KAJIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. BUSSAN AUTO FINANCE SURAKARTA. Oleh:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. BUSSAN AUTO FINANCE SURAKARTA. Oleh:"

Transkripsi

1 KAJIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. BUSSAN AUTO FINANCE SURAKARTA Oleh: Ronal Ravianto Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRAK Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengkaji pelaksanaan perjanjian pembiayaan kendaraan bermotor dilaksanakan dan untuk mengkaji penyelesaian hukum dalam hal terjadi wanprestasi. Latar belakang permasalahan adalah bahwa tumbuhnya lembaga pembiayaan di Indonesia secara tidak langsung mendorong pertumbuhan industry otomotif karena berbagai kemudahan yang ditawarkan. Salah satu lembaga pembiayaan sepeda motor yang besar dan mempunyai nama adalah PT. Bussan Auto Finance (BAF) sebuah lembaga pembiayaan kredit resmi sepeda motor Yamaha. PT. Bussan Auto Finance (BAF) dalam memberikan pelayanan pembiayaan sepeda motor dikuatkan dengan suatu perjanjian pembiayaan yang akan ditandatangani oleh para pihak. Adanya perjanjian tersebut akan menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak. Namun dalam praktek seringkali terjadi salah satu pihak tidak melakukan apa yang telah disepakati dalam perjanjian, dalam hukum perdata sering disebut dengan wanprestasi. Metode penelitian dengan jenis penelitian yuridis sosiologis. Penelitian bersifat deskriptif, alat pengumpulan data dengan menggunakan penelitian lapangan dan studi pustaka. Setelah data terkumpul dilakukan analisa data yang bersifat kualitatif. Pelaksanaan perjanjian pembiayaan sepeda motor pada PT. BAF Surakarta terjadi sejak ditandatanganinya perjanjian pembiayaan konsumen oleh para pihak yaitu PT. BAF selaku pihak pemberi fasilitas dan konsumen selaku penerima fasilitas. Lahirnya perjanjian pembiayaan konsumen tersebut membawa konsekuensi adanya hak dan kewajiban para pihak. PT. BAF selaku pemberi fasilitas berhak menerima angsuran pemtbayaran setiap bulan sesuai kesepakatan sampai dengan berakhirnya perjanjian disebabkan pelunasan pembayaran. Konsumen selaku penerima fasilitas berhak mendapatkan barang konsumsi berupa sepeda motor merek Yamaha. Perjanjian berakhir dengan lunasnya seluruh hutang penerima fasilitas dan hilangnya atau musnahnya sepeda motor akan tetapi tidak menghilangkan kewajiban pelunasan hutang bahkan wajib melunasi semua sisa hutang seketika pada saat itu. Permasalahan yang timbul dalam perjanjian pembiayaan konsumen sepeda motor adalah wanprestasi yang dilakukan oleh konsumen yaitu tidak sanggup atau lalai memenuhi kewajiban berupa pelunasan hutang. Apabila terjadi permasalahan demikian maka PT. BAF berhak menyita barang jaminan selanjutnya dijual sebagai pelunasan beban hutang. Apabila masih belum mencukupi maka konsumen masih dibebani tanggung jawab untuk melakukan pelunasan sisa hutang. 1

2 LATAR BELAKANG MASALAH Sebagaimana kita ketahui dalam hidup bermasyarakat manusia saling menjalin hubungan kerja sama dengan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hubungan kerja sama yang dibina ini mempunyai bentuk yang beraneka ragam serta jumlah yang tak terhingga sehingga akan menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dihormati oleh masing-masing pihak. Hubungan kerja sama yang dilakukan oleh beberapa pihak tersebut tidak selalu berjalan tanpa rintangan, kadang sering merugikan kepentingan manusia lain yang dapat menyebabkan munculnya suatu sengketa. Munculnya sengketa didahului dengan adanya seorang atau lebih yang merasa bahwa haknya atau hak mereka telah dilanggar akan tetapi orang yang melanggar haknya atau hak mereka itu tidak mau secara sukarela melakukan sesuatu yang diminta oleh orang yang merasa haknya dilanggar. Inti dari sengketa tersebut adalah adanya perselisihan yaitu adanya sesuatu yang menjadi pokok perselisihan, ada yang dipertengkarkan, ada yang disengketakan, hal ini berbeda dengan perkara pidana yang tidak mengharuskan adanya perselisihan. Tumbuhnya lembaga pembiayaan di Indonesia secara tidak langsung mendorong pertumbuhan industri otomotif sepeda motor karena mereka juga menawarkan kemudahankemudahan mulai dari suku bunga yang bersaing, uang muka rendah, potongan harga, subsidi, sampai dengan pemberian hadiah baik langsung maupun tidak langsung. Namun pada intinya fasilitas yang disediakan oleh lembaga pembiayaan dirasakan membantu masyarakat yang membutuhkan sepeda motor baru sedangkan untuk membeli secara tunai harganya tidak terjangkau. Pembelian sepeda motor melalui lembaga pembiayaan akan melibatkan tiga pihak yaitu dealer sepeda motor sebagai pihak yang menjual, pembeli, dan pihak yang membiayai. Dealer adalah suatu badan atau perorangan yang bertugas sebagai tangan distribusi dari produsen kepada konsumen. Pada perdagangan umum disebut juga sebagai agen penjualan, tetapi pada perdagangan saham atau valuta asing, disebut sebagai broker. Pembeli adalah seseorang yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu. Sementara Leasing atau pihak yang membiayai merupakan bentuk setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu Salah satu lembaga pembiayaan sepeda motor yang besar dan mempunyai nama adalah PT. Bussan Auto Finance (BAF) Surakarta sebuah lembaga pembiayaan kredit 2

3 resmi sepeda motor Yamaha. Perkembangan perusahaan pembiayaan ini cukup pesat karena perusahaan ini sangat memperhatikan pelayanan. PT. Bussan Auto Finance (BAF) Surakarta sebagai pemberi kredit resmi sepeda motor Yamaha, selalu berusaha memberikan pelayanan yang paling baik kepada pembeli. Dengan tema Ceria (cepat, ringan, dan aman), PT. Bussan Auto Finance Surakarta memberikan pelayanan dan proses cepat, mulai dari pengajuan kredit, angsuran, sampai dengan pengambilan BPKB (buku pemilik kendaraan bermotor). PT. Bussan Auto Finance (BAF) Surakarta dalam memberikan pelayanan pembiayaan sepeda motor dikuatkan dengan suatu perjanjian pembiayaan yang akan ditandatangani oleh para pihak. Adanya perjanjian tersebut akan menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak. Namun dalam praktek seringkali terjadi Wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian tersebut. PERUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen sepeda motor pada PT. Bussan Auto Finance (BAF) Surakarta? 2. Bagaimana penyelesaian hukum jika wanprestasi terjadi dalam perjanjian pembiayaan? TUJUAN PENELITIAN 1. Mengkaji pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen kendaraan bermotor pada PT. Bussan Auto Finance (BAF) Surakarta. 2. Mengkaji penyelesaian hukum dalam hal terjadi wanprestasi pada pelaksanaan perjanjian tersebut. TINJAUAN PUSTAKA Definisi perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Menanggapi bunyi Pasal 1313 KUHPerdata tersebut R. Setiawan mengemukakan bahwa: a. Perbuatan harus diartikan sebagai pebuatan hukum yaitu perbuatan yang bertujuan untuk menimbulkan akibat hukum. b. Menambahkan perkataan atau saling mengikatkan dirinya dalam Pasal 1313 KUHPerdata. Dengan demikian rumusannya menjadi berikut: Perjanjian adalah suatu 3

