BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan individu. Kesepian bukanlah masalah psikologis yang langka,
|
|
- Sri Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesepian merupakan salah satu masalah psikologis yang kerap muncul dalam kehidupan individu. Kesepian bukanlah masalah psikologis yang langka, melainkan hal yang umum terjadi (Peplau dan Perlman, 1982). Kesepian tidak selalu menimbulkan masalah jika bersifat sementara. Kesepian merupakan pengalaman subjektif, berbeda dengan kesendirian yang merupakan keadaan objektif. Merasa kesepian di tengah orang banyak, atau merasa terhubung secara sosial ketika sendirian adalah mungkin untuk dialami seorang individu. Kesepian merupakan pengalaman yang menyakitkan, sedangkan kesendirian bisa menjadi pengalaman positif dan restoratif. Kesendirian, menghabiskan waktu sendiri, dapat bermanfaat untuk refleksi diri dan pengaturan diri, juga meningkatkan kreativitas dan wawasan. Adapun kesepian mengungkapkan rasa tidak menyenangkan merasa sendirian (Tillich dan Goosens, dalam Vanhalst, 2012). Banyak peneliti menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang meluas dan sangat intens pada masalah kesepian. Hal ini diperkuat oleh survei yang menunjukkan bahwa tingkat kesepian yang paling tinggi sering muncul di masa remaja akhir (Cutrona, dalam Santrock, 2003). Rubenstein dan Shaver menemukan bahwa kejadian kesepian memuncak pada masa remaja. Saks, Bleach, dan Claiborne melaporkan bahwa kesepian merupakan salah satu masalah yang paling sering disebutkan pemuda ketika mencari bantuan melalui hot-line pusat krisis. 1
2 digilib.uns.ac.id 2 Philips dan Pederson menemukan bahwa kesepian adalah salah satu masalah yang paling umum pada mahasiswa. Brennan dan Auslander memperkirakan bahwa sekitar 10 sampai 15% dari remaja mengalami kesepian yang serius, dan 54% setuju dengan pernyataan: "Saya sering merasa kesepian" (dalam Peplau dan Perlman, 1982). Pemaparan para ahli tersebut juga ditemukan dalam survei secara insidental yang dilakukan oleh peneliti kepada beberapa mahasiswa yang tinggal di Surakarta, Jakarta, Semarang, dan Purwokerto melalui kuesioner dengan Google Form pada Oktober Survei tersebut memperoleh tanggapan bahwa mahasiswa mengakui kesepian terjadi pada dirinya dengan disertai hadirnya berbagai perasaan tidak menyenangkan seperti merasa sepi dan kosong, merasa tidak dimengerti orang lain, merasa ketidakhadiran orang terdekat, tidak adanya teman bercerita, merasa diri tidak berguna, merasa rindu dengan kehangatan dan aktivitas bersama keluarga, juga perasaan tertinggal dari keberhasilan yang dicapai teman-teman. Perasaan kesepian pada remaja akhir yang berlangsung secara terus menerus dapat menjadi masalah psikologis yang harus diperhatikan. Hal ini sejalan dengan Baron dan Byrne (2005) yang menyatakan bahwa kesepian pada masa remaja berkaitan dengan berbagai masalah psikologis, termasuk peningkatan depresi, kecemasan, ketidakbahagiaan, pesismisme, menyalahkan diri sendiri, rasa malu, merasakan kesia-siaan dan rasa putus asa yang dapat mengakibatkan bunuh diri. Selanjutnya, kesepian telah berhubungan dengan masalah kesehatan fisik, seperti penyakit jantung dan gangguan tidur (Heinrich & Gullone, dalam Vanhalst, 2012). Rubenstein dan Shaver (dalam Lauer dan Lauer, 2000) juga mendaftar beberapa masalah yang berkaitan dengan kesepian, yaitu: merasa tidak berharga,
