JURNAL ILMIAH TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN LEASING DAN AKIBAT HUKUM DALAM HAL TERJADINYA WANPRESTASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURNAL ILMIAH TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN LEASING DAN AKIBAT HUKUM DALAM HAL TERJADINYA WANPRESTASI"

Transkripsi

1 1 JURNAL ILMIAH TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN LEASING DAN AKIBAT HUKUM DALAM HAL TERJADINYA WANPRESTASI Oleh: LALU DANU HARYATMA D1A FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2013

2 2 HALAMAN PENGESAHAN JURNAL ILMIAH TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN LEASING DAN AKIBAT HUKUM DALAM HAL TERJADINYA WANPRESTASI Oleh: LALU DANU HARYATMA D1A Menyetujui; Mataram, Juni 2013 Pembimbing Pertama, H. Salim, HS, SH.,MS. NIP

3 1 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN LEASING DAN AKIBAT HUKUM DALAM HAL TERJADINYA WANPRESTASI ABSTRAK LALU DANU HARYATMA D1A Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan perjanjian operating lease di Perusahaan XXX Cabang Mataram dan akibat hukum jika terjadinya wanprestasi. Jenis penelitian ini normatif empiris, dengan menggunakan pendekatan Peraturan Perundang- Undangan dan pendekatan sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penerapan perjanjian operating lease di XXX tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomer: 1169/KMK.01/1991 mengenai hak pilih, dan akibat hukum jika terjadi wanprestasi adalah pihak lessor berhak untuk mengakhiri perjanjian secara sepihak disertai pembayaran biaya sewa yang terhutang. Kesimpulannya. Setelah berakhirnya perjanjian, tidak ada hak pilih bagi lessee. Saran. Perlu ada pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang lebih lengkap mengenai leasing.. Kata kunci : perjanjian leasing dan wanprestasi JURIDICAL REVIEW LEASING AGREEMENT AND LEGAL CONSEQUENCE IN THE EVENT BREACH OF CONTRACT ABSTRACT LALU DANU HARYATMA D1A The purpose of the research is to know the use operating lease agreements in XXX Company Mataram Branch and the legal consequence if breach of contract happens. This kind of research is normative empirical using the statute approach and social approach. The research field shows that the use of operating lease agreement in XXX is not the same as the decision minister of finance number: 1169/KMK.01/1991 the right to vote, and legal consequences in the event breach of contract is the lessor has write to end the agreement unilaterally with rental fee payments the indebted. The conclusion is after the expiry of the agreement, there is no right to vote for the lessee. Suggestions. There needs to be the establishment of Regulation Legislation fuller on leasing. Keywords: leasing agreement and breach of contract

4 2 PENDAHULUAN Leasing di Indonesia disebut juga sebagai sewa guna usaha yang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha yang dimana dalam Keputusan tersebut ada dua karaktristik dari leasing yakni, lessee dapat menggunakan hak pilih financial lease dan operating lease. Tapi lain halnya di Perusahaan XXX Cabang Mataram, leasing tersebut dilaksanakan hanya dengan cara operating lease saja dan tidak lagi menjadi hak pilih serta dalam hubungan antara lessor yang sebagai pihak yang memiliki barang semata-mata bertumpu pada terciptanya kepastian hukum terhadap pencapaian kontrak tentang serangkaian pembayaran oleh lessee dalam penggunaan asset yang menjadi obyek leasing karena dalam hal ini tidak dapat dipungkiri akan terjadinya wanprestasi oleh pihak lessee dan hal tersebut akan merugikan pihak lessor. Dari uaraian latar belakang masalah sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, maka permasalahan-permasalahan yang kemudian timbul adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penerapan perjanjian leasing berkaitan dengan operating lease di Perusahaan XXX Cabang Mataram?. 2. Bagaimanakah akibat hukum yang timbul jika terjadinya wanprestasi dalam perjanjian operating lease? Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui penerapan perjanjian leasing berkaitan dengan operating lease di Perusahaan XXX Cabang Mataram. Serta untuk mengetahui akibat hukum yang timbul jika terjadinya wanprestasi dalam perjanjian operating lease. Manfaat Penelitian ini adalah 1. Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk mengembangkan ilmu hukum pada umumnya dan khususnya pada hukum perjanjian, 2. Dari segi praktis, diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi kalangan yang berwenang baik kalangan pemerintah

5 3 maupun swasta dalam menentukan kebijaksanaan, mengembangkan dan menyempurnakan lembaga leasing sehingga permasalahan yang timbul dapat dikurangi semaksimal mungkin Jenis penelitian ini adalah penelitian Normatif Empiris, Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Peraturan Perundang-undangan (Statute Approach) dan Pendekatan sosial (social Approach). Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bahan Hukum Primer, Bahan Hukum Sekunder, Bahan Hukum Tersier dan Dokumen dan hasil-hasil penelitian yang ada kaitannya dengan perjanjian leasing dan lain-lain. Pengumpulan bahan hukum dan data yang digunakan adalah data Kepustakaan dikumpulkan dengan teknik studi dokumen dengan menelusuri, mengumpulkan, dan menelaah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti perundang-undangan yang terkait serta buku-buku yang terkait dengan penelitian. Dan menggunakan data lapangan yang dikumpulkan dengan teknik wawancara. Digunakan pula metode analisis data yaitu: Analisis Kualitatif dan Analisis Deskriptif.

6 4 PEMBAHASAN A. Penerapan Perjanjian Leasing Khususnya Operating Leasing Di Perusahaan XXX Cabang Mataram Lessor memiliki kendaraan dan kemudian menyewakan kepada lessee untuk kebutuhan transportasi bisnis lessee dengan pembayaran sewa secara berkala tetapi tidak mencakup seluruh biaya yang dikeluarkan lessor untuk memperoleh barang modal tersebut. Apabila periode sewa berakhir maka lessee harus mengembalikan barang tersebut dan lessee dapat memutuskan perjanjian secara sepihak asal dengan pemberitahuan maksud pemutusan hubungan sewa secara tertulis dalam waktu yang layak. Sebagai konsekuensinya lessee harus membayar harga sewa penuh. 1 Jasa sewa guna usaha operating leasing merupakan jasa kena pajak, sehingga harga sewa yang dibayar atau yang seharusnya dibayar oleh lessee harus dipungut oleh lessor berupa biaya PPN sebesar 10%, serta biaya pemeliharaan, reparasi kendaraan, biaya perpanjang STNK dan biaya premi asuransi atas kendaraan. Dan apabila pihak lessee akan menutuskan perjanjian, maka pihak lessee tidak memiliki hak untuk mencairan kembali PPN yang telah dibayarnya tersebut Prosedur Permohonan Sewa Dalam Perjanjian Operating Leasing Di Perusahaan XXX Cabang Mataram Untuk mengetahui bagaimana prosedur permohonan penyewaan berfasilitas leasing khususnya operating leasing secara umum dapat diuraikan sebagai berikut: 3 a. Pada umumnya calon lessee mengajukan permohonan sewa kendaraan berfasilitas leasing secara langsung sesuai kebutuhan. 1 Wawancara Dengan Bapak Sujud Selaku Ketua Cabang, tanggal 22 November Kontrak Sewa Menyewa Kendaraan. 3 Wawancara Dengan Bapak Sujud Selaku Ketua Cabang, tanggal 22 November 2012.

