HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Karakterisasi Morfologi Bunga, Buah, dan Kualitas Buah Tiga Genotipe Pepaya Hibrida

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya

HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISASI MORFOLOGI BUNGA, BUAH DAN KUALITAS BUAH TIGA GENOTIPE PEPAYA HIBRIDA SHALATI FEBJISLAMI A

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo,

TINJAUAN PUSTAKA Daerah Asal dan Penyebaran Pepaya Taksonomi dan Botani Pepaya

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KUALITAS BUAH PEPAYA HIBRIDA WULANDARI KUSWAHARIANI A

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

KAJIAN METAXENIA PADA BUAH PEPAYA GENOTIPE IPB 9 NURUL FEBRIYANTI A

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 7 m, daun tanaman

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

Hasil penelitian menunjukkan tanaman betina menghasilkan bunga betina dan tanaman hermafrodit menghasilkan bunga hermafrodit, dan ekspresi seks

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Stroberi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Siti Noorrohmah, Sobir, Sriani Sujiprihati 1)

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

PENGARUH PENYERBUKAN TERHADAP KUALITAS BUAH PEPAYA BETINA GENOTIPE IPB 1 TRI LESTARI HANDAYANI A

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

PERAKITAN VARIETAS SALAK :

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KUALITAS BUAH DELAPAN GENOTIPE PEPAYA KOLEKSI PKBT

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan

PENGARUH PERBEDAAN UMUR POHON INDUK TERHADAP KARAKTER MORFOLOGI TANAMAN, KUALITAS, DAN PRODUKSI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Pepaya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

(Prihatman,2000). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Amerika Tengah (Rabani, 2009; Swennen & Ortiz, 1997).

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK SELEKSI BIJI PEPAYA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

VI. PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Sumber-sumber Risiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 260/Kpts/SR.120/7/2005 TENTANG PELEPASAN MELON HIBRIDA GALUH SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN

Kuisioner Uji Organoleptik. rasa, aroma, keempukan dan total penerimaan dengan memberi tanda cek (v) pada

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan rata-rata selama penelitian dari bulan November 2011 sampai dengan Mei 2012 adalah 334.79 mm dengan suhu udara rata-rata 25.900C dan kelembaban udara sebesar 84.00% (BMKG, 2012). Data curah hujan selama penelitian dapat dilihat pada Lampiran 7. Secara umum curah hujan dan kelembaban cukup tinggi disertai dengan angin kencang. Terdapat beberapa serangan hama dan penyakit selama penelitian. Serangan hama dan penyakit yang muncul yaitu serangan lalat buah Bactrocera dorsalis dan Bactrocera umbrosus, penyakit busuk akar dan pangkal batang (Phytophthora palmivora) dan penyakit antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides) (Gambar 1). a b c Gambar 1. Serangan lalat buah (a), penyakit busuk akar dan pangkal batang (b) dan penyakit antraknosa (c) Lalat buah menyerang buah pepaya yang hampir masak ketika masih di pohon. Lalat betina menggunakan ovipositornya yang terletak pada bagian ekor untuk menusuk kulit buah dan meletakkan telurnya. Telur tersebut selama 2-3 hari menetas menjadi larva dan kemudian memakan daging buah. Gejala yang terlihat yaitu terdapat lubang-lubang kecil pada kulit buah yang mengeluarkan cairan berbau dan terasa lembek atau lunak ketika di tekan atau diraba. Serangan lalat buah menyebabkan buah menjadi tidak layak untuk dipanen ketika gejala serangan terjadi pada saat buah masih berada di pohon. Buah juga menjadi tidak layak untuk dikonsumsi ketika gejala serangan terjadi pada saat buah telah dipanen dan berada dalam masa penyimpanan. Pengendaliannya dengan melakukan pembungkusan buah dan memasang antraktan sintetik untuk menangkap lalat buah.

