METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Pembangunan yang dilaksanakan di suatu wilayah merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mengelola sumberdaya yang dimiliki. Untuk itu dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan potensi wilayah dan berbagai faktor seperti sumberdaya alam, sumberdaya manusia, modal, teknologi dan kelembagaan. Pengembangan wilayah diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Oleh karena itu perlu diperhatikan prioritas sektor-sektor yang semestinya dikembangkan, yaitu yang mampu memberikan kontribusi besar bagi pembangunan wilayah. Sektor yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah sektor pertanian khususnya padi sebagai tanaman pangan yang merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Potensi pengembangan padi yang besar ini karena adanya lahan rawa lebak yang masih sangat luas dan belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu diperlukan penelitian dengan tujuan mengidentifikasi dan menganalisis pengembangan wilayah untuk perluasan lahan padi berdasarkan pada potensi wilayah yang mengacu pada tiga aspek yaitu aspek spasial, aspek biofisik dan aspek sosial ekonomi. Aspek spasial berhubungan dengan lahan yang diprioritaskan dalam pengembangan wilayah berdasarkan potensi pertanian padi. Aspek biofisik merupakan lahan yang sesuai secara aktual maupun potensial untuk padi berdasarkan kesesuaian lahan. Aspek sosial ekonomi adalah aspek yang menyangkut input dalam produksi padi termasuk sarana/prasarana sehingga usaha tani padi dinilai menguntungkan. Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Dalam melakukan budidaya padi di lahan rawa lebak kesesuaian lahan sangat tergantung dari fluktuasi air yang terjadi pada setiap bulannya. Untuk mengidentifikasi kesesuaian lahan padi di rawa lebak ini dilakukan klasifikasi kesesuaian lahan berdasarkan Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian Balai Besar Penelitian Tanah Departemen Pertanian Tahun 2003. Data yang digunakan untuk klasifikasi ini adalah peta jenis tanah tingkat sub group dengan skala 1 : 50.000. Dalam hal ini
14 dilakukan overlay dan query terhadap peta jenis tanah dan peta ketebalan gambut, sehingga dihasilkan peta kesesuaian lahan. Setelah diketahui wilayah yang sesuai untuk budidaya padi dan dibuat peta kesesuaian lahannya dilakukan overlay dengan peta penggunaan lahan saat ini (landuse existing). Penentuan wilayah yang menjadi prioritas pengembangan padi menggunakan pendekatan basis ekonomi dengan analisis Location Question (LQ). Dengan analisis ini didapatkan kecamatan yang menjadi basis produksi padi dan non-basis dengan indikator luas tanam pertanian tanaman pangan. Bila hasil LQ suatu wilayah lebih dari satu maka wilayah tersebut merupakan wilayah yang cocok untuk pengembangan pertanian padi (wilayah basis), demikian sebaliknya. Analisis SWOT digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan berdasarkan analisis penulis dan mengkombinasikan dengan pendapat berbagai kalangan terutama para pembuat kebijakan di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara. Dari sini didapatkan arahan prioritas pengembangan lahan padi di Kabupaten Hulu Sungai Utara yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan ketahanan pangan. Dalam penentuan areal pengembangan wilayah untuk produksi padi juga diperhatikan wilayah konservasi yang harus dilindungi demi keberlanjutan produksi pertanian dan kelestarian lingkungan. Hal yang paling berperan dalam hal ini adalah wilayah gambut. Untuk itu dilakukan analisis wilayah yang harus dilindungi (konservasi) berdasarkan data penggunaan lahan existing, kondisi kesatuan hidrologis gambut dan keadaan wilayah (spasial dan biofisik) dengan memperhatikan kawasan lindung gambut, sempadan sungai, dan sempadan danau. Dalam hal ini harus dilihat satu kesatuan wilayah fungsional daerah aliran sungai dan sekitarnya. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dipetakan wilayah mana saja yang dapat dikembangkan untuk pertanian padi dalam rangka peningkatan produksi untuk ketersediaan pangan lokal, regional maupun nasional, serta wilayah mana saja yang harus tetap dipertahankan sebagai kawasan lindung (konservasi). Hasilnya diharapkan dapat menjadi arahan kebijakan dalam pengembangan lahan untuk meningkatkan produksi padi dan berkontribusi dalam swasembada pangan nasional. Secara skematik kerangka pemikiran ini digambarkan pada Gambar 1.
