5 KEBERLANJUTAN PERIKANAN TANGKAP PADA DIMENSI EKOLOGI

dokumen-dokumen yang mirip
VI. ANALISIS BIOEKONOMI

IV. METODE PENELITIAN. kriteria tertentu. Alasan dalam pemilihan lokasi penelitian adalah TPI Wonokerto

3. METODE PENELITIAN

Gambar 7. Peta kawasan perairan Teluk Banten dan letak fishing ground rajungan oleh nelayan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu

5 POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN DEMERSAL

3. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Danau Singkarak, Provinsi Sumatera Barat

KELAYAKAN PENANGKAPAN IKAN DENGAN JARING PAYANG DI PALABUHANRATU MENGGUNAKAN MODEL BIOEKONOMI GORDON- SCHAEFER

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

5.5 Status dan Tingkat Keseimbangan Upaya Penangkapan Udang

BAB III BAHAN DAN METODE

3. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN STOCK. Analisis Bio-ekonomi Model Gordon Schaefer

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Volume 5, Nomor 2, Desember 2014 Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) ANALISIS POTENSI LESTARI PERIKANAN TANGKAP DI KOTA DUMAI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. BAHAN DAN METODE. Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian (Dinas Hidro-Oseanografi 2004)

6 KEBERLANJUTAN PERIKANAN TANGKAP PADA DIMENSI EKONOMI

ANALISIS BIOEKONOMI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI KOTA MAKASSAR Hartati Tamti dan Hasriyani Hafid ABSTRAK

3 METODOLOGI. Gambar 2 Peta Selat Bali dan daerah penangkapan ikan lemuru.

PENDAHULUAN. Malaysia, ZEE Indonesia India, di sebalah barat berbatasan dengan Kab. Pidie-

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2 Peta lokasi penelitian PETA LOKASI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDUGAAN STOK IKAN TONGKOL DI SELAT MAKASSAR SULAWESI SELATAN

C E =... 8 FPI =... 9 P

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. beroperasi di perairan sekitar Kabupaten Pekalongan dan menjadikan TPI

6 STATUS PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN DI WILAYAH PESISIR DAN LAUT CIREBON

3. METODOLOGI PENELITIAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Waktu dan Tempat

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS BIOEKONOMI PERIKANAN CUMI-CUMI (Loligo sp) DI PESISIR KABUPATEN KENDAL

I. PENDAHULUAN. dalam PDB (Produk Domestik Bruto) nasional Indonesia. Kontribusi sektor

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

STUDI BIOEKONOMI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN GABION KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS BIOEKONOMI(MAXIMUM SUSTAINABLE YIELD DAN MAXIMUM ECONOMIC YIELD) MULTI SPESIES PERIKANAN LAUT DI PPI KOTA DUMAI PROVINSI RIAU

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

ANALISIS HASIL TANGKAPAN PER UPAYA PENANGKAPAN DAN POLA MUSIM PENANGKAPAN IKAN TERI (STOLEPHORUS SPP.) DI PERAIRAN PEMALANG

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan 3.3 Metode Penelitian

AKUATIK-Jurnal Sumberdaya Perairan Volume 9. Nomor. 1. Tahun 2015 ISSN Kurniawan 1)

Sriati Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Kampus Jatinangor UBR

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Common property & open acces. Ekonomis & Ekologis Penting. Dieksploitasi tanpa batas

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

PENDAHULUAN. Sumberdaya ikan merupakan salah satu jenis sumberdaya alam yang

3. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) Sumber : Dinas Hidro-Oseanografi (2004)

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan nilai produksi ikan lemuru Indonesia, tahun Tahun

PENDAHULUAN. Sumberdaya tersebut diolah dan digunakan sepuasnya. Tidak satupun pihak yang

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dan 46 jenis diantaranya merupakan ikan endemik (Syandri, 2008). Salah satu

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Lestari Ikan Kakap di Perairan Kabupaten Sambas

4 KERAGAAN PERIKANAN DAN STOK SUMBER DAYA IKAN

1 PENDAHULUAN. Potensi lestari dan tingkat pemanfaatan sumberdaya udang laut di Indonesia dan Laut Jawa. Pemanfaatan (%) 131,93 49,58

3. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 18. No. 2, April 2013 ISSN

Moch. Prihatna Sobari 2, Diniah 2, dan Danang Indro Widiarso 2 PENDAHULUAN

ANALISIS BIOEKONOMI IKAN PELAGIS PADA USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TAWANG KABUPATEN KENDAL

MAXIMUM ECONOMIC YIELD SUMBERDAYA PERIKANAN KERAPU DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA. Yesi Dewita Sari¹, Tridoyo Kusumastanto², Luky Adrianto³

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRACT. Key word : bio-economic analysis, lemuru resources, bali strait, purse seine, resource rent tax, user fee

OPTIMASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN KARANG HIDUP KONSUMSI (LIFE REEF FISH FOR FOOD / LRFF) DI PERAIRAN KEPULAUAN SPERMONDE, SULAWESI SELATAN*

Studi Ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Karang Konsumsi di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Tempat pelaksanaan penelitian tesis. Data yang Dikumpulkan. Data persepsi nelayan. Produktivitas per trip

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

POTENSI LESTARI DAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN KURISI (Nemipterus sp.) YANG DIDARATKAN PADA PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SUNGAILIAT

5 EVALUASI UPAYA PENANGKAPAN DAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Bioekonomi Dan Pengelolaan Sumberdaya Ikan Mas (Cyprinus carpio) Di Waduk Cirata, Jawa Barat

ANALISIS BIO-EKONOMI PENGELOLAAN SUMBER DAYA KAKAP MERAH(Lutjanus sp) SECARA BERKELANJUTAN DI TANJUNGPANDAN, BELITUNG

III. KERANGKA PEMIKIRAN

POTENSI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU, INDONESIA

ANALISIS POTENSI LESTARI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN PANGANDARAN

Produksi (Ton) Trip Produksi (Ton) Pukat Cincin ,

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.2. Latar Belakang Masalah 1.3. Perumusan Masalah

JURNAL PEMANFAATAN SUBERDAYA PERIKANAN

5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

3 METODOLOGI. Gambar 3 Peta lokasi penelitian.

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

FLUKTUASI HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP JARING INSANG HANYUT (DRIFT GILLNET) DI PERAIRAN DUMAI, PROVINSI RIAU

ANALISIS BIOEKONOMI MODEL COPES PERIKANAN DEMERSAL PESISIR REMBANG. Bioeconomic Analitic Copes Mode Demersal Fish in Rembang Water

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN DAN PEMASARAN SUMBERDAYA CUMI-CUMI (Loligo Sp) YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KEJAWANAN KOTA CIREBON, JAWA BARAT

TINGKAT PEMANFAATAN PERIKANAN DEMERSAL DI PERAIRAN KABUPATEN REMBANG. Utilization Levels of Demersal Fisheries in Rembang Regency Seawaters

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

5 KEBERLANJUTAN PERIKANAN TANGKAP PADA DIMENSI EKOLOGI 5.1 Pendahuluan Salah satu keberlanjutan perikanan tangkap ditentukan oleh kondisi ekologi. Penelitian pada bab ini bertujuan untuk menentukan status keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil ditinjau dari dimensi ekologi. Pemanfaatan sumberdaya perikanan tidak boleh mengancam kesinambungan fungsi ekologi pendukung keberlanjutan kegiatan perikanan yang ekonomis dan produktif. Bab ini akan membahas beberapa atribut keberlanjutan dari dimensi ekologi yang berkaitan dengan sumberdaya perikanan di dua lokasi, yaitu Kabupaten Serang dan Tegal. Atribut-atribut tersebut adalah tingkat eksploitasi perikanan, proporsi ikan yang dibuang (by catch dan discards), tekanan pemanfaatan perairan, perubahan ukuran ikan tertangkap dalam 10 tahun terakhir, perubahan jenis ikan yang tertangkap dalam 10 tahun terakhir dan pemanfaatan lingkungan perairan oleh pariwisata bahari. Tujuan utama pengelolaan sumberdaya perikanan ditinjau dari segi biologi adalah dalam upaya konservasi stok ikan untuk menghindari tangkap lebih (King and Ilgorm, 1989). Dengan kata lain bahwa untuk keberlanjutan perikanan tangkap diperlukan upaya agar tidak terjadi tangkap lebih melalui konservasi stok ikan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 31/2004 tentang perikanan (pasal 1), konservasi sumberdaya ikan didefinisikan sebagai upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan sumberdaya ikan, termasuk ekosistem, jenis, dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumberdaya ikan. Dalam mempertahankan ketersediaan dan kesinambungan sumberdaya ikan perlu dilakukan pendekatan kehati-hatian dalam eksploitasi sumberdaya ikan sehingga keberlanjutan perikanan tangkap secara ekologi dapat dipertahankan. Oleh karena itu dalam eksploitasi sumberdaya perikanan diperlukan potensi dugaan sumberdaya perikanan yang dapat memberikan gambaran mengenai tingkat dan batas maksimal dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan di suatu

