Tabel 1. Hasil analisis tanah pada awal dan akhir penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PEMANFAATAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT SEBAGAI UNSUR HARA TANAMAN KELAPA SAWIT TSASINUL ACHLAQ

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

(g/ kg gambut) D0(0) DI (10) D2 (20) D3 (30)

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jati. daun, luas daun, berat segar bibit, dan berat kering bibit dan disajikan pada tabel

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Nur Rahmah Fithriyah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (Lampiran VI)

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

HASIL DAN PEMBAHASAN. tanaman yang bersifat tak terbalikkan (irreversible) Bertambah besar ataupun

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Desti Diana Putri/ I.PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar. Kadar air, ph, C-Organik, Bahan Organik, N total. Berikut data hasil analisis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

3 tanaman berumur empat Minggu Setelah Tanam (4 MST). Air limbah dari masingmasing perlakuan dimasukkan ke dalam sprayer, selanjutnya disiramkan pada tanaman sesuai dengan label perlakuan. Sebelum digunakan, limbah diaduk terlebih dahulu agar semua material yang terkandung di dalamnya dapat tercampur secara merata. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman tanaman sekali dalam sehari untuk perlakuan dan kontrol, penyiangan gulma serta pencegahan serangan hama dan penyakit. Penyiangan gulma dilakukan setiap dua minggu. Gulma yang tumbuh dicabut dengan tangan, baik yang berada dalam polybag maupun di sekitar bedengan. Selain itu, dilakukan juga penimbunan akar kecambah yang terbuka oleh air siraman. Pengamatan Tanaman Pengamatan terhadap parameter pertumbuhan tanaman seperti tinggi, diameter batang, dan jumlah daun dilakukan setelah tanaman berumur 4 MST setiap dua minggu sampai tanaman berumur 12 MST. Sedangkan pengamatan terhadap biomassa tanaman dilakukan pada akhir percobaan, parameter yang diamati meliputi bobot kering akar dan tajuk tanaman. Akar tanaman kelapa sawit dibersihkan dari tanah dengan cara disemprotkan dengan air. Setelah akar bersih dari tanah, kemudian ditiriskan sampai air tidak menetes dari akar. Tanaman dipisahkan dari bagian atas (tajuk) dengan bagian bawahnya (akar). Kemudian tanaman dikeringkan dalam oven selama 48 jam pada suhu 80 o C. Analisis Data Pengolahan data hasil pengamatan dilakukan dengan menggunakan program SAS 6.12. Uji perbandingan ganda Duncan dengan selang kepercayaan 95% dilakukan apabila terdapat perlakuan yang berbeda nyata pada tabel analisis ragam. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tanah Pemanfaatan limbah cair PKS pada lahan perkebunan diharapkan dapat meningkatkan kandungan hara di mintakat perakaran tanaman, sehingga dapat mengurangi atau bahkan dapat meniadakan pemakaian pupuk konvensional (Budianta 2004). Hasil analisis pengaruh LCPKS terhadap ketersediaan unsur hara disajikan pada tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa secara umum tingkat kesuburan media tanam yang digunakan tergolong rendah. Hal ini berkaitan erat dengan tingginya tingkat kemasaman tanah dan kejenuhan Al serta rendahnya jumlah dan laju ketersediaan hara terutama N, P, K, Ca dan Mg. Pada kondisi tanah demikian sering mengakibatkan ketersediaan B, Cu, Zn dan Mo juga rendah (PPLH 2004). Hasil analisis tanah pada awal dan akhir penelitian menunjukkan bahwa pemberian air limbah pada media tanam dapat meningkatkan ph tanah, N-Total dan P-tersedia. Selain itu, basa-basa dapat dipertukarkan (Ca, Mg dan K) juga mengalami peningkatan. Pemberian air limbah tidak mengakibatkan terjadinya peningkatan kandungan logam berat (Pb dan Cu). Hal ini dibuktikan pada hasil analisis tanah yang menunjukkan kandungan logam berat pada perlakuan relatif lebih rendah dibandingkan kontrol. Tabel 1. Hasil analisis tanah pada awal dan akhir penelitian Parameter Satuan Akhir ph - 4.70 am 5,2 am 5,6 m 5.4 m 5,3 m C 3.07 t 3,57 t 3,6 t 3.6 t 4,02 t N % 0.22 s 0,31 s 0.30 s 0.32 s 0,38 s C/N 13.95 s 12 s 12 s 11 s 11 s P2O5 7.60 s 92,9 st 171,9 st 136.7 st 116.3 st K2O ppm 0.09 sr 149 st 287 st 241 st 253 st Ca 0.40 sr 5,12 r 5,31 r 5.78 r 5,48 r Mg cmol (+) kg -1 0.37 sr 1,24 s 2,15 s 1.87 s 1,66 s KTK 13,50 r 12 r 12 r 11 r 11 r Pb 0.00 d 0,49 0,35 0,4 0,4 Cu ppm 0.00 d 0,31 m 0,25 m 0,18 d 0,22 c Keterangan : am : amat masam, m : masam, sr : sangat rendah, r : rendah, t : tinggi, st : sangat tinggi, d : defisiensi, m : marginal, c : cukup.

