BAB V ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN"

Transkripsi

1 BAB V ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN 5.1 Analisis Sektor Kawasan Analisis Sarana dan Prasarana 1. Analisis jaringan jalan Sarana transportasi merupakan sarana umum yang sangat penting untuk masyarakat. Karena menyangkut mobilitas dan berpindahnya satu orang guna memenuhi kebutuhannya. Kondisi jalan di Kampung Kauman tergolong masih baik, dimana tidak ditemukan jalan-jalan yang berlubang dan yang berpotensi menghasilkan genangan air jika hujan. Kampung Kauman sendiri tidak dapat dilalui oleh kendaraan bermotor khususnya roda empat atau lebih, dikarenakan jalan di Kampung Kauman berupa gang-gang yang hanya dapat dilalui kendaraan beroda dua. Di samping itu, kendaraan roda dua pun dilarang beroperasi di dalam Kampung Kauman, kebijakan ini berasal dari masyarakat kampung sendiri demi menciptakan lingkungan yang bebas dari polusi udara dan polusi suara. Jenis jalan di Kampung Kauman terbagi menjadi 2 macam, yang pertama yaitu jalan lingkungan di dalam Kampung Kauman yang menggunakan paving block dan yang kedua yaitu jalan lokal dan jalan kolektor yang mengelilingi Kampung Kauman yang sudah menggunakan aspal sebagai penutup jalan. Untuk arus jaringan jalan yang berada di Kampung Kauman, hampir semua ruas jalan merupakan jalan 2 (dua) arah, hanya 1 (satu) ruas jalan yang merupakan jalan satu arah yaitu Jl. Nyai Ahmad Dahlan, dimana hanya dikhususkan untuk arus kendaraan untuk roda 4 (empat) yang dilarang melalui jalan tersebut dari selatan menuju ke utara. BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 61

2 Gambar 5.1 Penggunaan paving block di jalan Kampung Kauman Gambar 5.2 Peta Jaringan Jalan Kampung Kauman Sumber : Google Earth, Rumusan Penulis, dan Survei lapangan, 2014 BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 62

3 2. Analisis jaringan listrik Pelayanan jaringan listrik merupakan salah satu kebutuhan utama pelayanan utilitas secara keseluruhan, berkembangnya suatu kawasan tentunya akan meningkatkan kebutuhan listrik bagi pemenuhan berbagai elemen kegiatannya. Jaringan listrik yang terdapat di Kampung Kauman sudah mendapatkan pelayanan listrik dari PLN. Pelayanan listrik dari PLN untuk mengenai kebutuhan listrik untuk perumahan, pendidikan, peribadatan, dan lain sebagainya. Gambar 5.3 Kondisi jaringan listrik BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 63

4 Gambar 5.4 Peta Jaringan Listrik Kampung Kauman Sumber : Google Earth, Rumusan Penulis, dan Survei lapangan, Analisis jaringan air bersih Berdasarkan hasil survei dan wawancara dengan Staff Bagian Hubugan Masyarakat kantor Pimpinan Cabang Muhammadiyah Gondomanan, Bapak AH, ternyata ada sebagian warga di kawasan Kampung Kauman yang hingga saat ini masih memanfaatkan air bersih yang berasal dari sumur galian untuk kebutuhan sehari-hari, bukan dari PDAM.. Hal mengenai air bersih ini juga dicantumkan di Peraturan Daerah Kota Yogyakarta nomor 2 tahun 2012 pasal 37 ayat 2 yang berbunyi Sumber air bersih dapat diperoleh dari sumber air berlangganan yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan peraturan perundangundangan. Gambar 5.5 Sumur galian di rumah penduduk Kampung Kauman BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 64

5 Gambar 5.6 Peta Jaringan Air Bersih PDAM Kampung Kauman Sumber : Google Earth, Rumusan Penulis, dan Survei lapangan, Analisis balai pertemuan Di kawasan Kampung Kauman sudah terdapat balai pertemuan untuk keperluan acara-acara kampung atau keperluan lainnya, namun kondisinya tidak sesuai dengan yang dicantumkan pada Peraturan Daerah Kota Yogyakarta nomor 2 tahun 2012 tentang bangunan gedung pasal 55 ayat 1 yang berbunyi Setiap bangunan gedung untuk kepentingan umum harus menyediakan kelengkapan prasarana dan sarana pemanfaatan bangunan gedung, meliputi ruang ibadah, ruang ganti, ruang untuk merokok, ruang bayi, toilet, tempat parkir, tempat sampah, serta fasilitas komunikasi dan informasi untuk memberikan kemudahan bagi pengguna bangunan gedung dalam beraktivitas dalam bangunan gedung. Ada total 11 buah balai pertemuan yang berada di kawasan Kampung Kauman, dimana diantara 11 tersebut, hanya 5 balai yang benar-benar dirasakan manfaatnya dan 6 lainnya dibiarkan tidak terawat karena beberapa alasan yaitu sudah tidak memiliki pemilik dari pihak swasta dan tidak jelas fungsinya. BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 65