84 wilayah, sehingga pembangunan perikanan dapat direncanakan sedemikian rupa dan sumberdaya perikanan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Pada dasarnya secara ekologi, kegiatan perikanan akan dapat dilaksanakan dan berkelanjutan apabila komponen yang merupakan persyaratan pokok dapat dipenuhi. Persyaratan tersebut diantaranya adalah terjaminnya tingkat pertumbuhan (r), terjaganya daya dukung lingkungan perairan (K), dan tingkat pemanfaatan (koefisien daya tangkap, q) yang terkendali. 5.2 Metodologi Metode yang digunakan dalam penelitian dimensi ekologi adalah gabungan dari penelitian deskriptif dan survei langsung (pengamatan dan wawancara). Data tentang jumlah unit dan trip alat tangkap serta hasil tangkapan tiap alat tangkap diperoleh dari laporan tempat pelelangan pendaratan ikan (TPI) di kedua lokasi penelitian. Data tentang alat tangkap, dimensi kapal serta anak buah kapal (ABK), daerah penangkapan, serta jenis ikan hasil tangkapan dominan diperoleh melalui wawancara dan survei langsung dengan nelayan di fishing base di kedua lokasi penelitian, yaitu Kabupaten Serang dan Kabupaten Tegal. Pemilihan responden yang diwawancarai langsung ditentukan berdasarkan petunjuk atau rekomendasi dari Dinas Perikanan dan Kelautan tiap kabupaten, ketua kelompok nelayan, dan petugas penyuluh perikanan setempat (khusus untuk lokasi penelitian di Kabupaten Tegal). Responden tersebut tidak dipilih secara random. Jumlah responden tiap lokasi penelitian ditentukan secara proporsional berdasarkan jumlah populasi dan kemampuan enumerator dalam melakukan identifikasi. Tabel 5.1 Jumlah responden menurut jenis alat tangkap dan lokasi penelitian No Tempat Pendaratan Jumlah sampel (responden) Kecamatan Kabupaten Ikan (TPI) Alat tangkap Jumlah 1 Pasauran Cinangka Serang Payang bugis Jaring udang 38 33 2 Munjung Agung Kramat Tegal Payang gemplo Bundes Rampus 25 12 12 3 Surodadi I Surodadi Tegal Payang gemplo Bundes Rampus J u m l a h 165 Keterangan : Tiap sampel terdiri dari satu kapal penangkap dan satu alat tangkap. 15 10 20

85 Analisis terhadap data yang diperoleh akan difokuskan pada kajian potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan serta peran atribut faktor ekologis yang mempengaruhi keberlanjutan perikanan. Pendugaan tingkat dan batas maksimal pemanfaatan sumberdaya perikanan dilakukan dengan menerapkan model surplus produksi. Model ini memanfaatkan data produksi dan upaya penangkapan, seperti dijelaskan Clark, Yoshimoto and Pooley (1992). Parameter model yang diduga adalah r (laju pertumbuhan alami/intrinsic), q (koefisien kemampuan penangkapan) dan K (daya dukung lingkungan). Parameter-parameter tersebut diduga dengan menggunakan OLS (ordinary least square) dengan meregresikan tangkap perunit upaya (catch per unit effort = CPUE) pada periode t+1 dengan tangkap perunit upaya pada periode t serta penjumlahan input pada periode t dan t+1. Input yang digunakan adalah jumlah trip penangkapan dari semua jenis alat tangkap dengan indeks penangkapan yang telah distandardisasi. Standardisasi alat tangkap pada penelitian ini menggunakan persamaan Tai dan Heaps (1996) yang diacu dalam Bintoro (2005). Atribut ekologi yang lain dalam Rapfish antara lain discard and by cacth, yaitu sejumlah ikan tangkapan yang tidak dimanfaatkan atau dibuang nelayan karena tidak mempunyai nilai ekonomis penting atau pertimbangan lain. Jika jumlah discard dan by catch sedikit bahkan jika tidak ada ikan yang dibuang maka sumberdaya perikanan dari perairan tersebut merupakan sumber pendapatan yang sangat penting bagi para nelayan. Dalam situasi seperti ini semua jenis dan ukuran dikonsumsi atau dimanfaatkan oleh nelayan dan masyarakat. Tekanan pemanfaatan perairan atau tingkat intensitas pemanfaatan perairan oleh berbagai kegiatan secara langsung akan mempengaruhi kondisi ekologi perairan. Semakin tinggi tingkat pemanfaatan (tekanan) perairan maka akan menyebabkan semakin menurunnya kualitas perairan tersebut. Tekanan perairan ini dapat berupa pemanfaatan laut sebagai lahan budidaya laut, jalur-jalur sarana lalu lintas transportasi laut, tempat pembuangan sampah, daerah penangkapan ikan yang padat dan sebagainya. Perubahan ukuran ikan dan jenis ikan dalam 10 tahun terakhir akan menggambarkan dampak akibat terjadinya perubahan ekologi. Jika ukuran ikan semakin kecil maka dapat dikatakan lingkungan perairan dan sumberdaya

86 perikanan mengalami kerusakan (degradasi), begitu juga yang terjadi pada perubahan jenis ikan yang tertangkap dimana ikan yang tertangkap semakin kecil dari masa kemasa. Kondisi yang demikian dapat dikategorikan growth overfishing yaitu terjadi manakala stok ikan yang ditangkap rata-rata ukurannya lebih kecil daripada ukuran yang seharusnya untuk berproduksi pada tingkat yield per recruit yang maksimum (Fauzi, 2005; Nikijuluw, 2005). Pemanfaatan pariwisata yang sesuai dan optimal merupakan pendorong ke arah perbaikan ekologi karena secara tidak langsung pariwisata akan menciptakan kondisi lingkungan yang lebih baik, bersih, tertib, aman dan nyaman. Pemanfaatan pariwisata juga akan menciptakan alternatif lapangan pekerjaan dan pendapatan tambahan bagi para penduduk atau nelayan sekitar. Kegiatan pariwisata yang berlebihan juga akan berdampak kurang baik karena justru akan menciptakan masalah baru berupa peningkatan kerusakan ekologi. Metode penentuan indeks keberlanjutan ekologi perikanan tangkap dengan teknik Rapfish dilakukan secara sistimatis seperti diuraikan pada Bab 3 (Metode Umum Penelitian). Indeks status keberlanjutan ekologi perikanan tangkap dimulai dengan pembuatan skor setiap atribut pada dimensi ekologi berdasarkan kondisi di lapangan, baik dari hasil berdasarkan wawancara dan pengamatan (data primer) maupun data sekunder. Penyusunan skor ini berdasarkan acuan-acuan yang telah dibuat baik melalui literatur seprti Alder, et. al., 2000 yang diacu dalam Fauzi dan Anna (2002), maupun pertimbangan dari penulis dengan asumsi-asumsi dan dasar-dasar ilmiah. Skor yang diperoleh kemudian diolah dengan program Microsoft Excel dengan template ekologi yang telah dipersiapkan sebelumnya kemudian di-run sehingga diperoleh nilai multidimenstional scaling dari Rapfish yang lebih dikenal dengan indeks keberlanjutan. Nilai indeks keberlanjutan perikanan skala kecil ini pada metode Rapfish diketahui mempunyai nilai bad (buruk) sampai good (baik) dalam selang 0-100. Untuk memudahkan penentuan status keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil baik di Kabupaten Serang maupun Kabupaten Tegal maka selang dari bad (0) sampai good (100) tersebut dibagi menjadi beberapa kategori atau status, yaitu dengan membagi empat selang 0-100 tersebut. Selang indeks keberlanjutan tersebut yaitu selang 0-25 dalam status buruk, selang 26-50

