Oleh: Sumardiono Layout: Mira Julia
|
|
- Siska Jayadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2 FAQ Homeschooling Oleh: Sumardiono Layout: Mira Julia Dibuat dan dipublikasikan oleh: Rumah Inspirasi & Bentang Ilmu
3 1 Pengantar Wacana tentang homeschooling/home education (HS/ HE) adalah sebuah hal yang baru di Indonesia. Walaupun substansinya sudah ada sejak dahulu kala, HS/HE baru marak diperbincangkan beberapa tahun terakhir ini setelah media massa ramai menuliskan mengenai fenomena HS/HE yang menjadi pilihan pendidikan beberapa tokoh publik. Homeschooling kemudian menjadi sebuah alternatif untuk model pendidikan sekolah yang menjadi bentuk mainstream di masyarakat. Beberapa tahun berkecimpung sebagai praktisi HS/ HE, saya sering mendapatkan beberapa pertanyaan mengenai homeschooling, baik yang disampaikan melalui , milis, ataupun blog. Saya mengumpulkan beberapa
4 pertanyaan yang relatif sering ditanyakan oleh orangtua/ keluarga yang ingin mengetahui mengenai homeschooling. 2 Tujuh pertanyaan yang sering diajukan mengenai homeschooling adalah: Adakah homeschooling di kota saya? Di mana saya bisa mendaftar homeschooling? Berapa biaya homeschooling yang harus saya bayar? Bagaimana ijazah anak homeschooling? Apakah anak homeschooling bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi? Bagaimana sosialisasi anak homeschooling? Sejak usia berapa anak bisa homeschooling? Bagaimana standar dan kurikulum homeschooling? Apakah saya bisa melaksanakan homeschooling sambil bekerja? Dalam ebook ini, saya akan menjawab pertanyaan tersebut secara ringkas satu-persatu. Mudah-mudahan jawaban saya bisa membantu dan menambah pengetahuan Anda mengenai homeschooling.
5 Jika jawaban saya dirasa masih kurang lengkap atau kurang mendalam atau Anda membutuhkan pandangan yang berbeda, saya menganjurkan untuk membaca artikel dan buku-buku mengenai homeschooling yang ditulis oleh penulis luar maupun penulis Indonesia. 3 Akhir kata, semoga tulisan singkat ini bisa membantu orangtua/keluarga yang sedang mencari informasi mengenai homeschooling. Mari bersama-sama menghadirkan pendidikan yang lebih baik, untuk Indonesia yang lebih baik. Salam, Sumardiono
6 Pertanyaan Pertama 4 Adakah homeschooling di kota saya? Di mana saya bisa mendaftar homeschooling untuk anak saya? Pertanyaan ini dilatarbelakangi oleh pandangan bahwa homeschooling adalah lembaga seperti sekolah, yang menyelenggarakan pendidikan anak-anak seperti halnya sekolah. Oleh karenanya, penanya menanyakan tentang lembaga di kotanya dan mengenai teknis pendaftarannya. Hal pertama yang perlu diperjelas adalah mengenai pengertian homeschooling (HS) atau home education (HE) yang dalam terjemahan bahasa Indonesia sering disebut sekolahrumah (SR). HS/HE adalah model pendidikan di mana keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas proses
7 pendidikan yang dijalani anak-anaknya. Jadi, HS/HE 5 bukan sebuah lembaga atau institusi. Di dalam penyelenggaraan HS/HE, orangtua dapat memilih apakah menyelenggarakan sendiri proses HS/HE. Atau, mereka menggunakan bantuan lembaga lain, baik sedikit atau banyak di dalam proses penyelenggaraan HS/ HE. Lembaga yang membantu proses HS/HE bisa berupa klub, bimbel, kursus, penyelenggara ujian, dan sebagainya. Nah, di Indonesia ada sedikit salah-kaprah dalam penggunaan istilah homeschooling. Ada lembaga-lembaga yang mempromosikan diri sebagai homeschooling. Lembaga yang sering mempromosikan diri sebagai homeschooling sebenarnya menimbulkan kerancuan tentang istilah homeschooling. Sebab, sesuai dengan namanya (home) dan praktek yang umum di seluruh
8 dunia, homeschooling itu bentuknya adalah keluarga, tak 6 pernah berbentuk lembaga. Istilah yang juga rancu di Indonesia adalah komunitas homeschooling. Komunitas homeschooling dalam pengertian yang umum adalah kumpulan keluarga praktisi homeschooling, yang berbagi sumber daya dan melakukan kegiatan bersama. Kegiatan komunitas homeschooling dipimpin oleh para orangtua. Komunitas homeschooling bukan lembaga bisnis yang memungut biaya gedung dan pungutanpungutan untuk keuntungan seseorang (pemilik lembaga). Jika ada lembaga yang struktur kegiatannya berbentuk seperti sekolah (gedung, kurikulum, belajarmengajar, waktu khusus belajar), maka lembaga itu lebih tepat disebut sekolah. Kalau lembaga itu berbeda dengan sekolah, istilah yang sering digunakan adalah flexy-school (sekolah fleksibel). Sekolah fleksibel adalah sekolah, tetapi memiliki proses-proses yang lebih fleksibel dibandingkan
9 sekolah yang standar, misalnya masuk sekolah hanya 7 beberapa kali dalam seminggu. Dalam aturan tentang pendidikan di Indonesia yang berlaku pada saat ini, praktisi homeschooling yang ingin mengikuti ujian persamaan harus terdaftar pada lembaga non-formal (mis: PKBM, Kelompok Belajar, dsb) yang menyelenggarakan ujian persamaan. Tetapi jika ingin menempuh proses belajar non-ijazah, praktisi homeschooling tak harus bergabung dengan lembaga apapun. Jadi, dalam penyelenggaraan HS/HE, pilihan untuk masuk ke komunitas bersifat pilihan (optional), tidak wajib. Artinya, keluarga dapat memilih untuk bergabung dengan suatu komunitas tertentu atau menyelenggarakan HS/HE secara mandiri. Jika ingin mengikuti ujian, keluarga homeschooling perlu bergabung dengan lembaga yang menyelenggarakan layanan Ujian Persamaan.
10 Jadi, untuk menjalani HS/HE, Anda tidak harus 8 mendaftar ke mana-mana. Jika Anda membutuhkan pendampingan atau layanan komunitas HS, Anda dapat mencari komunitas HS/HE terdekat dengan cara googling di Internet atau dengan mencari informasi melalui praktisi HS/HE yang ada di kota Anda.
11 Pertanyaan Kedua 9 Berapa biaya homeschooling yang harus saya bayar kalau ikut homeschooling? Sekali lagi, pertanyaan di atas diajukan dengan asumsi bahwa proses belajar yang dilaksanakan di dalam homeschooling diselenggarakan oleh sebuah lembaga. Jika difahami bahwa HS/HE adalah pendidikan berbasis rumah, yang diselenggarakan oleh keluarga, maka besaran biaya yang dikeluarkan dalam penyelenggaraan HS/HE oleh setiap keluarga bisa sangat bervariasi. Biaya HS/HE dapat diibaratkan seperti menghitung biaya makan. Setiap keluarga memiliki menu dan biaya makan yang berbeda. Demikian pula dalam penyelenggaraan HS/HE. Variasi besaran biaya HS/HE sangat lebar tergantung pada standar, fasilitas, dan program-program yang
12 dilaksanakan dalam HS/HE. Inilah yang disebut dengan 10 fleksibilitas pembiayaan. Jika keluarga HS/HE tak bergabung dengan sebuah lembaga tertentu, maka tak ada biaya yang dibayarkan kepada lembaga tersebut. Biaya yang dikeluarkan adalah segala pengeluaran yang ditujukan langsung untuk proses belajar anak-anak. Fleksibilitas pembiayaan merupakan salah satu kekuatan HS/HE. Setiap keluarga HS/HE dapat menyesuaikan anggaran (budget) pendidikan dan memaksimalkan biaya yang dikeluarkan karena memiliki kontrol sepenuhnya atas pemanfaatan uang yang dikeluarkan. Sebagai contoh, keluarga dapat melaksanakan HS/ HE dengan anggaran terbatas dengan cara menyiasati beragam hal; mulai dengan cara menggunakan buku bekas (used books), menggunakan fasilitas publik (perpustakaan, pasar, masyarakat) sebagai sarana belajar, membuat
13 materi belajar sendiri, bertukar keahlian (saling mengajar 11 dengan keluarga HS/HE lain), dan sebagainya. Keluarga yang lain dapat menjalankan HS/HE dengan menggunakan kurikulum internasional, mengundang tutor, mengikutkan anak pada kursus-kursus yang diminati, menyediakan sarana belajar di rumah, dan sebagainya. Intinya, biaya dapat diatur menyesuaikan kemampuan keuangan keluarga. Jika memilih menggunakan materi eksternal (kurikulum, bahan ajar siap pakai) dan layanan eksternal (tutor, konsultasi, kursus, dsb), maka ada biaya yang dikeluarkan. Jika ingin menghemat, maka keluarga harus menggunakan kreativitasnya untuk menemukan solusi yang berorientasi pada tujuan, dengan sarana yang berbeda dari layanan berbayar. Mengenai biaya ini, saran terbaik yang dapat diberikan adalah setiap keluarga tetap membuat anggaran
14 pendidikan untuk HS dengan standar seperti kalau anak 12 dimasukkan ke sebuah sekolah. Jika keluarga memiliki kemampuan anggaran untuk menyekolahkan anak di sekolah yang bagus, maka sebaiknya anggaran itu tetap dialokasikan, tetapi dengan pemanfaatan yang jauh lebih baik karena semua pengeluaran itu dikontrol dan berkaitan langsung dengan kebutuhan pendidikan anak.