7 5 b. dengan syarat-syarat antara lain: 1). Foto copy Akte Pendirian Perusahaan. 2). Foto copy KTP Direktur atau penanggung jawab. 3). Foto copy SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan). 4). N.P.W.P (Nomor Pokok Wajib Pajak) perusahaan. 5). Laporan rekening koran perusahaan 6 (enam) bulam terakhir. 6). Foto copy Surat Keterangan Domisili Perusahaan. c. Setelah semua persyaratannya lengkap, pihak lessor akan melakukan surve terhadap perusahaan lessee yaitu dengan: 1).Meneliti langsung ke kebenaran lokasi perusahaan lessee berada. 2).Kebenaran identitas penanggungjawab. 3).Kebenaran bidang usaha perusahaan lessee. 4).Meneliti ke lokasi di mana lessee punya hubungan. d. Jika hasil surve tersebut benar adanya, maka pihak lessee diminta kesanggupannya memberikan suatu jaminan terhadap lessor dan dilaksanakan penandatangan kontrak dan pihak lessee akan membayar uang muka sebesar 30% selanjutnya obyek perjanjian diserahkan kepada lessee, pihak lessee akan membayar sewa secara priodik setiap bulannya. Kendaraan-kendaraan yang menjadi obyek perjanjian tersebut telah di asuransikan kepada perusahaan asuransi yang ditunjuk sendiri oleh lessor dengan asuransi comprehensive untuk digunakan oleh lessee Jaminan Dalam Perjanjian Operating Leasing Di Perusahaan XXX Cabang Mataram Dalam perjanjian operating leasing, di Perusahaan XXX Cabang Mataram, lessor menarik suatu bilyet giro dari lessee guna menjamin ketaatan lessee terhadap perjanjian leasing. Giro tersebut akan ditahan oleh lessor dan akan dipelihara tetap dalam jumlah yang sama sampai jangka waktu perjanjian 4 Isi Kontrak Sewa Menyewa Kendaraan.

8 6 berakhir. Giro itu tidak akan dipakai untuk suatu pembayaran sewa, melainkan akan dikembalikan lagi kepada lessee dalam jumlah yang sama tanpa bunga. 5 Lessor juga menarik jaminan dari salah satu direksi atau pemegang saham dari perusahaan lessee yang bersangkutan, yang tentunya mengetahui lebih dalam mengenai kondisi dan kemampuan perusahaannya yang menjadi penjamin atau yang akan bertanggungjawab. Dengan dapat dipegangnya seorang penjamin, maka perusahaan leasing (lessor) akan merasa lebih aman, yang memiliki kuasa terhadap benda-benda bergerak yang berharga atau sahamsaham perusahaan yang dijadikan jaminan kepada lessor Operating Leasing Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 Tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing) Dalam Pasal 1 huruf a, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna mengartikan leasing sebagai: Suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi ( financial lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi ( operating lease) untuk dipergunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembiayaan secara berkala. Pada pengertian diatas dapat dilihat bahwa dalam perjanjian leasing, lessee dapat menggunakan hak pilih financial lease dan operating lease. Yang dimaksud dengan financial lease adalah kegiatan sewa guna usaha, dimana leasee mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha. Pada jenis financial lease, debitur hanya bisa memiliki barang yang disewa dengan cara membeli pada akhir periode 5 Wawancara Dengan Bapak Sujud Selaku Ketua Cabang, tanggal 22 November Wawancara Dengan Bapak Sujud Selaku Ketua Cabang, tanggal 22 November 2012.

9 7 kredit, sedangkan pada operating lease, debitur sama sekali tidak mempunyai pilihan untuk memiliki objek yang disewa tapi hanya sekedar menyewa. Dengan demikian dapat dikatakan Operating lease dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha atau Leasing, merupakan salah satu hak pilih untuk tidak membeli obyek leasing yang diberikan lessor kepada lessee yang mejadin ciri atau corak dari leasing sebagai salah satu bentuk perjanian. 4. Pelaksanaan Perjanjian Operating Leasing Di Perusahaan XXX Cabang Mataram Dikaitan Dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 1169/KMK.01/1991 Tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing) Seperti yang telah dijelaskan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha atau Leasing, bahwa leasing ada dua kreteria leasing yaitu operating lease dan financial lease yang merupakan hak pilih yang akan digunakan lessee, tetapi lain halnya jika dikaitkan denagan penerapan perjanjian leasing di Perusahaan XXX Cabang Mataram yang melaksanakan perjanjian leasing yang memberikan hak pemakaian obyek leasing hanya sekedar dengan cara operating lease saja dan tanpa ada hak opsi, padahal teori yang mendasar kepemilikan lessee terhadap obyek leasing adalah merupakan opsi yang digunakan oleh lessee. Pada Bab 2 terdahulu telah di jelaskan juga, perjanjian leasing tidak dapat dikatagorikan sebagai perjanjian sewa beli atau sewa menyewa karena prinsip opsi dalam leasing merupakan corak dari perjanjian leasing itu sendiri, artinya bahwa lessee diberikan hak untuk memilih berupa financial lease atau operating lease. Berdasarkan penjelasan seperti tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perjanjian leasing berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan

10 8 Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha ( Leasing) dikaitkan dengan penerapan perjanjnian leasing di Perusahaan XXX Cabang Mataram diatas masih belum sesuai atau masih belum terlaksanan dengan baik antara pengaturan dengan peraktiknya menyangkut hak opsi yang sebagai corak dari perjanjian leasing sebagai suatu bentuk perjanjian. B. Akibat Hukum Yang Timbul Jika Terjadinya Wanprestasi Dalam Perjanjian Operating Leasing 1. Hal-hal Yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Wanpreatasi Dalam Perjanjian Operating Leasing Wanprestasi ( default atau non fulfilment ataupun yang disebut juga dengan istilah breach of contract) adalah tidak dilaksanakan prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihakpihak tertentu seperti yang disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan. 7 Dalam perjanjian leasing, ingkar janji atau wanprestasi sebagian besar yang disebabkan oleh kelalaian dari pihak lessee berupa mengenai soal tidak bisa membayaran uang sewa yang sudah merupakan kewajiban, baik yang bersifat sementara dalam arti menunggak dan kemudian membayar, dan juga yang berifat tetap dalam arti pihak lessee tidak mampu lagi membayar sewa, apalagi jumlah penyewaannya yang terhutang oleh pihak lessee mencapai ratusan juta rupiah maka persoalan itu terpaksa diselesaikan melalui proses hukum. 8 Untuk pelaksanaan hukumnya undang-undang menghendaki pihak lessor untuk memberikan suatu pernyataan lalai kepada pihak lessee. Dalam perjanjian 7 Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), (Bandung, PT.Citra Aditya Bakti, 2001). Hal Wawancara Dengan Bapak Sujud Selaku Ketua Cabang, tanggal 22 November 2012.

11 9 operating leasing pihak lessor memberikan teguran sebanyak 2 (dua) kali berturut-turut dengan tenggang waktu 7 (tujuh) hari untuk masing-masing surat. Namun apabila kelalaian tersebut tetap tidak diperbaiki oleh lessee, maka lessor berhak untuk: 9 a).mengakhiri perjanjian secara sepihak dengan menyampaikan pemberitahuan secara tertulis sebelumnya kepada Costomer (Lessee). b).menarik kembali kendaraan dari penguasaan Costomer (Lessee) atau kariawan Costomer (Lessee) dan meminta perlunasan pembayaran biaya sewa yang telah terhutang dan/atau denda-denda atau biaya lain yang terhutang berdasarkan perjanjian. 2. Denda-Denda Yang Harus Ditanggung Lessee Apabila Melakukan Wanprestasi Dalam Perjanjian Operating Leasing Apabla lessee melakukan wanprestasi maka lessor telah menentukan sebelumnya beberapa bentuk denda yang harus ditanggung lessee antara lain: 10 a).jika Costomer (lessee) gagal melunasi kewajiban pembayaran pada tanggal jatuh tempo, maka lessor akan mengenakan denda keterlambatan pembayaran yang besarnya dicantumkan dalam perjanjian dan akan dihitung dari total jumlah tagihan yang tertunggak terhitung sejak tanggal jatuh tempo. b).apabila Costomer (lessee) melakukan pengakhiran terhadap sebagian maupun keseluruhan dari kendaraan dan/atau pengemudi secara sepihak sebelum berakhirnya priode yang disepakati dalam perjanjian, tanpa ada faktor kelalaian atau kesalahan dalam bentuk apapun dari pihak lessor, maka Costomer (lessee) akan dikenakan denda pengakhiran dipercpat yang besarnya dicantumkan dalam perjanjian dan akan terhitung dari jumlah harga sewa kendaraan dan/atau harga jasa pengemudi atas priode sewa kendaraan dan/atau priode pelayanan 9 Kontrak Sewa Menyewa Kendaraan 10 Kontrak Sewa Menyewa Kendaraan

12 10 pengemudi yang tersisa. Denda pemutusan tersebut tidak menghapus kewajiban Costomer (lessee) sehubungan dengan kecelakaan atau kehilangan kendaraan atau perlengkapannya yang diatur dalam perjanjian. c).jika Costomer (lessee) gagal atau terlambat menyerahkan atau mengembalikan kendaraan pada tanggal berakhirnya priode sewa maka Costomer (lessee) dikenakan denda keterlambatan pengembalian yang besernya sebagaimana dicantumkan dalam perjanjian dan akan terhitung berdasarkan harga sewa kendaraan perbulan. Keterlambatan dan/atau kegagalam pengembalian kendaraan sebagaimana dimaksutkan diatas adalah untuk jangkak waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari. Apabila Costomer (lessee) gagal mengembalikan kendaraan dalam jangka waktu tersebut, maka lessor berhak menarik kendaraan dari penguasaan Costomer (lessee) atau pihak manapun yang menguasai kendaraan, dan jika diangap perlu dengan pertolongan atau bantuan institusi atau lembaga yang berwenang, dan segala biaya ang timbul dari tindakan lessor akan dibebankan dan menjadi tanggung jawab Costomer (lessee). 3. Cara Penyelesaian Perselisihan Antara Lessee Dan Lessor Dalam Perjanjian Operating Leasing Dalam hal terjadi perselisihan ada dua cara yang dapat dipakai untuk menyelesaikan perselisihan yang timbul dari kedua belah pihak, yaitu dengan cara sebagai berikut: 11 a).para pihak sepakat bahwa setiap sengketa yang terjadi karena atau dalam kaitannyadengna perjanjinan akan diselesaikan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat. b).apabial mufakat sebagaimana yang dimaksud tidak tercapai, maka para pihak sepakat untuk menyelesaikan sengketa tersebut di Pengadilan Negri Jakarta Utara. 11 Kontrak Sewa Menyewa Kendaraan

13 11 Musyawarah mencapai mufakat disini adalah bahwa antara pihak lessor dengan pihak lessee mengadakan suatu perdamaia sendiri dengan cara sendiri yang disepakati bersama. Musyawarah mufakat tersebut hanya berkekuatan sebagai persetujuan kedua belah pihak belaka yang apabila tidak ditaati oleh salah satu pihak maka masih harus diajukan melalui proses di Pengadilan sedangkan apabila terjadi perdamaian antara kedua belah pihak maka pihak lessor akan mengambil kembali barang-barang miliknya yang dikuasai oleh pihak lessee, dan menagih kembali atas pembayaran uang sewa yang hutang oleh lessee dan jika. Atas kerugian akibat ingkar janji dari pihak lessee akibat dari perbuatan pihak lessee yang melawan hukum maka pihak lessor dapat menuntut ke pengadilan untuk menghukum pihak lessee membayar ganti rugi kepada pihak lessor atas kerugian yang telah dideritanya dan pihak lessee harus membayar uang sewa yang masih tertunggak atau seluruh uang sewa yang masih berjalan hingga angsuran yang terakhir serta denda yang tertunggak ditambah bunganya dan membayar segala biaya-biaya perkara. Perlu untuk diketahui bahwa penyelesaian perselisihan melalui proses pengadilan ini sangat jarang terjdi mengingat biya-biaya yang akan dikeluarkan juga terlalu banyak serta proses penyelesaiannya terlalu lama Wawancara Dengan Bapak Sujud Selaku Ketua Cabang, tanggal 22 November 2012.