19 Serangan penyakit busuk akar dan pangkal batang menunjukkan gejala daun bawah menjadi layu, menguning dan menggantung di sekitar batang sebelum rontok. Daun yang agak muda juga menunjukkan gejala yang sama. Akar lateral membusuk, menjadi berwarna coklat tua, lunak dan berbau tidak enak. Akhirnya bisa menjalar pada batang dan mengakibatkan tanaman menjadi tumbang. Pengendaliannya dengan cara menjaga drainase kebun, pembongkaran tanaman yang sakit beserta akarakarnya, penyemprotan tanaman dengan tembaga sulfat atau mankozeb. Serangan penyakit ini menyebabkan tanaman betina dari genotipe IPB H39 mati sehingga data yang ada tidak memenuhi syarat untuk dianalisis secara statistik. Secara tidak langsung data tanaman betina ketiga genotipe menjadi tidak bisa diuji. Serangan penyakit antraknosa disebabkan oleh patogen Colletotrichum gloeosporioides. Gejala serangan pada buah yaitu berupa bulatan berwarna hitam dengan diameter 1-2 cm pada kulit buah yang terlihat melekuk kedalam. Jika serangan meluas akan mengakibatkan bagian daging buah menjadi berwarna hitam, keras dan berbau meskipun bagian kulit buah terlihat bagus atau tidak terkena serangan. Pengendaliannya dengan cara menjaga sanitasi kebun, penggunaan fungisida berbahan aktif mankozeb dengan dosis 0.2% dan tidak menggunakan cabai sebagai tanaman sela. Karakter Kualitatif Bunga Hasil pengamatan pada karakter kualitatif bunga (Tabel 1) menunjukkan bahwa terdapat kesamaan tipe pembungaan, tipe bunga hermaprodit dan warna bunga pada ketiga genotipe hibrida yang diamati. Tipe pembungaannya adalah inflorescences, tipe bunga hermaprodit adalah staminate flowers and a few hermaphrodite flowers dan warna bunganya adalah white yellow. Tabel 1. Deskripsi karakter kualitatif bunga Genotipe Tipe pembungaan Tipe bunga hermaprodit Warna bunga IPB H91 inflorescences staminate flowers and a few hermaphrodite flowers IPB H93 inflorescences staminate flowers and a few hermaphrodite flowers IPB H39 inflorescences staminate flowers and a few hermaphrodite flowers white yellow white yellow white yellow

20 Berdasarkan pengamatan di lapangan, dalam rangkaian bunga majemuk terdapat 1-3 bunga hermaprodit yang dikelilingi oleh beberapa bunga jantan (Gambar 2). Sesuai Descriptor for Papaya (IBPGR, 1988) tipe bunga hermaprodit seperti ini dikategorikan sebagai staminate flowers and a few hermaphrodite flowers. IPB H91 IPB H93 IPB H39 Gambar 2. Keragaan karakter kualitatif bunga pada ketiga genotipe pepaya hibrida Karakter Kuantitatif Bunga Hasil uji t-student menunjukkan panjang tangkai bunga dan jumlah bunga per buku, genotipe IPB H91 berbeda dengan genotipe IPB H39. Tangkai bunga terpanjang dan jumlah bunga perbuku terbanyak dimiliki oleh genotipe IPB H91 (Tabel 2). Tangkai bunga yang panjang diduga menghasilkan tangkai buah yang panjang pula. Litz (1984) menyatakan bahwa tangkai buah yang panjang memudahkan pemanenan dan mencegah terjadinya buah dengan bentuk yang tidak sempurna atau cacat karena padatnya buah disekitar batang. Tanaman pepaya merupakan tanaman menyerbuk silang (Samson, 1980). Jika tanaman hermaprodit tidak ada, satu tanaman pepaya jantan bisa menjadi sumber polen untuk 25-100 tanaman betina (Villegas, 1991). Jumlah bunga per buku yang banyak diduga dapat meningkatkan atau mempertahankan persentase bunga yang menjadi buah. Meskipun terjadi penyerbukan silang, diharapkan polen yang menyerbuki masih tetap berasal dari pohon yang sama. Hasil pengamatan pada karakter jarak antar ruas bunga menunjukkan genotipe IPB H39 memiliki jarak antar ruas bunga terpendek, tetapi berdasarkan uji t-student, nilainya tidak berbeda dengan kedua genotipe lainnya (Tabel 2). Genotipe yang memiliki jarak antar ruas bunga yang pendek akan memiliki

