BAB IV DATA. Desa Kandri merupakan sebuah desa yang terletak di Ibukota. Provinsi Jawa Tengah, Semarang, tepatnya di Kecamatan Gunungpati

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV DATA. Desa Kandri merupakan sebuah desa yang terletak di Ibukota. Provinsi Jawa Tengah, Semarang, tepatnya di Kecamatan Gunungpati"

Transkripsi

1 BAB IV DATA 4.1 Gambaran Umum Desa Kandri Desa Kandri merupakan sebuah desa yang terletak di Ibukota Provinsi Jawa Tengah, Semarang, tepatnya di Kecamatan Gunungpati yang merupakan Bagian Wilayah Kota VIII. Gambar 4.1 Peta Kota Semarang Sumber : Bappeda Kecamatan Gunungpati merupakan wilayah yang berada pada BWK VIII Kota Semarang yang sebagian besar merupakan wilayah permukiman, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, dan konservasi. Sedangkan yang lainnya merupakan campuran antara perdagangan dan jasa, permukiman, pendidikan, perdagangan, olahraga, dan rekreasi. 35

2 36 Gambar 4.2 Kecamatan Gunungpati yang Termasuk dalam Wilayah BWK VIII Sumber : RDTRK Desa Kandri terletak di Kelurahan Kandri, sebuah kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Gunungpati. Kelurahan Kandri memiliki luas wilayah 357,848 Ha. Kelurahan ini terdiri dari empat RW, yaitu RW I (Kampung Kandri), RW II (Kampung Siwarak), RW III (Kampung Talun Kacang), dan RW IV (Perumahan Kandri Pesona Asri) dan terdiri dari 26 RT. Batas Wilayah Kelurahan Kandri yaitu : Utara Selatan Barat Timur : Kelurahan Sadeng : Kelurahan Cepoko : Kelurahan Jatirejo : Kelurahan Nongkosawit dan Pongangan

3 37 Keterangan : Lokus penelitian Berdasarkan data monografi pada tahun 2016, jumlah penduduk di Kelurahan Kandri adalah 3904 orang, dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Berdasarkan mata pencahariannya, pada Kelurahan Kandri dapat dibedakan menjadi : Gambar 4.3 Peta Kelurahan Kandri Sumber : Kelurahan Kandri, 2016 Buruh Tani Pedagang PNS ABRI Swasta : 427 orang : 295 orang : 95 orang : 36 orang : 383 orang

4 38 Data mata pencaharian peduduk Kelurahan Kandri pada tahun 2017 sebagai berikut : Buruh Tani : 753 orang Pedagang : 185 orang PNS : 48 orang ABRI : 8 orang Desa Kandri ditetapkan menjadi desa wisata oleh Pemerintah pada tanggal 21 Desember 2012 dengan SK Walikota Semarang Nomor 556/407. Desa Wisata Kandri merupakan desa wisata yang muncul karena kedekatan dengan daya tarik wisata yaitu Goa Kreo dan Waduk Jatibarang (Damanik dan Rahdriawan, 2014). Awalnya di Desa Kandri terdapat objek wisata alam Goa Kreo, kemudian Waduk Jatibarang dibangun. Gambar 4.4 Pembangunan Waduk Jatibarang Sumber : BBWS Pemali-Juana, 2014

5 39 Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 Pasal 14 maka wilayah Waduk Jatibarang termasuk dalam wilayah pengembangan VIII. Kementrian Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kota Semarang telah membangun bendungan pertama di Kota Semarang. Waduk yang berada di aliran Sungai Kreo merupakan waduk multifungsi (multipurpose dam), antara lain untuk pengendali banjir, pembangkit listrik (hydropower), air baku, dan wisata. Dalam proses pembangunannya telah dipertimbangkan mengenai aspek keberlanjutan dari waduk ini sehingga dibuatlah kawasan sempadan, area sabuk hijau untuk menjadi kawasan lindung dan daerah resapan air.,saat ini masyarakat yang awalnya tidak memiliki mata pencaharian dapat turut berpartisipasi dalam kegiatan pariwisata di desa wisata ini sehingga bisa mendapatkan penghasilan tambahan (Safitra dan Yusman, 2014). Dibandingkan saat objek wisata yang ada di wilayah tersebut hanya Goa Kreo, maka peningkatan wisatawan terlihat nyata setelah Waduk Jatibarang selesai dibangun dan menjadi destinasi wisata. Berikut data jumlah pengunjung setiap tahunnya : Tabel 4.1 Jumlah Wisatawan Sumber : UPTD, 2016 TAHUN JUMLAH PENGUNJUNG

6 Wilayah yang menjadi cakupan wilayah penelitian adalah di RW III (Dusun Talun Kacang). Alasan penentuan wilayah ini adalah karena merupakan akses utama menuju objek wisata Waduk Jatibarang dan Goa Kreo serta banyak rumah warga yang mengalami perubahan, semula merupakan rumah tinggal biasa menjadi rumah usaha. Beberapa warga mulai membuka usaha berupa warung untuk memenuhi kebutuhan orangorang yang turut serta dalam proses pembangunan waduk. Sebagian warga juga ada yang menyewakan rumah tinggalnya untuk tempat menginap orang-orang yang bekerja di proyek pembangunan Waduk Jatibarang dan fasilitas kantor pengelola waduk. Dibandingkan selama masa pembangunan Waduk Jatibarang, terdapat rumah-rumah baru yang dibangun dan lingkungan permukiman semakin berkembang. Waduk Jatibarang sudah selesai dibangun dan diairi pada tahun 2014, dan memiliki potensi lain yaitu di bidang pariwisata, sehingga maka warga Desa Wisata Kandri memiliki harapan baru akan adanya lahan mata pencaharian yang baru yakni dalam sektor pariwisata. Hal ini ditunjang juga dengan adanya fasilitas parkir mobil dan parkir motor, PKL juga turut berkembang, tidak hanya di area yang sekarang menjadi parkir mobil tetapi juga di area parkir motor. RW III (Kampung Talun Kacang), atau sekarang merupakan RW yang menjadi akses utama menuju kawasan wisata Waduk Jatibarang dan Goa Kreo, lingkungan inilah yang

