BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pendekatan desain lingkungan cybernetics adalah sebuah pendekatan desain dalam arsitektur perilaku yang menekankan perlunya mempertimbangkan kualitas lingkungan yang dihayati oleh pengguna dan pengaruhnya bagi pengguna lingkungan tersebut. Pendekatan ini secara holistik mengaitkan berbagai fenomena yang mempengaruhi hubungan antara manusia dan lingkungannya, termasuk lingkungan fisik dan sosial. Seperti halnya makhluk hidup lain, manusia mencari keseimbangan dalam lingkungan yang dinamis dan selalu berubah-ubah. Cybernetics memberikan penekanan yang lebih besar pada pandangan fungsional, dinamis dan teleconomic sistem daripada ke tampilan fisik, struktural dan topologi. Dengan demikian, deskripsi cybernetic sistem fokus pada peran yang berbeda yang harus datang bersama-sama dan pertukaran informasi untuk memungkinkan regulasi dan koordinasi terhadap tujuan tertentu, pada bagian-bagian dari sistem dan hubungan struktural antara mereka. Namun perspektif ini saling melengkapi, karena fungsi harus diwujudkan dalam dunia nyata. Arus informasi tidak dapat terjadi antara dunia nyata elemen sistem seperti orang kecuali "saluran fisik" yang memungkinkan arus informasi menghubungkan mereka.
Autis/autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Autis diklasifikasikan sebagai ketidaknormalan perkembangan neuro yang menyebabkan interaksi sosial, kemampuan komunikasi, pola kesukaan, dan pola sikap yang tidak normal sebagai karakteristik mereka. Selain tidak mampu bersosialisasi, anak penyandang autis juga tidak dapat mengendalikan emosinya. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitif, aktivitas dan minat yang obsesif. Jumlah kasus autisme mengalami peningkatan yang signifikan. Jika tahun 2008 rasio anak autis 1 dari 100 anak, maka di 2012 terjadi peningkatan yang cukup memprihatinkan dengan jumlah rasio 1 dari 88 orang anak saat ini mengalami autisme. Berdasarkan data di Poliklinik Jiwa Anak Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo Jakarta, pada 1989 tercatat hanya 2 pasien autisme. Pada 2000, meningkat menjadi 103 anak. Di RSUD Soetomo Surabaya, pada 1997 jumlahnya meningkat drastis sampai 20 anak per tahun, dari hanya 2-3 orang anak di tahuntahun sebelumnya. Data yang diungkapkan oleh ahli autisme di Indonesia, pada tahun 80-an pasien autis masih sangat jarang tapi memasuki tahun 90-an kasus autisme mulai muncul 1-2 pasien baru setiap harinya dan terus meningkat jumlahnya hingga 4-5 pasien baru di tahun 2000. Jumlah tersebut belum dapat disebut angka pasti karena jumlah pengidap autisme yang tidak terdeteksi bisa jadi lebih banyak lagi, akibat ketidaktahuan masyarakat mengenai gangguan perkembangan ini serta biaya
diagnosa autisme yang memang relatif mahal. Di Medan sendiri, Pusat Penanganan Autis Terpadu Yayasan Ananda Karsa Mandiri (Yakari), Juni Wati Rusly mengatakan penanganan anak penyandang autis mencapai 500 orang sejak berdirinya Yakari tahun 2000. Namun pemerintah setempat khususnya Dinas Pendidikan Kota Medan maupun provinsi belum ada perhatian kepada anak penyandang autis yang ada di kota Medan. Pada tahun 2011 terdapat wacana yang dikemukakan oleh pemerintah bahwa telah direncanakan pembangunan pusat terapi autis di Sumatera Utara dengan anggaran biaya sebesar Rp. 5 Milyar yang disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Utara, Drs. H Syaiful Safri MM. Rencana Kemediknas RI itu berawal dari permintaan sejumlah komunitas autis di Sumut. Sebenarnya, sudah ada sembilan sekolah luar biasa (SLB) di Sumut yang juga diperuntukkan bagi anak autis. Namun ternyata penderita autis tidak mau disamakan dengan SLB. Pendekatan desain cybernetic dianggap sangat cocok dengan perancangan ruang terapi khusus autis karena pendekatan desain tersebut berasal dari tema arsitektur perilaku yang mana mengangkat perilaku para penyandang autis untuk menciptakan ruangan-ruangan yang sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan anak-anak autis tersebut.