87 dalam status kurang, selang 51-75 dalam status cukup dan selang 76-100 dalam status baik. Pembagian selang yang menggambarkan status indeks keberlanjutan ekologi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Selang indeks dan status keberlanjutan ekologi perikanan tangkap skala kecil No Selang Indeks Keberlanjutan Status Keberlanjutan 1 0-25 Buruk 2 26-50 Kurang 3 51-75 Cukup 4 76-100 Baik 5.3 Hasil Penelitian 5.3.1 Sumberdaya perikanan tangkap lokasi penelitian 5.3.1.1 Kabupaten Tegal Hampir setiap jenis alat tangkap dapat menangkap beberapa jenis ikan karena keanekaragaman hayati ikan dan nelayan umumnya siap untuk memanfaatkan apa saja yang tertangkap. Jenis-jenis ikan yang tertangkap oleh jaring rampus, payang gemplo dan bundes di Kabupaten Tegal dapat dilihat pada Tabel 5.3. Jenis ikan yang beberapa tahun silam masih ditangkap namun pada 2-3 tahun terakhir sudah sangat sulit didapat diantaranya adalah ikan kerong-kerong (Therapon spp), gerot-gerot (Pristipoma spp.), biji nangka (Parupeneus spp.), kapas-kapas (Gerres spp.), dan ikan sebelah (Psettodidae). Di samping beberapa jenis ikan tersebut di atas, beberapa jenis udang yang juga sudah sangat sulit didapat seperti udang krosok (Metapenaeus monoceros), udang windu (Penaeus monodon), dan udang pacet (Penaeus semisulcatus). Sebagian kecil dari nelayan mengatakan, bahwa jenis ikan dan udang tersebut sudah hilang karena terkuras oleh jaring arad (Lampiran 3). Beragamnya setiap alat tangkap menyebabkan perlu adanya standardisasi untuk perhitungan total effort tahunan. Standardisasi alat tangkap diperlukan untuk menyeragamkan satuan upaya penangkapan dari berbagai alat tangkap dengan menggunakan salah satu alat tangkap yang dominan dalam menangkap ikan sebagai alat tangkap standar. Jenis alat tangkap yang dioperasikan di

88 Kabupaten Tegal didominasi oleh alat tangkap payang gemplo, rampus, dan bundes (Dinas Perikanan Kelautan dan Peternakan Kabupaten Tegal, 2005). Tabel 5.3 Jenis-jenis ikan yang biasa tertangkap oleh jaring rampus, payang gemplo dan bundes (DKP Kabupaten Tegal, 2005). Jenis Ikan Nama ilmiah Jaring Payang Rampus gemplo Bundes Teri Stolephorus spp. - X - Rebon Meretrix spp. - X X Layang Decapterus sp. x X - Kembung Rastrelliger sp. x X - Tembang Sardinella spp. x X - Selar Selaroides spp X - Tenggiri Scomberomorus spp x - - Julung-julung Hemirhampus spp. x - - Belanak Mugil spp. x - - Kepiting Scylla serrata - X Tiga waja Otolithes sp. x - X Petek Leigonathus spp. x - X biji nangka Parupeneus spp. - X Beloso Saurida spp - X Bawal putih Pampus argentheus x - X Manyung Arius spp - X Bulu ayam Setipinna spp. - X Cucut Sphyrinidae - X Sembilang Plototus spp. - X Kerapu Epinephelus spp. - X Jenis-jenis udang Penaeus spp. - X Ikan-ikan hasil tangkapan nelayan Tegal di perairan pantai Tegal selalu didaratkan di tempat pendaratan yang sama sepanjang tahun, yaitu TPI Larangan, TPI Surodadi I dan TPI Surodadi II. Alat tangkap yang selalu dioperasikan sepanjang tahun adalah alat tangkap payang sedangkan alat tangkap lainnya hanya pada musim tertentu saja, sesuai dengan musim ikan yang menjadi sasaran alat tangkap tersebut. Pada tahun 1998, alat tangkap bundes beroperasi sepanjang tahun, pada tahun 1999 sampai 2002 hanya beroperasi pada bulan Januari sampai dengan bulan April dan bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober, sedangkan pada tahun 2003 tidak beroperasi pada bulan Januari, Juli dan Oktober, pada tahun 2004 tidak beroperasi pada bulan Mei, Juni dan September. Alat tangkap standar yang digunakan dalam penelitian ini adalah payang. Pemilihan alat tangkap standar ini dengan pertimbangan bahwa : (1) payang

89 adalah jenis alat yang paling banyak dioperasikan oleh nelayan di Kabupaten Tegal, (2) payang adalah alat yang dioperasikan sepanjang tahun. Jenis ikan hasil tangkapan di Kabupaten Tegal yang didaratkan di TPI Larangan, TPI Surodadi I dan TPI Surodadi II dapat dilihat pada Tabel 5.4. Hasil tangkapan yang didaratkan di TPI Larangan rata-rata 66% dari total tangkapan di Kabupaten Tegal. Jenis ikan yang ditangkap antara lain teri, julung-julung, tenggiri, peperek, tongkol, tigawaja, rajungan dan rebon. Jenis ikan dominan yang ditangkap adalah teri dengan rata-rata hasil tangkapan 38 % dari total hasil tangkapan. Teri merupakan jenis ikan unggulan yang ditangkap nelayan di Kabupaten Tegal dengan menggunakan payang. 5.3.1.1.1 Produksi dan upaya penangkapan Produksi ikan yang digunakan untuk perhitungan potensi sumber daya adalah seluruh jenis ikan yang tertangkap oleh ke tiga jenis alat tangkap di Kabupaten Tegal. Data produksi ikan yang dikumpulkan diperoleh dari data produksi tiga TPI yaitu TPI Larangan, Suradadi I dan Suradadi II. Data upaya penangkapan diperoleh dengan cara mengumpulkan data jumlah trip dan alat tangkap yang dioperasikan di Kabupaten Tegal. Alat tangkap yang dijadikan acuan dalam menghitung potensi dan pemanfaatan sumberdaya adalah payang gemplo, bundes dan jaring rampus seperti telah diuraikan diatas. Selanjutnya data tentang trip dan alat tangkap berdasarkan masing-masing alat tangkap yang dijadikan acuan (Tabel 5.4). Tabel 5.4 Produksi dan effort aktual dari alat tangkap payang, bundes dan rampus di Kabupaten Tegal (1994-2004) Tahun Produksi (ton) Upaya penangkapan (trip) Payang Bundes Rampus Total Payang Bundes Rampus 1994 312,01 74,16 20,23 406,4 5.633 803 753 1995 285,48 50,39 16,60 352,3 5.952 623 714 1996 509,25 58,28 10,17 577,7 11.665 796 480 1997 492,11 50,53 5,36 548,0 12.297 759 271 1998 675,93 65,34 4,81 746,1 12.253 707 179 1999 635,48 38,72 3,53 677,7 17.135 629 195

90 Tahun Produksi (ton) Upaya penangkapan (trip) Payang Bundes Rampus Total Payang Bundes Rampus 2000 578,32 42,16 4,32 624,8 16.988 738 258 2001 550,75 36,39 1,54 588,7 17.241 681 100 2002 447,52 25,45 4,51 477,5 17.185 585 354 2003 608,80 37,08 1,14 647,0 18.347 662 73 2004 444,67 26,97 0,97 472,6 17.209 623 75 Sumber : Data bulanan TPI Larangan dan Suradadi serta Dinas Perikanan Kelautan dan Peternakan Kabupaten Tegal, 1995-2005 (diolah). 5.3.1.1.2 Produktivitas alat tangkap Produktivitas adalah hasil tangkapan tiap satu unit alat tangkap tahunan atau harian di suatu daerah penangkapan atau wilayah perikanan. Perhitungan produktivitas dapat dilakukan jika data tentang hasil tangkapan dan jumlah unit atau hari tangkap (trip) tiap alat tangkap yang mampu menangkap jenis ikan tersebut diketahui. Dengan dua data tersebut (produksi dan upaya penangkapan), produktivitas dapat dihitung dengan satuan ton per unit alat tangkap per tahun atau kilogram per unit alat tangkap per hari. Dengan demikian, perhitungan produktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil tangkapan per alat tangkap dibagi dengan jumlah trip tahunan alat tangkap tersebut. Data produktivitas payang, bundes dan rampus di Kabupaten Tegal dari tahun 1994-2004 dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5 Produktivitas payang, bundes dan rampus di Kabupaten Tegal (1994-2004) Tahun Produktivitas (ton/trip) Payang Bundes Rampus 1994 0,0554 0,0923 0,0269 1995 0,0480 0,0809 0,0232 1996 0,0437 0,0732 0,0212 1997 0,0400 0,0666 0,0198 1998 0,0552 0,0924 0,0268 1999 0,0371 0,0616 0,0181 2000 0,0340 0,0571 0,0167 2001 0,0319 0,0534 0,0154 2002 0,0260 0,0435 0,0127 2003 0,0332 0,0560 0,0157 2004 0,0258 0,0433 0,0129 Rata-rata 0,0391 0,0655 0,0190

