METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran"

Transkripsi

1 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Pembangunan dan pengembangan wilayah di setiap daerah merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat di wilayah tersebut. Peningkatan aktifitas sosial ekonomi sebagai implikasi dari pembangunan, seiring dengan pertambahan jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan kebutuhan akan lahan. Rendahnya nilai land rent lahan pertanian menyebabkan alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian tidak terhindarkan, dan sebagai imbas dari alih fungsi tersebut, luasan lahan pertanian khususnya pertanian pangan semakin menurun. Kondisi tersebut menjadi permasalahan serius bagi sektor pertanian karena lahan merupakan faktor produksi utama dan tak tergantikan dalam usaha pertanian. Selain itu ketersediaan lahan pertanian pangan juga merupakan syarat ketahanan nasional. Diperlukan upaya perlindungan terhadap lahan pertanian pangan, agar laju alih fungsi lahan pertanian lebih terkontrol dengan memperhatikan aspek daya dukung lingkungan dan ketersediaan lahan. Salah satu upaya perlindungan terhadap lahan pertanian pangan adalah dengan mengidentifikasi lahan-lahan yang dapat diusulkan sebagai KP2B. Lahan yang berada di dalam KP2B dapat berupa LP2B dan/atau LP2B. Sebagai langkah awal dalam pengusulan KP2B, dilakukan identifikasi terhadap satuan hamparan lahan aktual dan lahan potensial untuk pertanian pangan. Diharapkan hasil identifikasi dapat memberikan gambaran mengenai potensi lahan yang ada, dan memungkinkan secara fisik dan alamiah untuk dijadikan sebagai KP2B. Sebagaimana yang diamanatkan dalam UU 41 Tahun 2009, diharapkan usulan KP2B dapat menjadi bagian dari penetapan Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan di wilayah kabupaten dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK). Penetapan KP2B juga menjadi dasar dalam peraturan zonasi. Kerangka pemikiran penelitian secara skematis diilustrasikan seperti bagan alir pada Gambar 1.

2 23 Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

3 Hipotesis Hipotesis Penelitian ini adalah: 1. Berdasarkan faktor fisik lahan (kelerengan, drainase, ketinggian tempat dan tekstrur tanah) dan ketersediaan lahan, masih terdapat lahan-lahan yang dapat dijadikan KP2B. 2. Lahan dengan kondisi penutupan berupa sawah, semak belukar, ladang/tegalan dan kebun/perkebunan merupakan lahan-lahan yang berpotensi untuk dijadikan LP2B dan LCP2B. 3. Identifikasi terhadap ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk KP2B diharapkan dapat dilakukan dengan menggunakan data spasial dan tabular yang ada. 4. Berdasarkan sebaran sebaran lahan aktual dan potensial, terdapat berbagai pilihan skenario proses penetapan KP2B yang berimplikasi pada keragaman ukuran luas rata-rata, luas minimal dan maksimal KP2B serta berbagai implikasi lainnya. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Barru terbentang di pesisir selat Makassar sepanjang kurang lebih 78 km dan membujur dari Selatan ke Utara dan terdiri dari 7 kecamatan yaitu Kecamatan Mallusetasi, Soppeng Riaja, Balusu, Barru, Tanete Rilau, Tanete Riaja dan Pujananting. Penelitian dilakukan selama 5 bulan, yang dimulai pada bulan Agustus 2010 sampai dengan Desember Bahan dan Alat Penelitian ini membutuhkan bahan/data primer dan sekunder. Data primer berupa cek lapangan (ground check) dan data sekunder dikumpulkan dari instansi yang berwenang mengeluarkan data, yang terdiri dari data spasial dan data atribut. Ground check dilakukan pada saat pengklasifikasian penutupan/penggunaan lahan terutama untuk penggunaan sawah irigasi. Data spasial berupa data/peta tematik seperti RBI, citra satelit ALOS AVNIR-2 tahun 2008, peta administrasi, peta tekstur tanah, peta kedalaman tanah, peta kelas lereng, peta drainase, peta ketinggian, peta penutupan dan penggunaan lahan (Land Use) peta infrastruktur jalan, dan peta paduserasi 24

4 Kabupaten Barru. Data atribut berupa data Kabupaten Barru dalam Angka. Untuk jelasnya data yang dibutuhkan dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 1. Alat yang digunakan berupa seperangkat komputer yang dilengkapi perangkat lunak Windows Vista, ArcGIS 9.3, Microsoft Word, dan Microsoft Excell. Serta peralatan penunjang berupa printer, kamera digital, receiver GPS, dan peralatan menulis. Tabel 1. Jenis Data yang Dibutuhkan dan Sumber Data No Jenis Data Sumber 1. Data Sekunder - Peta RBI - Citra Satelit ALOS AVNIR Peta Administrasi - Peta Paduserasi Kab. Barru - Peta Penutupan/Penggunaan Lahan - Peta Tekstur Tanah - Peta Kelas Lereng - Peta Ketinggian - Peta Drainase - Peta Kedalaman Tanah - Peta Jaringan Jalan - Data Kabupaten Barru dalam Angka tahun Data Primer Bakosurtanal BPS Kab. Barru - Ground check Pengecekan kondisi lapang Analisis dan Pengolahan Data Data yang telah dikumpulkan baik berupa data primer dan sekunder kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Analisis data yang dilakukan untuk mengidentifikasi hamparan lahan yang akan direkomendasikan sebagai KP2B dilakukan dengan mengkompilasi dan memadukan data spasial dan tabular berdasarkan kriteria - kriteria yang dijadikan sebagai dasar pertimbangan. Data spasial dan atribut tersebut diolah dengan menggunakan SIG untuk memudahkan dalam mendeteksi/mengidentifikasi dan mendeliniasi lokasi-lokasi lahan yang berpotensi untuk direkomendasikan sebagai KP2B. 25

