BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi

1 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Jenis penelitian ini adalah eksperimental yang dilakukan dengan menguji variasi konsentrasi basis polietilenglikol terhadap sifat fisik sediaan suppositoria ekstrak etanol daun wungu. B. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Variabel bebas dari penelitian ini adalah penggunaan kombinasi basis PEG 400 dan PEG 6000 yang divariasikan konsentrasinya. 2. Variabel Tergantung Variabel tergantung dari penelitian ini adalah sifat fisik yaitu uji organoleptis, uji titik lebur, uji waktu leleh dan uji kekerasan sediaan suppositoria. 3. Variabel Terkendali Variabel terkendali dari penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak daun wungu dan metode pembuatan suppositoria. C. Definisi Variabel Penelitian Variasi konsentrasi polietilenglikol 400 dan 6000 yang dipakai adalah 30:70, 40:60, 50:50, 60:40, 70:30. Sifat fisik dari sediaan suppositoria yang di uji meliputi: uji organoleptis, uji keseragaman bobot, uji waktu lebur, uji suhu lebur, uji kekerasan. Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 0,5 gr dari hasil konversi dosis tikus ke manusia dengan BB 70 kg. 16

2 17 D. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu diantaranya : a. Alat Untuk Ekstraksi Menggunakan alat maserasi, oven Memmert, penangas air, alat gelas, cawan porselen, kertas saring, kain penyaring. b. Alat Untuk Pembuatan Suppositoria dan Uji Stabilitasnya Timbangan analitik (Shimadzu type AY220), alat-alat gelas (Iwaki-pyrex), mortir dan stamper, cetakan suppositoria, alat uji kekerasan suppositoria, alat uji waktu leleh, alat uji titik lebur Stuart. c. Alat Untuk Uji Kromatogruafi Lapis Tipis Menggunakan bejana kromatografi (chamber), pipa kapiler, lempeng silica gel F254, penyemprot bercak, lampu UV. 2. Bahan Bahan yang digunakan yaitu daun wungu yang diperoleh dari desa Selakambang kecamatan Kaligondang Purbalingga. Penyari dengan etanol 96% (C-Jaya Kimia). PEG 400 dan PEG 6000 standar farmasi dari laboratorium teknologi sediaan farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto. E. Cara Penelitian 1. Determinasi Tanaman Determinasi dan deskripsi ini dimaksudkan untuk menetapkan kebenaran sampel yang digunakan dalam penelitian. Determinasi tanaman Daun Wungu dilakukan dengan cara mencocokkan ciri-ciri morfologi yang ada pada tanaman Daun Wungu terhadap kepustakaan Flora of Java (Backer &Bakhuizen Van Den Brink).

3 18 2. Pembuatan Simplisia Simplisia yang dibuat adalah bagian daun. Daun Wungu diambil dikumpulkan dan dipisahkan dari bagian tanaman lainnya. Setelah dikumpulkan, herba daun Wungu dicuci dengan air mengalir agar bersih dari kotoran, debu atau tanah yang menempel atau benda lain, lalu dikering anginkan. Selanjutnya pengeringan dilakukan dengan memanaskan di bawah sinar matahari dengan ditutup dengan kain hitam agar penyerapan panas maksimal dan terhindar dari radiasi sinar matahari. Selama pemanasan, bahan dibolak-balik agar pemanasan merata dan proses pengeringan lebih cepat. Bahan yang sudah kering selanjutnya dapat diserbuk dengan blender kemudian diayak dengan ayakan no 20/60. Ayakan untuk menguji dan mengukur bahan farmasi biasanya merupakan anyaman yang mungkin terbuat dari kawat kuningan, perunggu atau kawat lain yang cocok atau tidak diberi lapisan. Ayakan nomor 20 untuk serbuk obat-obatan dari bahan tumbuh-tumbuhan atau hewan ditetapkan dengan Coarse powder (serbuk kasar atau nomor 20) artinya yaitu semua partikel serbuk dapat melewati lubang ayakan nomor 20 dan tidak lebih dari 40% yang melewati lubang ayakan nomor 60 (Ansel, 1989). 3. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Wungu Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan etanol 96%. Ekstraksi daun wungu dilakukan dengan memasukkan 1 bagian serbuk simplisia dalam 10 bagian etanol 96% direndam selama 6 jam sambil sesekali diaduk kemudian dibiarkan selama 24 jam. Selanjutnya hasil rendaman diperas dan diendapkan selama sehari untuk memisahkan serbuk simplisia yang dimungkinkan terbawa saat pemerasan. Proses diulangi 2 kali dengan merendam serbuk hasil perasan simplisia dengan jumlah dan jenis pelarut yang sama saat maserasi (Anonim, 2004).