4 Tabel 2. Hasil analisis air limbah pada awal dan akhir penelitian perlakuan Parameter BOD5 N P K Ca Mg Pb Cu 0.35 0.67 2.41 0.56 0.03 0.31 0.00 0.00 K0 Akhir 1.08 0.00 0.00 1.04 0.00 0.11 0.00 0.00 67.59 * 100 100 46.15 100 64.52 0.00 0.00 978.57 38.00 15.44 114.25 3.54 8.75 0.07 0.00 K1 Akhir 161.85 4.03 8.74 30.58 1.43 1.93 0.00 0.05 83.46 89.41 43.42 73.23 87.00 77.94 100 100 * 859.05 8.40 15.48 114.50 3.69 8.75 0.04 0.00 K2 Akhir 74.70 42.66 1.51 29.62 5.73 2.15 0.00 0.02 91.30 80.31 90.24 74.13 35.60 75.43 100 100 * 682.26 0.60 13.46 97.00 1.87 6.25 0.04 0.00 K3 Akhir 134.46 3.36 0.29 33.46 0.16 1.07 0.00 0.01 8.03 82.15 97.85 65.50 91.44 91.44 100 100 * Keterangan : * = terjadi peningkatan kandungan unsur hara Manik (2000) menyatakan bahwa pemanfaatan limbah cair ke areal tanaman kelapa sawit selama lima tahun berturut-turut tidak berpengaruh terhadap sifat fisik tanah (tekstur, permeabilitas dan kerapatan isi tanah), meningkatkan ph tanah, kandungan C- Organik, N-Total, serta P, K dan Mg tersedia, tidak berpengaruh terhadap logam berat Cd, Pb dan Cu, tetapi meningkatkan kadar Fe dan Zn, serta dapat meningkatkan rata-rata produksi TBS sebesar 35,2 %. Aplikasi limbah cair selain limbah itu sendiri mengandung unsur hara, adanya air limbah dan mikroorganisme di dalam limbah dan tanah akan membantu terbentuknya unsur hara menjadi bentuk yang tersedia (Widhiastuti 2004). Kemasaman tanah (ph) menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur-unsur hara dalam tanah. Brady (1990) menyatakan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan ph tanah dapat berubah yaitu adanya peningkatan jumlah ion H dan basa yang terjerap. Penyiraman air limbah pada tanaman kelapa sawit dapat meningkatkan ph tanah. Hasil analisis menunjukkan bahwa media tanam yang diberi air limbah kolam aerob (K3) memiliki nisbah C/N yang lebih rendah dibandingkan kontrol dan perlakuan lainnya. Bahan organik yang memiliki nisbah C/N rendah lebih cepat menyediakan hara bagi tanaman. Nitrogen yang dibutuhkan mikroorganisme tercukupi sehingga proses dekomposisi berjalan lebih cepat. Novizan (2005) menyatakan bahwa KTK menunjukkan kemampuan atau kapasitas koloid tanah untuk memegang kation. Penyiraman air limbah pada media tanam dapat meningkatkan nilai KTK tanah. Perlakuan K1 (air limbah berasal dari kolam anaerob primer) memiliki nilai KTK yang lebih tinggi dibandingkan kontrol dan perlakuan lainnya. Hal ini berkaitan dengan banyaknya kation yang terkandung dalam limbah tersebut. Karakteristik Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Persentase penurunan kandungan BOD5, unsur hara (N, P, K, Ca dan Mg) dan logam berat (Pb dan Cu) disajikan pada tabel 2. Hasil analisis air limbah awal dan akhir penelitian dapat dilihat pada lampiran 1-4. BOD5 limbah cair masing-masing perlakuan mengalami penurunan. Pengolahan limbah dengan cara biologis dapat dilakukan melalui dua cara yaitu aerob dan anaerob. Kedua metode ini disusun dalam IPAL secara seri dan memiliki proses yang berbeda karena metode aerob membutuhkan oksigen dalam prosesnya sedangkan anaerob harus meminimumkan oksigen sesedikit mungkin. Proses anaerobik tidak menghasilkan sesuatu yang sempurna melainkan hanya mampu mengolah limbah sampai pada batas tertentu yang cocok untuk proses aerob (Ginting 2007). Adanya kandungan oksigen pada kolam aerobik menyebabkan perombakan limbah dapat berlangsung dengan sempurna sehingga dalam pemanfaatannya unsur hara dalam limbah tersebut berada dalam keadaan yang lebih tersedia bagi tanaman.

