3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Ekonomi Internasional III KERANGKA PEMIKIRAN Keunggulan komparatif maupun kompetitif berawal dari adanya hubungan ekonomi antar satu negara dengan negara yang lain. Terdapat tiga bentuk hubungan ekonomi yaitu pertukaran hasil atau output (barang dan jasa), sarana produksi (modal, tenaga kerja, dan teknologi), dan segi kredit atau utang-piutang (Boediono, 1997). Permasalahan utama yang akan ada dalam ekonomi internasional adalah : a. Pola perdagangan yaitu faktor yang mempengaruhi suatu negara mengekspor atau mengimpor produk tertentu sehingga membentuk pola ekspor atau pola impor tertentu. b. Harga ekspor dan impor menunjukkan faktor yang menentukan harga. c. Manfaat perdagangan adalah pengaruhnya terhadap kesejahteraan nasional akibat adanya perdagangan. d. Pengaruh makro yaitu pengaruh hubungan perdagangan terhadap tingkat harga, GDP, jumlah uang beredar dan lainnya, e. Mekanisme Neraca Pembayaran yaitu proses penyesuaian neraca pembayaran bila terjadi perubahan situasi ekonomi seperti kenaikan harga ekspor dan kebijakan devaluasi. f. Politik Perdagangan Luar Negeri meliputi kebijakan tarif bea masuk, pelarangan impor, kuota, subsidi dan pajak ekspor. g. Persekutuan Perdagangan berkaitan dengan keuntungan maupun kerugian persekutuan perdagangan misalnya ASEAN. h. Modal Luar Negeri meliputi dampak dari adanya investasi luar negeri dan bantuan serta sikap pemerintah menghindari akibat negatif bantuan luar negeri. i. Pengalihan Teknologi yaitu bagaimana proses pengalihan teknologi menjadi efektif dan kebijakan pemerintah untuk memperlancar proses adopsi teknologi tersebut. 18
3.1.2 Keunggulan Komparatif Perdagangan akan terjadi karena suatu daerah bisa memproduksi barang tertentu secara lebih efisien dibandingkan dengan daerah lain. David Rivardo diacu dalam Ball et al menyatakan bahwa suatu negara akan mengimpor suatu komoditi yang mempunyai keunggulan komparatif rendah dan akan mengekspor suatu komoditi yang mempunyai keunggulan komparatif lebih tinggi sehingga akan terjadi spesialisasi produk. Pada kasus biaya tetap dalam menghasilkan setiap unit barang (constant cost), suatu negara akan berspesialisasi penuh yaitu negara tersebut akan mempergunakan seluruh sumber ekonominya untuk memproduksi barang tersebut dan mendapatkan barang lain dengan mengadakan perdagangan. Menurut Budiono (1997), terdapat tiga faktor utama yang menentukan keunggulan komparatif suatu negara yaitu : a. Tersedianya sarana produksi atau faktor produksi dengan jumlah dan macam yang berbeda antar negara satu dengan yang lain. Faktor produksi bisa berupa tenaga kerja, tanah (keadaan tanah dan kekayaan alam), barang modal dan kewirausahaan. Keunggulan komparatif akan lebih besar, jika suatu negara memiliki ketersediaan sarana produksi dalam jumlah yang relatif banyak. b. Adanya kenyataan bahwa dalam cabang-cabang produksi tertentu bisa memproduksi secara lebih efisien apabila skala produksi makin besar (economic of scale). Kurva biaya per unit yang menurun dalam jangka panjang bisa menentukan keunggulan komparatif dan suatu negara bisa mencapai economic of scale jika berproduksi lebih dahulu daripada negara lain dan memiliki pasar domestik yang luas. Dari sisi pengekspor, pengusaha sudah memenuhi kebutuhan dalam negeri, maka untuk meningkatkan keuntungan membuka pasar baru, sedangkan dari segi pengimpor, akan membeli barang tersebut dengan harga yang murah, daripada memproduksi dengan skala kecil. c. Adanya perbedaan dalam laju kemajuan teknologi. Teknologi adalah faktor produksi yang bisa mempengaruhi faktor produksi lain baik terhadap kualitas maupun kuantitas. Kemajuan teknologi dapat dibedakan menjadi 19
