BAB III TEMUAN PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
Total 202 orang 100 %

: Item dan Norma Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert. Introvert 1b, 2a, 3a, 4a, 5a, 6b, 7b, 8b.

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pertanyaan pertanyaan pada kuesioner tersebut. Uji tersebut dilakukan pada

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB III PENYAJIAN DATA. 2 Klaten. Try Out ini dimaksud untuk mengetahui adanya item-item yang. tidak memenuhi validitas dan realibilitas.

BAB III METODE PENELITIAN

Hubungan Antara Intensitas Komunikasi Dalam Keluarga Broken Home dan Interaksi Peer Group dengan Konsep Diri Remaja. Skripsi

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek

III. METODE PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian non-eksperimental dan bersifat deskriptif. Data diambil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. responden disetiap rangkap kuesioner yang terdiri dari :

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. variabel independent dan variabel (Notoatmodjo, 2003). Puskesmas Gubug pada tanggal Agustus 2010.

DAFTAR ISI ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN/SKEMA... DAFTAR LAMPIRAN Latar Belakang Masalah... 1

BAB III PENYAJIAN DATA


ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah penelitian non eksperimental, yaitu penelitian yang

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN. Pada bab ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh iklim komunikasi organisasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:119) mengemukakan bahwa metode komparatif atau ex post facto

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab IV Analisis dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Penelitian. melakukan uji coba (try out) kepada mahasiswa Psikologi Universitas Islam Riau

III. METODE PENELITIAN

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan dua variabel yang diteliti, yaitu variabel

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data pada penelitian tentang Faktor-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB III METODE PENELITIAN. dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. pegawai BPBD Semarang yang berjumlah 56 orang. Untuk mendapatkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

Kelurahan Bendan Duwur terdapat 40 pertanyaan yang masing-masing. pertanyaan memiliki empat alternatif jawaban, yaitu:

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat penelitian berlangsung. Terdapat 3 karakteristik responden yang. Tabel 5.1

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan

BAB IV HASIL PENELITIAN. hasil perhitungan distribusi frekuensi yang telah dilakukan. Tabel 4.1 Demografi Responden. Demografi Jumlah %

LAMPIRAN. Lampiran 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang diperoleh

BAB III TEMUAN PENELITIAN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 10 Maret 2012 dengan memberi sejumlah pertanyaan atau kuisioner kepada

Bab III METODE. analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang strategis bagi pendidikan karena jauh dari kebisingan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Didalam suatu penelitian, obyek penelitian merupakan hal yang sangat penting

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lingkungan Keluarga dengan Perilaku Empati siswa kelas X SMA Negeri 1 Tibawa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (remaja). Instagram sekarang banyak sekali bermunculan akun-akun yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PROBLEM SOLVING STATISTIKA LANJUT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN SURAT PERSETUJUAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi korelasi (correlation

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN...

Pembahasan. 4.1 Uji Validitas

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR BAGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan

BAB II ORIENTASI TUJUAN DAN NILAI TUGAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berikut ini akan dijelaskan batasan variabel penelitian dan indikatornya, seperti dalam Tabel. 1, berikut ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2003). Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional,

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL. LEMBAR PENGESAHAN.. KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL. 1.1 Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah..

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 1) Variabel Terikat (Dependent): Konflik Kerja (Y)

BAB IV ANALISIS DATA. dengan menggunakan bantuan program SPSS, sebagaimana telah diketahui

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN. Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. PERNYATAAN i ABSTRAK. ii KATA PENGANTAR. iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI. viii

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. bebas terhadap variabel terikat, maka dalam hal ini penulis menggunakan metode

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Subyek yang dipilih adalah remaja panti asuhan Akhiruz zaman Bekasi dengan kriteria

Transkripsi:

BAB III TEMUAN PENELITIAN Pada bab ini akan disajikan deskripsi mengenai hubungan intensitas komunikasi dalam keluarga broken home, interaksi peer group, dan konsep diri remaja. Pada bab ini akan dijabarkan beberapa hal yaitu uji validitas, uji reliabilitas, identitas responden, dan penjelasan tentang hasil pengujian masing masing variabel dalam penelitian. Hasil penelitian dalam bab ini akan disajikan dalam bentuk grafik, tabel, serta interpretasi. 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 3.1.1 Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur apakah kuesioner yang digunakan valid atau tidak. Kuesioner dapat dikatakan valid jika pertanyaan-pertanyaan yang ada pada kuesioner tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur melalui kuesioner tersebut. Uji validitas dapat dilakukan dengan melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor item dengan total skor variabel, jika korelasi antara masing-masing indikator terhadap total skor variabel menunjukkan hasil yang signifikan, maka masing-masing indikator pertanyaan dinyatakan valid (Ghozali, 2011 : 54-55). Sebagai dasar pengambilan keputusan, terdapat acuan yang digunakan untuk membuat kesimpulan terhadap uji validitas yang dilakukan, yaitu: 1. Jika r hitung > r tabel, maka kuesioner dinyatakan valid 2. Jika r hitung < r tabel, maka kuesioner dinyatakan tidak valid Berikut ditampilkan hasil uji validitas : 1.1.1.1 Uji Validitas Variabel Intensitas Komunikasi Dalam Keluarga Broken Home Berikut ini hasil uji validitas variabel intensitas komunikasi dalam keluarga broken home melalui aplikasi SPSS.

Tabel 3.1 Uji Validitas Variabel Intensitas Komunikasi Dalam Keluarga Broken Home Berdasarkan tabel 3.1 diatas, diketahui bahwa korelasi antara masing-masing pertanyaan terhadap total skor variabel dalam penelitian menunjukkan hasil yang signifikan. Untuk mengetahui apakah masing-masing pertanyaan tersebut valid, maka kita harus membandingkan nilai r hitung dengan r tabel. Nilai r hitung dapat kita ketahui melalui hasil output aplikasi SPSS di atas, sedangkan nilai r tabel dapat diketahui melalui tabel disstribusi nilai r tabel dengan signifikansi 5 persen. Berdasarkan tabel distribusi nilai r tabel tersebut, dapat diketahui nilai r tabel untuk jumlah responden 30 dengan nilai signifikansi 5 persen adalah 0,296. Data tersebut disajikan dalam tabel 2.2 berikut :

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Variabel Intensitas Komunikasi Dalam Keluarga Broken Home Nama Item rxy rtabel Keterangan Pertanyaan 1 0,460 0,296 Valid Pertanyaan 2 0,531 0,296 Valid Pertanyaan 3 0,680 0,296 Valid Pertanyaan 4 0,422 0,296 Valid Pertanyaan 5 0,676 0,296 Valid Pertanyaan 6 0,526 0,296 Valid Pertanyaan 7 0,905 0,296 Valid Pertanyaan 8 0,578 0,296 Valid Pertanyaan 9 0,465 0,296 Valid Berdasarkan tabel 3.2 dapat diketahui bahwa r hitung > r tabel.sehingga, dapat disimpulkan bahwa masing-masing pertanyaan variabel intensitas komunikasi dalam keluarga broken home dinyatakan valid. 1.1.1.2 Uji Validitas Variabel Interaksi Peer Group aplikasi SPSS. Berikut ini hasil uji validitas variabel interaksi peer group yang dilakukan melalui

Tabel 3.3 Uji Validitas Variabel Interaksi Peer Group Berdasarkan tabel 3.3 diatas, diketahui bahwa korelasi antara masing-masing pertanyaan terhadap total skor variabel dalam penelitian menunjukkan hasil yang signifikan. Untuk mengetahui apakah masing - masing pertanyaan tersebut valid, maka kita harus membandingkan nilai r hitung dengan r tabel. Nilai r hitung dapat kita ketahui melalui hasil output aplikasi SPSS di atas, sedangkan nilai r tabel dapat diketahui melalui tabel distribusi nilai r tabel dengan signifikansi 5 persen. Berdasarkan tabel distribusi nilai r tabel tersebut, dapat diketahui nilai r tabel untuk jumlah responden 30 dengan nilai signifikansi 5 persen adalah 0,296. Data tersebut disajikan dalam tabel 2.4 berikut :