5 Hasil analisis akhir air limbah menunjukkan bahwa nilai BOD5 air limbah yang berasal dari outlet masing-masing fase pengolahan mengalami pernurunan. Penurunan terbesar diperoleh pada perlakuan K2 (air limbah kolam anaerob primer) yaitu sebesar 91,30% sementara penurunan terkecil diperoleh pada perlakuan K3 (air limbah kolam aerob) sebesar 8,29%. Mc Kinney (1965) menyatakan bahwa Konsentrasi BOD menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air. Penurunan konsentrasi BOD disebabkan adanya aktivitas mikrob yang mampu mengoksidasi semua bahanbahan organik pada kondisi yang sesuai dengan pertumbuhannya (Freeman 1984). Dalam pemanfaatannya, sebaiknya air limbah tidak dibiarkan terlalu lama karena limbah akan mengalami degradasi terusmenerus sehingga nilai BOD akan semakin menurun akibat aktivitas bakteri. Nilai BOD yang terlalu rendah menyebabkan kadungan nutrisi limbah juga akan rendah (Budianta 2004). Jumlah nutrien yang tidak cukup, seperti nitrogen dan fosfor, cenderung menurunkan laju pertumbuhan mikroba, menurunkan laju penghilangan BOD dan melemahkan sifat pengendapan lumpur (Jeni dan Rahayu 1993). Limbah cair PKS memiliki sejumlah kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Hasil analisis menunjukan bahwa terjadi penurunan kandungan N, P, K, Ca dan Mg. Namun, pada akhir penelitian, kandungan unsur hara (N, P, K, Ca dan Mg) berfluktuasi. Kandungan N-Total pada perlakuan K3 mengalami peningkatan yaitu sebesar 82.15% yang diikuti oleh K2 sebesar 80.31%. Sementara pada perlakuan K1 kandungan N- total mengalami penurunan sebesar 89.41%. Dalam air limbah N dapat ditemukan dalam bentuk N-organik dan anorganik. Dekomposisi air limbah yang berasal dari kolam aerob mampu meningkatkan kandungan N-Total dalam air limbah. Menurut Jeni dan Rahayu (1993), Oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat disebut nitrifikasi dan berlangsung dibawah kondisi aerobik. Sedangkan pada perlakuan K1 terjadi proses denitrifikasi yaitu proses dimana N- nitrat dan nitrit direduksi menjadi gas nitrogen dan nitrogen oksida dibawah kondisi anaerob. Denitrifikasi memberikan kemungkinan untuk mereduksi kadar nitrogen dari effluent limbah dengan menghasilkan fraksi nitrogen yang dilepaskan ke udara sebagai gas inert. Kandungan unsur P pada air limbah mengalami penurunan. Tingkat penurunan terbesar diperoleh pada perlakuan K3 yaitu 97.85% dan terkecil diperoleh pada perlakuan K1 sebesar 43.42%. Penanganan biologik anaerobik, fosfat akan mengalami likuifikasi (pencairan) bahan organik dan senyawa fosfor anorganik akan dilepas dari senyawa organik. Effluent dari unit anaerobik dapat mengandung senyawa fosfor terlarut dalam konsentrasi kecil (Jeni dan Rahayu 1993). Unsur K, Ca dan Mg pada masingmasing perlakuan mengalami penurunan. Perlakuan K2 mengalami penurunan terbesar terhadap unsur K yaitu seberar 74.13%. Kandungan Ca mengalami penurunan terbesar pada perlakuan K1 yang mencapai 87% sementara Mg penurunan terbesar diperoleh pada perlakuan K3 mencapai 91.44%. Proses penguraian bahan organik akan mengurangi kandungan K, Ca dan Mg dalam air limbah. Hal ini disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme. Mikoorganisme, selain merombak kalium, kalsium dan magnesium juga menggunakan unsur tersebut untuk aktivitas metabolisme hidupnya. Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit A. Tinggi tanaman Hasil pengamatan tinggi tanaman kelapa sawit selama 12 MST disajikan pada Lampiran 5. Analisis keragaman terhadap tinggi tanaman pada masing-masing perlakuan (Tabel 4) menunjukkan bahwa perlakuan penyiraman air limbah memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman. Tanaman yang diberi perlakuan K3 (air limbah kolam aerob) menghasilkan rata-rata pertambahan tinggi terbesar yaitu 15.87 cm sementara nilai rata-rata terkecil diperoleh pada perlakuan K2 (air limbah kolam anaerob sekunder) yaitu 12.07 cm. Berdasarkan uji Duncan pada tabel 3 terlihat bahwa tanaman yang diberi perlakuan K3 tidak berbeda nyata dengan kontrol tetapi berbeda secara nyata dengan K1 dan K2. Gambar 4 menunjukkan pertambahan tinggi tanaman yang diberi perlakuan K3 pada setiap pengamatan mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan kontrol dan perlakuan lainnya. Kandungan unsur hara makro (N, P, K, Ca dan Mg) air limbah K3 lebih rendah dibandingkan K1 dan K2. Namun rata - rata pertambahan tinggi tanaman terbesar