5 Data input yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi KP2B adalah: Peta kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah, Peta penutupan/penggunaan lahan, Peta paduserasi hutan dan Peta jaringan infrastruktur jalan Sebelum melakukan identifikasi lahan aktual dan lahan potensial, terlebih dahulu dilakukan persiapan data input berupa peta kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah dan peta penutupan/penggunaan lahan. Sedangkan peta paduserasi dan peta jaringan infrastruktur jalan menggunakan peta yang telah ada. Adapun tahapan analisis dan pengolahan data yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1. Analisis kelas kesesuaian lahan untuk mendapatkan peta kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah. 2. Interpretasi penutupan/penggunaan lahan yang berasal dari data penginderaan jauh citra satelit ALOS AVNIR-2 tahun 2008 untuk memperoleh peta penutupan/penggunaan lahan. 3. Identifikasi lahan aktual dan lahan potensial untuk KP2B, dilakukan dengan sistem informasi geografis dan menggunakan data berupa peta kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah, peta penutupan/penggunaan lahan dan peta paduserasi hutan. 4. Identifikasi Lahan aktual dan lahan potensial untuk KP2B berdasarkan jaringan infrastruktur pendukung pertanian 5. Deliniasi KP2B berdasarkan batas administrasi kecamatan, kontiguitas spasial dan luas hamparan maksimal. Analisis Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Sawah Analisis ini digunakan untuk menilai kesesuaian lahan untuk tanaman padi, dimana pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SIG. Penilaian kelas kesesuaian lahan dilakukan dengan mencocokkan karakteristik dan kualitas lahan dengan syarat/kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah. Data/peta yang digunakan antara lain, adalah: peta kelas lereng skala 1 : , peta kedalaman tanah skala 1 : , peta drainase skala 1 : , peta tekstur tanah skala 1 : dan peta ketinggian skala 1 : Peta kelas lereng, peta kedalaman tanah, peta drainase, peta tekstur 26

6 tanah dan peta ketinggian masing-masing dapat dilihat pada Lampiran 3, 4, 5, 6 dan 7. Data spasial tersebut kemudian diolah dengan menggunakan SIG yaitu dengan tumpang tindih satu dengan yang lain berdasarkan kriteria-kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah (PPT, 1983) dalam buku Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007). Kriteria kesesuaian lahan tersebut disajikan pada Lampiran 1. Selanjutnya adalah mencocokkan satuan peta lahan dengan kriteria/persyaratan penggunaan lahan (land requirement) untuk mendapatkan peta kelas kesesuaian lahan dengan menggunakan faktor pembatas utama. Proses tumpang tindih antara beberapa peta tersebut akan menghasilkan arealareal kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi. Tahapan analisis kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah, disajikan pada Gambar 4. Data yang digunakan dalam menyusun peta kesesuaian lahan hanya datadata yang terkait dengan aspek fisik tanah dan belum mempertimbangkan aspek lain seperti: ph, toksisitas, salinitas dan sebagainya. Karena keterbatasan tersebut, maka kelas kesesuaian lahan disusun hanya pada tingkat ordo yaitu: Sesuai (S) dan Tidak Sesuai (N). Interpretasi Penutupan/Penggunaan Lahan Data penutupan dan penggunaan lahan tahun 2009 diperoleh dari Dinas Kehutanan Kabupaten Barru dimana dalam pembuatan peta tersebut, penulis ikut terlibat secara langsung. Peta penutupan/penggunaan lahan dibuat dengan melakukan interpretasi citra satelit menggunakan citra satelit ALOS AVNIR-2 tahun 2008 resolusi 10 meter. Metode yang digunakan adalah klasifikasi terbimbing (supervised classification). Untuk mengetahui secara pasti obyek yang tampak pada gambar citra, memerlukan beberapa perbaikan atau koreksi. Tahapan interpretasi disajikan pada Gambar 4. Adapun tahapan pengolahan data citra satelit adalah sebagai berikut: 1. Koreksi Geometrik. Agar citra satelit yang akan digunakan memiliki informasi spasial yang sesuai dengan posisi sebenarnya dipermukaan bumi maka perlu dilakukan koreksi geometri pada citra. Sebelum melakukan koreksi geometri, sebaiknya dilakukan penajaman terlebih dahulu. Penajaman yang dilakukan akan sangat membantu proses identifikasi 27