91 Produktivitas dari alat tangkap bundes lebih tinggi daripada payang, namun demikian bundes tidak menjadi alat tangkap standar karena kenyataan di lapangan tidak dominan dan tidak dioperasikan sepanjang tahun yang dapat dibuktikan dengan jumlah unit maupun jumlah trip operasi tahunan. Di sisi lain payang lebih dominan yang dapat dilihat dari jumlah alat tangkap dan trip pengoperasiannya. Oleh karena itu dalam perhitungan ini, payang digunakan sebagai alat tangkap standar karena dominasinya baik jumlah unit alat tangkap maupun trip operasi tahunannya. 5.3.1.1.3 Fishing Power Index (FPI) Fishing power index (FPI) adalah tingkat kemampuan suatu alat tangkap dalam menangkap ikan atau suatu jenis ikan tertentu dalam waktu dan daerah penangkapan tertentu pula. Perhitungan fishing power index diperlukan jika alat tangkap yang mengeksploitasi sumberdaya ikan atau suatu jenis ikan tertentu jumlahnya lebih dari satu. Selanjutnya dalam perhitungannya perlu dipilih salah satu alat tangkap yang paling dominan dalam operasi penangkapan untuk dijadikan rujukan dalam menyeragamkan jumlah upaya penangkapan (effort) yang terjadi terhadap jenis ikan atau sumberdaya ikan tersebut. Dalam penelitian ini, alat tangkap yang digunakan sebagai rujukan adalah payang gemplo (payang) sehingga nilai FPI alat tangkap payang adalah = 1, bundes = 1,67 dan rampus = 0,49 (Tabel 5.6). Nilai indeks ini digunakan sebagai faktor pengali terhadap trip masing-masing alat tangkap tersebut. Total trip penangkapan baku dalam satu periode diperoleh dari jumlah trip penangkapan yang telah dikalikan dengan FPI. Tabel 5.6 Rata-rata produktivitas (ton/trip) dan fishing power index (FPI) dari alat tangkap payang, bundes dan rampus di Kabupaten Tegal. Indeks Payang Bundes Rampus Rata-rata produktivitas (CPUE) 0,0391 0,0655 0,0190 FPI 1,0000 1,6738 0,04869

92 5.3.1.1.4 Standardisasi upaya penangkapan Standardisasi upaya penangkapan adalah menyeragamkan besarnya nilai upaya penangkapan (effort) beberapa jenis alat tangkap ke dalam satuan jenis upaya alat tangkap tertentu yang dijadikan standar (Tabel 5.7). Tabel tersebut menyajikan hasil perkalian data trip tiap alat tangkap pada Tabel 5.4 dengan nilai FPI masing-masing alat tangkap pada Tabel 5.6, menghasilkan trip standar payang, bundes dan jaring rampus. Tabel 5.7 Perkembangan effort standar dari payang, bundes dan rampus di Kabupaten Tegal. Tahun Payang Bundes Rampus Total Trip Standar 1994 5.633,00 1.344,81 366,62 7.344,43 1995 5.952,00 1.043,20 347,77 7.342,97 1996 11.665,00 1.332,89 233,93 13.231,82 1997 12.297,00 1.269,59 131,99 13.698,58 1998 12.253,00 1.183,59 87,26 13.523,85 1999 17.135,00 1.052,25 94,84 18.282,09 2000 16.988,00 1.235,77 125,68 18.349,45 2001 17.241,00 1.140,47 48,54 18.430,01 2002 17.185,00 979,14 172,28 18.336,42 2003 18.347,00 1.107,42 35,36 19.489,77 2004 17.209,00 1.043,16 36,65 18.288,81 5.3.1.1.5 Pendugaan Status Potensi Sumberdaya Perikanan Potensi lestari (MSY) adalah batas maksimum eksploitasi teoritis suatu sumberdaya perikanan tanpa mengganggu kemampuan sumberdaya tersebut untuk pulih kembali pada tahun berikutnya. Perhitungan MSY didasarkan pada adanya data tahunan tingkat eksploitasi dan upaya penangkapan. Metode yang digunakan dalam perhitungan MSY seperti yang telah dikemukakan dalam Bab 3 (metodologi) sebelumnya adalah metode Schaefer (1954) dan metode CYP (Clark, Yosimoto dan Polley, 1992). Kedua metode ini digunakan diantaranya untuk melihat metode yang lebih mendekati kenyataan di lapangan. Dengan mengetahui hubungan upaya penangkapan dengan produksi (Gambar 5.1) dan CPUE berdasarkan alat tangkap yang sudah distandardisasi serta produktivitas alat tangkap standar dapat dihitung Tabel (5.8).

93 Tabel 5.8 Total produksi aktual, total effort standar dan produktivitas alat tangkap standar di Kabupaten Tegal (Tahun 1994-2004) Tahun Produksi (ton) Effort (trip) CPUE (ton/trip) 1994 406,4 7344 0,055 1995 352,3 7343 0,048 1996 577,7 13231 0,044 1997 548,0 13699 0,040 1998 746,1 13523 0,055 1999 677,7 18281 0,037 2000 624,8 18348 0,034 2001 588,7 18429 0,032 2002 477,5 18335 0,026 2003 647,0 19489 0,033 2004 472,6 18288 0,026 Hubungan antara jumlah upaya penangkapan standar (trip) dengan CPUE pada perikanan skala kecil Tegal adalah CPUE = 0,0684 0,00000194 trip. Nilai CPUE ini berbeda setiap tahunnya tergantung pada jumlah produksi dan jumlah effort yang digunakan. Hal ini menggambarkan bahwa pada tahun 1994 dalam 1 trip diperoleh produksi sebesar 55,34 kg atau dalam 7344 trip diperoleh produksi sebesar 406,40 ton. Pada Gambar 5.1 juga menggambarkan kecenderungan CPUE yang menurun jika terjadi peningkatan jumlah trip di perairan Kabupaten Tegal.

94 CPUE (ton/trip) 0.055 0.050 0.045 1995 1994 1996 1998 CPUE = 0,0684-0,00000194x R 2 = 0.691 0.040 1997 1999 0.035 2000 2003 0.030 2001 0.025 2002 2004 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 Trip Gambar 5.1 Hubungan upaya penangkapan (trip) dengan CPUE di Kabupaten Tegal. (1) Metode Schaefer (1954) 1) Potensi lestari (MSY) Analisis regresi linier CPUE terhadap upaya penangkapan pada Tabel 5.8 diperoleh nilai a (intercep) sebesar 0,0684 dan b (slope) sebesar -0,00000194 sehingga persamaan lestari Schaefer adalah : Y = 0,0684 E 0,00000194 E 2 Dari persamaan Schaefer di atas diperoleh nilai a dan b yang dapat digunakan untuk mengetahui upaya penangkapan maksimum yaitu (E- MSY ) = 17.629 trip. Setelah memasukkan nilai upaya maksimum (E- MSY ) tersebut ke dalam persamaan penangkapan lestari diperoleh tingkat produksi lestari (Y- MSY ) = 602,91 ton. Hubungan antara produksi lestari dengan effort dan produksi aktual dengan effort pada perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Tegal dengan menggunakan persamaan Schaefer di atas disajikan pada Gambar 5.2.