6 diperoleh pada perlakuan K3. Dapat diasumsikan bahwa kandungan beberapa unsur hara makro pada K3 berada dalam keadaan yang tersedia bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit karena limbah tersebut telah terdekomposisi secara sempurna. Ketersediaan unsur hara didalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya seperti ph tanah, KTK, dan komposisi kation berkaitan dengan efek sinergisme maupun antagonisme di dalam tanah (Khaswarina 2001). Ketidakseimbangan hara akan berakibat terganggunya ketersediaan salah satu hara tanaman. Hukum minimum Leibig menyebutkan bahwa laju pertumbuhan tanaman diatur oleh adanya faktor (unsur hara) yang berada dalam jumlah minimum. tinggi (cm) 35 30 25 20 15 10 5 0 4 6 8 10 12 Umur tanaman (MST) Gambar 4. Pengaruh perlakuan LCPKS terhadap pertambahan tinggi kelapa sawit selama 12 MST. Setiap unsur hara yang terkandung dalam air limbah kolam aerob (K3) sangat berperan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Nitrogen merupakan unsur esensial dalam proses pertumbuhan tanaman. Unsur hara yang tersedia bagi tanaman sangat berperan dalam meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman. Hal ini dijelaskan oleh Novizan (2005) bahwa pemupukan P dapat merangsang pembelahan sel untuk pertumbuhan awal bibit tanaman. Terakumulasinya unsur K yang cukup dalam daun akan meningkatkan tekanan turgor, kemudian mendorong stomata untuk membuka, maka cahaya dan CO 2 akan masuk lebih banyak sehingga fotosintesis berlangsung lebih baik. Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa fotosintat yang terbentuk selama proses fotosintesis sebagian digunakan untuk pembentukan sel-sel baru pada jaringan meristem ujung. Unsur Mg berperan sebagai penyusun klorofil, sedangkan Ca merupakan penyususn dinding sel dan esensial dalam proses pembelahan dan pemanjangan sel. B. Diameter tanaman Hasil analisis keragaman pada tabel 5 membuktikan bahwa penyiraman air limbah pada tanaman memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan diameter batang. Seperti halnya pada tinggi tanaman, pertambahan diameter batang selama 12 MST (gambar 5) juga memperlihatkan bahwa K3 adalah perlakuan yang memiliki penambahan diameter batang paling signifikan pada setiap pengamatan dengan rata-rata sebesar 0.77 cm. Perlakuan K2 menghasilkan rata-rata pertambahan diameter terkecil yaitu 0.46 cm. Hasil pengamatan pertambahan diameter batang selama 12 MST disajikan pada lampiran 5. Uji Duncan pada tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan K3 tidak berbeda nyata dengan kontrol namun berbeda secara nyata dengan perlakuan K1 dan K2 Meskipun penyiraman K3 pada tanaman kelapa sawit menunjukkan rata-rata pertumbuhan diameter tanaman yang tidak berbeda secara nyata dengan kontrol, namun jika dilihat dari grafik pertumbuhan pada gambar 5 maka ada kecenderungan bahwa perlakuan K3 menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan kontrol dan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan air limbah dari kolam aerob mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman secara kontinu. Kemudian ditambahkan oleh Marbun et al. (2004) bahwa limbah cair PKS merupakan salah satu bahan organik yang berperan sebagai unsur hara perangsang aktivitas mikroorganisme, memperbaiki struktur, meningkatkan aerasi serta retensi dan kelembaban tanah. Tabel 3. Pengaruh pemberian limbah cair PKS terhadap rata-rata pertambahan tinggi, diameter batang dan jumlah daun tanaman dari 4-12 MST. Perlakuan Tinggi tanaman (cm) Diameter batang (cm) Jumlah daun (helai) K0 14.23 ± 0.71 ab 0.69 ± 0.30 a 4.67 ± 0.21 ab K1 12.97 ± 0.79 bc 0.57 ± 0.39 b 4.5 ± 0.22 b K2 12.07 ± 0.62 c 0.46 ± 0.16 c 4.17 ± 0.31 b K3 15.87 ± 0.62 a 0.77 ± 0.36 a 5.33 ± 0.21 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%

7 Tabel 4. Analisis keragaman pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman Sumber keragaman Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F tabel bebas kuadrat tengah Perlakuan 3 489.40 163.13 5.77 3.09 Galat 20 565.73 282.87 Total 23 1055.13 Tabel 5. Analisis keragaman pengaruh perlakuan terhadap pertambahan diameter batang tanaman kelapa sawit Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hitung F tabel Perlakuan 3 0.34 0.11 18.70 3.09 Galat 20 0.12 0.01 Total 23 0.46 Diameter (cm) 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 4 6 8 10 12 Umur tanaman (MST) Gambar 5. Pengaruh perlakuan LCPKS terhadap pertambahan diameter tanaman kelapa sawit selama 12 MST. Unsur hara yang tersedia bagi tanaman juga dapat menguatkan pertumbuhan diameter batang. Nitrogen yang terkandung pada K3 merupakan bahan yang esensial untuk pembelahan dan pembesaran sel (Gardner et al. 1991), sementara itu menurut Lingga dan Lubis (1986) dalam (Khaswarina 2001) unsur K berperan penting dalam dinding sel, dan menguatkan vigor tanaman. Sehingga unsur N dan K dapat mempengaruhi besar diameter batang tanaman. Pemberian P pada awal pertumbuhan dapat memperkuat batang (Soepartini 1979). Ditambahkan juga oleh Agustina (2004) yang menyatakan bahwa Ca berperan penting sebagai elemen struktural khususnya sebagai Ca pektat di dalam penyusun lamela tengah sehingga dapat memperkokoh batang tanaman. C. Jumlah daun Hasil analisis keragaman pada tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan penyiraman air limbah pada tanaman memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan jumlah daun tanaman kelapa sawit. Berdasarkan uji Duncan pada tabel 3 dapat dinyatakan bahwa perlakuan K3 tidak berbeda nyata dengan kontrol tetapi berbeda secara nyata dengan perlakuan K1 dan K2. Hasil pengamatan pertambahan jumlah daun setiap pengamatan disajikan pada lampiran 5. Perlakuan K3 menghasilkan ratarata petambahan jumlah daun terbesar yaitu 5.33 helai. Sementara nilai rata-rata pertambahan jumlah daun terkecil diperoleh pada perlakuan K2 yaitu 4.17 helai. Gambar 6 menunjukkan pengaruh masing-masing perlakuan terhadap rata-rata pertambahan jumlah daun tanaman pada setiap pengamatan selama 12 MST. Masing-masing perlakuan dan kontrol menunjukkan pertambahan jumlah daun yang hampir sama pada setiap pengamatan. Pertambahan jumlah daun dipengaruhi oleh tersedianya unsur N bagi tanaman. Unsur N berperan menonjol terhadap bagian vegetatif tanaman (dedaunan dan pucuk) sehingga para petani menyebutnya dengan pupuk daun. Sementara unsur-unsur lainnya seperti P, K, Ca dan Mg berperan dalam menunjang pertumbuhan lebar daun. Tanaman yang diberi perlakuan K3 menghasilkan daun yang subur dan lebih luas. Respon pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang diberi perlakuan dengan tanpa perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini disebabkan nutrisi organik yang berasal dari limbah mempunyai daya penyediaan hara yang rendah atau mempunyai peranan dalam jangka panjang (Budianta 2004).

8 Tabel 6. Analisis keragaman pengaruh perlakuan terhadap pertambahan jumlah daun tanaman kelapa sawit Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hitung F tabel Perlakuan 3 4.33 1.44 4.13 3.09 Galat 20 7.00 0.35 Total 23 11.33 Lakitan (2001) menyatakan bahwa sebagian besar nutrisi dalam bahan organik berikatan dengan molekul organik. Sebelum dapat diserap oleh tanaman. Bahan organik harus mengalami penguraian yang biasanya dilakukan oleh mikroorganisme. Unsur hara dalam bahan organik bersifat lambat tersedia bagi tanaman. Pahan (2007) menyatakan bahwa pada fase tanaman muda penggunaan pupuk yang lambat larut akan lebih efektif dan efisien daripada pupuk yang cepat larut. Jumlah daun (helai) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 4 6 8 10 12 Umur tanaman (MST) Gambar 6. Pengaruh perlakuan LCPKS terhadap pertambahan jumlah daun tanaman kelapa sawit selama 12 MST. Pertambahan tinggi, diameter batang dan jumlah daun tanaman kelapa sawit selama 12 MST terlihat bahwa pada perlakuan K1 dan K2 pertumbuhan tanaman lebih rendah dari kontrol. Hal ini terjadi karena K1 dan K2 mampu mensuplai unsur K secara berlebih kepada tanaman kelapa sawit sehingga Ca dan Mg tanah tertekan dan suplai unsur ini menjadi terhambat (Peter & Fisher, 1992). Unsur Ca dan Mg yang relatif rendah dapat menurunkan laju pertumbuhan vegetatif tanaman. Lakitan (2001) menyatakan bahwa Ca, Mg dan N diperlukan dalam pembentukan protein yang merupakan unsur utama dalam proses fotosintesis. Sementara kalium berguna sebagai aktifator dari berbagai enzim dalam reaksi fotosintesis. Air limbah pada perlakuan K1 dan K2 mgandung Sludge yang cukup tinggi. Sludge memiliki tekstur yang didominasi oleh debu akan menjadi buruk dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman, terutama perakaran sangat terbatas, serapan hara terhambat, air menjadi kurang dan terjadi pembentukan senyawa anorganik beracun. Tekstur semacam ini sangat plastis, menjadi lekat bila basah dan keras membongkah bila kering. D. Bobot kering akar dan tajuk Tabel 9 menunjukkan bahwa penyiraman tanaman dengan air limbah memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat kering akar tanaman. Perlakuan K3 menghasilkan rata rata bobot kering akar tanaman tertinggi yaitu sebesar 15.5 gram sementara rata-rata bobot kering akar terendah diperoleh pada perlakuan K2 yaitu sebesar 7.3 gram. Hasil uji Duncan pada tabel 10 menunjukkan bahwa perlakuan K3 berbeda secara nyata dengan perlakuan K1 dan K2 namun tidak berbeda secara nyata dengan kontrol. Perlakuan penyiraman air limbah juga memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman (Tabel 11). Nilai tertinggi rata-rata bobot kering tajuk tanaman diperoleh pada perlakuan K3 yaitu sebesar 51.83 gram dan terendah diperoleh pada perlakuan K1 yaitu sebesar 26.83 gram. Hasil uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan pada tabel 12 menyatakan bahwa perlakuan K3 memberikan pengaruh yang berbeda secara nyata terhadap perlakuan K1, K2 dan K0. Hasil pengamatan bobot kering akar dan tajuk tanaman pada 12 MST disajikan pada lampiran 6. Biomassa tanaman kelapa sawit terbentuk melalui proses fotosintesis. Dalam proses ini karbondioksida (CO 2 ) dan air (H 2 O) diubah menjadi karbohidrat (CH 2 O) dengan menggunakan radiasi matahari yang diserap melalui klorofil. Karbohidrat digunakan oleh tanaman untuk mendukung keberadaan fungsi dirinya. Sebagian karbohidrat digunakan untuk transpor dan konversi karbohidrat menjadi bahan kering struktural serta penyerapan aktif unsur hara dari dalam tanah. Sementara sisanya digunakan untuk produksi bahan kering vegetatif (daun, batang dan akar) serta generatif (buah) (Pahan 2007).

9 Tabel 7. Pengaruh pemberian limbah cair PKS terhadap rata-rata bobot kering akar dan tajuk tanaman. Perlakuan Bobot kering akar (gram) Bobot kering tajuk (gram) K0 13.33±2.48 a 41.33±0.95 b K1 7.97±2.29 b 26.83±0.78 c K2 7.38±2.24 b 28.00 ± 0.64 c K3 15.5±2.35 a 51.83±0.88 a Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% Tabel 8. Analisis keragaman pengaruh perlakuan terhadap bobot kering akar tanaman kelapa sawit Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F tabel keragaman bebas kuadrat tengah Perlakuan 3 28.780.45 9.593.48 24.29 3.09 Galat 20 78.975.00 3.948.75 Total 23 36.677.95 Tabel 9. Analisis keragaman pengaruh perlakuan terhadap bobot kering tajuk tanaman Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F tabel keragaman bebas kuadrat tengah Perlakuan 3 2.539.00 846.33 25.92 3.09 Galat 20 653.00 326.50 Total 23 3.192.00 Menurut Taufiq (2000) bobot kering tanaman (akar dan tajuk) menunjukkan tingkat efesiensi metabolisme dari tanaman tersebut. Berat kering total hasil panen tanaman merupakan penimbunan hasil bersih asimilasi CO 2 selama pertumbuhan (Gardner et al1991). Semakin tinggi bobot kering maka reaksi metabolisme semakin baik karena tanaman memiliki daun yang kokoh sehingga proses fotosintesis berjalan lancar. Phosfor akan mempengaruhi berat kering akar Sementara bobot kering akar tanaman kering tanaman secara keseluruhan pada perlakuan tersebut juga meningkat Bailey (1986) menyebutkan bahwa unsur N dibutuhkan oleh tanaman sepanjang pertumbuhannya sehingga jumlah yang diambil berhubungan langsung dengan produksi berat keringnya. Unsur P dapat meningkatkan pemanjangan akar, kehalusan akar serta kerapatannya (Gardner et al. 2001). Phosfor akan mempengaruhi berat kering akar tanaman. Sementara unsur K, Ca dan Mg tersedia dapat meningkatkan proses fotosintesis yang berlangsung pada tanaman sehingga dapat tumbuh dengan normal serta diikuti oleh peningkatan berat kering tanaman. Bobot kerong akar tanaman menggambarkan bahwa akar tanaman memiliki luasan yang besar sehingga diharapkan penyerapan unsur hara akan berjalan lebih baik. Peningkatan tinggi, diameter batang dan jumlah daun tanaman pada perlakuan K3 menyebabkan berat kering tanaman juga meningkat. Gambar-gambar hasil penelitian disajikan pada lampiran 7. Kadar logam pada media tanam seperti Pb diserap tanaman melalui akar. Pada tanaman yang toleran logam berat Pb akan diakumulasi di dalam akar (Purves 1977). Selanjutnya jika kadar Pb dalam tanah tinggi maka Pb akan ditranslokasikan kedaun. Sementara unsur Cu di dalam tanaman dimanfaatkan sebagai unsur mikro. Sehingga Cu dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Unsur Cu berfungsi sebagai stimulan untuk meningkatkan aktifitas enzim dan berperan dalam beberapa proses metabolisme tanaman seperti klorofil. Kadar Pb dan Cu yang tinggi dapat mengganggu peoses pertumbuhan tanaman jika disertai kondisi kekurangan unsur hara (Lambers & Pons 1997). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa air limbah kolam aerob memperlihatkan pengaruh yang lebih baik bagi pertambahan tinggi, diameter batang dan jumlah daun bibit kelapa sawit. Penyiraman air limbah kolam aerob (K3) menghasilkan pertambahan terbesar pada semua parameter yang diamati dibandingkan kontrol (K0) serta air limbah kolam anaerob primer (K1) dan sekunder