14 12 PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil analisis data, wawancara, pengamatan, serta pembahasan permasalahan dapat disimpulkan bahwa : 1. Penerapan perjanjian leasing berkaitan dengan operating lease di Perusahaan XXX Cabang Mataram adalah a. calon lessee mengajukan permohonan sewa kendaraan berfasilitas leasing secara langsung. b.dengan syarat-syarat: 1). Foto copy Akte Pendirian Perusahaan. 2). Foto copy KTP Direktur atau penanggung jawab. 3).Foto copy SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan). 4). N.P.W.P (Nomor Pokok Wajib Pajak) perusahaan. 5). Laporan rekening koran perusahaan 6 (enam) bulam terakhir. 6). Foto copy Surat Keterangan Domisili Perusahaan. c. pihak lessor akan melakukan surve terhadap perusahaan lessee yaitu dengan: 1). Meneliti langsung ke kebenaran lokasi perusahaan lessee berada. 2). Kebenaran identitas penanggungjawab. 3). Kebenaran bidang usaha perusahaan lessee. 4). Meneliti ke lokasi di mana lessee punya hubungan. d. Jika hasil surve tersebut memungkinkan atau merupakan kebenarannya dari data-data yang diberikan lessee, maka pihak lessee diminta kesanggupannya memberikan suatu jaminan terhadap lessor serentak dengan itu pihak lessor menyerahkan kontrak leasing untuk dilakukan penandatangan kontrak dan pihak lessee akan membayar uang muka sebesar 30% dari harga sewa kendaraan sekaligus dilakukan penyerahan obyek perjanjian kepada lessee. e. Setelah berakhirnya perjanjian maka lessee wajib mengembalikan obyek lease kepada lessor atau akan memperpanjang perjanjian sewa kembali tanpa ada opsi membeli obyek.

15 13 2. Akibat hukum yang akan timbul jika terjadi wanprestasi adalah lessor berhak untuk mengakhiri perjanjian secara sepihak dengan menyampaikan pemberitahuan secara tertulis sebelumnya kepada lessee, Namun apabila kelalaian tersebut tetap tidak diperbaiki oleh lessee, maka pihak lessor dapat menarik kembali kendaraan dari penguasaan lessee atau kariawan lessee dan meminta perlunasan pembayaran biaya sewa, denda-denda atau biaya lain yang telah terhutang berdasarkan perjanjian. B. Saran Berdasarkan dari penelitian, peneliti ingin menyampaikan saran-saran, yaitu: 1. Perjanjian leasing yang dogolongkan dalam perjanjian tak bernama atau perjanjian innominat, Dalam hal ini perlu ada pembentukan peraturan perundang-undangan khusus mengenai leasing yang lebih lengkap dan efektif sebagai suatu bentuk perjanjian yang tumbuh dalam masyaratak sendiri, serta pengaturan mengenai prosedur mekanisme leasing secara jelas dan rinci, sehingga terdapat kepastian hukum dan keseragaman pengaturan dengan praktiknya bagi usaha leasing khususnya. 2. Sebelum memberi persetujuan atau pembiayaan terhadap calon lessee, maka pihak lessor harus melakukan analisa yang cermat terhadap karakter dan kemampuan membayar angsuran serta pekerjaan dari calon lessee guna menghindari timbulnya masalah dalam pelaksanaan perjanjian leasing atau sewa guna usaha dan juga sebaiknya para pihak lebih mengutamakn hubungan baik dalam melakukna transaksi leasing tersebut.

16 14 Daftar Pustaka Fuady, Munir, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Bandung, PT.Citra Aditya Bakti. Hasil Wawancara Dengan Bapak Sujud Selaku Ketua Cabang, tanggal 22 November Kontrak Sewa Menyewa Kendaraan

PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA ANTARA LESSEE DAN LESSOR. Aprilianti. Dosen Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung.

PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA ANTARA LESSEE DAN LESSOR. Aprilianti. Dosen Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung. PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA ANTARA LESSEE DAN LESSOR Aprilianti Dosen Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung Abstrak Perjanjian sewa guna usaha (leasing) yang diadakan oleh Lessor dan Lesseen

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI TANAH

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI TANAH CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI TANAH Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. ( n a m a ), ( u m u r ), ( pekerjaan ), ( alamat lengkap ), ( nomer KTP / SIM ), dalam hal ini bertindak atas nama diri pribadi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERMOHONAN FASILITAS SEWA GUNA USAHA. Menyampaikan permohonan sewa untuk dapat dipertimbangkan sebagai berikut : Jenis Barang : XXX

LAMPIRAN 1 PERMOHONAN FASILITAS SEWA GUNA USAHA. Menyampaikan permohonan sewa untuk dapat dipertimbangkan sebagai berikut : Jenis Barang : XXX LAMPIRAN 1 PERMOHONAN FASILITAS SEWA GUNA USAHA Kepada : PT. Bonavara Finance Dengan hormat, Kami, Harapah Sambilan, PT NPWP : XX..XX.X-. Menyampaikan permohonan sewa untuk dapat dipertimbangkan sebagai

Lebih terperinci

KAJIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. BUSSAN AUTO FINANCE SURAKARTA. Oleh:

KAJIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. BUSSAN AUTO FINANCE SURAKARTA. Oleh: KAJIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. BUSSAN AUTO FINANCE SURAKARTA Oleh: Ronal Ravianto Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR SURAT PERJANJIAN JUAL BELI SEPEDA MOTOR (SECARA ANGSURAN) Nomer: ---------------------------------- Kami yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : ----------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya maupun pertahanan dan keamanan. Salah satu indikasi

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya maupun pertahanan dan keamanan. Salah satu indikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan suatu negara dapat dilihat dari pesatnya pembangunan yang mencakup berbagai macam sektor seperti bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya maupun pertahanan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka untuk lebih memberikan

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN UTANG PIUTANG DENGAN KUASA HIPOTEK

CONTOH SURAT PERJANJIAN UTANG PIUTANG DENGAN KUASA HIPOTEK CONTOH SURAT PERJANJIAN UTANG PIUTANG DENGAN KUASA HIPOTEK SURAT PERJANJIAN UTANG PIUTANG Kami yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : Umur : Pekerjaan : No. KTP / SIM : Alamat : Telepon : Bertindak

Lebih terperinci

PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (Studi Tentang Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Di PT. Adira Dinamika. Multi Finance Tbk.

PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (Studi Tentang Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Di PT. Adira Dinamika. Multi Finance Tbk. PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (Studi Tentang Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Di PT. Adira Dinamika Multi Finance Tbk. Cabang Purwodadi) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

Lebih terperinci

PERJANJIAN PINJAMAN. (Pemberi Pinjaman dan Penerima Pinjaman selanjutnya secara bersama disebut sebagai Para Pihak )

PERJANJIAN PINJAMAN. (Pemberi Pinjaman dan Penerima Pinjaman selanjutnya secara bersama disebut sebagai Para Pihak ) PERJANJIAN PINJAMAN Perjanjian pinjaman ini ( Perjanjian ) dibuat pada hari dan tanggal yang disebutkan dalam Lampiran I Perjanjian ini, oleh dan antara: 1. Koperasi Sahabat Sejahtera Anda, suatu koperasi

Lebih terperinci

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1169/KMK.01/1991 T E N T A N G KEGIATAN SEWA-GUNA-USAHA(LEASING)

MENTERI KEUANGAN S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1169/KMK.01/1991 T E N T A N G KEGIATAN SEWA-GUNA-USAHA(LEASING) MENTERI KEUANGAN S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1169/KMK.01/1991 T E N T A N G KEGIATAN SEWA-GUNA-USAHA(LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERJANJIAN SEWA MENYEWA MOBIL No... Perjanjian ini dibuat pada hari... tanggal... bulan... tahun... ( ) oleh dan antara :

PERJANJIAN SEWA MENYEWA MOBIL No... Perjanjian ini dibuat pada hari... tanggal... bulan... tahun... ( ) oleh dan antara : PERJANJIAN SEWA MENYEWA MOBIL No.... Perjanjian ini dibuat pada hari... tanggal... bulan... tahun... (...-...-...) oleh dan antara : I. PT...., sebuah perusahaan yang diatur dan didirikan berdasarkan dan

Lebih terperinci

Contoh Perjanjian Leasing

Contoh Perjanjian Leasing Contoh Perjanjian Leasing Draft Leasing Perjanjian ini dibuat pada hari ini kamis tanggal 19 bulan april tahun 2009 antara : 1. Nama : M.Ridha Ulhaq Jabatan : Direktur PT ASOE NANGGROE FINANCE Alamat :

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJASAMA PEMBERIAN KREDIT USAHA KECIL (KUK) ANTARA PT BANK SKR JRENG DENGAN PT SKR JOS FINANCE. Nomor...

PERJANJIAN KERJASAMA PEMBERIAN KREDIT USAHA KECIL (KUK) ANTARA PT BANK SKR JRENG DENGAN PT SKR JOS FINANCE. Nomor... PERJANJIAN KERJASAMA PEMBERIAN KREDIT USAHA KECIL (KUK) ANTARA PT BANK SKR JRENG DENGAN PT SKR JOS FINANCE Nomor... Yang bertanda tangan dibawah ini: ----------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA MENYEWA TANAH

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA MENYEWA TANAH CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA MENYEWA TANAH Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : ---------------------------------------------------- Umur : ----------------------------------------------------

Lebih terperinci

SURAT PERJANJIAN SEWA TANAH

SURAT PERJANJIAN SEWA TANAH SURAT PERJANJIAN SEWA TANAH SURAT PERJANJIAN SEWA TANAH Saya yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama :.. Tempat, Tgl Lahir :.. Pekerjaan :.. Alamat :.... Nomor KTP/SIM :.. Dalam hal ini bertindak atas

Lebih terperinci

1 KETENTUAN MENDAPATKAN FASILITAS PINJAMAN

1 KETENTUAN MENDAPATKAN FASILITAS PINJAMAN PERJANJIAN PINJAMAN Perjanjian pinjaman ini ( Perjanjian ) dibuat pada hari [masukan hari penandatanganan] tanggal [masukkan tanggal penandantangan], oleh dan antara: 1. Koperasi Mapan Indonesia, suatu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemulihan perekonomian nasional,

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA UNIVERSITAS MATARAM DENGAN PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. Nomor : MDC.DPS/PKS. /2013

PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA UNIVERSITAS MATARAM DENGAN PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. Nomor : MDC.DPS/PKS. /2013 PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA UNIVERSITAS MATARAM DENGAN PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. Nomor : /UN18/KS/2013 Nomor : MDC.DPS/PKS. /2013 TENTANG LAYANAN FASILITAS KREDIT SERBAGUNA MIKRO (KSM) NON PAYROLL

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa kondisi Pasar Legi Parakan sudah sangat tidak

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP) SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN (SPPJB)

CONTOH SURAT PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN (SPPJB) CONTOH SURAT PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN (SPPJB) Pada hari ini ( ) tanggal [( ) ( tanggal dalam huruf )] ( bulan dalam huruf ) tahun [( ) ( tahun dalam huruf )], kami yang bertanda

Lebih terperinci

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2 I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN Dengan diundangkannya

Lebih terperinci

ANALISIS PENURUNAN PEMBIAYAAN KREDIT MOBIL PADA PT. BATAVIA PROSPERINDO FINANCE CABANG PALEMBANG

ANALISIS PENURUNAN PEMBIAYAAN KREDIT MOBIL PADA PT. BATAVIA PROSPERINDO FINANCE CABANG PALEMBANG ANALISIS PENURUNAN PEMBIAYAAN KREDIT MOBIL PADA PT. BATAVIA PROSPERINDO FINANCE CABANG PALEMBANG Vera Oktarina Jurusan Akuntansi POLTEK PalComTech Palembang Abstrak Salah satu perusahaan sumber pendanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan hubungan atau pergaulan antar masyarakat memiliki batasan yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan hubungan atau pergaulan antar masyarakat memiliki batasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara hukum pada prinsipnya mengakui bahwa kehidupan hubungan atau pergaulan antar masyarakat memiliki batasan yang menjamin hak-hak pribadi dan komunal.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1994 TENTANG PENGHUNIAN RUMAH OLEH BUKAN PEMILIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1994 TENTANG PENGHUNIAN RUMAH OLEH BUKAN PEMILIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1994 TENTANG PENGHUNIAN RUMAH OLEH BUKAN PEMILIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penghunian rumah oleh bukan pemilik baik dengan