95 Produksi (ton) 800 700 600 96 97 98 99 00 01 03 500 02 04 400 94 95 300 200 100 0 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 Variable Produksi Lestari Produksi aktual Trip Gambar 5.2 Hubungan antara produksi lestari dengan effort dan produksi aktual dengan effort pada perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Tegal (menurut metode Schaefer, 1954) Pada Gambar 5.3 terlihat bahwa penambahan upaya (effort) tidak selalu identik dengan peningkatan produksi seperti yang terjadi pada tahun 2002 dan 2004 di mana dengan effort yang tinggi diperoleh hasil tangkapan yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan menggunakan persamaan ini dapat diduga produksi lestari dengan metode Schaefer di Kabupaten Tegal setiap tahunnya. Produksi lestari, produksi aktual dan effort aktual yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 5.9. Tabel 5.9 Effort, produksi aktual dan produksi lestari perikanan di perairan Kabupaten Tegal (menurut metode Schaefer, 1954) Tahun Effort Produksi aktual (ton) Produksi lestari Schaefer (ton) 1994 7.344 406,40 397,70 1995 7.343 352,30 397,66 1996 13.231 577,70 565,39 1997 13.699 548,00 572,95 1998 13.523 746,08 570,20 1999 18.281 677,73 602,08 2000 18.348 624,80 601,90 2001 18.429 588,68 601,67 2002 18.335 477,48 601,94 2003 19.489 647,02 596,19 2004 18.288 472,61 602,06

96 Tingkat produksi lestari dan tingkat pemanfaatannya atau produksi aktual kegiatan perikanan tangkap di perairan pantai Kabupaten Tegal selama 11 tahun, sejak tahun 1994 sampai tahun 2004 disajikan pada Gambar 5.3. Produksi (Ton) 800 700 600 500 400 300 200 100 0 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Tahun Produksi aktual Produksi Lestari Gambar 5.3 Tingkat produksi lestari dan produksi aktual di Perairan Tegal (menurut metode Schaefer, 1954) Menurut metode Schaefer tersebut, tingkat produksi aktual yang dihasilkan jika dibandingkan tingkat produksi lestari yang seharusnya, masih relatif datar kecuali pada tahun 1998. Lonjakan produksi yang tinggi pada tahun 1998 terjadi karena upaya penangkapan yang dilakukan oleh nelayan juga meningkat tajam. Revenue atau penerimaan yang diperoleh pada kondisi MSY adalah sebesar : MSY ( 5750000 602,91) ( 94000 17629) R = = 1.809.603.093 rupiah. 2) Potensi ekonomi lestari (MEY) Selanjutnya dapat dihitung nilai effort (upaya penangkapan) pada kondisi MEY (Maximum Economic Yield) sebesar : 1 1 EMEY = EOA = 26831 trip 2 2

97 = 13.416 trip Jumlah tangkapan pada kondisi MEY sebesar : Y MEY = 2 ( 0,0684 13416 ) ( 0,00000194 13416 ) = 568,47 ton Penerimaan pada kondisi MEY sebesar : MEY ( 5750000 568,47) ( 94000 13416) R = = 2.007.630.883 rupiah. Revenue atau penerimaan dari pemanfaatan sumberdaya perikanan pada kondisi MEY sebesar 2.007.630.883 rupiah. 3) Kondisi open access (OA) Komponen harga dan biaya operasi penangkapan di perairan Kabupaten Tegal diketahui rata-rata harga (p) = Rp.5.750.000,- per ton dan rata-rata biaya (c) = Rp.94.000,- per trip. Selanjutnya dapat dihitung nilai effort (upaya penangkapan) pada kondisi open access sebesar : 94000 0,0684 5750000 E OA = trip 0,00000194 = 26.831 trip Jumlah tangkapan pada kondisi open access sebesar : Y OA = 2 ( 0,0684 26831) ( 0,00000194 26831 ) = 438,63 ton Penerimaan pada kondisi open access sebesar : OA ( 5750000 438, 63) ( 94000 26831) R = = 0 rupiah Revenue atau penerimaan dari pemanfaatan sumberdaya perikanan pada kondisi open access tidak ada atau nol.

98 Tabel 5.10 Produksi, upaya optimal dan rente ekonomi perikanan dari berbagai rejim pengelolaan perikanan di Kabupaten Tegal (menurut metode Schaefer, 1954) No Parameter Simbol Rejim pengelolaan MEY MSY Open access 1. Produksi (ton) Y 568,47 602,91 438,63 2. Effort (trip) E 13.416 17.629 26.831 3. Rente ekonomi (Rp) R 2.007.630.8839 1.809.603.093 0 Secara grafis keseimbangan bioekonomi perikanan di perairan Kabupaten Tegal dengan metode Schaefer (1954) yang merupakan hasil proses software MAPLE dapat dilihat pada Gambar 5.4. Gambar 5.4 Keseimbangan bioekonomi perikanan di perairan Kabupaten Tegal (menurut metode Schaefer, 1954) (2) Metode CYP (Clark, Yosimoto dan Poley, 1992) Analisis surplus produksi dengan metode CYP (1992) dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data produksi dan effort tahunan selama 11 tahun mulai tahun 1994 sampai dengan tahun 2004. Rata-rata produksi tahunan dari semua jenis alat tangkap yang dioperasikan di Kabupaten Tegal adalah 556,25 ton, dengan rata-rata upaya penangkapan tahunan sebanyak 15.119 trip. Jumlah trip penangkapan ini telah distandardisasi sesuai dengan Fishing Power Index

99 (FPI) masing-masing alat tangkap. Nilai CPUE menunjukkan besaran produksi per unit upaya penangkapan dalam hal ini adalah trip. CPUE diperoleh dari total produksi dibagi dengan jumlah trip yang dioperasikan. Pendugaan parameter biologi dengan menggunakan metode CYP diperlukan nilai logaritma CPUE pada waktu t+1 dan logaritma CPUE pada saat t serta jumlah effort pada waktu t dan t+1. Nilai tersebut sesuai dengan persamaan matematis CYP. Dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS), persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi Y = α + βx 1 + γx 2. Hasil dari OLS dengan menggunakan Microsoft Excel diperoleh nilai koefisien α = -2,5644, koefisien β = 0,00321 dan koefisien γ = -0,0000239 seperti pada Lampiran 4. Tabel 5.11, menyajikan data rata-rata produksi tahunan dari semua jenis alat tangkap yang dioperasikan di Kabupaten Tegal. Tabel 5.11 Produksi, alat tangkap dan CPUE perikanan di perairan Kabupaten Tegal Tahun Produksi Effort (trip dari ln Ln CPUE (Ton) alat standar) CPUE t+1 CPUE t E t + E t+1 1994 406,40 7.344 0,05534-3,03702-2,89430 14.687 1995 352,30 7.343 0,04798-3,13126-3,03702 20.574 1996 577,70 13.231 0,04366-3,21880-3,13126 26.930 1997 548,00 13.699 0,04000-2,89732-3,21880 27.222 1998 746,08 13.523 0,05517-3,29486-2,89732 31.804 1999 677,73 18.281 0,03707-3,37985-3,29486 36.629 2000 624,80 18.348 0,03405-3,44380-3,37985 36.777 2001 588,68 18.429 0,03194-3,64804-3,44380 36.764 2002 477,48 18.335 0,02604-3,40523-3,64804 37.824 2003 647,02 19.489 0,03320-3,65572-3,40523 37.777 2004 472,61 18.288 0,02584 Rata-rata 556,25 15.119 Sumber : Data bulanan TPI Larangan dan Suradadi serta Dinas Perikanan Kelautan dan Peternakan Kabupaten Tegal, 2005 (diolah). Dari nilai-nilai yang diperoleh tersebut dapat diduga tingkat pertumbuhan sebesar 1,98721, koefisien kemampuan tangkap sebesar 0,00010 dan daya dukung lingkungan/perairan adalah 798,09 ton. Parameter ekonomi yang digunakan dalam analisis bioekonomi sumberdaya perikanan adalah rata-rata harga ikan per ton dan rata-rata biaya per trip penangkapan. Rata-rata harga ikan per ton diperoleh dari data sekunder dan data primer yang merupakan hasil wawancara

