BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Pengembangan Wilayah Wilayah (region) adalah unit geografis dimana komponen-komponennya memiliki keterkaitan
|
|
- Hamdani Muljana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Pengembangan Wilayah Wilayah (region) adalah unit geografis dimana komponen-komponennya memiliki keterkaitan dan hubungan fungsional berupa perencanaan dan pengelolaan sumberdaya pembangunan. Batasan yang digunakan seperti perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian dan evaluasi di dalam suatu unit wilayah (Rustiadi et al., 2009). Pengembangan wilayah dilaksanakan melalui optimasi pemanfaatan sumberdaya secara terpadu melalui pendekatan yang komprehensif. Aspek yang tercakup di dalamnya yaitu aspek fisik, ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan hidup. Pembangunan berkelanjutan perlu dilakukan dengan pendekatan penataan ruang wilayah yang lebih efektif dan efisien (Djakapermana, 2010). Pengembangan wilayah berkelanjutan erat kaitannya dengan rencana pemanfaatan lahan yang strategis. Hal ini dilakukan melalui pengelolaan yang tepat antara sumberdaya alam dengan aspek sosial-ekonomi dan budaya. Pengetahuan tentang potensi pengembangan wilayah, daya dukung dan manfaat ruang wilayah melalui proses inventarisasi dan penilaian keadaan/ kondisi lahan, potensi, serta pembatas-pembatas dapat mengoptimalkan keuntungan ekonomi wilayah (Sitorus, 2004). Perencanaan pengembangan wilayah diharapkan dapat membuat suatu pedoman bagi pelaksanaan kegiatan, perkiraan potensi, prospek pengembangan, hambatan, resiko yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Di samping itu, perencanaan wilayah yang ideal menyajikan pilihan terbaik, skala prioritas dan alat ukur atau standarisasi evaluasi dalam pembangunan (Arsyad, 1999). Sumberdaya yang tidak dimanfaatkan secara maksimal menyebabkan ketimpangan ekonomi regional. Ketimpangan ini disebabkan prioritas kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki wilayah tersebut. Karena ketimpangan ini proses pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut relatif lambat (Sjafrizal, 1997). Pertumbuhan ekonomi yang cepat dan perubahan struktur ekonomi berawal dari pengembangan sektor primer yang menimbulkan efek bola salju (snow ball effect) terhadap pertumbuhan sektor-sektor lainnya.
2 5 2.2 Sektor Ekonomi, Komoditas Basis, Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Kemampuan memacu pertumbuhan suatu wilayah sangat tergantung dari keunggulan atau daya saing sektor-sektor ekonomi di wilayahnya. Nilai strategis setiap sektor sebagai pendorong utama dalam memacu pertumbuhan ekonomi wilayah berbeda-beda (Rustiadi et al., 2009). Sektor ekonomi suatu wilayah dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu sektor basis dan sektor non-basis. Sektor basis adalah sektor dimana kelebihan dan kekurangan yang terjadi dalam pemenuhan kebutuhan tersebut menyebabkan terjadinya mekanisme ekspor dan impor antar wilayah (Rustiadi et al., 2009). Artinya sektor basis adalah sektor yang dapat mengekspor barang/jasa (komoditas) ke tempat di luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Sektor non basis adalah sektor yang hanya cukup menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat itu sendiri (Glasson, 1977). Menurut Arsyad (1999) faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah berhubungan langsung dengan permintaan atas barang/jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri yang menggunakan sumberdaya lokal akan menghasilkan kekayaan daerah. Arus pendapatan yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi komoditas basis akan meningkatkan investasi, kesempatan kerja, pendapatan dan konsumsi. Hal ini akan menaikkan pendapatan, kesempatan kerja, dan menaikkan permintaan hasil aktivitas ekonomi komoditas non basis (Rustiadi et al., 2009). Pengembangan kegiatan produksi komoditas basis ditekankan pada penambahan tahapan produksi hingga pengembangan komoditas sekunder dengan memanfaatkan output komoditas primer menjadi inputnya. Hal ini akan memberikan efek pengganda bagi kegiatan ekonomi. Penyerapan tenaga kerja dan peningkatan nilai tambah output akan memberikan tambahan pendapatan bagi perekonomian yang lebih lanjut lagi akan mendorong terciptanya investasi baru berupa faktor-faktor produksi (Tabrani, 2008). Aktifitas komoditas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (prime mover role) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah lain akan semakin maju pertumbuhan wilayah tersebut dan sebaliknya. Setiap perubahan kenaikan atau penurunan mempunyai efek
3 6 pengganda (multiplier effect) terhadap perekonomian wilayah (Adisasmita, 2005). Komoditas basis akan menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena keunggulan komparatif dan kompetitif komoditas tersebut dan komoditas nonbasis yang kurang potensial berfungsi sebagai penunjang komoditas basis (Syafrizal, 2008). Output dari komoditas basis ini nantinya dapat diekspor ke daerah lainnya karena dianggap telah mampu memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri. Penekanan output komoditas non-basis adalah pemenuhan kebutuhan suatu komoditas untuk dikonsumsi oleh masyarakat dalam perekonomian yang bersangkutan (Tabrani, 2008). Keragaman kondisi biogeofisik, sosial ekonomi dan semakin terbatasnya sumberdaya lahan, memerlukan pengaturan dalam pemanfaatan agar lebih efisien. Cara yang dapat ditempuh adalah dengan memperhatikan prioritas pengembangan komoditas pertanian. Globalisasi dengan segala dampaknya, memaksa pelaku usaha tani bertindak lebih efisien dan berkelanjutan agar dapat bersaing dalam pasar lokal maupun internasional. Dengan demikian, masing-masing daerah harus mampu memilih jenis komoditas pertanian yang diunggulkan baik secara komparatif maupun kompetitif (Mubekti et al., 2006). Keunggulan komparatif karena produktivitasnya tinggi, potensinya masih terus dapat ditingkatkan agar mampu menyediakan bahan baku dalam kuota tertentu secara kontinyu. Hal tersebut akan mempunyai daya tarik bagi pengembangan industri hilirnya untuk menghasilkan produk olahan yang mempunyai nilai tambah lebih tinggi. Keunggulan kompetitif karena diperkirakan komoditi tersebut mempunyai prospek baik potensi dan ekonomi untuk bersaing di pasar global (Mubekti et al., 2006). Komoditas basis memiliki keunggulan secara komparatif dan kompetitif di suatu wilayah. Hal ini dipengaruhi oleh potensi sumberdaya alam, penguasaan masyarakat dalam teknologi industri komoditas, aksesibilitas wilayah yang baik, pemasaran yang baik, terdapatnya aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi, tenaga kerja yang baik, dan kebijakan pemerintah yang mendukung terciptanya keunggulan-keunggulan suatu wilayah (Tarigan, 2003). Metode LQ (Location Quotient) dan SSA (Shift Share Analysis) merupakan dua metode yang paling sering dipakai sebagai indikasi komoditas basis (Rustiadi et al., 2009).
4 7 Untuk mengetahui potensi keunggulan komparatif komoditas yang merupakan indikasi komoditas basis dan bukan basis dapat digunakan metode location quotient (LQ). Metode LQ merupakan perbandingan relatif antara kemampuan komoditas yang sama pada daerah yang lebih luas dalam suatu wilayah. Metode LQ juga menunjukkan efisiensi relatif wilayah, dan terfokus pada substitusi impor yang potensial atau produk dengan potensi ekspansi ekspor (Rustiadi et al., 2009). Metode LQ digunakan untuk mengindikasikan kemampuan suatu daerah dalam memproduksi suatu komoditas dibandingkan dengan produksi komoditas tersebut dalam lingkup wilayah yang lebih luas (Hendayana, 2003). Metode LQ mengasumsikan adanya sedikit variasi dalam pola pengeluaran secara geografis, produktivitas tenaga kerja homogen, setiap industri menghasilkan barang yang sejenis didalam sektor yang bersangkutan. Kriteria LQ>1 menunjukkan peranan aktivitas ekonomi komoditas tersebut tersebut di suatu daerah menonjol dan surplus serta kemungkinan dapat mengekspor ke daerah lain karena komoditas tersebut lebih efisien/murah sehingga mempunyai keunggulan komparatif. Analisis LQ merupakan metode analisis yang umum digunakan dalam ekonomi geografi. Analisis ini digunakan untuk menunjukkan lokasi basis aktivitas, mengetahui kapasitas ekspor perekonomian wilayah dan tingkat kecukupan barang/jasa dari produksi lokal suatu wilayah. Nilai LQ merupakan indeks untuk membandingkan pangsa sub wilayah dalam aktivitas tertentu dengan pangsa total aktivitas tersebut secara total (Falatehan dan Novrilasari, 2009). Untuk melihat potensi keunggulan kompetitif komoditas dari suatu wilayah dapat digunakan komponen differential shift dalam analisis shift-share (Rustiadi et al., 2009). SSA digunakan untuk memahami pergeseran struktur aktifitas di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan daerah agregat yang lebih luas dalam dua titik waktu. Differential shift adalah pergeseran yang diamati tergantung pada perbedaan antara laju pertumbuhan produksi suatu komoditas di wilayah bersangkutan dengan laju pertumbuhan produksi suatu komoditas di seluruh wilayah. Komponen differential shift menjelaskan bagaimana daya kompetisi aktivitas ekonomi komoditas dibandingkan dengan total aktivitas ekonomi komoditas dalam wilayah. Komponen ini menggambarkan dinamika (keunggulan atau ketidakunggulan) suatu komoditas atau aktivitas tertentu di sub
5 8 wilayah tertentu terhadap aktivitas tersebut di wilayah lain (Basuni dan Kurniawan, 2005) Evaluasi Kesesuaian Lahan Meningkatnya kebutuhan dalam penggunaan lahan untuk berbagai keperluan memerlukan pemikiran seksama dalam mengambil keputusan pemanfaatan yang paling menguntungkan dari sumberdaya lahan yang terbatas. Penataan kembali penggunaan lahan diperlukan untuk mengatasinya melalui evaluasi sumberdaya lahan agar lahan dapat dimanfaatkan dengan efisien (Sitorus, 2004). Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya dapat menimbulkan terjadinya kerusakan, meningkatkan masalah kemiskinan, dan masalah sosial lain. Salah satu mata rantai yang harus dilakukan agar rencana tataguna lahan dapat tersusun dengan baik yaitu evaluasi lahan. Lahan mempunyai pengertian yang berbeda dengan tanah. Lahan terdiri dari semua kondisi lingkungan fisik yang mempengaruhi penggunaannya, sedangkan tanah hanya merupakan satu aspek dari lahan (Dent dan Young, 1981). Menurut Desaunettes (1977), lahan sebagai areal khusus di permukaan bumi yang ciri-cirinya mencakup semua yang agak stabil atau siklusnya dapat diprediksi, sifat-sifat biosfer secara vertikal (atmosfer, geologi, tanaman, hewan dan aktivitas manusia) yang memberikan pengaruh nyata bagi penggunaan lahan. Karena itu, evaluasi lahan merupakan salah satu mata rantai yang harus dilakukan agar rencana tataguna lahan dapat tersusun dengan baik (Mubekti et al., 2006). Evaluasi sumberdaya lahan adalah proses menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaan. Caranya dengan membandingkan persyaratan yang diperlukan suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat sumberdaya sehingga dapat memberikan perencana alternatif pilihan penggunaan. Proses pengembangan area dalam skala nasional dan provinsi secara relatif cepat dan murah dapat menggunakan evaluasi tingkat tinjau. Evaluasi ini dilakukan secara kualitatif dengan analisis ekonomi secara umum (Sitorus, 2004). Lahan dapat dianalisis dalam aspek kesesuaian, kemampuan dan nilai lahan (finansial). Kesesuaian pada lahan menyangkut tingkat kecocokan satu penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini atau setelah diadakan perbaikan. Kesesuaian lahan tersebut ditinjau dari sifat-sifat
6 9 fisik lingkungannya yang terdiri dari; iklim, tanah, topografi, hidrologi dan drainase sesuai untuk status usaha tani atau komoditas tertentu yang produktif (Djaenudin et al., 2003). Evaluasi kesesuaian lahan adalah evaluasi sumberdaya lahan untuk satu penggunaan tertentu. Melalui evaluasi ini dapat digambarkan tingkat kecocokan sebidang lahan berupa kelas-kelas kesesuaian lahan berdasarkan tipe penggunaan lahan. Evaluasi sumberdaya lahan sangat tepat dalam program perbaikan lahan (Sitorus, 2004). Kualitas lahan yang mempunyai pengaruh buruk bagi suatu tipe penggunaan lahan disebut dengan sifat-sifat pembatas (Sitorus, 2004). Kualitas lahan dipengaruhi oleh karakteristik lahan yang merupakan atribut dari lahan yang dapat diukur dan diduga secara langsung misalnya kemiringan lereng, tekstur tanah, kedalaman efektif, curah hujan dan sebagainya. Kualitas lahan sendiri adalah atribut kompleks dari lahan yang berperan nyata mempengaruhi kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu seperti ketersediaan air, ketersediaan hara, rejim temperatur, rejim radiasi, dan sebagainya (FAO, 1976). Klasifikasi kesesuaian lahan adalah pengelompokan lahan berdasarkan kesesuaiannya untuk tujuan penggunaan tertentu. Pengelompokan ini biasanya dilakukan oleh ilmuwan tanah dengan menggunakan satuan peta lahan dari hasil survei tanah sebagai dasar untuk menentukan batas-batas penyebarannya. Satuan peta lahan adalah kelompok lahan yang mempunyai sifat-sifat sama atau hampir sama, dengan penyebarannya digambarkan dalam peta sebagai hasil dari survei sumberdaya alam (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007). Klasifikasi kesesuaian sekarang menunjukkan kesesuaian terhadap penggunaan lahan yang ditentukan dalam keadaan sekarang tanpa ada perbaikan yang berarti. Klasifikasi lahan potensial menunjukkan kesesuaian terhadap penggunaan lahan yang ditentukan dari satuan lahan dalam keadaan yang akan datang setelah diadakan perbaikan utama tertentu yang dibutuhkan (Sitorus, 2004). Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan membandingkan kualitas lahan masing-masing satuan peta lahan dengan persyaratan penggunaan lahan yang ditetapkan. Persyaratan penggunaan lahan adalah sekelompok kualitas lahan yang diperlukan oleh suatu tipe penggunaan lahan agar berproduksi dengan baik (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).
7 Sistem Informasi Geografis Sistem merupakan kumpulan karakteristik yang terdiri dari masukan, luaran dan timbal balik. Sistem informasi adalah suatu sistem perangkat keras dan lunak yang dapat menjalankan operasi-operasi dimulai dari perencanaan, pengamatan, pengumpulan data, penyimpanan data dan analisis data hingga informasi dapat diturunkan ke dalam beberapa proses (Barus dan Wiradisastra, 2000). Data dan informasi geografi adalah informasi mengenai permukaan bumi yang menjelaskan suatu objek mengenai posisinya dihubungkan dengan sistem kordinat (proyeksi) ditambah dengan ilmu pengetahuan agar dapat dimanfaatkan langsung oleh pengguna. Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan suatu sistem (berbasiskan komputer) yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan informasiinformasi geografis (ESRI, 1990). Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi geografis: (a) masukan, (b) keluaran, (c) manajemen data, (d) analisis dan manipulasi data (Aronoff, 1989). SIG merupakan wadah peta-peta dalam bentuk digital, suatu alat terkomputerisasi untuk memecahkan permasalahan geografi, suatu sistem pendukung keputusan spasial, inventarisasi fasilitas yang tersebar secara geografis, alat untuk mengungkapkan sesuatu yang tidak tampak dalam informasi geografi, alat untuk melakukan operasi terhadap data geografi yang terlalu banyak atau mahal atau tidak akurat jika dilakukan dengan tangan (Longley et al., 2005). SIG memiliki fasilitas geoprocessing yang merupakan proses dasar dalam membuat serangkaian turunan data geografi dari berbagai data set yang ada dengan menggunakan operasi seperti overlay dan konversi data. Pada umumnya pengguna menggunakan fungsi SIG pada sekelompok data geografi (input) untuk menghasilkan keluaran data set yang tepat sesuai dengan aplikasi tertentu. Fungsi geoprocessing berkisar dari pemotongan spasial (spatial cliping) yang sederhana hingga operasi analitik yang lebih rumit (Galati, 2006). Salah satu perangkat lunak desktop SIG dan pemetaan adalah Arc-View yang telah dikembangkan oleh ESRI (Environmental Systems Research Institute, Inc). Dengan Arc-View, pengguna
8 11 dapat memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan visualisasi, mengexplore, menjawab query (pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terhadap basis data, baik spasial maupun non-spasial), menganalisis data secara geografis, dan sebagainya (Prahasta, 2009). Hasil analisis SIG yang dilakukan memakai software Arc-View berupa peta kesesuaian lahan (Mulyono, 2009). SIG memiliki peranan penting dalam kajian sumberdaya lahan pada proses perencanaan penggunaan lahan yaitu digunakan dalam pemetaan, evaluasi sumberdaya lahan dan pemodelan (Lioubimtseva dan Defouney, 1999). Penyusunan peta pewilayahan komoditas, penyediaan data dan informasi potensi ketersediaan lahan untuk pengembangan dapat membantu pengambil kebijakan dalam menyusun perencanaan pertanian yang lebih baik dan terarah (Mubekti et al., 2006). 2.5 Penelitian Terdahulu Sari (2008) melakukan pemodelan multi-kriteria untuk pengembangan wilayah berbasis komoditas unggulan di Kabupaten Lampung Timur. Tujuannya untuk menentukan arahan prioritas yang sesuai untuk pengembangan sektor pertanian berbasis komoditas unggulan. Metode yang digunakan adalah pemodelan evaluasi multi-kriteria dengan cara mengevaluasi peran sub sektor pertanian tanaman pangan, mengidentifikasi komoditas unggulan pertanian tanaman pangan di setiap kecamatan, dan mengevaluasi kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian tanaman pangan unggulan. Sub sektor pertanian tanaman pangan merupakan sub sektor yang paling dominan memberikan kontribusi terhadap PDRB dari sektor pertanian (rata-rata 30.44% tahun , berdasarkan PDRB harga konstan 2000). Komoditas padi sawah, jagung dan ubi kayu adalah komoditas yang ditetapkan sebagai komoditas unggulan pertanian tanaman pangan. Hasil penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah menunjukkan sebagian besar berada pada kelas yang tidak sesuai (43.67%) dan sesuai marjinal (36.28 %). Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman jagung dan ubi kayu didominasi sesuai marjinal (92.24% dan 77.29%). Arahan pengembangan komoditas unggulan berdasarkan hasil MOLA (Multi-Objective Land Allocation) yaitu salah satu alat analisa yang bekerja berdasarkan tujuan, pembobotan relatif terhadap setiap tujuan, dan luasan wilayah yang akan dialokasikan untuk setiap
9 12 tujuan. Hasil MOLA dipadukan dengan kecamatan basis didapatkan luasan lahan untuk pengembangan padi sawah hektar yang tersebar di 12 kecamatan sentra produksi, ubi kayu hektar (di 7 kecamatan), dan jagung hektar (di 8 kecamatan). Baehaqi (2010) melakukan analisis untuk menentukan prioritas dan arahan komoditas unggulan tanaman pangan di Kabupaten Lampung Tengah. Tahap pertama adalah penentuan komoditas basis dengan metode LQ, trend luas panen, dan analisis penyediaan dan konsumsi pangan. Tahap kedua adalah penentuan ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk komoditas basis tanaman pangan. Tahap ketiga adalah penentuan prioritas komoditas unggulan tanaman pangan oleh para stakeholder dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil analisis menunjukkan bahwa komoditas basis tanaman pangan yang terpilih adalah padi, ubi kayu, dan jagung. Lahan yang tersedia untuk pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Lampung Tengah seluas ha. Sebagian besar lahan yang tersedia ini termasuk dalam kategori sesuai (S) untuk komoditas padi, ubi kayu dan jagung, hanya sebagian kecil saja yang termasuk dalam ketegori tidak sesuai (N). Untuk komoditas padi, 298 ha termasuk kelas S1 (sangat sesuai), ha kelas S2 (cukup sesuai), ha kelas S3 (sesuai marjinal), dan 658 ha termasuk kelas N (tidak sesuai). Untuk komoditas jagung, 298 ha termasuk kelas S1, ha kelas S2, ha kelas S3, dan 658 ha tidak sesuai. Untuk komoditas ubi kayu, 418 ha termasuk kelas S1, ha kelas S2, ha kelas S3, dan ha tidak sesuai. Berdasarkan AHP diperoleh bahwa masyarakat Kabupaten Lampung Tengah memilih komoditas padi sebagai komoditas unggulan prioritas pertama. Prioritas yang kedua adalah jagung dan ketiga adalah ubi kayu. Berdasarkan beberapa pertimbangan perencanaan yang digunakan, pengembangan komoditas padi dialokasikan seluas ha, jagung seluas ha, dan ubi kayu seluas ha.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam
13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam pada sektor pertanian terutama subsektor tanaman pangan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah Pembangunan ekonomi daerah merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KOMODITAS BASIS TANAMAN PANGAN DAN ARAHAN PENGEMBANGANNYA DI PROVINSI LAMPUNG. Bima Wahyu Widodo A
IDENTIFIKASI KOMODITAS BASIS TANAMAN PANGAN DAN ARAHAN PENGEMBANGANNYA DI PROVINSI LAMPUNG Bima Wahyu Widodo A14050204 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pengembangan Wilayah
TINJAUAN PUSTAKA Pengembangan Wilayah Pengembangan wilayah (regional development) merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah dan menjaga kelestarian
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah
8 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah Pengembangan wilayah merupakan tindakan yang dilakukan pemerintah untuk mencapai suatu tujuan yang menguntungkan wilayah tersebut dengan meningkatkan pemanfaatan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
38 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Komoditas Basis Komoditas basis adalah komoditas yang memiliki keunggulan secara komparatif dan kompetitif. Secara komparatif, tingkat keunggulan ditentukan
Lebih terperinci3 KERANGKA PEMIKIRAN
12 ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk komoditas basis tanaman pangan. Tahap ketiga adalah penentuan prioritas komoditas unggulan tanaman pangan oleh para stakeholder dengan metode Analytical Hierarchy
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional, yang memiliki warna sentral karena berperan dalam meletakkan dasar yang kokoh bagi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sektor Unggulan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sektor unggulan adalah sektor yang keberadaannya pada saat ini telah berperan besar kepada perkembangan perekonomian suatu wilayah, karena mempunyai keunggulan-keunggulan
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI
RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. komoditas tanaman pangan pada 21 kecamatan di wilayah Kabupaten
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini berfokus pada komoditas unggulan, keragaman (diversitas), tingkat konsentrasi, dan tingkat spesialisasi komoditas tanaman
Lebih terperinciKATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim
ABSTRAK Pembangunan Wilayah (regional) merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pengembangan Wilayah
7 2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pengembangan Wilayah Dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua
42 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi memiliki pengertian yang sangat luas. Menurut akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai suatu fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola konsumsi makanan pada masyarakat memberikan dampak positif bagi upaya penganekaragaman pangan. Perkembangan makanan olahan yang berbasis tepung semakin
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Ekonomi Daerah Wilayah adalah kumpulan daerah berhamparan sebagai satu kesatuan geografis dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan sumber
Lebih terperinciV HASIL DAN PEMBAHASAN
V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penetapan Komoditas Unggulan 5.1.1 Penentuan Komoditas Basis Analisis Location Quotient (LQ) menggambarkan pangsa aktivitas produksi tanaman pangan suatu kecamatan terhadap pangsa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembangunan Ekonomi Pembangunan adalah suatu proses yang mengalami perkembangan secara cepat dan terus-merenus demi tercapainya kesejahteraan masyarakat sampai
Lebih terperinciANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT
ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT Pertumbuhan ekonomi NTT yang tercermin dari angka PDRB cenderung menunjukkan tren melambat. Memasuki awal tahun 2008 ekspansi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Peran penting sektor pertanian tersebut sudah tergambar dalam fakta empiris yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan, ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya sektor produksi primer seperti kegiatan sektor pertanian di negara negara yang sedang berkembang merupakan sektor yang masih cukup dominan. Secara logis
Lebih terperinciTeori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah. Saat ini tidak ada satu teori pun yang mampu menjelaskan pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif.
A Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah. Saat ini tidak ada satu teori pun yang mampu menjelaskan pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif. Namun demikian, ada beberapa teori yang secara parsial
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series,
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series, dengan periode pengamatan tahun 2007-2011. Data yang digunakan antara lain: 1. Produk
Lebih terperinci2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN.. ix INTISARI... x ABSTRACK... xi I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Ciwidey yang meliputi Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung.
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Juni hingga September 2011.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bagi negara berkembang seperti Indonesia landasan pembangunan ekonomi negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman pangan memberikan kontribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki
Lebih terperinciTabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam
Lebih terperinciJURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :
Identifikasi Dan Pengembangan Komoditi Pangan Unggulan di Humbang Hasundutan Dalam Mendukung Ketersediaan Pangan Berkelanjutan Hotden Leonardo Nainggolan Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengembangan Wilayah
penghematan ongkos produksi dan distribusi yang disebabkan oleh kegiatankegiatan produksi yang dilakukan di satu tempat atau terkonsentrasi di suatu lokasi (Sitorus 2012), didekati dengan menganalisis
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup. per kapita. Tujuan pembangunan ekonomi selain untuk menaikkan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang sering kali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan
Lebih terperinciANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN
ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2007-2011 JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Bakhtiar Yusuf Ghozali 0810210036 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Indikator penting untuk mengetahui kondisi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penting bagi perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan kondisi alam dan luas areal lahan pertanian yang memadai untuk bercocok tanam.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Berbagai studi menunjukkan bahwa sub-sektor perkebunan memang memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia sebagai sumber pertumbuhan ekonomi dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DAS (Daerah Aliran Sungai) Daerah aliran sungai adalah merupakan sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis, yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Konsep Wilayah
7 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Wilayah Wilayah menurut UU No. 26 tahun 2007 adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tambah (value added) dari proses pengolahan tersebut. Suryana (2005: 6)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian dewasa ini tidak lagi bagaimana meningkatkan produksi, tetapi bagaimana sebuah komoditi mampu diolah sehingga diperoleh nilai tambah (value added)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mencakup segala pengusahaan yang di dapat dari alam dan merupakan barang biologis atau hidup, dimana hasilnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan
Lebih terperinciPeranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian
Peranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian Disusun Oleh : Adhi Ginanjar Santoso (K3513002) Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas
Lebih terperinci3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data
13 3 METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi wilayah Kabupaten yang mencakup 10 kecamatan. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 6 bulan yaitu dari bulan Mei sampai Oktober
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka
BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP 2.1.Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno
Lebih terperinciseperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi
1.1. Latar Belakang Upaya pemenuhan kebutuhan pangan di lingkup global, regional maupun nasional menghadapi tantangan yang semakin berat. Lembaga internasional seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO)
Lebih terperinciKarena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?
PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 25 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 26 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur Tahun 2015 2019
Lebih terperinciPENENTUAN WILAYAH POTENSIAL KOMODITAS JAGUNG DI KABUPATEN KEDIRI
JURNAL TEKNIK POMITS 2014 1 Abstrak Tingginya produksi jagung di Kabupaten Kediri seharusnya bisa memaksimalkan kegiatan pengolahan jagung. Dinas Koperasi, Industri dan Perdagangan Kabupaten Kediri menyebutkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006
KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Proses alih fungsi lahan dapat dipandang sebagai suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi serta perubahan struktur sosial ekonomi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk
Lebih terperinciPENGARUH PERUBAHAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: A. ARU HADI EKA SAYOGA L2D
PENGARUH PERUBAHAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: A. ARU HADI EKA SAYOGA L2D 003 322 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah
16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Ekonomi Pembangunan Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi-kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32
Lebih terperinciPertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983
VIX. KESIMPUL?LN DAN I MPLIKASI 7.1. Kesimpulan 7.1.1. Pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983 dalam kurun waktu 1971-1990 sangat berfluktuasi. Tingkat pertumbuhan paling tinggi terjadi pada
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis
Lebih terperinciII PENDAHULUAN PENDAHULUAN
I II PENDAHULUAN PENDAHULUAN Pembangunan dapat diartikan berbeda-beda oleh setiap orang tergantung dari sudut pandang apa yang digunakan oleh orang tersebut. Perbedaan cara pandang mengenai proses pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN Upaya pencapaian pertumbuhan ekonomi dengan memfokuskan peningkatan investasi pemerintah dan swasta pada sektor unggulan (prime sector) yaitu sektor pertanian, selama ini belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas hasil produksi suatu tanaman pangan khususnya komoditas Jagung sangat bergantung pada kualitas lahan yang akan digunakan. Jika pada awal pemilihan lahan untuk
Lebih terperinciTUGAS EVALUASI SURVEI DAN EVALUASI LAHAN TENTANG SURVEI LAPANGAN (METODE INDEKS STORIE)
TUGAS EVALUASI SURVEI DAN EVALUASI LAHAN TENTANG SURVEI LAPANGAN (METODE INDEKS STORIE) Oleh: Tri Mulyadi 134130071 Sistim Informasi Geografis (SIG) mempunyai peran yang semakin penting dalam berbagai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Berdasarkan Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan, pada Pasal 1 Ayat (1) disebutkan bahwa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran besar dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan pertanian merupakan penghasil bahan makanan yang dibutuhkan
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau pengumpulan binatang dan tanaman air, baik di laut mau pun di perairan umum secara bebas.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Komoditas Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komoditas adalah: 1. Barang dagangan utama, benda niaga, hasil bumi dan kerajinan setempat dapat dimanfaatkan sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin
Lebih terperinciANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN DALAM KAWASAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN (KPH) TANAH LAUT
Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 217 ISBN: 978 62 361 72-3 ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN DALAM KAWASAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN (KPH) TANAH LAUT 1 Adnan Ardhana1 dan
Lebih terperinciUPAYA MEMPERTAHANKAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TEGAL
UPAYA MEMPERTAHANKAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TEGAL Rizal Imana 1), Endrawati Fatimah 2), Sugihartoyo 3) Jurusan Teknik Planologi Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian khususnya sub sektor perkebunan merupakan salah satu kegiatan perekonomian pada suatu wilayah yang juga berperan serta dalam kegiatan peningkatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu subsektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai Undang-Undang
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dharmawan (2016) dalam penelitiannya tentang Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Pengembangan Sektor Potensial Di Kabupaten Pasuruan Tahun 2008-2012 dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Seiring dengan kebijakan otonomi daerah yang telah diterapkan sejak tahun 1999, masing-masing daerah harus bekerja keras untuk meningkatkan pendapatan daerahnya masing-masing.
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor
Lebih terperinciVII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN
76 VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN Sistem pengembangan klaster agroindustri aren di Sulawesi Utara terdiri atas sistem lokasi unggulan, industri inti unggulan, produk unggulan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan merupakan proses perubahan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kearah yang lebih baik dan lebih merata serta dalam jangka panjang
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial
METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah administratif Kabupaten Tulang yang terdiri dari 13 kecamatan. Waktu pelaksanaan penelitian selama kurang lebih 8 (delapan) bulan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan merupakan hasil kegiatan manusia baik yang berlangsung secara siklus atau permanen pada sumberdaya lahan alami maupun buatan guna terpenuhinya kebutuhan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Lahan adalah lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi dimana faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaan lahannya (Hardjowigeno et
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan Wilayah
15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan Wilayah Menurut Undang-undang No. 26 Tahun 2007, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya
Lebih terperinciKeywords: Sistem Informasi Georafis, Pemetaan, Pabrik Sawit
SISTEM INFORMASI GIOGRAFIS PEMETAAN PABRIK SAWIT DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR R. Zulkarnain, Abdullah Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitasi Islam Indragiri (UNISI)
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Produk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lahan dapat disebutkan sebagai berikut : manusia baik yang sudah ataupun belum dikelola.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan 1. Pengertian Pengertian lahan meliputi seluruh kondisi lingkungan, dan tanah merupakan salah satu bagiannya. Menurut Ritohardoyo, Su (2013) makna lahan dapat disebutkan
Lebih terperinci