6 Gambar 5.7 Salah satu Balai pertemuan di Kampung Kauman 5. Analisis sarana ibadah Sarana peribadatan dibangun dengan tujuan memenuhi kebutuhan rohani masyarakat dan biasa ada di lingkungan pemukiman atau ditengah pemukiman penduduk sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Ketersediaan sarana ini menjadi sangat penting mengingat fungsinya yang berhubungan dengan rohani masyarakat. Menurut hasil amatan yang diketahui kampung Kauman memiliki sedikitnya 1 Mesjid dan 3 Langgar/Mushola untuk menampung jumlah penduduk yang sangat tinggi dan lebih dari 90% beragama Islam dengan rincian : 1. Masjid Gedhe Kauman : lokasi di pusat kampung, luas ±2578 m2, kapasitas jamaah 2. Langgar KH. Ahmad Dahlan : lokasi di selatan kampung, luas ±75 m2, kapasitas jamaah 3. Langgar Adz-Zakirin : lokasi di utara kampung, luas ±100 m2, kapasitas jamaah 4. Mushola Aisyiyah : lokasi di barat kampung, luas ±350 m2, kapasitas jamaah. Ditinjau dari segi kapasitas, maka Masjide Gedhe sudah dapat menampung seluruh warga Kauman, namun ditinjau dari segi aksesbilitas, warga Kauman yang berada di utara dan timur kampung, kesulitas untuk mencapai lokasi masjid ini, karena untuk berjalan kaki cukup jauh jaraknya. Oleh karena itu, mayoritas dari warga Kauman tersebut memilih untuk menunaikan ibadah di rumah masing-masing. BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 66

7 Di kampung ini pun tidak memiliki Gereja ataupun Pura sehingga sulit untuk pemeluk agama lain menjalankan ibadah keagamaannya. Maka tingkat kebutuhan tempat peribadatan ini perlu dikembangkan agar memudahkan masyarakat untuk melakukan kegiatan peribadatan dan juga menyesuaikan dengan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri nomor 9 tahun 2006 tentang pedoman keagamaan dimana tiap tempat ibadah harus memenuhi titik dalam radius tiap 250 meter. Hal mengenai sarana peribadatan juga disampaikan oleh Staff Ahli Tata Ruang Kelurahan Ngupasan, Bapak Su, beliau menyampaikan bawah mengacu dengan banyaknya aktivitas di masjid Gedhe Kauman, maka perlu dilakukan renovasi dan pemeliharaan kebersihan secara berkala serta penataan lingkungan, ditambah juga beliau menyatakan untuk sebuah lokasi obyek wisata, 1 buah masjid dirasakan akan sangat kurang. Gambar 5.8 Masjid Gede Kauman BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 67

8 Gambar 5.9 Peta sebaran tempat ibadah Sumber : Google Earth, Rumusan Penulis, dan Survei lapangan, Analisis sarana akomodasi Pada suatu kawasan obyek wisata sudah barang tentu dibutuhkan setidaknya lebih dari satu tempat menginap, dan sementara itu saat ini Kawasan Kampung Kauman baru memiliki 2 fasilitas menginap bagi wisatawan. Kedua fasilitas ini merupakan rumah penduduk yang dijadikan homestay oleh pemilik rumah, dan masing-masing memiliki kapasitas untuk menampung 5-7 wisatawan dalam satu malam. Hal ini juga digagas oleh Ketua RW 13, Kampung Kauman dimana beliau memberikan gagasan untuk menjadikan rumah penduduk di dalam kawasan Kampung Kauman sebagai homestay atau tempat menginap para wisatawan. Sehingga nuansa klasiknya dan sensasi berwisatanya semakin terasa. Untuk sarana akomodasi yang berada di luar Kampung Kauman, terdapat 2 buah hotel yang jaraknya masih tergolong terjangkau dengan berjalan kaki, namun jika dibandingkan dengan menginap di homestay tentu saja harus berhadapan dengan tarif yang lebih tinggi dan nuansa religi dan sejarahnya tidak semaksimal yang dirasakan ketika menginap di homestay. BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 68