7 kenampakan objek pada citra. Penajaman tersebut antara lain pan-sharpen dan pemfilteran. Koreksi geometri citra dilakukan dengan transformasi (tipe geocoding) polinomial ordo dua yang membutuhkan minimal 6 Ground Control Point (GCP). Proses rektifikasi citra menggunakan peta acuan sebagai dasar pengambilan titik-titik GCP, peta yang dipergunakan adalah Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) atau dengan menggunakan data koordinat dengan bantuan Global Positioning System (GPS) Receiver. Adapun nilai kuadrat rata-rata (Root Mean Square/RMS) yang dijadikan dasar suatu citra telah terkoreksi secara benar adalah maksimal sebesar setengah dari resolusi spasial citra (0,5 x resolusi spasial citra). Selanjutnya, untuk mengembalikan nilai piksel yang mengalami transformasi, digunakan metode interpolasi nearest neighbour. 2. Koreksi Radiometrik. Koreksi radiometrik dimaksudkan untuk mengurangi gangguan visual pada citra yang banyak disebabkan oleh pengaruh atmosfer. Koreksi radiometrik dapat dilakukan menggunakan metode yang paling sederhana, yaitu penyesuaian histogram. Adapun tekniknya adalah dengan cara mengurangi nilai digital number (piksel) citra asli masingmasing saluran tunggal dengan nilai bias yang ada pada masing-masing citra tersebut. 3. Klasifikasi Penutupan/Penggunaan Lahan. Interpretasi penutupan lahan citra dilakukan dengan metoda klasifikasi terbimbing. Berdasarkan metoda ini, kenampakan pada citra diklasifikasikan menurut informasi yang diperoleh dari plot pengamatan (training set). Informasi plot pengamatan diperoleh dari data peta yang tersedia, seperti peta penggunaan lahan dan peta rupa bumi yang digunakan sebagai peta dasar. Pemilihan lokasi plot pengamatan pada citra dilakukan sedemikian rupa sehingga diyakini kebenaran informasi dan kondisi penutupan lahannya yang belum berubah. Setelah informasi dari plot pengamatan diperoleh, maka dilakukan klasifikasi penutupan lahan untuk keseluruhan wilayah yang terekam pada citra. Hasil intepretasi citra secara digital kemudian dikaji ulang, untuk ditetapkan lokasi pengamatan di lapangan. Pengamatan di lapangan dilakukan untuk memeriksa tingkat kesalahan interpretasi awal, dan karenanya dapat ditentukan akurasinya. Untuk menemukenali kembali lokasi plot pengamatan 28

8 yang telah ditentukan pada citra, digunakan peta dasar dan GPS, sehingga koordinat bumi plot pengamatan dapat diketahui. Berdasarkan perbaikan informasi penggunaan lahan yang diperoleh dari lapangan, dilakukan reklasifikasi penutupan lahan pada citra. Untuk keperluan penelitian, dilakukan re-identifikasi dan ground check ulang terhadap peta penutupan/penggunaan lahan tahun Ground check dilakukan terutama untuk penutupan/penggunaan lahan berupa sawah irigasi. Identifikasi Lahan Aktual dan Lahan Potensial untuk KP2B Untuk mengetahui wilayah-wilayah mana saja yang berpotensi untuk diusulkan sebagai KP2B, diperlukan kriteria/indikator yang dapat dijadikan acuan dalam melakukan identifikasi. Dalam kaitannya dengan penentuan KP2B, belum ada kriteria atau petunjuk teknis yang bersifat baku dan mengikat. Penelitian ini dilakukan menggunakan kriteria umum seperti yang disebutkan dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Kriteria atau indikator yang dapat digunakan tersebut antara lain adalah: (1) Kesesuaian lahan, (2) Penggunaan lahan, (3) Ketersediaan infrastruktur dan (4) Luasan kesatuan hamparan lahan. Kriteria tersebut merupakan faktor yang digunakan dalam mengidentifikasi wilayah yang memiliki lahan aktual dan lahan potensial untuk diusulkan sebagai KP2B. Berdasarkan 4 indikator tersebut disusun kriteria penentuan lahan aktual dan potensial untuk pengusulan KP2B yang pada penelitian ini disesuaikan dengan kondisi riil di lapangan dan ketersediaan data yang ada. Kriteria tersebut disajikan pada Tabel 2. Proses identifikasi lahan aktual dan lahan potensial untuk KP2B diawali dengan proses identifikasi lahan aktual dan lahan potensial untuk tanaman padi sawah berdasarkan kondisi penutupan dan penggunaan lahan saat ini. Proses ini dilakukan dengan menumpangtindihkan antara peta kesesuaian lahan untuk tanaman padi dengan peta penutupan/penggunaan lahan. Kriteria yang digunakan adalah bahwa lahan harus memiliki penggunaan lahan sebagai sawah irigasi, sawah tadah hujan, semak belukar, ladang/tegalan, hutan dan kebun/perkebunan. Sementara lahan yang memiliki tutupan sebagai hutan bakau, empang/tambak, pasir/kerakal dan pemukiman dianggap tidak memungkinkan untuk dijadikan sawah. Proses ini dilakukan untuk melihat 29

9 kesesuaian dan ketersediaan lahan aktual dan lahan potensial berdasarkan aspek biofisik untuk tanaman padi. Tabel 2. Kriteria Penentuan Lahan Aktual dan Potensial untuk pengusulan KP2B No Kriteria Lahan Aktual Lahan Potensial 1. Penutupan/penggunaan lahan Sawah irigasi, sawah tadah hujan Hutan, semak/belukar, ladang/tegalan, kebun 2. Kesesuaian lahan S (sesuai), atau S1 (sangat sesuai), S2 (sesuai) dan S3 (cukup sesuai) 3. Status kawasan Areal Penggunaan Lain (APL) dan/atau Hutan Produksi Konversi (HPK) 4. Kondisi eksisting Telah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian pangan S (sesuai), atau S1 (sangat sesuai), S2 (sesuai) dan S3 (cukup sesuai Areal Penggunaan Lain (APL) dan/atau Hutan Produksi Konversi (HPK) Belum dimanfaatkan sebagai lahan pertanian pangan 5. Arahan Penggunaan didalam RTRW Kawasan Budidaya Kawasan Budidaya 6. Jaringan Infrastruktur pendukung Pertanian: a. Jaringan Jalan b. Jaringan Irigasi a. Line in polygon b. Line in polygon a. Line in polygon b. Line in polygon 8. Karakteristik lahan Berada dalam satuan hamparan Berada dalam satuan hamparan Berdasarkan peta paduserasi hutan, tutupan lahan Kabupaten Barru terbagi atas 3, yaitu: hutan lindung (HL), hutan produksi terbatas (HPT) dan areal penggunaan lain (APL). Kawasan yang dianggap sesuai (suitable) untuk KP2B adalah APL dan HPK. Peta kawasan hutan diekstraksi untuk mendapatkan areal budidaya non hutan (APL) yang dapat dilakukan kegiatan budidaya diatasnya. Kawasan hutan lindung dan hutan produksi terbatas dikeluarkan karena merupakan kawasan konservasi. Hasil tersebut kemudian dioverlay dengan peta lahan yang aktual dan potensial untuk tanaman padi untuk mendapatkan peta lahan aktual dan 30