7 41 terkena pengaruh paling besar dibanding RW lain yang ada di Kelurahan Kandri. Terdapat penambahan-penambahan rumah tinggal, dan terdapat penambahan akses jalan baru menuju waduk. Meskipun demikian, jalur utama wisatawan tetap melewati permukiman warga. Perubahan ini turut berdampak pada perubahan aktivitas warga sebagai respon adanya fasilitas wisata. Hal ini menyebabkan perubahan pada rumah tinggal warga, banyak rumah tinggal yang berubah menjadi rumah usaha, terutama di RT yang dekat dengan objek wisata. 4.2 Kondisi Lingkungan Dusun Talun Kacang Dusun Talun Kacang merupakan salah satu RW yang ada di Kelurahan Kandri yang terdiri dari lima RT, dengan batas wilayah Dusun Talun Kacang yaitu : Utara Selatan Barat Timur : Kelurahan Sadeng : Dusun Siwarak :Kelurahan Jatirejo :Kelurahan Nangkasawit Gambar 4.5 Lokasi Dusun Talun Kacang Sumber : Google Earth, diakses pada tahun 2015

8 42 RT 01 berada paling dekat dengan pintu gerbang, terus berlanjut hingga RT 05 yang letaknya paling dekat dengan objek wisata Goa Kreo dan Waduk Jatibarang. RT 05 RT 03 RT 02 RT 04 RT 01 Gambar 4.6 Pembagian Wilayah RT di Dusun Talun Kacang Sumber : RW III Kelurahan Kandri, 2017 Pada awalnya Dusun Talun Kacang merupakan dusun dengan kodisi alam yang lestari, banyak area persawahan dan perkebunan yang menjadi sumber mata pencaharian warga sekitar. Namun setelah pembangunan Waduk Jatibarang maka kondisi alam kawasan ini turut mengalami perubahan. 4.3 Pariwisata di Dusun Talun Kacang Awalnya di Dusun ini terdapat objek wisata alam berupa Goa Kreo. Pada tahun 1986 Goa Kreo mulai diresmikan dan dibuka untuk umum. Goa Kreo merupakan sebuah goa kecil yang dipercayai sebagai petilasan

9 43 Sunan Kalijogo saat mencari kayu jati untuk dijadikan saka guru (tiang utama) Masjid Agung Demak. Ketika itu menurut legenda, Selama di Kreo Sunan dibantu oleh empat ekor kera (kera merah, kera kuning, kera hitam, dan kera putih) yang kemudian diminta untuk menjaga kayu jati tersebut. Kata Kreo berasal dari kata Mangreho yang berarti peliharalah atau jagalah. Kata inilah yang kemudian menjadikan goa ini disebut Goa Kreo dan sejak itu kawanan kera yang menghuni kawasan ini dianggap sebagai penunggu. Pada awalnya untuk mencapai Goa Kreo wisatawan harus melewati banyak anak tangga yang curam. Gambar 4.7 Monyet Ekor Panjang Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 Perkembangan objek wisata Goa Kreo pasang surut pada awalnya hingga proses pengerjaan Waduk Jatibarang. Sebelum ada waduk, minat pengunjung terhadap Goa Kreo tidak terlalu besar, namun saat ini terlihat perbedaan yang signifikan jika dilihat dari jumlah pengunjung yang datang ke objek wisata tersebut. Waduk Jatibarang dibangun oleh Pemerintah dalam upaya untuk menanggulangi banjir dan persediaan air baku. Waduk Jatibarang setelah

10 44 selesai dibangun menjadi destinasi wisata baru bagi wisatawan. Saat ini Goa Kreo menjadi sebuah pulau buatan di tengah-tengah Waduk Jatibarang yang dihubungkan dengan jembatan penghubung yang diperuntukkan bagi pejalan kaki. Gambar 4.8 Waduk Jatibarang Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 Gambar 4.9 Jembatan Menuju Goa Kreo Sumber : Dokumen Pribadi, 2015 Setelah Waduk Jatibarang selesai dibangun, Goa Kreo menjadi pulau buatan yang dihubungkan oleh jembatan bagi pejalan kaki. Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

11 45 Gambar 4.10 Objek Wisata Goa Kreo Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 Dusun Talun Kacang merupakan dusun yang juga merupakan akses menuju wisata Goa Kreo dan Waduk Jatibarang. Wisatawan dapat mengunjungi Goa Kreo, melihat pemandangan waduk, dan menikmati wisata perahu di dusun ini. Selain itu jika wisatawan ingin mengelilingi waduk, dapat dilakukan dengan menyewa perahu motor. Keberadaan wisata perahu ini mendapat dukungan penuh dari masyarakat, khususnya Dusun Talun Kacang melalui Pokdarwis Suko Makmur. Wisatawan dapat menikmati wisata perahu untuk mengelilingi waduk. Jalan akses menuju dermaga berupa jalan beraspal yang dapat dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda

12 46 empat. Pada dermaga ini juga terdapat pedagang yang menjajakan makanan dan minuman untuk pengunjung. Gambar 4.11 Pedagang dekat Dermaga Perahu Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017 Gambar 4.12 Dermaga Perahu Motor Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017 Terdapat berbagai fasilitas yang telah disediakan Pemerintah bagi wisatawan yang berkunjung, seperti open space, area bermain anak, pedagang yang menjual makanan dan minuman, olahan makanan tradisional, dan juga souvenir.