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Variabel Interaksi Peer Group Nama Item rxy rtabel Keterangan Pertanyaan 10 0,752 0,296 Valid Pertanyaan 11 0,801 0,296 Valid Pertanyaan 12 0,701 0,296 Valid Pertanyaan 13 0,769 0,296 Valid Pertanyaan 14 0,671 0,296 Valid Pertanyaan 15 0,680 0,296 Valid Pertanyaan 16 0,472 0,296 Valid Pertanyaan 17 0,498 0,296 Valid Pertanyaan 18 0,589 0,296 Valid Pertanyaan 19 0,480 0,296 Valid Berdasarkan tabel 3.4 dapat diketahui bahwa r hitung > r tabel.sehingga, dapat disimpulkan bahwa masing-masing pertanyaan variabel Interaksi Peer Group dinyatakan valid. 1.1.1.3 Uji Validitas Variabel Konsep Diri Remaja aplikasi SPSS. Berikut ini hasil uji validitas variabel konsep diri remaja yang dilakukan melalui

Tabel 3.5 Uji Validitas Variabel Konsep Diri Remaja Berdasarkan tabel 3.5 diatas, diketahui bahwa korelasi antara masing-masing pertanyaan terhadap total skor variabel dalam penelitian menunjukkan hasil yang signifikan. Untuk mengetahui apakah masing - masing pertanyaan tersebut valid, maka kita harus membandingkan nilai r hitung dengan r tabel. Nilai r hitung dapat kita ketahui melalui hasil output aplikasi SPSS di atas, sedangkan nilai r tabel dapat diketahui melalui tabel distribusi nilai r tabel dengan signifikansi 5 persen. Berdasarkan tabel distribusi nilai r tabel tersebut, dapat diketahui nilai r tabel untuk jumlah responden 30 dengan nilai signifikansi 5 persen adalah 0,296. Data tersebut disajikan dalam tabel 2.6 berikut :

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Variabel Konsep Diri Remaja Nama Item rxy rtabel Keterangan Pertanyaan 20 0,544 0,296 Valid Pertanyaan 21 0,768 0,296 Valid Pertanyaan 22 0,571 0,296 Valid Pertanyaan 23 0,706 0,296 Valid Pertanyaan 24 0,811 0,296 Valid Pertanyaan 25 0,677 0,296 Valid Pertanyaan 26 0,641 0,296 Valid Pertanyaan 27 0,602 0,296 Valid Pertanyaan 28 0,793 0,296 Valid Berdasarkan tabel 3.6 dapat diketahui bahwa r hitung > r tabel.sehingga, dapat disimpulkan bahwa masing-masing pertanyaan variabel konsep diri remaja dinyatakan valid. 1.1.2 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur apakah kuesioner yang digunakan reliable atau tidak.kuesioner dikatakan reliable jika jawaban responden dari waktu ke waktu terhadap pertanyaan dalam kuesioner tersebut konsisten.uji reliabilitas dapat dilakukan dengan uji statistik.cronbach Alpha (a). Jika Cronbach Alpha (a) menunjukkan angka > 0,60 maka variabel dalam kuesioner dinyatakan reliable (Ghozali, 2009:45-46). Berikut ini ditampilkan hasil uji reliabilitas:

1.1.2.1 Uji Reliabilitas Variabel Intensitas Komunikasi Dalam Keluarga Broken Home Berikut ini hasil uji reliabilitas variabel intensitas komunikasi dalam keluarga broken home menggunakan aplikasi SPSS. Tabel 3.7 Uji Reliabilitas Intensitas Komunikasi Dalam Keluarga Broken Home Berdasarkan tabel 3.7 diatas, diketahui bahwa nilai Cronbach Alpha (a) variabel intensitas komunikasi dalam keluarga broken home sebesar 0,737. Berdasarkan ketentuan yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka 0.737>0,060.Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang mewakili variabel intensitas komunikasi dalam keluarga dinyatakan reliable. 1.1.2.2 Uji Reliabilitas Variabel Interaksi Peer Group Berikut ini hasil uji reliabilitas variabel interaksi peer group melalui aplikasi SPSS. Tabel 3.8 Uji Reliabilitas Interaksi Peer Group