penghematan kapital, tenaga kerja dan bahan mentah setiap menghasilkan satu unit output. 3.1.3 Keunggulan Kompetitif Suatu perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif adalah memiliki sesuatu yang berbeda, melakukan hal yang lebih baik daripada pesaing dan melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh pesaing. Menurut Kuncoro, M terdapat tiga model dalam keunggulan kompetitif yaitu model organisasi industri, berbasis sumberdaya dan gerilya, dan setiap model memiliki perbedaan dapat dilihat pada Tabel 5 8. Tabel 5. Pendekatan Model Organisasi Industri, Berbasis Sumberdaya dan Gerilya Keterangan Keunggulan kompetitif Penentu profitabilitas Organisasi Industri Posisi industri Karakteristik dalam industri, posisi perusahaan dalam industri Berbasis sumberdaya Memiliki aset dan kapabilitas yang khas Jenis, jumlah dan sumberdaya alam yang dimiliki perusahaan Gerilya Sementara Kemampuan untuk berubah dengan tindakan strategik Fokus Eksternal Internal Eksternal dan Perhatian utama Persaingan Sumberdaya kompetensi internal Situasi yang terus berubah radikal secara Sumber : Coulter (2002) dalam Kuncoro, M. 6 Kuncoro, M. Strategi bagaimana meraih keunggulan kompetitif. Erlangga. http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:rwbkrvrpnayj:fe manajemen.unila.ac.id/ 20
Model berbasis sumberdaya dapat diimplementasikan apabila suatu perusahaan memiliki sesuatu yang khas sehingga berbeda dari perusahaan lain dan bisa dijadikan suatu keunggulan dibandingkan dengan pesaing. Dengan adanya sumberdaya yang khas, maka perusahaan dapat meminimalisasi biaya sehingga menciptakan harga yang bersaing. Harga yang digunakan untuk mengukur keunggulan kompetitif adalah harga yang aktual diterima oleh konsumen maupun produsen. Dikarenakan asumsi perekonomian yang tidak mengalami distorsi sulit ditemukan, maka keunggulan komparatif tidak bisa dijadikan sebagai indikator daya saing, tetapi harus diimbangi dengan kelayakan finansial untuk mengukur keunggulan kompetitif. Gittinger (1986), perhitungan dalam analisis finansial berbeda dengan analisis ekonomi berdasarkan lima hal yaitu : a.dalam analisis finansial, harga yang digunakan adalah harga pasar baik untuk sumber-sumber yang digunakan dalam proses produksi maupun untuk hasil-hasil produksi. Sedangkan dalam analisis ekonomi digunakan harga bayangan yaitu harga yang telah disesuaikan untuk menggambarkan nilai ekonomi yang sebenarnya dari barang dan jasa tersebut. b.dalam analisis finansial pajak dihitung sebagai biaya yang dikeluarkan kepada instansi pemerintah sehingga harus dikurangkan dari benefit. Sebaliknya dalam analisis ekonomi pajak merupakan pembayaran transfer karena merupakan bagian dari benefit produsen yang diserahkan kepada pemerintah. c.dalam analisis finansial, subsidi yaitu pengurangan biaya produksi yang diterima produsen, sedangkan dalam analisis ekonomi dianggap sebagai beban masyarakat sehingga tidak mengurangi biaya produksi. d.dalam analisis finansial, biaya investasi meliputi biaya pada tahap permulaan yang dibiayai dengan modal sendiri. Di lain pihak, yang menjadi beban produsen adalah arus pelunasan pinjaman beserta bunganya pada tahap produksi. Sedangkan dalam analisis ekonomi, seluruh biaya investasi baik berasal dari dalam maupun pinjaman. Pelunasan pinjaman diabaikan dalam perhitungan biaya ekonomi. e.dalam analisis finansial, bunga atas pinjaman dianggap sebagai biaya. Bunga atas modal sendiri bukan merupakan biaya. Sedangkan dalam analisis ekonomi, 21
