i TUGAS AKHIR PERENCANAAN PERBAIKAN PERSIMPANGAN PADA JALAN AKSES BANDARA KUALANAMU - SIMP. BATANG KUIS Studi Kasus Persimpangan Sebidang pada Jalan Akses Bandara Kuala Namu Simp. Batang Kuis Diajukan untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil DISUSUN OLEH: BONAR LUMSA MUNGKUR 090424072 PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 i
ii TUGAS AKHIR PERENCANAAN PERBAIKAN PERSIMPANGAN PADA JALAN AKSES BANDARA KUALANAMU - SIMP. BATANG KUIS Studi Kasus Persimpangan Sebidang pada Jalan Akses Bandara Kuala Namu Simp. Batang Kuis Diajukan untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Disusun Oleh: BONAR LUMSA MUNGKUR NIM. 090424072 Disetujui Oleh: (Ir. ZULKARNAIN A. MUIS, M.Eng.Sc) NIP. 19560326 198103 1 003 PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 ii
iii LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN PERBAIKAN PERSIMPANGAN PADA JALAN AKSES BANDARA KUALANAMU - SIMP. BATANG KUIS Studi Kasus Persimpangan Sebidang pada Jalan Akses Bandara Kuala Namu Simp. Batang Kuis TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat dalam Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Dikerjakan Oleh: BONAR LUMSA MUNGKUR NIM. 090424072 Dosen Pembimbing, Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng.Sc NIP. 19560326 198103 1 003 Penguji I, Penguji II, Ir. Indra Jaya Pandia, MT Ir. Joni Harianto NIP.19560618 198601 1 001NIP.19591110 198701 1 002 Mengesahkan: Koordinator, PPSE Departemen T. Sipil FT USU Ketua Departemen T. Sipil FT USU Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng.Sc Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan NIP. 19560326 198103 1 003 NIP. 19561224 198103 1 002 PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 iii
iv ABSTRAK Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandar udara yang terletak di Sumatera Utara, yang menggantikan Bandar Udara Internasional Polonia. Masalah yang terjadi saat ini, besarnya arus lalu lintas menuju Bandar Udara Internasional Kuala Namu yang diakibatkan jalan askes menuju Bandar Udara Internasional Kuala Namu hanya melalui jalan arteri akses non tol Medan Kuala Namu yang mengakibatkan pada persimpangan dengan Jalan Batang Kuis rentan terjadi kecelakaan akibat kendaraan yang melawan arus lalu lintas untuk memutar balik (dari arah Jalan Batang Kuis menuju Sp. Kayu Besar/Medan) sehingga persimpangan ini perlu dilakukan perencanaan perbaikan persimpangan pada Jalan Akses Bandara Kualanamu Simp. Batang Kuis. Pada perencanaan ini memfokuskan Perencanaan Perbaikan Persimpangan dalam hal tingkat kelancaran lalu lintas pada aspek desain perencanaan persimpangan sebidang dan kondisi penggunaan lahan sepanjang jalan yang akan dibangun, dalam hal ini persimpangan Jalan Akses Bandara Kuala Namu dengan Jalan Batang Kuis. Aspek yang akan dikaji adalah aspek keadaan geometrik persimpangan sebidang,keadaan intensitas aktivitas penduduk dan pola penggunaan lahan, volume lalu lintas, dan kecepatan rencana kendaraan. Kajian terhadap aspek di atas didasarkan pada hipotesa perencanaan. Kemudian pada perencanaan ini juga akan dikaji upaya yang akan dilakukan untuk mengurangi potensi resiko penurunan tingkat kelancaran lalu lintas Jalan Akses Bandara Kuala Namu. Data yang dikumpulkan adalah data-data lalu lintas di persimpangan sebidang jalan akses non tol Medan Kuala Namu dengan Jalan Batang Kuis dengan cara melakukan pengamatan secara langsung dan dilakukan survey pencacahan lalu lintas. Selain itu juga dengan mengumpulkan data dari Satker Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional (P2JN) Prov. Sumut, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I, Ditjen Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum. Data yang dikumpulkan adalah data LHR dan kondisi geometrik persimpangan kemudian dilakukan analisa