15 Citra Alos Potensi Wilayah Penggunaan Lahan Existing (Landuse/Landcover) - Aspek Spasial - Aspek Biofisik - Aspek Sosial Ekonomi Analisis Wilayah yang harus dilindungi (Konservasi) - Peta jenis tanah - Peta ketebalan gambut - Pengamatan lapangan - Wawancara dengan penduduk setempat Analisis wilayah basis/sentra Wilayah yang harus dilindungi (Konservasi) Analisis Kesesuaian Lahan Kelas Kesesuaian Lahan Padi Sentra Wilayah Komoditas Padi Sesuai aktual Tidak Sesuai Perbaikan faktor pembatas Sesuai potensial Tidak Sesuai Survey responden Areal Pengembangan Wilayah untuk Produksi Padi Analisis SWOT Arahan : - Wilayah Pengembangan Budidaya Padi - Wilayah konservasi untuk keberlanjutan budidaya dan kelestarian lingkungan - Prioritas kebijakan dalam pengembangan padi Gambar 1 Diagram alur kerangka pikir penelitian.
16 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Hulu Sungai Utara Propinsi Kalimantan Selatan yang secara geografis terletak pada 2 o 17 sampai 2 o 33 Lintang Selatan dan antara 114 o 52 sampai 115 o 24 Bujur Timur. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus Desember 2010. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara : a. Studi data sekunder Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura serta instansi-instansi lain yang berkompeten dengan data-data yang diperlukan. Data-data tersebut diantaranya adalah Peta administrasi, Peta jenis tanah, data luas lahan dan produksi pertanian tanaman padi serta data pokok Kab. Hulu Sungai Utara. b. Wawancara, pengisian kuesioner dan ground check Wawancara dilakukan dengan berbagai pihak dan stakeholder, diantaranya pihak pemerintah (Bappeda, Dinas Pertanian TPH, Dinas Perkebunan, Badan Penyuluh Pertanian, Peternakan, Perikanan, Perkebunan dan Kehutanan), petani, pengusaha penggilingan padi serta tokoh masyarakat. Metode Analisis Data Untuk mengetahui arahan pengembangan wilayah yang berpotensi untuk budidaya pertanian, terlebih dahulu harus tahu gambaran umum potensi dan karakteristik daerah berdasarkan data-data sekunder yang terkumpul. Dari data yang terkumpul kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian sehingga akan menjawab permasalahan yang diangkat. Matriks analisis penelitian disajikan pada Tabel 2, sedangkan tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
17 Tabel 2 Matriks analisis penelitian No. Tujuan Metode Analisis Data Output 1. Mengklasifikasikan penggunaan lahan tahun 2010 On screen digitation Citra ALOS AVNIR, Landsat dan Geoeye (Google Earth) Peta penggunaan lahan tahun 2010 2. Mengidentifikasi potensi lahan untuk pemanfaatan lahan padi Analisis kesesuaian lahan Peta jenis tanah Peta gambut Peta penggunaan lahan tahun 2010 Peta kesesuaian lahan padi aktual Peta kesesuaian lahan padi potensial Peta potensi pengembangan lahan padi 3. Mengidentifikasi wilayah yang harus dilindungi (konservasi) Analisis wilayah yang harus dilindungi (konservasi) Peta penggunaan lahan tahun 2010 Peta gambut Data-data pendukung (sempadan sungai, sempadan danau) Peta wilayah konservasi 4. Mengetahui sentra produksi padi berdasarkan keunggulan komparatif Analisis Location Question (LQ) Luas areal tanam tanaman pangan per kecamatan tahun 2009 Mengetahui wilayah basis komoditas padi 5. Merumuskan prioritas kebijakan dalam pengembangan padi di Kab. HSU Analisis SWOT Data hasil kuesioner dan wawancara dengan pihak pemerintah dan stakeholder. Mengetahui wilayah pengembangan padi dan merumuskan alternatif kebijakannya.