4 perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. 1 Menurut R. Setiawan bunyi Pasal 1313 KUHPerdata tersebut kurang sempurna karena yang mengikatkan diri hanya satu pihak sehingga lebih sempurnanya apabila kedua belah pihak yang saling mengikatkan dirinya. Tanggapan Abdulkadir Muhammad terhadap isi Pasal 1313 KUHPerdata adalah sebagai berikut: Ketentuan Pasal ini sebenarnya kurang begitu memuaskan karena ada beberapa kelemahan. Kelemahan-kelemahan yang dimaksudkan yang terdapat pada pengertian perjanjian Pasal 1313 KUHPerdata adalah sebagai berikut: a. Hanya menyangkut sepihak saja b. Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsensus c. Pengertian perjanjian terlalu luas d. Tanpa menyebut tujuan Atas dasar kekurangan dan kelemahan yang dijumpai pada Pasal 1313 KUHPerdata, selanjutnya beliau memberikan rumusan bahwa perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan. 2 Istilah perjanjian atau persetujuan sering dikacaukan dengan istilah perikatan. Hal tersebut disebabkan oleh karena belum adanya keseragaman pendapat diantara para ahli hukum terhadap istilah Verbintenis dan istilah Overeenkomst. Menurut Subekti, suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan karena dua pihak itu bersetuju untuk melakukan suatu sesuai yang dikehendaki oleh para pihak dalam perjanjian tersebut. Dapat disimpulkan bahwa dua peristilahan (perjanjian dan persetujuan) itu adalah sama artinya. 3 Subekti merumuskan perjanjian sebagai suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. 4 Perjanjian pembiayaan juga seperti perjanjian pada umumnya yaitu terdapat para pihak yang saling mengikatkan diri untuk melakukan suatu kegiatan pembiayaan yang merupakan kegiatan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan 1 R. Setiawan, 1979, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bandung: Binacipta, hal Abdulkadir Muhammad, 1992, Hukum Perikatan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, hal Subekti, 1987, Hukum Perjanjian, Cetakan ke XI, Jakarta: PT. Intermasa, hal. 1 4 Ibid, hal. 1 4

5 pembayaran secara angsuran. Kegiatan pembiayaan dilakukan dalam bentuk penyediaan jasa untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran. Pembiayaan kebutuhan konsumen dapat berupa: Pembiayaan kendaraan bermotor, Pembiayaan alat-alat rumah tangga, Pembiayaan barang-barang elektronik dan Pembiayaan perumahan. Adanya perjanjian pembiayaan juga akan menimbulkan suatu akibat hukum yaitu timbulnya hak dan kewajiban diantara masing-masing pihak yaitu pihak lembaga pembiayaan dan pihak penerima fasilitas pembiayaan. Obyek dalam perjanjian pembiayaan adalah pihak yang mendapat beban kewajiban yang harus dilaksanakan dalam perjanjian yang mereka buat, biasanya disebut dengan debitur, dan pihak yang mendapatkan hak-hak atas pelaksanaan kewajiban itu yang biasa disebut dengan kreditur. Menurut Pasal 6 ayat (1) Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, bahwa kegiatan Pembiayaan Konsumen dilakukan dalam bentuk penyediaan dana untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembiayaan secara angsuran. Dengan demikian yang dapat menjadi obyek dari pembiayaan konsumen sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (2) Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan antara lain adalah: Kendaraan bermotor, Alatalat rumah tangga, Barang-barang elektronik dan Perumahan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah yuridis sosiologis. Dikatakan yuridis sosiologis karena dari segi yuridis penulis ingin mengetahui wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen kendaraan bermotor pada PT. Bussan Auto Finance (BAF) Surakarta ditinjau dari hukum perjanjian seperti diatur KUHPerdata sedangkan dari segi sosiologis dilakukan dengan meneliti gejala-gejala yang timbul dalam masyarakat yaitu dengan konsumen yang melakukan wanprestasi. Penelitian ini bersifat deskriptif. Menurut Soerjono Soekanto peneliti deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. 5 Penelitian ini bersifat deskriptif karena memberikan gambaran secara nyata mengenai keadaan atau gejala yaitu tentang penyelesaian wanprestasi dalam pembiayaan sepeda motor pada PT. Bussan Auto Finance (BAF) Surakarta Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif karena data yang diperlukan berbentuk informasi, uraian maupun penjelasan. Analisis kualitatif adalah suatu cara 5 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press, hal. 10 5

6 analisis penelitian yang menghasilkan data deskriptif baik secara lesan maupun tulisan dan perilakunya yang nyata diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. 6 Data yang terkumpul selama penelitian akan mengalami proses penyaringan data yang bertujuan untuk mempertegas, memperpendek dan membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting yang muncul dari catatan dan pengumpulan data. Data yang telah direduksi tersebut selanjutnya disajikan sehingga berbentuk sekumpulan informasi sehingga pada akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Sepeda Motor pada PT. Bussan Auto Finance (BAF) Surakarta Perjanjian pembiayaan sepeda motor terjadi sejak terjadinya kesepakatan antara para pihak. Pembiayaan melalui PT. BAF Surakarta merupakan pembiayaan resmi dari sepeda motor Yamaha yang bertujuan membantu konsumen sepeda motor Yamaha yang tidak mampu membeli secara tunai. Setelah persyaratan diajukan, pihak Dealer akan menghubungi PT. BAF Surakarta menyerahkan persyaratan dari pembeli. Setelah disetujui maka terdapat kesepakatan perjanjian yang dibuat oleh PT. BAF Surakarta kepada pembeli sehingga kedudukan PT. BAF Surakarta menjadi pemberi fasilitas dan pembeli menjadi penerima fasilitas. Sepeda motor menjadi barang jaminan dalam pembiayaan tersebut sehingga PT. BAF Surakarta menyimpan BPKB sebagai bukti kepemilikan kendaraan bermotor dan diserahkan setelah pelunasan angsuran. Para pihak dalam hal ini pembiayaan konsumen ini telah terikat dalam perjanjian pembiayaan sejak ditandatangani perjanjian pembiayaan konsumen. Pelaksanaan perjanjian konsumen pada PT. Bussan Auto Finance (BAF) cabang Surakarta dimulai dengan penyerahan persyaratan dari konsumen seperti telah ditentukan PT. Bussan Auto Finance (BAF) Surakarta yang meliputi Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP), Foto copy Kartu Keluarga (KK), dan Foto copy Rekening Listrik, maka pihak surveyor akan melihat kondisi calon penerima fasilitas untuk mengetahui tingkat kesanggupan dan kemampuan dalam mengembalikan pinjaman. Setelah dinilai mampu dan permohonan pembiayaan disetujui selanjutnya besarnya nilai pembiayaan dalam rupiah dituangkan 6 Soerjono Soekanto, Op.Cit, hal