perhitungan nilai Kapasitas (C), Waktu Hijau (g), dan Derajat Kejenuhan (DS) menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 untuk mengetahui kapasitas persimpangan tersebut. Dari hasil analisa kinerja lalu lintas di simpang jalan akses Bandara Kuala Namu dengan jalan Batang Kuis, maka diambil kesimpulan perbaikan persimpangan adalah dengan kanalisasi serta memakai APILL, karena untuk mengakomodir kendaraan yang menuju dan dari Jalan Batang Kuis (saat ini banyak kendaraan yang melawan arah untuk menuju dan dari Jalan Batang Kuis. Dari hasil perthitungan sinyal lalu lintas pada persimpangan Jalan Akses Bandara Kuala Namu dengan Jalan Batang Kuis maka di dapat waktu hijau untuk Jalan Batang Kuis adalah 19 detik, Jalan Akses Bandara Kuala Namu (menuju bandara) adalah 21 detik dan Jalan Akses Bandara Kuala Namu (menuju Sp. Kayu Besar/Medan) adalah 19 detik. Derajat kejenuhan yang didapat untuk 10 tahun kedepan dari perhitungan sinyal lalu lintas adalalah sebesar 0,787 untuk saat ini sebesar 0,586. Kondisi eksisting saat ini untuk kendaraan dari/menuju Jln. Batang Kuis harus melalui putaran balik jika menuju Bandara atau Kota Medan, sehingga banyak terjadi pelanggaran lalu lintas dengan melawan arah. Dengan diperbaikinya persimpangan ini dengan pembukaan median jalan dan pengaturan persimpangan dengan APILL dapat mengatur persimpangan dengan aman dan lancar. Selaian itu perbaikan iv
v simpang ini juga untuk mengakomodir pembangunan Jalan Lingkar Utara dan Selatan Kota Medan, sehingga sangat diperlukan perbaikan persimpangan ini. v
vi KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini dengan baik. Tugas akhir ini diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh ujian sarjana ekstension pada Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil. Adapun judul yang diajukan adalah Perencanaan Perbaikan Persimpangan pada Jalan Akses Bandara Kuala Namu Simp. Batang Kuis, yang merupakan Studi Kasus Persimpangan Sebidang pada Jalan Akses Bandara Kuala Namu Simp. Batang Kuis. Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan, serta dorongan moril, material, maupun spiritual dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Untuk itu dengan kerendahan hati dan rasa hormat penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: Bapak Prof. DR. Ing. Johannes Tarigan, selaku ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik. Bapak Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng.Sc, selaku Pembimbing sekaligus Koordinator PPE Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah menyediakan waktu dan kesempatan untuk mengarahkan, membimbing dan memberikan saran serta memperluas wawasan teknik transportasi hingga penyelesaian tugas akhir ini. Bapak Syahrizal, MT, selaku sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik. vi
vii Bapak dan Ibu staf pengajar yang telah membimbing dan mendidik sejak semester awal sampai berakhirnya masa studi pada Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik. Pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil. Teristimewa, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibunda tercinta Remelia Manurung atas seluruh bantuan, dukungan, do a dan pengorbanannya yang tidak terhingga kepada penulis selama ini. Seluruh sahabat-sahabat mahasiswa stambuk 09 ekstensi khususnya serta rekan-rekan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu selama penulisan tugas akhir ini. Penulis menyadari bahwa penulisan akhir ini masih jauh dari sempurna baik isi maupun penulisannya. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata penulis mengharapkan tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua yang membutuhkannya. Medan, Oktober 2016 Penulis BONAR LUMSA MUNGKUR 090424072 vii