18 Peta Jenis Tanah Peta Gambut Citra ALOS AVNIR Landsat Geoeye Wilayah Gambut Sempadan Sungai Sempadan Danau Analisis kesesuaian lahan (overlay, dll) Klasifikasi Kelas kesesuaian lahan padi aktual Peta Penggunaan Lahan Existing (LULC) Kelas kesesuaian lahan padi potensial Peta potensi pengembangan padi Sentra produksi Padi (Analisis LQ) Peta basis pengembangan padi Wilayah Konservasi Peta Potensi pengembangan padi berdasarkan kesesuaian lahan, wilayah konservasi, penggunaan lahan existing Analisis SWOT - Peta penatagunaan lahan untuk wilayah pengembangan budidaya padi dan wilayah konservasi - Prioritas kebijakan dalam pengembangan padi Gambar 2 Diagram alir tahapan penelitian.
19 Beberapa analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Analisis Kesesuaian Lahan Rawa Lebak Analisis ini menilai kesesuaian lahan padi pada rawa lebak. Untuk mengidentifikasi kesesuaian lahan padi di rawa lebak ini dilakukan klasifikasi kesesuaian lahan berdasarkan Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian Balai Besar Penelitian Tanah Departemen Pertanian tahun 2003. Data yang digunakan untuk klasifikasi ini adalah peta jenis tanah tingkat sub group dengan skala 1 : 50.000. Dalam hal ini dilakukan overlay dan query terhadap peta jenis tanah dan peta ketebalan gambut, sehingga dihasilkan peta kesesuaian lahan aktual. Setelah diketahui wilayah yang sesuai untuk budidaya padi dan dibuat peta kesesuaian lahannya dilakukan overlay (tumpang tindih) dengan peta administrasi skala 1:50.000. Adapun untuk kesesuaian lahan potensial pengembangan padi dilakukan dengan menaikkan kelas kesesuaian yang memungkinkan untuk dinaikkan satu tingkat karena faktor pembatas yang masih dimungkinkan untuk diatasi. Secara teknis hal yang dilakukan sama seperti analisis kesesuaian lahan aktual. Untuk melihat potensi pengembangan dilakukan overlay antara peta kesesuaian lahan potensial dengan peta penggunaan lahan existing tahun 2010 yang diperoleh berdasarkan hasil klasifikasi landuse/landcover dari citra ALOS AVNIR, landsat dan geoeye (google earth) dan hasil pengamatan serta wawancara di lapangan. Dalam hal ini dilakukan dengan memetakan lahan sawah yang sudah eksisting dan lahan-lahan selain sawah yang berpotensi untuk pengembangan padi yaitu belukar rawa dan rawa. b. Analisis Wilayah Konservasi Analisis ini dilakukan untuk menentukan wilayah yang harus tetap dilindungi untuk menjaga kelestarian lingkungan terutama ketersedian air ketika kemarau dan wilayah yang dapat menjadi resapan air ketika musim hujan. Untuk menentukan wilayah ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan data kesatuan hidrologis yang tidak hanya mempertimbangkan wilayah administrasi. Dalam melakukan analisis ini dilihat peta kesatuan hidrologis gambut yang ada di sepanjang Sungai Barito hingga Sungai Paminggir. Daerah yang harus dilindungi adalah gambut dalam dan kubah gambut (sesuai dengan data atribut yang tersedia pada peta) serta daerah
20 sempadan sungai dan sempadan danau. Kawasan lindung gambut, sempadan sungai dan sempadan danau yang akan dijadikan wilayah lindung mengacu kepada Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung. Dalam hal ini dilakukan query terhadap kawasan hidrologis gambut yang mempunyai ketebalan gambut sesuai untuk kawasan lindung. Untuk sempadan sungai dan danau dilakukan buffer terhadap sungai dan danau dengan jarak yang sesuai dengan aturan di atas. c. Analisis Location Question (LQ) Analisis LQ digunakan untuk mengetahui lokasi pemusatan/basis aktivitas dan menunjukkan peranan sektor dan mengetahui kapasitas ekspor perekonomian wilayah serta tingkat kecukupan barang/jasa dari produksi suatu wilayah. Untuk komoditas yang berbasis lahan seperti tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan, perhitungannya didasarkan pada lahan pertanian (luas panen atau luas tanam), produksi atau produktivitas (Hendayana, 2003). Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah (1) kondisi geografis relative seragam, (2) pola-pola aktivitas bersifat seragam dan (3) setiap aktivitas menghasilkan produk yang sama. Nilai LQ diketahui dengan rumus sebagai berikut : Dimana : i j = Nilai LQ untuk aktivitas ke-j di wilayah ke-i = derajat aktivitas ke j pada wilayah ke-i = derajat aktivitas total pada wilayah ke-i = derajat aktifitas ke-j pada total wilayah = derajat aktifitas total wilayah = wilayah/kecamatan yang diteliti = aktivitas ekonomi yang dilakukan Metode LQ pada penelitian ini digunakan untuk : Menganalisis keunggulan komparatif sub sektor tanaman pangan pertanian di tiap wilayah (kecamatan). Menganalisis komoditas tanaman pangan (padi) masing-masing kecamatan terhadap total wilayah kabupaten dengan menggunakan data luas lahan tanaman padi.