13 47 Gambar 4.13 Area PKL Lama (di Area Parkir) Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017 Gambar 4.14 Area Masuk Taman Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016 Gambar 4.15 Area Bermain Anak Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016 Gambar 4.16 Kondisi Eksisting Taman Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016

14 48 Kondisi lingkungan dusun Talun Kacang pada hari biasa dan pada akhir pekan terlihat perbedaannya yang mencolok. Pada hari biasa kondisi jalanan tidak terlalu ramai, yang ramai hanya bagian dekat objek wisata saja, bahkan PKL yang letaknya dekat dengan mushola dan kantor UPTD pada hari biasa banyak yang tidak berjualan. PKL yang berjualan hanyalah yang di dekat area parkir mobil. Sebelum ditertibkan, dahulu pada akhir pekan dan hari libur, pada sisi-sisi jalan utama di RT 05 penuh dengan PKL. Demikian pula area dekat parkir motor juga ada PKL. Gambar 4.17 PKL di Jalur Menuju Objek Wisata Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 Gambar 4.18 PKL di dekat Area Parkir Motor Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 Setelah perbaikan taman dan area PKL, dan parkiran motor dipindahkan ke bawah, serta adanya perluasan jalan dan penambahan trotoar maka pada sisi-sisi jalan sudah jarang terdapat PKL. Gambar 4.19 Area PKL Baru pada Hari Biasa Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016 Gambar 4.20 Area PKL Baru pada Akhir Pekan Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017

15 49 Desa Wisata ini menawarkan suasana pedesaan yang asri dan tradisional. Wisatawan dapat mempelajari berbagai hal mengenai kehidupan pedesaan. Ini berarti masyarakat harus menjaga warisan budaya, adat istiadat, dan kearifan lokal yang dimiliki. Selain harus menjaga, warga juga perlu untuk mengelola potensi yang dimiliki agar memiliki value bagi wisatawan yang berkunjung. Seni budaya merupakan salah satu atraksi wisata yang potensial bagi desa ini. Kesenian tradisional yang dimiliki di dusun ini antara lain gamelan, wayang, dan tari tradisional. Melalui tim kecil yang dibentuk, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang aktif melakukan pembinaan dan pelatihan yang rutin. Terdapat berbagai kuliner tradisional dengan bahan dasar singkong yang diolah menjadi tape. Olahan itu antara lain dodol tape, cake tape, bola-bola tape, serta jus yang terbuat dari bahan dasar tape dan diberi nama jus ketek. Selain itu juga terdapat olahan kuliner tradisional seperti peyek. Semua olahan kuliner tradisional ini dibuat oleh warga setempat. Masyarakat Dusun Talun Kacang memiliki kebudayaan khas yang masih dilestarikan hingga saat ini, antara lain Nyadran Kali yang dilakukan setiap tahun sebagai wujud syukur kepada Sang Pencipta dan untuk memelihara ketersediaan air. Prosesi adat ini dibuat menarik sehingga wisatawan tertarik untuk mengetahui proses aktivitas budaya ini. Selain Nyadran, ada kebudayaan lain yang masih dilestarikan hingga sekarang yaitu Sesaji Rewanda. Sesaji Rewanda merupakan upacara tradisional yang diselenggarakan pada hari ketiga Syawal.

16 50 Kegiatan ini diawali dengan arak-arakan dari halaman masjid menuju Goa Kreo. Arak-arakan karnaval membawa buah, hasil bumi, serta tumpeng sesaji. Di halaman Goa Kreo diadakan penyerahan tumpeng sesaji kepada Rawenda (monyet-monyet penghuni Goa Kreo). Kemudian dilakukan tahlil bersama memohon kepada Tuhan agar masyarakat Talun Kacang dan para pengunjung diberikan berkah, keselamatan, serta rejeki. Ini merupakan wujud dari penghormatan mengenang jasa moyang para kera di wilayah Kreo yang turut membantu Sunan Kalijaga dalam pencarian kayu jati untuk saka guru Masjid Agung Demak. Pada Dusun Talun Kacang terdapat satu Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yaitu Pokdarwis Suko Makmur. Dengan adanya Pokdarwis ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, pendidikan masyarakat, serta masyarakat dapat mendapatkan fasilitas kesehatan yang telah disediakan (Safitra dan Yusman, 2014). Melalui Pokdarwis ini pula dibentuk Koperasi yang dinamakan Koperasi Suko Makmur. Koperasi Suko Makmur didirikan dengan tujuan saling membantu antar warga yang ingin membuka usaha. Di Dusun Talun Kacang ini perubahan terlihat pada rumah-rumah warga yang awalnya berfungsi sebagai rumah tinggal sekarang menjadi rumah usaha, seperti homestay, sarana akomodasi yang ditawarkan bagi wisatawan dan menjadi peluang usaha baru bagi warga di sini. Homestay yang dikembangkan di desa wisata ini adalah homestay dengan konsep pengalaman kehidupan masyarakat lokal, dimana pengunjung dapat