viii DAFTAR ISI ABSTRAK.. iv KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR xi DAFTAR NOTASI.. xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.. 1 1.2. Perumusan Masalah... 3 1.3. Tujuan Perencanaan 3 1.4. Hipotesa Perencanaan. 3 1.5. Manfaat Perencanaan.. 4 1.6. Batasan Masalah. 4 1.7. Kerangka Perencanaan 5 BAB II DESAIN PERSIMPANGAN 2.1. Pertimbangan dalam Mendesain Persimpangan 9 2.2. Kondisi dan Karakteristik Lalu Lintas.. 12 2.3. Tujuan Pengaturan Simpang.. 15 2.4. Faktor yang Mempengaruhi Desain Persimpangan Sebidang... 17 2.5. Gerakan Lalu Lintas pada Persimpangan.. 17 2.6. Kapasitas Persimpangan... 22 2.7. Simpang Bersinyal. 23 viii
ix 2.8. Pengaturan Lalu Lintas pada Persimpangan. 25 2.9. Ruas Jalan dan Persimpangan...... 39 2.10. Metode Perhitungan dengan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI).... 46 2.11. Pertumbuhan Lalu Lintas. 61 2.12. Parameter Kelancaran dan Keselamatan Lalu Lintas... 62 BAB III METODOLOGI 3.1. Tahapan Persiapan.. 64 3.2. Tahapan Kerja Perencanaan 64 3.3. Metode Pengumpulan Data. 66 3.4. Analisa Perhitungan MKJI 1997. 67 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Existing (Weaving).. 68 4.2. Tahap Desain Persimpangan. 73 4.2.1. Kapasitas Persimpangan. 73 4.2.2. Perhitungan Derajat Kejenuhan, Panjang Antrian Dan Tundaan Eksisting 90 4.2.3. Perhitungan Derajat Kejenuhan, Panjang Antrian Dan Tundaan dengan Umur Rencana 10 Tahun. 102 4.3. Hasil Diskusi. 114 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan... 122 5.2. Saran.... 123 DAFTAR PUSTAKA.. 124 LAMPIRAN ix
x DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Nilai Normal Waktu Antar Hijau... 35 Tabel 2.2 Penentuan Tipe Pendekat. 36 Tabel 2.3 Kriteria Tingkat Pelayanan Pada Persimpangan Bersinyal 40 Tabel 2.4 Tipe Kendaraan.. 46 Tabel 2.5 Nilai Konversi Satuan Mobil Penumpang pada Simpang. 47 Tabel 2.6 Faktor Penyesuaian ukuran kota Fcs.. 48 Tabel 2.7 Faktor Penyesuaian Untuk tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan kendaraan tak bermotor ( Fsf).. 49 Tabel 2.8 Waktu Siklus yang Layak Untuk Simpang. 53 Tabel 4.1 Jenis dan Lokasi Survei Primer 68 Tabel 4.2 Kondisi Geometrik Simpang Akses Bandara Kuala Namu Batang. Kuis. 74 Tabel 4.3 Komposisi volume lalu lintas di Simpang Jalan Akses Bandara Kuala Namu (Eksisting) dalam volume kendaraan per jam 75 Tabel 4.4 Jarak Pandang Pendekat. 77 Tabel 4.5 Jarak Pandang pada Persimpangan. 78 Tabel 4.6 Jari-Jari Minimum dan Panjang Bagian Datar pada Persimpangan... 79 Tabel 4.7 Standar Potongan Melintang Persimpangan 80 Tabel 4.8 Lebar Lajur Belok... 81 Tabel 4.9 Sisi Samping dan Ujung Pulau (m). 85 Tabel 4.10Jari-Jari Ujung Pulau (m). 85 Tabel 4.11 Lebar kanal menurut jari-jari Lingkaran Luar dan Kendaraan x
xi Rencana 86 Tabel 4.12 Hasil Analisa pada Simpang Akses Kuala Namu Batang Kuis Eksisting (Formulir SIG). 96 Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Simpang Bersinyal Eksisting. 101 Tabel 4.14 Hasil Analisa pada Simpang Akses Kuala Namu Batang Kuis dengan Umur Rencana 10 Tahun (Formulir SIG). 108 Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Simpang Bersinyal untuk Umur Rencana 10 Tahun. 113 Tabel 4.16 Waktu Siklus yang Disyaratkan MKJI.. 113 xi
xii DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Flow chart kerangka perencanaan.... 7 Gambar 2.1 (a) Pengaturan simpang untuk berbagai volume (b) Tundaan dan kapasitas pada simpang... 16 Gambar 2.2 Tipe Dasar Gerakan Diverging. 18 Gambar 2.3 Tipe Dasar Gerakan Merging... 18 Gambar 2.4 Tipe Dasar Gerakan Weaving.. 19 Gambar 2.5 Tipe Dasar Gerakan Crossing... 19 Gambar 2.6 Konflik Lalu lintas pada persimpangan sebidang tak bersinyal... 21 Gambar 2.7 Konflik Lalu lintas pada persimpangan sebidang bersinyal.. 25 Gambar 2.8 Persimpangan tanpa Prioritas. 27 Gambar 2.9 Persimpangan dengan Prioritas.. 28 Gambar 2.10 Rambu Lalu Lintas untuk Simpang dengan Prioritas 28 Gambar 2.11 Persimpangan dengan Traffic Light 29 Gambar 2.12a Pengaturan Simpang dengan Dua Fase.... 37 Gambar 2.12b Pengaturan Simpang Tiga Fase dengan Late Cut-Off.. 37 Gambar 2.12c Pengaturan Simpang Tiga Fase dengan Early-Start. 37 Gambar 2.12d Pengaturan Simpang Tiga Fase dengan Pemisahan Belok Kanan. 38 Gambar 2.12e Pengaturan Simpang Empat Fase dengan Pemisahan Belok Kanan.. 38 Gambar 2.12f Pengaturan Simpang Empat Fase dengan Arus Berangkat dari Satu per satu Pendekat pada Saatnya Masing-masing 38 xii