bunga atas pinjaman dalam negeri tidak dimasukkan sebagai biaya dan untuk pinjaman luar negeri diperhitungkan sebagai biaya. 3.1.4 Kebijakan Pemerintah Kebijakan adalah suatu instumen yang bisa mengubah outcome perekonomian, dalam pelaksanaannya ada kendala dan bisa menjadi penghambat atau pendukung tujuan yang akan dicapai serta akhirnya dievaluasi menjadi strategi. Kebijakan barang ekspor bertujuan untuk menstabilkan harga dengan mengatur barang agar barang tersebut ada di dalam negeri, sedangkan kebijakan barang impor yaitu melindungi produsen dari persaingan harga dengan barang luar yang lebih murah. a. Kebijakan Output Subsidi merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap produsen dalam negeri dengan memberikan sumbangan keuangan yang diberikan secara langsung atau tidak langsung untuk mendorong ekspor, bisa berupa pembayaran tunai dan pajak. Subsidi positif yaitu subsidi yang menyebabkan anggaran pemerintah berkurang, sedangkan subsidi negatif, pajak dan kuota menambah anggaran pemerintah, Hambatan-hambatan impor bisa berupa tarif yaitu pajak atau bea impor dan non-tarif kuantitatif berupa kuota. Bea Impor terbagi menjadi tiga yaitu bea ad valoreum yaitu pajak impor berupa persentase dari nilai faktur barang yang diimpor, bea spesifik yaitu jumlah tetap yang dikenakan atas unit fisik yang diimpor dan bea kombinasi. Kuota merupakan batasan jumlah barang yang diimpor bisa berupa hambatan ekspor sukarela yang ditentukan oleh negara pengekspor dan persetujuan tertib pemasaran yang merupakan persetujuan resmi antara negara pengekspor dan pengimpor untuk melindungi produsen lokal. b. Kebijakan Input Pupuk merupakan input yang sangat penting dalam suatu proses produksi dan kebijakan pemerintah terhadap pupuk yaitu berupa subsidi positif yang dikeluarkan pemerintah dan negatif yang dibayarkan kepada pemerintah. Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi 22
dari pemerintah untuk kebutuhan petani. Kebijakan yang dijalankan pemerintah bisa terhadap input tradable dan non tradable berupa intervensi pemerintah berupa subsidi dan pajak. 3.1.5 Metoda Policy Analysis Matrix (PAM) Metoda PAM digunakan untuk menganalisis pengaruh intervensi pemerintah dan dampaknya pada sistem komoditas. Sistem komoditas yang dapat dipengaruhi meliputi empat analisis (Monke and Pearson diacu dalam Nurmalina et al) yaitu tingkat usahatani, penyampaian dari usahatani ke pengolah, pengolahan dan pemasaran. Kelebihan dari metode PAM yaitu perhitungan dilakukan secara keseluruhan, sistematis, output beragam, dapat digunakan pada sistem komoditas dengan berbagai daerah, tipe usahatani dan teknologi. Sedangkan kelemahannya tidak membahas masing-masing analisa secara mendalam dan hanya berlaku pada suatu saat saja (on the spot). Metoda PAM (Pearson.S, Gotsch.C, dan Bahri.S, 2005) merupakan suatu analisis yang mengidentifikasi tiga isu sentral kebijakan yaitu sistem usahatani memiliki daya saing pada tingkat harga dan teknologi yang ada, apakah petani, pedagang, pengolah dan pemasar memiliki keuntungan pada harga aktual atau keuntungan privat. Isu kedua adalah dampak investasi publik dalam pembangunan infrastruktur yang berkaitan dengan tingkat efisiensi usahatani yang diukur pada tingkat keuntungan sosial dengan harga bayangan. Isu yang terakhir adalah dampak investasi baru baik dalam bentuk riset dan teknologi sehingga dengan adanya perbedaan sebelum dan sesudah investasi dapat menunjukkan ada tidaknya manfaat yang dapat diperoleh. 