BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kunci utama keberhasilan penanganan karsinoma kolorektal adalah ditemukannya karsinoma dalam stadium dini, sehingga terapi dapat dilaksanakan secara bedah kuratif. Namun sayang sebagian besar penderita Indonesia datang dalam stadium lanjut sehingga angka harapan hidup rendah. Pembedahan merupakan terapi utama untuk karsinoma kolorektal, namun 5% dari keseluruhan kasus karsinoma kolorektal dengan pembedahan ini mengalami kematian setelah 30 hari pasca operasi (Jonathan dkk, 2015). Fakta ini terutama terjadi pada pasien dengan usia lanjut dengan faktor komorbiditas dan pada karsinoma stadium lanjut. Dalam literatur beberapa penelitian dilaporkan hipoalbuminemia berkaitkan dengan hasil pasca operasi yang buruk dan akan sangat berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas pasca operasi (Meng-Chiao dkk, 2012). Tingginya angka kematian pasca operasi berkaitan dengan fungsi serum albumin sebagai antioksidan, imunomodulator dan detoksifikasi (Jonathan dkk, 2015; Ionescu dkk, 2013). Penurunan konsentrasi albumin dari 4,6 gr/dl menjadi 2,1 gr/dl terbukti telah meningkatkan kematian dari 1% menjadi 29% pada operasi mayor di luar pembedahan jantung (Jonathan dkk, 2015; Ionescu dkk, 2013). 1
2 Sekitar 20-40% penderita pasca operasi laparotomy kolorektal terjadi hipoalbumin (Reynold dkk, 2012). Hipoalbumin merupakan komplikasi serius pasca operasi karena ini akan menyebabkan keterlambatan penyembuhan jaringan karena adanya penurunan sistesis kolagen, adanya gangguan respon imunologi seperti aktivasi makrofag dan pembentukan granulasi (Reynold dkk, 2012; Rivadeneira dkk, 2010). Hipoalbumin ini juga berhubungan dengan tingginya angka infeksi pasca operasi yang sering terjadi pada infeksi luka operasi atau infeksi organ lain seperti pneumonia, dan apabila penderita menjalani anastomosis, akan terjadi kebocoran anastomosis (Lohsiriwat dkk, 2008). Karena seriusnya komplikasi hipoalbumin ini, maka dalam indeks APACHE hipoalbumin dimasukkan sebagai salah satu kriteria penderita kritis (Knaus dkk, 2011). Hipoalbuminemia telah terbukti berkaitan dengan hasil keluaran klinis yang buruk dan adalah suatu prediktor terhadap peningkatan mortalitas dan morbiditas pada pasien bedah dan ICU. Dari sebuah penelitian cohort meta-analisis dan percobaan terkontrol pada penderita sakit kritis menunjukkan setiap penurunan 10 gr/liter kadar albumin dalam plasma secara bermakna meningkatkan odds mortalitas 137%, morbiditas 89%, memperpanjang lama perawatan ICU dan lama perawatan luka operasi (Boldt, 2010). Pada penelitian ini penulis ingin melihat faktor-faktor resiko terjadinya hipoalbumin pada pasien karsinoma kolorektal yang menjalani operasi. Dari kajian kami dan tinjauan pustaka, ada beberapa kondisi yang kami anggap sebagai faktor risiko terjadinya hipoalbumin pada pasien karsinoma kolorektal pasca operasi, antara lain faktor pasien : umur dan status gizi, faktor tumor (stadium
3 tumor), serta faktor pembedahan (jenis operasi dan lama operasi) (Lohsiriwat dkk, 2008; Meng-Chiao dkk,2012; Ionescu dkk, 2013; ). Semakin tua umur pasien ( 60 thn) semakin besar peluang terjadinya hipoalbumin, oleh karena berkaitan dengan kemampuan metabolisme dan adanya faktor komorbiditas. Kejadian dilaporkan 13-25 % (Jonathan dkk, 2015; Meng- Chiao dkk, 2012; Lohsiriwat dkk,2008). Faktor risiko yang lain adalah status gizi. Pasien dengan kanker rektum beresiko kekurangan gizi karena sel kanker menyebabkan metabolisme yang tinggi, pengurangan asupan makanan, dan cachexia kanker. Tumor necrosis factor-alpha adalah sebagai mediator utama cachexia kanker sebagai respon terhadap perubahan metabolik yang berbeda dan menyebabkan penurunan sintesis protein hati. Pasien kanker juga mengalami peningkatan seluruh protein tubuh dan selanjutnya menyebabkan hilangnya kadar nitrogen dalam tubuh. Albumin memiliki waktu paruh yang panjang yaitu 20 hari, sehingga efek metaboliknya menyebabkan kekurangan gizi berkepanjangan. Kejadian yang dilaporkan bervariasi antara 30-60% (Ionescu dkk, 2013; Meng- Chiao dkk,2012). Faktor resiko lainnya adalah jenis operasi. Pada operasi kolorektal telah dibuktikan bahwa 30-57% pasien mengalami hipoalbumin terutama pada kasus hemikolektomi kanan pada karsinoma kolorektal (Jonathan dkk, 2015; Meng-Chiao dkk, 2012; Lohsiriwat dkk, 2008). Lamanya operasi 3 jam akan menyebabkan terjadinya blood loss atau juga kehilangan cairan yang lebih banyak sehingga ini akan menyebabkan kehilangan albumin dalam darah. Angka kejadiannya 5-10% (Meng-Chiao Hsieh dkk, 2012; Lohsiriwat dkk, 2008). Serta faktor stadium tumor juga merupakan salah satu penyebab hipoalbuminemia