xiii Gambar 2.13 Kelompok umum Simpang susun jalan bebas hambatan 45 Gambar 2.14 Lebar efektif ruas jalan ( We ). 50 Gambar 2.15 Faktor koreksi untuk kemiringan jalan ( Fg ). 50 Gambar 2.16 Faktor penyesuaian untuk pengaruh parkir ( Fp ).. 51 Gambar 2.17 Faktor penyesuaian untuk kendaraan belok kanan ( Frt ).. 51 Gambar 2.18 Faktor penyesuaian untuk kendaraan belok kiri ( Flt ).. 52 Gambar 2.19 Peluang Untuk Pembebanan Lebih (POL). 56 Gambar 2.20 Bagan Prosedur Perhitungan dengan MKJI 60 Gambar 4.1 Lokasi Survei. 68 Gambar 4.2 Kondisi Geometrik Simpang Jalan Akses Kuala Namu 74 Gambar 4.3 Desain Lebar Lajur Menerus Lurus 80 Gambar 4.4 Desain Sederhana Belok Kiri di Perkotaan 81 Gambar 4.5 Desain Belok Kiri dengan Kanalisasi dan Pulau 82 Gambar 4.6 Desain Lajur Belok Kanan. 83 Gambar 4.7 Marka Pendekat Untuk Pulau 83 Gambar 4.8 Pulau Jalan dengan terdapat Perlengkapan Jalan... 85 Gambar 4.9 Desain Kanal Belok Kiri. Gambar 4.10 Foto Eksisting Simpang Jalan Akses Bandara Kuala Namu Jalan Batang Kuis.. 114 Gambar 4.11 Gambar Rencana Persimpangan.. 115 xiii
xiv DAFTAR NOTASI NOTASI ISTILAH DEFENISI emp Ekivalen Mobil Penumpang Faktor dari berbagai tipe kendaraan sehubungan dengan keperluan waktu hijau untuk keluar dari antrian apabila dibandingkan dengan sebuah kendaraan ringan (untuk mobil penumpang dan kendaraan ringan ringan yang sasisnya sama, emp=1,0) smp Satuan Mobil Satuan arus lalu lintas dari berbagai tipe Penumpang kendaraan yang diubah menjadi kendaraan ringan (termasuk mobil penumpang) dengan menggunakan faktor emp Type O Arus berangkat terlawan Keberangkatan dengan konflik antara gerak belok kanan dan gerak lurus/belok kiri dari bagian pendekat dengan lampu hijau pada fase yang sama Type P Arus berangkat Keberangkatan tanpa konflik antara terlindung gerakan lalu lintas belok kanan dan lurus LT Belok kiri Indeks untuk lalu lintas belok kiri LTOR Belok kiri langsung Indeks untuk lalu lintas yang belok kiri ST Lurus Indeks untuk lalu lintas yang lurus RT Belok kanan Indeks untuk lalu lintas yang belok kekanan T Pembelokan Indeks untuk lalu lintas yang berbelok P RT Rasio belok kanan Rasio untuk lalu lintas yang belok kekanan Q Arus lalu lintas Jumlah arus lalu lintas yang melalui titik tak terganggu di hulu, pendekat per xiv
xv satuan waktu (sbg. Contoh: kebutuhan lalu lintas kend/jam;smp/jam) Q O Arus melawan Arus lalu lintas dalam pendekat yang berlawanan, yang berangkat dalam fase hijau yang sama Q RTO Arus melawan, belok Arus dari lalu lintas belok kanan dari kanan pendekat yang berlawanan (kend/jam; smp/jam) S Arus jenuh Besarnya keberangkatan antrian di dalam suatu pendekat selama kondisi yang ditentukan (smp/jam hijau) S O Arus jenuh dasar Besarnya keberangkatan antrian di dalam pendekat selama kondisi ideal (smp/jam hijau) DS Derajat kejenuhan Rasio dari arus lalu lintas terhadap kapasitas untuk suatu pendekat (Qxc/Sxg) FR Rasio arus Rasio arus terhadap arus jenuh (Q/S) dari suatu pendekat IFR Rasio arus Simpang Jumlah dari rasio arus kritis (=tertinggi) untuk semua fase sinyal yang berurutan dalam suatu siklus (IFR= (Q/S) CRIT ) PR Rasio fase Rasio arus kritis dibagi dengan rasio arus Simpang (sbg. Contoh: untuk fase I : PR = FR/IFR) C Kapasitas Arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan (sbg. Contoh, untuk bagian pendekat j: C j = S j xg j /c; kend/jam, smp/jam) F Faktor penyesuaian Faktor koreksi untuk penyesuaian dari nilai ideal ke nilai sebenarnya dari suatu variabel xv