Lebih terperinci

KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB

KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB Form.# Tgl. R Halaman 1 dari 8 Pasal 1 Letak 1.1. Pengembang dengan ini berjanji dan mengikatkan dirinya sekarang dan untuk kemudian pada waktunya menjual dan

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN UMUM PEMBERIAN FASILITAS KREDIT RUMAH

SYARAT DAN KETENTUAN UMUM PEMBERIAN FASILITAS KREDIT RUMAH SYARAT DAN KETENTUAN UMUM PEMBERIAN FASILITAS KREDIT RUMAH SYARAT DAN KETENTUAN UMUM PEMBERIAN FASILITAS KREDIT RUMAH Syarat dan ketentuan umum pemberian fasilitas kredit rumah ini merupakan syarat-syarat

Lebih terperinci

PERJANJIAN PENANAMAN MODAL USAHA PENGOLAHAN LIMBAH KERTAS

PERJANJIAN PENANAMAN MODAL USAHA PENGOLAHAN LIMBAH KERTAS PERJANJIAN PENANAMAN MODAL USAHA PENGOLAHAN LIMBAH KERTAS Antara Penanam Modal BFC Wikusama Dengan Putra Anggara PERJANJIAN PENANAMAN MODAL USAHA PENGOLAHAN LIMBAH KERTAS Antara Penanam Modal BFC-Wikusama

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Pembiayaan Pengertian sewa guna secara umum menurut Kasmir, 2002 adalah perjanjian pihak lessor (perusahaan leassing) dengan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.992, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Piutang Negara. Macet. Pengurusan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.40/Menhut-II/2013 TENTANG TATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang melindungi, memberi rasa aman, tentram dan tertib untuk mencapai kedamaian dan keadilan setiap orang.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR *

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR * PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR * Oleh Swandewi ** I Made Sarjana *** I Nyoman Darmadha **** Bagian

Lebih terperinci

http://www.hadiborneo.wordpress.com/ PENGERTIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (CONSUMERS FINANCE) Lembaga pembiayaan konsumen (consumers finance) adalah suatu lembaga atau badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan

Lebih terperinci

KONTRAK PERJANJIAN PEKERJAAN BORONGAN NO: Pada hari ini hari tanggal bulan tahun, kami yang bertanda tangan dibawah ini masing-masing :

KONTRAK PERJANJIAN PEKERJAAN BORONGAN NO: Pada hari ini hari tanggal bulan tahun, kami yang bertanda tangan dibawah ini masing-masing : KONTRAK PERJANJIAN PEKERJAAN BORONGAN NO: Pada hari ini hari tanggal bulan tahun, kami yang bertanda tangan dibawah ini masingmasing : 1 Nama Alamat Jabatan Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pokok permasalahan yang penulis uraikan pada bab IV, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Perjanjian sewa guna usaha (leasing) pesawat udara A330-202

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN

SYARAT DAN KETENTUAN SYARAT DAN KETENTUAN 1. DEFINISI (1) Bank adalah PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk., yang berkantor pusat di Bandung, dan dalam hal ini bertindak melalui kantor-kantor cabangnya, meliputi kantor cabang,

Lebih terperinci

Menimbang : a. Mengingat : Peraturan...

Menimbang : a. Mengingat : Peraturan... 1 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.40/Menhut-II/2013 T E N T A N G TATA CARA PENGURUSAN PIUTANG NEGARA MACET LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK

PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONTIANAK NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONTIANAK, Menimbang

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL

CONTOH SURAT PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL CONTOH SURAT PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL Pada hari ini ( ------------ ) tanggal [( ------) ( --- tanggal dalam huruf ---)] ( --- bulan dalam huruf ---) tahun [( ----) ( --- tahun dalam huruf ---)], telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan 22 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan 2.1.1 Pengertian Lembaga Pembiayaan Istilah lembaga pembiayaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk menghasilkan produk electronic yang semakin canggih dan beragam. Kelebihan-kelebihan atas

Lebih terperinci

SURAT PERJANJIAN KONTRAK SEWA LOKASI PEMASANGAN REKLAME Di Jl... SURABAYA. Nomor :... /.../XII/2014. dalam perjanjian ini disebut sebagai PIHAK KEDUA.

SURAT PERJANJIAN KONTRAK SEWA LOKASI PEMASANGAN REKLAME Di Jl... SURABAYA. Nomor :... /.../XII/2014. dalam perjanjian ini disebut sebagai PIHAK KEDUA. SURAT PERJANJIAN KONTRAK SEWA LOKASI PEMASANGAN REKLAME Di Jl.... SURABAYA Nomor :... /.../XII/2014 Pada hari ini, Jumat Tanggal Lima Bulan Desember Tahun Dua Ribu Empat Belas (5/12/2012), telah dibuat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. ADIRA FINANCE. perusahaan pembiayaan non-bank (multi finance).

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. ADIRA FINANCE. perusahaan pembiayaan non-bank (multi finance). BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. ADIRA FINANCE A. Gambaran Umum PT Adira Finance PT Adira Dinamika Multi Finance, Tbk (Adira Finance) adalah sebuah perusahaan pembiayaan

Lebih terperinci

AKAD/PERJANJIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH

AKAD/PERJANJIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH Halaman 1/15 Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Yang bertanda tangan dibawah ini: PERJANJIAN ANTARA PT DANA SYARIAH INDONESIA DAN Nomor. I. PT Dana Syariah Indonesia, berkedudukan

Lebih terperinci

Pasal 2: Penerbitan, Kepemilikan, Penggunaan Kartu Kredit dan PIN 2.1 Penerbitan Kartu Kredit dilakukan Bank berdasarkan permohonan tertulis dari Pemo

Pasal 2: Penerbitan, Kepemilikan, Penggunaan Kartu Kredit dan PIN 2.1 Penerbitan Kartu Kredit dilakukan Bank berdasarkan permohonan tertulis dari Pemo Sebelum menggunakan Kartu Kredit yang diterbitkan oleh PT Bank UOB Indonesia, mohon untuk membaca dengan teliti Syarat dan Ketentuan Kartu Kredit PT Bank UOB Indonesia ( Syarat dan Ketentuan ) ini. Dengan

Lebih terperinci

SYARAT-SYARAT PERJANJIAN PEMBIAYAAN DENGAN PENYERAHAN. memenuhi seluruh kewajiban yang telah ditentukan oleh Kreditur.

SYARAT-SYARAT PERJANJIAN PEMBIAYAAN DENGAN PENYERAHAN. memenuhi seluruh kewajiban yang telah ditentukan oleh Kreditur. SYARAT-SYARAT PERJANJIAN PEMBIAYAAN DENGAN PENYERAHAN HAK MILIK SECARA FIDUCIA. 1. Debitor memberi kuasa yang tidak dapat dicabut kembali kepada Kreditor untuk dan atas nama serta guna kepentingan Debitor,

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI IZIN TRAYEK

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI IZIN TRAYEK WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. b. c. d.

Lebih terperinci

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor Menurut sistem terbuka yang mengenal adanya asas kebebasan berkontrak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam kedaan siap dipakai atau dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan,

Lebih terperinci

PENYITAAN PAJAK TANPA MASALAH (Studi Kasus Transaksi Melalui Lembaga Pembiayaan) Didik Hery Santosa E mail :

PENYITAAN PAJAK TANPA MASALAH (Studi Kasus Transaksi Melalui Lembaga Pembiayaan) Didik Hery Santosa E mail : PENYITAAN PAJAK TANPA MASALAH (Studi Kasus Transaksi Melalui Lembaga Pembiayaan) Didik Hery Santosa E mail : didik.hersan@gmail.com Abstrak Tindakan penagihan pajak adalah salah satu unsur yang bisa menambah

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka untuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 09/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2008 TANGGAL : 24 JULI 2008

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 09/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2008 TANGGAL : 24 JULI 2008 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 09/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2008 TANGGAL 24 JULI 2008 A. BAGAN PROSEDUR PENJAMINAN RESI GUDANG B. PEDOMAN TEKNIS PENJAMINAN RESI

Lebih terperinci

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth Syarat dan Ketentuan Umum untuk Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth 1. Definisi Syarat dan Ketentuan Umum ANGSURAN adalah suatu

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI PERALATAN ELEKTRONIK

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI PERALATAN ELEKTRONIK CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI PERALATAN ELEKTRONIK SURAT PERJANJIAN SEWA BELI Nomer: ---------------------------------- Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : ----------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sewa guna usaha (leasing) adalah suatu kontrak antara lessor (pemilik barang

BAB I PENDAHULUAN. Sewa guna usaha (leasing) adalah suatu kontrak antara lessor (pemilik barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sewa guna usaha (leasing) adalah suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pemakai barang modal). Lessor memberikan hak kepada lessee

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah organisasi yang umumnya mempunyai kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan yang dibebankan kepadanya. Biasanya di samping mencari laba, tujuan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk,

BAB III PEMBAHASAN. Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk, BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Wanprestasi Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk, tidak memenuhi, terlambat, ceroboh, atau tidak lengkap memenuhi suatu perikatan. Wanprestasi

Lebih terperinci

SURAT PERJANJIAN SEWA RUMAH

SURAT PERJANJIAN SEWA RUMAH SURAT PERJANJIAN SEWA RUMAH SURAT PERJANJIAN SEWA RUMAH Pada hari ini.. tanggal....di..., Kami yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama :.. Tempat, Tgl Lahir :.. Pekerjaan :.. Alamat :.... Nomor KTP

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP PEMBELI YANG MELAKUKAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR

AKIBAT HUKUM TERHADAP PEMBELI YANG MELAKUKAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR AKIBAT HUKUM TERHADAP PEMBELI YANG MELAKUKAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR Oleh : A.A. Istri Prami Yunita I Made Udiana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1994 TENTANG PENGHUNIAN RUMAH OLEH BUKAN PEMILIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1994 TENTANG PENGHUNIAN RUMAH OLEH BUKAN PEMILIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1994 TENTANG PENGHUNIAN RUMAH OLEH BUKAN PEMILIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penghunian rumah oleh bukan pemilik baik dengan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 301/KMK.01/2002 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA KREDIT PERUMAHAN BANK TABUNGAN NEGARA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 301/KMK.01/2002 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA KREDIT PERUMAHAN BANK TABUNGAN NEGARA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 301/KMK.01/2002 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA KREDIT PERUMAHAN BANK TABUNGAN NEGARA Menimbang : MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Piutang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK

PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONTIANAK NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONTIANAK, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

Syarat dan Ketentuan Umum PermataKTA

Syarat dan Ketentuan Umum PermataKTA Syarat dan Ketentuan Umum PermataKTA Syarat dan Ketentuan Umum (selanjutnya disebut SKU ) merupakan perjanjian yang sah dan mengikat Nasabah dan Bank. Nasabah dan Bank sepakat untuk mengikatkan diri pada

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN FASILITAS DANA BANTUAN SAHABAT

SYARAT DAN KETENTUAN FASILITAS DANA BANTUAN SAHABAT SYARAT DAN KETENTUAN FASILITAS DANA BANTUAN SAHABAT Syarat dan Ketentuan Fasilitas Dana Bantuan Sahabat ( Syarat dan Ketentuan Umum ) ini berlaku bagi Nasabah yang permohonan Fasilitas Dana Bantuan Sahabat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK

PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONTIANAK NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONTIANAK, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT PERJANJIAN KREDIT Yang bertanda tangan di bawah ini : I. ------------------------------------- dalam hal ini bertindak dalam kedudukan selaku ( ------ jabatan ------- ) dari

