BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian. 21 tahun, dengan perincian tahun masa remaja awal, tahun
|
|
- Ade Indradjaja
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesepian 1. Pengertian Masa remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional (Santrock, 2003). Batasan usia remaja adalah masa diantara tahun, dengan perincian tahun masa remaja awal, tahun masa remaja pertengahan dan tahun masa remaja akhir (Monks dkk, 2001). Remaja dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan yang baru, yaitu mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya, mencapai peran sosial pria dan wanita, beradaptasi dengan perubahan fisik, mempersiapkan karir ekonomi dan pernikahan (Hurlock, 1991). Berdasarkan berbagai perkembangan tidak semua remaja mampu melakukannya sehingga menimbulkan konflik salah satunya muncul perasaan kesepian. Santrock dkk (2003) mengatakan bahwa prevalensi kesepian yang paling tinggi dijumpai pada individu yang berada pada kelompok umur remaja akhir. Kesepian adalah pengalaman subjektif atau perasaan emosi negatif yang tidak menyenangkan dimana kualitas dan kuantitas hubungan sosial seseorang mengalami penurunan secara signifikan (Peplau & Perlman, dalam Peplau & Goldston, 1984). Kesepian adalah pengalaman yang 8
2 9 sangat tidak menyenangkan terhubung dengan kebutuhan manusia yang tidak memadai seperti keintiman (Sulivan dalam Sarason & Sarason, 1985). Gierveld (dalam Sarason & Sarason, 1985) menyatakan kesepian adalah menyadari hubungan interpersonal yang diinginkan tetapi tidak dapat diterima, terutama bila orang tersebut merasa tidak mampu untuk mewujudkan hubungan interpersonal yang diinginkan dalam jangka waktu yang wajar. Ada kalanya seseorang mengalami kesepian walaupun ia berada dalam suatu keramaian, sementara yang lain tidak mengalami kesepian meskipun ia seorang diri. Jadi kesepian akan muncul sesuai persepsi orang mengenai keadaan diri dan lingkungannya (Perlman & Peplau dalam Peplau dan Goldston, 1984). Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesepian pada remaja akhir adalah pengalaman subjektif atau perasaan emosi negatif yang tidak menyenangkan dimana kualitas dan kuantitas hubungan sosial seseorang mengalami penurunan secara signifikan. 2. Aspek-aspek kesepian Menurut Peplau & Perlman (1981) yang menjadi aspek-aspek kesepian yaitu: a. Afektif Bradbrun dkk (dalam Peplau & Perlman, 1981) berpendapat bahwa individu yang kesepian merasa kurang bahagia, kurang puas, lebih pesimis dan menggambarkan dirinya sendiri tegang, tidak dapat santai
3 10 dan jemu. (Loucks & Perlman dalam Peplau & Perlman, 1981) mengidentifikasikan bosan dan gelisah sebagai perasaan yang dimiliki oleh orang yang kesepian. b. Motivasional Sullivan (dalam Peplau & Perlman, 1981) kesepian adalah kekuatan yang mendorong atau memotivasi seseorang untuk melakukan interaksi atau hubungan dengan orang lain meski merasa cemas terhadap interaksi tersebut. Fromm (dalam Peplau & Perlman, 1981) kesepian dapat meningkatkan rasa putus asa yang mendalam. c. Kognitif Lake (1986) adanya kesepian menyebabkan seseorang merasa kehilangan kepercayaan terhadap orang lain. Peplau & Perlman (1981) individu yang kesepian umumnya kurang dapat berinteraksi atau kurang memfokuskan perhatian secara efektif. Weiss (1973) individu yang kesepian terlalu berhati-hati dan waspada terhadap suatu ancaman. Hal ini disebabkan individu merasa cemas dalam menghadapi situasi-situasi sosial yang terkecil sekalipun. Akibatnya adalah suatu tendensi salah dalam menginterpretasikan intensi dari orang lain. d. Perilaku Individu yang kesepian akan menunjukan perilaku menghindari orang lain. Senyumnya tampak aneh dan tidak tulus serta jabatan tanganya kaku, enterpretasi wajah, nada suara, kecepatan bicara, jarak berdiri,