4 19 Maserasi dilakukan 2 modifikasi yaitu maserasi dengan pengadukan selama 30 menit dan dilakukan maserasi. Tujuan dari modifikasi maserasi adalah untuk memperoleh ekstrak yang lebih maksimal. Remaserasi dilakukan dengan menggunakan konsentrasi pelarut dari setengah konsentrasi awal. Selanjutnya ekstrak hasil perasan diuapkan pada waterbath dengan menggunakan cawan porselen sampai didapatkan ekstrak kental. 4. Identifikasi Kandungan Senyawa Daun Wungu a. Identifikasi Flavonoid Fase diam : selulosa Fase gerak : etil asetat: metanol: air (100:13,5:10) Deteksi : Aluminium klorida (AlCl 3 ) Hasil positif tampak bercak berpendar kuning dalam sinar UV 366 nm (Sutrisno, 1986). b. Identifikasi Tanin Fase diam : silika gel F 254 Fase gerak : etil asetat: metanol: air (100:13,5:10) Deteksi : FeCl 3 Jika setelah disemprot dengan FeCl 3 menghasilkan warna hitam kehijauan berarti positif mengandung Tanin (Pratiwi, 2008). Larutan akan berubah menjadi biru kehitaman atau hijau kehitaman. Warna biru menunjukkan bahwa simplisia mengandung tannin galat. Warna hijau kehitaman menunjukkan adanya tannin katekol (Depkes RI, 1987). c. Identifikasi Saponin Fase diam : silika gel F 254 Fase gerak : etil asetat: metanol: air (100:13,5:10) Deteksi : Anisaldehid-asam sulfat LP.

5 20 Hasil positif jika dengan pereaksi ini saponin membentuk bercak biru violet atau kadang-kadang kekuningan bila diamati pada sinar biasa (Depkes RI, 1987). 5. Penentuan Konsentrasi Untuk Dosis Konsentrasi dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan dari penggunaan daun wungu yang diujikan pada Tikus sebagai antiinflamasi yaitu 3 g/kgbb (Ozaki et al.1989). Bobot tikus diasumsikan 200 gram = 0,2 Kg Dosis yang diberikan pada tikus : 3 g/kg BB X 0,2 Kg = 0,6 g = 600 mg Nilai konversi dari tikus ke manusia adalah 56 Berat badan manusia 70 Kg Maka: 600 mg X 56 = 480 ( dibulatkan menjadi 500 mg) 70 Kg Jadi dosis diberikan 500 mg/ml = 0,5 gr 6. Pembuatan Suppositoria Ekstrak Etanol Daun Wungu Tabel 1. Formulasi Suppositoria untuk 1 suppositoria Bahan Formula I II III IV V Daun Wungu 0,5 gr 0,5 gr 0,5 gr 0,5 gr 0,5 gr Polietilenglikol % 40% 50% 60% 70% Polietilenglikol % 60% 50% 40% 30% Keterangan: nilai % ditentukan dari hasil penentuan jumlah basis. Pembuatan Suppositoria dilakukan dengan metode penuangan dengan cara sebagai berikut : a. Kalibrasi basis Alat-alat disiapkan dan bahan-bahan yang diperlukan ditimbang.peg 6000 dan PEG 400 ditimbang dengan

6 21 perbandingan 50% : 50% dengan volume kira-kira mencukupi untuk memenuhi 3 lubang pada cetakan suppositoria. PEG 6000 dilebur dalam cawan penguap di atas water bath untuk menghindari pemanasan setempat yang berlebihan. Setelah massa PEG 6000 melebur ditambahkan dengan PEG 400 disertai pengadukan yang intensif agar tingkat homogenitasnya tinggi. Massa leburan yang telah homogen dituang ke dalam cetakan suppositoria sampai memenuhi 3 lubang pada cetakan penuh. Diamkan pada suhu kamar, lalu masukkan ke dalam lemari pendingin ± 1 jam. Suppositoria yang sudah jadi dikeluarkan dari cetakannya, lalu ditimbang untuk perhitungan bilangan pengganti. b. Kalibrasi Basis dengan Zat aktif Alat-alat disiapkan dan bahan-bahan yang diperlukan ditimbang. PEG 6000 dan PEG 400 ditimbang dengan perbandingan 50% : 50% dengan volume kira-kira mencukupi untuk memenuhi 3 lubang pada cetakan suppositoria. PEG 6000 dilebur dalam cawan penguap di atas water bath untuk menghindari pemanasan setempat yang berlebihan. Kemudian ekstrak ditimbang untuk 3 buah formula masing-masing 0,5 gr pada cawan yang berbeda lalu kedalam cawan masing-masing diberi campuran basis PEG sebanyak 1 sendok dan diaduk sampai homogen di atas water bath. Massa leburan yang telah homogen dituang ke dalam cetakan suppositoria tiap cawan 1 lubang. Selanjutnya sisa campuran basis dipenuhkan ke dalam lubang cetakan yang telah diisi sebelumnya, didinginkan pada suhu kamar, lalu dimasukkan ke dalam lemari pendingin ± 1 jam. Suppositoria yang sudah jadi dikeluarkan dari cetakannya, lalu ditimbang untuk perhitungan bilangan pengganti. c. Pembuatan suppositoria dengan bilangan pengganti Siapkan alat dan bahan ditimbang untuk 10 formula. PEG 6000 dileburkan diatas water bath untuk menghindari pemanasan

