BAB III TEMUAN PENELITIAN Pada bab ini akan disajikan deskripsi mengenai hubungan intensitas komunikasi dalam keluarga broken home, interaksi peer group, dan konsep diri remaja. Pada bab ini akan dijabarkan beberapa hal yaitu uji validitas, uji reliabilitas, identitas responden, dan penjelasan tentang hasil pengujian masing masing variabel dalam penelitian. Hasil penelitian dalam bab ini akan disajikan dalam bentuk grafik, tabel, serta interpretasi. 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 3.1.1 Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur apakah kuesioner yang digunakan valid atau tidak. Kuesioner dapat dikatakan valid jika pertanyaan-pertanyaan yang ada pada kuesioner tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur melalui kuesioner tersebut. Uji validitas dapat dilakukan dengan melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor item dengan total skor variabel, jika korelasi antara masing-masing indikator terhadap total skor variabel menunjukkan hasil yang signifikan, maka masing-masing indikator pertanyaan dinyatakan valid (Ghozali, 2011 : 54-55). Sebagai dasar pengambilan keputusan, terdapat acuan yang digunakan untuk membuat kesimpulan terhadap uji validitas yang dilakukan, yaitu: 1. Jika r hitung > r tabel, maka kuesioner dinyatakan valid 2. Jika r hitung < r tabel, maka kuesioner dinyatakan tidak valid Berikut ditampilkan hasil uji validitas : 1.1.1.1 Uji Validitas Variabel Intensitas Komunikasi Dalam Keluarga Broken Home Berikut ini hasil uji validitas variabel intensitas komunikasi dalam keluarga broken home melalui aplikasi SPSS.
Tabel 3.1 Uji Validitas Variabel Intensitas Komunikasi Dalam Keluarga Broken Home Berdasarkan tabel 3.1 diatas, diketahui bahwa korelasi antara masing-masing pertanyaan terhadap total skor variabel dalam penelitian menunjukkan hasil yang signifikan. Untuk mengetahui apakah masing-masing pertanyaan tersebut valid, maka kita harus membandingkan nilai r hitung dengan r tabel. Nilai r hitung dapat kita ketahui melalui hasil output aplikasi SPSS di atas, sedangkan nilai r tabel dapat diketahui melalui tabel disstribusi nilai r tabel dengan signifikansi 5 persen. Berdasarkan tabel distribusi nilai r tabel tersebut, dapat diketahui nilai r tabel untuk jumlah responden 30 dengan nilai signifikansi 5 persen adalah 0,296. Data tersebut disajikan dalam tabel 2.2 berikut :
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Variabel Intensitas Komunikasi Dalam Keluarga Broken Home Nama Item rxy rtabel Keterangan Pertanyaan 1 0,460 0,296 Valid Pertanyaan 2 0,531 0,296 Valid Pertanyaan 3 0,680 0,296 Valid Pertanyaan 4 0,422 0,296 Valid Pertanyaan 5 0,676 0,296 Valid Pertanyaan 6 0,526 0,296 Valid Pertanyaan 7 0,905 0,296 Valid Pertanyaan 8 0,578 0,296 Valid Pertanyaan 9 0,465 0,296 Valid Berdasarkan tabel 3.2 dapat diketahui bahwa r hitung > r tabel.sehingga, dapat disimpulkan bahwa masing-masing pertanyaan variabel intensitas komunikasi dalam keluarga broken home dinyatakan valid. 1.1.1.2 Uji Validitas Variabel Interaksi Peer Group aplikasi SPSS. Berikut ini hasil uji validitas variabel interaksi peer group yang dilakukan melalui
Tabel 3.3 Uji Validitas Variabel Interaksi Peer Group Berdasarkan tabel 3.3 diatas, diketahui bahwa korelasi antara masing-masing pertanyaan terhadap total skor variabel dalam penelitian menunjukkan hasil yang signifikan. Untuk mengetahui apakah masing - masing pertanyaan tersebut valid, maka kita harus membandingkan nilai r hitung dengan r tabel. Nilai r hitung dapat kita ketahui melalui hasil output aplikasi SPSS di atas, sedangkan nilai r tabel dapat diketahui melalui tabel distribusi nilai r tabel dengan signifikansi 5 persen. Berdasarkan tabel distribusi nilai r tabel tersebut, dapat diketahui nilai r tabel untuk jumlah responden 30 dengan nilai signifikansi 5 persen adalah 0,296. Data tersebut disajikan dalam tabel 2.4 berikut :
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Variabel Interaksi Peer Group Nama Item rxy rtabel Keterangan Pertanyaan 10 0,752 0,296 Valid Pertanyaan 11 0,801 0,296 Valid Pertanyaan 12 0,701 0,296 Valid Pertanyaan 13 0,769 0,296 Valid Pertanyaan 14 0,671 0,296 Valid Pertanyaan 15 0,680 0,296 Valid Pertanyaan 16 0,472 0,296 Valid Pertanyaan 17 0,498 0,296 Valid Pertanyaan 18 0,589 0,296 Valid Pertanyaan 19 0,480 0,296 Valid Berdasarkan tabel 3.4 dapat diketahui bahwa r hitung > r tabel.sehingga, dapat disimpulkan bahwa masing-masing pertanyaan variabel Interaksi Peer Group dinyatakan valid. 1.1.1.3 Uji Validitas Variabel Konsep Diri Remaja aplikasi SPSS. Berikut ini hasil uji validitas variabel konsep diri remaja yang dilakukan melalui
Tabel 3.5 Uji Validitas Variabel Konsep Diri Remaja Berdasarkan tabel 3.5 diatas, diketahui bahwa korelasi antara masing-masing pertanyaan terhadap total skor variabel dalam penelitian menunjukkan hasil yang signifikan. Untuk mengetahui apakah masing - masing pertanyaan tersebut valid, maka kita harus membandingkan nilai r hitung dengan r tabel. Nilai r hitung dapat kita ketahui melalui hasil output aplikasi SPSS di atas, sedangkan nilai r tabel dapat diketahui melalui tabel distribusi nilai r tabel dengan signifikansi 5 persen. Berdasarkan tabel distribusi nilai r tabel tersebut, dapat diketahui nilai r tabel untuk jumlah responden 30 dengan nilai signifikansi 5 persen adalah 0,296. Data tersebut disajikan dalam tabel 2.6 berikut :
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Variabel Konsep Diri Remaja Nama Item rxy rtabel Keterangan Pertanyaan 20 0,544 0,296 Valid Pertanyaan 21 0,768 0,296 Valid Pertanyaan 22 0,571 0,296 Valid Pertanyaan 23 0,706 0,296 Valid Pertanyaan 24 0,811 0,296 Valid Pertanyaan 25 0,677 0,296 Valid Pertanyaan 26 0,641 0,296 Valid Pertanyaan 27 0,602 0,296 Valid Pertanyaan 28 0,793 0,296 Valid Berdasarkan tabel 3.6 dapat diketahui bahwa r hitung > r tabel.sehingga, dapat disimpulkan bahwa masing-masing pertanyaan variabel konsep diri remaja dinyatakan valid. 1.1.2 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur apakah kuesioner yang digunakan reliable atau tidak.kuesioner dikatakan reliable jika jawaban responden dari waktu ke waktu terhadap pertanyaan dalam kuesioner tersebut konsisten.uji reliabilitas dapat dilakukan dengan uji statistik.cronbach Alpha (a). Jika Cronbach Alpha (a) menunjukkan angka > 0,60 maka variabel dalam kuesioner dinyatakan reliable (Ghozali, 2009:45-46). Berikut ini ditampilkan hasil uji reliabilitas:
1.1.2.1 Uji Reliabilitas Variabel Intensitas Komunikasi Dalam Keluarga Broken Home Berikut ini hasil uji reliabilitas variabel intensitas komunikasi dalam keluarga broken home menggunakan aplikasi SPSS. Tabel 3.7 Uji Reliabilitas Intensitas Komunikasi Dalam Keluarga Broken Home Berdasarkan tabel 3.7 diatas, diketahui bahwa nilai Cronbach Alpha (a) variabel intensitas komunikasi dalam keluarga broken home sebesar 0,737. Berdasarkan ketentuan yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka 0.737>0,060.Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang mewakili variabel intensitas komunikasi dalam keluarga dinyatakan reliable. 1.1.2.2 Uji Reliabilitas Variabel Interaksi Peer Group Berikut ini hasil uji reliabilitas variabel interaksi peer group melalui aplikasi SPSS. Tabel 3.8 Uji Reliabilitas Interaksi Peer Group
Berdasarkan tabel 3.8 diatas, diketahui bahwa nilai Cronbach Alpha (a) variabel interaksi peer group sebesar 0,848. Berdasarkan ketentuan yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka 0,848> 0,60. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang mewakili variabel interaksi peer group dinyatakan reliable. 1.1.2.3 Uji Reliabilitas Variabel Konsep Diri Remaja Berikut ini hasil uji reliabilitas variabel konsep diri remaja melalui aplikasi SPSS. Tabel 2.9 Uji Reliabilitas Konsep Diri Remaja Berdasarkan tabel 2.9 diatas, diketahui bahwa nilai Cronbach Alpha (a) variabel interaksi peer group sebesar 0,855. Berdasarkan ketentuan yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka0,855> 0,60. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang mewakili variabel interaksi peer group dinyatakan reliable. Setelah kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data dinyatakan valid dan reliable, maka selanjutnya dapat dilakukan pencarian data di lapangan. Berikut uraian hasil penemuan data yang peneliti dapatkan:
1.2 Hasil Penelitian 1.2.1 Identitas Responden Dalam penelitian kriteria responden yang menjadi sampel yaitu remaja usia 17-23 tahun yang berdomisili di Semarang, serta memiliki latar belakang keluarga broken home. Keseluruhan responden berjumlah 30 orang. Jenis kelamin dan usia responden dijelaskan dalam grafik di bawah ini. Identitas responden dalam penelitian ini dijabarkan pada grafik berikut : Grafik 3.1 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 30% 70% Grafik 3.2 Usia Responden 17% 10% 10% 13% 17 tahun 18 tahun 19 tahun 17% 10% 10% 13% 20 tahun 21 tahun 22 tahun 23 tahun 24 tahun
1.2.2 Intensitas Komunikasi Dalam Keluarga Broken Home Intensitas komunikasi dalam keluarga broken home diukur melalui beberapa indikator yang diturunkan ke dalam beberapa pertanyaan. Beberapa indikator tersebut adalah: frekuensi berkomunikasi, durasi berkomunikasi, tingkat keluasan pesan, tingkat kedalaman pesan, dan keteraturan dalam berkomunikasi. Berikut ini penjelasan lebih rinci untuk setiap pertanyaan: 3.2.2.2 Frekuensi Berkomunikasi Indikator intensitas komunikasi dalam keluarga broken home yang pertama adalah frekuensi berkomunikasi antara orang tua dengan anak. indikator ini digunakan untuk mengetahui seberapa sering orang tua dan anak bertemu serta berkomunikasi pada keluarga yang broken home. Untuk mengetahu frekuensi berkomunikasi, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan. Berikut ini hasil penelitian yang telah peneliti dapatkan: Grafik 3.3 Seberapa sering bertemu (percakapan langsung) dengan orang tua 27% 23% 23% 27% Setiap hari Hampir setiap hari Seminggu dua kali Seminggu sekali
Selain berkomunikasi secara langsung, berkomunikasi melalui media seperti telepon genggam atau handpone juga menjadi alternatif berkomunikasi secara efektif ditengah tengah kesibukan pekerjaan orang tua, maupun kegiatan kegiatan remaja, dalam keluarga broken home, salah satu orang tua akan tinggal terpisah dengan anak. Namun melalui komunikasi dengan telepon genggam dapat memudahkan komunikasi antara orang tua dan anak tersebut. Berikut ini adalah hasil temuan seberapa sering responden berkomunikasi melalui media seperti telepon ataupun telepon genggam dengan orang tua : Grafik 3.4 Seberapa sering berkomunikasi dengan orang tua via sms/telepon/bbm/line/whatsapp/dll 3% 10% 53% 34% Sangat sering Sering Jarang Tidak pernah
3.2.2.3 Durasi berkomunikasi Durasi berkomunikasi merupakan lamanya komunikasi yang dilakukan orang tua dan anak dalam keluarga broken home.indikator ini digunakan untuk mengetahui seberapa lama komunikasi yang dilakukan antara orang tua dan anak dalam keluarga broken home. Untuk mengetahui durasi berkomunikasi dalam keluarga broken home, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan. Hasil penelitian yang peneliti dapatkan sebagai berikut: Grafik 3.5 Lama percakapan langsung 13% 23% 44% 20% >5jam 3-4jam 1-2jam Sekitar setengah jam
Berikut ini adalah hasil temuan responden dari seberapa lama responden berkomunikasi dengan orang tua melalui media sosial: Grafik 3.6 Lama berkomunikasi via sms/telepon/bbm/line/whatsapp/dll 40% 10% 33% 17% >5jam 3-4jam 1-2jam Sekitar setengah jam
3.2.2.3 Tingkat keluasan pesan Tingkat keluasan pesan merupakan ragam pilihan topik saat berkomunikasi antara orang tua dan anak dalam keluarga broken home.indikator ini digunakan untuk mengetahui seberapa luas pesan dalam komunikasi yang dilakukan antara orang tua dan anak dalam keluarga broken home.komunikasi dalam keluarga yang efektif ditandai dengan adanya keterbukaan antara orang tua dan anak.keterbukaan tersebut dapat dilihat melalui seberapa luasnya pesan yang dipertukarkan dalam komunikasi yang dilakukan antar anggota keluarga.untuk mengetahui tingkat keluasan pesan, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan. Berikut hasil penelitian yang peneliti dapatkan: Grafik 3.7 Membahas topik yang bersifat pribadi 10% 23% 57% 10% Sangat sering Sering Jarang Tidak Pernah
Grafik 3.8 Orang tua mendiskusikan mengenai self ideal remaja 53% 13% 7% 27% Sangat sering Sering Jarang Tidak pernah
3.2.2.4 Tingkat Kedalaman Pesan Indikator intensitas komunikasi dalam keluarga yang selanjutnya adalah tingkat kedalaman pesan yang ditunjukkan melalui frekuensi keterbukaan anak saat berkomunikasi dengan orang tua dalam keluarga broken home. Komunikasi dalam keluarga yang efektif ditandai dengan keterbukaan antara orang tua dan anak, Selain melalui keluasan pesan, keterbukaan juga dapat melalui kedalaman pesan saat bekomunikasi antar anggota keluarga. Berikut hasil penelitian yang telah peneliti dapatkan: Grafik 3.9 Jujur menceritakan perasaan dan masalah yang sedang dialami 3% 20% 57% 20% Sangat sering Sering Jarang Tidak pernah
3.2.2.5 Keteraturan Berkomunikasi Indikator intensitas komunikasi dalam keluarga yang terakhir adalah keteraturan berkomunikasi.keteraturan berkomunikasi dalam keluarga ditunjukkan dengan ada atau tidaknya rutinitas dalam berkomunikasi antara orang tua dan remaja. Berikut adalah hasil penelitian yang peneliti dapatkan: Grafik 3.10 Menghabiskan waktu dengan orang tua saat weekend 23% 44% 20% 13% Sangat sering Sering Jarang Tidak pernah
Selain dengan menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan orang tua saat weekend, dalam suatu keluarga biasanya memiliki jadwal rutin yang ditentukan dalam waktu tertentu dan digunakan untuk berkumpul dan berbincang bincang antara anggota keluarga.berikut ini adalah temuan penelitian yang menyatakan setuju atau tidak setujunya responden tentang pernyataan bahwa mereka memiliki jadwal rutin untuk bertemu dan berbincang dengan orang tua. Grafik 3.11 Memiliki jadwal rutin bertemu dan berbincang dengan orang tua 7% 13% 30% 50% Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
3.2.2.6 Kategorisasi Variasi Nilai Variabel Intensitas Komunikasi dalam Keluarga Broken Home Setelah menguraikan temuan data responden mengenai variabel intensitas komunikasi dalam keluarga broken home, akan diketahui variasi nilai dari jawaban responden akan dibagi menjadi dua kelas, yaitu rendah dan tinggi. Terdapat 9 pertanyaan yang mewakili variabel intensitas komunikasi dalam keluarga broken home (X1). Pertanyaan-pertanyaan tersebut memiliki skor 1 sampai 4. Sehingga, pengelompokkan skala intensitas komunikasi dalam keluarga broken home diperoleh dengan langkah berikut ini : I = max min I = R+1 K K Keterangan : I max min K : Interval Kelas : Skor Tertinggi : Skor Terendah : Kelas Perhitungannya adalah sebagai berikut : Jumlah Kelas X1 = 2 Skor Tertinggi = 32 Skor Terendah = 13 I = 32 13 2 = 10
Dari hasil perhitungan tersebut, maka interval kelasnya tampak sebagai berikut: Interval Indikator 13 22 Rendah 23 32 Tinggi Berdasarkan kategorisasi intensitas komunikasi dalam keluarga broken home seperti perhitungan yang telah dilakukan, maka dihasilkan grafik berikut ini: Grafik 3.12 Intensitas komunikasi dalam keluarga broken home 40% 60% Rendah Tinggi Berdasarkan Grafik 3.12 diatas, diketahui bahwa intensitas komunikasi dalam keluarga broken home rendah.hal ini ditunjukkan dengan banyaknya responden yang memiliki frekuensi dan durasi rendah saat berkomunikasi dengan orang tua mereka.responden juga jarang menceritakan masalah dan perasaan serta membahas topik yang bersifat pribadi dengan orang tua mereka.
3.2.3 Interaksi Peer Group Interaksi peer group diukur melalui beberapa indikator diantaranya adalah: frekuensi komunikasi, interaksi, keteraturan, tingkat kedalaman pesan, dan tanggapan yang diberikan oleh teman sebaya. Indikator-indikator tersebut akan diturunkan ke dalam beberapa pertanyaan. Berikut adalah penjelasan yang lebih rinci untuk setiap pertanyaan: 3.2.3.1 Frekuensi Komunikasi Indikator interaksi peer group yang pertama adalah frekuensi komunikasi. Indikator ini digunakan untuk mengetahui seberapa sering anak dan teman sebaya bertemu dan berkomunikasi. Grafik 3.13 Seberapa sering bertemu (percakapan langsung) dengan peer group 18% 7% 21% Sangat sering Sering 54% Jarang Tidak pernah
Grafik 3.14 Berkomunikasi dengan peer group via sms/telepon/bbm/line/whatsapp/ 24% 14% 38% Sangat sering Sering Jarang 24% Tidak pernah
3.2.3.2 Interaksi Indikator interaksi diukur dari durasi atau lamanya remaja berinteraksi atau berkomunikasi dengan peer group. indikator ini digunakan untuk mengukur seberapa lama remaja berinteraksi dengan peer group. Grafik 3.15 Lama percakapan langsung 30% 10% 30% 30% >5jam 3-4jam 1-2jam Sekitar setengah jam
Grafik 3.16 Lama percakapan via sms/telepon/bbm/line/whatsapp/dll 35% 11% 23% 31% >5jam 3-4jam 1-2jam Sekitar setengah jam
3.2.3.3 Keteraturan Indikator interaksi peer group yang selanjutnya adalah keteraturan dalam berkomunikasi. Indikator ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya rutinitas interaksi dengan peer group. Grafik 3.17 Seberapa sering menghabiskan waktu dengan peer group diluar urusan sekolah/perkuliahan/pekerjaan 7% 10% 47% 36% Sangat sering Sering Jarang Tidak pernah
Grafik 3.18 Memiliki jadwal rutin bertemu dan berbincang dengan peer group 3% 13% 47% 37% Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
3.2.3.4 Kedalaman Pesan Tingkat kedalaman pesan yang dipertukarkan menunjukkan tingkat keterbukaan antara remaja dengan peer group dalam berkomunikasi. Grafik 3.19 Membicarakan topik yang bersifat pribadi 7% 3% 43% 47% Sangat sering Sering Jarang Tidak pernah
Grafik 3.20 Sering jujur menceritakan perasaan atau masalah yang sedang dialami 3% 13% 53% 31% Sangat sering Sering Jarang Tidak pernah
3.2.3.5 Tanggapan Salah satu peran dari peer group adalah memberikan tanggapan.tanggapan atau response merupakan indikator untuk mengukur seberapa sering remaja menerima tanggapan dari peer group. Tanggapan tersebut dapat berupa kritik maupun pujian. Grafik 3.21 Seberapa sering remaja menerima kritik 20% 7% 33% 40% Sangat sering Sering Jarang Tidak pernah.
Grafik 3.22 Seberapa sering remaja menerima pujian 3% 0% 43% 54% Sangat sering Sering Jarang Tidak pernah
3.2.3.6 Kategorisasi Variasi Nilai Variabel Interaksi Peer Group Terdapat 10 pertanyaan yang mewakili variabel interaksi peer group (X2), dimana skor setiap pertanyaan memiliki skala skor 1 sampai 4. Variasi nilai dari jawaban responden dibagi menjadi dua kelas, yaitu rendah dan tinggi.sehingga, pengelompokkan skala interaksi peer group diperoleh dengan langkah sebagai berikut : I = max min I = R+1 KK Keterangan : I max min K : Interval Kelas : Skor Tertinggi : Skor Terendah : Kelas Perhitungannya adalah sebagai berikut : Jumlah Kelas X1 = 2 Skor Tertinggi = 38 Skor Terendah = 16 I = 38 16 2 = 12
Dari hasil perhitungan tersebut, maka interval kelasnya tampak sebagai berikut: Interval Indikator 16 27 Rendah 28 38 Tinggi Berdasarkan kategorisasi interaksi peer group seperti perhitungan yang telah dilakukan, maka dihasilkan grafik berikut ini: Grafik 3.23 Interaksi Peer Group 37% 63% Rendah Tinggi Berdasarkan Grafik 3.23 diatas, diketahui bahwa interaksi peer group termasuk interaksi yang rendah. Hal ini ditunjukan dengan jarangnya responden menghabiskan waktu dengan peer group diluar urusan sekolah/perkuliahan/pekerjaan, sebagian besar responden juga tidak memiliki jadwal rutin untuk bertemu dan berbincang dengan peer group mereka. Lebih dari setengah responden tidak setuju untuk selalu jujur menceritakan masalah yang sedang ia alami kepada peer group. Hal ini menunjukkan tidak adanya keterbukaan antara responden dengan peer group.
3.2.4 Konsep Diri Remaja Konsep diri adalah pandangan dan perasaan seseorang tentang dirinya sendiri. Pandangan tersebut dapat dilihat dari sisi negatif maupun positif seseorang. Sehingga dalam penelitian ini peneliti mengukur variabel konsep diri dengan indikator negatif dan indikator positif. 3.2.4.1 Negatif Indikator negatif mencakup dari tidak menyukai dirinya sendiri, penolakan terhadap kritik, merasa tidak mampu mengurus dirinya sendiri, berpendapat negatif tentang diri sendiri, sulit untuk patuh terhadap norma dan aturan yang berlaku, dan mudah pesimis. Grafik 3.24 Saya bukanlah orang seperti yang sebenarnya saya inginkan 3% 13% 40% 44% Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
Grafik 3.25 Saya bukanlah orang yang baik 10% 3% 33% 54% Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju.
Grafik 3.26 Saya sulit untuk patuh dengan norma/aturan yang berlaku 9% 9% 44% 38% Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
Grafik 3.27 Saya melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang 13% 3% 36% 48% Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
Grafik 3.28 Saya mencoba lari dari masalah-masalah saya 17% 17% 36% 30% Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
3.2.4.2 Positif Indikator positif mencakup dari dapat menerima kesalahan, merasa mampu mengurus dirinya, menyukai dan bangga terhadap diri sendiri. Grafik 3.29 Saya dapat menerima kesalahan saya tanpa merasa sakit hati atau marah 7% 3% 47% 43% Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
Grafik 3.30 Saya mampu mengurus dan mengatasi diri saya sendiri dalam keadaan apapun 7% 10% 40% 43% Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
Grafik 3.31 Saya seharusnya tidak sering berbohong 10% 13% 23% Sangat setuju Setuju Tidak setuju 54% Sangat tidak setuju
Grafik 3.32 Saya orang yang menarik 10% 10% 57% 23% Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
3.2.4.3 Kategorisasi Variasi Nilai Variabel Konsep Diri Remaja Pada variabel konsep diri terdapat 9 pertanyaan yang mewakili variabel konsep diri remaja (Y).Pertanyaan-pertanyaan tersebut memiliki skor 1 sampai 4.Variasi nilai dari jawaban responden yang dibagi menjadi dua kelas yaitu positif dan negatif.sehingga, pengelompokkan skala konsep diri remaja, diperoleh dengan langkah berikut ini : I = max min I = R+1 KK Keterangan : I max min K : Interval Kelas : Skor Tertinggi : Skor Terendah : Kelas Perhitungannya adalah sebagai berikut : Jumlah Kelas X1 = 2 Skor Tertinggi = 30 Skor Terendah = 13 I = 30 13 2 = 9 Dari hasil perhitungan tersebut, maka interval kelasnya tampak sebagai berikut:
Interval Indikator 22 30 Positif 13 21 Negatif Berdasarkan kategorisasi konsep diri remaja seperti perhitungan yang telah dilakukan, maka dihasilkan grafik berikut ini: Grafik 3.33 Konsep Diri Remaja 45% 55% Negatif Positif Berdasarkan Grafik 3.33 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki konsep diri yang negatif. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar responden tidak menyukai dirinya apa adanya dengan setuju bahwa dirinya merupakan orang yang bukan sebenarnya mereka inginkan. Kebanyakan responden juga merasa bahwa mereka bukanlah orang yang baik, serta mereka tidak mampu mengurus dirinya sendiri.lebih dari setengah responden juga melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang dan mencoba lari dari masalah-masalah yang sedang mereka hadapi. Hal ini menunjukkan kurang adanya rasa percaya diri dan tanggung jawab dari responden sehingga mereka cenderung memiliki konsep diri yang negative.
3.2.5 Tabulasi Silang Tabulasi silang atau Tabel silang menjelaskan dua atau lebih variabel secara bersamaan dan hasil dalam tabel mencerminkan distribusi gabungan dua atau lebih variabel yang mempunyai kategori terbatas atau nilai yang berbeda untuk memperhatikan keterkaitan antar variabel. 3.2.5.1 Hubungan Intensitas Komunikasi Dalam Keluarga Broken Home dan Dan Konsep Diri Remaja Tabel kategorisasi variabel intensitas komunikasi dalam keluarga broken home dihubungkan dengan tabel kategorisasi variabel konsep diri remaja. Hubungan tersebut dapat dilihat dari hasil tabulasi silang atau crosstab antara intensitas komunikasi dalam keluarga broken home dan konsep diri remaja yang ditunjukkan pada tabel berikut ini : Tabel 3.10 Tabulasi Silang Intensitas Komunikasi dalam Keluarga Broken Home dan Konsep Diri Remaja Berdasarkan tabel crosstab atau tabulasi silang dengan menggunakan aplikasi SPSS diatas dapat dilihat bahwa dari 63,3% responden yang memiliki intensitas komunikasi dalam keluarga yang rendah, 43,3% responden diantaranya memiliki konsep diri yang negatif, sedangkan hanya 20% responden saja yang memiliki konsep diri positif. Selanjutnya, dapat kita lihat bahwa dari 36,7% responden yang memiliki intensitas komunikasi dalam keluarga yang
tinggi, hanya 10% responden saja yang memiliki konsep diri negatif. Sedangkan, 26,7% responden memiliki konsep diri positif. Berdasarkan tabel silang antara variabel intensitas komunikasi dalam keluarga broken home dan konsep diri remaja tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat kecenderungan hubungan yang searah antara variabel intensitas komunikasi dalam keluarga broken home dan konsep diri remaja. 3.2.5.2 Hubungan Interaksi Peer Group dan Dan Konsep Diri Remaja Tabel kategorisasi variabel interaksi peer group dan variabel konsep diri remaja. hubungan kedua variabel tersebut dapat dilihat dari hasil tabulasi silang atau crosstab antara interaksi peer group dan konsep diri remaja yang ditunjukkan pada tabel berikut ini : Tabel 3.11 Tabulasi Silang Interaksi Peer Group dan Konsep Diri Remaja Berdasarkan tabel crosstab atau tabulasi silang dengan menggunakan aplikasi SPSS diatas dapat dilihat bahwa dari 63,3% responden yang memiliki interaksi peer group rendah, sebagian besar responden yaitu sebesar 40% responden memiliki konsep diri negatif dan hanya sebagian kecil saja yang memiliki konsep diri positif yaitu sebesar 23,3%. Sedangkan, dapat kita lihat bahwa dari 36,7% responden yang memiliki interaksi peer group yang tinggi, hanya sebagian kecil saja yaitu 13,3% responden yang memiliki konsep diri negatif dan sebagian besar responden yaitu sebesar 23,3% responden memiliki konsep diri positif.
Berdasarkan tabel silang antara variabel interaksi peer group dan konsep diri remaja tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat kecenderungan hubungan yang searah antara variabel interaksi peer group dan konsep diri remaja. Berdasarkan tabel silang antara variabel interaksi peer group dan konsep diri remaja tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat kecenderungan hubungan yang searah antara variabel interaksi peer group dan konsep diri remaja.