3 digilib.uns.ac.id 3 mengalami ketakutan yang tidak rasional, merasa bersalah, mudah lelah, insomnia, tidak nafsu makan, mengalami masalah pencernaan, menderita penyakit jantung dan menderita penyakit serius lainnya. Kesepian yang dialami remaja akhir seringkali dideskripsikan sebagai kekosongan, keterasingan, perasaan ditolak, dan tidak mampu memiliki peran dalam lingkungannya (Rice, 1993). Kesepian juga menyebabkan hilangnya perasaan yang positif pada diri remaja akhir, contohnya: perasaan bahagia, berharga, dipercaya, dicintai, unik, berguna, kuat, dan kemudian digantikan dengan adanya perasaan yang negatif, contohnya: perasaan sedih, cemas, tertekan, terluka, gelisah, terbuang, tidak pasti, tidak dimengerti, tidak bertujuan, tidak berhasil, dan kehilangan kontak (Gierveld dan Tillburg, 1990). Remaja akhir yang mengalami kesepian merasa bahwa dirinya tidak memiliki teman dekat, merasa tidak memiliki kebebasan untuk bercerita tentang masalah pribadi dengan teman, merasa tak ada seorang pun yang akan membantunya, juga merasa orang tua tidak peduli dan tidak memahami masalah-masalah yang mereka alami (Peplau dan Perlman, 1982). Sullivan (dalam Santrock, 2003) mengatakan remaja memiliki sejumlah kebutuhan dasar yang di dalamnya termasuk kebutuhan akan cinta, kasih sayang, ikatan yang aman, teman yang menyenangkan, dan penerimaan lingkungan sosial. Remaja memiliki kebutuhan yang kuat akan rasa cinta, kasih sayang, dan keterlibatan dengan orang lain. Cinta dan kasih sayang merupakan hal yang sangat berharga, karena di dalamnya menyangkut suatu hubungan erat, sehat, dan penuh cinta kasih. Cinta dan kasih sayang diwujudkan dalam berteman, memiliki hubungan yang menyenangkan dengan orang tua, dan merasa bagian dari
4 digilib.uns.ac.id 4 komunitasnya. Lebih lanjut, remaja juga memiliki kebutuhan yang besar akan penghargaan, yaitu kebutuhan akan merasa diri berharga, dan kebutuhan akan penghargaan dari orang lain yang meliputi kepercayan diri, kompetensi, penguasaan, dan prestasi. Emosi menjadi kebutuhan penting dalam kehidupan sosial remaja akhir. Perasaan menyenangkan yang dimiliki ketika memiliki jaringan sosial untuk melakukan aktivitas berasama, memiliki teman untuk menghabiskan waktu bersama, memiliki sahabat berbagi cerita, dan memiliki hubungan dekat dengan keluarga merupakan tujuan pemenuhan kebutuhan sosioemosi remaja akhir. Kebutuhan sosioemosi remaja yang kuat akan rasa cinta, kasih sayang, pengakuan dan penerimaan dari lingkungan sosial menumbuhkan kemampuan pada diri remaja akhir untuk membangun hubungan dan mempertahankan hubungan dengan orang sekitarnya sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan tersebut. Remaja akhir yang kurang memiliki kelekatan emosional dengan orang lain akan berjuang untuk mendapatkan keberhargaan diri, kepercayaan diri, serta keterampilan sosial untuk memuaskan keinginan dan harapan pribadi dalam keberhasilan hubungan dengan orang lain. Ada banyak hal lain yang bisa menjadikan remaja akhir merasa kesepian, seperti memiliki hubungan buruk dengan orang tua, merasa kurang mendapatkan cinta dan kasih sayang dari orang tua, tidak memiliki kelekatan dengan orang tua dan orang dewasa lain, pengalaman dini akan adanya penolakan dan kehilangan, kurangnya kepercayaan pada diri akan kemampuan dan keinginan dirinya, pengalaman tidak memiliki hubungan dekat dengan orang lain secara memuaskan, juga tidak memiliki teman akrab. Seperti yang dikatakan oleh Santrock (2003) bahwa kebutuhan remaja akhir yang kuat akan keintiman, tapi
5 digilib.uns.ac.id 5 tidak diimbangi dengan keterampilan sosial yang baik atau kematangan hubungan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat menimbulkan kesepian pada remaja akhir. Kesepian pada remaja akhir juga dapat meningkat seiring dengan meningkatnya perubahan dalam harapan sosial, peran, dan hubungan dengan orang di sekitarnya. Remaja pertengahan dan akhir mengembangkan harapan yang lebih besar tentang keintiman, loyalitas, dan dukungan dalam hubungan mereka, dan mereka semakin bertukar keyakinan, nilai-nilai, dan ideologi dengan teman-teman mereka (Heinrich, Gullone, Rubin dkk., dalam Vanhalst, 2012). Selama masa remaja akhir terjadi transisi sosial tertentu, seperti transisi ke perguruan tinggi merupakan masa yang menantang dalam hal menjaga jaringan sosial yang memuaskan, menciptakan hubungan baru, dan membentuk kembali jaringan sosial yang sudah ada. Sebagian besar siswa telah meninggalkan rumah orangtua masuk ke perguruan tinggi, dan teman-teman SMA mereka pindah ke universitas yang berbeda. Secara khusus, mahasiswa tidak bisa lagi mengandalkan jaringan sosial yang ada dari teman-teman dan keluarga, dan harus berurusan dengan banyak perubahan kehidupan dan pilihan, yang dapat menyebabkan perasaan kesepian. Kesepian di masa remaja juga terkait dengan penolakan dari rekan (peer rejection), menjadi korban (victimization) dari perilaku berbahaya yang disengaja dan berulang dari waktu ke waktu oleh satu atau lebih individu dengan posisi kekuasaan yang lebih kuat (Montgomery & Côté, Oswald & Clark, dalam Vanhalst, 2012). Kesepian muncul sebagai perasaan tidak puas dengan hubungan yang dimiliki seseorang dengan orang lain, baik secara kualitas maupun kuantitas.
6 digilib.uns.ac.id 6 Kesepian dapat terhindarkan ketika seseorang memiliki keterampilan sosial yang baik dan memiliki persepsi tentang hubungan memuaskan yang dimilikinya dengan orang lain. Keterampilan sosial yang baik dan persepsi tentang hubungan memuaskan muncul ketika seseorang merasa berharga, merasa diterima dan dimengerti, mampu membangun hubungan dengan orang lain, serta mengalami penghargaan dan penerimaan yang baik. Penghargaan dan penerimaan yang baik, perasaan bergharga serta kemampuan membangun hubungan dengan orang lain ini disebut harga diri. Harga diri merupakan penilaian yang dibuat oleh individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri, yang diekspresikan dengan suatu bentuk sikap setuju atau tidak setuju dan menunjukkan tingkat di mana individu meyakini dirinya sendiri sebagai individu yang mampu, penting, dan berharga (Coopersmith, 1967). Kesepian pada remaja akhir selain dipengaruhi dari dalam diri, yaitu harga diri, juga dipengaruhi oleh lingkungan, yaitu keluarga. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2005) bahwa remaja dengan kelekatan secure dalam keluarga lebih mampu menjalin hubungan pertemanan, sehingga memiliki tingkat kesepian yang rendah. Keluarga yang kohesif, oleh Moos (dalam Barber dan Buehler, 1996) dijelaskan sebagai: "sejauh mana anggota keluarga peduli dan berkomitmen untuk keluarga, dan sejauh mana anggota keluarga membantu dan mendukung satu sama lain. Orang tua adalah figur kelekatan awal pada diri ramaja. Seseorang pertama kali mendapat sentuhan hangat dan kasih sayang dari seorang ibu. Kualitas interaksi antara ibu dengan bayinya menentukan bagaimana individu kecil tersebut berespons terhadap orang lain sepanjang
7 digilib.uns.ac.id 7 hidupnya. Belaian, pelukan, ciuman, kecupan, dan senyuman yang diberikan oleh orang tua memunculkan kehangatan jiwa dalam diri remaja dan membantu remaja dalam menguasai emosinya. Sentuhan emosional dari orang tua berupa empati dan simpati dapat membuat remaja menjadi peka terhadap lingkungannya. Sangatlah penting bagi remaja untuk menerima dan mendapat dukungan untuk mengungkapkan apa yang mereka pikirkan dan rasakan dari orang tua mereka. Kohesivitas keluarga juga mencakup kuantitas interaksi orang tua dengan remaja, seperti seringnya melakukan aktivitas bersama, seringnya menghabiskan waktu bersama, juga seringnya memiliki waktu untuk berbincang-bincang satu sama lain dapat membantu remaja dalam mengasah keterampilan sosialnya dalam membangun hubungan dengan orang lain. Seperti yang dikatakan oleh Schwartz (2007), kohesivitas dalam keluarga memberikan pengaruh pada proses penyesuaian sosial dan pencarian identitas diri. Kohesi keluarga merupakan hubungan antaranggota keluarga yang menyenangkan dan memuaskan yang diasosiasikan dengan kemampuan untuk mengalami empati, rasa percaya diri yang tinggi, dan kepercayaan interpersonal. Melalui keluarga, anak belajar mempercayai orang lain, anak belajar terbuka, juga belajar saling berbagi dengan orang lain, terutama dengan orang yang memiliki hubungan dekat dengannya. Proses belajar dan modeling yang adekuat selama masa perkembangannya akan mempengaruhi bagaimana remaja akhir berproses dalam membentuk keterampilan untuk membangun hubungan intrapersonal dengan orang lain di masa remaja hingga dewasanya. Terdapat beberapa penelitian sebelumnya mengenai kesepian pada remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2005) menunjukkan bahwa remaja panti
8 digilib.uns.ac.id 8 asuhan yang merupakan yatim piatu cenderung memiliki tipe kelekatan anxious dan memiliki tingkat kesepian yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja panti asuhan yang yatim kurang mampu. Marika (2007) melakukan penelitian mengenai kesepian pada remaja yang menyatakan bahwa semakin tinggi efektivitas komunikasi orang tua dan remaja, maka tingkat kesepian pada remaja akan semakin rendah. Juga penelitian oleh Savitri dan Syifa ar (2007) yang menyatakan bahwa kualitas komunikasi remaja orangtua tunggal tinggi maka kesepian pada remaja rendah. Kemudian penelitian oleh Sudarman (2010) pada remaja di panti asuhan didapat hasil bahwa faktor yang mempengaruhi kesepian pada remaja di panti asuhan diantaranya, kurangnya kedekatan dengan orang lain, adanya krisis dalam diri, serta kurangnya rasa percaya diri. Berdasarkan uraian di atas, besarnya kebutuhan sosioemosi remaja akhir akan cinta, kasih sayang, penerimaan dan dukungan serta kebutuhan akan hubungan sosial yang menyenangkan dan mendalam dengan orang lain, jika tidak terpenuhi akan mengarahkan pada kondisi kesepian. Keberhasilan pemenuhan kebutuhan sosioemosi remaja akhir menjadi penting. Kohesivitas keluarga dan harga diri menjadi hal yang dipertimbangkan dapat menentukan keberhasilan pemenuhan kebutuhan sosioemosi tersebut. Kohesivitas keluarga pada remaja dapat memunculkan pengalaman pemenuhan kebutuhan emosi akan cinta, kasih sayang, penerimaan dan dukungan dari orang tua dan saudara, serta menumbuhkan keterampilan yang adekuat untuk membangun hubungan interpersonal dengan baik. Demikian pula harga diri remaja yang tinggi memiliki konsekuensi positif, di antaranya peluang lebih berhasil dalam membangun hubungan yang mendalam
9 digilib.uns.ac.id 9 meski dengan orang-orang baru. Oleh karena beberapa informasi dari penelitian sebelumnya tentang kesepian pada remaja pada kondisi tertentu, yaitu pada remaja di panti asuhan maupun pada remaja dengan orang tua tunggal, peneliti tertarik untuk meneliti apakah secara umum, pada remaja akhir, kesepian berhubungan dengan kohesivitas keluarga dan harga diri. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan antara kesepian dengan kohesivitas keluarga pada remaja akhir? 2. Apakah terdapat hubungan antara kesepian dengan harga diri pada remaja akhir? 3. Apakah terdapat hubungan antara kesepian dengan kohesivitas keluarga dan harga diri pada remaja akhir? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui hubungan antara kesepian dengan kohesivitas keluarga pada remaja akhir. 2. Mengetahui hubungan antara kesepian dengan harga diri pada remaja akhir. 3. Mengetahui hubungan antara kesepian dengan kohesivitas keluarga dan harga diri pada remaja akhir.
10 digilib.uns.ac.id 10 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi keilmuwan dan dapat dijadikan bahan referensi tambahan untuk penelitian selanjutnya, khususnya penelitian dalam bidang psikologi perkembangan dan psikologi sosial, serta tentang kesepian pada remaja akhir. 2. Manfaat Praktis a. Bagi remaja akhir Membantu remaja akhir dengan membangun kohesivitas keluarga dan harga diri tinggi sebagai pertimbangan untuk menghindarkan diri dari kesepian. b. Bagi orang tua Membantu orang tua untuk dapat membangun keterikatan emosional dengan remaja; lebih memperhatikan, membangun dan menjaga hubungan baik antaranggota keluarga yang suportif dalam sistem keluarga; serta membantu remaja dalam meningkatkan harga diri sebagai pertimbangan untuk menghindarkan diri dari kesepian. c. Bagi Psikolog Bekerjasama dengan orang tua memberikan dukungan berupa sarana dan prasarana untuk membangun kohesivitas keluarga dan harga diri sebagai bahan pertimbangan dalam membantu remaja akhir yang
11 digilib.uns.ac.id 11 menghindarkan diri dari kesepian, serta dapat mencegah dampak negatif kesepian. d. Bagi Konselor Bekerjasama dengan orang tua dan tenaga pendidik memberikan dukungan berupa sarana dan prasarana, baik di lingkungan pendidikan formal maupun nonformal, untuk membangun kohesivitas keluarga dan harga diri sebagai bahan pertimbangan dalam membantu remaja akhir yang menghindarkan diri dari kesepian, serta dapat mencegah dampak negatif kesepian, serta dapat mencegah dampak negatif kesepian. e. Bagi peneliti lain Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian mengenai kesepian pada remaja akhir.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orang tua berperan sebagai figur pemberi kasih sayang dan melakukan asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa
15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Di usia remaja antara 10-13 tahun hingga 18-22 tahun (Santrock, 1998), secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG
BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Kesepian merupakan salah satu masalah psikologis yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Setiap manusia pernah menghadapi situasi yang dapat menyebabkan kesepian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal (young adulthood) adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah
Lebih terperinciUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta pembagian peran suami dan istri. Seiring dengan berjalannya waktu ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu hubungan antara pria dan wanita yang diakui secara sosial, yang didalamnya mencakup hubungan seksual, pengasuhan anak, serta pembagian
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup seorang anak tidak selamanya berjalan dengan baik. Beberapa anak dihadapkan pada pilihan yang sulit bahwa anak harus berpisah dari keluarganya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan awal dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja dan akan memasuki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesepian merupakan suatu permasalahan yang dialami oleh seseorang, yang terjadi akibat hubungan interpersonal saat ini tidak sesuai dengan harapan yang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dapat dipandang sebagai suatu masa dimana individu dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai meninggalkan kebiasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Kesepian. hubungan dengan orang lain; perasaan bahwa seseorang hilang. Kesepian lebih
digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Kesepian 1. Pengertian Kesepian Kesepian adalah perasaan kekurangan yang disebabkan oleh kurangnya hubungan dengan orang lain; perasaan bahwa seseorang hilang.
Lebih terperinciSKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJA PANTI ASUHAN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang
BAB I PENDAHULUAN l.l Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya. Merekalah yang akan menerima kepemimpinan dikemudian hari serta menjadi penerus perjuangan bangsa. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya. Beberapa anak dihadapkan pada pilihan bahwa anak harus berpisah dari keluarganya karena sesuatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan dengan orang lain yang meliputi interaksi di lingkungan sekitarnya. Sepanjang hidup, manusia akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa kehidupan yang penting dalam rentang hidup manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional (Santrock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia senantiasa mendambakan kehidupan yang bahagia. Mencari kebahagiaan dapat dikatakan sebagai fitrah murni setiap manusia. Tidak memandang jenis kelamin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainnya. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial, tentu membutuhkan interaksi dengan manusia lainnya. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran dan fungsi ibu dalam kehidupan seorang anak sangat besar. Anak akan lebih merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI DENGAN KESEPIAN PARA ISTRI ANGGOTA TNI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 oleh : DWI BUDI UTAMI F 100 040
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Sosial 1. Pengertian Penyesuaian Sosial Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berlangsung sejak usia 10 atau 11 tahun, atau bahkan lebih awal yang disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai dari usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Idealnya, di dalam sebuah keluarga yang lengkap haruslah ada ayah, ibu dan juga anak. Namun, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali orang tua yang menjadi orangtua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 49% berusia tahun, 33,8% berusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia mengungkapkan, pengguna internet di Indonesia tahun 2014 mencapai 88,1 juta orang dari total penduduk Indonesia. Dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu gereja yang sudah berdiri sejak tahun 1950 di Indonesia adalah Gereja Kristen Indonesia atau yang biasa disebut GKI. GKI adalah sekelompok gereja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk bisa mempertahankan hidupnya. Proses kehidupan manusia yang dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa berada pada masa dewasa awal. Pada masa ini, mahasiswa berada pada masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Pada masa transisi ini banyak hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Lebih terperinciB A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia
1 B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia akan mengalami serangkaian tahap perkembangan di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia adalah tahap remaja. Tahap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang terikat dalam perkawinan yang sah. Dalam kehidupan bermasyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merantau merupakan salah satu fenomena sosial yang memiliki dampak luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong seseorang untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki arti tersendiri di dalam hidupnya dan tidak mengalami kesepian.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari hubungannya dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial kita memerlukan hubungan interpersonal secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hakikat pendidikan merupakan salah satu bagian dari modal atau kekuatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakikat pendidikan merupakan salah satu bagian dari modal atau kekuatan yang bisa menumbuhkan peradaban bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pendidikan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa.
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa. Seorang perempuan dianggap sudah seharusnya menikah ketika dia memasuki usia 21 tahun dan laki-laki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa berelasi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa berelasi dengan orang lain. Setiap manusia, selalu berinteraksi dengan orang-orang yang ada dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik maupun emosional. Semakin bertambahnya usia, individu akan mengalami berbagai macam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian. dan terpisah dari mereka yang ada sekitar anda (Beck & Dkk dalam David G.
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesepian 1. Pengertian Kesepian Kesepian adalah dengan merasa terasing dari sebuah kelompok, tidak dicintai oleh sekeliling, tidak mampu untuk berbagi kekhawatiran pribadi,
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dukungan, serta kebutuhan akan rasa aman untuk masa depan. Orang tua berperan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus dilindungi dan diperhatikan sebaik mungkin oleh seluruh lapisan masyarakat. Keluarga sebagai unit terkecil dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mental. Hal ini seringkali membuat orangtua merasa terpukul dan sulit untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa pasangan suami istri menginginkan keturunan sebagai bagian dari keluarga mereka. Pasangan suami istri pasti berharap untuk mendapatkan anak yang sehat
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SECURE ATTACHMENT DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJADI SMAN 2 PADANG. Winda Sari Isna Asyri Syahrina
HUBUNGAN ANTARA SECURE ATTACHMENT DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJADI SMAN 2 PADANG Winda Sari Isna Asyri Syahrina Fakultas Psikologi Universitas Putra Indonesia ABSTRAK Tujuan penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu hidup berdampingan dengan orang lain tentunya sering dihadapkan pada berbagai permasalahan yang melibatkan dirinya
Lebih terperinciHubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel
Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel Thesis Diajukan kepada Program Studi Magister Sains Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemburuan merupakan hal yang wajar terjadi dalam sebuah hubungan antarindividu. Afeksi yang terlibat dalam hubungan tersebut membuat individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir. 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir Menurut Goleman (2000) kecerdasan emosional adalah kemampuan yang dimiliki seseorang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja (adolescence) sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dunia ini tidak hidup sendiri, selalu ada bersama-sama dan berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang dalam kesehariannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini menguraikan inti dari penelitian yang mencakup latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. 1.1 Latar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dan membentuk hubungan sosial dengan orang lain, karena pada dasarnya manusia tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan individu di samping siklus kehidupan lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kalangan. Orang dewasa, remaja maupun anak-anak sekarang sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Peran internet menjadi kebutuhan sumber informasi utama pada berbagai kalangan. Orang dewasa, remaja maupun anak-anak sekarang sudah menggunakan internet untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penderita skizofrenia dapat ditemukan pada hampir seluruh bagian dunia. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock dan Sadock,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang senantiasa memerlukan interaksi dengan orang lain. Saat berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Attachment Attachment atau kelekatan merupakan teori yang diungkapkan pertama kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969. Ketika seseorang
Lebih terperinciBab 2 Tinjauan Pustaka
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Kesepian 2.1.1 Definisi Kesepian Kesepian didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan sosial yang diinginkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentu ingin hidup dengan pasangannya selama mungkin, bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu hubungan. Ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kekalutan emosi, instropeksi yang berlebihan, kisah yang besar, dan sensitivitas yang tinggi. Masa remaja adalah masa pemberontakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah mengentaskan anak (the launching of a child) menuju kehidupan
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Empty Nest 1. Definisi Empty Nest Salah satu fase perkembangan yang akan terlewati sejalan dengan proses pertambahan usia adalah middle age atau biasa disebut dewasa madya, terentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu lainnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat seseorang memasuki usia dewasa awal, ia mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada usia ini merupakan transisi terpenting dalam hidup manusia, dimana remaja mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hakikatnya Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan, antara pria dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, dimana mereka tidak dapat hidup seorang diri. Manusia selalu membutuhkan orang lain, baik untuk saling membantu, bekerja sama, bahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak akan bisa tahan untuk hidup sendiri di dunia ini. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tidak akan bisa tahan untuk hidup sendiri di dunia ini. Hal ini menuntut manusia agar selalu berusaha untuk melakukan interaksi sosial dan menjalin hubungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia 2.1.1. Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian Kecemasan menghadapi kematian (Thanatophobia) mengacu pada rasa takut dan kekhawatiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Anak-anak seharusnya memiliki kecendrungan mengembangkan self esteem yang tinggi daripada orang dewasa, karena mereka kurang begitu perduli terhadap atribusi dirinya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Kesepian 1. Definisi Kesepian Rotenberg, Peplau and Perlman mendefinisikan kesepian sebagai reaksi kognitif dan afektif individu terhadap ancaman dari hubungan sosial. Komponen
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. S dan I telah melewati beberapa unit dalam fase forgiveness.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak ke dewasa yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral, dan agama, kognitif dan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gambaran Kepuasan..., Dini Nurul Syakbani, F.PSI UI, 2008
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, orang dewasa menginginkan hubungan cintanya berlanjut ke jenjang perkawinan. Perkawinan memberikan kesempatan bagi individu untuk dapat memenuhi berbagai
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
1.1. Latar Belakang Permasalahan 1. PENDAHULUAN Tidak dapat dipungkiri, bahwa hidup seorang perempuan akan berubah setelah lahirnya si buah hati. Bukan hanya kehidupan pribadi anda yang berubah, tetapi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari keseluruhan laporan penelitian yang menguraikan pokok bahasan tentang latar belakang masalah yang menjadi fokus penelitian, pertanyaan penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah
BAB 1 PENDAHULUAN A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah satunya untuk perubahan lingkungan maupun untuk dirinya sendiri yang bertujuan meningkatkan dan merubah kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Individu dalam tahapan dewasa awal memiliki tugas perkembangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu dalam tahapan dewasa awal memiliki tugas perkembangan yang salah satunya adalah untuk membentuk hubungan intim dengan orang lain (Santrock, 1992 : 113), maka
Lebih terperinciKETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN
KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas: Kohesivitas keluarga dan harga diri 2. Variabel tergantung: Kesepian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari eksistensi manusia di dunia. Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua orang menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Aristoteles (dalam Bertens, 2004) menyebutkan bahwa kebahagiaan merupakan tujuan utama dari eksistensi manusia
Lebih terperinci