Lebih terperinci

AKAD PEMBIAYAAN JUAL-BELI PPUM Investasi DAN PENGAKUAN HUTANG Nomor : AKAD/005/7104/PPUM-INV/03-17/03-20

AKAD PEMBIAYAAN JUAL-BELI PPUM Investasi DAN PENGAKUAN HUTANG Nomor : AKAD/005/7104/PPUM-INV/03-17/03-20 AKAD PEMBIAYAAN JUAL-BELI PPUM Investasi DAN PENGAKUAN HUTANG Nomor : AKAD/005/7104/PPUM-INV/03-17/03-20 Pada hari ini Senin tanggal 14 (empat belas) Bulan 03 (Maret) Tahun 2017 ( Dua ribu tujuh belas),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TERHADAP PERJANJIAN SEWA BELI. belum diatur dalam Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar

BAB II TINJAUAN TERHADAP PERJANJIAN SEWA BELI. belum diatur dalam Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar BAB II TINJAUAN TERHADAP PERJANJIAN SEWA BELI A. Pengaturan Sewa Beli di Indonesia Perjanjian sewa beli adalah termasuk perjanjian jenis baru yang timbul dalam masyarakat. Sebagaimana perjanjian jenis

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT Syarat dan Ketentuan Dana Bantuan Sahabat ini berlaku bagi Nasabah Dana Bantuan Sahabat yang sebelumnya adalah Nasabah aktif ANZ Personal Loan pada saat produk

Lebih terperinci

PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG DI PERUSAHAAN

PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG DI PERUSAHAAN 49 PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG DI PERUSAHAAN Pada hari ini, Senin tanggal empat bulan satu tahun dua ribu sepuluh (04-01-2010), bertempat di Jakarta, kami yang bertandatangan di bawah ini: 1. Amin,

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN

CONTOH SURAT PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN 1 CONTOH SURAT PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN SURAT PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN BANGUNAN ( ----------------------------- ) ( ---------- alamat lengkap tempat dilaksanakannya pekerjaan ---------

Lebih terperinci

[Sponsor][Title] TEAM

[Sponsor][Title] TEAM PERJANJIAN KERJASAMA [Sponsor][Title] TEAM Perjanjian Kerjasama [Sponsor][Title]Team (selanjutnya disebut Perjanjian ) oleh dan antara : I. Bapak/Ibu.xxx, dalam hal ini bertindak dalam jabatannya selaku

Lebih terperinci

: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI.

: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI. - 2 - e. bahwa dalam rangka penagihan bea masuk dan/atau cukai perlu pengaturan khusus dengan berdasarkan pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a; f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

Lebih terperinci

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I. Angka 1 Pasal 1. Cukup jelas. Angka 2 Pasal 2

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I. Angka 1 Pasal 1. Cukup jelas. Angka 2 Pasal 2 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN I. UMUM 1. Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PASAL 18 AYAT 2 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN OPERASIONALISASI PERJANJIAN FINANCIAL LEASING DI PT. SUMMIT OTO FINANCE

BAB III KAJIAN PASAL 18 AYAT 2 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN OPERASIONALISASI PERJANJIAN FINANCIAL LEASING DI PT. SUMMIT OTO FINANCE BAB III KAJIAN PASAL 18 AYAT 2 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN OPERASIONALISASI PERJANJIAN FINANCIAL LEASING DI PT. SUMMIT OTO FINANCE A. Kajian Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang Perlindungan

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK 2 CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK Nomer: -------------------------------------------- Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU Oleh : I Made Aditia Warmadewa I Made Udiana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Tulisan ini berjudul akibat hukum wanprestasi dalam perjanjian

Lebih terperinci

K. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah) KONTRAK PENGADAAN JASA KONSULTANSI Nomor :..

K. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah) KONTRAK PENGADAAN JASA KONSULTANSI Nomor :.. 443 K. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai di atas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) KONTRAK PENGADAAN JASA KONSULTANSI Nomor :.. Nama Kegiatan :.. Nama Pekerjaan :.. Lokasi :.. Sumber

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. KANTOR CABANG SYARI AH SURABAYA A. Aplikasi Penyelesaian

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI RUMAH

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI RUMAH CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI RUMAH SURAT PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH ANTARA BANK ---------------------------------------------- DAN ---------------------------------- Nomer: ----------------------------------

Lebih terperinci

KETENTUAN DAN PERSYARATAN KHUSUS PEMBUKAAN REKENING INVESTOR Ketentuan dan Persyaratan Khusus Pembukaan Rekening Investor ini (berikut semua lampiran, perubahan dan atau pembaharuannya selanjutnya disebut

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KONTRAK SEWA BELI

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KONTRAK SEWA BELI 65 TINJAUAN YURIDIS Abstrak : Perjanjian sewa beli merupakan gabungan antara sewamenyewa dengan jual beli. Artinya bahwa barang yang menjadi objek sewa beli akan menjadi milik penyewa beli (pembeli) apabila

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH TANGGUNGJAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN SEWA- MENYEWA MOBIL. (Studi Di Perusahaan Rent Car Di Kota Mataram)

JURNAL ILMIAH TANGGUNGJAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN SEWA- MENYEWA MOBIL. (Studi Di Perusahaan Rent Car Di Kota Mataram) JURNAL ILMIAH TANGGUNGJAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN SEWA- MENYEWA MOBIL (Studi Di Perusahaan Rent Car Di Kota Mataram) Oleh: LALU ATHFAL FIKRI D1A 212 233 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM MATARAM

Lebih terperinci

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1983 Tanggal 31 Desember Presiden Republik Indonesia,

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1983 Tanggal 31 Desember Presiden Republik Indonesia, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1983 Tanggal 31 Desember 1983 Presiden Republik Indonesia, Menimbang: Bahwa pelaksanaan Pasal 9 ayat (1) huruf b dan

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK Nomer: Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : Jabatan : Alamat : Dalam hal ini bertindak atas nama direksi ( nama perusahaan )

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia kodratnya adalah zoon politicon, yang merupakan makhluk sosial. Artinya bahwa manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan saling berinteraksi.

Lebih terperinci

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN. ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN (Skripsi) OLEH Nama : Veronica Ratna Damayanti NPM : 0641031138 No Telp :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelian aktiva tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat meminimalkan pengeluaran perusahaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan. Bank sebagai lembaga keuangan ternyata tidak cukup mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan. Bank sebagai lembaga keuangan ternyata tidak cukup mampu untuk 8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dana atau modal bagi seseorang saat ini sangatlah penting, untuk memenuhi kebutuhan dana atau modal maka diperlukan suatu lembaga pembiayaan. Bank sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang sebagai perwujudan pengabdian dan peran serta rakyat untuk membiayai negara dan

Lebih terperinci