BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Typhus Abdominalis atau demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakteri Salmonela Typhi. Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif, tidak berkapsul, mempunyai flagela, dan tidak membentuk spora.kuman ini mempunyai sekurang- kurangnya tiga antigen yang penting untuk pemeriksaan laboratorium yaitu antigen O, antigen H, dan antigen V1 (Kunoli, 2013 dan Zulkoni, 2011). Salmonela yang menyebabkan tifus bukan jenis penyakit baru, tetapi penyakit ini sulit untuk diberantas. Bahkan kuman ini bisa kembali menyerang bila pengobatan tidak tuntas. Salmonella masuk kedalam tubuh melalui makanan atau minuman yang tercemar olehnya. Kuman ini mampu bertahan hidup cukup lama dalam tinja, sampah, daging, telur, makanan yang dikeringkan, bahkan dalam bahan kimia seperti zat pewarna makanan sekalipun.ciri-ciri seseorang yang mengalami salmonellosis (penyakit yang disebabkan oleh salmonella) adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh salmonella (Abata, 2013). Penyakit ini tersebar merata diseluruh dunia. Insidensi penyakit demam tifoid diseluruh dunia mencapai 17 juta setahun dengan jumlah kematian sebanyak 600.000 orang. Di Amerika Serikat demam tifoid muncul sporadis dan relatif konstan berkisar antara 500 kasus setahun selama bertahun-tahun (bandingkan dengan demam tifoid yang dilaporkan sebanyak 2.484 pada tahun 1950). Demam
tifoid menyerang penduduk disemua negara. Seperti penyakit menular lainnya tifoid banyak ditemukan dinegara berkembang yang higiene pribadi dan sanitasi lingkungannya kurang baik (Kunoli,2013). Menurut KEPMENKES No.364 tahun 2006 tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid,menyatakan bahwa di Indonesia penyakit ini bersifat endemik dan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Dari telaah kasus di rumah sakit besar di Indonesia. Kasus tersangka tifoid menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun dengan rata-rata kesakitan 500/100.000 penduduk dengan kematian antara 0,6 5 %. Hasil RISKESDAS tahun 2007 menyatakan bahwa Dalam 12 bulan terakhir, tifoid dapat dideteksi di Provinsi Sumatera Utara dengan persentase 0,9 persen, dan tersebar di seluruh kabupaten/kota dengan rentang 0,2-3,3 persen. Di kota Medan persentasi untuk penyakit tifoid adalah sebesar 0,4 persen. Sedangkan di RSUD Dr.Pirngadi Medan sendiri, demam tifoid menjadi satu dari sepuluh terbesar untuk penyebab pasien di rawat inap pada bulan Januari 2013, sedangkan data terbaru menyebutkan ada setidaknya 297 kasus penderita Typhus Abdominalis yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi pada tahun 2014 dengan rincian 293 kasus baru dan 4 kasus lama. Menurut Abata (2013), umumnya terapi penyakit ini berlangsung baik jika diobati sejak dini dengan memperhatikan gejala-gejala awal penyakit tersebut. Namun umur, keadaan umum pasien, derajat kekebalan tubuh, jumlah salmonella, serta cepat dan tepatnya pengobatan sangat menentukan kesembuhan pasien.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rinni (2014), yang berjudul Permodelan Laju Kesembuhan Pasien Rawat Inap Typhus Abdominalis (Demam Tifoid) Menggunakan Model Regresi Kegagalan Proporsional Dari Cox (Studi Kasus di RSUD Kota Semarang). Hasilnya adalah pasien dengan usia kurang dari 15 tahun memiliki laju kesembuhan lebih cepat dibandingkan dengan pasien lebih dari sama dengan 15 tahun. Selain itu pasien dengan jenis kelamin perempuan memiliki laju kesembuhan lebih cepat dibandingkan dengan pasien berjenis kelamin laki- laki. Penelitian lainnya dilakukan oleh Syafrani (2013), yang berjudul Korelasi Titer Uji Widal Dengan Derajat Klinis Pada Pasien Demam Tifoid Di RSUD Panglima Sebaya Kabupaten Paser Periode Tahun 2012, menyatakan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kadar