7 dalam perjanjian pembiayaan konsumen. Perjanjian dibuat rangkap 4 dengan aslinya masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama dan berlaku sejak tanggal ditandatanganinya perjanjian pembiayaan oleh kedua belah pihak. Para pihak akan mendapatkan surat perjanjian ini karena surat perjanjian ini sekaligus surat perjanjian tersebut digunakan sebagai alat kwitansi atau tanda bukti penerimaan yang sah. Berdasarkan hasil penelitian penulis di PT. BAF cabang Surakarta diketahui bahwa tata cara pembayaran dalam perjanjian pembiayaan konsumen dilakukan dengan cara mengangsur dengan tertib dan teratur sesuai jadwal pembayaran angsuran dengan tanpa terlebih dahulu dilakukan penagihan oleh PT. BAF Surakarta. Setiap keterlambatan pembayaran angsuran hutang, maka penerima fasilitas akan dikenai denda keterlambatan sebesar 5 per 1000 perhari dari jumlah angsuran yang telah jatuh tempo tetapi belum dibayar. Tata cara pembayaran angsuran dilakukan oleh konsumen dengan tertib dan teratur sesuai jadwal pembayaran angsuran tanpa terlebih dahulu dilakukan penagihan oleh pihak BAF. Pembayaran dapat dilakukan pada hari kerja pada PT. BAF cabang Surakarta. Isi perjanjian pembiayaan konsumen antara PT. BAF Surakarta dengan konsumen antara lain sebagai berikut: Identitas para pihak yaitu PT. Bussan Auto Finance (BAF) Surakarta dan identitas konsumen PT. Bussan Auto Finance (BAF) Surakarta adalah lembaga pembiayaan yang memberikan fasilitas pembiayaan kepada penerima fasilitas untuk membeli sepeda motor dari penjual. Penjual yang dimaksud dalam perjanjian ini adalah dealer resmi Yamaha yang melakukan penjualan sepeda motor Yamaha. Pengertian dari fasilitas pembiayaan adalah jumlah keseluruhan pokok hutang yang diberikan PT. BAF Surakarta kepada penerima fasilitas untuk pembelian sepeda motor. Pasal 1 perjanjian pembiayaan konsumen PT. BAF Surakarta, mengatur tentang barang konsumsi dalam hal ini adalah sepeda motor merek Yamaha dengan tipe tertentu yang dijelaskan secara rinci. Pada pasal ini PT. BAF menyetujui untuk memberikan fasilitas pembiayaan kepada penerima fasilitas. Pasal 2 Perjanjian Pembiayaan Konsumen PT. BAF Surakarta, mengatur tentang fasilitas pembiayaan dan hutang. PT. BAF Surakarta meminjamkan kepada konsumen sejumlah uang yang telah disepakati bersama untuk membayar lunas dalam hal ini adalah sepeda motor merek Yamaha kepada penjual. Dalam pasal ini juga dijelaskan secara rinci pengakuan hutang penerima fasilitas mulai dari harga kendaraan, uang muka yang dibayarkan, premi asuransi yang dibayar, biaya administrasi, bunga yang 7

8 harus dibayar beserta total keseluruhan hutang yang harus dibayar. Pasal 3 Perjanjian pembiayaan konsumen PT. BAF Surakarta, mengatur tentang pembayaran kembali hutang. Konsumen dengan perjanjian ini mengikatkan diri kepada PT. BAF Surakarta untuk membayar kembali hutang kepada PT. BAF Surakarta sampai lunas dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama sesuai dengan pembayaran angsuran, diatur juga besaran angsuran yang harus dibayar beserta batas waktu maksimal pembayaran tiap bulannya. Hal-hal yang diatur secara rinci dalam Pasal 3 ini adalah sebagai berikut: Konsumen wajib membayar setiap angsuran secara teratur tanpa harus terlebih dahulu ditagih oleh PT. BAF Surakarta. Keterlambatan pembayaran angsuran dikenakan denda sebesar 5/1000 (lima per mil) per hari yang dihitung berdasarkan angsuran yang terlambat. Menurut penulis denda sebesar ini terlalu tinggi, namun disisi lain membuat konsumen akan patuh. Pembayaran angsuran dapat dilakukan secara tunai, pendebetan rekening penerima fasilitas pada bank yang disetujui atau ditunjuk PT. BAF Surakarta, cek atau bilyet giro atas nama PT. BAF Surakarta, atau cara lain yang disetujui PT. BAF Surakarta. Pembayaran dengan cek atau bilyet giro dianggap sah apabila telah dicairkan atau dipindahbukukan atau diterima seluruhnya dalam rekening PT. BAF Surakarta. Konsumen wajib membayar seluruh jumlah hutang dan karenanya PT. BAF Surakarta akan menerima bersih seluruh jumlah hutang dan kewajiban lainnya pada saat berakhirnya perjanjian ini tanpa adanya kompensasi, pengurangan atau pemotongan apapun bentuk dan sifatnya. Jika tanggal pembayaran angsuran jatuh pada hari libur (bukan hari kerja), pembayaran angsuran wajib dilakukan pada hari kerja sebelum tanggal tersebut. Menurut penulis ini menguntungkan pihak PT. BAF Surakarta selaku kreditur, namun karena ini sudah diperjanjikan didepan, konsumen selaku debitur harus mentaatinya. Konsumen dapat melakukan percepatan pelunasan pembayaran hutang dengan pemberitahuan tertulis selambat-lambatnya dua hari sebelum tanggap percepatan pelunasan tersebut. Terhadap percepatan pelunasan yang dilakukan, penerima fasilitas diberikan pengurangan biaya sebesar tujuh persen dari sisa pokok hutang. Pasal 4 Perjanjian pembiayaan konsumen PT. BAF Surakarta, mengatur tentang pemberian kuasa menjaminkan secara fidusia. Untuk menjamin kepastian pembayaran hutang konsumen secara tepat waktu sesuai dengan jadwal pembayaran angsuran yang telah disepakati, maka konsumen setuju dan dengan itikad baik menyatakan bersedia menyerahkan hak milik secara fidusia atas sepeda motor dengan nilai penjaminan pada 8