100 dengan nelayan, begitu juga dengan biaya per trip penangkapan yang dapat dilihat pada Tabel 5.12. Tabel 5.12 Parameter biologi dan ekonomi perikanan pantai Kabupaten Tegal (menurut metode CYP, 1992) No Keterangan Simbol Nilai 1. Tingkat pertumbuhan R 1,98721 2. Koefisien kemampuan tangkap Q 0,00010 3. Daya dukung lingkungan perairan (ton) K 798,09 4. Harga per ton (Rp.) P 5.750.000,00 5. Biaya per trip (Rp.) C 94.000,00 Fungsi pertumbuhan perikanan yang umum digunakan adalah fungsi pertumbuhan logistik dan fungsi produksi yaitu h = qxe. Dengan menggunakan fungsi pertumbuhan dan fungsi produksi tersebut dapat diketahui tingkat produksi lestari (h) sumberdaya perikanan yang merupakan fungsi dari tingkat upaya aktual yang dilakukan setiap tahun. Semakin tinggi tingkat upaya yang diusahakan (melebihi kondisi optimal) akan mengakibatkan terkurasnya sumberdaya perikanan sehingga tidak ada lagi yang dapat dimanfaatkan. Untuk lebih jelasnya pada Gambar 5.5 disajikan perbandingan dan fluktuasi produksi aktual, produksi lestari dengan perubahan upaya penangkapan (effort) untuk kegiatan perikanan tangkap di perairan pantai Tegal dengan metode CYP. Produksi (ton) 800 700 600 500 98 96 97 99 00 01 02 03 400 300 94 95 04 200 100 0 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 Variable Produksi Lestari Produksi aktual Trip Gambar 5.5 Hubungan produksi lestari dengan effort dan produksi aktual dengan effort pada perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Tegal (menurut metode CYP, 1992)

101 Dari Gambar 5.5 tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan atau penambahan effort tidak selalu diikuti penambahan produksi. Gambar ini juga mengindikasikan bahwa sumberdaya dengan peningkatan effort atau input akan menguras sumberdaya yang semakin terbatas karena tidak seirama dengan rekruitmen yang dalam jangka panjang akan menimbulkan biological overfishing. Tingkat produksi aktual yang dihasilkan jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat produksi lestari yang seharusnya, kecuali pada tahun 1994 dan 1995 (Gambar 5.6). Tingkat produksi aktual melonjak tinggi semenjak tahun 1996 sampai dengan tahun 2004, hal ini terjadi karena upaya penangkapan yang dilakukan oleh nelayan juga meningkat tajam. Perbandingan antara tingkat produksi aktual dengan produksi lestari adalah seperti Gambar 5.6. Produksi (ton) 800.00 700.00 600.00 500.00 400.00 300.00 200.00 100.00 0.00 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Tahun Produksi Lestari Produksi aktual Gambar 5.6 Tingkat produksi lestari dan produksi aktual di Perairan Tegal (menurut metode CYP, 1992) Pada Gambar 5.7 berikut menunjukkan overlay antara produksi lestari dengan Schaefer dan CYP pada tingkat effort dan produksi aktual yang sama di Kabupaten Tegal. Gambar 5.7 ini menunjukkan bahwa model Schaefer lebih optimistik terhadap sumberdaya perikanan (ditunjukkan oleh produksi lestari yang

102 lebih tinggi). Pada model Schaefer ini rata-rata produksi aktual yang ada di Kabupaten Tegal masih berada di bawah kurva produksi lestari Schaefer. Hal tersebut berbanding terbalik dengan model CYP yang lebih pesimistik terhadap sumberdaya perikanan dan lebih realistik terhadap kondisi yang ada sebenarnya di lapang. Produksi aktual dengan model CYP lebih banyak berada di luar kurva produksi lestari CYP sejak tahun 1995 yang menyatakan perikanan di Kabupaten Tegal sudah mengalami overfishing. Analisis selanjutnya maka akan digunakan model CYP karena lebih realistik dengan kondisi saat ini sehingga lebih hati-hati dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan di Kabupaten Tegal. Produksi (ton) 800 700 600 500 400 1994 1998 1996 1997 1999 2000 2001 2002 2004 2003 300 1995 200 100 0 0 5000 10000 15000 20000 Variable CYP Schaefer Aktual 25000 30000 35000 Trip Gambar 5.7 Overlay hasil metode Schaefer dan CYP untuk effort, produksi lestari dan produksi aktual di Kabupaten Tegal Perkembangan atau dinamika perikanan dapat dilihat dari arah atau trajectory garis koordinat effort dengan produksi. Gambar 5.8 menyajikan Copes eye ball dari turunan Gambar 5.7 di atas dengan menggunakan model CYP. Kontraksi dan ekspansi terjadi selama 11 tahun, sejak tahun 1994 sampai tahun 2004. Pada awal periode (tahun 1994) produksi aktual sudah di atas kurva produksi lestarinya dan mengalami kontraksi menuju ke arah produksi lestarinya, sehingga pada tahun 1995 perikanan di Kabupaten Tegal masih berada di sekitar

103 kurva lestari sumberdaya. Setelah tahun 1995 terjadi ekspansi yang sangat tinggi akibat peningkatan effort sampai pada tahun 1998, sehingga produksi aktual berada di atas kurva produksi lestari. Pada tahun 1998 produksi aktual yang dihasilkan sangat besar seiring dengan terjadinya krisis moneter. Karena krisis moneter ini maka para nelayan memacu effort agar produksi meningkat dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang meningkat karena tingginya tingkat inflasi. Setelah tahun 1998, produksi aktual terus menerus mengalami kontraksi menuju ke kurva produksi lestari namun juga mengalami ekspansi menjauhi kurva produksi lestari. Akibat dampak kumulatif sejak tahun 1998 sampai tahun 2004, keseimbangan sudah berada di sebelah kanan MSY dan di luar kurva produksi lestari yang selalu menunjukkan pola ekspansi dan kontraksi menuju ke pengelolaan open access. Gambar 5.8 Copes eye ball untuk perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Tegal (menurut metode CYP, 1992) Tingkat optimal pemanfaatan sumberdaya perikanan dilihat dari rejim maximum economic yield (MEY), maximum sustainable yield (MSY) dan akses terbuka. Nilai biomas optimal pada rejim maximum economic yield (MEY) adalah 484,51 ton, tingkat produksi optimal adalah 378,30 ton dan jumlah effort

104 (trip) optimal yang diperbolehkan adalah 8.163 trip. Pada rejim maximum sustainable yield (MSY) biomas, produksi dan upaya optimal adalah berturutturut 399 ton, 396 ton dan 10.389 trip. Dalam rejim akses terbuka biomas optimal hanya 170,93 ton, produksi optimal yang dapat dilakukan 266,92 ton dan jumlah trip yang diperolehkan 16.327 trip. Rente ekonomi yang diperoleh jika menerapkan rejim MEY adalah 1.407.835.829 dan rejim MSY adalah 1.303.258.460 sedangkan pada rejim akses terbuka tidak ada atau nol. Biomas, produksi, effort dan rente ekonomi pada rejim pengelolaan MSY, MEY dan open access disajikan pada Tabel 5.13. Secara grafis keseimbangan bioekonomi perikanan di perairan Kabupaten Tegal yang merupakan hasil proses software MAPLE disajikan pada Gambar 5.9 dan Lampiran 7. Tabel 5.13 Tingkat biomas, produksi, upaya optimal dan rente ekonomi perikanan dari berbagai rejim pengelolaan Kabupaten Tegal (menurut metode CYP, 1992) No Parameter Simbol Rejim pengelolaan MEY MSY Open access 1. Biomas (ton) X 484,51 399 170,93 2. Produksi (ton) h 378,30 396 266,92 3. Effort (trip) E 8.163 10.389 16.327 4. Rente ekonomi (Rp) π 1.407.835.829 1.303.258.460 0 MEY MSY 1.407.835.829 1.303.258.460 OA TR = TC Gambar 5.9 Keseimbangan bioekonomi perikanan di perairan Kabupaten Tegal (menurut metode CYP, 1992)

105 Rente ekonomi tertinggi diperoleh dari rejim MEY sedangkan yang terendah adalah rejim akses terbuka (Tabel 5.13 dan Gambar 5.9). Biomas atau stok ikan tertinggi adalah pada rejim pengelolaan MEY dan terendah rejim akses terbuka, jumlah produksi terbesar yang dapat dihasilkan adalah pada rejim MSY dan terendah rejim akses terbuka, sebaliknya upaya optimal tertinggi yang diperbolehkan adalah pada rejim akses terbuka dan terendah rejim MEY. Perbandingan tingkat produksi dan upaya aktual dengan produksi dan upaya optimal pada mekanisme rejim MEY telah terjadi kelebihan input (trip) yang digunakan dan output (produksi) yang dihasilkan. Perbandingan input aktual dibandingkan dengan rejim MEY adalah 185 % dan output adalah 147 %. Nilai persentasi diatas 100 % menunjukkan bahwa nilai aktual lebih besar dibandingkan dengan nilai optimal. Perbandingan input aktual terhadap rejim MSY adalah 146 % dan output adalah 140 %. Perbandingan input aktual terhadap input akses terbuka adalah 93 % dan output adalah 208 %. Nilai perbandingan input kurang dari 100% menunjukkan bahwa nilai input aktual lebih kecil dari input akses terbuka. Nilai perbandingan output aktual terhadap output optimal lebih dari 100% menunjukkan bahwa telah terjadi kelebihan tangkapan (over harvested). Kelebihan rata-rata tangkapan aktual terhadap MSY adalah 40,29% dan kelebihan effort yang digunakan terhadap MSY sebesar 46%. Perbedaan perbandingan input dan output aktual dengan input dan output optimal yang paling kecil adalah pada rejim MSY dan paling mencolok adalah pada rejim akses terbuka. Pada rejim MSY dapat dirata-rata bahwa kelebihan input dan output aktual terhadap input dan output optimal adalah 43 %. Pada Gambar 5.10, terlihat effort rata-rata pada kondisi aktual di atas kondisi MEY dan MSY serta mendekati kondisi open access. Rata-rata effort aktual sudah melebihi dua kali lipat dari kondisi optimal MEY. Tingkat effort yang semakin meningkat ini juga akan meningkatkan biaya operasional sehingga rente ekonomi yang diterima nelayan akan semakin menurun. Peningkatan ratarata effort aktual ini pada akhirnya akan menuju economic overfishing.

106 Effort (Trip) 18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 MEY MSY open access Aktual Gambar 5.10 Perbandingan tingkat effort dalam kondisi MEY, MSY, open access dan aktual di perairan Kabupaten Tegal. Pada Gambar 5.11, terlihat tingkat produksi yang berbeda dari masingmasing kondisi pengelolaan hasil solusi bioekonomi dan rata-rata kondisi aktual. Rata-rata produksi pada kondisi aktual lebih tinggi dari setiap kondisi pengelolaan baik MEY, MSY dan open access. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa di perairan Kabupaten Tegal telah terjadi over harvested dari sisi output atau produksi. Gambar 5.10 dan Gambar 5.11, menunjukkan bahwa di perairan Kabupaten Tegal telah terjadi economic overfishing dan biological overfishing.

107 Produksi (Ton) 600 500 400 300 200 100 0 MEY MSY open access Aktual Gambar 5.11 Perbandingan produksi perikanan dalam kondisi MEY, MSY, open access dan aktual di perairan Kabupaten Tegal. 5.3.1.2 Kabupaten Serang Analisis surplus produksi di perairan Pantai Pasauran Kabupaten Serang dilakukan dengan menggunakan data tahunan selama 17 tahun dari tahun 1988 sampai dengan tahun 2004. Rata-rata produksi perikanan di Pantai Pasauran Kabupaten Serang sebesar 375,16 ton per tahun dengan rata-rata jumlah alat tangkap 61 unit per tahun atau rata-rata upaya penangkapan tahunan sebanyak 3.163 trip (Tabel 5.14). Jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Pantai Pasauran Kabupaten Serang adalah payang bugis. Nilai CPUE yang diperoleh di Pantai Pasauran Kabupaten Serang ini menunjukkan besaran produksi per unit upaya dalam hal ini trip penangkapan, di mana CPUE ini diperoleh dari total produksi dibagi dengan total jumlah trip dalam satu tahun. Selengkapnya data produksi, jumlah trip per tahun dan CPUE perikanan di perairan Pantai Pasauran Kabupaten Serang dapat dilihat pada Tabel 5.14.

108 Tabel 5.14 Total produksi aktual, total effort standar dan produktivitas alat tangkap standar di Kabupaten Serang (Tahun 1988-2004) Tahun Produksi (ton) Trip CPUE (ton) 1988 273,6 995 0,275 1989 272,0 995 0,273 1990 133,2 995 0,134 1991 112,0 1363 0,082 1992 281,0 1350 0,208 1993 621,0 1978 0,314 1994 210,0 2242 0,094 1995 248,1 3650 0,068 1996 762,9 4400 0,173 1997 206,0 3300 0,062 1998 434,5 4400 0,099 1999 366,6 4000 0,092 2000 272,5 4000 0,068 2001 667,5 6250 0,107 2002 557,0 6250 0,089 2003 426,7 3050 0,140 2004 533,2 4550 0,117 5.3.1.2.1 Pendugaan status potensi sumberdaya perikanan Perhitungan MSY ini didasarkan pada data tahunan tingkat eksploitasi dan upaya penangkapan. Dengan mengetahui hubungan upaya penangkapan dengan produksi (Gambar 5.10) dan CPUE berdasarkan alat tangkap yang sudah distandardisasi serta produktivitas alat tangkap standar dapat dihitung. Pada Gambar 5.10 ditunjukkan hubungan antara jumlah upaya penangkapan (effort) dengan CPUE adalah CPUE = 0,219 0,00002468 trip. Nilai CPUE ini berbeda setiap tahunnya tergantung pada jumlah produksi dan jumlah effort yang digunakan. Hal ini menggambarkan bahwa pada tahun 1988 dalam 1 trip diperoleh produksi sebesar 0,28 ton (280 kg) atau dalam 995 trip diperoleh produksi sebesar 273,60 ton. Pada Gambar 5.12 juga digambarkan kecenderungan CPUE yang menurun jika terjadi peningkatan jumlah trip di perairan Pasauran, Kabupaten Serang.

109 CPUE (ton/trip) 0.35 0.30 0.25 1989 1988 1993 CPUE = 0,219 0,00002468x R 2 = 0,2896 0.20 1992 1996 0.15 0.10 0.05 1990 1991 1994 2003 1999 1997 1995 2000 2004 1998 2001 2002 0.00 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 Trip Gambar 5.12 Hubungan upaya penangkapan dengan CPUE di perairan Kabupaten Serang. (1) Metode Schaefer (1954) 1) Potensi Lestari (MSY) Analisis regresi linier CPUE terhadap upaya penangkapan pada Tabel 5.14 diperoleh nilai a (intercept) sebesar 0,219 dan b (slope) sebesar -0,00002468 sehingga persamaan lestari Schaefer di Kabupaten Serang adalah : Y = 0,219 E 0,00002468 E Dari persamaan Schaefer di atas dapat diperoleh upaya penangkapan maksimum (E- MSY ) = 4.437 trip. Setelah memasukkan nilai upaya maksimum (E- MSY) tersebut ke dalam persamaan penangkapan lestari diperoleh tingkat produksi lestari (Y- MSY ) = 485,83 ton. Komponen harga dan biaya operasi penangkapan di perairan Kabupaten Serang diketahui rata-rata nilai p = Rp.2.600.000,- per ton dan rata-rata biaya c = Rp.110.000,- per trip. Hubungan antara produksi lestari dengan effort dan produksi aktual dengan effort pada perikanan tangkap skala kecil di perairan Pasauran Kabupaten Serang dengan menggunakan persamaan Schaefer di atas disajikan pada Gambar 5.13. 2

110 Produksi (ton) 800 700 600 500 93 96 04 98 96 98 01 02 400 03 99 300 200 100 89 90 92 91 94 97 95 00 0 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 Variable Produksi Lestari Produksi aktual Trip Gambar 5.13 Hubungan produksi lestari, produksi aktual dengan effort perikanan tangkap skala kecil di perairan pantai Pasauran Kabupaten Serang (menurut metode Schaefer, 1954) Dengan menggunakan persamaan ini dapat diduga produksi lestari dengan metode Schaefer di Kabupaten Serang setiap tahunnya. Produksi lestari, produksi aktual dan effort aktual yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 5.15. Tabel 5.15 Effort, produksi aktual dan produksi lestari perikanan di perairan pantai Pasauran Kabupaten Serang (menurut metode Schaefer, 1954) Tahun Effort Produksi aktual (ton) Produksi lestari Schaefer (ton) 1988 995 273,60 193,39 1989 995 271,97 193,39 1990 995 133,20 193,39 1991 1.363 112,00 252,69 1992 1.350 280,98 250,67 1993 1.978 621,00 336,61 1994 2.242 210,00 366,91 1995 3.650 248,13 470,55 1996 4.400 762,90 485,80 1997 3.300 206,00 453,93 1998 4.400 434,50 485,80 1999 4.000 366,60 481,12 2000 4.000 272,50 481,12 2001 6.250 667,50 404,69 2002 6.250 557,00 404,69 2003 3.050 426,70 438,36 2004 4.550 533,20 485,51

111 Tingkat produksi lestari dan aktual kegiatan perikanan tangkap di perairan pantai Kabupaten Serang selama 17 tahun, sejak tahun 1988 sampai tahun 2004 disajikan pada Gambar 5.14. Produksi (Ton) 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Tahun Produksi aktual Produksi Lestari Gambar 5.14 Tingkat produksi lestari dan produksi aktual di perairan pantai Pasauran Serang (menurut metode Schaefer, 1954) Menurut metode Schaefer tersebut, tingkat produksi aktual yang dihasilkan dibandingkan tingkat produksi lestari masih relatif datar kecuali pada tahun 1993, 1996 dan 2003 dan mengalami penurunan pada tahun 1990, 1991, 1994, 1995, 1997, dan 2000. Fluktuasi produksi aktual tersebut diatas dan penyebabnya akan lebih jelas tersaji pada Gambar 5.14. Pada gambar ini juga terlihat bahwa penambahan upaya (effort) tidak selalu identik dengan peningkatan produksi. Revenue atau penerimaan yang diperoleh pada kondisi MSY adalah sebesar : MSY ( 2600000 485,83) ( 110000 4437) R = = 775.107.374 rupiah. 2) Potensi ekonomi lestari (MEY) Selanjutnya dapat dihitung nilai effort (upaya penangkapan) pada kondisi MEY (Maximum Economic Yield) sebesar :

112 1 1 E MEY = EOA = 7159 trip 2 2 = 3.580 trip Jumlah tangkapan pada kondisi MEY sebesar : Y MEY = 2 ( 0,219 3580 ) ( 0,00002468 3580 ) = 467,70 ton Penerimaan pada kondisi MEY sebesar : MEY ( 2600000 467,70) ( 110000 3580) R = = 822.249.252 rupiah. Hasil atau penerimaan dari pemanfaatan sumberdaya perikanan pada kondisi MEY sebesar 822.249.252 rupiah. 3) Kondisi open access (OA) Komponen harga dan biaya operasi penangkapan di perairan Kabupaten Serang diketahui rata-rata nilai p = Rp.2.600.000,- per ton dan rata-rata biaya c = Rp.110.000,- per trip. Selanjutnya dapat dihitung nilai effort (upaya penangkapan) pada kondisi open access sebesar : 110000 0,219 2600000 E OA = trip 0,00002468 = 7.159 trip Jumlah tangkapan pada kondisi open access sebesar : Y OA = 2 ( 0,219 7159) ( 0,00002468 7159 ) = 302,89 ton Penerimaan pada kondisi open access sebesar : OA ( 2600000 302,89) ( 110000 7159) R = = 0 rupiah Hasil atau penerimaan dari pemanfaatan sumberdaya perikanan di perairan Kabupaten Serang pada kondisi open access tidak ada atau sama dengan nol. Untuk lebih jelasnya tingkat produksi, upaya optimal dan rente ekonomi

113 perikanan dari rejim pengelolaan perikanan (MSY, MEY dan OA) di perairan pantai Pasauran Kabupaten Serang dapat dilihat pada Tabel 5.16. Tabel 5.16 Produksi, upaya optimal dan rente ekonomi perikanan dari berbagai rejim pengelolaan perikanan di perairan pantai Pasauran Kabupaten Serang (menurut metode Schaefer, 1954) No Parameter Simbol Rejim pengelolaan MEY MSY Open access 1. Produksi (ton) Y 467,70 485,83 302,89 2. Effort (trip) E 3.580 4.437 7.159 3. Rente ekonomi (Rp) R 822.249.252 775.107.374 0 Secara grafis keseimbangan bioekonomi perikanan di perairan pantai Pasauran, Kabupaten Serang dengan metode Schaefer (1954) yang merupakan hasil proses software MAPLE dapat dilihat pada Gambar 5.15. Gambar 5.15 Keseimbangan bioekonomi perikanan di perairan Pasauran Serang (menurut metode Schaefer, 1954) (2) Metode CYP (Clark, Yosimoto dan Polley, 1992) Pendugaan potensi lestari di pantai Pasauran Kabupaten Serang ini juga diawali dengan pendugaan parameter biologi yang dilakukan dengan

114 menggunakan metode CYP dengan menggunakan data produksi, upaya penangkapan (trip) dan CPUE (Tabel 5.17), sebagai dasar untuk perhitungan metode CYP. Pendugaan parameter biologi di pantai Pasauran Kabupaten Serang ini sama seperti yang dilakukan untuk perikanan pantai Tegal yang dilakukan dengan metode CYP dimana nilai logaritma CPUE pada waktu t+1 dan logaritma CPUE pada saat t serta jumlah effort pada waktu t dan t+1. Tabel 5.17 Produksi, alat tangkap dan CPUE perikanan di perairan pantai Pasauran Kabupaten Serang Tahun Produksi ln ln Trip CPUE (Ton) CPUE t+1 CPUE t E t + E t+1 1988 273,60 995 0,27510-1,29659-1,29062 1.989 1989 271,97 995 0,27346-2,01043-1,29659 1.989 1990 133,20 995 0,13393-2,49917-2,01043 2.358 1991 112,00 1.363 0,08215-1,56958-2,49917 2.713 1992 80,98 1.350 0,20813-1,15846-1,56958 3.328 1993 621,00 1.978 0,31397-2,36787-1,15846 4.220 1994 210,00 2.242 0,09368-2,68853-2,36787 5.892 1995 248,13 3.650 0,06798-1,75223-2,68853 8.050 1996 762,90 4.400 0,17339-2,77380-1,75223 7.700 1997 206,00 3.300 0,06242-2,31516-2,77380 7.700 1998 434,50 4.400 0,09875-2,38978-2,31516 8.400 1999 366,60 4.000 0,09165-2,68641-2,38978 8.000 2000 272,50 4.000 0,06813-2,23680-2,68641 10.250 2001 667,50 6.250 0,10680-2,41777-2,23680 12.500 2002 557,00 6.250 0,08912-1,96682-2,41777 9.300 2003 426,70 3.050 0,13990-2,14399-1,96682 7.600 2004 533,20 4.550 0,11719 Rata-rata 375,16 3.163 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan, Kabupaten Serang, 2005 Hasil dari OLS yang disederhanakan menjadi Y = α + βx 1 + γx 2 dan dengan menggunakan Microsoft Excel diperoleh nilai koefisien α = -1,79611, koefisien β = -0,05474 dan koefisien γ = -0,00007 seperti pada Lampiran 3. Dari nilai-nilai yang diperoleh tersebut dapat diduga tingkat pertumbuhan sebesar 2,23166, koefisien kemampuan tangkap sebesar 0,00031 dan daya dukung lingkungan/ perairan adalah 596,08 ton. Parameter biologi dan ekonomi perikanan perairan pantai Pasauran Kabupaten Serang disajikan pada Tabel 5.18.

115 Tabel 5.18 Parameter biologi dan ekonomi perikanan perairan pantai Pasauran Kabupaten Serang (menurut metode CYP, 1992) No Keterangan Simbol Nilai 1. Tingkat pertumbuhan r 2,23166 2. Koefisien kemampuan tangkap q 0,00031 3. Daya dukung lingkungan perairan K 596,08 4. Harga per ton p 2.600.000,00 5. Biaya per trip c 110.000,00 Fungsi pertumbuhan perikanan yang umum digunakan adalah fungsi pertumbuhan logistik dan fungsi produksi yaitu h=qxe. Dengan menggunakan fungsi pertumbuhan dan fungsi produksi tersebut dapat diketahui tingkat produksi lestari (h) sumberdaya perikanan yang merupakan fungsi dari tingkat upaya aktual yang dilakukan setiap tahun. Untuk lebih jelasnya pada Gambar 5.16 disajikan perbandingan dan fluktuasi produksi aktual, produksi lestari dengan perubahan upaya penangkapan (effort) untuk kegiatan perikanan tangkap di perairan pantai Pasauran, Kabupaten Serang dengan metode CYP. Produksi (ton) 800 700 600 500 400 93 03 99 96 04 98 01 02 300 200 88 89 92 94 97 95 00 100 90 91 0 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 Variable Produksi Lestari Produksi aktual Trip Gambar 5.16 Hubungan antara produksi lestari dengan effort dan produksi aktual dengan effort di Kabupaten Serang (menurut metode CYP, 1992) Tingkat produksi aktual sangat berfluktuasi dibandingkan produksi lestari. Fluktuasi produksi aktual yang lebih besar ini disebabkan oleh fluktuasi jumlah