pertumbuhan tinggi yang lebih lambat. Kondisi ini menguntungkan dalam hal memperpanjang masa produktif dan memudahkan proses pemanenan. Menurut Samson (1980) masa ekonomis pohon pepaya akan berakhir ketika buahnya sudah terlalu tinggi sehingga tidak bisa dipanen dengan mudah. Tabel 2. Karakter kuantitatif bunga Genotipe Jarak antar ruas bunga Panjang tangkai bunga Panjang mahkota bunga Jumlah bunga per buku -------------------------- cm -------------------------- IPB H91 2.28 ± 0.34 1.76 ± 0.49 3.82 ± 0.43 9.13 ± 3.84 IPB H93 2.39 ± 0.16 1.64 ± 0.54 3.71 ± 0.28 8.49 ± 3.77 IPB H39 2.22 ± 0.49 1.08 ± 0.15 4.17 ± 0.83 5.20 ± 1.98 IPB H91 vs IPB H93-1.16 tn - 0.64 tn 0.82 tn - 0.48 tn IPB H91 vs IPB H39-0.23 tn - 2.69 * 0.94 tn - 2.15 * IPB H93 vs IPB H39-0.68 tn - 2.05 tn 1.05 tn - 1.87 tn Keterangan: * berbeda nyata pada uji t taraf 5% Mahkota bunga terpanjang dimiliki oleh genotipe IPB H39, namun berdasarkan uji t-student tidak terdapat perbedaan antara ketiga genotipe (Tabel 2 dan Gambar 3). Mahkota bunga yang panjang diduga menandakan bunga hermaprodit mempunyai ukuran putik yang panjang sehingga diharapkan menghasilkan buah berbentuk elongata (lonjong) atau oval (bulat telur). Menurut Villegas (1991) bunga hermaprodit tipe elongata memiliki bunga dengan tangkai bunga pendek, sebagian kelopak bersatu, benang sari 10 buah dalam dua seri dan indung telur memanjang. 21 IPB H91 IPB H93 IPB H39 Gambar 3. Bunga hermaprodit ketiga genotipe pepaya hibrida

22 Jumlah bunga ketiga genotipe yang diamati selama empat bulan (10 BST13 BST) berkisar antara 46-50 bunga. Jumlah bunga yang menjadi buah hanya berkisar 1-3 buah, sehingga jika dihitung dalam persen hanya berkisar antara 33.70%. Berdasarkan uji t-student tidak terdapat perbedaan terhadap ketiga karakter tersebut pada ketiga genotipe (Tabel 3). Rendahnya buah yang terbentuk (Gambar 3) diduga karena kondisi iklim yang kurang mendukung yaitu curah hujan dan kelembaban yang cukup tinggi disertai dengan angin kencang. Tabel 3. Jumlah bunga, buah dan persentase bunga menjadi buah selama 10-13 BST Genotipe Jumlah bunga Jumlah buah IPB H91 IPB H93 IPB H39 IPB H91 vs IPB H93 IPB H91 vs IPB H39 IPB H93 vs IPB H39 46.08 ± 22.58 49.57 ± 13.79 47.60 ± 09.63 2.31 ± 4.79 2.05 ± 3.63 1.60 ± 1.95-0.18 tn - 0.26 tn - 0.32 tn - 0.50 tn - 0.30 tn - 0.14 tn PBMB (%) 3.53 ± 6.92 3.65 ± 5.97 3.02 ± 3.51-0.06 tn - 0.23 tn - 0.15 tn Keterangan: PPMB = Persentase Bunga Menjadi Buah IPB H91 IPB H93 IPB H39 Gambar 4. Keragaan buah ketiga genotipe pepaya hibrida saat 13 BST Berdasarkan data BMKG (2012) selama penelitian rata-rata curah hujan 334.79 mm dan kelembaban 84.00%. Menurut Villegas (1991) cuaca dingin dan mendung dapat menunda pematangan buah dan menekan kualitas buah. Nakasone dan Paull (1998) menyatakan permasalahan penyerbukan, pembentukan buah dan produksi sangat berhubungan dengan hasil ekpresi seks dari interaksi genotipe dan lingkungan. Sujiprihati dan Suketi (2009) menyatakan tanaman pepaya cocok ditanam pada daerah dengan ketinggian 200-500 m dpl dengan suhu berkisar