9 tanggal perjanjian sebesar jumlah hutang atau jumlah lain yang ditentukan di kemudian hari berdasarkan perjanjian ini dan karenanya member kuasa menjaminkan secara fidusia dengan hak substitusi kepada PT. BAF Surakarta, kuasa mana telah diterima dengan baik oleh pemberi fasilitas untuk dan atas nama serta mewakili konsumen untuk menghadap notaris guna menandatangani akta jaminan fidusia yang akan dibuat di kemudian, serta surat-surat/akta-akta lain yang diperlukan sehubungan dengan perjanjian ini, termasuk meminta dan atau member keterangan sehubungan dengan keperluan tersebut. Pasal 5 Perjanjian pembiayaan konsumen PT. BAF Surakarta, mengatur tentang ketentuan lain. Ketentuan ini mengatur antara lain: Konsumen tunduk pada perjanjian ini berikut syaratsyarat perjanjian, berlaku sejak tanggal pencairan fasilitas dan berakhir sampai seluruh kewajiban konsumen diselesaikan seluruhnya. Segala perselisihan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan perjanjian, pemberi fasilitas dan konsumen setuju memilih domisili hukum yang ditunjuk oleh pemberi fasilitas. Segala sesuatu yang belum cukup diatur dalam perjanjian ini diatur atau akan diatur kemudian, baik dalam surat-surat, maupun dalam perjanjian-perjanjian tambahan yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan perjanjian ini. Penyelesaian Hukum Jika Wanpresrasi Terjadi Dalam Perjanjian Pembiyaan Terjadinya pembiayaan yang dilakukan oleh PT. BAF Surakarta selaku pemberi fasilitas kepada konsumen yang berkedudukan sebagai konsumen telah diikat dalam suatu perjanjian yang disepakati oleh para pihak. Sehubungan dengan kesepakatan tersebut maka pihak telah terikat perjanjian sehingga mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Meskipun telah diatur dalam kesepakatan tidak jarang salah satu pihak tidak memenuhi isi perjanjian sehingga merupakan masalah yang harus diselesaikan menurut peraturan hukum yang berlaku. Salah satu pihak yang tidak memenuhi apa yang telah diperjanjikan dalam istilah hukum perdata sering disebut dengan wanprestasi atau kelalaian atau ingkar janji. Wanprestasi merupakan suatu permasalahan yang paling sering timbul dalam perjanjian. Wanprestasi dianggap terjadi apabila suatu keadaan yaitu konsumen atau konsumen lalai atau tidak memenuhi satu atau lebih kewajiban sebagaimana ditentukan dalam perjanjian atau tidak melakukan pembayaran angsuran hutang pembiayaan pada tanggal jatuh tempo angsuran. Wanprestasi dalam pembiayaan sepeda motor oleh PT. BAF Cabang Surakarta antara lain sebagai berikut: 1) Konsumen tidak membayar angsuran 9

10 pertama yang telah jatuh tempo selama 4 hari atau tidak membayar angsuran selama 2 bulan berturut-turut (tidak melakukan prestasi sama sekali). 2) Sepeda motor dialihkan baik sebagian atau seluruhnya tanpa persetujuan tertulis dahulu dari pemberi fasilitas termasuk tidak terbatas membiayai sepeda motor secara bersama-sama atau sepeda motor hilang atau dicuri, termasuk tidak terbatas pada pencurian yang didahului atau disertai atau diikuti dengan kekerasan ataupun ancaman dengan kekerasan, musnah atau rusak berat atau terbakar atau pada prinsipnya jika resiko yang dipertanggungjawabkan di dalam pertanggungan asuransi sepeda motor terjadi (melakukan prestasi yang keliru). 3) Konsumen lalai dalam melaksanakan kewajibannya atau syarat-syarat yang ditentukan dalam perjanjian pembiayaan (terlambat melakukan prestasi). 4) Konsumen tidak dapat membayar salah satu kewajiban kepada debitur lain ketika kewajiban tersebut menjadi jatuh tempo dan terhutang (tidak melakukan prestasi sama sekali). 5) Jika menurut pertimbangan pemberi fasilitas, konsumen karena sebab-sebab keadaan keuangannya, tidak mampu memenuhi kewajibannya yang ditetapkan dalam perjanjian (tidak melakukan prestasi sama sekali). 6) Konsumen melaksanakan, mengijinkan atau memperbolehkan dilakukannya penyimpangan, pelanggaran terhadap barang konsumsi yang akan membahayakan keberadaan barang konsumsi (melakukan prestasi yang keliru). Terjadinya wanprestasi oleh konsumen tersebut merupakan salah satu sebab berakhirnya perjanjian antara PT. BAF Surakarta selaku pemberi fasilitas dan konsumen selaku konsumen. Dengan berakhirnya perjanjian tersebut maka PT. BAF Surakarta selaku pemberi fasilitas berhak menuntut pelunasan kepada konsumen secara seketika dan sekaligus beserta denda jika ada termasuk semua biaya atau kerugian yang diderita oleh pemberi fasilitas. Konsumen wajib dengan itikad baik menyerahkan sepeda motor kepada pemberi fasilitas. Dalam hal terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh konsumen langkah yang diambil oleh PT. BAF Surakarta adalah sebagai berikut: 1) Menjual obyek jaminan tersebut melalui pelelangan di muka umum, atau melalui penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan konsumen/ pemberi jaminan. 2) PT. BAF Surakarta selaku pemberi fasilitas berhak menyerahkan barang yang dijualnya kepada pembeli dan mengkompensasikan uang harga penjualan yang diterima itu dengan semua apa yang wajib dibayar oleh konsumen kepada pemberi fasilitas jaminan, akan tetapi dengan kewajiban bagi pemberi fasilitas untuk menyerahkan sisa uang penjualannya kepada konsumen 10