17 51 menginap dan berinteraksi dengan warga sekitar. Interaksi ini mencakup penghuni rumah yang menjadi tour guide bagi pengunjung, pengunjung juga dapat menikmati makan bersama dengan penghuni rumah (Damanik dan Rahdriawan, 2014). Rumah yang disewakan merupakan rumah warga yang sudah ada dan memiliki kamar yang sudah tidak digunakan lagi karena pengurangan anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut. Homestay yang ada di RW III ini tersebar di semua RT namun yang paling banyak berada di sepanjang jalan utama menuju objek wisata Goa Kreo dan Waduk Jatibarang. Selain homestay, rumah usaha yang ada di dusun ini mencakup rumah dengan usaha produksi olahan kuliner tradisional, penyedia kebutuhan wisatawan seperti warung, dan ada juga warga yang memanfaatkan halaman rumahnya untuk fasilitas parkir wisatawan.. Gambar 4.21 Mapping Rumah Usaha di Dusun Talun Kacang Sumber : Analisa Pribadi, 2017

18 52 Rasa kekeluargaan dan gotong royong di Dusun Talun Kacang ini masih kental, hal ini dapat terlihat misalnya pada saat proses pembuatan fasilitas umum berupa lapangan voli, sebuah lapangan terbuka yang dibutuhkan masyarakat dan digunakan masyarakat untuk melakukan kegiatan bersama untuk semakin mempererat rasa kekeluargaan. Pembuatan fasilitas umum ini dilakukan secara gotong royong. 4.4 Kondisi Tata Ruang Rumah Sampel Terdapat beberapa sampel rumah tinggal yang berubah menjadi rumah usaha yang telah disurvey, masing-masing dengan respon yang berbeda terhadap adanya kawasan wisata pada lingkungan dimana mereka tinggal. Rumah yang berubah menjadi rumah usaha warung yang dijadikan sampel adalah rumah Bu Lastri, Bu Ngarmi, Bu Rusmini, dan Bu Rini. Untuk rumah sampel dengan usaha homestay adalah rumah rumah Bu Sunimah dan Bu Jumiati, homestay yang paling sering ditinggali, serta rumah Bu Sumiatun, homestay yang juga sering ditinggali dan perkembangan rumah terjadi secara vertikal. Rumah dengan usaha home industry yang menjadi sampel adalah rumah Bu Sawiyah, rumah dengan usaha produksi dodol tape, olahan khas Desa Wisata Kandri.

19 Gambar 4.22 Mapping Rumah Sampel Sumber : Analisa Pribadi, 2016 a. Rumah Bu Lastri Rumah Bu Lastri merupakan salah satu sampel rumah dengan usaha lebih dari satu, yaitu dikontrakkan dan untuk warung. Pada awalnya rumah ini merupakan rumah yang berfungsi sebagai rumah tinggal, dengan dapur berupa bangunan semi permanen di samping rumah.

20 54 Saat pembangunan Waduk Jatibarang, rumah Bu Lastri dikontrakkan untuk orang proyek dan di bagian dapur diberi sekat dan digunakan untuk kamar tidur. Bagian dapur seiring dengan pemasukan yang bertambah mulai dibangun perlahan hingga menjadi permanen seperti sekarang, namun sekat untuk kamar tidur masih non permanen. Gambar 4.23 Rumah Bu Lastri Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016 Adanya proyek pembangunan waduk dan peminat warung yang semakin bertambah, pemasukan bertambah, warung menjadi semakin berkembang dan menjadi bangunan permanen.

21 55 Gambar 4.24 Perubahan Tata Ruang pada Rumah Bu Lastri Sumber : Analisa Pribadi, 2017 Warung yang Tidak Terpisah dari Rumah Dapur untuk Memenuhi Kebutuhan Warung dan Rumah Tangga Lahan Parkir Pengunjung KM untuk pengunjung Gambar 4.25 Kondisi Eksisting Rumah Bu Lastri Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016

22 56 b. Rumah Bu Ngarmi Rumah Bu Ngarmi merupakan salah satu sampel rumah dengan usaha warung. Pada rumah ini, terletak di teras rumah dan baru saja dibangun pada tahun Semula pemilik rumah merupakan buruh pabrik mebel, namun setelah pabrik tutup pada tahun 2010, maka mulai usaha berjualan. Pada awalnya Bu Ngarmi berjualan setiap hari di PKL yang dekat dengan parkiran motor, namun setelah parkiran motor tersebut berubah menjadi taman dan PKL diperbaiki, kegiatan berjualan disitu dilakukan pada akhir pekan dan hari libur, sedangkan pada hari biasa buka warung di rumah. Gambar 4.26 Rumah Bu Ngarmi Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017

23 57 Gambar 4.27 Perubahan Tata Ruang pada Rumah Bu Ngarmi Sumber : Analisa Pribadi, 2017 Dapur Ruang Keluarga Teras yang Sekarang Berfungsi Sebagai Warung Gambar 4.28 Kondisi Eksisting Rumah Bu Ngarmi Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017

24 58 c. Rumah Bu Rusmini Bu Rusmini melihat adanya potensi wisata Waduk Jatibarang dan Goa Kreo sehingga memutuskan untuk membuka warung pada akhir tahun Tidak seperti warung kebanyakan pada Desa Wisata Kandri yang berproses dari bangunan semi permanen menjadi bangunan permanen, warung di rumah ini langsung berupa bangunan permanen yang terletak di tepi jalan, terpisah dengan rumah tinggal. Warung buka setiap hari, paling ramai adalah pada akhir pekan dan hari libur. Gambar 4.29 Rumah Bu Rusmini Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016

