BAB I PENDAHULUAN. dalam stadium lanjut sehingga angka harapan hidup rendah.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. akibat kanker setiap tahunnya antara lain disebabkan oleh kanker paru, hati, perut,

BAB I PENDAHULUAN. Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya malnutrisi pada pasien dan meningkatkan angka infeksi, atrofi otot,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatnya angka harapan hidup pada negara negara berkembang, begitu pula

BAB 4 HASIL. 2,3 (0,3-17,5) Jenis Kelamin Pria 62 57,4 Wanita 46 42,6

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rumah sakit di Indonesia dengan angka kematian 5,7%-50% dalam tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode neonatus merupakan masa kritis kehidupan bayi. Empat juta bayi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup bulan (Reading et al., 1990). Definisi hipoalbuminemia pada neonatus berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada sepsis terjadi proses inflamasi sistemik atau systemic inflammatory

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Protein Energi Malnutrisi (PEM) sering dijumpai dibangsal-bangsal bedah

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. baru atau berulang. Kira-kira merupakan serangan pertama dan

CRITICAL ILLNESS. Dr. Syafri Guricci, M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak

Oleh : Fery Lusviana Widiany

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran preterm, dan intrauterine growth restriction (IUGR) (Sibai, 2005;

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PENYEMBUHAN LUKA POST SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG MAWAR I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru

BAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh kompensasi anti-inflamasi atau fenotip imunosupresif yang

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN. bahkan dapat berkembang menjadi kanker. pembedahan ( operasi). Pembedahan memberikan konsekuesi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah penyakit paru kronik

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kanker kolorektal merupakan salah satu penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesembilan di Amerika Serikat, sedangkan di seluruh dunia sirosis menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yang tinggi dan seringkali tidak terdiagnosis, padahal dengan menggunakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit kritis merupakan suatu keadaan sakit yang membutuhkan dukungan

Pendekatan Tim Multidisiplin Pada Rehabilitasi Paru Komprehensif Pre-operasi dan Pemberian Asupan Gizi Intensif Bagi Pasien Kanker Paru-Paru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 2012, berdasarkan data GLOBOCAN, International

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kontrol (hanya terapi empirik). Dua biomarker yaitu kadar TNF- serum diukur

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

marker inflamasi belum pernah dilakukan di Indonesia.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. (PGK) tahap akhir yang menjalani dialisis masih sangat tinggi, kira-kira 15 -

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mukosa kolon atau rektum. Kanker ini dapat juga dibagi menjadi kanker kolon

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini

BAB III PEMBAHASAN. Dari 2 artikel tentang syok traumatik diatas membahas tentang syok traumatik yaitu syok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun

Vitamin D and diabetes

BAB I PENDAHULUAN. rektum yang khusus menyerang bagian sekum yang terjadi akibat gangguan

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas walaupun perkembangan terapi sudah maju. Laporan World Health

SKRINING DAN PENILAIAN NUTRISI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang tertinggi seluruh dunia. Sepsis merupakan. penyebab kematian yang ke-10 terbesar di Amerika Serikat,

BAB I PENDAHULUAN. proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Soenarjo (2000), Nutrisi

BAB I PENDAHULUAN. berusia 37 minggu penuh. Persalinan preterm dan komplikasi yang mengiringi

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemukan didunia. Tumor ini sangat prevalen didaerah tertentu

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan

BAB I PENDAHULUAN. inap di rumah sakit. Pada penelitian Kusumayanti dkk (2004) di tiga Rumah

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal

Penyakit periodontitis merupakan salah satu masalah yang banyak. dijumpai baik di negara berkembang, sedang berkembang, dan bahkan di negara

Diabetes Mellitus Type II

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit)

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenainya. Terdapat tipe - tipe dari luka, diantaranya luka insisi, memar,

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi hiperglikemia pada saat masuk ke rumah. sakit sering dijumpai pada pasien dengan infark miokard