1.2 Alasan Pemilihan Topik Permasalahan Masyarakat Indonesia sebenarnya telah memiliki perhatian khusus kepada anak autis ditandai dengan telah berdirinya pusat-pusat terapi khusus autis di beberapa kota besar di Indonesia, termasuk di kota Medan. Terdapat 113 pusat terapi khusus autis yang tersebar di Indonesia, diantaranya terdapat 6 pusat terapi yang menangani penderita autis di Medan. Akan tetapi, dari enam pusat terapi tersebut hanya dua pusat terapi yang menkhususkan kepada penderita autis dan belum ada satu pusat pun terapi pun yang menerapkan arsitektur perilaku dalam ruang terapi. Aksitektur perilaku sangat berperan untuk dapat menghasilkan desain yang baik dan sesuai dengan perilaku para anak penyandang autis yang akan mendapatkan terapi di pusat terapi tersebut. Dalam merancang ruang tersebut, diperlukan metoda pendekatan desain berupa pendekatan desain cybernetic. Maka dari itu, tesis ini akan membahas tentang penerapan arsitektur perilaku dengan metoda pendekatan desain cybernetic dalam perancangan pusat terapi khusus autis di kota Medan. 1.3 Perumusan Masalah Adapun masalah-masalah yang dihadapi adalah: a. Bagaimana menganalisa permasalahan perilaku di lingkungan ruang terapi khusus autis. b. Bagaimana menghasilkan konsep dan kriteria desain ruang terapi dengan metoda pendekatan desain cybernetic.
c. Bagaiamana penerapan konsep dan kriteria yang telah dihasilkan dalam perancangan ruang terapi khusus autis. 1.4 Tujuan Adapun tujuan dari penerapan arsitektur perilaku dalam perancangan pusat terapi khusus autis ini adalah: a. Menganalisa permasalahan perilaku di lingkungan ruang terapi khusus autis, b. Membuat konsep dan criteria desain ruang terapi khusus autis dengan metoda pendekatan desain cybernetic. c. Menghasilkan rancangan yang sesuai dengan kriteria desain. 1.5 Manfaat Manfaat yang akan didapatkan dalam penerapan arsitektur perilaku dalam perancangan pusat terapi khusus autis ini adalah: a. Memberikan panduan atau contoh kepada masyarakat tentang bagaimana merencanakan ruang-ruang terapi khusus autis yang sesuai dengan perilaku para penyandang autis. b. Memberikan kontribusi untuk pemerintah dalam hal menciptakan pedoman perancangan untuk ruang terapi khusus autis.
1.6 Keluaran Bentuk keluaran dari kegiatan pendekatan desain cybernetic dalam perancangan ruang terapi khusus autis ini adalah menghasilkan konsep dan perancangan sebuah ruang terapi khusus untuk penyandang autis dengan proses pendekatan desain cybernetic dengan mempertimbangkan perilaku manusia yang terlibat di dalamnya. 1.7 Metodologi Untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang akan dihadapi dalam proses penerapan arsitektur perilaku dalam perancangan pusat terapi khusus autis ini dilakukan pendekatan desain cybernetics dengan cara dibuat evaluasi perbandingan antara apa yang dihayati atau dialami pengguna dengan apa yang menjadi kriteria kinerja yang diinginkan atau yang menjadi sasaran klien ataupun yang disusun secara eksplisit oleh arsitek. Tahap-tahap yang dilalui adalah sebagai berikut: 1.7.1 Metode Cybernetic Proses perancangan Ruang Terapi Khusus Autis memiliki beberapa tahapan seperti tahap pengumpulan masalah, menganalisa masalah, mencari solusi dan pemecahan dari masalah yang ada, menghasilkan konsep desain sesuai solusi yang ada, dan akhirnya mengkaji desain apakah sesuai dengan keinginan klien. a. Pengumpulan masalah. Pengumpulan masalah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Survey dan Pemetaan Perilaku. Proses yang dilakukan adalah dengan mencatat pola aktifitas perilaku para penghuni di pusat terapi autis yang sudah ada Proses ini dilakukan dengan cara survey lansung ke sebuah tempat terapi autis di Medan. Pemetaan perilaku dilakukan di saat sesi terapi dan setelah sesi terapi dilakukan. Yang perlu diamati adalah bagaimana sifat anak autis yang berada dalam linkungan sosial seperti di pusat terapi; tingkah pola mereka, kebiasaan mereka, dan bagaimana usaha mereka dalam menunjukkan jati diri mereka. Dengan adanya survey dan pemetaan perilaku tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana merancang sebuah terapi autis yang baik. 2. Wawancara. Wawancara yang dilakukan kepada para pihak yang terkait dalam sebuah tempat terapi anak autis tersebut, yaitu pemilik yayasan, para terapis, psikolog, dokter, dan orang tua murid. Pertanyaan-pertanyaan bisa berupa apa yang dirasakan, apa yang dipikirkan, apa yang dilakukan, apa yang diketahui dan apa yang diharapkan. 3. Kuesioner. Kuesioner diambil untuk mengetahui evaluasi desain dan untuk mengetahui harapan pengguna di masa yang akan datang.
Tabel 1.1: Berikut merupakan susunan data yang dibutuhkan, disusun dalam bentuk Tabel 1.1 Pembagian jenis data untuk penelitian Data Teoritis 1. Pendekatan desain cybernetic. a. Pengertian cybernetic. b. Teori pendekatan desain cybernetic. c. Elaborasi tema pendekatan desain cybernetic. 2. Teori autisme. a. Pengertian autisme. b. Kriteria perilaku anak autisme. c. Jenis terapi autisme. d. Eksplorasi teori autisme terhadap arsitektur perilaku. Data Fisik 1. Data Site. a. Lokasi. b. Luas site. c. Batas-batas site. d. Pencapaian site. e. Peraturan daerah. 2. Data studi banding proyek sejenis. a. Lokasi. b. Luas site. c. Data bangunan. d. Sistem dan organisasi yang diterapkan. Sumber: Olah data, 2012 b. Analisa Permasalahan. Analisa dilakukan pada pusat terapi khusus autis yang telah ada sebagai landasan perancangan pusat terapi khusus autis yang sesuai dengan standar dan kebutuhan pengguna. Analisa ini untuk mengadopsi dan mempelajari pola perilaku yang mempengaruhi di dalam proses perancanannya, apa yang dapat dicontoh dan apa yang harus diperbaiki. Hasil data yang telah dikumpulkan akan dianalisa sesuai dengan teori-teori arsitektur. Melalui analisis tersebut diperoleh potensi-potensi serta permasalahan yang terjadi dalam proses desain sehingga akan melahirkan konsep-konsep perancangan yang sesuai dengan tema arsitektur perilaku (Gambar 1.1).
Masalah perancanan ANALISA Solusi permasalahan Teori Arsitektur Perilaku Gambar 1.1 Analisa data teoritis Sumber: Hasil Analisa desain. Solusi permasalahan merupakan pedoman dalam menhasilkan konsep c. Kajian Konsep. Kajian konsep berfungsi untuk melihat dari solusi permasalahan yan telah dianalisa dan melihat perbaikan dan penambahan apa saja yang harus dilakukan untuk penyempurnaan konsep. Kajian konsep tersebut meliputi beberapa variabel dalam konsep perancangan yang akan dihasilkan, yaitu: 1. Dimensi, proporsi, dan skala. 2. Sirkulasi ruang. 3. View dan Orientasi. 4. bukaan dan pencahayaan. 5. Material, warna dan tekstur.
Kajian ini dapat berlangsung berulang kali untuk penyempurnaan menuju konsep akhir. d. Keluaran Konsep Akhir dan Desain. Konsep akhir merupakan konsep yang sudah disempurnakan dari kajian konsep awal. Di dalamnya telah dicantumkan variabel-variabel konsep perancangan yang dihasilkan. Konsep akhir yang diterapkan dalam desain dapat dikeluarkan setelah konsep dinilai cukup sempurna dan dipakai dalam mendesain proyek. 1.8 Kerangka Berpikir Kerangka dasar penelitian ini menggunakan definisi operasional pada dasarnya melekatkan arti pada suatu variabel dengan cara menetapkan kegiatankegiatan atau tindakan-tindakan yang perlu untuk mengukur variabel. Kerangka penelitian yang terdiri dari definisi operasional, indikator empiris, pengukuran, kerangka hubungan, penarikan sampel, metode pengumpulan data dan analisis data (Gambar 1.2).
LATAR BELAKANG KASUS Pendekatan desain cybernetic merupakan metoda proses desain dalam Arsitektur perilaku Pusat terapi autis yang membutuhkan pertimbangan perilaku manusia di dalamnya yang dikaji dengan pendekatan desain cybernetic PERMASALAHAN Bagaimana menganalisa permasalahan perilaku di lingkungan ruang terapi khusus autis Bagaimana menghasilkan konsep dan kriteria desain ruang terapi dengan metoda pendekatan desain cybernetic Bagaiamana penerapan konsep dan kriteria yang telah dihasilkan dalam perancangan ruang terapi khusus autis MAKSUD DAN TUJUAN a. Menganalisa permasalahan perilaku di lingkungan ruang terapi khusus autis b. Membuat konsep dan criteria desain ruang terapi khusus autis dengan metoda pendekatan desain cybernetic c. Menghasilkan rancangan yang sesuai dengan kriteria desain PENGUMPULAN MASALAH Dimensi, proporsi, dan skala Sirkulasi ruang View dan Orientasi bukaan dan pencahayaan Material, dan warna ANALISA MASALAH Perilaku anak autis Solusi sesuai dengan teori arsitektur MODEL DESAIN model-model solusi desain dari masingmasing elemen perancangan KONSEP DAN KRITERIA DESAIN Konsep perancanan desain yan merupakan kesimpulan dari analisa masalah dan model desain Rumusan kriteria dalam merancang fisik bangunan yang dalam hal ini adalah sebuah pusat terapi khusus autis PENERAPAN KONSEP PADA DESAIN BANGUNAN Mengacu kepada hasil analisa data teoritis dan hasil analisa data fisik hingga mendapatkan guidelines dalam mendesain, yang kemudian akan dikaji ulang hingga mengeluarkan konsep akhir desain. TESIS DESAIN Gambar 1.2 Kerangka Berpikir Sumber: Hasil analisa
1.9 Sistematika Penulisan Tesis Hasil-hasil dari pengamatan, yang akan disusun kedalam tahapan yang mana urutan satu dengan yang lain saling berkaitan, urutan tersebut adalah sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN, berisi tentang latar belakang, alasan pemilihan topik permasalahan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat, metodologi dan sistematika penulisan tesis. BAB 2 DESKRIPSI TEMA, menjelaskan pengertian dan elaborasi tema arsitektur perilaku untuk menyelesaikan perancangan pusat terapi khusus autis, disertai dengan contoh studi banding sesuai dengan tema tersebut. BAB 3 PENERAPAN TEMA KE DALAM KASUS PROYEK, menjelaskan kasus proyek, studi banding kasus proyek sejenis, teori umum tentang autisme, dan proses pencapaian konsep dengan menggunakan metodologi cybernetic. BAB 4 KONSEP PERANCANGAN FISIK, berisi tentang konsep-konsep perancangan proyek yang berkaitan dengan tema yang dipilih. BAB 5 RUMUSAN KRITERIA PERANCANGAN FISIK, berisi tentang rumusanrumusan dan criteria-kriteria dalam merancang fisik bangunan yang dalam hal ini adalah sebuah pusat terapi khusus autis. BAB 6 PENERAPAN KRITERIA PERENCANAAN DAN PERANCANGAN FISIK, berisi tentang rencana dan rancangan skematik berupa dokumentasi tekstural,
peta, gambar, diagram, tabel, sketsa, maket studi, foto slide, dll. Selain itu, bab ini juga berisi model penerapan dan pengujian berupa presentasi akhir, peta, gambar terukur, diagram, tabel, sketsa suasana, maket studi, simulasi komputer, foto, slide, dll. BAB 7 EVALUASI AKHIR DAN REKOMENDASI, berisi tentang evaluasi akhir dan rekomendasi terhadap desain akhir. DAFTAR PUSTAKA, memuat perbendaharaan pustaka yang benar-benar diacu dalam tesis ini. LAMPIRAN, berisi keterangan atau informasi yang diperlukan pada pelaksanaan kegiatan, misalnya rencana anggaran biaya, lembar kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian, dan sifatnya hanya melengkapi proposal.