9 Gambar 5.10 Salah satu rumah homestay di Kampung Kauman 7. Analisis pusat pembelanjaaan souvenir Sejauh ini, tempat-tempat pusat pembelanjaan souvenir dan cinderamata di Kampung Kauman, masih berlokasi di luar wilayah kampung. Hal ini juga terpantau oleh Ketua RW 13 Kelurahan Ngupasan Bp. Edi Haryanto, diketahui bahwa Yogyakarta memiliki sangat banyak produk souvenir yang sangat diminati oleh wisatawan. Kampung Kauman sebagai salah satu objek wisata perlu memiliki pusat-pusat pembelanjaan souvenir sendiri. Sedangkan sesuai dengan Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa dimana setiap objek wisata harus memiliki pusat pembelanjaan souvenir dan cinderamata. 8. Analisis lahan parkir Ada 2 lokasi yang selama ini digunakan wisatawan untuk lahan parkir, yaitu pertama di Alun-alun utara, dan yang kedua di pelataran Masjid Gedhe Kauman. Namun di pelataran Masjid Gedhe Kauman yang dimana lokasinya lebih dekat ke Kampung Kauman, untuk akses keluar dan masuk kendaraan beroda 4 (empat) masih sulit, dimana pintu masuknya terlalu kecil dan hanya muat untuk 1 kendaraan. Kapasitas pelataran masjid ini, dapat menampung kendaraan roda 4 hingga 10 unit, dan dapat menampung kendaraan roda 2 hingga 30 unit. Untuk kendaraan berukuran besar seperti bus, mini bus, atau setingkatnya, maka parkir kendaraan ini dialihkan ke alun-alun utara. Hal diatas juga dicantumkan di Peraturan Daerah Kota Yogyakarta nomor 2 tahun 2012 tentang bangunan gedung pasal 55 ayat 1 yang berbunyi Penyediaan tempat parkir BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 69

10 direncanakan dengan pertimbangan fungsi bangunan gedung, dan tidak mengganggu lingkungan. Gambar 5.11 Pelataran Masjid Gedhe Kauman, yang digunakan sebagai lahan parkir 9. Analisis fisik bangunan Mayoritas fisik/bentuk bangunan di Kampung Kauman memiliki arsitektur bernuansa Belanda, dengan hal ini dapat menjadi ciri khas tersendiri bagi Kampung Kauman, para wisatawan seperti dibawa kembali ke tahun an. Total ada 448 jumlah bangunan yang memadati Kampung Kauman dengan berbagai macam guna bangunan. Namun sayangnya, masih banyak pula bangunan-bangunan tua ini tidak terawat dengan baik, sehingga dapat terlihat bagian-bagian yang sudah keropos dimana-mana. Di samping itu, ada juga bangunan yang sudah tidak ditinggali oleh pemiliknya. No. Guna Bangunan Terawat Tidak Terawat 1 Rumah / Tempat tinggal Perdagangan 77-3 Jasa / Perkantoran Peribadatan 4-5 Balai Pertemuan Pendidikan 8 - TOTAL BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 70

11 Gambar 5.12 Salah satu contoh kondisi fisik bangunan yang rusak Gambar 5.13 Peta Permasalahan Sarana dan Prasarana Kampung Kauman Sumber : Google Earth, Rumusan Penulis, dan Survei lapangan, Analisis Kondisi Lingkungan 1. Analisis ruang terbuka hijau Kampung Kauman memiliki banyak lahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang masih belum dimamfaatkan dengan baik, RTH pada umumnya digunakan sebagai paru-paru wilayah atau penghasil oksigen bagi daerah tersebut, dapat digunakan untuk berteduh, bersantai, maupun memperindah dekorasi wilayah. RTH di Kampung Kauman yang dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai salah satu ikon kampung, yaitu di Pelataran atau yang terletak di halaman Masjid Gedhe Kauman, BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 71

12 ruang terbuka disana memiliki luas ±1254 m2 dan hingga saat ini dijadikan sebagai tempat berdagang kaki lima, tempat bermain anak-anak dan tempat parkir kendaraan. Gambar 5.14 Salah satu ruang terbuka hijau Kampung Kauman 2. Analisis kondisi persampahan Pesebaran tempat sampah di Kampung Kauman saat ini masih sangat kurang dalam segi kuantitas, dan untuk segi kualitas kondisi tempat sampah di kampung Kauman masih menggunakan keranjang sampah yang ditempatkan di depan rumah penduduk. Hal ini sangat bertentangan dengan apa yang disebutkan di Undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang Persampahan, dimana disebutkan bahwa tiap rumah penduduk harus memiliki satu tempat sampah yang selanjutnya dikumpulkan di penampungan sementara dan dibawa ke lokasi pembuangan akhir. Alur pembuangan sampah di Kampung Kauman saat ini, berawal dari sampah rumah tangga diletakkan di depan rumah masing-masing warga, yang di pagi hari akan diangkut oleh dinas persampahan dan semua sampah rumah tangga Kampung Kauman akan dibawa ke TPS yang berlokasi di alun-alun utara, dan kemudian akan dibawa ke TPA yang berlokasi di Piyungan. BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 72

