1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan Maluku Tenggara pada umumnya merupakan perairan yang dangkal. Perairan ini, merupakan bagian dari perairan yang kaya akan sumberdaya hayati, khususnya ikan (pelagis, demersal dan udang). Secara khusus, perairan Kei Kecil, didominasi oleh ikan pelagis, berdasarkan jenis ikan yang di daratkan di PPN Dumar. Ikan yang dominan tertangkap antara lain kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta), tembang (Sardinella fimbriata), selar hijau (Atule mate), sekar taji/layang bulat (Decapterus macrosoma), layang gepeng (Decapterus russelli), tongkol (Auxis thazard), dan cumi-cumi (Loligo sp). Ikan demersal sangat sedikit jenis dan jumlahnya. Ikan demersal yang sering tertangkap adalah Kerapu dan Kakap. Seperti umumnya nelayan yang tinggal dan mencari makan dari kekayaan laut, nelayan yang berdiam di sekitar perairan Kei Kecil juga sangat tergantung pada hasil tangkapan laut. Mereka adalah nelayan-nelayan kecil (tradisional) yang melakukan penangkapan ikan hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam operasi penangkapan ikan nelayan Kei Kecil umumnya menggunakan gillnet, purse seine dan pancing tonda sebagai alat tangkap utama dan rumpon (tendak) sebagai alat bantu penangkapan. Berdasarkan beberapa hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa ikan-ikan yang ditangkap di sekitar rumpon umumnya adalah ikan pelagis, seperti ikan layang bulat (Decapterus macrosoma.), layang gepeng (Decapterus russelli), kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta.), kembung perempuan (Rastrelliger macrosoma), selar hijau (Atule mate), selar kuning (Selaroides leptolepis),selar bentong (Selar crumenophthalmus), lemuru (Sardinella lemuru), tembang (Sardinella fimbriata), siro (Ambligaster sirm), tongkol (Auxis thazard), dan lainlain. Jenis-jenis ikan tersebut, sifatnya bergerombol/mengelompok, pemakan plankton, udang-udangan, ikan-ikan kecil dan telur ikan (Monintja dan Zulkarnain 1995; Monintja et al. 2002) Pemanfaatan rumpon sebagai upaya meningkatkan efektivitas operasi penangkapan ikan di perairan Maluku Tenggara dapat dikategorikan menjadi dua. Pertama adalah rumpon yang digunakan khusus untuk menangkap ikan-ikan tuna
dan cakalang, dikenal sebagai rumpon laut dalam dengan alat tangkap yang digunakan berupa pancing yang disebut huhate (pole and line) dan pukat cincin (purse seine). Jenis kedua adalah rumpon yang digunakan biasanya disebut rumpon laut dangkal. Alat tangkap yang biasanya digunakan untuk menangkap ikan di rumpon laut dangkal adalah pukat cincin, gillnet dan juga pancing tonda untuk menangkap ikan-ikan pelagis kecil (Zulkarnain 2002). Rumpon, khususnya rumpon dangkal digunakan nelayan di Kei Kecil. Ditinjau dari beberapa aspek konstruksinya, rumpon di Kei Kecil relatif sederhana, rumpon ini juga mudah dibongkar pasang. Tali yang digunakan tidak terlalu panjang (< 50 m) dan penempatan rumpon yang tidak terlalu jauh dari pantai serta obyek penangkapan berupa ikan pelagis. Kombinasi antara tipe rumpon dan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan di Kei Kecil sangat bervariasi. Namun demikian sampai saat ini belum diketahui dengan pasti tingkat efektivitas pemanfaatan rumpon pada alat tangkap yang digunakan. Berkait dengan hal tersebut di atas maka penting untuk di lakukan pengkajian tentang tingkat efektivitas rumpon dalam meningkatkan hasil tangkapan ikan pada suatu alat penangkapan ikan. Kajian-kajian terhadap teknologi rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapan (produksi) baik kaitannya dengan alat tangkap yang digunakan maupun konstruksi dari rumpon itu sendiri sudah banyak dilakukan (Sondita 1986; Subani 1986; Subani dan Barus 1989; Monintja 1990; Badan Litbang Pertanian 1992; Monintja 1993; dan Mathews et al. 1996; Tim Pengkajian Rumpon IPB 1987; Zulkarnain 2002). Akan tetapi dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan tersebut masih sangat jarang penelitian yang secara khusus mengkaji bagaimana keberadaan ikan khususnya ikan pelagis di sekitar rumpon. 1.2 Perumusan Masalah Rumpon sebagai alat bantu penangkapan ikan merupakan salah satu alat bantu yang memberikan peranan besar bagi nelayan nelayan kecil (tradisional) di perairan Maluku Tenggara. Rumpon yang dioperasikan oleh nelayan setempat dapat dikatagorikan ke dalam dua kelompok, berdasarkan bahan konstruksinya. Yang pertama menggunakan bambu sebagai rangkanya sedangkan daun kelapa sebagai attraktor. Jenis kedua, menggunakan drum plastik sebagai rangkanya sedangkan
untuk attraktor digunakan juga daun kelapa. Rumpon digunakan hanya sebagai alat bantu untuk mengumpulkan ikan, untuk menangkap ikan-ikan yang telah berkumpul tersebut, nelayan Maluku Tenggara biasanya menggunakan alat tangkap utama berupa purse seine, gillnet dan pancing tonda. Namun sejauh mana tingkat efektivitas dari rumpon ini dalam menunjang operasi penangkapan ikan masih perlu dikaji lebih mendalam. Disamping itu, teknologi penangkapan tepat guna dalam melakukan penangkapan ikan di sekitar alat bantu rumpon juga masih perlu dikaji lebih jauh sehingga diharapkan dengan penggunaan teknologi penangkapan yang tepat dapat memberikan tingkat efektivitas yang lebih tinggi dalam penggunaan rumpon. Berdasarkan permasalahan di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji tingkat efektivitas pemanfaatan rumpon dalam menunjang operasi penangkapan ikan dengan menggunakan teknologi tepat guna. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Membandingkan komposisi jenis dan jumlah hasil tangkapan masing-masing rumpon dari unit penangkapan ikan (2) Membandingkan efektivitas operasi penangkapan ikan yang menggunakan rumpon (3) Membandingkan kinerja teknologi penangkapan ditinjau dari aspek biologi, sosial, dan ekonomi yang dioperasikan di sekitar rumpon. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna: (1) Sebagai dasar pertimbangan dalam pemilihan rumpon yang tepat dalam bidang teknologi penangkapan untuk peningkatan hasil tangkapan bagi nelayan Maluku Tenggara (2) Untuk memperkaya khasana ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan pemanfatan rumpon dalam teknologi penangkapan ikan. (3) Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara dalam pengelolaan dan pengembangan perikanan tangkap di Maluku Tenggara.
1.5 Hipotesis (1) Jenis rumpon yang berbeda akan memberikan komposisi dan jumlah hasil tangkapan yang berbeda. (2) Teknologi penangkapan yang berbeda berdampak terhadap tingkat efektivitas penggunaan rumpon dalam operasi penangkapan ikan. 1.6 Kerangka Pemikiran Kegiatan eksplorasi semakin meningkat perannya dalam kegiatan usaha penangkapan ikan (eksploitasi). Untuk itu, diperlukan adanya pengkajian secara menyeluruh, baik aspek biologi, teknis, sosial dan ekonomi. Aspek biologis terkait erat dengan ketersediaan sumber daya ikan yang menjadi target penangkapan. Aspek teknis berhubungan erat dengan teknologi dan armada penangkapan. Aspek sosial terkait erat dengan tenaga kerja (nelayan) dan kesejateraannya serta kemungkinan negatif yang diderita oleh nelayan sekitar. Sedangkan aspek ekonomi yang menyangkut efektivitas dan efesiensi biaya operasional yang kemudian berdampak kepada pendapatan usaha nelayan. Tingkat pendapatan dan keberadaan nelayan dalam operasi penangkapan ikan sangat ditentukan oleh keberadaan dan ketersedian ikan pada fishing ground melalui pengoperasian rumpon. Oleh karena itu proses penangkapan dengan menggunakan rumpon perlu dikaji lebih detail, terutama terkait dengan teknologi penangkapan ikan, komposisi hasil tangkapannya serta dampak negatif yang mungkin terjadi akibat dari pengoperasian rumpon tersebut. Dengan demikian keberhasilan operasi penangkapan dan keberlanjutan kegiatan perikanan ditinjau dari aspek biologis dan ekonomis sangat terkait erat dengan aspek kajian tersebut di atas. Dalam memperkirakan efektivitas operasi penangkapan ikan di sekitar rumpon dengan mengunakan alat penangkapan purse seine, gillnet dan pancing tonda dapat diperkirakan dari perbandingan hasil tangkapan pada tiap-tiap rumpon. Secara teoritis kerangka pemikiran/penelitian ini dirancang untuk melihat kinerja perikanan tangkap skala kecil saat ini, dan berdasarkan kinerja yang ada dapat dilakukan berbagai srategi untuk perbaikan di masa depan atau berbagai alternatif pemecahan permasalahannya. Secara teknis operasional, kerangka pemikiran dibagun berdasarkan pada isu pengelolaan perikanan di wilayah
penelitian. Isu pengeloloan perikanan tersebut merupakan fenomena yang timbul dari kondisi sumberdaya perikanan, tingkat eksplotasi sumberdaya perikanan, pengunaan teknologi penangkapan, etika pemanfaatan sumberdaya perikanan dan dampak ekonomi sosial saat ini. Untuk mewujutkan pegelolaan perikanan perikanan yang berkelanjutan, maka dibutukan strategi pengelolaan perikanan yang tepat. Dilihat dari perspektif keberlanjutnnya, belum ada kajian yang komprehensif yang sekaligus mencakup berbagai demensi berkelanjutan yaitu demensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, dan hukum/kelembagaan, padahal kondisi demensi-demensi tersebut dapat mengambarkan status keberlanjutan perikanan tangkap dan dapat dijadikan sebagai pertimbagan pembangunan perikanan ke depan. Kerangka pemikiran penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
Pertumbuhan armada yang positif Armada penangkapan atau TPI (1) Purse seine (2) Gillnet (3) Pancing Tonda Kebijakan pengaturan armada Efisiensi dan efektifitas operasi penangkapan (1) Trip operasi cepat (2) Biaya operasional rendah (3) Hasil tangkapan lebih pasti RUMPON (1) Mengkonsentrasikan ikan Dampak negatif (1) Ikan ukuran kecil turut tertangkap (2) Tangkapan nelayan Migrasi ikan Gambar 1 Bagan alir kerangka pemikiran penelitian.