabilan. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap. 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap. 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap Perekonomian di Indonesia 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia UMKM merupakan bagian penting dari perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dekade 1970, pembangunan identik dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi lebih menitikberatkan pada kemampuan suatu negara untuk mengembangkan outputnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesediaan Membayar ( Willingness to Pay )

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesediaan Membayar ( Willingness to Pay ) II. TINJAUAN PUSTAKA Kajian mengenai kesediaan membayar beras analog belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun ada beberapa kajian yang terkait dengan topik Willingness to Pay khususnya dalam menilai manfaat

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan tempat dimana proses pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. Pada proses

Lebih terperinci

PERMASALAHAN PENDIDIKAN PADANEGARA-NEGARA SEDANG BERKEMBANG. Christiawan Hendratmoko. Abstract

PERMASALAHAN PENDIDIKAN PADANEGARA-NEGARA SEDANG BERKEMBANG. Christiawan Hendratmoko. Abstract PERMASALAHAN PENDIDIKAN PADANEGARA-NEGARA SEDANG BERKEMBANG Christiawan Hendratmoko Abstract Education is fundamental for improving human life quality and assure social and economic development. Ithasakeyroleinabsorbsmoderntechnologyandenhancethecapacityofnational

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angkatan kerja tidak dapat diserap oleh pasar kerja (Pratiwi, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. angkatan kerja tidak dapat diserap oleh pasar kerja (Pratiwi, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia yang muncul karena jumlah angkatan kerja yang ada secara relatif atau absolut lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara yang berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN PENUTUP

BAB 5 KESIMPULAN DAN PENUTUP 92 BAB 5 KESIMPULAN DAN PENUTUP First of all, human capital is considered one of the major factors in explaining a countries remarkable economic growth - Jong-Wha Lee - 5.1 Kesimpulan Dari penelitian ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi dapat di artikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi dapat di artikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Inflasi dapat di artikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus atau inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan kebutuhan akan energi di Indonesia terus meningkat karena makin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan serta pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN. Berdasarkan hasil empiris penelitian dan analisis pada bab sebelumnya

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN. Berdasarkan hasil empiris penelitian dan analisis pada bab sebelumnya BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil empiris penelitian dan analisis pada bab sebelumnya untuk menjawab tujuan utama dari penelitian ini maka disimpulkan sebagai berikut: a. Hasil penelitian

Lebih terperinci

Melebihi Batas Pertanian

Melebihi Batas Pertanian Presentasi Ekonomika Pertanian dan Perdesaan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM Yogyakarta, 14 Mei 2013 Melebihi Batas Pertanian Oleh: Ulfa Maulidya Adrian Nalendra Perwira Ade bayu Erlangga Vincentia Anggita

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator berjalannya roda perekonomian suatu negara. Ketika ekonomi tumbuh, maka ada peningkatan produksi barang dan jasa yang memerlukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah sosial terbesar yang dihadapi oleh setiap negara di dunia dan setiap negara berusaha untuk mengatasinya. Kemiskinan adalah faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU

TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU irdsall, Kelley dan Sinding eds (2001), tokoh aliran Revisionis dalam masalah demografi membawa pemikiran adanya hubungan antara perkembangan penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Indeks Pembangunan Manusia Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi. Judul : Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Biaya Infrastruktur, dan Investasi Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan Melalui Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali Nama : Diah Pradnyadewi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Secara umum tujuan pembangunan ekonomi adalah untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Secara umum tujuan pembangunan ekonomi adalah untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara umum tujuan pembangunan ekonomi adalah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, menjaga kesetabilan harga, mengatasi masalah penggaguran,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan proses kearah yang lebih baik sesuai tujuan yang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan proses kearah yang lebih baik sesuai tujuan yang 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses kearah yang lebih baik sesuai tujuan yang diharapkan. Menurut Todaro (1997: 20) pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan air laut di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dipecahkan terutama melalui mekanisme efek rembesan ke bawah (trickle down

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dipecahkan terutama melalui mekanisme efek rembesan ke bawah (trickle down BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada mulanya pembangunan selalu diidentikkan dengan upaya peningkatan pendapatan per kapita atau populer disebut sebagai strategi pertumbuhan ekonomi (Kuncoro, 2010:

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 231 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kualitas remaja mencakup kecerdasan intelektual (IQ), status gizi (IMT/U), dan kecerdasan emosi. a) Analisis deskriptif terhadap kecerdasan intelektual menunjukkan

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 Topik #10 Wajib Belajar 12 Tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Daya Saing Nasional Latar Belakang Program Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri di Indonesia diarahkan untuk mampu. pemerataan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. Salah satu jalan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri di Indonesia diarahkan untuk mampu. pemerataan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. Salah satu jalan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan industri di Indonesia diarahkan untuk mampu memecahkan masalah-masalah sosial ekonomi yang mendasar, khususnya dalam memperluas kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. distribusi pendapatan di desa dan kota, di mana terjadi peningkatan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. distribusi pendapatan di desa dan kota, di mana terjadi peningkatan BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Ketimpangan distribusi pendapatan Provinsi Kalimantan Timur meningkat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN BAB I 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sangat terkait erat dengan pembangunan sosial masyarakatnya. Pada awalnya pembangunan ekonomi lebih diprioritaskan pada pertumbuhannya saja, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri dalam menghadapi globalisasi dibidang perekonomian seperti