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang

BAB I PENDAHULUAN. atau fungsi ginjal yang berlangsung 3 bulan dengan atau tanpa disertai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kunci utama keberhasilan penanganan karsinoma kolorektal adalah ditemukannya karsinoma dalam stadium dini, sehingga terapi dapat dilaksanakan secara bedah kuratif. Namun sayang sebagian besar penderita Indonesia datang dalam stadium lanjut sehingga angka harapan hidup rendah. Pembedahan merupakan terapi utama untuk karsinoma kolorektal, namun 5% dari keseluruhan kasus karsinoma kolorektal dengan pembedahan ini mengalami kematian setelah 30 hari pasca operasi (Jonathan dkk, 2015). Fakta ini terutama terjadi pada pasien dengan usia lanjut dengan faktor komorbiditas dan pada karsinoma stadium lanjut. Dalam literatur beberapa penelitian dilaporkan hipoalbuminemia berkaitkan dengan hasil pasca operasi yang buruk dan akan sangat berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas pasca operasi (Meng-Chiao dkk, 2012). Tingginya angka kematian pasca operasi berkaitan dengan fungsi serum albumin sebagai antioksidan, imunomodulator dan detoksifikasi (Jonathan dkk, 2015; Ionescu dkk, 2013). Penurunan konsentrasi albumin dari 4,6 gr/dl menjadi 2,1 gr/dl terbukti telah meningkatkan kematian dari 1% menjadi 29% pada operasi mayor di luar pembedahan jantung (Jonathan dkk, 2015; Ionescu dkk, 2013). 1

2 Sekitar 20-40% penderita pasca operasi laparotomy kolorektal terjadi hipoalbumin (Reynold dkk, 2012). Hipoalbumin merupakan komplikasi serius pasca operasi karena ini akan menyebabkan keterlambatan penyembuhan jaringan karena adanya penurunan sistesis kolagen, adanya gangguan respon imunologi seperti aktivasi makrofag dan pembentukan granulasi (Reynold dkk, 2012; Rivadeneira dkk, 2010). Hipoalbumin ini juga berhubungan dengan tingginya angka infeksi pasca operasi yang sering terjadi pada infeksi luka operasi atau infeksi organ lain seperti pneumonia, dan apabila penderita menjalani anastomosis, akan terjadi kebocoran anastomosis (Lohsiriwat dkk, 2008). Karena seriusnya komplikasi hipoalbumin ini, maka dalam indeks APACHE hipoalbumin dimasukkan sebagai salah satu kriteria penderita kritis (Knaus dkk, 2011). Hipoalbuminemia telah terbukti berkaitan dengan hasil keluaran klinis yang buruk dan adalah suatu prediktor terhadap peningkatan mortalitas dan morbiditas pada pasien bedah dan ICU. Dari sebuah penelitian cohort meta-analisis dan percobaan terkontrol pada penderita sakit kritis menunjukkan setiap penurunan 10 gr/liter kadar albumin dalam plasma secara bermakna meningkatkan odds mortalitas 137%, morbiditas 89%, memperpanjang lama perawatan ICU dan lama perawatan luka operasi (Boldt, 2010). Pada penelitian ini penulis ingin melihat faktor-faktor resiko terjadinya hipoalbumin pada pasien karsinoma kolorektal yang menjalani operasi. Dari kajian kami dan tinjauan pustaka, ada beberapa kondisi yang kami anggap sebagai faktor risiko terjadinya hipoalbumin pada pasien karsinoma kolorektal pasca operasi, antara lain faktor pasien : umur dan status gizi, faktor tumor (stadium

3 tumor), serta faktor pembedahan (jenis operasi dan lama operasi) (Lohsiriwat dkk, 2008; Meng-Chiao dkk,2012; Ionescu dkk, 2013; ). Semakin tua umur pasien ( 60 thn) semakin besar peluang terjadinya hipoalbumin, oleh karena berkaitan dengan kemampuan metabolisme dan adanya faktor komorbiditas. Kejadian dilaporkan 13-25 % (Jonathan dkk, 2015; Meng- Chiao dkk, 2012; Lohsiriwat dkk,2008). Faktor risiko yang lain adalah status gizi. Pasien dengan kanker rektum beresiko kekurangan gizi karena sel kanker menyebabkan metabolisme yang tinggi, pengurangan asupan makanan, dan cachexia kanker. Tumor necrosis factor-alpha adalah sebagai mediator utama cachexia kanker sebagai respon terhadap perubahan metabolik yang berbeda dan menyebabkan penurunan sintesis protein hati. Pasien kanker juga mengalami peningkatan seluruh protein tubuh dan selanjutnya menyebabkan hilangnya kadar nitrogen dalam tubuh. Albumin memiliki waktu paruh yang panjang yaitu 20 hari, sehingga efek metaboliknya menyebabkan kekurangan gizi berkepanjangan. Kejadian yang dilaporkan bervariasi antara 30-60% (Ionescu dkk, 2013; Meng- Chiao dkk,2012). Faktor resiko lainnya adalah jenis operasi. Pada operasi kolorektal telah dibuktikan bahwa 30-57% pasien mengalami hipoalbumin terutama pada kasus hemikolektomi kanan pada karsinoma kolorektal (Jonathan dkk, 2015; Meng-Chiao dkk, 2012; Lohsiriwat dkk, 2008). Lamanya operasi 3 jam akan menyebabkan terjadinya blood loss atau juga kehilangan cairan yang lebih banyak sehingga ini akan menyebabkan kehilangan albumin dalam darah. Angka kejadiannya 5-10% (Meng-Chiao Hsieh dkk, 2012; Lohsiriwat dkk, 2008). Serta faktor stadium tumor juga merupakan salah satu penyebab hipoalbuminemia