10 potensial untuk diusulkan sebagai KP2B. Kriteria yang disyaratkan dalam menentukan lahan yang aktual dan potensial untuk diusulkan sebagai KP2B adalah: 1. Lahan berada di kawasan budidaya non hutan berupa areal penggunaan lain (APL) 2. Kondisi penutupan/penggunaan lahan (land use) berupa sawah irigasi, sawah tadah hujan, hutan, semak belukar, ladang/tegalan dan kebun/perkebunan. 3. Lahan-lahan dengan kelas kesesuaian S (sesuai), sedangkan Lahan dengan kelas kesesuaian N (tidak sesuai) diabaikan. Matriks penentuan lahan aktual dan lahan potensial untuk KP2B berdasarkan penutupan/penggunaan lahan (land use), kelas kesesuaian lahan dan status kawasan dapat dilihat pada Tabel 3. Tahapan identifikasi lahan aktual dan potensial untuk dijadikan KP2B, disajikan pada Gambar 2. Tabel 3. Matriks Penentuan Lahan Aktual dan Potensial untuk KP2B Berdasarkan Penutupan/Penggunaan Lahan, Kelas Kesesuaian Lahan dan Status Kawasan di Kabupaten Barru Penggunaan Lahan Hutan Semak Kebun/Perkebunan Ladang/Tegalan Sawah irigasi Sawah tadah hujan Empang/Tambak, Hutan Bakau, Pemukiman, Pasir/Kerakal Status Kawasan Kelas Kesesuaian Lahan Kategori APL S (Sesuai) Lahan Potensial HL, HPT Semua Tidak Memungkinkan APL S (Sesuai) Lahan Potensial HL, HPT Semua Tidak Memungkinkan APL S (Sesuai) Lahan Potensial HL, HPT Semua Tidak Memungkinkan APL S (Sesuai) Lahan Potensial HL, HPT Semua Tidak Memungkinkan APL S (Sesuai) Lahan Aktual HL, HPT Semua Tidak Memungkinkan APL S (Sesuai) Lahan Aktual HL, HPT Semua Tidak Memungkinkan Semua Semua Tidak Memungkinkan 31

11 Gambar 2. Bagan Tahapan Identifikasi Lahan Aktual dan Potensial untuk KP2B Identifikasi Lahan Aktual dan Lahan Potensial untuk KP2B Berdasarkan Jaringan Infrastruktur Pendukung Pertanian Idealnya setiap KP2B mempunyai jaringan infrastruktur pendukung pertanian sekurang-kurangnya berupa jaringan irigasi dan jaringan jalan. Penelitian ini menggunakan peta jaringan infrastruktur jalan yang diperoleh dengan mengekstrak dari hasil interpretasi citra satelit ALOS AVNIR-2 tahun Informasi jaringan irigasi tidak digunakan karena ketiadaan data spasial. Data jaringan irigasi yang didapatkan hanya dalam bentuk tabular, seperti pada Lampiran 2. Data/peta sungai dijadikan sebagai informasi tambahan/pelengkap untuk melihat ketersediaan sumberdaya air, karena ketiadaan peta jaringan irigasi. Pada tahap ini peta jaringan infrastruktur jalan di tumpang tindih dengan peta lahan aktual dan lahan potensial yang akan diusulkan sebagai KP2B. Proses ini diharapkan dapat memberikan informasi berupa lokasi lahan aktual dan lahan potensial yang memiliki jaringan infrastruktur jalan. 32

12 Proses ini menghasilkan peta lahan aktual dan potensial untuk diusulkan sebagai KP2B berdasarkan jaringan infrastruktur. Secara spasial, informasi tersebut dapat memberikan gambaran area-area mana saja yang secara eksisting memiliki kondisi penutupan/penggunaan lahan berupa sawah irigasi, sawah tadah hujan, semak/belukar, kebun, ladang/tegalan dan hutan yang memiliki fasilitas infrastruktur jalan. Informasi jaringan jalan dibutuhkan untuk melihat tingkat aksesibilitas lahan. Sehingga lahan aktual dan lahan potensial berdasarkan kesesuaian dan kondisi eksisiting dan memiliki jaringan infrastruktur jalan dapat diusulkan sebagai KP2B. Deliniasi KP2B Berdasarkan Batas Administrasi Kecamatan, Kontiguitas Spasial dan Luas Hamparan Maksimal Proses identifikasi lahan aktual dan lahan potensial yang dapat diusulkan sebagai KP2B, dilakukan dengan 2 tahapan deliniasi, tahapan prosesnya disajikan pada Gambar 3. Deliniasi awal merupakan penapisan terhadap lahanlahan yang dapat dijadikan KP2B dan lahan yang berada diluar KP2B. Lahan yang dapat dijadikan KP2B adalah: Lahan yang berada dalam suatu hamparan yang bersifat kontigus dan saling mempengaruhi. Lahan yang memiliki jaringan infrastruktur jalan. Gambar 3. Bagan Tahapan Proses Deliniasi KP2B 33

