BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 15 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Paremeter pertumbuhan tanaman yang diukur dalam penelitian ini adalah pertambahan tinggi dinyatakan dalam satuan cm dan pertambahan diameter tanaman dinyatakan dalam satuan mm. Pengaruh teknik LRM dengan menggunakan HSC, pupuk polimer Terabuster, dan kombinasinya terhadap parameter pertumbuhan tanaman dapat diketahui dengan melakukan analisis sidik ragam. Hasil analisis sidik ragam untuk parameter tinggi dan diameter tanaman disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh kelompok, pemotongan akar dengan teknik LRM, pemberian HSC, dan pemberian Terabuster serta interaksinya terhadap parameter tinggi dan diameter tanaman pinus di PT Holcim Tbk, Sukabumi Faktor Kelompok (R) Pemotongan akar lateral (P) Pemberian HSC (H) Pemberian Terabuster (T) P*H H*T P*T P*H*T Parameter Tinggi <.0001sn <.0001 sn <.0001 sn tn n tn tn tn Diameter <.0001 sn <.0001 sn <.0001 sn <.0001 sn tn tn n tn Angka-angka dalam tabel adalah nilai signifikan (Pr > F). sn=perlakuan yang berpengaruh sangat nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan; n=perlakuan yang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan; tn=perlakuan yang tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan; P*H=interaksi pemotongan akar dengan pemberian HSC; H*T=interaksi pemberian HSC dan Terabuster; P*T=interaksi pemotongan akar dengan pemberian Terabuster; P*H*T=pemotongan akar, pemberian HSC, dan Terabuster

2 16 b a Gambar 4 Kondisi tanaman: a) tanaman pinus yang normal; b) tanaman pinus yang stagnasi 5.1. Pengaruh Kelompok Terhadap Pertumbuhan Diameter dan Tinggi Pinus Tabel 3 menunjukkan bahwa pengelompokan lokasi penelitian memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman pinus pada selang kepercayaan 95%. Kondisi tanah yang berbeda antara ketiga kelompok berdasarkan hasil analisis tanah (Lampiran 1) memberikan pengaruh nyata pada Rata-rata pertumbuhan diameter (mm) parameter pertumbuhan yang diukur. 2,5 2 1,5 1 0, Kelompok (Blok) Gambar 5 Pertumbuhan diameter pinus berdasarkan kelompok (blok) di PT Holcim Tbk, Sukabumi

3 17 Rata-rata pertumbuhan tinggi (cm) 14 13,8 13,6 13,4 13, ,8 12,6 12, Kelompok (Blok) Gambar 6 Pertumbuhan tinggi pinus berdasarkan kelompok (blok) di PT Holcim Tbk, Sukabumi Gambar 2 dan Gambar 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan diameter dan tinggi terendah terdapat di blok 2. Hal ini diduga karena kondisi tanah pada blok 2 kurang mendukung pertumbuhan tanaman. Hasil analisis tanah dari beberapa contoh uji yang diambil di ketiga blok penelitian menunjukkan bahwa blok 2 memiliki ph dan KTK terendah serta konsentrasi Fe dan Al tertinggi. 5.2 Pertumbuhan Diameter Pinus Tabel 3 menunjukkan perlakuan tunggal pemotongan akar lateral, pemberian HSC, dan pemberian Terabuster berpengaruh sangat nyata pada pertumbuhan diameter. Kombinasi antara pemotongan akar dan pemberian Terabuster berpengaruh nyata pada pertambahan diameter pada selang kepercayaan 95%. Tabel 4 Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan pemotongan akar terhadap pertumbuhan diameter pinus Duncan grouping Nilai tengah N Pemotongan akar A 2, Ada pemotongan akar (P1) B 1, Tanpa pemotongan akar (P0) Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan pemotongan akar (P1) dan tanpa perlakuan pemotongan akar (P0) berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.

4 18 Tanaman yang mendapat perlakuan pemotongan akar memiliki nilai tengah yang tertinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa pemotongan akar lateral dapat merangsang pertumbuhan diameter pinus. Tabel 5 Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan pemberian HSC terhadap pertumbuhan diameter pinus Duncan grouping Nilai tengah N Pemberian HSC A 2, HSC 5% (H2) B 2, HSC 2,5% (H1) C 1, HSC 0% (H0) Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian HSC konsentrasi 2,5% (H1) dan konsentrasi 5% (H2) berbeda nyata dengan kontrol (H0) pada selang kepercayaan 95%. Tanaman yang mendapat perlakuan pemberian HSC konsentrasi 5% memiliki nilai tengah yang tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian HSC konsentrasi 5% merupakan konsentrasi optimal sehingga mampu mendukung pertumbuhan diameter pinus. Tabel 6 Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan pemupukan dengan Terabuster terhadap pertumbuhan diameter pinus Duncan grouping Nilai tengah N Pemupukan dengan Terabuster A 2, Terabuster 10% (T2) A 2, Terabuster 0% (T0) B 1, Terabuster 5% (T1) Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan dengan Terabuster konsentrasi 10% (T2) tidak berbeda nyata dengan kontrol (T0), sedangkan pemupukan dengan Terabuster konsentrasi 5% (T1) berbeda nyata dengan kontrol pada selang kepercayaan 95%. Tanaman yang mendapat perlakuan pemupukan dengan Terabuster konsentrasi 10% memiliki nilai tengah yang tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pemupukan dengan Terabuster konsentrasi 10% merupakan konsentrasi optimal sehingga mampu mendukung pertumbuhan diameter pinus.

5 19 Tabel 7 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi kombinasi perlakuan pemotongan akar dan pemupukan dengan Terabuster Duncan grouping Nilai tengah N A 2, B C Pemupukan dengan Terabuster Pemotongan akar dan pemupukan Terabuster 10% (P1H0T2) Pemotongan akar dan pemupukan Terabuster 5% (P1H0T1) Pemotongan akar dan pemupukan Terabuster 0% (P1H0T0) Tabel 7 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan pemotongan akar dengan pemupukan dengan Terabuster konsentrasi 5% (P1H0T1) dan 10% (P1H0T2) berbeda nyata dengan kontrol (P1H0T0) pada selang kepercayaan 95%. Tanaman yang mendapat perlakuan pemotongan akar dengan pemupukan dengan Terabuster konsentrasi 10% memiliki nilai tengah yang tertinggi. Tabel 8 Pengaruh pemotongan akar (LRM), pemberian HSC, dan pemberian Terabuster terhadap parameter pertumbuhan diameter tanaman pinus di PT Holcim Tbk, Cibadak selama 13 minggu pengamatan Perlakuan Rata-rata Pertumbuhan Peningkatan Diameter Diameter (mm) Dibandingkan kontrol (%) Kontrol (P0H0T0) 1,14 0,00 P0H0T1 1,03-9,38 P0H0T2 1,08-5,28 P0H1T0 1,05-7,92 P0H1T1 1,31 15,25 P0H1T2 1,88 65,40 P0H2T0 1,04-5,57 P0H2T1 1,71 49,71 P0H2T2 2,05 79,53 P1H0T0 1,33 16,37 P1H0T1 2,21 94,15 P1H0T2 2,54 123,10 P1H1T0 2,48 117,84 P1H1T1 3,06 168,71 P1H1T2 3,29 188,89 P1H2T0 2,59 127,49 P1H2T1 3,26 185,67 P1H2T2 3,38 196,40 Tabel 8 memperlihatkan bahwa perlakuan pemotongan akar, pemberian HSC konsentrasi 5% dan Terabuster 10% (P1H2T2) menunjukkan pertumbuhan diameter terbaik. Persentase pertumbuhan diameter untuk perlakuan P1H2T2

6 20 adalah 196,40% dibandingkan kontrol (P0H0T0). Hal ini menunjukkan bahwa HSC konsentrasi 5% dan Terabuster 10% merupakan konsentrasi yang optimal untuk mendukung pertumbuhan tanaman dalam penelitian ini. Tabel 8 juga menunjukkan bahwa pemberian HSC tanpa disertai perlakuan pemotongan akar dan pemupukan dengan Terabuster (P0H1T0 dan P0H2T0) memiliki persentase pertumbuhan diameter yang lebih rendah dibandingkan kontrol. Pemupukan dengan Terabuster pemotongan akar dan pemberian HSC (P0H0T1 dan P0H0T2) memiliki persentase pertumbuhan diameter yang lebih rendah dibandingkan kontrol. 5.3 Pertumbuhan Tinggi Pinus Tabel 3 menunjukkan perlakuan tunggal pemotongan akar lateral dan pemberian HSC berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan tinggi pinus. Kombinasi antara pemotongan akar dan pemberian HSC berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi pinus pada selang kepercayaan 95%. Tabel 9 Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan pemotongan akar terhadap pertumbuhan tinggi pinus Duncan grouping A B Nilai tengah 16, ,0000 N Pemotongan akar Ada pemotongan akar Tanpa pemotongan akar Tabel 9 menunjukkan bahwa perlakuan pemotongan akar (P1) dan tanpa perlakuan pemotongan akar (P0) terhadap pertumbuhan tinggi pinus berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%. Tanaman yang mendapat perlakuan pemotongan akar memiliki nilai tengah yang tertinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa pemotongan akar lateral dapat merangsang pertumbuhan tinggi pinus. Tabel 10 Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan pemberian HSC terhadap pertumbuhan tinggi pinus Duncan grouping A B C Nilai tengah 15, , ,2778 N Pemberian HSC HSC 5% (H2) HSC 2,5% (H1) HSC 0% (H0)

7 21 Tabel 10 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian HSC konsentrasi 2,5% (H1) dan konsentrasi 5% (H2) berbeda nyata dengan kontrol (H0) terhadap pertumbuhan tinggi pinus pada selang kepercayaan 95%. Tanaman yang mendapat perlakuan pemberian HSC konsentrasi 5% memiliki nilai tengah yang tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian HSC konsentrasi 5% merupakan konsentrasi optimal sehingga mampu mendukung pertumbuhan tinggi pinus. Tabel 11 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi kombinasi perlakuan pemotongan akar dan pemberian HSC Duncan grouping Nilai tengah N A 13, B 12, B 12, Pemupukan dengan Terabuster Pemotongan akar dan pemberian HSC 2,5% (P1H1T0) Pemotongan akar dan pemberian HSC 5% (P1H2T0) Pemotongan akar dan pemberian HSC 0% (P1H0T0) Tabel 11 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan pemotongan akar dengan pemberian HSC 2,5% berbeda nyata dengan kontrol (P1H0T0) pada selang kepercayaan 95%, sedangkan kombinasi perlakuan pemotongan akar dengan pemotongan akar dan pemberian HSC 5% (P1H2T0) tidak berbeda nyata dengan kontrol. Tanaman yang mendapat perlakuan pemotongan akar dengan pemberian HSC 2,5% memiliki nilai tengah yang tertinggi. Perlakuan pemotongan akar, pemberian HSC konsentrasi 5% dan Terabuster 10% (P1H2T2) menunjukkan pertumbuhan tinggi terbaik. Persentase pertumbuhan tinggi untuk perlakuan P1H2T2 adalah 137,17% dibandingkan kontrol (P0H0T0). Hal ini menunjukkan bahwa HSC konsentrasi 5% dan Terabuster 10% merupakan konsentrasi yang optimal untuk mendukung pertumbuhan tanaman dalam penelitian ini. Persentase pertumbuhan tinggi pinus tiap perlakuan disajikan pada Tabel 12.

8 22 Tabel 12 Pengaruh pemotongan akar (LRM), pemberian HSC, dan pemberian Terabuster terhadap parameter pertumbuhan tinggi tanaman pinus di PT Holcim Tbk, Cibadak selama 13 minggu pengamatan Perlakuan Kontrol (P0H0T0) P0H0T1 P0H0T2 P0H1T0 P0H1T1 P0H1T2 P0H2T0 P0H2T1 P0H2T2 P1H0T0 P1H0T1 P1H0T2 P1H1T0 P1H1T1 P1H1T2 P1H2T0 P1H2T1 P1H2T2 Rata-rata Pertumbuhan Tinggi (mm) 10,33 9,33 9,67 9,00 12,17 12,33 10,00 12,33 13,83 12,67 12,67 13,67 12,50 16,33 19,33 13,17 20,00 24,50 Peningkatan Tinggi Dibandingkan kontrol (%) 0,00-9,65-6,42-12,88 17,78 19,39-3,19 19,39 33,91 22,62 22,62 32,30 21,01 58,12 87,16 27,46 93,61 137,17 Tabel 12 juga juga menunjukkan bahwa pemberian HSC tanpa disertai perlakuan pemotongan akar dan pemupukan dengan Terabuster (P0H1T0 dan P0H2T0) memiliki persentase pertumbuhan tinggi yang lebih rendah dibandingkan kontrol. Pemupukan dengan Terabuster pemotongan akar dan pemberian HSC (P0H0T1 dan P0H0T2) memiliki persentase pertumbuhan tinggi yang lebih rendah dibandingkan kontrol. 5.4 Pembahasan Stagnasi pada tanaman merupakan keadaan yang menunjukkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Tanaman yang mengalami stagnasi cendrung kerdil dan merana (Setiadi 2009). Salah satu faktor penyebab stagnasi pada tanaman adalah pemadatan tanah (soil compaction). Tekstur tanah sangat mempengaruhi perkembangan akar lateral. Tanaman yang hidup pada tanah yang keras dan kering umumnya memiliki jumlah akar lateral yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan tanaman yang hidup pada kondisi tanah yang lembab dan lunak (Campbell et al. 2003).

9 23 Pengelompokan lokasi penelitian memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman pinus pada selang kepercayaan 95%. Ketiga blok penelitian memiliki kondisi tanah yang padat (persentase fraksi pasir < 30%) (Pusat Penelitian Tanah 1983), sehingga pertumbuhan pinus di ketiga blok cendrung lambat. Pertumbuhan pinus di blok 2 cendrung lebih rendah dibanding kedua blok lainnya. Hasil analisis tanah dari beberapa contoh uji yang diambil di ketiga blok penelitian menunjukkan bahwa blok 2 memiliki ph dan KTK terendah serta konsentrasi Fe dan Al tertinggi dibandingkan kedua blok lainnya. Unsur hara makro menjadi tidak tersedia pada tanah masam karena biasanya unsur hara makro diserap tanaman pada ph netral (ph 5,5 7,5). Sebaliknya, unsur hara mikro seperti Fe, Cu, dan Zn serta ion-ion Al menjadi sangat mudah terlarut sehingga sering ditemukan dalam jumlah yang berlebihan pada tanah masam. Kelebihan unsur hara mikro dapat menyebabkan keracunan (toksisitas) bagi tanaman (Hardjowigeno 2007). Blok 2 termasuk kategori tanah sangat masam (ph < 4,5) dan konsentrasi Fe tinggi (Fe > 200 ppm) (Langdon 1984). Kondisi ph yang sangat masam ini diduga menyebabkan konsentrasi Fe meningkat ±27 kali lipat dan konsentrasi Al meningkat ±3 kali lipat dibandingkan kedua blok lainnya. Peningkatan konsentrasi Fe menyebabkan pengurangan penyerapan unsur hara mikro Mn. Peningkatan konsentrasi Fe dan Al menyebabkan unsur P menjadi tidak tersedia bagi tanaman (Noor et al. 2003). Unsur P tidak dapat diserap tanaman sebab difiksasi kuat oleh Fe dan Al membentuk senyawa Fe(OH)2H2PO4 dan Al(OH)2H2PO4 (Hardjowigeno 2007). KTK tanah sangat erat kaitannya dengan kesuburan tanah (Agustina 2004). KTK tanah di blok 2 termasuk kategori rendah (KTK < 15) (Landon 1984). Tanah dengan KTK tinggi didominasi oleh kation basa (Ca, Mg, K, dan Na). Kationkation basa ini terdapat dalam kompleks jerapan koloid tanah sehingga unsur hara tidak mudah hilang tercuci air. Sedangkan tanah yang memiliki KTK rendah didominasi oleh kation asam seperti Al dan H. Kelebihan kation asam menjadi racun bagi tanaman.

10 24 a b c Gambar 7 Lokasi penelitian: a) blok 1; b) blok 2; c) blok 3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tunggal pemotongan akar lateral pada pinus (P1H0T0) mampu merangsang pertumbuhan akar baru. Kondisi perakaran baru saja tidak cukup untuk meningkatkan pertumbuhan diameter dan tinggi pinus yang mengalami stagnasi. Tanaman membutuhkan unsur hara cukup agar dapat tumbuh optimal (Bunganagara 2011). Pinus yang mendapat kombinasi perlakuan pemotongan akar lateral, pemberian HSC, dan pemupukan dengan Terabuster pada berbagai konsentrasi (P1H1T1, P1H1T2, P1H2T1, dan P1H2T2) menunjukkan respon pertumbuhan diameter dan tinggi pinus yang lebih tinggi dibandingkan dengan pinus yang hanya mendapat perlakuan pemberian HSC dan pemupukan dengan Terabuster pada berbagai konsentrasi tanpa disertai pemotongan akar (P0H1T1, P0H1T2, P0H2T1, dan P0H2T2). Pemotongan akar lateral disertai pembenahan tanah dengan HSC mampu merangsang pertumbuhan akar lateral baru serta meningkatkan KTK dan ph sehingga unsur hara menjadi tersedia bagi tanaman. Pemupukan dengan Terabuster perlu dilakukan mengingat lokasi penanaman pinus adalah lahan pasca tambang pasir kuarsa yang marginal (miskin hara). Perbaikan sifat kimia tanah, peningkatan jumlah akar lateral, serta penambahan unsur hara pada tanaman memberikan respon pertumbuhan yang positif terhadap parameter pertumbuhan diameter dan tinggi pinus. Bioremedy sebagai perangsang pertumbuhan akar dan perangsang aktivitas mikroorganisme tanah juga digunakan dalam penelitian ini. Bioremedy diberikan pada semua pinus dalam penelitian ini baik pinus yang mendapat perlakuan

11 25 pemotongan akar (P1) maupun tanpa pemotongan akar (P0). Meskipun penyiraman Bioremedy dilakukan pada semua tanaman, namun pinus yang mendapat perlakuan P1 menunjukkan peningkatan pertumbuhan diameter dan tinggi yang lebih besar dibandingkan pinus dengan perlakuan P0. Pemotongan akar lateral diduga mampu menurunkan konsentrasi sitokinin yang disintesis di ujung akar, dimana sitokinin merupakan hormon perangsang perkecambahan dan penunda senesens (penuaan) organ tanaman. Penurunan konsentrasi sitokinin akan diikuti dengan peningkatan auksin. Aksin yang disintesis di meristem apikal berperan sebagai hormon perangsang perpanjangan sel dan peningkatan aktivitas pembentukan akar dan buah. Kedua hormon ini selalu berbalik peranannya dalam perkembangan akar lateral; sitokinin sebagai inhibitor sedangkan auksin katalisator percabangan akar (akar lateral) (Campbell et al. 2003). Penurunan konsentrasi sitokinin akan menyebabkan peningkatan hormorn auksin. Konsentrasi auksin pada tanaman yang mendapat perlakuan P1 secara otomatis akan meningkat. Peningkatan konsentrasi auksin disertai pemberian Bioremedy menyebabkan pertambahan akar lateral baru yang lebih tinggi dibandingkan tanaman yang hanya mendapat penyiraman Bioremedy tanpa pemotongan akar (P0). Pinus yang mendapat pelakuan pemberian HSC atau pemupukan dengan Terabuster saja tanpa disertai pemotongan akar lateral (P0H0T1, P0H0T2, dan P0H1T0, dan P0H2T0) menunjukkan respon pertumbuhan diameter dan tinggi yang lebih rendah dibandingkan kontrol. Pemupukan yang dilakukan tidak memberikan hasil optimal tanpa disertai peningkatan ph dan KTK. Peningkatan ph dan KTK dapat dilakukan dengan memberikan pembenah tanah HSC. Kebanyakan unsur hara diserap tanaman dalam kondisi ph netral. Meskipun pemupukan telah dilakukan untuk menambah unsur hara, namun unsur hara tersebut menjadi tidak tersedia bagi tanaman karena tanaman tidak dapat menyerapnya pada ph masam. Selain itu, unsur P juga menjadi tidak tersedia bagi tanaman karena difiksasi Al dan Fe. Pembenahan tanah tanpa disertai kegiatan pemupukan juga tidak memberikan hasil optimal bagi pertumbuhan diameter dan tinggi pinus. Pemberian HSC sebagai pembenah tanah diduga mampu meningkatakan ph dan

12 26 KTK. Peningkatan ph saja tidak cukup untuk membuat penyerapan hara oleh akar menjadi optimal. Tanaman memerlukan juga hara yang cukup agar dapat tumbuh. Lokasi tempat tumbuh pinus yang terletak di areal pasca tambang pasir kuarsa merupakan lahan marginal (miskin hara) sehingga kurang dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Pemupukan perlu dilakukan untuk menambah unsur hara dalam tanah. HSC sebagai bahan pembenah tanah (soil amendment) merupakan bahan organik cair yang mengandung asam humat (humic acid) dan katalis (Hariangbanga 2009). Asam humat diperoleh dengan mengekstrasi senyawa yang bersifat basa dari humus dengan asam encer dan kemudian mengekstraksi sisa humus dengan ammonium peroksida encer. Asam humat dalam tanah berasal dari lignin atau karbohidrat tanaman yang membusuk yang juga mengandung nitrogen dan bahan organik lain (Robinson 1995). Asam humat bermanfaat untuk memperbaki kondisi tanah, mengikat unsur hara, dan merangsang mikroba tanah yang akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman (Mansur 2010). HSC mampu meningkatkan ph dan KTK serta mempermudah ketersediaan hara. Peningkatan ph tanah menyebabkan penurunan toksisitas Al dan Fe sehingga unsur P (H2PO4-) menjadi tersedia bagi tanaman. Peningkatan KTK juga diikuti dengan peningkatan kation-kation basa seperti Ca, Mg, N, dan K sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah. Terabuster juga digunakan dalam penelitian ini selain HSC. Terabuster merupakan pupuk polimer yang menganduk NPK, Mg, Ca, dan chelated micronutrients (Hariangbanga 2009). Keunggulan pupuk polimer ini adalah kemampuan larut yang sangat tinggi sehingga sangat mudah diserap tanaman. Terabuster merupakan yang memilki bentuk chelated yang stabil ini membuat kation-kation hara terlindung oleh bahan organik sehingga kation-kation tersebut tidak berfungsi lagi sebagai kation dalam reaksi kimia. Al hanya dapat memfiksasi unsur hara dalam bentuk kation. Hal ini menyebabkan penurunan toksisitas Al dan meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman. Dengan demikian kombinasi perlakuan pemotongan akar, pembenahan tanah dengan HSC, dan pemupukan dengan Terabuster mampu memberikan hasil positif untuk pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman pinus.

13 27 a b Gambar 8 Pertumbuhan tanaman pinus perlakuan P0H0T0 di blok 1: a) minggu ke-1; b) minggu ke-13 a b Gambar 9 Pertumbuhan tanaman pinus perlakuan P0H0T0 di blok 2: a) minggu ke-1; b) minggu ke-13

14 28 Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemotongan akar, pemberian HSC 5%, dan pemupukan dengan Terabuster 10% memberikan respon pertumbuhan diameter dan tinggi terbaik. Persentase pertumbuhan tinggi dan diameter perlakuan ini masing-masing adalah 137,17% dan 196,40%. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Lestari (2011) menunjukkan bahwa pemberian Terabuster 2% pada rasamala hanya meningkatkan pertumbuhan tinggi sebesar 43,10% dibandingkan kontrol. Peningkatan konsentrasi Terabuster terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman yang mengalami stagnasi. Gambar 10 Pertumbuhan tanaman pinus perlakuan P1H2T2 di blok 3: a) minggu ke-1; b) minggu ke-13

15 29 a b Gambar 10 Pertumbuhan tanaman pinus perlakuan P1H2T2 di blok 1: a) minggu ke-1; b) minggu ke-13

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

PERBAIKAN PERTUMBUHAN TANAMAN PINUS

PERBAIKAN PERTUMBUHAN TANAMAN PINUS PERBAIKAN PERTUMBUHAN TANAMAN PINUS (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) DENGAN TEKNIK Lateral Root Manipulation (LRM) DI LAHAN PASCA TAMBANG PASIR KUARSA PT HOLCIM Tbk, CIBADAK, KABUPATEN SUKABUMI PUTRI

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 8 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di PT Holcim Tbk, Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012 dengan lama

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Latosol (Oxic Distrudept) Darmaga Berdasarkan kriteria sifat kimia tanah menurut PPT (1983) (Lampiran 2), karakteristik Latosol (Oxic Distrudept) Darmaga (Tabel 2) termasuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah Kimia Tanah 23 BAB 3 KIMIA TANAH Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah A. Sifat Fisik Tanah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponenkomponen

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Analisis Tanah yang digunakan dalam Penelitian Hasil analisis karakteristik tanah yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 5. Dari hasil analisis

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menyediakan unsur hara, pada takaran dan kesetimbangan tertentu secara berkesinambung, untuk menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah tinggi, diameter, berat kering total (BKT) dan nisbah pucuk akar (NPA). Hasil penelitian menunjukkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah hutan di Indonesia pada umumnya berjenis ultisol. Menurut Buckman dan Brady (1982), di ultisol kesuburan tanah rendah, pertumbuhan tanaman dibatasi oleh faktor-faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan tanaman perdu dan berakar tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. Tomat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar wilayahnya didominasi oleh tanah yang miskin akan unsur hara, salah satunya adalah

Lebih terperinci

IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH

IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH Komponen kimia tanah berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Bahan aktif dari tanah yang berperan dalam menjerap

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan hakekatnya merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dari generasi ke generasi. Sudah sejak lama, komitmen pertambangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Tujuan survey dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu satuan peta tanah yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian terak baja berpengaruh nyata terhadap peningkatan ph tanah (Tabel Lampiran

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 19 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Potensi lahan kering di Bali masih cukup luas. Usahatani lahan kering sering kali mendapat berbagai kendala terutama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, April 2010, hlm ISSN

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, April 2010, hlm ISSN Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, April 2010, hlm. 14-19 ISSN 0853 4217 Vol. 15 No.1 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK DAN KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI JABON (Anthocephalus cadamba Roxb Miq) PADA MEDIA

Lebih terperinci

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Unsur Hara Lambang Bentuk tersedia Diperoleh dari udara dan air Hidrogen H H 2 O 5 Karbon C CO 2 45 Oksigen O O 2

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kualitas tanah dalam hal kemampuannya untuk menyediakan unsur hara yang cocok dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar

I. PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tragedi lumpur Lapindo Brantas terjadi pada tanggal 29 Mei 2006 yang telah menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar Desa Renokenongo (Wikipedia,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian dan Terhadap Sifat sifat Kimia Tanah Penelitian ini mengevaluasi pengaruh pemberian amelioran bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan hara tanah

Lebih terperinci

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh TINJAUAN PUSTAKA Penggenangan Tanah Penggenangan lahan kering dalam rangka pengembangan tanah sawah akan menyebabkan serangkaian perubahan kimia dan elektrokimia yang mempengaruhi kapasitas tanah dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisik dan Kimia Tanah Berdasarkan hasil analisis fisika dan kimia tempat pelaksanaan penelitian di Desa Dutohe Kecamatan Kabila. pada lapisan olah dengan kedalaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan,

Lebih terperinci

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG Rossi Prabowo 1*,Renan Subantoro 1 1 Jurusan Agrobisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid Hasyim Semarang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Di Sumatra Utara areal pertanaman jagung sebagian besar di tanah Inceptisol yang tersebar luas dan berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatera Utara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah, Indonesia memiliki luas areal

Lebih terperinci

DASAR ILMU TA AH Ba B b 5 : : S i S fa f t t K i K mia T a T nah

DASAR ILMU TA AH Ba B b 5 : : S i S fa f t t K i K mia T a T nah DASAR ILMU TA AH Bab 5: Sifat Kimia Tanah ph tanah Pertukaran Ion Kejenuhan Basa Sifat Kimia Tanah Hampir semua sifat kimia tanah terkait dengan koloid tanah Koloid Tanah Partikel mineral atau organik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah Ultisol termasuk bagian terluas dari lahan kering yang ada di Indonesia yaitu 45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari total luas daratan Indonesia (Subagyo, dkk, 2000). Namun

Lebih terperinci

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU Oleh : Sri Utami Lestari dan Azwin ABSTRAK Pemilihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Dalam beberapa tahun terakhir ini, sistem berkelanjutan yang berwawasan lingkungan sedang digalakkan dalam sistem pertanian di Indonesia. Dengan semakin mahalnya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan dan Produksi Padi pada Berbagai Dosis Pemberian Terak Baja Dengan dan Tanpa Penambahan Bahan Humat Parameter yang digunakan dalam mengamati pertumbuhan tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat Tanaman tomat diduga berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan terutama Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke Italia, Jerman dan negaranegara Eropa lainnya. Berdasarkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan tanah yang bertekstur relatif berat, berwarna merah

TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan tanah yang bertekstur relatif berat, berwarna merah TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol merupakan tanah yang bertekstur relatif berat, berwarna merah atau kuning dengan struktur gumpal mempunyai agregat yang kurang stabil dan permeabilitas rendah. Tanah ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Kimia Abu Terbang PLTU Suralaya Abu terbang segar yang baru diambil dari ESP (Electrostatic Precipitator) memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong komoditi sayuran buah dan sangat potensial untuk dikembangkan. Tomat memiliki banyak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol 18 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol Ultisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai horizon argilik atau kandik dengan nilai kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa (jumlah kation basa) pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Abu Terbang dan Bahan Humat pada Pertumbuhan Tanaman Sengon Hasil analisis ragam menunjukkan adanya interaksi pengaruh antara abu terbang dan bahan humat pada peningkatan

Lebih terperinci

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah Oleh: A. Madjid Rohim 1), A. Napoleon 1), Momon Sodik Imanuddin 1), dan Silvia Rossa 2), 1) Dosen Jurusan Tanah dan Program Studi

Lebih terperinci

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : SIFAT KIMIA TANAH Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : 1. Derajat Kemasaman Tanah (ph) Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai ph. Nilai ph menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertambangan Pasir Besi Pasir besi merupakan bahan hasil pelapukan yang umum dijumpai pada sedimen disekitar pantai dan tergantung proses sedimentasi dan lingkungan pengendapan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5 Rumah kaca Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, IPB (koleksi pribadi)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5 Rumah kaca Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, IPB (koleksi pribadi) 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Lingkungan Pemeliharaan dan pengamatan semai mahoni dalam penelitian ini dilakukan di rumah kaca. Rumah kaca digunakan untuk melindungi tanaman dari suhu panas dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi 4.1.1. Kakteristik Ultisol Gunung Sindur Hasil analisis pendahuluan sifat-sifat kimia tanah disajikan pada tabel.1.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 8. KTK (me/100 g) 30,40 Tinggi - 9. C-organik (%) 12,42 Sangat Tinggi - 10. N-Total (%) 0,95 Sangat Tinggi - 11. P-tersedia (ppm) 34,14 Tinggi - 12. C/N 13,07 Sedang - * Dianalisis di Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007). 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Akar kedelai terdiri atas akar tunggang, lateral, dan serabut. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m pada kondisi yang optimal, namun umumnya hanya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan oleh para petani di Indonesia. Kacang hijau dapat dikonsumsi dalam berbagai macam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang diukur dan dianalisa dari kawasan penambangan pasir (galian C) selain tekstur dan struktur tanahnya antara lain adalah kerapatan limbak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 16 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tinggi, diameter, berat kering dan NPA dari semai jabon pada media tailing dengan penambahan arang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah diameter pangkal, diameter setinggi dada (dbh), tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk, panjang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian (potensial), asalkan

TINJAUAN PUSTAKA. sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian (potensial), asalkan TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Tanah Ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian (potensial), asalkan dilakukan pengelolaan yang memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran

BAB I PENDAHULUAN. Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang termasuk dalam keluarga kubis-kubisan (Brassicaceae) yang berasal dari negeri China,

Lebih terperinci

Agus Supriyo BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) KAL-SEL

Agus Supriyo BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) KAL-SEL KAJIAN PEMANFAATAN BAHAN HUMAT UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT DI TANAH SULFAT MASAM Agus Supriyo BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) KAL-SEL LAPORAN KEMAJUAN KEGIATAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 12 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Bahan Organik Padat Karakteristik dari ketiga jenis bahan organik padat yaitu kadar air, C- organik, N-total, C/N ratio, ph dan KTK disajikan pada Tabel 4. Tabel

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH 4. Phosphor (P) Unsur Fosfor (P) dlm tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan & mineral 2 di dlm tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pd ph

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia Latosol Darmaga Latosol (Inceptisol) merupakan salah satu macam tanah pada lahan kering yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian.

Lebih terperinci

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman PUPUK Out line 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman 4. Jenis pupuk 5. Proses pembuatan pupuk 6. Efek penggunaan pupuk dan lingkungan Definisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu jenis tanaman pangan yang menjadi mata pencaharian masyarakat adalah tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

Lebih terperinci

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion MATERI-9 Unsur Hara Mikro: Kation & Anion Unsur Hara Mikro: Kation & Anion Pengelolaan tanaman secara intensif, disadari atau tidak, dapat menjadi penyebab munculnya kekurangan ataupun keracunan unsur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Latosol 2.2. Asam Humat Definisi Asam Humat

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Latosol 2.2. Asam Humat Definisi Asam Humat 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Latosol Latosol adalah kelompok tanah yang mengalami proses pencucian dan pelapukan lanjut, batas horizon baur, dengan kandungan mineral primer dan hara rendah,

Lebih terperinci