4 11 cara berpakaian, kurang banyak bicara dengan orang lain, sedikit bertanya (Lake, 1986). Menurut Russell (dalam, Krisnawati & Soetjiningsih, 2017) yang menjadi aspek kesepian yaitu: a. Trait loneliness yaitu adanya pola yang lebih stabil dari perasaan kesepian yang terkadang berubah dalam situasi tertentu, atau individu yang mengalami kesepian karena disebabkan kepribadian mereka. Kepribadian yang dimaksud adalah seseorang yang memiliki kepercayaan yang kurang dan ketakutan akan orang asing. b. Social desirability loneliness yaitu terjadinya kesepian karena individu tidak mendapatkan kehidupan sosial yang diinginkan pada kehidupan dilingkungannya, c. Depression loneliness yaitu terjadinya kesepian karena terganggunya perasaan seseorang seperti perasaan sedih, murung, tidak bersemangat, merasa tidak berharga dan berpusat pada kegagalan yang dialami oleh individu. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek kesepian menurut Perlman & Peplau adalah aspek afektif, motivasional, kognitif dan perilaku. Menurut Russell aspek kesepian meliputi: trait loneliness, social desirability loneliness dan depression loneliness. Berdasarkan kedua teori tersebut, peneliti menggunakan empat aspek yang diungkapkan oleh Perlman & Peplau yaitu aspek afektif, motivasional, kognitif dan
5 12 perilaku dikarenakan aspek dari Perlam & Peplau lebih lengkap dan dapat digunakan untuk mengungkap perasaan kesepian. 3. Faktor kesepian Menurut Perlman dan Peplau (dalam Peplau & Goldston, 1984) terdapat dua faktor yang menyebabkan terjadinya kesepian a. Faktor pemicu (Precipitate factor) Faktor pemicu kesepian dapat dibagi menjadi dua yaitu, perubahan pada hubungan sosial yang dimiliki dan perubahan hubungan sosial yang diinginkan. 1) Hubungan sosial yang sebenarnya Hubungan sosial yang sebenarnya dapat memicu kesepian apabila hubungan tersebut dinilai tidak lagi memuaskan bagi individu seperti sebelumnya. Mungkin penentu yang paling jelas dari kesepian adalah sifat hubungan sosial yang sebenarnya. Meskipun beberapa kegagalan untuk meniru menunjukan bukti yang tegas bahwa orang yang kesepian memiliki kontak atau hubungan sosial yang lebih sedikit dari pada yang tidak kesepian. Seseorang yang kesepian mengatakan bahwa kegiatan sosial yang dimiliki lebih sedikit dan memiliki teman-teman yang lebih sedikit (Jones, Perlman, Goldenbreg, Russell, dalam Peplau & Goldston 1984). Seseorang yang kesepian memiliki kontak yang kurang dengan teman-teman mereka (Perlman, 1978). Survey yang dilakukan oleh Perlman dan Goldenbreg (dalam Peplau & Goldston 1984)
6 13 pada mahasiswa tahun pertama di Universitas, bahwa kontak dengan teman-teman menjadi prediktor yang kuat untuk kesepian. Bentuk kontak dengan teman-teman dapat berupa dukungan sosial. Dukungan sosial dapat diperoleh dari berbagai sumber diantaranya dukungan sosial dari keluarga dukungan sosial teman sebaya dan kelompok tertentu yang memberikan informasi dan memiliki kesamaan situasi (Sarafino & Smith, 2011). 2) Hubungan sosial yang dibutuhkan atau diinginkan Hubungan sosial yang diinginkan individu juga dapat memicu kesepian, apabila pada kenyataanya individu memiliki hambatan untuk mewujudkannya. b. Faktor kerentanan ( predispose factor ) Faktor yang dapat membuat individu rentan terhadap keepian dan memperpanjang durasi terjadinya kesepian dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : 1) Karakteristik personal a) Sifat malu (shyness) Sifat malu diidentifikasikan sebagai kecenderungan untuk menghindari interaksi sosial dan gagal untuk berpartisipasi secara tepat dalam situasi sosial yang dapat menjadi contributor penting untuk kesepian menurut Pilkonis (dalam Duak & Gilmour, 1981).
