BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepercayaan Diri Remaja Yang Mengalami Kelebihan Berat Badan Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. Menurut Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling (2005:87), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri. Percaya diri juga dapat diartikan sebagai suatu kepercayaan akan kemampuan diri sendiri yang memadai dan menyadari bahwa kemampuan yang dimilikinya dapat dimanfaatkan secara tepat. Menurut Rini (2002) kepercayaan diri adalah sikap positif seseorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan yang dihadapinya. Dengan rasa percaya diri orang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurangnya percaya diri akan menghambat pengembangan potensi diri. Jadi orang yang kurang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan 9

2 ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, serta bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain Breneche dan Amich (dalam Dewi, 2005) menjelaskan kepercayaan diri merupakan suatu perasaan cukup aman dan tahu apa yang dibutuhkan dalam kehidupannya sehingga tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain. Setiap individu mempunyai kepercayaan diri yang berbeda-beda, sebagian orang merasa sangat percaya diri sementara sebagaian individu yang lain merasa kurang percaya diri. Lauster (1978), mengatakan bahwa individu yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi akan menjadi pribadi yang optimis. Orang yang percaya diri akan mampu menghargai orang lain karena percaya bahwa orang lain juga mempunyai kemampuan seperti dirinya. Sedangkan individu yang kurang percaya diri akan mengalami kesulitan dalam mengadakan hubungan dengan orang lain, kurang bertanggung jawab, selalu membandingkan dirinya dan pesimis Remaja Yang Mengalami Kelebihan Berat Badan Pengertian Remaja Remaja berasal dari kata latin adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1999). Monks (2001), menyatakan bahwa masa remaja menunjukan dengan sifat jelas masa transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. 10

3 Menurut Santrock (2003), masa remaja adalah periode transisi, saat seorang individu mengalami perubahan fisik dan psikologis dari kanak-kanak menjadi dewasa. Pada masa transisi ini, remaja dapat dipandang dari dua sisi yang berlainan, disatu sisi remaja ingin menjadi seseorang yang mandiri tanpa bantuan orang tuanya lagi, namun disisi lain remaja masih membutuhkan bantuan dari orang tuanya. Pada masa remaja seseorang mulai belajar mengekspreiskan perasaan-perasaan yang lebih matang dan berusaha memperoleh kebebasan emosional dengan cara menggabungkan diri dengan teman sebayanya (Ristianti, 2008) Mappiare (1982) mengatakan masa remaja secara psikologis adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Bila ditinjau dari segi perkembangan biologis, yang dimaksud remaja ialah mereka yang berusia tahun (Monks, 2001) Pengertian Kelebihan Berat Badan Setiap orang pasti menginginkan bentuk tubuh yang ideal, tidak terlalu kurus juga tidak terlalu gemuk dan terlihat proporsional sesuai antara berat badan dengan tinggi badan. Seseorang sering salah mengartikan antara istilah kelebihan berat badan (over weight) dengan kegemukan (obesitas), padahal sebenarnya keduanya mempunyai makna yang berbeda. Dalam Kompas (26 Juli, 2010) menyebutkan bahwa seseorang yang mengalami kelebihan berat badan belum tentu mengalami kegemukan. Obesitas adalah kondisi dimana lemak tubuh berada 11

4 dalam jumlah yang berlebihan. Sedangkan kelebihan berat badan (overweight) adalah keadaan dimana berat badan seseorang melebihi berat badan normal. Seseorang dapat dikatakan kelebihan berat badan ketika berat badannya melebihi berat badan ideal sebesar 10% atau lebih, sedangkan seseorang yang berat badannya melebihi 20% dari berat badan idealnya dapat dikatakan seseorang tersebut mengalami kegemukan (obesitas). Rata-rata wanita memilik lemak tubuh yang lebih banyak dari pria. Pada wanita perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah 25-30%, sedangkan pria 18-23% (Wekipedia Indonesia). Menurut Albert (2003) bahwa bentuk fisik kelebihan berat badan dibedakan menurut distribusi lemak. Bila lebih banyak lemak dibagian atas tubuh (dada dan pinggang) maka disebut apple shape body(android),dan bila lemak lebih banyak dibagian bawah tubuh (pinggul dan paha) disebut pear shape body (gynecoid). Sedangkan bentuk tubuh pertengahan adalah intermediate. Apple shape cenderung beresiko tinggi atau lebih besar mengalami penyakit kardioveskuler, hipertensi dan diabetes dibandingkan pear shape Cara Menilai Berat Badan Ideal Banyak cara yang digunakan untuk mengukur berat badan seseorang, apakah berat badan kita ideal, overweight atau obesitas. Menurut David dari US Government Actuarial Information, mengkategorikan berat badan ideal seseorang kedalam tabel berdasarkan tinggi badannya sebagai berikut : 12

5 Tabel 2.1 Standar-standar pengukuran berat badan manusia menurut Wirakusumah (1994), adalah : 1) Standart Brocca Definisi untuk berat badan ideal menurut Brocca adalah : (TB 100) - 10% (TB 100) TB : Tinggi badan (dalam cm) Contoh : Gilang memiliki tinggi badan 178 cm, maka berat badan idealnya jika diukur menggunakan standar Brocca adalah = ( ) 10% ( ) = 78 7,8 = 70,2 kg Jadi berat badan Gilang yang ideal adalah 70,2 kg. 13