11 jaminan, dengan tidak ada kewajiban bagi pemberi fasilitas untuk membayar bunga atau ganti kerugian kepada PT. BAF Surakarta mengenai sisa harga penjualan itu, dan selanjutnya PT. BAF Surakarta berhak melakukan segala sesuatu yang dipandang perlu dan berguna dalam rangka penjualan obyek jaminan tersebut dengan tidak ada satupun yang dikecualikan. 3) Apabila hasil penjualan obyek jaminan tersebut tidak mencukupi untuk melunasi semua apa yang wajib dibayar oleh konsumen atau konsumen jaminan kepada PT. BAF Surakarta maka konsumen tetap terikat membayar lunas sisa uang yang masih harus dibayar pemberi jaminan kepada penerima jaminan. 4) Konsumen memberitahukan tentang pembayaran yang harus dilakukan dengan konsekuensi memberikan denda. 5) Lembaga pemberi fasilitas memberikan tenggang waktu kepada konsumen untuk memenuhi kewajibannya. 6) Penyimpangan itu dibenarkan asalkan demi menjaga keadaan barang konsumsi tersebut. Upaya mengatasi permasalahan yang timbul akibat wanprestasi atau kelalaian yang dilakukan oleh konsumen, langkah yang dilakukan PT. BAF Surakarta adalah dengan menjual barang jaminan untuk dikompensasikan dalam pelunasan hutang. Hal tersebut diikat dalam perjanjian pemberian fidusia yang berisi mengenai ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang harus disepakati oleh para pihak yaitu konsumen dan pemberi fasilitas. Penyelesaian terhadap wanprestasi yang dilakukan PT. BAF Surakarta dalam pembiayaan konsumen sepeda motor Yamaha adalah dengan mengambil alih sepeda motor yang berada di tangan konsumen dimanapun berada tanpa membutuhkan putusan atau penetapan pengadilan atau tanpa dilakukan oleh juru sita pengadilan. Selanjutnya sepeda motor tersebut dijual kepada pihak ketiga dan uang hasil penjualan akan digunakan untuk membayar seluruh hutang konsumen berikut denda dan biaya lain yang terkait. Penulis berpendapat, bila konsumen wanprestasi dengan penyelesaian PT. BAF Surakarta menjual sepeda motor sebagai barang jaminan mestinya harga penjualan yang wajar sehingga jika ada kelebihan setelah dikurangi untuk pelunasan hutangnya, konsumen dapat mendapatkan haknya dari kelebihan tesebut. Hal ini untuk mewujudkan rasa keadilan. KESIMPULAN Pelaksanaan perjanjian pembiayaan sepeda motor pada PT. BAF Surakarta terjadi sejak ditandatanganinya perjanjian pembiayaan konsumen oleh para pihak yaitu PT. BAF Surakarta selaku pihak pemberi fasilitas dan konsumen selaku penerima fasilitas. Lahirnya 11

12 perjanjian pembiayaan konsumen tersebut membawa konsekuensi adanya hak dan kewajiban para pihak. PT. BAF Surakarta selaku pemberi fasilitas berhak menerima angsuran pembayaran setiap bulan sesuai kesepakatan sampai dengan berakhirnya perjanjian disebabkan pelunasan pembayaran. Konsumen selaku penerima fasilitas berhak mendapatkan barang konsumsi berupa sepeda motor merek Yamaha. Perjanjian berakhir dengan lunasnya seluruh hutang penerima fasilitas dan hilangnya atau musnahnya sepeda motor akan tetapi tidak menghilangkan kewajiban pelunasan hutang bahkan wajib melunasi semua sisa hutang seketika pada saat itu. Penyelesaian hukum jika Wanprestasi terjadi dalam perjanjian pembiayaan berupa konsumen tidak sanggup atau lalai memenuhi kewajiban berupa pelunasan hutang maka PT. BAF Surakarta berhak menyita barang jaminan selanjutnya dijual sebagai pelunasan beban hutang. Apabila masih belum mencukupi maka konsumen masih dibebani tanggung jawab untuk melakukan pelunasan sisa hutang. DAFTAR PUSTAKA Abdulkadir Muhammad, 1992, Hukum Perikatan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. A Qiron Syamsudin Meliala, 1986, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya, Yogyakarta: Liberty. Handari Nawawi, 1993, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Khotibul Umam, 2010, Hukum Lembaga Pembiayaan, Yogyakarta: Pustaka Yustisia. Shidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta: Grasindo. Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press. Subekti, 1987, Hukum Perjanjian, Cetakan Ke XI, Jakarta: PT. Intermasa. R. Setiawan, 1979, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bandung: Binacipta. Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan. Peraturan Menteri Keuangan No. 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan. 12

PERJANJIAN PINJAMAN. (Pemberi Pinjaman dan Penerima Pinjaman selanjutnya secara bersama disebut sebagai Para Pihak )

PERJANJIAN PINJAMAN. (Pemberi Pinjaman dan Penerima Pinjaman selanjutnya secara bersama disebut sebagai Para Pihak ) PERJANJIAN PINJAMAN Perjanjian pinjaman ini ( Perjanjian ) dibuat pada hari dan tanggal yang disebutkan dalam Lampiran I Perjanjian ini, oleh dan antara: 1. Koperasi Sahabat Sejahtera Anda, suatu koperasi

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT PERJANJIAN KREDIT Yang bertanda tangan di bawah ini : I. ------------------------------------- dalam hal ini bertindak dalam kedudukan selaku ( ------ jabatan ------- ) dari

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 44 BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 4.1 Kedudukan Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Perjanjian yang akan dianalisis di dalam penulisan skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu berusaha untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Hal ini menyebabkan setiap manusia di dalam kehidupannya senantiasa melakukan berbagai

Lebih terperinci

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi diperlukan peran serta lembaga keuangan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman negara Indonesia telah banyak perkembangan yang begitu pesat, salah satunya adalah dalam bidang pembangunan ekonomi yang dimana sebagai

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN

SYARAT DAN KETENTUAN SYARAT DAN KETENTUAN 1. DEFINISI (1) Bank adalah PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk., yang berkantor pusat di Bandung, dan dalam hal ini bertindak melalui kantor-kantor cabangnya, meliputi kantor cabang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Di dalam Buku III KUH Perdata mengenai hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis

Lebih terperinci

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor Menurut sistem terbuka yang mengenal adanya asas kebebasan berkontrak

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi 142 PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT Deny Slamet Pribadi Dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Samarinda ABSTRAK Dalam perjanjian keagenan

Lebih terperinci

Awal/Kepala Akta Perjanjian Kredit

Awal/Kepala Akta Perjanjian Kredit SKRIPSI HUKUM PIDANA Akta Perjanjian Kredit - Author: Swante Adi Krisna Akta Perjanjian Kredit Oleh: Swante Adi Krisna Tanggal dipublish: 18 Jan 2017 (one month ago) Tanggal didownload: 28 Feb 2017, Pukul

Lebih terperinci

1 KETENTUAN MENDAPATKAN FASILITAS PINJAMAN

1 KETENTUAN MENDAPATKAN FASILITAS PINJAMAN PERJANJIAN PINJAMAN Perjanjian pinjaman ini ( Perjanjian ) dibuat pada hari [masukan hari penandatanganan] tanggal [masukkan tanggal penandantangan], oleh dan antara: 1. Koperasi Mapan Indonesia, suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia kodratnya adalah zoon politicon, yang merupakan makhluk sosial. Artinya bahwa manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan saling berinteraksi.