21 Interpretasi hasil analisis adalah sebagai berikut : Jika nilai > 1, komoditi tanaman pangan ke-i memiliki keunggulan komparatif untuk dikembangkan di suatu wilayah (kecamatan) Jika nilai < 1, komoditi tanaman pangan ke-i tidak memiliki keunggulan komparatif untuk dikembangkan di suatu wilayah (kecamatan) d. Analisis SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis guna merumuskan strategi atau kebijakan, dimana analisis SWOT ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan (Rangkuti, 2008). Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Menurut Iskandarini (2002), proses penyusunan strategis dengan metode SWOT dilakukan dengan melalui tiga tahap analisis, yaitu tahap analisis masukan, tahap analisis pencocokan, dan tahap analisis pengambilan keputusan. Keputusannya didasarkan atas justifikasi yang dibuat secara kualitatif maupun kuantitatif, terstruktur maupun tidak terstruktur, sehingga dapat diambil keputusan yang signifikan dengan kondisi yang ada. Tahap pertama (tahap analisis masukan) yaitu tahap yang mengumpulkan data, melakukan pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data internal dan data eksternal yang mempengaruhi usaha pengembangan padi di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Hasil analisis faktor internal dan eksternal diberi nilai yang dibuat dalam bentuk matriks. Setiap unsur kekuatan (strength), peluang (opportunity), kelemahan (weakness) dan ancaman (threat) diberi nilai 4 (sangat penting), nilai 3 (penting), nilai 2 (agak penting), dan nilai 1 (kurang penting).
22 Tahap kedua adalah tahap analisis pencocokan yaitu tahap yang mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap pengembangan wilayah berdasarkan potensi pertanian padi dengan menyusun hasil inventarisasi faktor peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang akan dimasukkan dalam faktor internal dan faktor eksternal. Langkah berikutnya adalah pencocokan dengan menggunakan matriks SWOT (Tabel 3). Tabel 3 Matriks SWOT Eksternal Internal Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness) Peluang (Oppurtunity) Strategi SO Strategi WO Ancaman (Threat) Strategi ST Strategi WT Dari hasil analisis pencocokan faktor internal dan eksternal, diperoleh empat tipe strategi yaitu: 1. Strategi SO, menggunakan kekuatan internal untuk meraih dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada 2. Strategi WO, strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada 3. Strategi ST, adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasai ancaman 4. Strategi WT, merupakan taktik untuk bertahan yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan-kelemahan intemal serta menghindar dari ancaman-ancaman lingkungan. Tahap ketiga yaitu tahap analisis pengambilan keputusan. Langkah ini adalah tahap terakhir dalam menentukan alternatif strategi terpilih yang mungkin dapat diimplementasikan. Teknik analisis yang dipakai yaitu menyusun daftar prioritas yang harus diimplementasikan. Adapun tahapan analisis adalah sebagai berikut : Tahap 1 : Memahami situasi dan informasi yang ada Tahap 2 : Memahami permasalahan yang terjadi baik masalah yang bersifat umum maupun spesifik
23 Tahap 3 Tahap 4 :Menciptakan berbagai alternatif dan memberikan berbagai alternatif pemecahan : Evaluasi pilihan alternatif dan pilih alternatif yang terbaik. Analisis SWOT digunakan untuk memperoleh alternatif strategi kebijakan arahan pengembangan budidaya padi di Kabupaten Hulu Sungai Utara.