4 pasca bedah. Semakin besar tumor, semakin banyak pula mediator inflamasi yang dilepaskan oleh sel kanker yang menyebabkan anoreksia pada pasien sehingga intake kurang, selain itu meningkatnya katabolisme tubuh juga mengakibatkan menurunnya kadar albumin dalam darah. Angka yang dilaporkan adalah 30-40 % (Meng-Chiao Hsieh dkk, 2012; Lohsiriwat dkk, 2008). Pada penelitian ini penulis ingin melihat faktor-faktor risiko yang menyebabkan terjadinya hipoalbuminemia pada pasien karsinoma kolorektal yang menjalani tindakan pembedahan. Dengan mengetahui faktor-faktor risiko yang menyebabkan hipoalbumin pada penderita karsinoma kolorektal yang menjalani operasi maka dapat lebih membantu penderita yang mempunyai faktor risiko hipoalbumin secara lebih terfokus, baik pre operatif maupun post operatif. Sehingga dapat menekan angka morbiditas dan mortalitas. 1.2. Rumusan Masalah Dari uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Apakah umur 60 tahun merupakan faktor risiko terjadinya hipoalbuminemia pada pasien karsinoma kolorektal post operasi? 2. Apakah gizi kurang merupakan faktor risiko terjadinya hipoalbuminemia pada pasien karsinoma kolorektal post operasi? 3. Apakah tindakan reseksi kolorektal merupakan faktor risiko terjadinya hipoalbuminemia pada pasien karsinoma kolorektal post operasi?
5 4. Apakah lama operasi 3 jam merupakan faktor risiko terjadinya hipoalbuminemia pada pasien karsinoma kolorektal post operasi? 5. Apakah tumor stadium III-IV merupakan faktor risiko terjadinya hipoalbuminemia pada pasien karsinoma kolorektal post operasi? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor umur 60 tahun, status gizi kurang, jenis operasi reseksi kolorektal, lama operasi 3 jam dan stadium tumor III-IV terhadap terjadinya hipoalbuminemia pada pasien karsinoma kolorektal post operasi. 1.3.2. Tujuan Khusus : 1. Untuk mengetahui umur 60 tahun sebagai faktor risiko terjadinya hipoalbuminemia pada pasien karsinoma kolorektal post operasi 2. Untuk mengetahui status gizi kurang sebagai faktor risiko terjadinya hipoalbuminemia pada pasien karsinoma kolorektal post operasi. 3. Untuk mengetahui jenis operasi reseksi kolorektal sebagai faktor risiko terjadinya hipoalbuminemia pada pasien karsinoma kolorektal post operasi. 4. Untuk mengetahui lama operasi 3 jam sebagai faktor risiko terjadinya hipoalbuminemia pada pasien karsinoma kolorektal post operasi. 5. Untuk mengetahui stadium tumor III-IV sebagai faktor risiko terjadinya hipoalbuminemia pada pasien karsinoma kolorektal post operasi.
6 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Ilmiah 1. Dalam bidang akademik, hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam upaya mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipoalbumin pasca bedah pada pasien karsinoma kolorektal. 2. Dalam bidang riset, penelitian ini dapat memperkuat teori yang telah ada tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipoalbumninemia pada pasien karsinoma kolorektal yang menjalani operasi. 1.4.2. Manfaat Praktis 1. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan faktor risiko umur 60 tahun, status gizi kurang, jenis operasi reseksi kolorektal, lama operasi 3 jam dan stadium tumor III-IV dapat menjadi faktor prediksi terjadinya hipoalbuminemia pada pasien karsinoma kolorektal pasca bedah. 2. Karena kita dapat memprediksi faktor-faktor yang menyebabkan hipoalbuminemia pasca bedah lebih awal, maka penatalaksanaan kita terhadap pasien karsinoma kolorektal yang kemungkinan mengalami hipoalbuminemia lebih intensif lagi, sehingga hipoalbuminemia dapat dicegah.