Lebih terperinci

Contoh Perjanjian Leasing

Contoh Perjanjian Leasing Contoh Perjanjian Leasing Draft Leasing Perjanjian ini dibuat pada hari ini kamis tanggal 19 bulan april tahun 2009 antara : 1. Nama : M.Ridha Ulhaq Jabatan : Direktur PT ASOE NANGGROE FINANCE Alamat :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT A. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan

Lebih terperinci

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit Kehadiran bank dirasakan semakin penting di tengah masyarakat. Masyarakat selalu membutuhkan

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT Syarat dan Ketentuan Dana Bantuan Sahabat ini berlaku bagi Nasabah Dana Bantuan Sahabat yang sebelumnya adalah Nasabah aktif ANZ Personal Loan pada saat produk

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR SURAT PERJANJIAN JUAL BELI SEPEDA MOTOR (SECARA ANGSURAN) Nomer: ---------------------------------- Kami yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : ----------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM A. Segi-segi Hukum Perjanjian Mengenai ketentuan-ketentuan yang mengatur perjanjian pada umumnya terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada Buku

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT Living, Breathing Asia SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT Syarat dan Ketentuan Dana Bantuan Sahabat ini berlaku bagi Nasabah yang permohonan Dana Bantuan Sahabat telah disetujui. Harap membaca Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu menunjukkan arah untuk menyatukan ekonomi global, regional ataupun lokal, 1 serta dampak terhadap

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN (SPPJB)

CONTOH SURAT PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN (SPPJB) CONTOH SURAT PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN (SPPJB) Pada hari ini ( ) tanggal [( ) ( tanggal dalam huruf )] ( bulan dalam huruf ) tahun [( ) ( tahun dalam huruf )], kami yang bertanda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan 22 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan 2.1.1 Pengertian Lembaga Pembiayaan Istilah lembaga pembiayaan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENANGGUNGAN ( BORGTOCHT ) DALAM PERJANJIAN KREDIT. ( Studi Kasus di PD. BPR BANK PASAR Kabupaten Boyolali )

PELAKSANAAN PENANGGUNGAN ( BORGTOCHT ) DALAM PERJANJIAN KREDIT. ( Studi Kasus di PD. BPR BANK PASAR Kabupaten Boyolali ) SKRIPSI PELAKSANAAN PENANGGUNGAN ( BORGTOCHT ) DALAM PERJANJIAN KREDIT ( Studi Kasus di PD. BPR BANK PASAR Kabupaten Boyolali ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Serta Syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara

Lebih terperinci

KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB

KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB Form.# Tgl. R Halaman 1 dari 8 Pasal 1 Letak 1.1. Pengembang dengan ini berjanji dan mengikatkan dirinya sekarang dan untuk kemudian pada waktunya menjual dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, oleh karenanya manusia itu cenderung untuk hidup bermasyarakat. Dalam hidup bermasyarakat ini

Lebih terperinci

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Akibat Hukum dari Wanprestasi yang Timbul dari Perjanjian Kredit Nomor 047/PK-UKM/GAR/11 Berdasarkan Buku III KUHPERDATA Dihubungkan dengan Putusan Pengadilan Nomor

Lebih terperinci

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C. PROSES PELAKSANAAN SITA PENYESUAIAN TERHADAP BARANG TIDAK BERGERAK YANG DIAGUNKAN ATAU DIJAMINKAN DI BANK SWASTA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan yang ada di masyarakat sangat beraneka ragam. selain kebutuhan sandang dan pangan, kebutuhan akan perumahan

Lebih terperinci

SYARAT-SYARAT PERJANJIAN PEMBIAYAAN DENGAN PENYERAHAN. memenuhi seluruh kewajiban yang telah ditentukan oleh Kreditur.

SYARAT-SYARAT PERJANJIAN PEMBIAYAAN DENGAN PENYERAHAN. memenuhi seluruh kewajiban yang telah ditentukan oleh Kreditur. SYARAT-SYARAT PERJANJIAN PEMBIAYAAN DENGAN PENYERAHAN HAK MILIK SECARA FIDUCIA. 1. Debitor memberi kuasa yang tidak dapat dicabut kembali kepada Kreditor untuk dan atas nama serta guna kepentingan Debitor,

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJASAMA PEMBERIAN KREDIT USAHA KECIL (KUK) ANTARA PT BANK SKR JRENG DENGAN PT SKR JOS FINANCE. Nomor...

PERJANJIAN KERJASAMA PEMBERIAN KREDIT USAHA KECIL (KUK) ANTARA PT BANK SKR JRENG DENGAN PT SKR JOS FINANCE. Nomor... PERJANJIAN KERJASAMA PEMBERIAN KREDIT USAHA KECIL (KUK) ANTARA PT BANK SKR JRENG DENGAN PT SKR JOS FINANCE Nomor... Yang bertanda tangan dibawah ini: ----------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth Syarat dan Ketentuan Umum untuk Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth 1. Definisi Syarat dan Ketentuan Umum ANGSURAN adalah suatu

Lebih terperinci

PERJANJIAN KREDIT MODAL KERJA. Nomor: 114/VI.PKMK/A /28/11/2012 ANTARA PT.BANK MANDIRI DENGAN PT.SERJO COAL SEJAHTERA

PERJANJIAN KREDIT MODAL KERJA. Nomor: 114/VI.PKMK/A /28/11/2012 ANTARA PT.BANK MANDIRI DENGAN PT.SERJO COAL SEJAHTERA 94 PERJANJIAN KREDIT MODAL KERJA Nomor: 114/VI.PKMK/A13-0233/28/11/2012 ANTARA PT.BANK MANDIRI DENGAN PT.SERJO COAL SEJAHTERA Pada hari ini, Rabu, tanggal 28 November 2012, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Arisan Motor Plus

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Arisan Motor Plus 34 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Arisan Motor Plus Hak ialah sesuatu yang diperoleh dari pihak lain dengan kewenangan menuntut jika tidak dipenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Listrik merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Sejak adanya listrik manusia mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, yang menonjol adalah

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN FASILITAS DANA BANTUAN SAHABAT

SYARAT DAN KETENTUAN FASILITAS DANA BANTUAN SAHABAT SYARAT DAN KETENTUAN FASILITAS DANA BANTUAN SAHABAT Syarat dan Ketentuan Fasilitas Dana Bantuan Sahabat ( Syarat dan Ketentuan Umum ) ini berlaku bagi Nasabah yang permohonan Fasilitas Dana Bantuan Sahabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan paling pokok dalam kehidupan manusia. Rumah sebagai tempat berlindung dari segala cuaca sekaligus sebagai tempat tumbuh kembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya perekonomian di suatu Negara merupakan salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

POTENSI KEJAHATAN KORPORASI OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN DALAM JUAL BELI KENDARAAN SECARA KREDIT Oleh I Nyoman Gede Remaja 1

POTENSI KEJAHATAN KORPORASI OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN DALAM JUAL BELI KENDARAAN SECARA KREDIT Oleh I Nyoman Gede Remaja 1 POTENSI KEJAHATAN KORPORASI OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN DALAM JUAL BELI KENDARAAN SECARA KREDIT Oleh I Nyoman Gede Remaja 1 Abstrak: Klausula perjanjian dalam pembiayaan yang sudah ditentukan terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Salah satu tantangan terbesar bagi hukum di Indonesia adalah terus berkembangnya perubahan di dalam masyarakat yang membutuhkan perhatian dan pengaturan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. ADIRA FINANCE. perusahaan pembiayaan non-bank (multi finance).