titer uji widal memiliki hubungan dengan derajat klinis pasien. Selain itu, adanya komplikasi yang terjadi pada masa pengobatan pasien sedikit banyaknya dapat mempengaruhi kesembuhan pasien Typhus Abdominalis. Lajukesembuhan dapat diketahui dengan analisis survival. Studi kesintasan atau survival umumnya merupakan desain kohort dimana seluruh subyek yang diteliti dengan masa pengamatan yang sama atau sampai mengalami efek. Namun dalam prakteknya,banyak hal pada desain kohort yang tidak dapat diteliti dengan metode tersebut, yang seringkali terjadi subyek masuk penelitian pada saat yang tidak sama sedangkan penelitian harus dihentikan pada suatu saat tertentu. Karena itulah perlunya suatu metode analisis khusus yang
dapatmerangkum jenis data seperti ini yaitu analisis kesintasan /analisis survival (Yasril,2009). Survival berasal dari kata survive yang berarti ketahanan/ kelangsungan hidup. Sedangkan analisis survival disebut juga analisis kelangsungan hidup atau analisis kesintasan. Analisis survival adalah kumpulan dari prosedur statistik untuk menganalisis data dimana variabel outcome yang diteliti adalah waktu (time) sampai suatu kejadian (event) muncul. Time adalah tahun, bulan, minggu, atau hari dimulai dari awal pengamatan kejadian sampai kejadian itu muncul. Kejadian (event) itu sendiri dapat berupa kematian, insiden penyakit, kakambuhan, kesembuhan, kembali bekerja atau kejadian lain sesuai dengan kepentingan peneliti. Metode analisis survival yang sering dipakai adalah metode Tabel Kehidupan (Life Table) / Akturial (Cutler Ederer), metode Kaplan Meier (Product Limit), dan metode Regresi Cox (Yasril, 2009). Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor-Faktor yang Memengaruhi Laju Kesembuhan Penderita Typhus Abdominalis yang di Rawat Inap di RSUD Dr.Pirngadi Medan Tahun 2014. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini mencoba menganalisis faktor-faktor apakah yang dapat memengaruhi laju kesembuhan penderitatyphus Abdominalis yang di rawat inap di RSUD Dr.Pirngadi Medan tahun 2014?
1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui laju kesembuhan penderitatyphus Abdominalis yang di rawat Inap di 1.3.2 Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh faktor umur terhadap laju kesembuhan penderita Typhus Abdominalis yang di rawat inap di RSUD Dr.PirngadiMedan tahun 2014. b. Untuk mengetahui pengaruh faktor jenis kelamin terhadap laju kesembuhan penderita Typhus Abdominalis yang di rawat inapdi RSUD Dr.Pirngadi Medan tahun 2014. c. Untuk mengetahui pengaruh faktortiter uji widal terhadap laju kesembuhan penderita Typhus Abdominalis yang di rawat inapdi RSUD Dr.Pirngadi Medan tahun 2014. d. Untuk mengetahui pengaruh faktor komplikasiterhadap laju e. Untuk mengetahui pengaruh faktor kadar trombosit terhadap laju f. Untuk mengetahui pengaruh faktor kadar leukosit terhadap laju
g. Untuk mengetahui pengaruh faktor anemia terhadap laju kesembuhan penderita Typhus Abdominalis yang di rawat inap di RSUD Dr.Pirngadi Medan tahun 2014. h. Untuk mengetahui pengaruh faktor tingkat kesadaran terhadap laju i. Untuk mengetahui pengaruh faktorumur, jenis kelamin, titer uji widal, komplikasi, kadar trombosit, kadar leukosit, anemia dan tingkat kesadaran terhadap laju kesembuhan penderita Typhus Abdominalis yang di rawat inap di 1.4 Manfaat Penelitian a. Sebagai bahan masukan atau sumber informasi bagi mahasiswa mengenai faktor-faktor yang memengaruhi laju kesembuhan penderita Typhus Abdominalis. b. Sebagai bahan masukan atau informasi bagi peneliti lain. c. Sebagai masukan bagi pihak rumah sakit untuk menduga laju kesembuhan penderita Typhus Abdominalis di RSUD Dr.Pirngadi Medan. d. Sebagai masukan bagi pihak rumah sakit untuk memperbaiki program layanan bagi penderita Typhus Abdominalis berdasarkan hasil-hasil yang didapat.