3.1.6 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas merupakan suatu alat yang langsung menganalisa pengaruh-pengaruh risiko dan ketidakpastian dalam analisa proyek. Terdapat empat hal yang perlu diperhatikan yaitu terdapatnya cost overrun, perubahan 23
dalam perbandingan harga terhadap tingkat harga umum, mundurnya waktu implementasi dan kesalahan dalam perkiraan hasil per hektar (Kadariah et al, 1999). Adapun kelemahan dari analisis sensitivitas yaitu tidak digunakan untuk pemilihan proyek, karena merupakan analisa parsial yang hanya mengubah satu parameter pada saat tertentu dan hanya mencatatkan apa yang terjadi jika variabel berubah-ubah dan bukan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu proyek. 3.2 Kerangka Operasional Adanya program OVOP (one village one product) merupakan suatu peluang dalam pengembangan komoditi ubi jalar yang menjadi komoditi unggulan di Kabupaten Sumedang. Di Kabupaten Sumedang terdapat beberapa varietas ubi jalar diantaranya Cilembu. Permintaan ubi jalar semakin meningkat baik di kawasan domestik atau untuk ekspor dikarenakan adanya keunikan produk yang memberikan nilai tambah terhadap komoditi ubi jalar. Produksi di Kabipaten Sumedang hanya dapat memenuhi 50 persen permintaan di domestik maupun ekspor. Berdasarkan indikator utama daya saing, Ubi jalar Cilembu memiliki peluang dan kendala yang bisa menentukan apakah usahatani tersebut bisa memiliki potensi daya saing daerah yang bisa meningkatkan perekonomian daerah dan bisa mensejahterakan para petani. Kebijakan pemerintah daerah Sumedang terhadap output belum ada dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah terhadap komoditas tersebut dan tidak adanya alokasi anggaran pemerintah, sedangkan kebijakan input misalnya pupuk, mendapatkan subsidi, sehingga petani membayar lebih murah. Adanya keunikan unsur hara yang dimiliki Desa Cilembu dan Nagarawangi bisa mempertahankan kualitas tetapi belum tentu menentukan keberlanjutan keberadaan produk dikarenakan produktivitas masih rendah sehingga tidak bisa memenuhi permintaan domestik maupun ekspor. Analisis PAM digunakan untuk mengukur keuntungan baik secara finansial (privat) yang menjadi indikasi keunggulan kompetitif dan keuntungan 24
sosial yang menunjukkan keunggulan komparatif serta dampak kebijakan pemerintah dalam mendukung atau menciptakan hambatan-hambatan bagi keberlangsungan suatu usaha produksi. Sedangkan analisis sensitivitas digunakan untuk mereduksi kelemahan analisis PAM, dikarenakan pada kenyataannya pasti terdapat perubahan-perubahan biaya maupun manfaat seperti kenaikan upah tenaga kerja, penurunan produktivitas dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. PELUANG 1.Program OVOP 2.Permintaan ubi jalar Cilembu belum terpenuhi KENDALA 1.Kebijakan Pemerintah 2.Keberlanjutan ekspor tergantung kualitas dan kemampuan daya saing Usahatani Ubi Jalar Cilembu Analisis Sensitivitas Analisis Daya Saing Metoda Policy Analysis Matrix (PAM) 1. Analisis Keuntungan : a. Privat Keunggulan Kompetitif b. Sosial Keunggulan Komparatif 2. Kebijakan Pemerintah : Output, Input, Input-Output Kesimpulan dan Saran Gambar 2. Kerangka Operasional Analisis Daya Saing Ubi Jalar 25