13 Gambar 5.15 Salah satu contoh tempat sampah di sudut Kampung kauman Gambar 5.16 Peta Sebaran tempat sampah Kampung Kauman Sumber : Google Earth, Rumusan Penulis, dan Survei lapangan, 2014 BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 73

14 5.1.3 Analisis Sumber Daya Manusia Menurut data yang tercatat pada Kampung Kauman memiliki jumlah penduduk 1128 jiwa. Jumlah penduduk tersebut lumayan tinggi dengan luas daerah 21 Ha. Penduduk menurut jenis kelamin (sex ratio) dari melihat hasil survey lebih tinggi atau lebih cenderung penduduk yang berkelamin laki laki dibandingkan yang bekelamin perempuan. Hal ini dapat kita lihat dari jenis pekerjaan dan kegiatan yang ada di wilayah tersebut cenderung aktifitas yang melibatkan laki laki. Adapun di wilayah tersebut mata pencaharian yang utama adalah berdagang. Karena di wilayah tersebut masih dekat dengan Malioboro dan Pasar Beringharjo sebagai pusat perdagangan Kota Yogyakarta. Di kampung Kauman juga terdapat beberapa organisasi masyarakat yang berdiri secara swadaya, antara lain yaitu : 1. Paguyuban Pedagang Kaki Lima (PKL) alun-alun. 2. Paguyuban arisan ibu rumah tangga. 3. Angkatan muda Muhammadiyah. 4. Organisasi Naisyatul Aisyiyah. 5. Organisasi remaja Kauman. Masing-masing memiliki kegiatannya sendiri dan juga dikelola secara mandiri oleh para anggotanya. Organisasi masyarakat disana, beberapa kali terlibat langsung dalam pembangunan kampung sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Mengenai analisis sumber daya manusia ini, juga disampaikan pada saat wawancara oleh Staff Bagian Hubungan Masyarakat kantor Pimpinan Cabang Muhammadiyah Gondomanan Bp. AH, berdasarkan dari pengetahuan, motivasi, aspirasi, dan komitmen masyarakat Kampung Kauman terhadap rencana pengembangan ini, sebelumnya perlu dilakukan penyuluhan secara berkala kepada masyarakat Kampung Kauman Analisis Kondisi Kampung Kauman dengan sekitar Wilayah Kampung Kauman yang `dekat dari hiruk pikuk Kota Yogyakarta menjadikan desa ini mudah untuk dicapai dan dikunjungi oleh para wisatawan, tinggal mengikuti jalur dari arah Malioboro menuju Alun-Alun dan Kraton Yogyakarta, Kampung Kauman terletak disebelah barat Alun-Alun. Di samping itu, walaupun terletak dekat dengan pusat kota, namun kondisi di dalam Kampung Kauman itu sendiri sangat nyaman, asri, dan sunyi, oleh karena itu Kampung Kauman ini sangat potensial sebagai desa wisata untuk orang-orang yang telah jenuh dengan hingar bingar kesibukan kota. Letaknya yang masih BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 74

15 strategis dan dekat dengan Kraton Yogyakarta dan juga terdapat Masjid Gedhe Kauman juga membuat desa ini cocok untuk menjadi daerah wisata religi dan sejarah sekaligus. 5.2 Potensi dan Masalah Kawasan Kampung Kauman Pemilihan konsep kampung wisata sejarah dan religi di kawasan Kampung Kauman ini didasarkan pada beberapa hal yang berbasiskan kelestarian kehidupan sosial, agama dan budaya yang ada di dalam kawasan tersebut. Beberapa potensi dan masalah yang dimiliki oleh Kampung Kauman akan dijabarkan sebagai berikut, Potensi dan Masalah Sektor Sarana dan Prasarana 1. Potensi sektor sarana dan prasarana a. Konsep arsitektur dan gaya penataan permukiman Kampung Kauman yang masih bertahan sejak jaman Belanda. Gambar 5.17 Arsitektur Bangunan Khas Jawa Belanda b. Terdapat masjid Gedhe yang merupakan ikon dari Kota Yogyakarta dan selalu menjadi lokasi persinggahan untuk wisatawan kraton yang ingin beristirahat atau beribadah. BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 75

16 Gambar 5.18 Masjid Gedhe Kauman c. Sejarah berdirinya Muhammadiyah berawal dari kampung ini, dimana masih ada beberapa peninggalan-peninggalan KH. Ahmad Dahlan. Gambar 5.19 Langgar KH Ahmad Dahlan d. Kondisi jaringan jalan yang baik, tidak berlubang, dan dapat dilalui kendaraan bermotor. e. Seluruh wilayah Kampung Kauman sudah difasilitasi jaringan listrik oleh PLN. 2. Masalah sektor sarana dan prasarana BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 76