23 25-30 0 C dan curah hujan 1,000-2,000 mm/tahun dengan bulan kering (CH<60 mm) 3-4 bulan. Menurut Redaksi Agromedia (2009) pepaya tumbuh dengan baik pada kelembaban udara sekitar 40% serta kondisi angin yang tidak terlalu kencang agar penyerbukan berlangsung optimal. Karakter Kualitatif Buah Terdapat perbedaan pada karakter bentuk ujung buah, tekstur kulit buah stadia muda dan matang serta bentuk dominan rongga tengah. Bentuk ujung buah pada genotipe IPB H91 adalah inflated, berbeda dengan genotipe IPB H93 dan IPB H39 yang berbentuk pointed. Karakter tekstur kulit buah stadia muda, genotipe IPB H91 dan IPB H93 bertekstur rough, sedangkan genotipe IPB H39 bertekstur intermediate. Tekstur kulit buah stadia matang genotipe IPB H91 bertekstur rough, berbeda dengan genotipe IPB H93 dan IPB H39 bertekstur intermediate. Bentuk dominan rongga tengah genotipe IPB H91 adalah slightly star shaped sedangkan IPB H93 dan IPB H39 adalah star shaped (Tabel 4 dan Gambar 5). No. Tabel 4. Deskripsi karakter kualitatif buah Peubah Genotipe IPB H91 IPB H93 IPB H39 1 Bentuk buah dari bunga hermaprodit elongate elongate elongate 2 Bentuk pangkal buah flattened flattened flattened 3 Bentuk ujung buah inflated pointed pointed 4 Warna kulit buah stadia muda green green green 5 Warna kulit buah stadia matang yellow yellow yellow 6 Tekstur kulit buah stadia muda rough rough intermediate 7 Tekstur kulit buah stadia matang rough intermediate intermediate 8 Warna daging buah reddish orange reddish orange reddish orange 9 Aroma daging buah intermediate intermediate intermediate 10 Bentuk dominan rongga tengah slightly star star shaped star shaped shaped 11 Warna dominan biji generally brown black generally brown black generally brown black 12 Bentuk biji generally spherical or ovoid generally spherical or ovoid generally spherical or ovoid Keterangan: Deskripsi berdasarkan Descriptor for Papaya (IBPGR, 1988)

24 Gambar 5. Bentuk dan rongga tengah buah serta warna kulit dan daging buah Karakter Kuantitatif Buah Panjang buah genotipe IPB H91 berbeda sangat nyata dengan IPB H93 dan berbeda nyata dengan IPB H39. Diameter buah genotipe IPB H91 juga berbeda sangat nyata dengan IPB H93. Genotipe IPB H91 memiliki panjang buah paling panjang dan diameter buah paling besar, namun pada karakter nisbah P/D buah tidak terdapat perbedaan antara ketiga genotipe (Tabel 5). Ketiga genotipe memiliki buah berbentuk lonjong yang terlihat dari nisbah P/D buah yang berkisar antara 2.42-2.61. Suketi et al. (2010a) menyatakan bahwa buah hermaprodit cenderung berbentuk lonjong dengan nisbah P/D buah berkisar 1.5-2.3. Tabel 5. Panjang buah (P), diameter buah (D) dan nisbah P/D Genotipe IPB H91 IPB H93 IPB H39 IPB 91 vs IPB 93 IPB 91 vs IPB 39 IPB 93 vs IPB 39 Panjang buah (P) Diameter buah (D) ------------ cm -----------28.63 ± 2.28 12.04 ± 1.46 23.79 ± 2.90 09.16 ± 1.00 21.97 ± 3.96 09.05 ± 1.62-3.02 ** - 4.48 ** - 2.85 * - 2.57 tn - 0.92 tn - 0.16 tn Keterangan: * berbeda nyata pada uji t taraf 5% ** berbeda sangat nyata pada uji t taraf 1% Nisbah P/D 2.42 ± 0.45 2.61 ± 0.26 2.44 ± 0.22-1.04 tn - 0.07 tn - 1.00 tn