25 59 Gambar 4.30 Perubahan Tata Ruang pada Rumah Bu Rusmini Sumber : Analisa Pribadi, 2017 Kamar Mandi yang Semula di Luar Menjadi di Dalam Rumah Dapur dan Ruang Makan Kondisi Jaringan Jalan di Depan Warung Bu Rusmini Warung Bu Rusmini yang Terpisah dari Rumah Gambar 4.31 Kondisi Eksisting Rumah Bu Rusmini Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016

26 60 d. Rumah Bu Rini Rumah Bu Rini berada di RT 05, merupakan rumah yang letaknya paling dekat dekat loket menuju kawasan wisata Waduk Jatibarang dan Goa Kreo. Awalnya Bu Rini dan ibunya berjualan di pinggir jalan di dalam kawasan wisata. Sekarang lahan parkir kendaraan sekarang diubah menjadi taman dan PKL lebih ditata, serta lahan parkir semua pindah ke area bawah maka tidak menguntungkan jika setiap hari berjualan disitu. Ditunjang dengan lokasi rumah yang strategis maka dibangun warung di halaman rumahnya, terpisah dari rumah aslinya. Warung ini mulai dibangun pada tahun awal tahun Gambar 4.32 Rumah Bu Rini Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017

27 61 Gambar 4.33 Perubahan Tata Ruang pada Rumah Bu Rini Sumber : Analisa Pribadi, 2017 Dapur yang Letaknya di Belakang Rumah Dapur yang Letaknya di Dalam Rumah Warung yang Letaknya di Halaman, terpisah dari Rumah Kamar Tidur yang Semula 3, Dibongkar Menjadi 2 Gambar 4.34 Kondisi Eksisting Rumah Bu Rini Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017

28 62 e. Rumah Bu Sunimah Lahan perkebunan Bu Sunimah merupakan salah satu lahan yang terdampak pembangunan Waduk Jatibarang. Uang ganti rugi yang didapatkan digunakan untuk merenovasi ruang hingga sekarang memiliki tiga kamar homestay untuk disewakan dan terdapat teras rumah yang dapat digunakan untuk berkumpul dan belajar karawitan. Gambar 4.35 Rumah Bu Sunimah Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017

29 63 Gambar 4.36 Perubahan Tata Ruang pada Rumah Bu Sunimah Sumber : Analisa Pribadi, 2017 Kamar Tidur Pemilik Rumah Kamar Homestay Ruang Serbaguna, Bisa untuk Latihan Karawitan Gambar 4.37 Kondisi Eksisting Rumah Bu Sunimah Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017 Kamar Homestay KM/WC Pengunjung Homestay

30 64 f. Bu Jumiati Bu Jumiati pada awalnya membuka warung kecil di bawah pohon di area yang saat ini menjadi homestay. Perlahan warung mengalami perkembangan dan dibangun permanen di depan rumah. Pada tahun 2013 dibangun homestay di sebelah rumah utama. Penambahan ini dilakukan karena banyak orang, khususnya mahasiswa yang melakukan kegiatan di RW III Desa Wisata Kandri dan membutuhkan penginapan. Kegiatan ini minimal 1 tahun 2 kali. Pada homestay ini terdapat tiga kamar tidur dan dua kamar mandi yang letaknya di luar rumah. Untuk rumah induk tidak mengalami perubahan. Gambar 4.38 Rumah dan Warung Bu Jumiati Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016 Gambar 4.39 Homestay Bu Jumiati Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016

31 65 Gambar 4.40 Perubahan Tata Ruang pada Rumah Bu Jumiati Sumber : Analisa Pribadi, 2016 Kamar Mandi bagi Pengunjung Homestay Kamar Homestay Ruang Berkumpul Pengunjung Kamar Homestay Gambar 4.41 Kondisi Eksisting Rumah Bu Jumiati Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016

32 66 g. Rumah Bu Sumiatun Rumah Bu Sumiatun menjadi homestay sejak tahun 2010, kemudian pada tahun 2014, setelah tidak lagi bekerja di pabrik, penghuni rumah membuka warung kelontong di halaman samping rumahnya. Seiring berjalannya waktu, rumah ini mengalami perkembangan, yang semula pengunjung homestay menginap di kamar yang ada di lantai 1 bersama dengan penghuni, sekarang telah dibangun lantai 2 yang khusus digunakan untuk pengunjung homestay. Gambar 4.42 Rumah Bu Sumiatun Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017 Gambar 4.43 Warung Bu Sumiatun Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017

33 67 Gambar 4.44Perubahan Tata Ruang pada Rumah Bu Sumiatun Sumber : Analisa Pribadi, 2017 Ruang Santai untuk Pengunjung Homestay Ruang Tidur untuk Pengunjung Homestay Ruang Tidur Warung Ruang Tidur Gambar 4.45 Kondisi Eksisting Rumah Bu Sumiatun Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017

34 68 h. Rumah Bu Sawiyah Bu Sawiyah mulai memproduksi dodol tape pada 30 Juni 2007, sebelum memproduksi dodol tape, dapur hanya berfungsi sebagai dapur untuk keperluan rumah tangga seperti rumah pada umumnya. Dengan berkembangnya kawasan wisata turut berdampak pada produksi dodol tape. Saat ini dodol tape merupakan salah satu olahan makanan tradisional khas Desa Wisata Kandri. Saat ini dapur untuk keperluan rumah tangga terpisah dengan dapur untuk memproduksi dodol tape dan kamar mandi terletak di dalam rumah. Selain itu, ruang tamu tidak hanya digunakan untuk menerima tamu, tetapi di waktu lain juga digunakan untuk proses packaging dodol tape. Gambar 4.46 Rumah Bu Sawiyah Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016