17 a. Ada beberapa ditemukan bangunan yang fisiknya sudah rusak dan tidak terawat. b. Balai pertemuan yang tidak memiliki pemilik dibiarkan tidak terawat dan terbengkalai. c. Kuantitas sarana ibadah yang masih kurang dalam menampung jumlah penduduk di Kampung Kauman. d. Kampung Kauman belum memiliki pusat pembelanjaan souvenir Potensi dan Masalah Sektor Lingkungan 1. Potensi sektor lingkungan a. Lokasi yang strategis berada di pusat kota, dan dekat dengan obyek-obyek wisata unggulan Kota Yogyakarta. b. Menjadi lokasi dari atraksi-atraksi wisata yang disajikan oleh Kraton Yogyakarta, yang selalu menjadi tujuan wisatawan mengunjungi Yogyakarta. Gambar 5.20 Grebek Gunungan c. Lahan ruang terbuka hijau yang berpotensi menjadi paru-paru kampung jika dimanfaatkan dengan baik. 2. Masalah sektor lingkungan a. Ruang terbuka hijau yang belum dimanfaatkan dan ditata dengan baik. b. Persebaran sarana tempat sampah yang belum merata. BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 77

18 5.2.3 Potensi dan Masalah Sektor Sumber Daya Manusia 1. Potensi sektor sumber daya manusia a. Penduduk asli kampung yang sangat ramah terhadap wisatawan. b. Tingkat pendidikan warga Kampung Kauman yang tergolong tinggi. 2. Masalah sektor sumber daya manusia a. Etos kerja penduduk asli yang masih rendah dan tidak memiliki semangat untuk merubah kehidupan mereka salah satunya disebabkan karena pola pikir mereka yang masih tradisional dan konservatif. b. Kurangnya promosi dan pemasaran wisata mengenai Kampung Kauman, sehingga keberadaan Kampung Kauman hingga kini kurang dikenal oleh wisatawan. 5.3 Analisis SWOT Kawasan KEKUATAN ( STRENGH ) KELEMAHAN ( WEAKNESS ) -Lingkungan kampung yang masih asli dan -Kurangnya informasi dan publikasi kepada asri. wisatawan tentang Kampung Kauman. -Arsitektur jaman Belanda yang masih -Kurangnya kesadaran masyarakat sekitar dipertahankan dan menjadi ciri khas pada potensi yang dimiliki Kampung tersendiri. -Penduduk asli kampung yang ramah dan Kauman. -Kondisi infrastruktur yang kurang baik bersahabat, untuk dijadikan sebuah objek wisata. -Nuansa religius agama islam yang sangat kental. PELUANG ( OPPORTUNITY ) ANCAMAN ( THREAT ) -Lokasinya dekat dengan Malioboro dan Kraton. -Lokasinya mudah dicapai, yaitu di pusat Kota Yogyakarta. -Sudah dimasukkan ke dalam RTRW Kota Yogyakarta sebagai Kampung Wisata. -Kalah bersaing dengan Kampung wisata lain, contohnya Kota Gede dan kampung wisata Gunung Merapi. -Belum dimasukkan ke dalam paket wisata Malioboro dan Kraton. Tabel 5.1 Analisis SWOT kawasan Sumber : Rumusan Penulis, dan Survei lapangan, 2014 BAB V ANALISIS SEKTOR KAWASAN 78

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menelusuri kota Yogyakarta tidak lengkap rasanya jika tidak mengunjungi Kampung Kauman. Kampung Kauman terletak di sebelah barat alun-alun utara kota Yogyakarta, Berada

Lebih terperinci

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu Obyek Wisata Batu Seribu terletak di Desa Gentan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Letaknya sekitar 20 KM sebelah selatan Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota merupakan daerah yang memiliki mobilitas yang tinggi. Daerah perkotaan menjadi pusat dalam setiap daerah. Ketersediaan akses sangat mudah didapatkan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian) Sebagai pusat ibadah dan pusat dakwah Islam yang dirintis oleh Sunan Ampel, kawasan ini menjadi penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengembangan Kawasan Shopping Street Pertokoan Jl. Yos Sudarso :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. (http://developmentcountry.blogspot.com/2009/12/definisi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Data Pusat Rehabilitasi Narkoba di Yogyakarta 3.1.1 Esensi Pusat Rehabilitasi Narkoba adalah suatu sarana yang melaksanakan rehabilitasi sosial dan rehabilitasi medis

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dinamika perkembangan

Lebih terperinci

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: M. TOGAR PRAKOSA LUMBANRAJA L2D 003 356 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

Rumah Susun Di Muarareja Kota Tegal

Rumah Susun Di Muarareja Kota Tegal BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Lokasi 3.1.1 Tinjauan Detail Lokasi a. Keadaan Geografis Kota Tegal sebagai salah satu daerah otonom di Provinsi Jawa Tengah yang terletak 109 o 08 sampai 109

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN BAB IV GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN Perumnas Bumi Tlogosari terletak di Kelurahan Tlogosari Kulon dan Kelurahan Muktiharjo Kidul, Kecamatan Pedurungan yang merupakan bagian dari Bagian Wilayah Kota V Semarang.