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri dalam menghadapi globalisasi dibidang perekonomian seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan kemajuan zaman, setiap individu perlu untuk menyesuaikan diri dalam menghadapi globalisasi dibidang perekonomian seperti saat ini, khususnya

Lebih terperinci

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Sebagai negara yang menganut sisitem perekonomian terbuka maka sudah barang tentu pertumbuhan ekonominya

Lebih terperinci

BAB 1. menjadi perdebatan dalam teori ekonomi makro. Setidaknya, ada dua pandangan

BAB 1. menjadi perdebatan dalam teori ekonomi makro. Setidaknya, ada dua pandangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik mengenai dampak defisit anggaran terhadap perekonomian telah sering menjadi perdebatan dalam teori ekonomi makro. Setidaknya, ada dua pandangan berbeda terhadap

Lebih terperinci

VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG

VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG 7.1. Profitabilitas Privat dan Sosial Analisis finansial dan ekonomi usahatani jagung memberikan gambaran umum dan sederhana mengenai tingkat kelayakan usahatani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memenuhi amanat Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memenuhi amanat Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka memenuhi amanat Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), maka pemerintah bersama DPR telah memenuhi tanggung jawabnya

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah kemiskinan masih tetap menjadi masalah fenomenal yang masih belum dapat terselesaikan hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pertumbuhan suatu usaha dipengaruhi dari beberapa aspek diantaranya ketersediaan modal. Sumber dana yang berasal dari pelaku usaha agribisnis sendiri

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji. Multikolinearitas dan uji Heteroskedastisitas.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji. Multikolinearitas dan uji Heteroskedastisitas. BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Instrumen dan Data Uji kualitas data dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik. Asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

Lebih terperinci

PERSIAPAN RPJMN TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

PERSIAPAN RPJMN TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN Direktorat Penanggulangan Kemiskinan 29 Januari 2014 TINGKAT KEMISKINAN 2004-2014 45 40 35 30 36.15 35.10 39.30 37.17

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan

BAB I PENDAHULUAN. dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah faktor penting untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan sarana strategis guna peningkatan mutu sumber

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan untuk mengkonsumsi LPG 3Kg, pengetahuan konsumen

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN UPAH MINIMUM TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN UPAH MINIMUM TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN UPAH MINIMUM TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Danny Nur Febrianica 115020107111012 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

V. ANALISIS PENGARUH BANTUAN STIMULUS INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN, KETIMPANGAN DAN KEMISKINAN KABUPATEN TERTINGGAL

V. ANALISIS PENGARUH BANTUAN STIMULUS INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN, KETIMPANGAN DAN KEMISKINAN KABUPATEN TERTINGGAL V. ANALISIS PENGARUH BANTUAN STIMULUS INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN, KETIMPANGAN DAN KEMISKINAN KABUPATEN TERTINGGAL 5.1. Hasil Estimasi Analisis mengenai pengaruh bantuan infrastruktur (P2IPDT)

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. produktivitas tenaga kerja di semua sektor.

VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. produktivitas tenaga kerja di semua sektor. VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Dalam jangka pendek peningkatan pendidikan efektif dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja pertanian dibanding dengan sektor industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masalah pendanaan menjadi tombak dalam dunia usaha dan perekonomian. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam yang berlimpah pada suatu daerah umumnya akan menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada sumber daya alam yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat

BAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi suatu Negara secara umum beroreintasi pada pertumbuhan (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia tua merupakan waktu bagi seseorang untuk bersantai dan menikmati sisa kehidupannya, tetapi tidak di sebagian besar negara berkembang seperti di Indonesia. Mereka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pembangunan Ekonomi Pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006) merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, dilakukan beberapa macam analisis, yaitu analisis angka pengganda, analisis keterkaitan antar sektor, dan analisis dampak pengeluaran pemerintah terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau meningkat.

Lebih terperinci

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi Perekonomian Indonesia Peran Pertanian pada pembangunan: Kontribusi Sektor Pertanian: Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Pemasok bahan pangan Fungsi

Lebih terperinci

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 224 VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Kesimpulan Pada bagian ini akan diuraikan secara ringkas kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan sebelumnya. Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik

Lebih terperinci

Ketimpangan dan Anak-anak di Indonesia

Ketimpangan dan Anak-anak di Indonesia 1 Ketimpangan dan Anak-anak di Indonesia Arianto A. Patunru (ACDE-ANU) Santi Kusumaningrum (CCP-UI) Child Poverty and Social Protection Conference 10 11 September 2013 2 Konteks Indikator makroekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah Sjafrizal (2008) menyatakan kesenjangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yang menjadi cita-cita dari suatu suatu negara adalah untuk. meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Salah satu tolak ukur dari ukuran

BAB I PENDAHULUAN. Yang menjadi cita-cita dari suatu suatu negara adalah untuk. meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Salah satu tolak ukur dari ukuran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yang menjadi cita-cita dari suatu suatu negara adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Salah satu tolak ukur dari ukuran pertumbuhan ekonomi adalah pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci