Oleh: Sumardiono Layout: Mira Julia
|
|
- Ade Hermawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2 Model & Metode Homeschooling Oleh: Sumardiono Layout: Mira Julia Dibuat dan dipublikasikan oleh: Rumah Inspirasi & Bentang Ilmu
3 1 Model dan Metode Homeschooling Bagaimana Memilihnya? Ekawati Indriani, seorang ibu yang sangat berdedikasi sepakat dengan suaminya untuk menjalani homeschooling untuk dua anaknya, Evan dan Clay. Sekitar 5 tahun yang lalu, Ekawati mengambil sekolah sebagai model dasar untuk pelaksanaan homeschooling di rumahnya. Ada setting meja belajar, jam belajar, buku-buku yang diatur rapi berjajar di rak, map
4 untuk menyimpan lembar kerja, lengkap dengan poster 2 yang menempel di dinding. Beberapa bulan pertama, mereka memakai kurikulum sekolah jarak jauh (distance learning). Anakanak belajar menggunakan worksheet berbahasa Inggris. Praktik homeschooling semacam ini ternyata tidak bekerja baik di keluarga Ekawati. Anak-anak mengomel, ibunya menjadi tegang, dan proses belajar tidak berjalan efektif. Seiring dengan berjalannya waktu dan seiring proses belajar Ekawati mengenai aneka model homeschooling, sedikit demi sedikit Ekawati melonggarkan model homeschoolingnya dari sangat terstruktur menjadi kurang terstruktur. Melalui perjalanan waktu, Ekawati akhirnya menemukan model yang sesuai dengan tujuan pendidikan y a n g m e n j a d i n i l a i - n i l a i k e l u a r g a n y a. P r o s e s
5 homeschooling yang mereka jalani tak lagi berbentuk 3 seperti sekolah yang dipindahkan ke rumah. Aneka proyek, diskusi, dan kegiatan informal lainnya mereka lakukan bersama anak-anak. Dengan model homeschooling yang baru untuk dirinya, Ekawati merasa lebih lega dan bahagia. Pada saat bersamaan, anak-anaknya menikmati proses homeschooling yang mereka jalani bersama kedua orangtuanya. Perjalanan Mencari Model Homeschooling Proses yang dialami oleh keluarga Ekawati bukanlah sebuah hal yang asing dalam dunia homeschooling. Keluarga yang baru menjalankan homeschooling berangkat memulai homeschooling dari sebuah model homeschooling yang paling dikenal dan dianggapnya tepat. Seiring perjalanan waktu, keluarga kemudian melakukan penyesuaian-penyesuaian agar proses
6 homeschooling yang dijalani dapat berjalan efektif dan 4 sekaligus prosesnya dinikmati oleh seluruh anggota keluarga. Menurut Linda Dobson, penulis buku Tamasya Belajar perubahan pendekatan homeschooling dari yang sangat terstruktur menuju kurang-terstruktur adalah hal biasa yang dialami oleh keluarga homeschooling. Demikian pula sebaliknya, terkadang keluarga yang berangkat dari pendekatan tidak terstruktur kemudian melakukan penyesuaian di tengah jalan sehingga proses homeschoolingnya menjadi lebih terstruktur. Oleh karena itu, penting bagi setiap keluarga yang sedang memulai homeschooling dan sedang mencari bentuk homeschooling yang paling sesuai untuk keluarga untuk bersikap fleksibel pada model dan metode-metode homeschooling yang dijalaninya.
7 Orangtua harus menempatkan model dan metode 5 sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang hendak dituju keluarga. Anak diperlakukan sebagai subyek dalam proses belajar, yang diperhatikan pendapat dan aspirasinya, bukan hanya menjadi obyek yang dibentuk secara eksternal berdasarkan apa-apa yang dianggap ideal oleh orangtua. Tips: Jika Anda ingin memulai homeschooling, jangan terpaku pada model belajar seperti di sekolah yang pernah Anda jalani. Belajarlah tentang aneka model dan metode homeschooling. Berangkatlah dari apa yang Anda ketahui dan menurut Anda terbaik. Pada saat bersamaan, lapangkan hati untuk berubah di dalam perjalanan homeschooling Anda.
8 Melakukan perubahan-perubahan pendekatan yang 6 terjadi sepanjang perjalanan homeschooling adalah sebuah hal yang sah-sah. Tak perlu gengsi atau merasa bersalah ketika melakukan perubahan pendekatan dalam homeschooling. Saat berbicara tentang metode, fokuskan pada anak dan carilah pendekatan-pendekatan yang bekerja dan efektif untuk anak dan keluarga.
9 Dua Titik Berangkat Homeschooling 7 Dua metode homeschooling yang paling populer dan sekaligus merupakan dua metode yang sangat berbeda/ kontras adalah: school-at-home dan unschooling. Kedua metode ini akan dibahaskan di di sini agar para orangtua homeschooling memperoleh perspektif keragaman di dalam cara memandang pendidikan dan cara terbaik anak belajar. Model Sekolah di Rumah (School-at- Home) School-at-home adalah metode homeschooling yang mengambil model dari sekolah. Metode ini banyak dipilih oleh orangtua karena berbagai alasan: Sekolah adalah model pendidikan yang dipraktekkan luas. Pemerintah menggunakan model sekolah untuk pendidikan. Orangtua pernah menjalani sekolah sehingga merasa paling mengetahui cara kerjanya.
10 Sistem pendukung tersedia luas: buku 8 pelajaran, latihan soal, dan ujian-ujian. Ciri khas school-at-home: Menggunakan sistem sekolah sebagai model utama dalam pelaksanaan homeschooling. Model bersifat terstruktur dan paket berjenjang. Proses homeschooling dipandu dengan kurikulum. Materi yang dipelajari dikelompokkan dalam mata-pelajaran. Alat belajar utama menggunakan buku pelajaran. Proses belajar dengan cara mengajar. Evaluasi/ujian secara periodik.
11 Ada beberapa hal yang dianggap sebagai 9 kekurangan model school-at-home: Memindahkan sekolah ke rumah bukan pekerjaan yang mudah karena nature rumah berbeda dari sekolah. Cara belajar di sekolah berdasarkan mata pelajaran tidak natural. Orangtua bukanlah guru. Kecenderungan belajar-untuk-lulus-ujian (learn-for-test) Untuk mengatasi kekurangan itu, peluang inovasi untuk model school-at-home yang dapat dilakukan antara lain: Ambil perspektif jangka panjang. Fleksibilitas di dalam proses belajar. Belajar model modular, bukan paket.
12 Gunakan kurikulum dan jenjang, tapi ubah 10 metode belajar. Perkaya bahan belajar.praktis: buku PR, tutor, bimbel. Model Unschooling Model dan metode homeschooling yang berbeda dari school-at-home adalah unschooling. Metode unschooling memiliki bentuk dan pendekatanpendekatan yang sangat berbeda dibandingkan sekolah. Perbedaan itu lahir terutama karena unschooling memiliki asumsi-asumsi dan cara pandang yang berbeda dengan sekolah mengenai anak, proses tumbuh-kembang anak, dan bagaimana cara terbaik anak belajar. Pendekatan unschooling tumbuh sejak pertengahan tahun 1960-an. Salah satu pelopornya adalah John Holt, seorang guru yang memberikan
13 kritik tentang sekolah. Diantara kritik John Holt 11 adalah mengenai kecenderungan proses belajar di sekolah yang bukan dipicu oleh kebutuhan & kesenangan anak untuk belajar, tetapi karena ketakutan (fear). Ketakutan mendapat nilai buruk, ketakutan untuk mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari guru, ketakutan membuat jawaban yang salah, ketakutan tidak lulus, dan sebagainya. Peran orang dewasa yang terlampau besar dan struktur yang kaku di dalam proses belajar dinilai justru merusak di dalam proses belajar anak. John Holt menulis beberapa buku untuk menuangkan gagasannya, antara lain: How Children Fail, How Children Learn, Growing Without Schooling, dsb. Kritik-kritik John Holt terhadap sekolah itu dapat diterima sebagian masyarakat, yang
14 kemudian melahirkan sebuah gerakan pendidikan 12 alternatif yang disebut Unschooling. Berikut ini beberapa asumsi dari unschooling: keinginan belajar itu alami. dunia nyata adalah ruang belajar paling baik. intervensi orangtua/orang dewasa cenderung menghambat proses alami anak. "What children need is not new and better curriculum but access to more of the real world; plenty of time and space to think over their experiences, and to use fantasy and play to make meaning out of them" (John Holt)
15 Dalam unschooling, anak tidak dipandang sebagai 13 kertas kosong tetapi dianggap sebagai individu. Walaupun anak-anak itu masih kecil dan kelihatannya tidak mengerti, mereka tetap diharga pendapat dan pandangan-pandangannya. Dengan asumsi-asumsi tentang anak dan pendidikan itu, model belajar di dalam unschooling memiliki bentuk yang berbeda dari sekolah. Model belajar di dalam unschooling adalah: belajar secara natural/kegiatan berbentuk kegiatan di dunia nyata (real-world learning) berdasarkan minat/kebutuhan anak (passionbased learning) minimum intervention "I believe that we learn best when we, not others are deciding what we are going to learn, and when we are choosing the people, materials, and experiences from which we will be learning"
16 Learning is not the product of teaching. Learning is the 14 product of the activity of learners. Berbeda dari model school-at-home di mana peran orangtua mirip dengan peran kepala sekolah/guru di sekolah, peran orangtua dalam model unschooling lebih mirip sebagai fasilitator. Dalam perannya sebagai fasilitator, orangtua tak terlalu berperan sebagai sumber pengetahuan (guru), tetapi mendorong anak untuk menjadi pembelajar yang aktif. Peran orangtua sebagai fasilitator dalam unschooling dilakukan dengan: menyediakan lingkungan belajar goal setting quality enrichment
17 Model dan Metode Homeschooling Lain 15 Selain model school-at-home dan unschooling, masih banyak model homeschooling lain. Model-model itu lahir karena asumsi dan cara pandang yang berbeda mengenai pendidikan. Beberapa diantaranya, antara lain: Classical Homeschooling Model classical homeschool adalah model yang mengacu pada pendidikan yang menjadi akar peradaban modern Eropa, yaitu abad pertengahan Yunani. Model pendidikan klasikal sangat menekankan pada studi literatur, sejarah, aktivitas intelektual yang terstruktur dan disiplin. Model pendidikan klasik banyak menggunakan materi dari abad pertengahan, yang merupakan karya-karya besar dari para tokoh besar.
18 Model ini membangun pendidikan dasar dengan 16 penekanan pada penguasaan bahasa (grammar), logika, dan retorika. Anak-anak dibiasakan untuk belajar buku dan sejarah pengetahuan sejak abad pertengahan, juga terbiasa mengembangkan logika berfikir melalui kegiatan riset, menulis, berdiskusi dan berdebat. Dalam model pendidikan dasar menurut model pendidikan klasikal, anak-anak belajar dalam tiga tahap, yaitu: grammar (mempelajari struktur bahasa mulai sederhana hingga kompleks, termasuk bahasa Latin dan Yunani), logic (belajar logika, biasanya tentang logika Aristotelian), rhetoric (belajar menyampaikan dan mempertahankan gagasan). Dalam model sekolah saat ini, jenjang logic yaitu mulai mengenal, menganalisis, dan mempertanyakan gagasan biasanya dilakukan pada jenjang sekolah menengah (bukan sekolah dasar). Demikian pula
19 jenjang rhetoric yang mengajarkan tentang kritik, 17 debat, dan argumentasi. Charlotte Mason, Montessori, Waldorf Ada juga model homeschooling yang dibangun berdasarkan pemikiran seorang tokoh tertentu, misalnya: Charlotte Mason, Montessori, Waldorf, dan lain-lain. Charlotte Mason ( ) adalah seorang tokoh pendidikan Inggris yang aktif menuliskan gagasangagasannya tentang pendidikan dan sekaligus mempraktekkannya. Beberapa gagasan Charlotte Mason yang menjadi inspirasi untuk proses homeschooling antara lain: Living Books Charlotte Mason sangat menekankan pentingnya memberikan ide-ide yang besar dan hidup untuk menjadi benih inspirasi kehidupan anak-anak. Proses
20 penyemaian ide-ide itu dilakukan melalui asupan 18 buku-buku berkualitas (living books), bukan buku teks yang hanya berisi data dan informasi kering yang perlu dipelajari anak. Narasi Narasi adalah proses anak menceritakan ulang dengan bahasanya sendiri, baik secara lisan maupun tulisan, isi materi bacaan yang baru dibacanya. Proses narasi merupakan bagian proses untuk mengerahkan kemampuan anak berkonsentrasi, mencerap gagasan di dalam buku, mengorganisirnya, dan kemudian mengungkapkannya. Habit Training Sebagaimana Charlotte Mason meyakini bahwa pendidikan adalah perihal menciptakan atmosfir yang mendukung anak untuk belajar, dia juga menekankan pentingnya untuk melatih kebiasaan-kebiasan baik
21 pada anak. Menurut Charlotte Mason, manusia adalah 19 makhluk yang terbentuk oleh kebiasaan dan pembiasaan. Montessori Model pendidikan Montessori berasal dari nama tokoh pendidikan Maria Montessori ( ) dari Italia. Beberapa gagasan pendidikan Montessori yang kemudian menjadi inspirasi untuk sekolah dan pelaksanaan homeschooling antara lain: Fokus pada Anak Montessori menyatakan bahawa fokus pendidikan seharusnya bukan diletakkan pada peran orang dewasa untuk mengajari anak, tetapi pada anak itu sendiri. Orangtua atau orang dewasa bertugas menciptakan lingkungan yang kondusif untuk proses belajar anak.
22 Dalam model Montessori, anak berkegiatan 20 mandiri. Tidak ada pengawasan ketat, tidak ada jadwal. Guru tidak menulis di papan tulis, siswa tidak duduk di kursi. Lingkungan Belajar yang Terkendali Dalam model Montessori, alat-alat untuk proses belajar anak dibuat dalam ukuran mini, disesuaikan dengan proporsi tubuh anak dan memperhatikan faktor keamanan saat dipergunakan oleh anak. Alatalat peraga disusun secara teratur mulai yang sederhana hingga kompleks. Dari Nyata hingga Abstrak Model Montessori banyak menggunakan alat peraga. Model Montessori memulai proses belajar dari kegiatan-kegiatan menggunakan benda-benda fisik (nyata). Dari kegiatan nyata, anak baru diperkenalkan ke hal-hal abstrak.
23 Kelompok Lintas Usia 21 Di sekolah Montessori, anak-anak dengan beragam belajar bersama di satu tempat. Mereka bebas berinteraksi tanpa dibatasi usia. Ruang kelas dibagi dengan partisi sesuai area kurikulum. Pembimbing berperan untuk mengarahkan dan memfasilitasi proses belajar anak. Eclectic Homeschooling Model dan metode homeschooling lain adalah eklektik. Model eklektik tidak mengikuti secara ketat sebuah aliran pemikiran tertentu, tetapi menyerap dan memadukan berbagai pemikiran dan aliran tentang pendidikan. Metode ini menggunakan prinsip mixand-match sesuai kebutuhan dan kondisi keluarga.
24 Selanjutnya Bagaimana? 22 Setelah kita mengetahui beragam model dan metode homeschooling, so what? What s next? Makin bingung? Semoga tidak. Ada beberapa hal yang bisa kita petik di dalam proses pembelajaran tentang model & metode homeschooling ini. Banyak sudut pandang tentang pendidikan. Model pendidikan tak hanya berbentuk seperti sekolah sebagaimana yang pernah kita jalani. Bahkan, sekolah pun bisa memiliki model yang berbeda-beda. Sebagai praktisi homeschooling, kita memiliki banyak pilihan dan kesempatan memilih model dan metode pendidikan yang paling sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan-tujuan pendidikan keluarga. Jangan merasa bersalah ketika kita memilih model, metode, pendekatan yang berbeda dengan model sekolah yang ada di masyarakat. Jangan merasa minder kalau
25 Anda memilih model homeschooling yang berbeda dengan 23 keluarga praktisi homeschooling yang lain. Jika Anda tertarik dengan sebuah model dan metode homeschooling tertentu, lakukan pekerjaan rumah Anda dengan banyak membaca dan melakukan riset sehingga Anda bisa memperoleh manfaat dari sudut pandang dan prinsip-prinsip yang ada di dalam metode tersebut. Lakukan adaptasi sesuai kebutuhan dan kondisi Anda. Jangan membeli label atau melabeli homeschooling Anda dengan sebuah metode tertentu yang akan membuat Anda terkungkung dan takut untuk berubah. Masuklah ke dalam esensi-esensinya. Jadikan anak Anda dan keluarga sebagai ukuran bagus-tidaknya sebuah model homeschooling. Gunakan sikap kritis dan common sense untuk memilih yang paling sesuai untuk Anda dan keluarga. Anda adalah tuan dan pemilik hidup Anda. Anda adalah pemimpin keluarga dan anak-anak Anda. Jadi, Anda lah
26 yang paling tahu apa-apa yang terbaik dan bekerja untuk 24 homeschooling yang Anda jalani. Apapun metode yang Anda pilih, gunakan tumbuh kembang anak sebagai ukuran. Yang pertama adalah anak menikmati proses belajarnya. Yang kedua, minat, komitmen, dan stamina anak terus tumbuh berkembang. Tak ada rumusan yang baku untuk hal itu. Temukan yang paling sesuai untuk anak dan keluarga.
27 Penulis Sumardiono, biasa dipanggil Aar, adalah seorang ayah dari 3 (tiga) anak, yaitu Yudhistira (2001), Tata (2004), dan Duta (2008). Bersama isterinya, Mira Julia (Lala), mereka memilih homeschooling untuk pendidikan anak-anaknya. Aar dan Lala menjalani homeschooling sejak anak-anak mereka lahir hingga saat ini. Aar memiliki latar belakang pendidikan di bidang teknologi dan manajemen keuangan. Aar menyelesaikan pendidikan di Teknik Informatika ITB dan Magister Manajemen bidang Keuangan di Lembaga PPM, Jakarta. Sempat berkarir di dunia keuangan, Aar saat ini memilih untuk menjadi bapak rumah tangga dan menjadi Working At Home Dad (WAHD). Dalam dunia homeschooling, Aar aktif menulis dan mengelola blog Rumah Inspirasi ( Aar juga telah menulis buku tentang homeschooling berjudul Homeschooling Lompatan Cara Belajar dan Warna-warni Homeschooling yang diterbitkan oleh penerbit Elex Media Komputindo. Blog: Facebook: aar@rumahinspirasi.com
Pola Kegiatan Keseharian - 1
Pola Kegiatan Keseharian - 1 "When you teach less, the children will learn more" John Holt Pendahuluan Pola kegiatan anak usia dini (0-6) tahun berbeda dibandingkan dengan anak usia sekolah. Perbedaan
Lebih terperinciLISENSI PEMAKAIAN. Materi buku ini merupakan salah satu bonus untuk produk Printable Flashcard yang ada di situs Bentang Ilmu.
LISENSI PEMAKAIAN Materi buku ini merupakan salah satu bonus untuk produk Printable Flashcard yang ada di situs Bentang Ilmu. Dapatkan ribuan printable flashcard dalam berbagai tema dan berbagai materi
Lebih terperinciOleh: Sumardiono Layout: Mira Julia
FAQ Homeschooling Oleh: Sumardiono Layout: Mira Julia Dibuat dan dipublikasikan oleh: Rumah Inspirasi & Bentang Ilmu www.rumahinspirasi.com www.bentangilmu.com 1 Pengantar Wacana tentang homeschooling/home
Lebih terperinciOleh: Sumardiono Layout: Mira Julia
Belajar Mandiri Self-Directed Learning Oleh: Sumardiono Layout: Mira Julia Dibuat dan dipublikasikan oleh: Rumah Inspirasi & Bentang Ilmu www.rumahinspirasi.com www.bentangilmu.com 1 "The illiterate of
Lebih terperinciVARIASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH RUMAH BAGI PARA HOMESCHOOLER
VARIASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH RUMAH BAGI PARA HOMESCHOOLER Zaenal Abidin Jurusan Matematika FMIPA, Unnes E-mail: zaenal abidinmu@yahoo.co.id Abstract Homeschooling is a relatively new term
Lebih terperinciOleh: Sumardiono Layout: Mira Julia
Apa Itu Homeschooling Oleh: Sumardiono Layout: Mira Julia Dibuat dan dipublikasikan oleh: Rumah Inspirasi & Bentang Ilmu www.rumahinspirasi.com www.bentangilmu.com 1 Homeschooling Satu kata beragam makna
Lebih terperinciPeran Homeschooling Terhadap Motivasi Belajar Pada Remaja. Wita Hardiyanti. Dona Eka Putri, Psi, MPsi. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
Peran Homeschooling Terhadap Motivasi Belajar Pada Remaja Wita Hardiyanti Dona Eka Putri, Psi, MPsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
Lebih terperinciKurikulum, Materi Belajar & Pola Kegiatan Homeschooling
Kurikulum, Materi Belajar & Pola Kegiatan Homeschooling Materi Pembahasan Apa kurikulum untuk homeschooling? Apa pilihan yang tersedia? Materi belajar yang digunakan apa? Di mana bisa memperoleh materi
Lebih terperinciPENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013
1 PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013 Pendahuluan Oleh: Bambang Prihadi*) Implementasi Kurikulum 2013 dicirikan dengan perubahan yang sangat mendasar
Lebih terperinciHOMESCHOOLING SEBAGAI SEKOLAH ALTERNATIF RAMAH ANAK
HOMESCHOOLING SEBAGAI SEKOLAH ALTERNATIF RAMAH ANAK Rosalina Dewi Heryani Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Indraprasta PGRI Email : rosalina.dewi7@gmail.com Abstrak Homeschooling merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah, prinsip serta teorinya banyak digunakan dan dimanfaatkan untuk menyelesaikan hampir semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lulus tidaknya seorang siswa. Oleh sebab itu mutu pelajaran Bahasa Indonesia di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada setiap jenjang pendidikan termasuk sekolah Dasar (SD), pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran inovatif yang menentukan lulus tidaknya
Lebih terperinciEKSISTENSI SEKOLAHRUMAH (HOMESCHOOLING) DALAM KHASANAH PENDIDIKAN. Oleh: Wahyudi 1
Jurnal Visi Ilmu Pendidikan halaman 32 EKSISTENSI SEKOLAHRUMAH (HOMESCHOOLING) DALAM KHASANAH PENDIDIKAN Oleh: Wahyudi 1 Abstrak: Keberadaan pendidikan formal dan nonformal yang ada sekarang ini dirasa
Lebih terperinciINTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS TEKS Nunik Sugesti
INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS TEKS Nunik Sugesti Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Character education is not a new thing;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Indonesia secara umum mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi sosial. Pada dasarnya bahasa erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Manusia sebagai anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Ilmu pengetahuan dan
Lebih terperinciI. Metode Tata Bahasa dan Terjamah ( ) (Grammar-Translation Method)
I. Metode Tata Bahasa dan Terjamah ( ) (Grammar-Translation Method) A. Sejarahnya Adalah sulit menentukan secara pasti sejarah lahirnya metode ini. Hal ini disebabkan metode ini ada di sebagian besar negara-negara
Lebih terperinciMuhammad Jusuf Kalla: Investor Yang Progresif
Muhammad Jusuf Kalla: Investor Yang Progresif Oleh: Bagus Takwin, Niniek L. Karim, Dicky C.P, dan Nurlyta Hafiyah Sekiranya ada keputusan wapres (kepwapres), tentu semua kebijakan sudah saya ambil sehingga
Lebih terperinciTeknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan
BUKU 4e SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan
Lebih terperinciIde Kegiatan Indoor - 1
Ide Kegiatan Indoor - 1 Ide Kegiatan Indoor finding what really works! Dear ayah bunda, Pada saat Anda memikirkan tentang homeschooling atau akan memutuskan menerapkan homeschooling sebagai jalan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan ungkapan kehidupan manusia yang memiliki nilai dan disajikan melalui bahasa yang menarik. Karya sastra bersifat imajinatif dan kreatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang harus berinteraksi dengan manusia lainnya, termasuk dengan lingkungan sekitarnya, sehingga peranan bahasa sebagai alat pengungkap
Lebih terperinciMenemukan Rumus Luas Lingkaran dengan Konteks Bundaran Air Mancur Palembang. Novita Sari
Menemukan Rumus Luas Lingkaran dengan Konteks Bundaran Air Mancur Palembang Novita Sari A. PENDAHULUAN Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peran
Lebih terperinciWorkbook. Menggali Rahasia Sukses. copyright, Menjadi Pengusaha.com
Workbook Menggali Rahasia Sukses copyright, www.sukses Menjadi Pengusaha.com 1 Reprint and Redistribution Rights Workbook ini beserta seluruh isinya adalah Kekayaan Intelektual milik www.suksesmenjadipengusaha.com.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Metode debat merupakan salah satu bentuk dari metode diskusi. Pada dasarnya kedua metode tersebut memiliki kesamaan, yaitu mengambil sebuah keputusan. Akan tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut
Lebih terperinciHomeschooling Jakarta
Homeschooling Jakarta RAIH MASA DEPAN YANG LEBIH BAIK BERSAMA KAMI PERKEMBANGAN HOME SCHOOL DI INDONESIA Sebuah kemajuan yang telah dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini Depdikbud, bahwa Ujian Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menghadapi berkembangan IPTEK yang semakin berkembang pesat, sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dewasa ini sangat penting untuk dicari, karena pendidikan sangat menentukan kehidupan dimasa yang akan datang bagi setiap orang dan kemajuan negaranya. Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Resti Handayani, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama sekolah. Kegiatan belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan halhal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Beberapa penerapan pola peningkatan kualitas pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah agen untuk menciptakan generasi yang berkarakter, intelektual, dan berdedikasi tinggi. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan,
Lebih terperinciPencarian Bilangan Pecahan
Pencarian Bilangan Pecahan Ringkasan Unit Siswa ditugaskan sebuah profesi yang menggunakan pecahan bilangan dalam pekerjaannya. Mereka meneliti, meringkas, menarik kesimpulan, dan mempresentasikan penemuan
Lebih terperinciBELAJAR TANPA TEKANAN BERSAMA HOMESCHOOLING
BELAJAR TANPA TEKANAN BERSAMA HOMESCHOOLING OLEH JESSICA NOVITA CHANDRA Taman Pulo Gebang D4 no 6, 021-4611908, haleyon@sammail.com ABSTRAK TUJUAN PENELITIAN Menginformasikan masyarakat bahwa tekanan belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
Lebih terperinci2015 KEEFEKTIFAN TEKNIK EXAMPLE NON EXAMPLE BERMEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS NEGOSIASI
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran berbahasa Indonesia, kita mengenal empat keterampilan berbahasa yakni mendengarkan, berbicara, menyimak, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut
Lebih terperinciTEAM TEACHING: SEBUAH STRATEGI UNTUK MEMBANGUN LEARNING COMMUNITY
Supahar/Team Teaching Sebuah TEAM TEACHING: SEBUAH STRATEGI UNTUK MEMBANGUN LEARNING COMMUNITY Pendahuluan Oleh: Supahar Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY Abstraks Salah satu agenda dalam dunia pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
Lebih terperinciSinopsis Buku Montessori Mafia
Sinopsis Buku Montessori adalah metode yang dipakai pada jenjang pendidikan Playgroup (PG/KB) dan TK yang cukup populer di kota Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Banyak orangtua yang tertarik
Lebih terperinciPROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING
PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PENCAPAIAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) BIOLOGI SISWA KELAS VIIA DI SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN AJARAN 2008/2009
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda sesuai sudut pandang masing-masing. Menurut Semiawan kreativitas adalah suatu kemampuan untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Anak adalah makhluk sosial sama seperti dengan orang dewasa. Anak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah makhluk sosial sama seperti dengan orang dewasa. Anak terlahir dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa sehingga membutuhkan orang dewasa dalam membantu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan kata-kata yang mubajir dan terlalu berbelit-belit.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Isma, (2013: 29) menyatakan Bahasa tulis adalah bahasa yang digunakan secara tertulis. Bahasa tulis merupakan hasil pengungkapan pikiran atau perasaan
Lebih terperinciFILM ANIMASI SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN TERPADU UNTUK MEMACU KEAKSARAAN MULTIBAHASA PADA SISWA SEKOLAH DASAR
FILM ANIMASI SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN TERPADU UNTUK MEMACU KEAKSARAAN MULTIBAHASA PADA SISWA SEKOLAH DASAR Irfai Fathurohman, Agung Dwi Nurcahyo, Wawan Shokib Rondli Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Paradigma mengukur kemajuan suatu bangsa saat ini sudah bergeser,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Paradigma mengukur kemajuan suatu bangsa saat ini sudah bergeser, yaitu dari yang semula mengukur kemajuan suatu bangsa dengan bertumpu semata-mata pada kekayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional Indonesia menyatakan perlunya masyarakat melaksanakan program pembangunan nasional dalam upaya terciptanya kualitas manusia dan
Lebih terperinciPenerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Menuju Sekolah Ramah Anak
Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Menuju Sekolah Ramah Anak Konsep Sekolah Ramah Anak Sekolah ramah anak memastikan setiap anak secara inklusif berada dalam lingkungan yang aman secara fisik,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh oleh rakyatnya. Maju atau tidaknya suatu bangsa juga dapat dilihat dari maju atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan dipandang sebagai proses belajar sepanjang hayat manusia. Artinya, pendidikan merupakan upaya manusia untuk mengubah dirinya orang lain ataupun lingkungannya
Lebih terperinciUNIT 6 : MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BELAJAR YANG BAIK
UNIT 6 : MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BELAJAR YANG BAIK UNIT 6 : MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BELAJAR YANG BAIK Waktu: 140 menit A. PENGANTAR Lingkungan belajar sangat berperan dalam menciptakan suasana belajar yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, menuntut adanya peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menuntut adanya peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan ini mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, maka siswa diharapkan dapat mengusai keterampilan-keterampilan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran wajib dan utama diajarkan di Sekolah Dasar. Dengan belajar Bahasa Indonesia, maka siswa diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan kebudayaan
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN MEDIA SURAT KABAR PADA SISWA KELAS X 5 SMA NEGERI 2 PATI TESIS
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN MEDIA SURAT KABAR PADA SISWA KELAS X 5 SMA NEGERI 2 PATI TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Pengkajian Bahasa
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi
Lebih terperinciPENINGKATAN KESADARAN SISWA TERHADAP LINGKUNGAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS BERITA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS TESIS
PENINGKATAN KESADARAN SISWA TERHADAP LINGKUNGAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS BERITA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS TESIS Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. Akan tetapi, apabila kegiatan berkomunikasi terjadi tanpa diawali keterampilan berbicara
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Belajar Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari proses belajar, karena dengan belajar pengetahuan seseorang akan terus bertambah. Menurut Syah (2002:89),
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian dilakukan di SD Negeri 2 Kalongan Jl. Tentara Pelajar No. 37 Kelurahan Kalongan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Matematika (dari bahasa Yunani: mathēmatiká) adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berkomunikasi dengan orang lain sebagai wujud interaksi. Interaksi tersebut selalu didukung oleh alat komunikasi vital yang
Lebih terperinciEpidemiologi Lapangan Tingkat Dasar. Pedoman Fasilitator. Tentang pedoman ini
Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar Pedoman Fasilitator Tentang pedoman ini Pedoman ini memuat informasi untuk membantu fasilitator mempersiapkan dan menyampaikan pelatihan mengenai Epidemiologi Lapangan
Lebih terperinciPENERAPAN MaMa Ku Pintar UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DI PKBM SINAR PEKAN TUA PADA PROGRAM PAKET B DAN C Kec.Pelalawan Oleh : Mujiaman, S.
PENERAPAN MaMa Ku Pintar UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DI PKBM SINAR PEKAN TUA PADA PROGRAM PAKET B DAN C Kec.Pelalawan Oleh : Mujiaman, S.Pd A. PENGANTAR Dalam dunia pendidikan Ilmu pendidikan adalah
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBANGUN KONSERVASI MATERI PELAJARAN Dudung Priatna*)
PEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBANGUN KONSERVASI MATERI PELAJARAN Dudung Priatna*) Abstrak Ketercapaian suatu pembelajaran matematika ditentukan oleh guru dalam menggunakan strategi pembelajaran matematika
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KOMPETENSI REFLEKSI PENDIDIK ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENULIS
Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris Vol. 2., No. 2., 2016. Hal. 25-35 PENGEMBANGAN KOMPETENSI REFLEKSI PENDIDIK ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENULIS JIPP Subhan El Hafiz
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan kehadirannya sangat terkait erat dengan dunia pendidikan adalah Matematika.
Lebih terperincinote THE POWER OF LESS AQUARIUS note D18 Learn More in Less Time AQUARIUS
Learn More in Less Time THE OWER OF LESS The Fine Art of Limiting Yourself to The Essential...In Business And In Life OLEH : LEO BABAUTA HYERION BOOKS 170 AGES ISBN-13 : 978-1401309701 Dengan begitu banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan mode dan trend tata rias di era modern sekarang ini sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan mode dan trend tata rias di era modern sekarang ini sangat pesat. Pengikut trend harus lebih aktif dalam mengikuti perkembangan yang ada. Hal ini tidaklah
Lebih terperinciPADA KURIKULUM (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak
PEMBELAJARAN BERMAKNA (MEANINGFUL LEARNING) PADA KURIKULUM 2013 (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak Tujuan penulisan artikel ini adalah pentingnya menerapkan pembelajaran bermakna di kelas. Pembelajaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari pendidikan. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh aspek kepribadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu manusia yang cerdas, unggul dan berdaya saing. Kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang bertujuan agar peserta
Lebih terperinciKantor maya mengatasi kendala fisik dari tempat kerja sehingga menghasilkan beberapa keuntungan sebagai berikut:
Pendahuluan Virtual Office merupakan Sebuah ruang kerja yang berlokasi di dunia internet dengan kata lain tidak mempunyai kantor real, dimana seorang individu dapat menyelesaikan tugas tugas yang diperlukan
Lebih terperinciGURU DAN TEKNOLOGI. Diah Banyuni. Abstrak
GURU DAN TEKNOLOGI Diah Banyuni Abstrak Guru dan Teknologi di dunia pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan, Guru dituntut untuk menjadi garda terdepan dalam penguasaan teknologi. Dengan
Lebih terperinciE-LEARNING PIANO UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR DAN MENENGAH
E-LEARNING PIANO UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR DAN MENENGAH Risnandar Politeknik Telkom Bandung rnd@politekniktelkom.ac.id ABSTRACT Some factors effecting the people to learn piano include workload, lazy,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, latihan, proses,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam proses belajar-mengajar, guru tidak hanya menjelaskan materi di depan kelas dengan metode ceramah saja (teacher center), namun guru juga dituntut mampu menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan potensi diri manusia dalam berekspresi, menyampaikan pendapat, ide, gagasan, dan menuangkan hasil karya
Lebih terperinciMemilah, Memilih, dan Memanfaatkan Mengajar dan Belajar Bahasa Inggris dari Bacaan
Memilah, Memilih, dan Memanfaatkan Mengajar dan Belajar Bahasa Inggris dari Bacaan oleh DR. Murti Bunanta SS, MA. Spesialis Sastra Anak Ketua Kelompok Pencinta Bacaan Anak Makalah dibawakan pada kegiatan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ibtidaiyah (MI) Batu Tangga Kecamatan Batang Alai Timur Kabupaten Hulu Sungai
39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Madrasah Ibtidaiyah (MI) Batu Tangga Kecamatan Batang Alai Timur Kabupaten Hulu Sungai Tengah terletak di Desa Batu Tangga Kecamatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi berbagai macam kebutuhan manusia.kebutuhan-kebutuhan tersebut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa post-modern berbagai macam smartphone diproduksi untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan manusia.kebutuhan-kebutuhan tersebut diantaranya adalah hiburan,
Lebih terperinciLAPORAN PELAKSANAAN. Implementasi Lesson Study dalam Rangka Peningkatan Kualitas PBM dan Character Building
LAPORAN PELAKSANAAN Implementasi Lesson Study dalam Rangka Peningkatan Kualitas PBM dan Character Building INTEGRASI NILAI-NILAI BERPIKIR KRITIS DAN PEDULI LINGKUNGAN PADA MATA KULIAH EXPRESSION ECRITE
Lebih terperinciSTANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007
STANDAR PROSES PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. adalah
Lebih terperinci2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keempat
Lebih terperinciBAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN
BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN Dalam bab ini diuraikan proses pengembangan model penilaian otentik dalam pembelajaran membaca pemahaman yang telah
Lebih terperinciBAB V ANALISA. Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok sampel (kelas X IA-4)
83 BAB V ANALISA Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok sampel (kelas X IA-4) adalah pembelajaran menggunakan model pembelajaran inquiry training yang dilakukan dalam tiga kali pertemuan dengan alokasi
Lebih terperinciCONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK KELAS 1 SD
CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK KELAS 1 SD Identitas Sekolah : (tuliskan nama satuan pendidikan) Kelas/Semester : I/1 Tema/Sub Tema : Diriku / Aku dan teman baru Pertemuan Ke : 2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang telah berlaku selama kurang
Lebih terperinciPembelajaran Berbasis Riset
P a g e 46 Pembelajaran Berbasis Riset Samodra Wibawa Jurusan Administrasi Negara, FISIP UNTIDAR Jl. Kapten S. Parman No. 39, Magelang 56116 samodra03@yahoo.com ARTICLE INFO Article history: Received Received
Lebih terperinciLesson 70: Questions. Pelajaran 70: Pertanyaan
Lesson 70: Questions Pelajaran 70: Pertanyaan Reading (Membaca) Is your job easy? (Apakah pekerjaanmu mudah?) Has he finished eating? (Apakah dia sudah selesai makan?) Will it keep raining? (Akankah ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya, sebab manusia dilahirkan dengan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan dewasa ini dapat dilihat dari peningkatan sistem pelaksanaan pendidikan dan pengembangan pembelajaran yang selalu diusahakan
Lebih terperinciNama Sekolah :... I. STANDAR KOMPETENSI I. PKn 1. Mengamalkan makna Sumpah Pemuda
RENCANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK Nama Sekolah :... Tema : TEMPAT UMUM Kelas/Semester : III / 1 Alokasi Waktu : 2 minggu I. STANDAR KOMPETENSI I. PKn 1. Mengamalkan makna Sumpah Pemuda II.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah-sekolah pada saat ini menghadapi tantangan di dalam mendidik
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang masalah Sekolah-sekolah pada saat ini menghadapi tantangan di dalam mendidik generasi muda yang merupakan penerus bangsa, dalam hal membentuk dan mengembangkan karakter.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Menulis merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam seluruh proses kegiatan belajar selama menuntut ilmu baik di bangku sekolah dasar, sekolah menengah
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP Nomor 1) Mata Kuliah : Bahasa Inggris Kode Mata Kuliah : GD 100 Pokok Bahasan : EFL in Elementary School Subpokok Bahasan : 1. Characteristics of English as Second Language
Lebih terperinciPENJENJANGAN DALAM PERSPEKTIF SASTRA ANAK/REMAJA. Widyastuti Purbani
PENJENJANGAN DALAM PERSPEKTIF SASTRA ANAK/REMAJA Widyastuti Purbani SASTRA ANAK Pengertian: SASTRA BAGI ANAK-ANAK. Apostrophe s dalam Children s Literature sangat penting untuk mengingatkan semangat peruntukannya
Lebih terperinci: Sejarah Peradaban Islam : Kerajaan Islam di Indonesia
Tema 7 Subtema 1 : Sejarah Peradaban Islam : Kerajaan Islam di Mata PPKn 3.5 Memahami Nilai-nilai persatuan pada masa Islam Bahasa Mensimulasikan nilainilai persatuan pada masa Islam dalam kehidupan di
Lebih terperinciPENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika
Lebih terperinciPENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Bidang Bahasa di Jenjang Sekolah Dasar) Oleh: Supartinah, S.Pd. PGSD FIP UNY
1 PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Bidang Bahasa di Jenjang Sekolah Dasar) Oleh: Supartinah, S.Pd. PGSD FIP UNY A. PENDAHULUAN Cara yang digunakan untuk mengeksplorasi informasi untuk memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam peradaban manusia, bahasa juga memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional bagi
Lebih terperinci