25 Genotipe IPB H39 memiliki bobot 100 biji yang berbeda nyata dengan genotipe IPB H91 dan IPB H93. Genotipe IPB H39 memiliki bobot 100 biji paling kecil diantara kedua genotipe lainnya. Karakter bobot biji per buah paling kecil dan jumlah biji per buah paling sedikit dimiliki oleh genotipe IPB H93, namun tidak berbeda dengan kedua genotipe lainnya (Tabel 6). Jumlah biji yang sedikit dapat dijadikan kriteria buah pepaya untuk dikonsumsi segar. Pepaya yang memiliki jumlah biji pepaya sedikit, relatif memiliki rongga buah berukuran kecil dan tebal buah yang besar. Menurut Fardilawati (2010) konsumen buah pepaya segar biasanya lebih menyukai buah pepaya dengan biji sedikit. Tabel 6. Bobot biji per buah, bobot 100 biji dan jumlah biji perbuah Genotipe Bobot biji per buah Bobot 100 biji Jumlah biji per buah ---------- g ---------- IPB H91 89.47 ± 36.72 10.97 ± 0.61 744.50 ± 318.43 IPB H93 49.32 ± 09.21 10.78 ± 0.55 398.33 ± 094.01 IPB H39 56.19 ± 24.50 09.74 ± 0.51 531.00 ± 175.14 IPB H91 vs IPB H93-2.16 tn - 0.59 tn - 2.14 tn IPB H91 vs IPB H39-1.35 tn - 2.82 * - 1.03 tn IPB H93 vs IPB H39-0.83 tn - 2.93 * - 1.86 tn Keterangan: * berbeda nyata pada uji t taraf 5% Uji Kualitas Fisik Buah Genotipe IPB H91 memiliki bobot buah utuh dan daging buah serta persentase bagian yang dapat dimakan paling besar dibandingkan kedua genotipe lainnya (Tabel 7). Berdasarkan uji t-student terdapat perbedaan yang sangat nyata pada karakter bobot buah utuh dan daging buah IPB H91 dengan IPB H93 dan IPB H39, sedangkan persentase bagian yang dapat dimakan ketiga genotipe tidak berbeda. Hal ini diduga karena bobot buah yang tinggi belum tentu memiliki persentase bagian yang dapat dimakan yang besar pula karena dipengaruhi oleh bobot biji (Tabel 6). Pada karakter tebal daging buah minimum dan maksimum serta lebar rongga tengah tidak terdapat perbedaan pada ketiga genotipe (Tabel 8).

Tabel 7. Bobot buah utuh, bobot daging buah dan persentase bagian yang dapat dimakan Genotipe Bobot buah utuh Bobot daging buah BDD --------------- g --------------- % IPB H91 1,835.00 ± 218.56 1,616.54 ± 182.54 88.16 ± 1.78 IPB H93 1,010.42 ± 312.13 0 884.28 ± 294.96 86.94 ± 2.51 IPB H39 0 968.33 ± 348.08 0 829.34 ± 289.63 85.86 ± 0.88 IPB 91 vs IPB 93-4.85 ** - 4.62 ** 0.89 tn IPB 91 vs IPB 39-4.09 ** - 4.45 ** - 2.02 tn IPB 93 vs IPB 39-0.21 tn - 0.29 tn - 0.72 tn Keterangan: BDD = Persentase Bagian yang Dapat Dimakan ** berbeda sangat nyata pada uji t taraf 1% 26 Sujiprihati dan Suketi (2009) menyatakan buah pepaya yang memiliki bobot buah berkisar 750-2,500 g tergolong kepada pepaya tipe sedang. Ketiga genotipe hibrida yang diuji dapat digolongkan ke dalam pepaya tipe sedang karena memiliki bobot buah 968.33-1,835.00 g. Menurut Suketi et al. (2010b) penentuan edible portion atau persentase bagian yang dapat dimakan (BDD) sangat bersifat subjektif tergantung konsumen dalam memanfaatkan bagian buah pepaya untuk dikonsumsi baik dalam bentuk segar maupun olahan. Berdasarkan percobaan terlihat bahwa genotipe yang memiliki tebal daging buah yang besar, cenderung memiliki bobot daging buah dan persentase bagian yang dapat dimakan yang besar pula (Tabel 8). Menurut Budiyanti et al. (2005) makin tebal daging buah, makin banyak bagian buah yang dikonsumsi. Nakasone dan Paull (1998) menyatakan tebal daging buah pepaya berkisar antara 1.5-4 cm. Terdapat kemungkinan hubungan antara ukuran rongga buah, diameter buah, bobot biji dan tebal buah. Buah berdiameter kecil relatif memiliki ukuran rongga buah dan bobot biji yang kecil serta tebal daging buah yang lebih besar (Suketi et al. 2010b). Namun berdasarkan hasil percobaan, buah berdiameter kecil, belum tentu memiliki tebal daging yang lebih besar, karena dipengaruhi oleh ukuran diameter buah, jumlah biji dan rongga tengah (Tabel 5, 6 dan 8).