35 69 Gambar 4.47 Perubahan Tata Ruang pada Rumah Bu Sawiyah Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017 Dapur Tampak Depan Dapur Ruang Tamu yang juga Sebagai Ruang Packaging Gambar 4.48 Kondisi Eksisting Rumah Bu Sawiyah Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017

Perubahan Lingkungan dan Tata Ruang Rumah Tinggal di Desa Wisata Kandri (Settlement and House Spatial Transformation in Kandri Tourism Village)

Perubahan Lingkungan dan Tata Ruang Rumah Tinggal di Desa Wisata Kandri (Settlement and House Spatial Transformation in Kandri Tourism Village) 41 Perubahan Lingkungan dan Tata Ruang Rumah Tinggal di Desa Wisata Kandri (Settlement and House Spatial Transformation in Kandri Tourism Village) Loretta Ernadia; Titin Woro Murtini; R. Siti Rukayah Magister

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR 139. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh : Semeru Kukuh K W

TUGAS AKHIR 139. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh : Semeru Kukuh K W TUGAS AKHIR 139 Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Kawasan Wisata Air Waduk Jatibarang Kota Semarang Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

Pengembangan Kawasan Wisata Waduk Jatibarang Kota Semarang 1 BAB I PENDAHULUAN

Pengembangan Kawasan Wisata Waduk Jatibarang Kota Semarang 1 BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata dunia yang meliputi transportasi, restoran, rekreasi, dan sektor jasa lainnya dalam dua dekade terakhir mengalami pertumbuhan yang sangat pesat.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO... PRAKATA...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO... PRAKATA... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN.... HALAMAN PERNYATAAN.... MOTTO... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.... INTISARI... ABSTRACT... i ii iii iv v viii

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA WADUK JATIBARANG DI SEMARANG DENGAN PENEKANAN DESAIN EKOWISATA

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA WADUK JATIBARANG DI SEMARANG DENGAN PENEKANAN DESAIN EKOWISATA PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA WADUK JATIBARANG DI SEMARANG DENGAN PENEKANAN DESAIN EKOWISATA Oleh : Loretta Ernadia, Hermin Werdiningsih, Bambang Suyono Waduk Jatibarang merupakan waduk yang terletak di

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata sebagai penggerak sektor ekonomi dapat menjadi solusi bagi pemerintah dalam meningkatkan pembangunan ekonomi. Sektor pariwisata tidak hanya menyentuh

Lebih terperinci

DESA WISATA DI KAWASAN RAWA PENING DENGAN PENEKANAN DESAIN EKOWISATA

DESA WISATA DI KAWASAN RAWA PENING DENGAN PENEKANAN DESAIN EKOWISATA DESA WISATA DI KAWASAN RAWA PENING DENGAN PENEKANAN DESAIN EKOWISATA Oleh : Ayu Agung Hastuti, Titien Woro Murtini, R. Siti Rukayah Rawapening yang menjadi salah satu sektor pariwisata terbesar di Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang mengupayakan pengembangan kepariwisataan. Kepariwisataan merupakan perangkat yang penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan karena berkembangnya sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya sangat besar, oleh karena itu permintaan

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pariwisata merupakan kegiatan melakukan perjalanan dengan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki

Lebih terperinci

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR 3609100043 Latar Belakang Memiliki potensi pariwisata yang cukup banyak dan beragam Selama ini pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan

I. PENDAHULUAN. obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan keindahan alamnya. Keindahaan alam yang terdapat di Indonesia sangat berpotensi menjadi obyek wisata yang

Lebih terperinci

Konsep Design Mikro (Bangsal)

Konsep Design Mikro (Bangsal) Panggung tempat acara adat Konsep Design Mikro (Bangsal) Pintu masuk utama Ruang Tunggu / lobby dibuat mengelilingi bangunan, hal ini sesuai dengan kebuadayaan masyarakat yang menggunakan ruang ruang teras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dengan luas 1.910.931 km, Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada tahun 2009,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan kegiatan perekonomian yang telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan kegiatan perekonomian yang telah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan kegiatan perekonomian yang telah menjadi andalan dan prioritas pengembangan bagi beberapa Negara, terlebih lagi bagi Negara berkembang seperti

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN

BAB V ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN BAB V ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN 5.1 Analisis Sektor Kawasan 5.1.1 Analisis Sarana dan Prasarana 1. Analisis jaringan jalan Sarana transportasi merupakan sarana umum yang sangat penting untuk masyarakat.