7 22 setempat yang berlebihan. PEG 400 ditambahkan dengan ekstrak etanol daun wungu digerus disertai pengadukan yang intensif agar tingkat homogenitasnya tinggi. Kemudian campuran ekstrak dan PEG 400 dimasukkan ke massa leburan PEG 6000 dalam mortir panas disertai pengadukan yang intensif sampai homogen. Massa leburan yang telah homogen dituang ke dalam cetakan suppositoria. Didinginkan pada suhu kamar, lalu masukkan ke dalam lemari pendingin. Suppositoria yang sudah jadi dikeluarkan dari cetakannya. 7. Evaluasi Sediaan Suppositoria a. Uji Organoleptik Satu suppositoria dibelah secara vertikal dan horizontal kemudian diamati secara visual pada bagian internal dan eksternal untuk melihat warna baunya. b. Uji keseragaman Bobot Suppositoria ditimbang sebanyak 20 buah, diambil secara acak. Lalu ditentukan bobot rata-ratanya. Persyaratan tidak boleh lebih dari 2 suppositoria yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom A (5%) dan tidak satu suppositoriapun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan di kolom B (10%) (Anonim, 1979). c. Uji titik lebur Suppositoria ektrak daun Wungu dimasukkan ke dalam pipa kapiler. Alat dinyalakan, kemudian dimasukkan ke dalam alat uji titik lebur STUART. Tekan tombol start untuk menjalankan suhu. Amati suppositoria pada pipa kapiler hentikan suhu saat suppositoria meleleh dengan menekan tombol stop. Catat suhu saat suppositoria meleleh.

8 23 d. Uji Waktu Leleh Suppositoria dimasukan dalam sangkar berbentuk spiral gelas, sangkar spiral tersebut dimasukan pada pipa penguji lalu ditempatkan dalam sebuah mantel gelas yang dialiri air bersuhu tetap 37 ºC. Melalaui sebuah pipa kecil gelas, yang sekaligus mencegah jatuhnya suppositoria dari dalam sangkar, air masuk kedalam pipa penguji. Pada saat suppositoria melebur, tetesantetesan akan berkumpul dalam bagian yang sempit dari pipa penguji. Proses dihitung dari suppositoria mulai dimasukan ke dalam mantel gelas yang dialiri air bersuhu tetap sampai melebur tanpa sisa sehingga secara total telah meninggalkan sangkarnya. Perhitungan waktu manual menggunakan stop watch. Persyaratan : Suppositoria dengan basis tidak larut air (lipofilik) meleleh dalam waktu tidak lebih dari 30 menit sedangkan suppositoria dengan basis larut dalam air tidak lebih dalam waktu 60 menit. Dalam kedua hal tersebut bahan obat dapat tertinggal dalam bentuk tidak melarut atau tidak melebur. e. Uji kekerasan Digunakan alat penguji kekerasan suppositoria. Alat penguji kekerasan mempunyai sebuah kamar, yang pada bagian atasnya melekat sebuah dudukan. Kamar mengandung suatu peralatan dengan perlengkapan bahan buatan yang dapat ditukar untuk pengambilan suppositoria yang diuji, yang secara bersamaan berlaku sebagai pengarahan untuk suatu untaian. Untaian diperpanjang dan memiliki massa dasar dari 600 gram. Untaian dipasang hati-hati dan kamar penguji ditutup menggunakan lempeng kaca. Pencatat waktu (stopwatch) disiapkan, kemudian dimulai memberi beban (600 g) sebagai masa dasar pada suppositoria dan pada saat yang sama pencatat waktu dijalankan. Beban ditambahkan 200 g tiap interval 1 menit selama suppositoria belum hancur. Pencatat waktu dihentikan bila suppositoria sudah

9 24 hancur (beban telah sampai pada batas yang ditentukan). Percobaan tersebut dilakukan untuk masing-masing suppositoria sebanyak 3 kali. Waktu dan beban yang diperlukan dicatat seehingga masing-masing suppositoria hancur. Pembacaan beban sbb: Antara 0 20 detik : beban tambahan dianggap tidak ada Antara detik : beban tambahan dihitung setengahnya Antara detik : beban tambahn dihitung penuh F. Analisis Hasil Hasil uji titik lebur, waktu lebur dan kekerasan suppositoria ekstrak etanol daun Wungu dianalisis statistik dengan anava satu arah sesuai dengan taraf kepercayaan 95 %. Analisis ini untuk mengetahui pengaruh variasi penambahan basis polietilenglikol 400 terhadap suhu lebur suppositoria, waktu melebur dan uji kekerasan.