Tabel 8. Tebal daging buah, lebar rongga tengah dan kekerasan kulit dan daging buah Genotipe Tebal daging buah Lebar rongga Nilai kekerasan Minimum Maksimum tengah Kulit buah Daging buah ------------------ cm ------------------ ---------- kg/detik --------- IPB H91 2.70 ± 0.28 3.74 ± 0.22 5.76 ± 1.80 1.29 ± 0.42 0.41 ± 0.11 IPB H93 2.38 ± 0.37 3.14 ± 0.37 4.05 ± 0.47 1.10 ± 0.44 0.25 ± 0.14 IPB H39 2.05 ± 0.23 3.37 ± 0.22 4.33 ± 1.42 1.54 ± 0.18 0.36 ± 0.13 IPB H91 vs IPB H93-1.56 tn - 3.03 tn - 1.87 tn 0.75 tn - 1.99 tn IPB H91 vs IPB H39-3.22 tn - 2.22 tn - 1.13 tn 0.93 tn - 0.55 tn IPB H93 vs IPB H39-1.44 tn - 1.03 tn - 0.33 tn 1.66 tn - 1.20 tn Genotipe IPB H39 memiliki kulit buah yang keras dan genotipe IPB H91 memiliki daging buah yang keras. Berdasarkan hasil uji t-student tidak terdapat perbedaan nilai kekerasan baik pada kulit maupun daging buah antara ketiga genotipe yang diuji (Tabel 8). Jika dilihat dari kombinasi kekerasan kulit dan daging buah, genotipe IPB H91 memiliki buah yang paling keras. Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1992) kekerasan buah dipengaruhi oleh total zat pektin yang terdapat pada buah. Kekerasan buah dapat menurun jika terjadi proses pelunakan. Proses pelunakan terjadi karena adanya proses hidrolisis zat pektin menjadi komponen-komponen yang larut air, sehingga total zat pektin yang mempengaruhi kekerasan buah mengalami penurunan yang menyebabkan buah semakin lunak. 27 Uji Kualitas Kimia Buah Terdapat perbedaan nyata pada kandungan vitamin C antara genotipe IPB H91 dengan IPB H93 dan IPB H39. Genotipe IPB H39 memiliki kandungan vitamin C yang lebih tinggi dibandingkan kedua genotipe lainnya, sedangkan pada nilai PTT, ATT, nisbah PTT/ATT dan ph tidak terdapat perbedaan antara ketiga genotipe. Ketiga genotipe yang diuji memiliki nilai PTT berkisar antara 12.30-13.39 0 Brix, ATT berkisar antara 1.36-1.37%, nisbah PTT/ATT berkisar antara 8.98-9.87 dan ph berkisar antara 5.60-5.90 (Tabel 9).