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. ADIRA FINANCE. perusahaan pembiayaan non-bank (multi finance). BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. ADIRA FINANCE A. Gambaran Umum PT Adira Finance PT Adira Dinamika Multi Finance, Tbk (Adira Finance) adalah sebuah perusahaan pembiayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemberian Kredit kepada masyarakat dilakukan melalui suatu perjanjian kredit antara pemberi dengan penerima kredit sehingga terjadi hubungan hukum antara keduanya. Seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pembiayaan (finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pembiayaan (finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Dalam perkembangan bisnis dan usaha dana merupakan salah satu sarana penting dalam rangka pembiayaan. Kalangan perbankan selama ini diandalkan sebagai satu-satunya

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN UMUM PEMBERIAN FASILITAS KREDIT RUMAH

SYARAT DAN KETENTUAN UMUM PEMBERIAN FASILITAS KREDIT RUMAH SYARAT DAN KETENTUAN UMUM PEMBERIAN FASILITAS KREDIT RUMAH SYARAT DAN KETENTUAN UMUM PEMBERIAN FASILITAS KREDIT RUMAH Syarat dan ketentuan umum pemberian fasilitas kredit rumah ini merupakan syarat-syarat

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015 PEMBERLAKUAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK MENURUT HUKUM PERDATA TERHADAP PELAKSANAANNYA DALAM PRAKTEK 1 Oleh : Suryono Suwikromo 2 A. Latar Belakang Didalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan selalu

Lebih terperinci

BAB III WANPRESTASI TERHADAP OBJEK JAMINAN YANG DISITA SEBAGAI BARANG BUKTI OLEH PIHAK KEPOLISIAN

BAB III WANPRESTASI TERHADAP OBJEK JAMINAN YANG DISITA SEBAGAI BARANG BUKTI OLEH PIHAK KEPOLISIAN BAB III WANPRESTASI TERHADAP OBJEK JAMINAN YANG DISITA SEBAGAI BARANG BUKTI OLEH PIHAK KEPOLISIAN A. Pelaksanaan Perjanjian Pembiyaan Konsumen Pada PT. Federal International Finance Cabang Yogyakarta 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya modal dalam mengembangkan unit usaha yang sedang dijalankan,

BAB I PENDAHULUAN. adanya modal dalam mengembangkan unit usaha yang sedang dijalankan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, seiring dengan pertumbuhan perekonomian yang terjadi, kebutuhan masyarakat atas barang atau jasa semakin meningkat sekaligus bervariasi. Hal ini

Lebih terperinci

AKAD/PERJANJIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH

AKAD/PERJANJIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH Halaman 1/15 Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Yang bertanda tangan dibawah ini: PERJANJIAN ANTARA PT DANA SYARIAH INDONESIA DAN Nomor. I. PT Dana Syariah Indonesia, berkedudukan

Lebih terperinci

Syarat dan Ketentuan Umum PermataKTA

Syarat dan Ketentuan Umum PermataKTA Syarat dan Ketentuan Umum PermataKTA Syarat dan Ketentuan Umum (selanjutnya disebut SKU ) merupakan perjanjian yang sah dan mengikat Nasabah dan Bank. Nasabah dan Bank sepakat untuk mengikatkan diri pada

Lebih terperinci

PERJANJIAN PENANAMAN MODAL USAHA PENGOLAHAN LIMBAH KERTAS

PERJANJIAN PENANAMAN MODAL USAHA PENGOLAHAN LIMBAH KERTAS PERJANJIAN PENANAMAN MODAL USAHA PENGOLAHAN LIMBAH KERTAS Antara Penanam Modal BFC Wikusama Dengan Putra Anggara PERJANJIAN PENANAMAN MODAL USAHA PENGOLAHAN LIMBAH KERTAS Antara Penanam Modal BFC-Wikusama

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR *

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR * PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR * Oleh Swandewi ** I Made Sarjana *** I Nyoman Darmadha **** Bagian

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA KRISNA FINANCE SURAKARTA

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA KRISNA FINANCE SURAKARTA PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA KRISNA FINANCE SURAKARTA HARTINI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SURAKARTA ABSTRAK: Salah satu bentuk perjanjian adalah perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi perekonomian tersebut tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering kita mendapati perbuatan hukum peminjaman uang antara dua orang atau lebih. Perjanjian yang terjalin antara dua orang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang melindungi, memberi rasa aman, tentram dan tertib untuk mencapai kedamaian dan keadilan setiap orang.

Lebih terperinci

PERJANJIAN KREDIT No:

PERJANJIAN KREDIT No: LAMPIRAN Lampiran 1 PERJANJIAN KREDIT No: Pada hari ini Berhadapan dengan saya, [ ] notaris di [ ] dengan dihadiri saksi - saksi yang telah saya kenal, notaris kenal, dan yang nama - namanya akan disebutkan

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017. TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DALAM PERJANJIAN SEWA-BELI KENDARAAN BERMOTOR 1 Oleh : Febrian Valentino Musak 2

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017. TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DALAM PERJANJIAN SEWA-BELI KENDARAAN BERMOTOR 1 Oleh : Febrian Valentino Musak 2 TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DALAM PERJANJIAN SEWA-BELI KENDARAAN BERMOTOR 1 Oleh : Febrian Valentino Musak 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana konsep Perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakan oleh manusia atau mesin. Transportasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya 1. Pembiayaan Konsumen Pembiayaan konsumen merupakan salah satu model pembiayaan yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat, bangsa Indonesia telah melakukan pembangunan untuk mewujudkan tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarat yang

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI PT. HARPINDO JAYA SEMARANG

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI PT. HARPINDO JAYA SEMARANG BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI PT. HARPINDO JAYA SEMARANG A. Profil PT. Harpindo Jaya Semarang PT. Harpindo Jaya Semarang merupakan sebuah perusahaan swasta yang didirikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan Pembangunan Nasional, peranan pihak swasta dalam kegiatan pembangunan semakin ditingkatkan juga. Sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia adalah negara berkembang yang senantiasa melakukan pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di segala bidang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensial, yaitu bank. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensial, yaitu bank. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah lembaga pembiayaan mungkin belum sepopuler dengan istilah lembaga keuangan dan lembaga perbankan. Belum akrabnya dengan istilah ini bisa jadi karena dilihat

Lebih terperinci

PERLAKUAN BANK MUAMALAT INDONESIA TERHADAP PEMBAYARAN KLAIM MUSNAHNYA BARANG JAMINAN DEBITUR OLEH PIHAK ASURANSI Sigit Somadiyono, SH.