13 Deliniasi berikutnya dilakukan untuk menentukan lahan aktual dan lahan potensial yang dapat dijadikan kawasan dengan menggunakan 3 (tiga) skenario yaitu: 1. Skenario 1: berdasarkan batas administrasi kecamatan, 2. Skenario 2: berdasarkan kontiguitas spasial dan 3. Skenario 3: berdasarkan luas hamparan maksimal Masing-masing skenario memiliki variabel penciri yang berbeda antara satu dengan yang lain, seperti disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Matriks Variabel Penciri dari Masing-Masing Skenario Usulan KP2B Variabel Batas administrasi kecamatan (Skenario 1) Kontiguitas Spasial (Skenario 2) Luas Hamparan Maksimal (Skenario 3) Batas administrasi kecamatan (Skenario 1) Setiap KP2B berlokasi dalam 1 wilayah administrasi kecamatan KP2B tidak berbasis wilayah administrasi kecamatan KP2B tidak berbasis wilayah administrasi kecamatan Kontiguitas Spasial (Skenario 2) Kontiguitas spasial tidak menjadi penentu terpenting Kontiguitas spasial sebagai penentu utama, berdasarkan: - Hamparan - Jaringan jalan Kontiguitas spasial maksimal sebagai penentu utama, berdasarkan: - Hamparan - Jaringan jalan Luas Hamparan Maksimal (Skenario 3) Coverage/tutupan setiap hamparan KP2B relatif lebih kecil dibanding skenario 1 dan 2 Coverage/tutupan setiap hamparan KP2B sedang Coverage/tutupan setiap hamparan KP2B paling besar Tahap ini akan menghasilkan peta hamparan lahan yang dapat direkomendasikan sebagai KP2B. Berdasarkan peta tersebut, dapat diketahui luasan hamparan KP2B yang direkomendasikan untuk masing-masing skenario. Tahapan penelitian secara lengkap disajikan pada Gambar 4. 34

14 35 Gambar 4. Bagan Alir Tahapan Penelitian

15 Tabel 5. Matriks Analisis Penelitian No Tujuan Metode Analisis Jenis Data Sumber Data Keluaran 1 Mengidentifikasi lahan yang dapat dijadikan lahan pertanian pangan (padi sawah) berdasarkan evaluasi kesesuaian lahan dan penutupan/pengguna annya saat ini (eksisting). Interpretasi citra Analisis SIG : - Overlay peta tekstur, kelerengan, drainase, kedalaman dan ketinggian sehingga menghasilkan peta kesesuaian lahan untuk tanaman padi. - Overlay peta administrasi, penutupan lahan dan peta kesesuaian lahan - RBI - Citra Alos tahun Peta Penutupan/ Penggunaan Lahan - Peta Administrasi - Peta Tekstur tanah - Peta Kelerengan - Peta Drainase - Peta Kedalaman Tanah - Peta Ketinggian - Bakosurtanal - Dishut Kab. Barru Peta lahan yang aktual dan potensial untuk tanaman padi 2 Mengidentifikasi lahan yang aktual & potensial untuk tanaman padi yang dapat diusulkan sebagai KP2B Analisis SIG : - Overlay peta lahan yang aktual & potensial untuk tanaman padi dengan peta paduserasi hutan - Peta lahan yang aktual dan potensial untuk tanaman padi - Peta paduserasi hutan - Hasil pengolahan data tahap sebelumnya - Dishut Kab. Barru Peta lahan yang aktual dan potensial untuk dijadikan KP2B 3 Mengidentifikasi lahan pertanian pangan (padi sawah) yang dapat diusulkan sebagai KP2B berdasarkan infrastruktur pendukung pertanian berupa jaringan jalan. Analisis SIG : - Overlay peta lahan yang aktual dan potensial untuk dijadikan KP2B dengan peta jaringan jalan dan sungai - Peta jaringan Infrastruktur jalan - Peta sungai - Peta satuan lahan yang aktual dan potensial untuk dijadikan KP2B - Dishut Kab. Barru - Hasil pengolahan data tahap sebelumnya Peta lahan yang aktual dan potensial untuk dijadikan KP2B berdasarkan jaringan infrastruktur 36

16 Tabel 5. (Lanjutan) No Tujuan Metode Analisis Jenis Data Sumber Data Keluaran 4 Mengidentifikasi hamparan lahan yang dideliniasi oleh ekosistem dan disatukan oleh fasilitas infastruktur pendukung pertanian sehingga diperoleh satuan luasan hamparan KP2B, berdasarkan pertimbangan batas wilayah kecamatan, kontiguitas spasial dan luas hamparan maksimal. Identifikasi spasial secara visual Dasar pertimbangan adalah batas wilayah kecamatan, kontiguitas spasial dan luas hamparan maksimal Peta lahan yang aktual dan potensial untuk dijadikan KP2B berdasarkan jaringan infrastruktur Hasil pengolahan data tahap sebelum nya Hamparan Lahan aktual dan lahan potensial yang direkomenda sikan sebagai KP2B 37

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya, menghadapi tantangan yang berat dan sangat kompleks. Program dan kebijakan yang terkait dengan ketahanan pangan

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Penelitian

Gambar 2. Lokasi Penelitian 20 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini difokuskan pada lahan padi sawah berlokasi di Kabupaten Pasaman Barat (Gambar 2). Kabupaten ini mempunyai wilayah seluas 3.887,77 km 2 dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 10 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium dan di lapang. Pengolahan citra dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial dan penentuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Ngawi merupakan kabupaten penghasil beras keempat terbesar

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Ngawi merupakan kabupaten penghasil beras keempat terbesar 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kabupaten Ngawi merupakan kabupaten penghasil beras keempat terbesar untuk Provinsi Jawa Timur setelah Bojonegoro, Lamongan, dan Banyuwangi. Kontribusi beras

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Juli-Agustus 2010 dengan pemilihan lokasi di Kota Denpasar. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di daerah Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunagara dan sekitarnya, Jawa Barat (Gambar 1). DAS Cipunagara berada dibawah pengelolaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR). Berdasarkan administrasi pemerintahan Provinsi Lampung kawasan ini berada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

III. BAHAN DAN METODE. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2009. Lokasi Penelitian adalah di Kawasan Agropolitan Cendawasari, Desa Karacak,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kawasan Hutan Adat Kasepuhan Citorek, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Pengambilan data lapangan dilaksanakan bulan Februari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan September 2012 yang berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way Kambas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka perumusan kebijakan, pembangunan wilayah sudah seharusnya mempertimbangkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan atas dasar

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini serta tahapan-tahapan yang dilakukan dalam mengklasifikasi tata guna lahan dari hasil

Lebih terperinci

Gambar 7. Lokasi Penelitian

Gambar 7. Lokasi Penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat sebagai daerah penelitian yang terletak pada 6 56'49''-7 45'00'' Lintang Selatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 17 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penggunaan lahan masa lalu dan penggunaan lahan masa kini sangat dipengaruhi oleh berbagai aspek yang saling berhubungan antara lain peningkatan jumlah penduduk

Lebih terperinci

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian 8 3 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah Kabupaten Bogor Jawa Barat yang secara geografis terletak pada 6º18 6º47 10 LS dan 106º23 45-107º 13 30 BT. Lokasi ini dipilih karena Kabupaten

Lebih terperinci

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Gambar 1. Lokasi Penelitian 11 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian di wilayah Kecamatan Babakan Madang dan Klapanunggal. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Analisis citra dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan sumberdaya alam yang bersifat langka karena jumlahnya tidak bertambah, tetapi kebutuhan terhadap lahan selalu meningkat. Alih fungsi lahan pertanian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Georeferencing dan Resizing Enggar Budhi Suryo Hutomo 10301628/TK/37078 JURUSAN S1 TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015 BAB

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tabel 4 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian

BAHAN DAN METODE. Tabel 4 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan Gambar 2, pada bulan Oktober 2008 sampai dengan Februari 2011. Secara geografis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 12 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang diteliti adalah wilayah pesisir Kabupaten Karawang (Gambar 3), yang secara administratif berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai bulan November 2009. Objek penelitian difokuskan pada wilayah Kota Banjarmasin, Yogyakarta, dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini difokuskan pada lahan sagu yang ada di sekitar Danau Sentani dengan lokasi penelitian mencakup 5 distrik dan 16 kampung di Kabupaten Jayapura.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan kurang lebih selama sebelas bulan yaitu sejak Februari 2009 hingga Januari 2010, sedangkan tempat penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Diresmikannya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom pada tanggal 17 Oktober 2001 mengandung konsekuensi adanya tuntutan peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Febuari 2009 sampai Januari 2010, mengambil lokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengolahan dan Analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian atau metodologi suatu studi adalah rancang-bangun

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian atau metodologi suatu studi adalah rancang-bangun 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian atau metodologi suatu studi adalah rancang-bangun (design) menyeluruh untuk menyelesaikan masalah penelitian (Sutanto,1999) sedangkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 9 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pengambilan data atribut berupa data sosial masyarakat dilakukan di Kampung Lebak Picung, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak Banten (Gambar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014.

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014. 33 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014. Adapun penelitian dilaksanakan di pesisir Kabupaten Lampung Timur. Berikut ini

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 22 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Sukabumi, Jawa Barat pada 7 wilayah kecamatan dengan waktu penelitian pada bulan Juni sampai November 2009. Pada lokasi penelitian

Lebih terperinci

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan : MAKSUD DAN TUJUAN q Maksud dari kegiatan ini adalah memperoleh informasi yang upto date dari citra satelit untuk mendapatkan peta penggunaan lahan sedetail mungkin sebagai salah satu paramater dalam analisis

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di kawasan agropolitan Cendawasari, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Kegiatan analisis data dilakukan

Lebih terperinci

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur) A411 Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur) Wahyu Teo Parmadi dan Bangun Muljo Sukojo Jurusan Teknik Geomatika,

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Citra 5.1.1 Kompilasi Citra Penelitian menggunakan citra Quickbird yang diunduh dari salah satu situs Internet yaitu, Wikimapia. Dalam hal ini penulis memilih mengambil