6 2) IMT (Indek Masa Tubuh) Indek Masa Tubuh adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, melainkan IMT berkorelasi dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh. IMT merupakan salah satu standart pengukuran berat badan yang digunakan di Indonesia, yaitu dihitung dengan cara : Indek Masa Tubuh (IMT) = Berat Badan (kg) : Tinggi Badan (m) 2 Tabel 2.2 IMT (Indek Masa Tubuh) IMT KATEGORI < 18.5 Kurus Normal Gemuk 25 Obesitas Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan standar pengkuran berat badan IMT, karena metode tersebut paling mudah dimengerti baik oleh masyarakat luas dan bagi peneliti sendiri Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelebihan Berat Badan Jumra Nadilla (2012) menyebutkan ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mengalami kelebihan berat bada (overweight) antara lain: 1) Kelebihan makanan Kelebihan berat badan hanya mungkin terjadi jika terdapat kelebihan makanan dalam tubuh, terutama bahan makanan sumber energi. Dengan kata lain, jumlah makanan yang dimakan melebihi kebutuhan tubuh. 14

7 2) Kurangnya aktifitas Kelebihan berat badan dapat terjadi bukan hanya karena makanan berlebih, tetapi juga karena aktifitas fisik berkurang, sehingga terjadi kelebihan energi. Berbagai kemudahan hidup juga menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik, serta kemajuan tekhnologi diberbagai bidang kehidupan mendorong masyarakat untuk menempuh kehidupan yang tidak memerlukan kerja fisik yang berat. 3) Faktor psikologis Faktor psikologis sering juga disebut sebagai faktor yang mendorong terjadinya obesitas. Gangguan emosional akibat adanya tekanan psikologis atau lingkungan kehidupan masyarakat yang dirasakan tidak menguntungkan. Saat seseorang merasa cemas, sedih, kecewa, atau tertekan, biasanya cenderung mengkonsumsi makanan lebih banyak untuk mengatasi perasaanperasaan tidak menyenangkan tersebut. 4) Faktor genetik Kelebihan berat badan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi berikutnya dalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya kita sering menjumpai orangtua gemuk cenderung memiliki anak-anak yang gemuk pula. Dalam hal ini faktor genetik berperan menentukan jumlah unsur sel lemak dalam tubuh yang berjumlah besar melebihi ukuran normal, secara otomatis akan diturunkan kepada bayi yang sedang berada di dalam kandungan. Maka tidak heran bila bayi yang lahirpun memiliki unsur lemak tubuh yang relatif sama besar. 15

8 5) Pola konsumsi makanan Pola makanan masyarakat perkotaan yang tinggi kalori dan lemak serta rendah serat memicu peningkatan jumlah penderita obesitas. Masyarakat diperkotaan cenderung sibuk, biasanya lebih menyukai mengkonsumsi makanan cepat saji, dengan alasan lebih praktis. Meskipun mereka mengetahui bahwa nilai kalori yang terkandung dalam makanan cepat saji sangat tinggi, dan didalam tubuh kelebihan kalori akan diubah dan disimpan menjadi lemak tubuh. 6) Faktor lingkungan Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang menjadi gemuk. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut mengabaikan bentuk badan yang ideal Pengertian Remaja Yang Mengalami Kelebihan Berat Badan Berdasarkan keterangan sebelumnya, secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Bila ditinjau dari segi perkembangan biologis, yang dimaksud remaja ialah mereka yang berusia tahun. Pada usia tersebut seorang akan mengalami perubahan fisik maupun emosional yang sangat drastis. Sedangkan yang dimaksud dengan kelebihan berat badan adalah ketika berat badan seseorang melebihi berat badan ideal sebesar 10% atau lebih, 16

9 sedangkan seseorang yang berat badannya melebihi 20% dari berat badan idealnya dapat dikatakan seseorang tersebut mengalami kegemukan (obesitas). Maka dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan remaja yang mengalami kelebihan berat badan adalah seorang individu yang berusia antara tahun, ketika mereka mengalami masa transisi sebagai seorang pria maupun wanita dewasa. Bila dilihat dari umur, jenis kelamin dan perkembangan tubuhnya memiliki berat badan yang melebihi 10% dari berat badan idealnya dan jika melebihi 20% dari berat badan idealnya maka dapat dikatakan obesitas (kegemuklan) Kepercayaan Diri Remaja Yang Mengalami Kelebihan Berat Badan Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan akan kemampuan dirinya sendiri dan menyadari bahwa kemampuan tersebut dapat dimanfaatkan secara tepat. Bagi seorang remaja yang mengalami kelebihan berat badan, kepercayaan diri amatlah penting. Karena dengan memiliki kepercayaan diri yang baik seorang remaja yang mengalami kelebihan berat badan akan dapat menilai dirinya sendiri secara positif dan tidak akan merasa malu apabila berada dalam lingkungan sosial. Remaja yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi tidak akan mempermasalahkan bentuk tubuhnya sehingga dirinya tidak perlu cemas untuk menurunkan berat badannya agar mendapatkan bentuk badan yang ideal. Sedangkan pengertian dari remaja yang memiliki kelebihan berat badan adalah seorang individu yang berusia antara tahun, ketika mereka mengalami masa transisi sebagai seorang pria maupun wanita dewasa. Bila dilihat 17

10 dari umur, jenis kelamin dan perkembangan tubuhnya memiliki berat badan yang melebihi 10% dari berat badan idealnya dan jika melebihi 20% dari berat badan idealnya maka dapat dikatakan obesitas (kegemukan). Berdasarkan uraian di atas kepercayaan diri remaja yang mengalami kelebihan berat badan adalah suatu keyakinan seorang remaja yang memiliki berat badan 10% melebihi berat badan ideal dan percaya akan kemampuan dirinya sendiri yang memadai. Dengan adanya keyakinan atas kemampuan yang dimilikinya, maka seorang remaja yang mengalami kelebihan berat badan tidak akan merasa malu dan tetap percaya diri walaupun bentuk tubuhnya tidak ideal serta masih memiliki semangat untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun lingkungan sekitarnya Ciri-ciri Individu Yang Memiliki Kepercayaan Diri Menurut Lauster (1978) ciri-ciri orang yang memiliki kepercayaan diri yang positif adalah : 1) Keyakinan akan kemampuan diri, yaitu sikap positif tentang dirinya bahwa mengerti sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya. 2) Optimis, yaitu sikap seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemenangan. 3) Obyektif, yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau segala sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri. 18

11 4) Bertanggung jawab, yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya. 5) Rasional dan realistis yaitu analisa terhadap suatu masalah, suatu hal, suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan. Menurut Lauster (1978) seseorang yang mempunyai kepercayaan diri positif dapat digambarkan dari empat aspek, yaitu : a. Cinta diri Orang yang percaya diri, mencintai diri sendiri dan cinta ini bukanlah sesuatu yang dirahasiakan bagi orang lain. Cinta diri sendiri merupakan prilaku seseorang untuk memelihara diri sendiri. b. Pemahaman diri Orang yang percaya diri tidak hanya merenungi, memikirkan perasaan dan prilaku diri sendiri. Orang yang percaya diri selalu berusaha ingin tahu bagaimana pendapat orang lain tentang dirinya sendiri, percaya akan kompetisi atau kemampuan diri sehingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan atau rasa hormat orang lain, berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain yaitu berani menjadi diri sendiri. c. Tujuan hidup yang jelas Orang yang percaya diri selalu tahu tujuan hidupnya, disebabkan mempunyai pikiran yang jelas mengapa melakukan tindakan tertentu dan mengetahui hasil apa yang dapat diharapkannya, tidak terdorong untuk menunjukan sikap konformis dan diterima oleh orang lain atau kelompok, 19

12 memiliki harapan yang realistis terhadap diri sendiri sehingga ketika harapan tersebut tidak terwujud seseorang tetap mampu melihat sisi positif dari dirinya dan situasi yang terjadi. d. Berpikir positif Orang yang percaya diri biasanya menyenangkan, karena mampu melihat kehidupan dari sisi yang cerah serta mencari pengalaman dan hasil yang bagus, mempunyai pengendalian diri yang baik, memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau kedaan, serta tidak menggantungkan atau mengharap bantuan dari orang lain), mempunyai cara pandang terhadap diri sendiri. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ditekankan pada ciri-ciri seseorang yang mempunyai kepercayaan diri yang dikemukakan oleh Lauster, yaitu keyakinan, optimis, obyektif, bertanggung jawab, rasional dan realistis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri Menurut Tursan Hakim (2002) Percaya diri merupakan suatu keyakinan dan sikap seseorang terhadap kemampuan pada dirinya sendiri, dengan menerima secara apa adanya baik positif maupun negatif yang dibentuk dan dipelajari melalui proses belajar dengan tujuan untuk kebahagiaan dirinya. Rasa percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang, ada proses tertentu didalam pribadinya sehingga terjadilah pembentukan rasa percaya diri. 20

13 Menurut Hakim (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri yaitu : a. Faktor internal Perasaan dari dalam diri, merupakan cara individu memandang dan menilai dirinya sendiri, terdiri dari : 1) Keadaan fisik Keadaan fisik individu akan berpengaruh terhadap kepercayaan diri. Individu yang memiliki fisik yang kurang sempurna akan menimbulkan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri, karena merasa ada yang kurang didalam dirinya dan membandingkannya dengan orang lain. Keadaan ini yang membuat individu merasa kurang percaya diri. 2) Konsep diri Konsep diri adalah gagasan tentang dirinya sendiri. Seorang yang mempunyai rasa rendah diri biasanya mempunyai konsep negatif, sebaliknya bila seseorang percaya diri maka akan mempunyai konsep diri yang positif. 3) Usia Kepercayaan diri terbentuk dan berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Seorang remaja yang mempunyai rasa kurang percaya diri dikarenakan permasalahan tentang konsep diri pada masa kanak-kanak kurang dapat terselesaikan. 21

14 4) Harga diri Harga diri adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri, individu yang mempunyai harga diri yang tinggi akan menilai pribadinya secara rasional yang benar bagi dirinya dan mudah mengadakan hubungan dengan orang lain. Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang positif pada dirinya sendiri, percaya pada usahanya dan mudah menerima orang lain. 5) Pengalaman hidup Kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman hidup. Pengalaman hidup yang kurang baik pada masa kanak-kanak akan berdampak pada masa pertumbuhan selanjutnya. 6) Kegagalan dan kesuksesan Keberhasilan yang dicapai akan membawa seseorang kepada kegembiraan dan juga membuat pandangan yang positif, sehingga dapat menimbulkan kepercayaan diri disetiap permasalahan yang dihadapi dan dapat dianalisis dengan baik. 7) Peran lingkungan keluarga terhadap terbentuknya kepercayaan diri Jika fungsi keluarga berjalan lancar dan baik, maka besar kemungkinan individu dalam keluarga tersebut mempunyai kepercayaan diri yang baik. Karena keluarga adalah pondasi dalam membentuk karakter individu. 22

15 b. Faktor eksternal Faktor eksternal merupakan persepsi dan reaksi lingkungan terhadap diri kita. Faktor eksternal yang mempengaruhi kepercayaan diri individu, yaitu : 1) Pendidikan Pendidikan mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Anthony (1992) lebih lanjut mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah cenderung membuat individu merasa dibawah kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain. Individu tersebut akan mampu memenuhi keperluan hidup dengan rasa percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan situasi dari sudut kenyataan. 2) Pekerjaan Rogers (dalam Kusuma, 2005) mengemukakan bahwa bekerja dapat mengembangkan kreatifitas dan kemandirian serta rasa percaya diri. Lebih lanjut dikemukakan bahwa rasa percaya diri dapat muncul dengan melakukan pekerjaan, selain materi yang diperoleh. Kepuasan dan rasa bangga di dapat karena mampu mengembangkan kemampuan diri. 3) Lingkungan dan pengalaman hidup Lingkungan disini merupakan lingkungan keluarga dan masyarakat. Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota kelurga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi. Begitu juga dengan 23

16 lingkungan masyarakat semakin bisa memenuhi norma dan diterima oleh masyarakat, maka semakin mantap kepercayaan dirinya (Centi, 1995). Sedangkan pembentukan kepercayaan diri juga bersumber dari pengalaman pribadi yang dialami seseorang dalam perjalanan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan psikologis merupakan pengalaman yang dialami seseorang selama perjalanan yang buruk pada masa kanak kanak akan menyebabkan individu kurang percaya diri (Drajat, 1995). 4) Dukungan sosial Menurut Loekmono (1983) bahwa rasa percaya diri dipengaruhi dalam hubungannya dengan orang-orang yang dianggap penting, lingkungan dan kehidupan sehari-hari. Natawidjaja (dalam Kusumawati, 2008) untuk meningkatkan kepercayaan diri remaja membutuhkan pihak lain yang dapat dipercaya untuk mendorong keberaniaanya dalam mengambil keputusannya Proses Pembentukan Kepercayaan Diri Percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang, ada proses tertentu didalam pribadi seseorang sehingga terjadilah pembentukan percaya diri, secara garis besar terbentuknya percaya diri yang kuat oleh Thursan Hakim (2002) melalui proses sebagai berikut : a. Terbentuknya kepribadian yang baik yang sesuai dengan proses perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu. Ketika seseorang 24

17 mendapatkan dukungan sosial sejak awal dari orang-orang terdekatnya, maka akan membuat individu tahu bahwa ia mempunyai kelebihan dalam dirinya. b. Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimiliknya melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihannya. Dengan dukungan sosial dari orang-orang terdekat, maka akan semakin menguatkan keyakinan individu bahwa dirinya memiliki kelebihan untuk dapat melakukan segala sesuatu. c. Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau sulit menyesuaikan diri. Meskipun seseorang tahu bahwa dirinya mempunyai kekurangan, namun apabila orang-orang didekatnya tetap memberikan dukungan maka hal ini akan menimbulkan reaksi positif dalam dirinya. Sehingga menjadi individu yang tidak rendah diri. d. Pengalaman didalam menggali berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan segala kelebihan yang dimilkinya. Jika seseorang mempunyai banyak pengalaman didalam kehidupannya dan disertai dengan dukungan dari orangorang terdekat disekelilingnya serta dapat menggunakan segala kelebihan yang ada dalam dirinya, maka akan membuat seseorang percaya diri dalam melakukan segala aspek dalam kehidupannya. 25

18 2.2. Dukungan Sosial Teman Sebaya Pengertian Dukungan Sosial Menurut Smet (1994) dukungan sosial adalah sebagai suatau kesenangan, perhatian, penghargaan atau pertolongan yang diterima dari individu lain atau kelompoknya. Dukungan sosial menurut Gottlieb (1983) dapat diartikan sebagai kebersamaan sosial yang menunjukan bahwa seseorang mempunyai kesempatan untuk dapat mengetahui masalah dirinya dan orang lain atau kelompoknya. Taylor (dalam Putri, 2005) menambahkan bahwa keluarga atau teman yang memberikan bantuan nyata dalam bentuk dukungan barang dan jasa selama individu mengalami kesulitan, semua itu dikarenakan keluarga maupun teman dapat memberikan informasi atau nasehat serta tindakan yang dapat dilakukan untuk menghadapi situasi yang sulit. Dengan adanya dukungan tersebut individu dalam situasi yang sulit akan mendapat dorongan yang positif terhadap permasalahan yang dihadapinya. Smet (1994) menegaskan individu yang merasakan adanya dukungan sosial akan lebih sehat fisik dan mentalnya dibandingkan dengan individu yang merasa tidak memiliki dukungan sosial. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah ikatan sosial atau kebersamaan sosial yang dijalin dengan akrab antara individu yang satu dengan yang lain dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan kelompok dan lain-lain Pengertian Teman Sebaya Monks (1994) mengatakan bahwa berinteraksi dengan teman sebaya merupakan permulaan hubungan persahabatan yang bersifat timbal balik dan 26

19 memiliki sifat-sifat adanya saling pengertian, saling membantu, saling percaya, saling menghargai. Hubungan sosial dengan teman sebaya merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan individu. Pada awalnya seseorang secara bertahap meninggalkan rumah dan bergaul secara luas dalam lingkungan sosialnya, setelah itu pergaulannya akan meluas dengan terbentuknya kelomok-kelompok teman sebaya sebagai suatu wadah penyesuaian (Mappiare, 1982). Dikatakan pula bahwa kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama seseorang belajar untuk hidup bersama. Lingkungan teman sebaya merupakan kelompok baru yang mempunyai ciri, norma dan kebiasaan yang jauh berbeda dengan yang ada di dalam lingkungan keluarga. Dengan kata lain bahwa teman sebaya adalah suatu kelompok teman yang memiliki ciri, norma dan kebiasaan yang sama. Didalamnya seseorang individu merasakan kebersamaan serta ketergantungan dan adanya rasa saling mengerti, membantu, percaya dan menghargai Pengertian Dukungan Sosial Teman Sebaya Menurut Safarino (1994) Dukungan sosial adalah suatu bentuk informasi, kesenangan atau bantuan yang diperoleh dari orang lain karena adanya keakraban sehingga seseorang merasa diperhatikan, dicintai, dihargai serta dihormati. Menurut Monk (1994) Teman sebaya adalah suatu kelompok teman yang memiliki ciri, norma dan kebiasaan yang sama, dimana seseorang individu 27

20 merasakan kebersamaan serta ketergantungan dan di dalamnya ada rasa saling mengerti, membantu, percaya juga saling menghargai. Jadi dukungan sosial teman sebaya adalah suatu bentuk informasi, kesenangan atau bantuan yang diperoleh dari kelompok teman yang memiliki ciri, norma dan kebiasaan yang sama, sehingga seseorang merasa diperhatikan, dicintai dan di hargai Jenis-jenis Dukungan Sosial House (dalam Smet, 1994) mengemukakan ada empat jenis dukungan sosial yaitu : a. Dukungan Emosional Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan. b. Dukungan Penghargaan Terjadi lewat ungkapan (penghargaan) untuk seseorang, dorongan maju atau pesertujuan dengan gagasan atau perasaan individu dengan orang lain, seperti orang-orang yang kurang mampu. c. Dukungan Instrumen Mencakup bantuan langsung sesuai dengan kebutuhan individu. d. Dukungan Informasi Mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-saran atau umpan balik terhadap suatu yang dilakukannya. 28

21 Menurut Sarafino (1994), ada lima bentuk dukungan sosial, yaitu: a. Dukungan emosional Terdiri dari ekspresi seperti perhatian, empati, dan turut prihatin kepada seseorang. Dukungan ini akan menyebabkan penerima dukungan merasa nyaman, tentram kembali, merasa dimiliki dan dicintai ketika seseorang mengalami stres, memberi bantuan dalam bentuk semangat, kehangatan personal, dan cinta. b. Dukungan penghargaan Dukungan ini ada ketika seseorang memberikan penghargaan positif kepada orang yang sedang stres, dorongan atau persetujuan terhadap ide ataupun perasaan individu, ataupun melakukan perbandingan positif antara individu dengan orang lain. Dukungan ini dapat menyebabkan individu yang menerima dukungan membangun rasa menghargai dirinya, percaya diri, dan merasa bernilai. Dukungan jenis ini akan sangat berguna ketika individu mengalami stres karena tuntutan tugas yang lebih besar dari pada kemampuan yang dimilikinya. c. Dukungan instrumental Merupakan dukungan yang paling sederhana untuk didefinisikan, yaitu dukungan yang berupa bantuan secara langsung dan nyata seperti memberi atau meminjamkan uang atau membantu meringankan tugas orang yang sedang stres. 29

22 d. Dukungan informasi Orang-orang yang berada di sekitar individu akan memberikan dukungan informasi dengan cara menyarankan beberapa pilihan tindakan yang dapat dilakukan individu dalam mengatasi masalah yang membuatnya stres. Terdiri dari nasehat, arahan, saran ataupun penilaian tentang bagaimana individu melakukan sesuatu. Misalnya individu mendapatkan informasi dari temanya tentang bagaimana mencegah penyakitnya kambuh lagi. e. Dukungan kelompok Merupakan dukungan yang dapat menyebabkan individu merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dimana anggota-anggotanya dapat saling berbagi. Misalnya menemani orang yang sedang stres ketika beristirahat atau berekreasi. Berdasarkan uraian di atas maka jenis dukungan sosial yang digunakan oleh penliti ada empat aspek dalam dukungan sosial, yaitu dukungan emosi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informasi Aspek-aspek Dukungan Sosial Dukungan sosial merupakan cara yang sangat baik untuk membantu seseorang yang sedang megalami stress atau kecemasan. Dukungan sosial yang diberikan kepada seseorang dapat beraneka ragam. Bentuk dukungan sosial tersebut House (dalam Smet, 1994) dibedakan menjadi empat aspek atau dimensi dukungan sosial yaitu : 30

23 1) Dukungan Emosional Dukungan ini mencakup dukungan yang diwujudkan dalam bentuk ungkapan empati, kepedulian, kasih sayang dan perhatian, adanya kepercayaan dan mendengarkan orang yang bersangkutan. Wujud dukungan emosional teman sebaya misalnya member perhatian, mendampingi, memberi semangat, menghibur, menguatkan hati ketika teman yang mengalami kelebihan berat badan merasa tidak percaya diri karena takut ditertawakan, dilecehkan dan tidak diterima di lingkungan teman-temannya. 2) Dukungan Penghargaan Dukungan ini terjadi lewat ungkapan hormat atau penghargaan positif untuk orang tersebut, dorongan untuk maju atau pesertujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan pandangan positif orang itu dengan orang-orang lain seperti misalnya orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaanya yang dapat menambah penghargaan diri. Pada remaja yang mengalami kelebihan berat badan penghargaan positif dan pemahaman teman sebaya terhadap hasil yang sejauh ini telah dilakukan oleh seseorang yang mengalami kelebihan berat badan adalah wujud dari dukungan penghargaan. 3) Dukungan Instrumen Mencakup bantuan langsung yang diwujudkan dalam bentuk uang, tenaga, waktu dan pemberian hadiah. Misalnya : teman sebaya meluangkan waktu untuk membantu mengurangi rasa tidak percaya diri dengan mengajak teman yang kelebihan berat badan tadi mengikuti dan menghadiri kegiatankegiatan yang melibatkan banyak orang. 31