4 pasca bedah. Semakin besar tumor, semakin banyak pula mediator inflamasi yang dilepaskan oleh sel kanker yang menyebabkan anoreksia pada pasien sehingga intake kurang, selain itu meningkatnya katabolisme tubuh juga mengakibatkan menurunnya kadar albumin dalam darah. Angka yang dilaporkan adalah 30-40 % (Meng-Chiao Hsieh dkk, 2012; Lohsiriwat dkk, 2008). Pada penelitian ini penulis ingin melihat faktor-faktor risiko yang menyebabkan terjadinya hipoalbuminemia pada pasien karsinoma kolorektal yang menjalani tindakan pembedahan. Dengan mengetahui faktor-faktor risiko yang menyebabkan hipoalbumin pada penderita karsinoma kolorektal yang menjalani operasi maka dapat lebih membantu penderita yang mempunyai faktor risiko hipoalbumin secara lebih terfokus, baik pre operatif maupun post operatif. Sehingga dapat menekan angka morbiditas dan mortalitas. 1.2. Rumusan Masalah Dari uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Apakah umur 60 tahun merupakan faktor risiko terjadinya hipoalbuminemia pada pasien karsinoma kolorektal post operasi? 2. Apakah gizi kurang merupakan faktor risiko terjadinya hipoalbuminemia pada pasien karsinoma kolorektal post operasi? 3. Apakah tindakan reseksi kolorektal merupakan faktor risiko terjadinya hipoalbuminemia pada pasien karsinoma kolorektal post operasi?

5 4. Apakah lama operasi 3 jam merupakan faktor risiko terjadinya hipoalbuminemia pada pasien karsinoma kolorektal post operasi? 5. Apakah tumor stadium III-IV merupakan faktor risiko terjadinya hipoalbuminemia pada pasien karsinoma kolorektal post operasi? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor umur 60 tahun, status gizi kurang, jenis operasi reseksi kolorektal, lama operasi 3 jam dan stadium tumor III-IV terhadap terjadinya hipoalbuminemia pada pasien karsinoma kolorektal post operasi. 1.3.2. Tujuan Khusus : 1. Untuk mengetahui umur 60 tahun sebagai faktor risiko terjadinya hipoalbuminemia pada pasien karsinoma kolorektal post operasi 2. Untuk mengetahui status gizi kurang sebagai faktor risiko terjadinya hipoalbuminemia pada pasien karsinoma kolorektal post operasi. 3. Untuk mengetahui jenis operasi reseksi kolorektal sebagai faktor risiko terjadinya hipoalbuminemia pada pasien karsinoma kolorektal post operasi. 4. Untuk mengetahui lama operasi 3 jam sebagai faktor risiko terjadinya hipoalbuminemia pada pasien karsinoma kolorektal post operasi. 5. Untuk mengetahui stadium tumor III-IV sebagai faktor risiko terjadinya hipoalbuminemia pada pasien karsinoma kolorektal post operasi.

6 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Ilmiah 1. Dalam bidang akademik, hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam upaya mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipoalbumin pasca bedah pada pasien karsinoma kolorektal. 2. Dalam bidang riset, penelitian ini dapat memperkuat teori yang telah ada tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipoalbumninemia pada pasien karsinoma kolorektal yang menjalani operasi. 1.4.2. Manfaat Praktis 1. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan faktor risiko umur 60 tahun, status gizi kurang, jenis operasi reseksi kolorektal, lama operasi 3 jam dan stadium tumor III-IV dapat menjadi faktor prediksi terjadinya hipoalbuminemia pada pasien karsinoma kolorektal pasca bedah. 2. Karena kita dapat memprediksi faktor-faktor yang menyebabkan hipoalbuminemia pasca bedah lebih awal, maka penatalaksanaan kita terhadap pasien karsinoma kolorektal yang kemungkinan mengalami hipoalbuminemia lebih intensif lagi, sehingga hipoalbuminemia dapat dicegah.