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia dikaruniai Tuhan dengan keanekaragaman hayati, ekosistem, budaya yang sangat tinggi, satu lokasi berbeda dari lokasi-lokasi lainnya. Kemampuan dan keberadaan biodiversitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang (UU No. 26 tahun

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2010 sampai Februari 2011 yang berlokasi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunagara dan sekitarnya, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan merupakan hasil kegiatan manusia baik yang berlangsung secara siklus atau permanen pada sumberdaya lahan alami maupun buatan guna terpenuhinya kebutuhan

Lebih terperinci

Gambar 6. Peta Lokasi Kabupaten Majalengka (Sumber : PKSKL IPB 2012)

Gambar 6. Peta Lokasi Kabupaten Majalengka (Sumber : PKSKL IPB 2012) 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 3 Juni 5 Juli 2013, meliputi pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan pengamatan lapangan (ground

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai September 2011. Kegiatan penelitian ini meliputi tahap prapenelitian (persiapan, survei), Inventarisasi (pengumpulan

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PERKEBUNAN DI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PERKEBUNAN DI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PERKEBUNAN DI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG Delvi Yanti 1, Feri Arlius 1, Waldi Nurmansyah 2 1 Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas-Padang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahapan Penelitian

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahapan Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Distribusi dan Kecukupan Luasan Hutan Kota sebagai Rosot Karbondioksida dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografi dan Penginderaan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. Gambar 14. Peta Orientasi Lokasi Penelitian.

IV. METODOLOGI. Gambar 14. Peta Orientasi Lokasi Penelitian. IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada jalur pendakian Gunung Tambora wilayah Kabupaten Bima dan Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini dilaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai September 2011 di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Analisis Lingkungan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Bahan dan Alat 22 METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Lokasi penelitian berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciambulawung yang secara administratif terletak di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi

Lebih terperinci

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4.1. Latar Belakang Sebagaimana diuraikan terdahulu (Bab 1), DAS merupakan suatu ekosistem yang salah satu komponen penyusunannya adalah vegetasi terutama berupa hutan dan perkebunan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2009 sampai Januari 2010 yang berlokasi di wilayah administrasi Kabupaten Bogor. Analisis data dilaksanakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai tambang timah rakyat dilakukan di Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Penelitian dilaksanakan pada bulan April

Lebih terperinci

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DALAM EVALUASI DAERAH RAWAN LONGSOR DI KABUPATEN BANJARNEGARA (Studi Kasus di Gunung Pawinihan dan Sekitarnya Sijeruk Kecamatan Banjarmangu Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan

BAB IV METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra 67 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra satelit ke dalam peta tematik antara lain sebagai berikut : 1. Bahan a. Data

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009 ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009 Prenita Septa Rianelly 1, Teguh Hariyanto 1, Inggit Lolita Sari 2 1 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

BAB 3 PENGOLAHAN DATA BAB 3 PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan dijelaskan mengenai data dan langkah-langkah pengolahan datanya. Data yang digunakan meliputi karakteristik data land use dan land cover tahun 2005 dan tahun 2010.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang. III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2010. Lokasi penelitian di Kota Palembang dan Laboratorium Analisis Spasial Lingkungan, Departemen Konservasi Sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peta merupakan representasi dari permukaan bumi baik sebagian atau keseluruhannya yang divisualisasikan pada bidang proyeksi tertentu dengan menggunakan skala tertentu.

Lebih terperinci

EVALUASI PENGEMBANGAN AREA UNTUK KABUPATEN SIDOARJO MENGGUNAKAN MOHAMMAD RIFAI

EVALUASI PENGEMBANGAN AREA UNTUK KABUPATEN SIDOARJO MENGGUNAKAN MOHAMMAD RIFAI EVALUASI PENGEMBANGAN AREA UNTUK PERMUKIMAN DI SEBAGIAN WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS MOHAMMAD RIFAI 3505 100 032 LATAR BELAKANG Bencana lumpur lapindo yang terjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan mulai dari Bulan Juni sampai dengan Bulan Desember 2009. Penelitian ini terbagi atas pengambilan dan pengumpulan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengolahan Awal Citra (Pre-Image Processing) Pengolahan awal citra (Pre Image Proccesing) merupakan suatu kegiatan memperbaiki dan mengoreksi citra yang memiliki kesalahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September dengan mengambil lokasi penelitian di wilayah Kecamatan Cikalong, Tasikmalaya (Gambar

Lebih terperinci

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Hasil Inventarisasi LP2B Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan Sub Direktorat Basis Data Lahan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 2014

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan Citra SPOT 4 dan IKONOS yang digunakan merupakan dua citra yang memiliki resolusi spasial yang berbeda dimana SPOT 4 memiliki resolusi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam pada sektor pertanian terutama subsektor tanaman pangan.