7 14 b) Harga diri Menurut Santrock (2003) harga diri adalah keseluruhan cara yang kita gunakan untuk mengevaluasi diri kita. Locks & Cutrona (dalam Duak & Gilmour, 1981) menyatakan bahwa bahwa harga diri yang rendah sejalan dengan kesepian yang lebih besar. Jones (dalam Peplau & Goldston 1984) menemukan korelasi signifikan antara skor pada skala kesepian UCLA dan pada skala harga diri dalam Coopersmith c) Ketrampilan sosial Weiss dkk (dalam Duak & Gilmour, 1981) menyatakan bahwa kurangnya keterampilan sosial kemungkinan berasal dari masa kanak-kanak, dan berkaitan dengan kesepian. 2) Karakteristik Situasional Faktor situasional juga dapat mempengaruhi orang untuk kesepian. Situasi bervariasi dalam kesempatan yang mereka berikan untuk kontak sosial dan inisiasi hubungan yang baru. Beberapa kendala mendasarkan waktu, jarak dan uang. Faktor situasi juga dapat mengurangi kemungkinan mempertahankan hubungan sosial yang memuaskan. 3) Karakteristik Budaya Teoritis yang berorientasi pada sosiologi telah melihat kesepian sebagai hasil dari faktor budaya dan penataan institusi sosial. Misalnya, sosiolog berpendapat bahwa sekularisasi,
8 15 mobilitas dan urbanisasi berkontribusi pada tingkat kesepian di masyarakat Amerika. Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kesepian meliputi faktor pemicu (Precipitate factor ) yaitu: hubungan sosial yang sebenarnya (dukungan sosial teman sebaya dan keluarga), dan hubungan sosial yang dibutuhkan atau diinginkan, faktor kerentanan (Predispose factor) yaitu: karakteristik personal, karakteristik situasional, karakteristik budaya. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi kesepian, peneliti memilih hubungan sosial yang didalamnya terdapat dukungan sosial teman sebaya sebagai faktor yang mempengaruhi kesepian. Pentingnya menurunkan kesepian tidak lepas dari dukungan sosial teman sebaya yang dialami remaja. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh House & Leavy (dalam Perlman & Peplau,1981) yang mengkaji tantang dukungan sosial teman sebaya terhadap kesepian. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa dukungan sosial teman sebaya secara signifikan berpengaruh negatif pada kesepian. B. Dukungan Sosial Teman Sebaya 1. Pengertian Sarafino (dalam Smet, 1994) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan, maupun bantuan dalam bentuk lain yang diterima individu dari teman sebaya. Sementara dukungan sosial didefinisikan oleh Cobb (dalam Sarason & Sarason, 1985)
9 16 sebagai informasi yang mengarahkan subjek untuk percaya bahwa dirinya diperhatikan, dicintai, dihargai yang termasuk dalam jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal atau non verbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima Gottlieb (dalam Smet 1994). House (dalam Lin, Dean & Ensel, 1986) menguraikan bentuk dukungan sosial dapat berasal dari pasangan suami istri, tetangga, supervisor pekerjaan, rekan kerja, kerabat atau teman. Menurut Mappiare (1982) teman sebaya merupakan lingkungan sosial tempat remaja belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya, dan lingkungan teman sebaya merupakan suatu kelompok yang baru yang memiliki ciri, norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada dalam lingkungan keluarga. Menurut Santrock (2003) batasan teman sebaya adalah kurang lebih individu yang berusia atau memiliki level kematangan yang sama. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman sebaya adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan, maupun bantuan dalam bentuk lain yang diterima dari teman yang berusia atau memiliki level kematangan yang sama. 2. Bentuk dukungan sosial teman sebaya House (dalam Smet 1994) mengemukakan 4 bentuk dari dukungan sosial, yaitu:
10 17 a. Dukungan instrumental Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung, seperti apabila seseorang memberikan pinjaman uang padanya atau menolong dengan melakukan suatu pekerjaan pada waktu mengalami stres. b. Dukungan informasional Dukungan informasional mencakup pemberian nasehat petunjukpetunjuk, saran saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. c. Dukungan Penghargaan Dukungan penghargaan berupa penghargaan positif pada individu, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat individu dan perbandingan yang positif dengan individu lain. Bentuk dukungan ini membantu individu dalam mebangun harga diri dan kompetensi. d. Dukungan emosi Dukungan emosi adalah dukungan yang mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan, seperti: umpan balik, penegasan. Menurut Cutrona dan Russell (1990) mengemukakan lima aspek dukungan sosial meliputi: a. Dukungan emosional Dukungan emosional mewakili kemampuan untuk beralih keorang lain sehingga mendapat kenyaman, keaman selama masa stress dan membuat orang tersebut merasa dirawat oleh orang lain.
11 18 b. Dukungan integrasi sosial Mengacu pada perasaan seseorang bagian dari kelompok yang anggotanya memiliki kepentingan dan kekhawatiran bersama. Hubungan semacam itu mencerminkan persahabatan yang lebih santai, yang memungkinkan seseorang untuk terlibat dalam berbagai bentuk kegiatan sosial rekreasi. c. Dukungan Penilaian Mewakili penyatuan rasa kompeten seseorang atau harga diri oleh orang lain. Mengumpulkan umpan balik positif individu atas kemampuan atau mengekspresikan keyakinan bahwa orang tersebut mampu mengatasi kejadian menyedikhan. d. Dukungan instrumental Mengacu pada bantuan yang konkret, dimana seseorang dalam situasi yang penuh tekanan diberi sumber daya yang diperlukan (misalnya bantuan keuangan, bantuan fisik) untuk mengatasi kejadian stress tersebut. e. Dukungan informasional Dukungan informasional adalah memberi nasihat atau panduan individu mengenai kemungkinan solusi terhadap suatu masalah. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli maka dapat disimpulkan bahwa bentuk dari dukungan sosial menurut House meliputi, dukungan instrumental, dukungan penghargaan, dukungan informasi, dan dukungan emosi. Menurut Cutrona dan Russell meliputi, dukungan
12 19 instrumental, dukungan penilaian, dukungan informasional, dukungan emosional dan dukungan integrasi sosial. Berdasarkan penjabaran diatas yang telah dikemukakan oleh para ahli peneliti memilih bentuk dukungan dari House dengan 4 bentuk dukungan, dikarenakan bentuk dukungan ini lebih sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui adanya hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dan kesepian pada remaja akhir. C. Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Kesepian Pada Remaja Akhir Dukungan sosial teman sebaya adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan, maupun bantuan dalam bentuk lain yang diterima dari teman yang berusia atau memiliki level kematangan yang sama (Sarafino dalam Smet, 1994). Adapun hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan kesepian dapat dijabarkan melalui bentuk-bentuk dukungan sosial House (dalam Smet, 1994) yaitu, dukungan instrumental, informasional, penghargaan dan emosi. Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung, seperti orang-orang memberi pinjaman uang kepada orang lain, meminjamkan buku-buku atau menolong dengan pekerjaan pada waktu mengalami stress. Dukungan instrumental melibatkan penggunaan hubungan sebagai saran untuk mencapai suatu tujuan seperti mendapatkan pinjaman atau menemukan bantuan dari seseorang (Lin, Dean & Ensel, 1986). Kesepian mendorong seseorang untuk melakukan interaksi atau hubungan dengan orang lain meski merasa cemas terhadap interaksi tersebut (Sullivan dalam Peplau & Perlman, 1981). Sehingga dukungan instrumental
13 20 seperti peminjaman buku-buku tentang motivasi akan dapat membantu untuk lebih meningkatkan motivasi seseorang. Dukungan ini dapat mengurangi kecemasan karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya. Dukungan instrumental sangat diperlukan dalam mengatasi masalah yang dianggap dapat dikontrol (Sarafino, 1998). Dukungan informasional mencakup pemberian nasehat petunjuk-petunjuk, saran saran atau umpan balik. Individu yang kesepian akan menunjukan perilaku menghindari orang lain, senyumnya tampak aneh dan tidak tulus serta jabatan tanganya kaku, enterpretasi wajah, nada suara, kecepatan bicara, jarak berdiri, cara berpakaian, kurang banyak bicara dengan orang lain dan sedikit bertanya, (Lake, 1986). Selain itu secara kognitif individu yang kesepian umumnya kurang dapat berinteraksi atau kurang memfokuskan perhatian secara efektif. Weiss (1973) menyatakan bahwa individu yang kesepian terlalu berhati-hati dan waspada terhadap suatu ancaman. Hal ini disebabkan individu merasa cemas dalam menghadapi situasi-situasi sosial yang terkecil sekalipun. Akibatnya adalah suatu tendensi salah dalam menginterpretasikan intensi dari orang lain. Apabila individu tidak dapat menyelesaikan masalah, maka dukungan ini diberikan dengan cara pemberian nasehat atau petunjuk tentang cara penyelsaian masalah seperti perilaku ketika menghindari orang lain, senyum yang tidak tulus dan interaksi sosial. Sehingga dukungan informasional sangat dibutuhkan untuk membantu orang yang kesepian. Jenis informasi ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah. Taylor (dalam Santrock,
14 ) mengemukakan bahwa dukungan informasi membantu individu dalam mengatasi masalah seperti stres yang dialami. Dukungan penghargaan berupa penghargaan positif pada individu, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat individu dan perbandingan yang positif dengan individu lain. Seseorang yang kesepian membutuhkan dukungan penghargaan, seperti yang diungkapkan oleh Sullivan (dalam Peplau & Perlman, 1981) kesepian dapat mendorong atau memotivasi seseorang untuk melakukan interaksi atau hubungan dengan orang lain meski merasa cemas terhadap interaksi tersebut. Seseorang memotivasi orang lain untuk mencari cara mengurangi rasa kesepian mereka. Dukungan yang diberikan seperti, mengikut sertakan dalam pengambil keputusan dalam kegiatan baik itu dalam pemecahan masalah ataupun dalam pemberian nasihat dan menerima hasil keputusan tersebut. Bentuk dukungan ini juga didukung oleh teori Potter dan Perry (2009), dimana salah satu cara memberikan penyediaan atau dukungan dapat melibatkan dalam aktivitas untuk pengambilan keputusan. Sehingga dukungan ini dapat membantu individu yang menerima dukungan membangun rasa menghargai dirinya, percaya diri dan merasa bernilai. Dukungan emosional adalah dukungan yang mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan, seperti: umpan balik, penegasan. Dukungan emosional melibatkan penggunaan hubungan sebagai sarana untuk memberikan rasa empati, mengungkapkan perasaan frustasi/ keputusasaan, mencapai pemahaman akan isu masalah dan menguatkan nilai martabat seseorang (Lin, Dean & Ensel, 1986). Kesepian secara emosional
15 22 muncul ketika hubungan pertemanan dinilai mulai terasa kosong atau ditinggalkan. Menurut Weiss (dalam Vangelisti & Perlman, 2016) kesepian hanya dipecahkan dengan melalui hubungan intim yang baru. Secara afektif mahasiswa kesepian cenderung merasa marah, tertutup dan cangung. Mahasiswa juga menggambarkan diri mereka tegang gelisah dan cemas (Russell dalam Duak & Gilmour, 1981). Seseorang membutuhkan dukungan emosional supaya menurunkan perasaan kesepian. Dukungan ini menjadi penting karena dapat digunakan untuk melihat seberapa besar individu memerlukan dukungan emosional. Sebagaimana diketahui bahwa dukungan emosional akan memeberikan pengaruh pada individu yang kesepian tergantung pada tekanan yang dialami individu tersebut (Sarafino, 2006). Berdasarkan keterkaitan aspek dukungan sosial teman sebaya diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman sebaya dapat berpengaruh besar terhadap kesepian pada remaja. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Perlman & Joshi (1987) bahwa dukungan sosial yang paling bermakna terkait dengan kesepian yang dialami seorang individu adalah dukungan sosial dari individu lain termasuk teman sebaya. Dukungan sosial teman sebaya memiliki hubungan negatif dengan kesepian. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Andini (2015) yang mengkaji tentang pengaruh dukungan sosial teman sebaya terhadap kesepian. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dukungan sosial teman sebaya secara signifikan berpengaruh negatif pada kesepian pada remaja akhir. Semakin tinggi dukungan sosial teman sebaya maka akan diikuti semakin rendah tingkat kesepian individu. Sebaliknya semakin rendah dukungan sosial teman sebaya
16 23 maka akan semakin tinggi tingkat kesepian individu. Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman sebaya mempengaruhi kesepian. D. Hipotesis Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara dukungan sosial teman sebaya dengan kesepian pada remaja. Semakin tinggi dukungan sosial teman sebaya maka akan diikuti semakin rendah kesepian individu, demikian juga sebaliknya semakin rendah dukungan sosial teman sebaya maka akan diikuti semakin tinggi kesepian individu.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertian Kebahagiaan Menurut Seligman (2005) kebahagiaan hidup merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dapat dipandang sebagai suatu masa dimana individu dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai meninggalkan kebiasaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesepian (loneliness) 1. Pengertian Kesepian Menurut Sullivan (1955), kesepian (loneliness) merupakan pengalaman sangat tidak menyenangkan yang dialami ketika seseorang gagal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian. dan terpisah dari mereka yang ada sekitar anda (Beck & Dkk dalam David G.
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesepian 1. Pengertian Kesepian Kesepian adalah dengan merasa terasing dari sebuah kelompok, tidak dicintai oleh sekeliling, tidak mampu untuk berbagi kekhawatiran pribadi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai
Lebih terperinciBAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan
BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta pembagian peran suami dan istri. Seiring dengan berjalannya waktu ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu hubungan antara pria dan wanita yang diakui secara sosial, yang didalamnya mencakup hubungan seksual, pengasuhan anak, serta pembagian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian Menurut UU No.10 tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Efikasi Pengambilan Keputusan Karir. dalam berbagai keadaan (Bandura,1997).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Diri Pengambilan Keputusan Karir 1. Pengertian Efikasi Pengambilan Keputusan Karir Bandura (1997) merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan konsep efikasi diri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai
1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai dari usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada
Lebih terperincijuga kelebihan yang dimiliki
47 1. Pengertian Optimisme Seligman (2005) menjelaskan bahwa optimisme adalah suatu keadaan yang selalu berpengharapan baik. Optimisme merupakan hasil berpikir seseorang dalam menghadapi suatu kejadian
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi 1. Defenisi Motivasi Pintrich & Schunk (2002) mendefenisikan motivasi sebagai proses yang mengarahkan pada suatu tujuan, yang melibatkan adanya aktivitas dan berkelanjutan.
Lebih terperinciAgresivitas. Persahabatan. Kesepian. Penolakan
HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA MADYA DI SMA X BOGOR LATAR BELAKANG MASALAH Agresivitas Persahabatan Kesepian Penolakan AGRESIVITAS Perilaku merugikan atau menimbulkan korban pihak
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dukungan Sosial Orang Tua Definisi dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu (Sarafino,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki atau perempuan. Secara biologis manusia dengan mudah dibedakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. ulet, meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan dalam
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Task Commitment 1. Definisi Task Commitment Task Commitment atau pengikatan diri terhadap tugas adalah kemauan yang berasal dari dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk tekun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Menurut Guidena (2011) prestasi belajar merupakan suatu kemampuan atau keberhasilan belajar individu terhadap materi pelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia 2.1.1. Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian Kecemasan menghadapi kematian (Thanatophobia) mengacu pada rasa takut dan kekhawatiran
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Penyesuaian diri bukanlah hal yang mudah bagi setiap remaja. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa remaja yang paling sulit berhubungan
Lebih terperinciBAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.
1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Dukungan Sosial 2.1.1 Definisi Persepsi dukungan sosial adalah cara individu menafsirkan ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan peristiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua. Kelahiran anak adalah saat-saat yang sangat di tunggu-tunggu oleh setiap pasangan suami istri.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya. Siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial pada Remaja 1. Pengertian Perilaku Prososial pada Remaja Sears dkk. (1994: 47), berpendapat perilaku prososial adalah tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis maupun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Diri Akademik 1. Pengertian Efikasi Diri Akademik Bandura (1997) menjelaskan bahwa efikasi diri merupakan perkiraan seseorang tentang kemampuannya untuk mengatur dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan
Lebih terperinciPSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress
PSIKOLOGI UMUM 2 Stress & Coping Stress Pengertian Stress, Stressor & Coping Stress Istilah stress diperkenalkan oleh Selye pada tahun 1930 dalam bidang psikologi dan kedokteran. Ia mendefinisikan stress
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang
Lebih terperinciSKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERHENTI MEROKOK PADA MAHASISWA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Disusun Oleh: WISNU TRI LAKSONO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan individu. Kesepian bukanlah masalah psikologis yang langka,
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesepian merupakan salah satu masalah psikologis yang kerap muncul dalam kehidupan individu. Kesepian bukanlah masalah psikologis yang langka,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain. Penyesuaian pribadi dan sosial remaja ditekankan dalam lingkup teman sebaya. Sullivan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepercayaan Diri Remaja Yang Mengalami Kelebihan Berat Badan 2.1.1. Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orang tua berperan sebagai figur pemberi kasih sayang dan melakukan asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan berperan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
Lebih terperinci2015 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar mahasiswa strata satu adalah individu yang memasuki masa dewasa awal. Santrock (2002) mengatakan bahwa masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang pelatihan berpikir optimis untuk meningkatkan harga diri pada remaja di panti asuhan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu kemampuan memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan dari masa kanak-kanak menuju dewasa ditandai dengan adanya masa transisi yang dikenal dengan masa remaja. Remaja berasal dari kata latin adolensence,
Lebih terperinciPENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN
PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian Penyesuaian Diri Schneider (1964) mengemukakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan tingkah laku
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Work-Life Balance Work-Life Balance didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk memenuhi pekerjaan mereka, memenuhi komitmen keluarga, serta tangung jawab kerja dan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penderita skizofrenia dapat ditemukan pada hampir seluruh bagian dunia. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock dan Sadock,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal
HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri
Lebih terperincitersisih ", mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap
BABI PENDAHUL UAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, masyarakat di Indonesia mengenal adanya 3 Jems orientasi seksual. Ketiga orientasi tersebut adalah heteroseksual, homoseksual dan biseksual.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO
HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO Astrid Oktaria Audra Siregar 15010113140084 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ABSTRAK
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita yang bernama Mimi, usia 21 tahun, sudah menikah selama 2 tahun dan memiliki 1 orang anak, mengenai
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Peran Orang Tua 2.1.1. Definisi Peran Orang Tua Qiami (2003) menjelaskan bahwa orangtua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan memainkan peran penting dan terbesar dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), karena secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh
Lebih terperinciEni Yulianingsih F
HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KECEMASAN MEMPEROLEH PASANGAN HIDUP PADA PEREMPUAN DEWASA AWAL Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: Eni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus penggunaan narkoba pada remaja sudah sering dijumpai di berbagai media. Maraknya remaja yang terlibat dalam masalah ini menunjukkan bahwa pada fase ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun dan terbagi menjadi masa remaja
Lebih terperinciPERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi
PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu hidup berdampingan dengan orang lain tentunya sering dihadapkan pada berbagai permasalahan yang melibatkan dirinya
Lebih terperinciBAB II. Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima belas tahun sampai dengan dua puluh dua tahun. Pada masa tersebut, remaja akan mengalami beberapa
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN SOLOPOS NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN SOLOPOS NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Diajukan Oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan dengan orang lain yang meliputi interaksi di lingkungan sekitarnya. Sepanjang hidup, manusia akan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG
BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Kesepian merupakan salah satu masalah psikologis yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Setiap manusia pernah menghadapi situasi yang dapat menyebabkan kesepian.
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia hiburan (entertainment) terjadi secara pesat di berbagai belahan dunia, tak terkecuali di Indonesia. Perkembangan tersebut membuat media massa dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah penulisan tugas akhir (Iswidharmanjaya, 2006).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah orang yang belajar di sekolah tingkat perguruan tinggi untuk mempersiapkan dirinya bagi suatu keahlian tingkat sarjana (Budiman, 2006). Syarat lulus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hidup, artinya secara fisik individu akan terus tumbuh namun akan berhenti
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bagian ini, peneliti menguraikan hasil tinjauan pustaka, yang terdiri dari teori- teori yang digunakan untuk mendukung penelitian ini. Teori yang ditinjau adalah prestasi akademik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,
Lebih terperinciAda sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari
TINJAUAN PUSTAKA Burnout Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari seseorang yang bekerja atau melakukan sesuatu, dengan ciri-ciri mengalami kelelahan emosional, sikap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Remaja (adolescense) adalah masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak perubahan dimana ia harus menyelesaikan tugas-tugas perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan, Manusia selalu menginginkan kehidupan yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap individu dari berbagai
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut
12 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pengatasan Masalah Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut Lazarus dan Folkman (1984) pengatasan masalah merupakan suatu proses usaha individu
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Yahidin, Syamsuriadi, dan Rini (2008) pengambilan keputusan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengambilan Keputusan 2.1.1 Definisi Menurut Yahidin, Syamsuriadi, dan Rini (2008) pengambilan keputusan adalah suatu proses untuk memilih suatu tindakan yang terbaik dari sejumlah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ansietas 1. Pengertian Ansietas atau kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal (Suliswati,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu masa dalam tahap perkembangan manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja diartikan sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensi 2.1.1 Definisi Intensi Intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjek individu dalam kaitan antara diri dan perilaku. Intensi merupakan perkiraan seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka. Salah satu tugas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Remaja pada umumnya dituntut untuk mengatasi perubahan dalam mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka. Salah satu tugas perkembangan remaja adalah
Lebih terperincidan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat seseorang memasuki usia dewasa awal, ia mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada usia ini merupakan transisi terpenting dalam hidup manusia, dimana remaja mulai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. (Stanley Hall dalam Panuju, 2005). Stres yang dialami remaja berkaitan dengan proses perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang tumbuh dan berkembang sehat sebagaimana anak pada umumnya memiliki kecerdasan, perilaku yang baik, serta dapat bersosialisasi dengan orang lain dan kelak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah
BAB 1 PENDAHULUAN A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah satunya untuk perubahan lingkungan maupun untuk dirinya sendiri yang bertujuan meningkatkan dan merubah kualitas
Lebih terperinci