PERLAKUAN BANK MUAMALAT INDONESIA TERHADAP PEMBAYARAN KLAIM MUSNAHNYA BARANG JAMINAN DEBITUR OLEH PIHAK ASURANSI Sigit Somadiyono, SH. PERLAKUAN BANK MUAMALAT INDONESIA TERHADAP PEMBAYARAN KLAIM MUSNAHNYA BARANG JAMINAN DEBITUR OLEH PIHAK ASURANSI Sigit Somadiyono, SH., MH 1 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap perlakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang pekoperasian pada Pasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang pekoperasian pada Pasal II. TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Koperasi 1. Pengertian dan Dasar Hukum Koperasi Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang pekoperasian pada Pasal 1 Ayat 1, pengertian koperasi adalah badan

Lebih terperinci

PENGAKUAN HUTANG. Nomor : Pada hari ini, Kamis tanggal (duapuluh lima Juni duaribu Pukul

PENGAKUAN HUTANG. Nomor : Pada hari ini, Kamis tanggal (duapuluh lima Juni duaribu Pukul PENGAKUAN HUTANG Nomor : Pada hari ini, Kamis tanggal 25-06-2009 (duapuluh lima Juni duaribu ---------- Pukul Waktu Indonesia Bagian Barat. ---------------------------------------------------------- Berhadapan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 44 BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 3.1 Hubungan Hukum Antara Para Pihak Dalam Perjanjian Kartu Kredit 3.1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijanjikan oleh orang lain yang akan disediakan atau diserahkan. Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. dijanjikan oleh orang lain yang akan disediakan atau diserahkan. Perjanjian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam suasana abad perdagangan dewasa ini, boleh dikatakan sebagian besar kekayaan umat manusia terdiri dari keuntungan yang dijanjikan oleh orang lain yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang populasi manusianya berkembang sangat pesat. Pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat tajam pada setiap tahun akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang bermacam-macam. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus berusaha dengan cara bekerja.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lembaga pembiayaan melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau

I. PENDAHULUAN. lembaga pembiayaan melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan zaman dan pesatnya pembangunan, lembaga keuangan bukan bank sangat diperlukan untuk ikut serta mengemban fungsinya sebagai perantara di bidang keuangan,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Perjanjian Dalam istilah perjanjian atau kontrak terkadang masih dipahami secara rancu, banyak pelaku bisnis mencampuradukkan kedua istilah tersebut seolah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya lembaga keuangan di Indonesia dibedakan atas dua bagian, yakni lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank, namun dalam praktek sehari-hari

Lebih terperinci

BAB III PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN AL QARDH. Pensyaratan adanya jaminan sebelum diadakan pembiayaan diterapkan oleh

BAB III PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN AL QARDH. Pensyaratan adanya jaminan sebelum diadakan pembiayaan diterapkan oleh 36 BAB III PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN AL QARDH A. Penerapan Jaminan dalam Pembiayaan Pensyaratan adanya jaminan sebelum diadakan pembiayaan diterapkan oleh pihak BMT Asy Syifa dalam

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL

CONTOH SURAT PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL CONTOH SURAT PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL Pada hari ini ( ------------ ) tanggal [( ------) ( --- tanggal dalam huruf ---)] ( --- bulan dalam huruf ---) tahun [( ----) ( --- tahun dalam huruf ---)], telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, globalisasi ekonomi guna mencapai kesejahteraan rakyat berkembang semakin pesat melalui berbagai sektor perdangangan barang dan jasa. Seiring dengan semakin

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang ekonomi yang semakin meningkat mengakibatkan keterkaitan yang erat antara sektor riil dan sektor moneter, di mana kebijakan-kebijakan khususnya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan

Lebih terperinci

Memperhatikan: berbagai saran dan pendapat dari unsur dan instansi terkait dalam rapat-rapat koordinasi.

Memperhatikan: berbagai saran dan pendapat dari unsur dan instansi terkait dalam rapat-rapat koordinasi. KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 09/KPTS/M/1995 TENTANG PEDOMAN PENGIKATAN JUAL BELI RUMAH MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang : a. bahwa jual beli rumah yang belum selesai dibangun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alat transportasi yang banyak dibutuhkan oleh manusia adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia modern seperti sekarang ini, banyak orang atau badan hukum yang memerlukan dana untuk mengembangkan usaha, bisnis, atau memenuhi kebutuhan keluarga (sandang,pangan,dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia setiap hari selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Karena setiap manusia pasti selalu berkeinginan untuk dapat hidup layak dan berkecukupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Pasal 1234 KHUPerdata yang dimaksud dengan prestasi adalah seseorang yang menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu, dan tidak melakukan sesuatu, sebaiknya dianggap

Lebih terperinci

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PADA BANK RAKYAT INDONESIA (PT PERSERO)Tbk CABANG DENPASAR

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PADA BANK RAKYAT INDONESIA (PT PERSERO)Tbk CABANG DENPASAR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PADA BANK RAKYAT INDONESIA (PT PERSERO)Tbk CABANG DENPASAR Oleh : Mia Wijayanti Ekalandika I Ketut Westra Dewa Gede Rudy Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi utama Bank adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan nasional kearah peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA A. Pengertian Perjanjian Jual Beli Menurut Black s Law Dictionary, perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk,

BAB III PEMBAHASAN. Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk, BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Wanprestasi Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk, tidak memenuhi, terlambat, ceroboh, atau tidak lengkap memenuhi suatu perikatan. Wanprestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia seperti sektor perdagangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi saat sekarang mengalamin peningkatan yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik simpati masyarakat dalam menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing lagi di masyarakat dan lembaga jaminan memiliki peran penting dalam rangka pembangunan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ekonomi tinggi, menengah dan rendah. hukum. Kehadiran berbagai lembaga pembiayaan membawa andil yang besar

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ekonomi tinggi, menengah dan rendah. hukum. Kehadiran berbagai lembaga pembiayaan membawa andil yang besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia sebagai negara berkembang juga turut memacu roda perekonomian masyarakat. Sayangnya pertumbuhan ekonomi tersebut tidak ditopang oleh pembangunan

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI RUMAH

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI RUMAH CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI RUMAH SURAT PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH ANTARA BANK ---------------------------------------------- DAN ---------------------------------- Nomer: ----------------------------------

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian kredit pembiayaan. Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk perjanjian bentuk

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian kredit pembiayaan. Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk perjanjian bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perjanjian jual beli sangat banyak macam dan ragamnya, salah satunya adalah perjanjian kredit pembiayaan. Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka pelaksanaan pembangunan nasional

Lebih terperinci