24 4) Dukungan Informatif Mencakup pemberian informasi, nasehat, petunjuk-petunjuk, saransaran, umpan balik dan bimbingan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Ketika teman yang mengalami kelebihan berat badan merasa tidak percaya diri karena kondisi fisiknya, teman sebaya dapat memberikan petunjuk, saran maupun nasehat supaya tidak malu dengan kondisi fisiknya yang gemuk dan agar remaja tersebut menerima diri dengan segala kelebihan dan kekurangan, jangan minder serta selalu berpikir positif bahwa tubuh gemuknya adalah anugerah lebih dari Tuhan Efek Dukungan Sosial Orang yang mengalami kelebihan berat badan tentu akan membutuhkan dukungan sosial yang diperoleh dari teman sebaya. Efek atau manfaat dukungan sosial tersebut oleh House (dalam Cintiana, 2005) dibagi menjadi tiga kategori, yaitu : 1) Tangiable Assistance (pemberian dukungan materi) Untuk pemberian dukungan material dapat dicontohkan dengan teman sebaya dapat memberikan bajunya yang kebesaran kepada temanya. Hal ini sangat bermanfaat bagi remaja yang mengalami kelebihan berat badan agar tetap bisa tampil menarik. 2) Information (pemberian informasi) Bentuk partisipasi teman sebaya dapat diwujudkan dengan memberikan informasi seputar hal-hal yang berhubungan dengan kelebihan berat badan. 32

25 Teman sebaya juga memberikan informasi serta umpan balik untuk menghadapi masalah yang timbul dan mencari solusi yang tepat kepada temannya yang mengalami kelebihan berat badan sehingga tidak merasa cemas, minder dan tidak percaya diri terlalu lama. 3) Emotional Support (pemberian dukungan emosional) Remaja yang mengalami kelebihan berat badan tidak luput dari rasa cemas, tidak percaya diri dan ketakutan tidak dapat menyesuaikan diri mengikuti aturan main teman sebaya. Dukungan sosial teman sebaya akan sangat berharga sekali. Salah satu contoh kepedulian yang dapat diberikan adalah dengan memberikan semangat dan menguatkan hati pada saat-saat sulit Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Kepercayaan Diri Remaja Yang Mengalami Kelebihan Berat Badan Manusia merupakan mahluk sosial, yang berarti bahwa setiap manusia tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain. Dapat dikatakan juga manusia diberbagai bidang kehidupannya tidak selalu bersandar dan mengandalkan dirinya sendiri. Maka seseorang membutuhkan dukungan dari orang lain, terutama dari orang-orang terdekatnya. Seperti keluarga atau teman. House (dalam Smet, 1994) menyebutkan dukungan tersebut berupa dukungan emosional, penghargaan, instrument dan informasi. Dukungan-dukungan tersebut diperoleh agar seseorang merasa bahwa dirinya diperhatikan, dicintai, dihargai dan dihormati oleh orang-orang dilingkungan sekitarnya (Sarason, dalam Putri 2005). Pada saat seseorang merasa dirinya dapat diterima keberadaannya oleh orang-orang disekitarnya, akan 33

26 menimbulkan keyakinan pada diri seseorang bahwa dirinya itu berharga, maka seseorang tersebut memandang dirinya secara positif. Apabila seseorang dapat melihat dirinya secara positif, maka seseorang tersebut dapat mengembangkan dirinya. Seseorang yang mengalami kelebihan berat badan dituntut untuk mampu dan dapat mengembangkan dirinya secara positif, agar dapat menerima dirinya apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimilkinya, sehingga seseorang tersebut berhasil dalam mencapai tujuan hidupnya. Melalui dukungan sosial yang diberikan, remaja yang mengalami kelebihan berat badan yang memiliki kepercayaan diri yang kurang akan mendapatkan bantuan dan dorongan apabila remaja tersebut mengalami kesulitan. Lobby Loekmono (1983) mengemukakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap kepercayaan diri adalah adanya dukungan sosial. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri yaitu seseorang yang yakin atas kemampuan dirinya sendiri. Tetapi bagi remaja yang mengalami kelebihan berat badan, untuk memiliki kepercayaan diri tidaklah mudah karena kepercayaan diri seseorang akan timbul apabila remaja tersebut mempunyai kemampuan yang dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya Breneche dan Amich (dalam Dewi, 2005). Rasa percaya diri pada individu dipengaruhi dalam hubungannya dengan orang-orang yang dianggapnya penting yaitu lingkungan dan kehidupan sehari-hari. Seseorang yang masih berada pada usia sekolah, khususnya remaja yang lingkungan dan kehidupannya masih sangat tgerpengaruh oleh teman sebayanya, maka seseorang tersebut akan lebih mudah untuk meningkatkan kepercayaan dirinya melalui dukungan yang diperoleh dari teman sebayanya. 34

27 Remaja dalam kehidupan sosialnya terlihat sangat tertarik pada kelompok sebayanya, sehingga dalam hal perbuatan maupun pengalaman mereka ingin sama dengan anggota kelompoknya. Hal ini terjadi karena dengan bergabung bersama teman sebayanya seseorang dapat memenuhi kebutuhannya seperti kebutuhan untuk dimengerti, dianggap, diperhatikan, mencari pengalaman baru, berprestasi, diterima statusnya, harga diri serta rasa aman yang belum tentu yang diperoleh di rumah (Ristianti, 2008). Hubungan antar pribadi cenderung lebih memiliki perasaan positif terhadap interaksinya dengan teman dibandingkan interaksinya dengan orang tua, dimana hal ini disebabkan hubungan remaja bersama dengan teman lebih berdasarkan pada penerimaan, interaksi dan kepribadian (Sarwono, 1990) Hipotesis Berdasarkan uraiaan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dengan kepercayaan diri remaja yang mengalami kelebihan berat badan. 35

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 KecemasanPada Mahasiswa Dalam Menyusun Proposal Skripsi 2.1.1 Pengertian kecemasanmahasiswa dalam menyusun proposal Skripsi Skripsi adalah tugas di akhir perkuliahan yang harus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kecemasan 2.1.1 Pengertian kecemasan Kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan-ketakutan

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. 1. Pengertian Kepercayaan diri merupakan sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. 1. Pengertian Kepercayaan diri merupakan sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Kepercayaan diri merupakan sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga seseorang tidak terpengaruh oleh orang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Diet 2.1.1 Pengertian Perilaku Diet Perilaku adalah suatu respon atau reaksi organisme terhadap stimulus dari lingkungan sekitar. Lewin (dalam Azwar, 1995) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi caloncalon intelektual. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Matematika 1. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA a. Hasil Belajar Hasil Belajar adalah suatu proses atau usaha yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri untuk menghadapi keadaan-keadaan tersebut (Hurlock, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. diri untuk menghadapi keadaan-keadaan tersebut (Hurlock, 1990). BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa transisi yang secara psikologis sangat problematik karena berada dalam peralihan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa yang dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan-tindakannya

BAB II LANDASAN TEORI. keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan-tindakannya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Menurut Lauster (2012) kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan-tindakannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertian Kebahagiaan Menurut Seligman (2005) kebahagiaan hidup merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB. II LANDASAN TEORITIS. 2015), ialah pelajar perguruan tinggi. Didalam struktur pendidikan Indonesia,

BAB. II LANDASAN TEORITIS. 2015), ialah pelajar perguruan tinggi. Didalam struktur pendidikan Indonesia, BAB. II LANDASAN TEORITIS A. Mahasiswi Yang Menggunakan Jilbab Syar i 1.Pengertian Mahasiswa Pengertian mahasiswa menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2015), ialah pelajar perguruan tinggi. Didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri pada dasarnya adalah kemampuan dasar untuk dapat menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992) menyatakan bahwa kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang memiliki bentuk tubuh yang ideal memang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang memiliki bentuk tubuh yang ideal memang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang memiliki bentuk tubuh yang ideal memang menjadi idaman semua orang. Bentuk tubuh yang ideal adalah bentuk tubuh yang diinginkan oleh kaum

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan dalam Menyusun Proposal Skripsi (Pindho Hary Kristanto, dkk.) HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI Pindho

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan, tanpa ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang lengkap untuk dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Dalam perkembangan kepribadian seseorang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepercayaan Diri 2.1.1. Pengertian Kepercayaan Diri Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang berfungsi untuk mendorong individu dalam meraih kesuksesan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai dari usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka. Salah satu tugas

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka. Salah satu tugas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Remaja pada umumnya dituntut untuk mengatasi perubahan dalam mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka. Salah satu tugas perkembangan remaja adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

tersisih ", mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap

tersisih , mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap BABI PENDAHUL UAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, masyarakat di Indonesia mengenal adanya 3 Jems orientasi seksual. Ketiga orientasi tersebut adalah heteroseksual, homoseksual dan biseksual.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja a. Pengertian Kepercayaan Diri Salah satu aspek kepribadian yang menunjukkan sumber daya manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dukungan Sosial Orang Tua Definisi dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu (Sarafino,

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

SMA NEGERI 1 SANDEN Alamat. JL. Ngentak, Murtigading, Sanden, Bantul, 55763

SMA NEGERI 1 SANDEN Alamat. JL. Ngentak, Murtigading, Sanden, Bantul, 55763 PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL SMA NEGERI 1 SANDEN Alamat. JL. Ngentak, Murtigading, Sanden, Bantul, 55763 RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL SEMESTER I TAHUN 2016 1. Topik : Membangun pertemanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima belas tahun sampai dengan dua puluh dua tahun. Pada masa tersebut, remaja akan mengalami beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang- orang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang- orang yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dukungan Sosial 2.1.1 Pengertian Dukungan Sosial Cohen dan Wills (1985) mendefinisikan dukungan sosial sebagai pertolongan dan dukungan yang diperoleh seseorang dari interaksinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Efikasi Pengambilan Keputusan Karir. dalam berbagai keadaan (Bandura,1997).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Efikasi Pengambilan Keputusan Karir. dalam berbagai keadaan (Bandura,1997). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Diri Pengambilan Keputusan Karir 1. Pengertian Efikasi Pengambilan Keputusan Karir Bandura (1997) merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan konsep efikasi diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Yahidin, Syamsuriadi, dan Rini (2008) pengambilan keputusan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Yahidin, Syamsuriadi, dan Rini (2008) pengambilan keputusan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengambilan Keputusan 2.1.1 Definisi Menurut Yahidin, Syamsuriadi, dan Rini (2008) pengambilan keputusan adalah suatu proses untuk memilih suatu tindakan yang terbaik dari sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada masa dewasa awal, kondisi fisik mencapai puncak bekisar antara usia 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari 30 tahun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak di dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri memegang peranan yang sangat penting dalam meraih kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu mengaktualisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua. Kelahiran anak adalah saat-saat yang sangat di tunggu-tunggu oleh setiap pasangan suami istri.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Diri Akademik 1. Pengertian Efikasi Diri Akademik Bandura (1997) menjelaskan bahwa efikasi diri merupakan perkiraan seseorang tentang kemampuannya untuk mengatur dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ulet, meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ulet, meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Task Commitment 1. Definisi Task Commitment Task Commitment atau pengikatan diri terhadap tugas adalah kemauan yang berasal dari dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk tekun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja (adolescence) sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dan dewasa, di mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas, dan terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya diri dalam beberapa situasi, dan ketakutan dalam situasi lainnya, merasa

Lebih terperinci

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. LA TAR BELAKANG MASALAH Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Penyesuaian diri bukanlah hal yang mudah bagi setiap remaja. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa remaja yang paling sulit berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana seseorang mengalami perubahan sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke arah bentuk tubuh orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di samping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran. Sebagai salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di samping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran. Sebagai salah satu 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Siswa 1. Pengertian Siswa Di dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), siswa berarti seorang anak yang sedang belajar dan bersekolah dan salah satu komponen dalam pengajaran,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas 1. Defenisi Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan di kalangan remaja. Obesitas atau kegemukan terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu masa dalam tahap perkembangan manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja diartikan sebagai

Lebih terperinci

juga kelebihan yang dimiliki

juga kelebihan yang dimiliki 47 1. Pengertian Optimisme Seligman (2005) menjelaskan bahwa optimisme adalah suatu keadaan yang selalu berpengharapan baik. Optimisme merupakan hasil berpikir seseorang dalam menghadapi suatu kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berinteraksi dengan manusia lainnya. Masing-masing individu yang berinteraksi akan memberikan respon yang berbeda atas peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Atlet Atlet adalah Individu yang memiliki keunikan dan memiliki bakat tersendiri lalu memiliki pola perilaku dan juga keperibadia tersendiri serta memiliki latar belakang

Lebih terperinci

Pada penderita kanker, tekanan psikologis seperti sedih, rasa putus asa, malu, kecemasan dan depresi sangatlah mungkin untuk asa, malu, kecemasan dan

Pada penderita kanker, tekanan psikologis seperti sedih, rasa putus asa, malu, kecemasan dan depresi sangatlah mungkin untuk asa, malu, kecemasan dan Dukungan Sosial Pada Penderita Kanker Payudara Di Masa Dewasa Tengah Qotrin Nida Rahmata Sari Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dan dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh: CITA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri. Ia selalu berinteraksi dengan

Lebih terperinci

Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari

Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari TINJAUAN PUSTAKA Burnout Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari seseorang yang bekerja atau melakukan sesuatu, dengan ciri-ciri mengalami kelelahan emosional, sikap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992).

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian Konsep Diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN. penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih

BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN. penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Percaya Diri Percaya Diri (Self Confidence) adalah meyakinkan pada kemampuan dan penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di sepanjang kehidupannya sejalan dengan pertambahan usianya. Manusia merupakan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 9 BAB II TINJAUAN TEORI A. Minat Siswa Kelas XII SMA Mengikuti Ujian Nasional Kejar Paket C sebagai Alternatif Kelulusan 1. Pengertian Minat Siswa Kelas XII SMA Mengikuti Ujian Nasional Kejar Paket C sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang memiliki tujuan sama dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk membantu individu dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial pada Remaja 1. Pengertian Perilaku Prososial pada Remaja Sears dkk. (1994: 47), berpendapat perilaku prososial adalah tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang pelatihan berpikir optimis untuk meningkatkan harga diri pada remaja di panti asuhan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berlangsung sejak usia 10 atau 11 tahun, atau bahkan lebih awal yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi, terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Emosi remaja sering

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap BAB II LANDASAN TEORI II. A. Harga Diri II. A. 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan

Lebih terperinci

Modul 6 PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA MASA REMAJA

Modul 6 PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA MASA REMAJA Perkembangan Jiwa Agama Pada Masa Remaja Modul 6 PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA MASA REMAJA PENDAHULUAN Psikologi Agama pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) disajikan untuk membantu mahasiswa memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EFIKASI DIRI PARENTING 1. Pengertian Efikasi Diri Bandura merupakan tokoh yang memperkenalkan istilah efikasi diri (selfefficacy). Bandura (2001) mendefinisikan bahwa efikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian Menurut UU No.10 tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tidak hanya didukung oleh pemerintah yang baik dan adil, melainkan harus ditunjang pula oleh para generasi penerus yang dapat diandalkan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara BAB II LANDASAN TEORI A. Harga Diri 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara positif atau negatif (Santrock, 1998). Hal senada diungkapkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi harapan orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Sebagai orang tua harus mempersiapkan

Lebih terperinci