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal Oleh : Fidiyawati 3507 100 046 Pembimbing : 1. M. Nur Cahyadi, ST, MSc 2. Danang Surya Chandra,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. lahan sawah diketahui bahwa kebutuhan lahan sawah domestik dan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. lahan sawah diketahui bahwa kebutuhan lahan sawah domestik dan 219 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan 1. Berdasarkan data ketersediaan sawah dari BPS dan hasil analisis kebutuhan lahan sawah diketahui bahwa kebutuhan lahan sawah domestik dan kebutuhan total

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL Nam dapibus, nisi sit amet pharetra consequat, enim leo tincidunt nisi, eget sagittis mi tortor quis ipsum. PENYUSUNAN BASELINE PULAU-PULAU

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh : Misbakhul Munir Zain 3506100055 Program Studi Teknik Geomatika ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Email

Lebih terperinci

No. Penutupan / Penggunaaan Lahan Luas (ha)

No. Penutupan / Penggunaaan Lahan Luas (ha) 49 HASIL DAN PEMBAHASAN Penutupan/Penggunaan Lahan Aktual Informasi penutupan/penggunaan lahan diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Pasaman Barat. Peta penutupan/penggunaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-September 2011, dengan lokasi penelitian untuk pengamatan dan pengambilan data di Kabupaten Bogor, Jawa

Lebih terperinci

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN LAHAN KRITIS DI DAERAH KOKAP DAN PENGASIH KABUPATEN KULONPROGO

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN LAHAN KRITIS DI DAERAH KOKAP DAN PENGASIH KABUPATEN KULONPROGO PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN LAHAN KRITIS DI DAERAH KOKAP DAN PENGASIH KABUPATEN KULONPROGO Rahmadi Nur Prasetya geo.rahmadi@gmail.com Totok Gunawan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Galuga dan sekitarnya, Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN.. ix INTISARI... x ABSTRACK... xi I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS (GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM) Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus Limau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENILITIAN. Lokasi penelitian mengambil daerah studi di Kota Gorontalo. Secara

BAB III METODE PENILITIAN. Lokasi penelitian mengambil daerah studi di Kota Gorontalo. Secara 20 BAB III METODE PENILITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian mengambil daerah studi di Kota Gorontalo. Secara astronomi daerah studi terletak pada 00 28' 17'' - 00 35' 56'' LU dan 122

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini difokuskan pada lahan padi sawah dengan lokasi penelitian mencakup Provinsi Jawa Barat. Provinsi ini terletak pada koordinat 104 48 00 BT

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Batas DAS Cimadur

Gambar 2. Peta Batas DAS Cimadur 11 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian DAS, Banten merupakan wilayah yang diambil sebagai daerah penelitian (Gambar 2). Analisis data dilakukan di Laboratorium Penginderaan Jauh

Lebih terperinci

BIMBINGAN TEKNIS PENGUMPULAN DATA NERACA LAHAN BERBASIS PETA CITRA

BIMBINGAN TEKNIS PENGUMPULAN DATA NERACA LAHAN BERBASIS PETA CITRA BIMBINGAN TEKNIS PENGUMPULAN DATA NERACA LAHAN BERBASIS PETA CITRA OLEH : DR. M LUTHFUL HAKIM PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN Kondisi Kritis Ketahanan Pangan Nasional Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sawah merupakan media atau sarana untuk memproduksi padi. Sawah yang subur akan menghasilkan padi yang baik. Indonesia termasuk Negara agraris yang sebagian wilayahnya

Lebih terperinci

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1A untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan)

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1A untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A375 Analisis Ketelitian Geometric Citra untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan)

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat pulau Kalimantan atau di antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan salah satu faktor penunjang kehidupan di muka bumi baik bagi hewan, tumbuhan hingga manusia. Lahan berperan penting sebagai ruang kehidupan,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei sampai dengan Juni 2013 dengan lokasi penelitian meliputi wilayah Pesisir Utara dan Selatan Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian 10 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2011 dan berakhir pada bulan Oktober 2011. Penelitian ini terdiri atas pengamatan di lapang dan analisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di kawasan perkotaan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Pada bulan Juni sampai dengan bulan Desember 2008. Gambar 3. Citra IKONOS Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi satelit penginderaan jauh merupakan salah satu metode pendekatan penggambaran model permukaan bumi secara terintegrasi yang dapat digunakan sebagai data dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk

Lebih terperinci

B A B I PE N D A H U L U A N. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

B A B I PE N D A H U L U A N. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk 1 B A B I PE N D A H U L U A N A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Tercatat pada tahun 2005,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri Primer Tohpati-Kusamba Terhadap Penggunaan Lahan di Desa Gunaksa Kecamatan Dawan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2013. Lokasi penelitian dilakukan di Perairan Nusa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di DAS Citarum Hulu Jawa Barat dengan luasan sebesar + 230.802 ha. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2007

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Resort Pugung Tampak pada bulan Januari September 2012. Resort Pugung Tampak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan banyak digunakan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, selain itu lahan

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN 2012, No.205 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN, PANGAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Kerinci Seblat, tepatnya di Resort Batang Suliti, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah IV, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan pertanian pangan merupakan bagian dari lahan fungsi budidaya. Keberadaanya sangat penting dalam menyokong kedaulatan pangan baik untuk memenuhi kebutuhan wilayahnya

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi 31 IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini adalah dimulai dari bulan April 2009 sampai dengan November 2009 yang secara umum terbagi terbagi menjadi

Lebih terperinci

ANALISA TUTUPAN LAHAN TERHADAP RENCANA INVESTASI DI KECAMATAN LABANG, KABUPATEN BANGKALAN PASCA SURAMADU DENGAN CITRA SPOT-5

ANALISA TUTUPAN LAHAN TERHADAP RENCANA INVESTASI DI KECAMATAN LABANG, KABUPATEN BANGKALAN PASCA SURAMADU DENGAN CITRA SPOT-5 TUGAS AKHIR RG 091536 ANALISA TUTUPAN LAHAN TERHADAP RENCANA INVESTASI DI KECAMATAN LABANG, KABUPATEN BANGKALAN PASCA SURAMADU DENGAN CITRA SPOT-5 DESI HALFIATI ISNANINGSIH NRP 3506 100 014 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci