2 6 Kesalahan Umum Saat Memulai Homeschooling Homeschooling adalah sebuah perjalanan pendidikan yang dijalani oleh keluarga. Sebagai sebuah perjalanan, setiap keluarga yang menjalani homeschooling pasti mengalami dinamika-dinamika yang berbeda. Setiap keluarga mengalami proses naik dan proses turun. Setiap keluarga melakukan hal-hal keren, tapi juga melakukan kesalahan dalam proses yang dijalaninya. Kesalahan dalam proses homeschooling bukan hal yang perlu dilihat sebagai aib yang tercela. Kesalahan merupakan jejak dan pembelajaran yang mendewasakan proses homeschooling di setiap keluarga. Karena kesalahan dipandang sebagai pembelajaran, bukan sebuah aib dan cela, keluarga homeschooling biasanya senang merefleksikan perjalanannya dan berbagi cerita kepada keluarga lain agar mereka tidak mengalami kesalahan yang serupa. Proses berbagi ini biasanya dilakukan oleh keluarga-keluarga yang sudah mendapatkan format homeschooling yang sesuai dengan keluarganya dan merasa nyaman dengannya. Berikut ini beberapa kesalahan umum yang dilakukan praktisi homeschooling saat memulai homeschooling untuk menjadi refleksi dan pelajaran bagi keluarga yang hendak memulai proses homeschooling:
3 1. TAKEN FOR GRANTED Kesalahan paling mendasar saat memulai dan menjalani homeschooling adalah menganggap keputusan homeschooling sebagai obat mujarab yang bisa menyelesaikan problem-problem pendidikan yang menjadi concern orangtua. Homeschooling dianggap secara otomatis bisa melejitkan potensi anak agar berkembang secara maksimal. Apa akibat yang terjadi dari kesalahan sudut pandang ini? Kesalahan sudut pandang ini dapat mengakibatkan orangtua memiliki ekspektasi-ekspektasi yang terlalu berlebihan pada homeschooling. Orangtua menetapkan tujuan-tujuan yang ingin diterapkan pada homeschoolingnya, tapi tidak membekali diri dengan sikap dan keterampilan untuk merealisasikan tujuannya. Orangtua hanya berharap, tapi tidak menjalani proses yang diperlukan untuk meraih tujuan pendidikan yang telah ditetapkannya. Tips: Orangtua perlu memiliki sudut pandang yang tepat mengenai homeschooling. Walaupun homeschooling memiliki kelebihan-
4 kelebihan berupa kustomisasi model pendidikan sesuai visi pendidikan keluarga, homeschooling membutuhkan kerja keras dan proses aktif dari orangtua. Berbeda dari proses mengirim anak ke sekolah di mana keterlibatan orangtua minimal, dalam homeschooling keterlibatan orangtua menjadi kunci penting yang memengaruhi keberhasilan/kegagalan homeschooling. Memilih homeschooling bukanlah sebuah titik akhir. Justru, memilih homeschooling adalah sebuah awal perjalanan pendidikan yang akan dijalani oleh anak bersama dengan orangtua dan seluruh anggota keluarga. Homeschooling tidak bisa dijalani dalam autopilot mode, membiarkan begitu saja proses homeschooling. Homeschooling bukan jaminan sukses menuju keberhasilan. Seperti sistem apapun dalam kehidupan, tidak pernah ada jaminan kesuksesan. Banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan. Sebagaimana sekolah ada yang berprestasi dan gagal, demikian pun di dalam homeschooling. Jadi, kunci utama dalam perbaikan atas kesalahan ini adalah harapan yang wajar terhadap homeschooling dan kerja keras untuk mewujudkannya.
5 2. TIDAK MENGERJAKAN PR Semua keberhasilan membutuhkan inisiatif dan kerja keras. Keberhasilan tak bisa datang dengan sendirinya kepada kita. Terlebihlebih dalam homeschooling. Mengapa? Karena menjalani homeschooling untuk anak-anak sangat berbeda dibandingkan mengirim anak-anak ke sekolah. Ketika orangtua mengirimkan anak ke sekolah, itu berarti orangtua mendelegasikan proses pendidikan anak pada sistem (sekolah) dan profesional (guru) yang sudah ada. Semua hal yang ada di sekolah sudah ditetapkan. Tugas orangtua adalah memilih sekolah yang paling sesuai dengan visinya, kemudian membayar dan memasrahkan anak pada proses yang dijalani di sekolah tersebut. Sementara itu, dalam homeschooling orangtua memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya. Orangtua berperan seperti kepala sekolah, yang menentukan arah pendidikan anak, materi yang dipelajari, serta cara belajarnya. Masalah terjadi jika orangtua menjalani homeschooling tetapi dengan mentalitas seperti mengirim anak ke sekolah.
6 Tips: Saat akan menjalani homeschooling, orangtua perlu sadar tentang perbedaan mengirimkan anak ke sekolah dan menjalani homeschooling. Kesadaran itu akan membantu orangtua untuk berinisiatif dan mengambil sikap yang tepat saat menjalani homeschooling. Orangtua perlu belajar mengenai homeschooling karena homeschooling bukan sekedar memindahkan sekolah ke rumah. Banyak jalan untuk belajar tentang homeschooling. Cara belajar yang paling murah dan lengkap adalah menggunakan Google untuk mencari informasi tentang homeschooling. Cara belajar yang lebih terstruktur adalah menggunakan buku-buku tentang homeschooling, baik terbitan luar mapun dalam negeri. Orangtua perlu memiliki mindset yang tepat saat menjalani homeschooling. Orangtua secara sadar memikul tanggung jawab pendidikan anak-anaknya. Homeschooling bukan sekedar pengetahuan dan wawasan. Homeschooling adalah perihal praktek parenting dan kegiatan yang dijalani anak-anak secara mandiri, bersama orangtua, dan kegiatan-
7 kegiatan di luar. Ilmu yang dipraktekkan adalah modal besar untuk pelaksanaan homeschooling yang kuat. 3. OVER-INVESTMENT Orangtua yang sedang mengawali homeschooling biasanya dipenuhi semangat. Itu adalah sebuah pertanda bagus dan memang semestinya begitu. Di dalam semangat orangtua itu, ada satu jebakan yang berhubungan dengan semangat, yaitu berkaitan dengan investasi/pengeluaran dana. Karena ingin menyiapkan yang terbaik untuk anak-anak kita, kemudian orangtua biasanya melakukan riset dan melihat banyak hal bagus. Karena merasa membutuhkan materi-materi yang bagus, kemudian orangtua membeli, membeli, dan membeli. Banyak biaya dikeluarkan untuk membeli materi belajar anak yang sebagian diantaranya dipaksakan. Dalam bentuk yang lain, orangtua mengumpulkan, mengumpulkan, dan mengumpulkan materi-materi gratis di Internet hingga banyak sekali. Kemudian realitas datang. Orangtua bingung, bagaimana cara memakai materi yang sudah dikumpulkan atau dibeli? Orangtua bingung,
8 kapan memakainya? Dan kebingungan itu bertambah saat orangtua mengetahui bahwa anaknya ternyata tidak menyukainya atau bahkan orangtua sendiri baru sadar (sudah terlanjur membeli) bahwa materi yang sudah dibeli tidak cocok untuk anak. Apa bahaya dari over-investment? Beberapa hal dapat terjadi pada saat orangtua merasa over-investment dalam proses awal homeschooling, antara lain: Orangtua menjadi lebih fokus pada materi belajar daripada anak. Materi belajar tidak dijadikan sebagai sarana/alat yang memfasilitasi anak, tetapi menjadi pengarah proses belajar dan berkegiatan anak. Ada tekanan tambahan pada orangtua karena merasa telah mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk membeli kurikulum/materi belajar anak. Orangtua ingin agar materi itu bisa dipakai oleh anak karena kalau tidak, itu berarti akan menjadi investasi yang sia-sia. Apa yang menurut orangtua bagus belum tentu cocok dengan anak. Kekecewaan yang terjadi akibat anak yang tidak menyukai materi yang dipilihkan dapat menciptakan spiral emosi negatif pada orangtua.
9 Tips: Berinvestasilah secara moderat. Belilah materi yang betul-betul Anda butuhkan PADA SAAT INI. Belilah materi yang digunakan anak-anak Anda. Jangan menabung materi belajar karena teknologi terus berkembang. Hal-hal yang dinilai bagus pada saat ini belum tentu bermanfaat beberapa tahun lagi. Bangun kesadaran selalu bahwa kondisi anak lebih penting daripada alat/materi belajar. Kualitas kegiatan anak tidak hanya dipengaruhi oleh ketersediaan materi belajar, tetapi juga kesiapan orangtua untuk berkegiatan bersama anak. Proses pendampingan jauh lebih penting dalam praktek pelaksanaan homeschooling. Jika sudah terlanjur mengalami kasus ketidaksesuaian antara materi yang sudah dibeli dan anak, segeralah melakukan refleksi. Mundurlah sejenak dari kondisi yang ada. Perhatikan dan fokus pada apa-apa yang bekerja untuk anak. Apakah Anda perlu mengubah cara? Apakah Anda mengatur ulang jadwalnya? Apakah Anda perlu mengurangi porsinya? Apakah Anda harus menunda? Apakah Anda harus mengesampingkannya?
10 4. MENUNGGU KESEMPURNAAN Berusaha sempurna, mencari yang terbaik dan bekerja semaksimal mungkin adalah sebuah hal yang positif. Tapi, ada kalanya kesempurnaan menjadi hambatan, bukan menjadi panduan yang mendorong terciptanya proses dan hasil yang baik dalam kegiatan homeschooling. Ada beberapa kondisi saat kesempurnaan lebih menjadi hambatan daripada tuntunan. Yang pertama adalah kala kesempurnaan menghambat tindakan. Hal ini terjadi saat orangtua berusaha mengetahui semua hal dan mempersiapkan semua hal, tetapi merasa tidak pernah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk memulai. Kesempurnaan persiapan menjadi masalah ketika orangtua terus menunda keputusan dan tindakan. Sementara waktu terus berjalan dan usia anak terus bertambah. Kesempurnaan lain yang perlu dihindari adalah pengharapan tentang anak sempurna. Orangtua ingin anak yang serba bisa dan serba hebat dalam seluruh hal, sehingga melupakan bahwa setiap anak pasti punya kekuatan dan kelemahan sebagaimana orangtua juga demikian.
11 Tips: Setiap orang memang berbeda-beda dalam membangun kesiapan. Mengambil keputusan dan melakukan tindakan tanpa pengetahuan adalah hal yang buruk. Tapi lebih buruk lagi kalau orangtua tak mengambil keputusan dan terus berada dalam wilayah teori. Berilah batas pada diri Anda tentang cukup dan mulailah aksi bersama anak-anak. Informasi yang kita miliki tak pernah lengkap dan sempurna. Selalu ada lubang untuk mempertanyakan apapun pengetahuan dan sudut pandang yang kita ambil. Homeschooling lebih dekat ke proses parenting daripada transfer pengetahuan kepada anak. Dalam parenting, hal yang lebih ditekankan adalah sikap yang benar saat berkegiatan bersama anak. Proses homeschooling dan parenting bertumbuh bersama praktek. Selalu ada interaksi antara teori & konsep dengan praktek di lapangan bersama anak-anak. Proses interaksi bersama anak-anak sebaiknya tidak ditunda karena praktek itu yang justru akan memperkaya teori. Jangan takut mencoba. Gunakan naluri sebagai orangtua, sudut pandang anak sebagai subyek, dan rasionalitas sebagai pemandu
12 selama proses perjalanan Anda. Tentu saja, jangan lupa untuk berdoa memohon pembimbingan dari Tuhan selama perjalanan homeschooling dan parenting Anda. Sebagaimana kita (orangtua) bukan manusia sempurna, anak-anak kita pun demikian pula. Mereka punya kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Terimalah semua kondisi itu apa adanya. Berdamailah. Fokuskan pada kekuatan yang dimiliki anak. 5. INGIN TERLIHAT KEREN Kesalahan lain yang muncul saat memulai menjalani homeschooling adalah ingin terlihat keren dan ingin mengesankan orang lain. Fenomena ini muncul biasanya karena pengaruh media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram dan lain-lain. Orangtua melihat kegiatan-kegiatan keren yang dilakukan keluarga lain, orangtua melihat materi-materi keren yang digunakan keluarga lain, orangtua melihat prestasi-prestasi keren anak lain. Orangtua kemudian membandingkan dengan anak-anaknya, dirinya sendiri, dan keluarganya.
13 Akibatnya, orangtua merasa minder. Dan supaya tidak minder, orangtua kemudian meniru mentah-mentah yang dilakukan orang lain supaya bisa seperti mereka. Problem mendasar dari masalah ini adalah membandingkan hidup dengan serpihan kehidupan orang lain yang terlihat ideal. Dan jika kemudian orangtua terikut berbagi di media sosial untuk membuat orang lain terkesan dengan yang dilakukan, orangtua akan membuat spiral negatif yang bisa menarik turun kualitas diri dan keluarga. Orangtua bisa kehilangan fokus dalam proses homeschooling dan terjadi pergeseran dari usaha memfasilitasi anak menjadi usaha membuat diri dan keluarga terlihat keren di mata orang lain. Tips: Homeschooling adalah perihal memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak Anda dengan cara yang terbaik. Subyek dalam proses homeschooling adalah anak-anak dan keluarga Anda. Jadi, fokuskan perhatian pada anak-anak dan keluarga Anda. Ukuran keberhasilan ada pada perkembangan anak-anak Anda, bukan supaya terlihat keren atau untuk pamer di Facebook. Lihatlah
14 mata mereka, lihatlah kualitas keseharian mereka. Bangun dan nikmati kebersamaan Anda bersama anak-anak dan keluarga. Banyak hal-hal kecil dalam kehidupan keseharian kita yang perlu dan bisa disyukuri. Ada perkembangan gradual dan keajaibankeajaiban yang terjadi pada anak yang perlu dirayakan dengan syukur. Belajar melihat hal-hal kecil dengan rasa syukur adalah proses sederhana yang membangun kenyamanan dan kepercayaan diri. Jadikan informasi tentang keluarga lain yang Anda lihat di Internet sebagai inspirasi yang memberikan ide dan meningkatkan semangat Anda. Jangan sampai Anda merasa terintimidasi sehingga merasa tidak percaya diri dengan proses yang sedang Anda jalani dan bangun bersama anak-anak. 6. INGIN CEPAT MELIHAT HASIL Menjalani homeschooling memang memberikan tekanan tersendiri kepada orangtua karena keluarga menjadi perintis yang berbeda dengan keluarga lain pada umumnya. Karena dinilai berbeda oleh lingkungan pergaulan sekitar, orangtua mungkin menerima pandangan yang meremehkan dari orang lain.
15 Orangtua mungkin menerima pertanyaan yang bernada meragukan dan mempertanyakan. Orangtua mungkin menerima penentanganpenentangan dari orang yang dicintai. Yang menambah masalah, tekanan eksternal itu terjadi saat orangtua sendiri sedang belajar dan mencoba mencari model homeschooling yang paling sesuai. Akibatnya, orangtua menjadi mudah panik dan ingin segera memberikan pembuktian kepada orang-orang di sekitarnya. Tips: Tuntutan untuk membuktikan bahwa proses homeschooling berhasil adalah hal yang wajar dan perlu diterima dengan sadar. Itulah tantangan kita sebagai perintis. Tapi tantangan itu tak perlu membuat kita tertekan. Jika orangtua dan anak-anak sama-sama menikmati proses berkegiatan bersama, hampir semua proses homeschooling memberikan hasil yang baik dalam perkembangan anak. Kuncinya adalah melihat pada area-area yang berbeda dari anak sekolah. Carilah ukuran-ukuran sesuai values yang Anda kembangkan dalam homeschooling Anda.
16 Anak-anak homeschooling biasanya memiliki kekuatan pada sisi psikologis karena mereka menjalani hari-harinya dengan nyaman bersama orangtua, tanpa tekanan eksternal yang berlebihan. Kondisinya bisa berbeda-beda pada setiap jenjang usia dan setiap kondisi. Jika anak-anak masih preschool, jangan terlalu khawatir dan terburu-buru mengejar aspek akademis (calistung). Jika anak sudah siap dan bisa mengikuti, lakukan dengan sukacita. Jika anak belum siap, tak apa untuk menunda hingga anak siap. Yang terpenting adalah kesehatan dan perkembangan psikologis anak.
17 Penulis Sumardiono, biasa dipanggil Aar, adalah seorang ayah dari 3 (tiga) anak, yaitu Yudhistira (2001), Tata (2004), dan Duta (2008). Bersama isterinya, Mira Julia (Lala), mereka memilih homeschooling untuk pendidikan anak-anaknya. Aar dan Lala menjalani homeschooling sejak anak-anak mereka lahir hingga saat ini. Aar memiliki latar belakang pendidikan di bidang teknologi dan manajemen keuangan. Aar menyelesaikan pendidikan di Teknik Informatika ITB dan Magister Manajemen bidang Keuangan di Lembaga PPM, Jakarta. Dalam dunia homeschooling, Aar aktif menulis dan mengelola blog Rumah Inspirasi (www.rumahinspirasi.com). Aar juga telah menulis buku tentang homeschooling berjudul "Apa itu Homeschooling", Homeschooling Lompatan Cara Belajar dan Warna-warni Homeschooling. Blog: www.rumahinspirasi.com Facebook: https://www.facebook.com/aar.sumardiono Twitter: @AarSumardiono Email: aar@rumahinspirasi.com