xvi D Tundaan Waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melalui Simpang apabila dibandingkan lintasan tanpa melalui suatu simpang Tundaan terdiri dari Tundaan Lalu Lintas (DT) dan Tundaan Geometri (DG). DT adalah waktu menunggu yang disebabkan interaksi lalu lintas dengan gerakan lalu lintas yang bertentangan. DG adalah disebabkan oleh perlambatan dan percepatan kendaraan yang membelok disimpangan dan/atau yang terhenti oleh lampu merah QL Panjang antrian Panjang antrian kendaraan dalam suatu pendekat (m) NQ Antrian Jumlah kendaraan yang Antri dalam suatu pendekat (kend; smp) NS Angka henti Jumlah rata-rata berhenti per kendaraan (termasuk berhenti berulang-ulang dalam antrian) P SV Rasio kendaraan terhenti Rasio dari arus lalu lintas yang terpaksa berhenti sebelum melewati garis henti akibat pengendalian sinyal Pendekat Daerah dari suatu lengan persimpangan jalan untuk kendaraan mengantri sebelum keluar melewati garis henti. (Bila gerakan lalu lintas kemiringan atau kekanan dipisahkan dengan pulau lalu lintas, sebuah lengan persimpangan jalan dapat mempunyai dua pendekat) W A Lebar pendekat Lebar dari bagian pendekat yang diperkeras, diukur di bagian tersempit di xvi
xvii sebelah hulu (m) W MASUK Lebar masuk Lebar dari bagian pendekat yang diperkeras, diukur pada garis henti (m) W KELUAR Lebar keluar Lebar dari bagian pendekat yang diperkeras, yang digunakan oleh lalu lintas buangan setelah melewati persimpangan jalan (m) W e Lebar efektif Lebar dari bagian pendekat yang diperkeras, yang digunakan dalam perhitungan kapasitas (yaitu dengan pertimbangan terhadap W A, W MASUK dan W KELUAR dan gerakan lalu lintas membelok; m) L Jarak Panjang dari segmen jalan (m) GRAD Landai jalan Kemiringan dari suatu segmen jalan dalam arah perjalanan (+/-%) COM Komersial Tata guna lahan komersial (sbg. Contoh: toko, restoran, kantor) dengan jalan masuk langsung bagi pejalan kaki dan kendaraan RES Permukiman Tata guna lahan tempat tinggal dengan jalan masuk langsung bagi pejalan kaki dan kendaraan RA Akses terbatas Jalan masuk langsung terbatas atau tidak ada sama sekali (sbg. Contoh: karena adanya hambatan fisik, jalan samping dsb.) CS Ukuran kota Jumlah penduduk dalam suatu daerah perkotaan SF Hambatan samping Interaksi antara arus lalu lintas dan kegiatan di samping jalan yang menyebabkan pengurangan terhadap arus xvii
xviii jenuh di dalam pendekat I Fase Bagian dari siklus sinyal dengan lampu hijau disediakan bagi kombinasi tertentu dari gerakan lalu lintas (i=indeks untuk nomor fase) c Waktu siklus Waktu untuk urutan lengkap dari indikasi sinyal (sbg. Contoh: di antara dua saat permulaan hijau yang berurutan di dalam pendekat yang sama; det) g Waktu hijau Waktu nyala hijau dalam suatu pendekat (det.) g max Waktu hijau Waktu hijau maksimum yang diijinkan maksimum dalam suatu fase untuk kendali lalu lintas aktuasi kendaraan (det) g min Waktu hijau minimum Waktu hijau minimum yang diperlukan (sbg. Contoh: karena penyeberangan pejalan kaki, det) GR Rasio hijau Perbandingan antara waktu hijau dan waktu siklus dalam suatu pendekat (GR=g/c) ALL-RED Waktu merah semua Waktu dimana sinyal merah menyala bersamaan dalam pendekat-pendekat yang dilayani oleh dua fase sinyal yang berurutan (det) AMBER Waktu kuning Waktu dimana lampu kuning dinyalakan setelah hijau dalam sebuah pendekat (det) IG Antar hijau Periode kuning+merah semua antara dua fase sinyal yang berurutan (det) LTI Waktu hilang Jumlah semua periode antar hijau dalam siklus yang lengkap (det). Waktu hilang dapat juga diperoleh dari beda antara xviii
xix waktu siklus dengan jumlah waktu hijau dalam semua fase yang berurutan xix