28 Tabel 9. Padatan terlarut total (PTT), asam tertitrasi total (ATT), kadar keasaman sari buah (ph) dan Vitamin C Genotipe PTT ATT PTT/ATT ph Vitamin C 0 Brix % mg/100 g IPB H91 12.30 ± 0.82 1.36 ± 0.14 9.11 ± 0.68 5.90 ± 0.30 124.99 ± 06.10 IPB H93 13.39 ± 1.94 1.56 ± 0.32 8.98 ± 2.37 5.60 ± 0.36 153.82 ± 33.16 IPB H39 13.22 ± 0.48 1.37 ± 0.22 9.87 ± 1.80 5.72 ± 0.28 161.65 ± 22.00 IPB H91 vs IPB H93-1.07 tn - 1.07 tn 0.11 tn - 1.51 tn - 2.87 * IPB H91 vs IPB H39-1.73 tn - 0.07 tn 0.79 tn - 0.81 tn - 3.27 * IPB H93 vs IPB H39-0.14 tn - 0.96 tn 0.60 tn - 0.55 tn - 0.38 tn Keterangan: * berbeda nyata pada uji t taraf 5% Ketiga genotipe sudah memiliki tingkat kemanisan yang memenuhi selera konsumen dan dapat menjadi sumber vitamin C yang baik karena mengandung lebih dari 100 mg vitamin C pada setiap 100 g bobotnya. Menurut Saryoko et al. (2004) konsumen menghendaki nilai PTT yang berkisar antara 11-13 0 Brix. Muchtadi dan Sugiyono (1992) menyatakan bahwa perbedaan kandungan vitamin C disebabkan oleh genotipe yang berbeda, faktor budidaya, kondisi iklim sebelum panen, cara pemanenan dan perbedaan umur petik. Kandungan ATT pada ketiga genotipe lebih tinggi daripada kandungan ATT yang diamati pada penelitian Suketi et al. (2010b) yang berkisar antara 0.09-0.14%. Berdasarkan hasil percobaan terlihat bahwa genotipe yang memiliki nilai ATT yang tinggi memiliki nilai ph yang rendah. Menurut Widyastuti (2009) nilai ph memiliki hubungan negatif dengan ATT, semakin rendah nilai ph maka semakin tinggi nilai ATT. Terdapat korelasi negatif antara ATT dengan PTT/ATT, semakin kecil nilai ATT maka semakin besar nilai perbandingan PTT/ATT, namun berdasarkan hasil percobaan, nilai ATT yang kecil belum tentu menghasilkan nisbah PTT/ATT semakin besar karena dipengaruhi oleh nilai PTT. Uji Organoleptik Hasil uji organoleptik pada Tabel 10 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sangat nyata pada karakter bentuk dan kekerasan, perbedaan nyata pada karakter rasa antara ketiga tetua dan ketiga genotipe hibrida yang diuji. Karakter

bentuk dan rasa genotipe IPB H39 terlihat lebih disukai oleh panelis. Karakter kekerasan genotipe tetua yaitu IPB 9 terlihat lebih disukai oleh panelis. Berdasarkan hasil penelitian Suketi et al. (2010b) genotipe IPB 9 memiliki kekerasan daging buah (firmness) yang lebih baik daripada tujuh genotipe lainnya. Tabel 10. Hasil uji kruskal wallis pada uji organoleptik Genotipe Bentuk Warna Rasa Aroma Kekerasan M R M R M R M R M R IPB 1 3 53.5 4 78.7 3 80.7 4 74.1 3 62.3 IPB 3 4 81.3 4 72.8 3 72.1 4 73.2 2 45.3 IPB 9 4 80.2 4 63.8 3 75.3 4 72.8 4 103.9 IPB H91 3 67.1 4 64.3 3 76.0 4 66.7 3 73.1 IPB H93 3 70.5 4 80.7 3 54.0 4 69.8 4 84.2 IPB H39 5 100.5 5 92.8 4 94.8 5 96.4 4 84.2 H 16.68 8.02 11.59 7.42 27.13 P 0.005** 0.155 0.041* 0.191 0** Keterangan: M = Median, R = Ranking * berbeda nyata pada taraf 5% ** berbeda sangat nyata pada taraf 1% 29