Berdasarkan tabel 3.8 diatas, diketahui bahwa nilai Cronbach Alpha (a) variabel interaksi peer group sebesar 0,848. Berdasarkan ketentuan yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka 0,848> 0,60. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang mewakili variabel interaksi peer group dinyatakan reliable. 1.1.2.3 Uji Reliabilitas Variabel Konsep Diri Remaja Berikut ini hasil uji reliabilitas variabel konsep diri remaja melalui aplikasi SPSS. Tabel 2.9 Uji Reliabilitas Konsep Diri Remaja Berdasarkan tabel 2.9 diatas, diketahui bahwa nilai Cronbach Alpha (a) variabel interaksi peer group sebesar 0,855. Berdasarkan ketentuan yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka0,855> 0,60. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang mewakili variabel interaksi peer group dinyatakan reliable. Setelah kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data dinyatakan valid dan reliable, maka selanjutnya dapat dilakukan pencarian data di lapangan. Berikut uraian hasil penemuan data yang peneliti dapatkan:

1.2 Hasil Penelitian 1.2.1 Identitas Responden Dalam penelitian kriteria responden yang menjadi sampel yaitu remaja usia 17-23 tahun yang berdomisili di Semarang, serta memiliki latar belakang keluarga broken home. Keseluruhan responden berjumlah 30 orang. Jenis kelamin dan usia responden dijelaskan dalam grafik di bawah ini. Identitas responden dalam penelitian ini dijabarkan pada grafik berikut : Grafik 3.1 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 30% 70% Grafik 3.2 Usia Responden 17% 10% 10% 13% 17 tahun 18 tahun 19 tahun 17% 10% 10% 13% 20 tahun 21 tahun 22 tahun 23 tahun 24 tahun

1.2.2 Intensitas Komunikasi Dalam Keluarga Broken Home Intensitas komunikasi dalam keluarga broken home diukur melalui beberapa indikator yang diturunkan ke dalam beberapa pertanyaan. Beberapa indikator tersebut adalah: frekuensi berkomunikasi, durasi berkomunikasi, tingkat keluasan pesan, tingkat kedalaman pesan, dan keteraturan dalam berkomunikasi. Berikut ini penjelasan lebih rinci untuk setiap pertanyaan: 3.2.2.2 Frekuensi Berkomunikasi Indikator intensitas komunikasi dalam keluarga broken home yang pertama adalah frekuensi berkomunikasi antara orang tua dengan anak. indikator ini digunakan untuk mengetahui seberapa sering orang tua dan anak bertemu serta berkomunikasi pada keluarga yang broken home. Untuk mengetahu frekuensi berkomunikasi, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan. Berikut ini hasil penelitian yang telah peneliti dapatkan: Grafik 3.3 Seberapa sering bertemu (percakapan langsung) dengan orang tua 27% 23% 23% 27% Setiap hari Hampir setiap hari Seminggu dua kali Seminggu sekali

Selain berkomunikasi secara langsung, berkomunikasi melalui media seperti telepon genggam atau handpone juga menjadi alternatif berkomunikasi secara efektif ditengah tengah kesibukan pekerjaan orang tua, maupun kegiatan kegiatan remaja, dalam keluarga broken home, salah satu orang tua akan tinggal terpisah dengan anak. Namun melalui komunikasi dengan telepon genggam dapat memudahkan komunikasi antara orang tua dan anak tersebut. Berikut ini adalah hasil temuan seberapa sering responden berkomunikasi melalui media seperti telepon ataupun telepon genggam dengan orang tua : Grafik 3.4 Seberapa sering berkomunikasi dengan orang tua via sms/telepon/bbm/line/whatsapp/dll 3% 10% 53% 34% Sangat sering Sering Jarang Tidak pernah

3.2.2.3 Durasi berkomunikasi Durasi berkomunikasi merupakan lamanya komunikasi yang dilakukan orang tua dan anak dalam keluarga broken home.indikator ini digunakan untuk mengetahui seberapa lama komunikasi yang dilakukan antara orang tua dan anak dalam keluarga broken home. Untuk mengetahui durasi berkomunikasi dalam keluarga broken home, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan. Hasil penelitian yang peneliti dapatkan sebagai berikut: Grafik 3.5 Lama percakapan langsung 13% 23% 44% 20% >5jam 3-4jam 1-2jam Sekitar setengah jam

Berikut ini adalah hasil temuan responden dari seberapa lama responden berkomunikasi dengan orang tua melalui media sosial: Grafik 3.6 Lama berkomunikasi via sms/telepon/bbm/line/whatsapp/dll 40% 10% 33% 17% >5jam 3-4jam 1-2jam Sekitar setengah jam

3.2.2.3 Tingkat keluasan pesan Tingkat keluasan pesan merupakan ragam pilihan topik saat berkomunikasi antara orang tua dan anak dalam keluarga broken home.indikator ini digunakan untuk mengetahui seberapa luas pesan dalam komunikasi yang dilakukan antara orang tua dan anak dalam keluarga broken home.komunikasi dalam keluarga yang efektif ditandai dengan adanya keterbukaan antara orang tua dan anak.keterbukaan tersebut dapat dilihat melalui seberapa luasnya pesan yang dipertukarkan dalam komunikasi yang dilakukan antar anggota keluarga.untuk mengetahui tingkat keluasan pesan, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan. Berikut hasil penelitian yang peneliti dapatkan: Grafik 3.7 Membahas topik yang bersifat pribadi 10% 23% 57% 10% Sangat sering Sering Jarang Tidak Pernah

Grafik 3.8 Orang tua mendiskusikan mengenai self ideal remaja 53% 13% 7% 27% Sangat sering Sering Jarang Tidak pernah

3.2.2.4 Tingkat Kedalaman Pesan Indikator intensitas komunikasi dalam keluarga yang selanjutnya adalah tingkat kedalaman pesan yang ditunjukkan melalui frekuensi keterbukaan anak saat berkomunikasi dengan orang tua dalam keluarga broken home. Komunikasi dalam keluarga yang efektif ditandai dengan keterbukaan antara orang tua dan anak, Selain melalui keluasan pesan, keterbukaan juga dapat melalui kedalaman pesan saat bekomunikasi antar anggota keluarga. Berikut hasil penelitian yang telah peneliti dapatkan: Grafik 3.9 Jujur menceritakan perasaan dan masalah yang sedang dialami 3% 20% 57% 20% Sangat sering Sering Jarang Tidak pernah

3.2.2.5 Keteraturan Berkomunikasi Indikator intensitas komunikasi dalam keluarga yang terakhir adalah keteraturan berkomunikasi.keteraturan berkomunikasi dalam keluarga ditunjukkan dengan ada atau tidaknya rutinitas dalam berkomunikasi antara orang tua dan remaja. Berikut adalah hasil penelitian yang peneliti dapatkan: Grafik 3.10 Menghabiskan waktu dengan orang tua saat weekend 23% 44% 20% 13% Sangat sering Sering Jarang Tidak pernah

Selain dengan menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan orang tua saat weekend, dalam suatu keluarga biasanya memiliki jadwal rutin yang ditentukan dalam waktu tertentu dan digunakan untuk berkumpul dan berbincang bincang antara anggota keluarga.berikut ini adalah temuan penelitian yang menyatakan setuju atau tidak setujunya responden tentang pernyataan bahwa mereka memiliki jadwal rutin untuk bertemu dan berbincang dengan orang tua. Grafik 3.11 Memiliki jadwal rutin bertemu dan berbincang dengan orang tua 7% 13% 30% 50% Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju

3.2.2.6 Kategorisasi Variasi Nilai Variabel Intensitas Komunikasi dalam Keluarga Broken Home Setelah menguraikan temuan data responden mengenai variabel intensitas komunikasi dalam keluarga broken home, akan diketahui variasi nilai dari jawaban responden akan dibagi menjadi dua kelas, yaitu rendah dan tinggi. Terdapat 9 pertanyaan yang mewakili variabel intensitas komunikasi dalam keluarga broken home (X1). Pertanyaan-pertanyaan tersebut memiliki skor 1 sampai 4. Sehingga, pengelompokkan skala intensitas komunikasi dalam keluarga broken home diperoleh dengan langkah berikut ini : I = max min I = R+1 K K Keterangan : I max min K : Interval Kelas : Skor Tertinggi : Skor Terendah : Kelas Perhitungannya adalah sebagai berikut : Jumlah Kelas X1 = 2 Skor Tertinggi = 32 Skor Terendah = 13 I = 32 13 2 = 10

Dari hasil perhitungan tersebut, maka interval kelasnya tampak sebagai berikut: Interval Indikator 13 22 Rendah 23 32 Tinggi Berdasarkan kategorisasi intensitas komunikasi dalam keluarga broken home seperti perhitungan yang telah dilakukan, maka dihasilkan grafik berikut ini: Grafik 3.12 Intensitas komunikasi dalam keluarga broken home 40% 60% Rendah Tinggi Berdasarkan Grafik 3.12 diatas, diketahui bahwa intensitas komunikasi dalam keluarga broken home rendah.hal ini ditunjukkan dengan banyaknya responden yang memiliki frekuensi dan durasi rendah saat berkomunikasi dengan orang tua mereka.responden juga jarang menceritakan masalah dan perasaan serta membahas topik yang bersifat pribadi dengan orang tua mereka.

3.2.3 Interaksi Peer Group Interaksi peer group diukur melalui beberapa indikator diantaranya adalah: frekuensi komunikasi, interaksi, keteraturan, tingkat kedalaman pesan, dan tanggapan yang diberikan oleh teman sebaya. Indikator-indikator tersebut akan diturunkan ke dalam beberapa pertanyaan. Berikut adalah penjelasan yang lebih rinci untuk setiap pertanyaan: 3.2.3.1 Frekuensi Komunikasi Indikator interaksi peer group yang pertama adalah frekuensi komunikasi. Indikator ini digunakan untuk mengetahui seberapa sering anak dan teman sebaya bertemu dan berkomunikasi. Grafik 3.13 Seberapa sering bertemu (percakapan langsung) dengan peer group 18% 7% 21% Sangat sering Sering 54% Jarang Tidak pernah

Grafik 3.14 Berkomunikasi dengan peer group via sms/telepon/bbm/line/whatsapp/ 24% 14% 38% Sangat sering Sering Jarang 24% Tidak pernah

3.2.3.2 Interaksi Indikator interaksi diukur dari durasi atau lamanya remaja berinteraksi atau berkomunikasi dengan peer group. indikator ini digunakan untuk mengukur seberapa lama remaja berinteraksi dengan peer group. Grafik 3.15 Lama percakapan langsung 30% 10% 30% 30% >5jam 3-4jam 1-2jam Sekitar setengah jam

Grafik 3.16 Lama percakapan via sms/telepon/bbm/line/whatsapp/dll 35% 11% 23% 31% >5jam 3-4jam 1-2jam Sekitar setengah jam

3.2.3.3 Keteraturan Indikator interaksi peer group yang selanjutnya adalah keteraturan dalam berkomunikasi. Indikator ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya rutinitas interaksi dengan peer group. Grafik 3.17 Seberapa sering menghabiskan waktu dengan peer group diluar urusan sekolah/perkuliahan/pekerjaan 7% 10% 47% 36% Sangat sering Sering Jarang Tidak pernah

Grafik 3.18 Memiliki jadwal rutin bertemu dan berbincang dengan peer group 3% 13% 47% 37% Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju

3.2.3.4 Kedalaman Pesan Tingkat kedalaman pesan yang dipertukarkan menunjukkan tingkat keterbukaan antara remaja dengan peer group dalam berkomunikasi. Grafik 3.19 Membicarakan topik yang bersifat pribadi 7% 3% 43% 47% Sangat sering Sering Jarang Tidak pernah

Grafik 3.20 Sering jujur menceritakan perasaan atau masalah yang sedang dialami 3% 13% 53% 31% Sangat sering Sering Jarang Tidak pernah

3.2.3.5 Tanggapan Salah satu peran dari peer group adalah memberikan tanggapan.tanggapan atau response merupakan indikator untuk mengukur seberapa sering remaja menerima tanggapan dari peer group. Tanggapan tersebut dapat berupa kritik maupun pujian. Grafik 3.21 Seberapa sering remaja menerima kritik 20% 7% 33% 40% Sangat sering Sering Jarang Tidak pernah.

Grafik 3.22 Seberapa sering remaja menerima pujian 3% 0% 43% 54% Sangat sering Sering Jarang Tidak pernah

3.2.3.6 Kategorisasi Variasi Nilai Variabel Interaksi Peer Group Terdapat 10 pertanyaan yang mewakili variabel interaksi peer group (X2), dimana skor setiap pertanyaan memiliki skala skor 1 sampai 4. Variasi nilai dari jawaban responden dibagi menjadi dua kelas, yaitu rendah dan tinggi.sehingga, pengelompokkan skala interaksi peer group diperoleh dengan langkah sebagai berikut : I = max min I = R+1 KK Keterangan : I max min K : Interval Kelas : Skor Tertinggi : Skor Terendah : Kelas Perhitungannya adalah sebagai berikut : Jumlah Kelas X1 = 2 Skor Tertinggi = 38 Skor Terendah = 16 I = 38 16 2 = 12

Dari hasil perhitungan tersebut, maka interval kelasnya tampak sebagai berikut: Interval Indikator 16 27 Rendah 28 38 Tinggi Berdasarkan kategorisasi interaksi peer group seperti perhitungan yang telah dilakukan, maka dihasilkan grafik berikut ini: Grafik 3.23 Interaksi Peer Group 37% 63% Rendah Tinggi Berdasarkan Grafik 3.23 diatas, diketahui bahwa interaksi peer group termasuk interaksi yang rendah. Hal ini ditunjukan dengan jarangnya responden menghabiskan waktu dengan peer group diluar urusan sekolah/perkuliahan/pekerjaan, sebagian besar responden juga tidak memiliki jadwal rutin untuk bertemu dan berbincang dengan peer group mereka. Lebih dari setengah responden tidak setuju untuk selalu jujur menceritakan masalah yang sedang ia alami kepada peer group. Hal ini menunjukkan tidak adanya keterbukaan antara responden dengan peer group.

3.2.4 Konsep Diri Remaja Konsep diri adalah pandangan dan perasaan seseorang tentang dirinya sendiri. Pandangan tersebut dapat dilihat dari sisi negatif maupun positif seseorang. Sehingga dalam penelitian ini peneliti mengukur variabel konsep diri dengan indikator negatif dan indikator positif. 3.2.4.1 Negatif Indikator negatif mencakup dari tidak menyukai dirinya sendiri, penolakan terhadap kritik, merasa tidak mampu mengurus dirinya sendiri, berpendapat negatif tentang diri sendiri, sulit untuk patuh terhadap norma dan aturan yang berlaku, dan mudah pesimis. Grafik 3.24 Saya bukanlah orang seperti yang sebenarnya saya inginkan 3% 13% 40% 44% Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju

Grafik 3.25 Saya bukanlah orang yang baik 10% 3% 33% 54% Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju.

Grafik 3.26 Saya sulit untuk patuh dengan norma/aturan yang berlaku 9% 9% 44% 38% Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju

Grafik 3.27 Saya melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang 13% 3% 36% 48% Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju

Grafik 3.28 Saya mencoba lari dari masalah-masalah saya 17% 17% 36% 30% Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju

3.2.4.2 Positif Indikator positif mencakup dari dapat menerima kesalahan, merasa mampu mengurus dirinya, menyukai dan bangga terhadap diri sendiri. Grafik 3.29 Saya dapat menerima kesalahan saya tanpa merasa sakit hati atau marah 7% 3% 47% 43% Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju

Grafik 3.30 Saya mampu mengurus dan mengatasi diri saya sendiri dalam keadaan apapun 7% 10% 40% 43% Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju

Grafik 3.31 Saya seharusnya tidak sering berbohong 10% 13% 23% Sangat setuju Setuju Tidak setuju 54% Sangat tidak setuju

Grafik 3.32 Saya orang yang menarik 10% 10% 57% 23% Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju

3.2.4.3 Kategorisasi Variasi Nilai Variabel Konsep Diri Remaja Pada variabel konsep diri terdapat 9 pertanyaan yang mewakili variabel konsep diri remaja (Y).Pertanyaan-pertanyaan tersebut memiliki skor 1 sampai 4.Variasi nilai dari jawaban responden yang dibagi menjadi dua kelas yaitu positif dan negatif.sehingga, pengelompokkan skala konsep diri remaja, diperoleh dengan langkah berikut ini : I = max min I = R+1 KK Keterangan : I max min K : Interval Kelas : Skor Tertinggi : Skor Terendah : Kelas Perhitungannya adalah sebagai berikut : Jumlah Kelas X1 = 2 Skor Tertinggi = 30 Skor Terendah = 13 I = 30 13 2 = 9 Dari hasil perhitungan tersebut, maka interval kelasnya tampak sebagai berikut:

Interval Indikator 22 30 Positif 13 21 Negatif Berdasarkan kategorisasi konsep diri remaja seperti perhitungan yang telah dilakukan, maka dihasilkan grafik berikut ini: Grafik 3.33 Konsep Diri Remaja 45% 55% Negatif Positif Berdasarkan Grafik 3.33 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki konsep diri yang negatif. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar responden tidak menyukai dirinya apa adanya dengan setuju bahwa dirinya merupakan orang yang bukan sebenarnya mereka inginkan. Kebanyakan responden juga merasa bahwa mereka bukanlah orang yang baik, serta mereka tidak mampu mengurus dirinya sendiri.lebih dari setengah responden juga melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang dan mencoba lari dari masalah-masalah yang sedang mereka hadapi. Hal ini menunjukkan kurang adanya rasa percaya diri dan tanggung jawab dari responden sehingga mereka cenderung memiliki konsep diri yang negative.

3.2.5 Tabulasi Silang Tabulasi silang atau Tabel silang menjelaskan dua atau lebih variabel secara bersamaan dan hasil dalam tabel mencerminkan distribusi gabungan dua atau lebih variabel yang mempunyai kategori terbatas atau nilai yang berbeda untuk memperhatikan keterkaitan antar variabel. 3.2.5.1 Hubungan Intensitas Komunikasi Dalam Keluarga Broken Home dan Dan Konsep Diri Remaja Tabel kategorisasi variabel intensitas komunikasi dalam keluarga broken home dihubungkan dengan tabel kategorisasi variabel konsep diri remaja. Hubungan tersebut dapat dilihat dari hasil tabulasi silang atau crosstab antara intensitas komunikasi dalam keluarga broken home dan konsep diri remaja yang ditunjukkan pada tabel berikut ini : Tabel 3.10 Tabulasi Silang Intensitas Komunikasi dalam Keluarga Broken Home dan Konsep Diri Remaja Berdasarkan tabel crosstab atau tabulasi silang dengan menggunakan aplikasi SPSS diatas dapat dilihat bahwa dari 63,3% responden yang memiliki intensitas komunikasi dalam keluarga yang rendah, 43,3% responden diantaranya memiliki konsep diri yang negatif, sedangkan hanya 20% responden saja yang memiliki konsep diri positif. Selanjutnya, dapat kita lihat bahwa dari 36,7% responden yang memiliki intensitas komunikasi dalam keluarga yang

tinggi, hanya 10% responden saja yang memiliki konsep diri negatif. Sedangkan, 26,7% responden memiliki konsep diri positif. Berdasarkan tabel silang antara variabel intensitas komunikasi dalam keluarga broken home dan konsep diri remaja tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat kecenderungan hubungan yang searah antara variabel intensitas komunikasi dalam keluarga broken home dan konsep diri remaja. 3.2.5.2 Hubungan Interaksi Peer Group dan Dan Konsep Diri Remaja Tabel kategorisasi variabel interaksi peer group dan variabel konsep diri remaja. hubungan kedua variabel tersebut dapat dilihat dari hasil tabulasi silang atau crosstab antara interaksi peer group dan konsep diri remaja yang ditunjukkan pada tabel berikut ini : Tabel 3.11 Tabulasi Silang Interaksi Peer Group dan Konsep Diri Remaja Berdasarkan tabel crosstab atau tabulasi silang dengan menggunakan aplikasi SPSS diatas dapat dilihat bahwa dari 63,3% responden yang memiliki interaksi peer group rendah, sebagian besar responden yaitu sebesar 40% responden memiliki konsep diri negatif dan hanya sebagian kecil saja yang memiliki konsep diri positif yaitu sebesar 23,3%. Sedangkan, dapat kita lihat bahwa dari 36,7% responden yang memiliki interaksi peer group yang tinggi, hanya sebagian kecil saja yaitu 13,3% responden yang memiliki konsep diri negatif dan sebagian besar responden yaitu sebesar 23,3% responden memiliki konsep diri positif.

Berdasarkan tabel silang antara variabel interaksi peer group dan konsep diri remaja tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat kecenderungan hubungan yang searah antara variabel interaksi peer group dan konsep diri remaja. Berdasarkan tabel silang antara variabel interaksi peer group dan konsep diri remaja tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat kecenderungan hubungan yang searah antara variabel interaksi peer group dan konsep diri remaja.