Lebih terperinci

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB VI DATA DAN ANALISIS BAB VI DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisa Kawasan Pemilihan tapak dikawasan Cicadas tidak lepas dari fakta bahwa Kawasan Cicadas termasuk kedalam salah satu kawasan terpadat didunia dimana jumlah penduduk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malioboro adalah jantung Kota Yogyakarta yang tak pernah sepi dari pengunjung. Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI BAB 4 KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI Program Relokasi di Kelurahan Sewu dilatar belakangi oleh beberapa kondisi, diantaranya kondisi banjir yang tidak dapat di prediksi waktu terjadi seperti

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM KABUPATEN GROBOGAN Tinjauan ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai lokasi terbangun dan kawasan sekitar lokasi. TINJAUAN GEOGRAFI DAN ADMINISTRATIF KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang sangat unik dan berbeda-beda, selain itu banyak sekali objek wisata yang menarik untuk dikunjungi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki 65 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wialayah Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan yang berlokasi pada dua Desa yaitu Desa Bumi Restu dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang dilakukan di kawasan Petak Sembilan, masih banyak yang perlu

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D 304 155 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2007

Lebih terperinci

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 4 BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 1.1 Faktor Tapak dan Lingkungan Proyek Kasus proyek yang dibahas disini adalah kasus proyek C, yaitu pengembangan rancangan arsitektural model permukiman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka kebutuhan angkutan semakin diperlukan. Oleh karena itu transportasi

BAB I PENDAHULUAN. maka kebutuhan angkutan semakin diperlukan. Oleh karena itu transportasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 LATAR BELAKANG OBJEK Di era sekarang ini semakin meningkatnya kegiatan perekonomian terutama yang berhubungan dengan distribusi, produksi, konsumsi, serta jasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah,

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA Katalog BPS : 1101002.6271012 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2014 ISSN : 2089-1725 No. Publikasi : 62710.1415 Katalog BPS : 1101002.6271012 Ukuran Buku

Lebih terperinci

BAB II PROFIL WILAYAH. acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN

BAB II PROFIL WILAYAH. acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN BAB II PROFIL WILAYAH A. Kondisi Wilayah Survei sangat perlu dilakukan sebelum penerjunan ke lokasi KKN sebagai acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN belangsung, sehingga

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print C-45 Penentuan Prioritas Pengembangan Infrastruktur Kawasan Wisata Bahari di Desa Sumberejo, Desa Lojejer dan Desa Puger Kulon, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI

GAMBARAN UMUM LOKASI 23 GAMBARAN UMUM LOKASI Bab ini menjelaskan keadaan lokasi penelitian yang terdiri dari kondisi geografis, demografi, pendidikan dan mata pencaharian, agama, lingkungan dan kesehatan, potensi wisata, pembangunan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung Kota Bandarlampung adalah Ibukota Provinsi Lampung yang memiliki luas wilayah 197,22 km 2 atau 19.772 hektar. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata sebagai penggerak sektor ekonomi dapat menjadi solusi bagi pemerintah dalam meningkatkan pembangunan ekonomi. Sektor pariwisata tidak hanya menyentuh

Lebih terperinci

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL LAMPIRAN XII PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN TAHUN 2015 2035 KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL 1. MS Mangrove atau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan

BAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan BAB V PENUTUP Pada bab ini peneliti akan melakukan review dan menyimpulkan semua hal terkait dengan hasil jawaban dari 50 responden yang diteliti terkait penilaian responden terhadap atribut pengelolaan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang mengupayakan pengembangan kepariwisataan. Kepariwisataan merupakan perangkat yang penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu negara yang sedang berkembang. Begitu pula dengan Indonesia, berbagai kota berkembang secara

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 Katalog BPS : 1101002.6271012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik tersendiri karena penduduknya yang beragam budaya dan agama. Untuk memasuki kota Semarang dapat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan pembangunan tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan karena berkembangnya sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya sangat besar, oleh karena itu permintaan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul yang diangkat, maka tiap-tiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan pengertiannya, yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA Perumahan menengah : meliputi kompleks perumahan atau dan sederhana permukiman Perumahan pasang surut : meliputi perumahan yang berada di daerah

Lebih terperinci

Gambar 5 Peta administrasi kota Tangerang Selatan

Gambar 5 Peta administrasi kota Tangerang Selatan METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah Kota Tangerang Selatan yang merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Tangerang propinsi Banten. Kota Tangerang Selatan mempunyai luas wilayah

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Surade 4.1.1 Kondisi Geografis, Topografi, dan Demografi Kelurahan Surade Secara Geografis Kelurahan Surade mempunyai luas 622,05 Ha,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR 3609100043 Latar Belakang Memiliki potensi pariwisata yang cukup banyak dan beragam Selama ini pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM BAB 6 TUJUAN DAN KEBIJAKAN No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM Mengembangkan moda angkutan Program Pengembangan Moda umum yang saling terintegrasi di Angkutan Umum Terintegrasi lingkungan kawasan permukiman Mengurangi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan di Kabupaten Bandung tepatnyadi Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah. Objek wisata ini berdiri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berkembangnya suatu kota membawa konsekuensi terhadap perubahan fisik kota yang biasanya juga dibarengi pertumbuhan penduduk dan pembangunan fasilitas ekonomi yang cukup

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI Desa Kembang Kuning terbagi atas tiga dusun atau kampung, yakni Dusun I atau Kampung Narogong, Dusun II atau Kampung Kembang Kuning, dan Dusun III atau Kampung Tegal Baru. Desa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA Pada bab ini akan dilakukan evaluasi mengenai Gedung Kesenian Gde Manik (GKGM) dari aspek kondisi fisik, non-fisik, dan spesifikasi khusus GKGM

Lebih terperinci

STUDIO 3 PERENCANAAN & PENGEMBANGAN WILAYAH KELURAHAN GANDUS 1

STUDIO 3 PERENCANAAN & PENGEMBANGAN WILAYAH KELURAHAN GANDUS 1 STUDIO 3 PERENCANAAN & PENGEMBANGAN WILAYAH Raghanu Yudhaji 2014280001 Retno Kartika Sari 2014280003 Resty Juwita 2014280021 Antya Franika 2014280013 Aprido Pratama 2014280024 Khoirurozi Ramadhan G 2014280005

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Desa Taman Sari merupakan bagian dari Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten

GAMBARAN UMUM. Desa Taman Sari merupakan bagian dari Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten IV. GAMBARAN UMUM A. Geografis Desa Taman Sari merupakan bagian dari Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Luas Desa Taman Sari adalah seluas 2.118 ha/m2. meliputi lahan pemukiman

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN Tinjauan Kawasan Kebon Kacang Raya dan Kebon Kacang 30 3.1 Gambaran Kawasan Proyek Nama : Kawasan Kebon Kacang dan sekitarnya. Lokasi : Jl. Kebon Kacang Raya dan Jl.Kebon Kacang

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. VISI DAN MISI DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN Visi adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai melalui penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran

BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran Siak Sri Indrapura merupakan ibukota kabupaten Siak. Secara administratif,

Lebih terperinci

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG 4.1 Sejarah Kawasan Kambang Iwak Palembang Menurut Ir. Ari Siswanto, MCRP, pengamat perkotaan dari Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Sriwijaya,

Lebih terperinci

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh M.ARIEF ARIBOWO L2D 306 016 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak Keberdayaan masyarakat dalam mendukung upaya perbaikan permukiman masih kurang Upayaupaya perbaikan permukiman menjadi tidak berarti Contohnya, luas Permukiman Tidak Layak Huni Kota Bogor meningkat Salah

Lebih terperinci

V. KONSEP PENGEMBANGAN

V. KONSEP PENGEMBANGAN 84 V. KONSEP PENGEMBANGAN 5.1. Pengembangan Wisata Sebagaimana telah tercantum dalam Perda Provinsi DI Yogyakarta No 11 tahun 2005 tentang pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (KCB) dan Benda Cagar Budaya

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN BAB 4 KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Makro Perancangan pasar tradisional bantul menerapkan pendekatan analogi shopping mall. Yang dimaksud dengan pendekatan analogi shopping mall disini adalah dengan mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu kota besar yang memiliki banyak potensi untuk dikembangkan adalah kota Yogyakarta. Dengan jumlah penduduk yang cukup padat dan banyaknya aset wisata yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KOTA MEDAN

ANALISIS PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KOTA MEDAN ANALISIS PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KOTA MEDAN Putri Puspita Sari Alumnus S1 Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar Psr V Medan Estate Medan, 20211

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota adalah sebuah tempat dimana manusia hidup, menikmati waktu luang, berkomunikasi, dan bersosialisasi dengan manusia lain. Kota juga merupakan wadah dimana keseluruhan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 KESIMPULAN Sentra Batik Tulis Giriloyo, Sentra Industri Kerajinan Gerabah Kasongan dan Kulit Manding merupakan beberapa kawasan industri kreatif yang berpotensi dikembangkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C.

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

STUDIO TUGAS AKHIR DOSEN PEMBIMBING : Dr. ANDI HARAPAN S., S.T., M.T. BAB I PENDAHULUAN

STUDIO TUGAS AKHIR DOSEN PEMBIMBING : Dr. ANDI HARAPAN S., S.T., M.T. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan provinsi yang sangat potensial dari segi sumber daya alam, sumber daya manusia, hingga keseniannya. Kesenian Jawa Barat sangat beraneka ragam,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 127 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian ini merupakan akhir dari seluruh tahapan studi yang telah dilakukan. Bab ini berisi temuan dan kesimpulan studi yang menjelaskan secara umum mengenai ketersediaan

Lebih terperinci

PENGARUH REVITALISASI TERHADAP KAWASAN ALUN-ALUN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh : APIT KURNIAWAN L2D

PENGARUH REVITALISASI TERHADAP KAWASAN ALUN-ALUN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh : APIT KURNIAWAN L2D PENGARUH REVITALISASI TERHADAP KAWASAN ALUN-ALUN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : APIT KURNIAWAN L2D 099 404 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2003 ABSTRAKSI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Deskripsi Judul Judul dalam laporan Studio Konsep Perancangan Arsitektur yang diangkat adalah Penataan Plaza dan Pusat Kuliner di Kawasan Simpang Lima Semarang (Pendekatan pada Konsep

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Desa Margosari Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu. Desa Margosari dibuka pada tahun 1953 berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Obyek Penetapan otonomi daerah menjadi pintu gerbang bagi setiap pemerintah daerah untuk berlomba-lomba dalam mengelola, memacu, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kuliah Kerja Nyata Alternatif Periode LI unit II.C.1 Universitas

BAB I PENDAHULUAN. Kuliah Kerja Nyata Alternatif Periode LI unit II.C.1 Universitas BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah Kuliah Kerja Nyata Alternatif Periode LI unit II.C.1 Universitas Ahmad Dahlan tahun akademik 2015/2016, yang berlokasi di, Kelurahan Bener, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kuliah Kerja Nyata Reguler Periode LXI divisi I kelompok B unit 3

BAB I PENDAHULUAN. Kuliah Kerja Nyata Reguler Periode LXI divisi I kelompok B unit 3 BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah Kuliah Kerja Nyata Reguler Periode LXI divisi I kelompok B unit 3 Universitas Ahmad Dahlan tahun akademik 2016-2017, berlokasi di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PRABUMULIH TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PRABUMULIH TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PRABUMULIH TAHUN 2002 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH, Menimbang : a. bahwa dengan telah

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Lampiran I Brosur Paket Wisata Desa Wisata Pentingsari

LAMPIRAN. 1. Lampiran I Brosur Paket Wisata Desa Wisata Pentingsari LAMPIRAN 1. Lampiran I Brosur Paket Wisata Desa Wisata Pentingsari 2. Lampiran II Brosur Rincian Biaya dan Kegiatan Desa Wisata Pentingsari 3. Lampiran III Kuesioner BAGIAN 1: CHECKLIST OBYEK SITUASI DESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taman merupakan fasilitas publik yang disediakan oleh Pemerintah Kota, yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial dan memperindah

Lebih terperinci

TESIS CITRA KAMPUNG ENTUK AYU ASVITASARI PROGRAM

TESIS CITRA KAMPUNG ENTUK AYU ASVITASARI PROGRAM TESIS PENILAIANN POTENSI RUANG FISIK DAN NON FISIK DALAM MEMBE ENTUK CITRA WISATA RELIGI DI KAMPUNG KAUMAN YOGYAKARTAA AYU ASVITASARI No. Mhs: 15.54.024.51/PS/MTA PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR

Lebih terperinci

UKDW. Tahap Pengumpulan Data

UKDW. Tahap Pengumpulan Data Peta Kota Magelang Bangunan Fisik Pasar terbakar. Tempat relokasi pedagang g tidak memadai. Tidak tersedia lahan parkir di area pasar. Banyak pedagang tidak tertampung dalam pasar. Pasar tradisional tetap

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian secara kritis yang sudah dianalisis di kawasan Borobudur, menggambarkan perkembangan representasi serta refleksi transformasi sebagai berikut : Investasi

Lebih terperinci

HOTEL RESORT DI KAWASAN WISATA SARANGAN

HOTEL RESORT DI KAWASAN WISATA SARANGAN LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HOTEL RESORT DI KAWASAN WISATA SARANGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR

Lebih terperinci