Lebih terperinci

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang EKONOMI SOSIAL POLITIK INDUSTRI PARIWISATA BUDAYA mengalami perkembangan mengikuti kemajuan zaman meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang sangat luas dan terdiri dari lima pulau besar dan belasan ribu pulau kecil. Letak antara satu pulau dengan pulau lainnya

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian secara kritis yang sudah dianalisis di kawasan Borobudur, menggambarkan perkembangan representasi serta refleksi transformasi sebagai berikut : Investasi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Lokasi dan Letak Geografis Taman Rekreasi Kampoeng Wisata Cinangneng terletak di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Lokasi ini berjarak 11 km dari Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan aktivitas yang sangat padat. Pasar ini merupakan pusat batik dan tekstil yang menjadi tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN

BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN SELATAN 2.1.1. Kondisi Wisata di Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kota Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pariwisata dan kebudayaan juga merupakan pintu gerbang keluar masuknya nilai-nilai budaya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh : BETHA PATRIA INKANTRIANI L2D 000 402 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG 4.1 Sejarah Kawasan Kambang Iwak Palembang Menurut Ir. Ari Siswanto, MCRP, pengamat perkotaan dari Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Sriwijaya,

Lebih terperinci

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 4 BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 1.1 Faktor Tapak dan Lingkungan Proyek Kasus proyek yang dibahas disini adalah kasus proyek C, yaitu pengembangan rancangan arsitektural model permukiman

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DESA WISATA TANGGUL WETAN KECAMATAN TANGGUL - KABUPATEN

PENGEMBANGAN DESA WISATA TANGGUL WETAN KECAMATAN TANGGUL - KABUPATEN PENGEMBANGAN DESA WISATA TANGGUL WETAN KECAMATAN TANGGUL - KABUPATEN Nunung Nuring Hayati*, Ivan Agusta** *Fakultas Teknik Universitas Jember ** Universitas Jember Email: nunung.nuring@unej.ac.id Desa

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Menurut Avelar et al dalam Gusmaini (2012) tentang kriteria permukiman kumuh, maka permukiman di Jl. Simprug Golf 2, Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan jumlah penduduk di Provinsi Lampung yang selalu bertambah pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan otonomi daerah, serta pertambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI. 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau

BAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI. 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau BAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau Secara garis besar, konsep wisata di Kecamatan Badau yaitu gabungan antara wisata alam dan wisata budaya. Wisata ini

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan hidup manusia semakin berkembang sejalan dengan modernisasi yang tidak pernah terhenti terjadi di bumi. Aktifitas yang dilakukan oleh manusia semakin kompleks

Lebih terperinci

Mengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap

Mengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap TEMA : Pengembangan Pariwisata (Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap Mengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap Oleh Kartika Pemilia Lestari Ekowisata menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung memiliki letak geografis yang sangat menguntungkan, letaknya sangat strategis karena berada di ujung Pulau Sumatera

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung memiliki letak geografis yang sangat menguntungkan, letaknya sangat strategis karena berada di ujung Pulau Sumatera 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Lampung memiliki letak geografis yang sangat menguntungkan, letaknya sangat strategis karena berada di ujung Pulau Sumatera bagian selatan sekaligus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

Besarnya dampak positif yang dihasilkan dari industri pariwisata telah mendorong setiap daerah bahkan negara di dunia, untuk menjadikannya sebagai

Besarnya dampak positif yang dihasilkan dari industri pariwisata telah mendorong setiap daerah bahkan negara di dunia, untuk menjadikannya sebagai 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era otonomi daerah saat ini, setiap daerah dituntut kemandiriannya dalam mengatur dan mengurus urusan pemerintahan daerahnya. Dengan kata lain, setiap daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

2015 ANALISIS POTENSI EKONOMI KREATIF BERBASIS EKOWISATA DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

2015 ANALISIS POTENSI EKONOMI KREATIF BERBASIS EKOWISATA DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wisata bahari merupakan salah satu jenis wisata andalan yang dimiliki oleh Indonesia, karena Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang. Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek,

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang. Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek, V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek, Kanagarian Durian Gadang, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM KABUPATEN GROBOGAN Tinjauan ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai lokasi terbangun dan kawasan sekitar lokasi. TINJAUAN GEOGRAFI DAN ADMINISTRATIF KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Obyek Penetapan otonomi daerah menjadi pintu gerbang bagi setiap pemerintah daerah untuk berlomba-lomba dalam mengelola, memacu, dan

Lebih terperinci

BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR MAKAM KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK

BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR MAKAM KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR MAKAM KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK A. Sejarah Desa Kadilangu Tanah Kadilangu merupakan tanah hadiah yang diberikan dari Sultan Demak Raden Patah kepada

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diangkat, maka tiap-tiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan. 1. Resort : adalah sebuah tempat untuk menginap dimana

BAB I PENDAHULUAN. diangkat, maka tiap-tiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan. 1. Resort : adalah sebuah tempat untuk menginap dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskrpsi Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul yang diangkat, maka tiap-tiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan pengertiannya, yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan di Kabupaten Bandung tepatnyadi Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah. Objek wisata ini berdiri

Lebih terperinci

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan dalam pembangunan membutuhkan pendekatan perencanaan yang integratif. Dimana komponen pendukung pengelolaan lingkungan memiliki sifat dan ciri

Lebih terperinci

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI CILIWUNG, JAKARTA

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI CILIWUNG, JAKARTA RENANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI ILIWUNG, JAKARTA Konsep Rencana Pengembangan Lanskap Ekowisata Dalam mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan ekowisata diperlukan konsep sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Pariwisata dikenal sebagai suatu bentuk rangkaian kegiatan kompleks yang berhubungan dengan wisatawan dan orang banyak, serta terbentuk pula suatu sistem di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang pariwisata, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pembangunan, pengusahaan obyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak potensi alam baik di daratan maupun di lautan. Keanekaragaman alam, flora, fauna dan, karya cipta manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan di Indonesia tahun terakhir ini makin terus digalakkan dan ditingkatkan dengan sasaran sebagai salah satu sumber devisa andalan di samping

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Keaslian Penelitian.

DAFTAR ISI Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Keaslian Penelitian. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR SINGKATAN... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI.. ABSTRACT... Hlm i ii

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai pemilik kewenangan terhadap lahan kawasan Situ Bagendit di bawah pengelolaan Dinas PSDA cukup kesulitan menjalankan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paket-paket wisata laris di pasaran. Berbagai jenis produk wisata pun ditawarkan

BAB I PENDAHULUAN. paket-paket wisata laris di pasaran. Berbagai jenis produk wisata pun ditawarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pariwisata saat ini tidak terlepas dari kehidupan manusia, bahkan sudah menjadi kebutuhan yang wajib untuk dipenuhi. Permintaan akan wisata menyebabkan paket-paket

Lebih terperinci

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu Obyek Wisata Batu Seribu terletak di Desa Gentan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Letaknya sekitar 20 KM sebelah selatan Kota

Lebih terperinci

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 Pengertian pasar tradisional menurut peraturan Menteri perdagangan RI, (2008): Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik itu alam pegunungan (pedesaan), alam bawah laut, maupun pantai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Andri Cahyana Apriyanto, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Andri Cahyana Apriyanto, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Bandung Barat (KBB) adalah salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki banyak tempat wisata yang cukup dikenal oleh masyarakat luas, sehingga KBB menjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PULO CANGKIR

TINJAUAN PULO CANGKIR BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah pembangunan skala nasional, hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota Balikpapan di pulau Kalimantan Timur Sumber: RTRW Kota Balikpapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota Balikpapan di pulau Kalimantan Timur Sumber: RTRW Kota Balikpapan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balikpapan merupakan salah satu kota yang terletak di pulau Kalimantan, tepatnya di provinsi Kalimantan Timur. Balikpapan terdiri dari 5 kecamatan, diantaranya kecamatan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN OBJEK WISATA GOA KREO TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

PERKEMBANGAN OBJEK WISATA GOA KREO TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PERKEMBANGAN OBJEK WISATA GOA KREO TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT Yus Agustanto Ginting (11140006 ST) Mahasiswa Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang Abstrak Goa Kreo termasuk sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Terbuka Hijau atau RTH merupakan salah satu komponen penting perkotaan. Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk memperoleh devisa dari penghasilan non migas. Peranan pariwisata dalam pembangunan nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai faktor termasuk di dalamnya keberadaan penginapan (hotel, homestay,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai faktor termasuk di dalamnya keberadaan penginapan (hotel, homestay, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan industri pariwisata di Indonesia sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk di dalamnya keberadaan penginapan (hotel, homestay, guest house)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara harfiah arti kata Boom sama dengan Haven dalam bahasa Belanda atau

BAB I PENDAHULUAN. Secara harfiah arti kata Boom sama dengan Haven dalam bahasa Belanda atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara harfiah arti kata Boom sama dengan Haven dalam bahasa Belanda atau pelabuhan dalam bahasa Indonesia. Orang-orang Tuban setempat mengatakan bahwa boom dibangun

Lebih terperinci

Ini dia! 4 Pantai Cantik di kota Cilacap

Ini dia! 4 Pantai Cantik di kota Cilacap Ini dia! 4 Pantai Cantik di kota Cilacap Cilacap adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki kekayaan wisata alam yang mempesona, deratan keindahan alam seperti pantai - pantai yang cantik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu kota besar yang memiliki banyak potensi untuk dikembangkan adalah kota Yogyakarta. Dengan jumlah penduduk yang cukup padat dan banyaknya aset wisata yang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Surade 4.1.1 Kondisi Geografis, Topografi, dan Demografi Kelurahan Surade Secara Geografis Kelurahan Surade mempunyai luas 622,05 Ha,

Lebih terperinci

BAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN

BAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN BAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN Penerapan konsep magersari pada kawasan permukiman magersari adalah berupa usulan perbaikan terhadap kawasan permukiman magersari, yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM Tirta Ujung merupakan mata air alami di Desa Ujung yang dibendung menjadi kolam, yang kemudian digunakan warga setempat untuk melakukan ritual

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan Masalah... 3 I.2.1 Pertanyaan Penelitian... 3 I.3 Tujuan Penelitian... 3 I.4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kawasan Kota Tua merupakan salah satu kawasan potensial di Kota Padang. Kawasan ini memiliki posisi yang strategis, nilai sejarah yang vital, budaya yang beragam, corak

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH Keputusan pemerintah dalam pelaksanaan program Otonomi Daerah memberikan peluang kepada berbagai propinsi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

LEISURE AND CULTURE PARK DI TASIKMALAYA BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN REKREASI DAN BUDAYA (LEISURE AND CULTURE PARK)

LEISURE AND CULTURE PARK DI TASIKMALAYA BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN REKREASI DAN BUDAYA (LEISURE AND CULTURE PARK) BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN REKREASI DAN BUDAYA (LEISURE AND CULTURE PARK) 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program Ruang Berikut adalah table pendekatan kapasitas ruang,

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 70.B TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 70.B TAHUN 2015 TENTANG BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 70.B TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN BUDAYA MASYARAKAT KELURAHAN DI KECAMATAN PURWAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu pariwisata perlu dikelola dan dikembangkan agar. itu sendiri maupun bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat 1.

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu pariwisata perlu dikelola dan dikembangkan agar. itu sendiri maupun bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di Indonesia pariwisata merupakan sektor andalan penerimaan devisa negara bagi kegiatan ekonomi dan kegiatan sektor lain yang terkait. Oleh karena itu pariwisata perlu

Lebih terperinci