15 Pertanyaan Ketiga 13 Apakah pemerintah mengakui homeschooling? Bagaimana ijazah anak homeschooling? Bisakah anak homeschooling melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi? Kebijakan mengenai pendidikan di Indonesia diatur dalam UU no. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Di dalam UU tersebut, disebutkan mengenai keberadaan 3 (tiga) jalur pendidikan yang diakui pemerintah, yaitu: jalur pendidikan formal (sekolah), nonformal (kursus, pendidikan kesetaraan), dan informal (pendidikan oleh keluarga dan lingkungan). Walaupun UU Sisdiknas tidak menyebutkan secara khusus istilah homeschooling/home education/ sekolahrumah, substansi HS/HE adalah pendidikan informal.
16 Ketentuan mengenai pendidikan informal diatur 14 dalam pasal 27: Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Anak-anak yang belajar melalui HS/HE (jalur pendidikan informal) dapat memperoleh ijazah dengan cara mengikuti ujian kesetaraan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Nasional. Ujian Kesetaraan terdiri atas tiga jenjang, yaitu Paket A (setara SD), Paket B (setara SMP), dan Paket C (setara SMA). Dengan memiliki ijazah Paket C, seorang anak dapat melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi manapun
17 yang diinginkannya. Sudah banyak anak-anak HS/HE 15 yang mengikuti ujian Paket C dan kemudian melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi, baik negeri maupun swasta.
18 Pertanyaan Keempat 16 Bagaimana sosialisasi anak homeschooling? Berdasarkan rentang usia di dalam sebuah kelompok masyarakat, ada dua model sosialisasi yang biasanya dikenal, yaitu sosialisasi horizontal (seumur) dan sosialisasi vertikal (lintas umur). Anak-anak yang dididik dalam model sekolah dikumpulkan berdasarkan umur yang kurang lebih sama, di dalam kelompok-kelompok yang biasa kita kenal dengan sebutan kelas. Pengelompokan semacam ini dinilai sesuai dengan psikologi anak yang membutuhkan teman sebayanya untuk berinteraksi dan mengembangkan diri. Pergaulan di sekolah merupakan contoh paling jelas mengenai model sosialisasi horizontal. Sosialisasi horizontal menjadi salah satu ciri utama bentuk sosialisasi
19 yang dilakukan anak sekolah, yang dijalani hampir selama tahun pendidikan, sejak SD hingga Perguruan Tinggi. Sementara itu, anak-anak yang dididik dalam homeschooling memiliki model sosialisasi yang berbeda. Anak-anak homeschooling tidak setiap hari berkumpul di kelas dengan anak-anak yang seusianya. Anak-anak homeschooling bersosialisasi dengan anggota keluarga dan masyarakat yang ada di sekitarnya, yang sebagian besar memiliki usia yang berbeda. Di rumah, anak-anak homeschooling bergaul dengan ibu, bapak, kakak, adik, kakek, nenek, saudara yang memiliki usia berbeda. Di lingkungan rumah, mereka bergaul dengan siapapun, baik teman-teman main yang sebaya maupun orang-orang yang memiliki usia berbeda. Inilah contoh model sosialisasi vertikal. Model sosialisasi lintas-umur adalah merupakan model sosialisasi utama di dalam homeschooling, yang dijalani selama proses pendidikan yang dijalaninya.
20 Dalam pandangan keluarga homeschooling, model 18 sosialisasi vertikal (lintas-umur) adalah model yang paling alami di masyarakat. Sebab, masyarakat sesungguhnya tak pernah dikelompokkan berdasar umur. Keluarga, lingkungan, kantor, organisasi, dan kelompok-kelompok masyarakat lainnya semuanya terdiri atas orang-orang yang berbeda umur. Dengan model sosialisasi lintas umur yang dijalani sehari-hari, keuntungan bagi anak-anak homeschooling adalah mereka tak membutuhkan penyesuaian ketika bersosialisasi dan terjun ke masyarakat. Anak-anak HS/ HE relatif tak mengalami kesulitan dan tak membutuhkan proses penyesuaian (adjustment) untuk aktif di organisasi, lingkungan, atau tempat kerja karena lingkungan pergaulannya selama ini selalu lintas-umur. Model sosialisasi lintas-umur yang menjadi karakteristik utama HS/HE tak berarti bahwa anak-anak HS/HE tidak bergaul dengan teman sebayanya. Ketika
21 anak-anak HS/HE mulai tumbuh besar dan membutuhkan 19 teman sebaya, keluarga HS/HE biasanya mencari alternatif-alternatif untuk membuka jalur pertemanan sebaya bagi anaknya. Inilah salah satu tantangan HS/HE yang harus dicari solusinya. Pertemanan sebaya anak-anak HS/HE biasanya diperoleh dengan keterlibatan orangtua/anak pada kegiatan spiritual keagamaan yang dilakukan orangtua (pengajian, sekolah minggu, kelompok meditasi, dsb); melalui kursus-kursus yang diikuti anak, mengikuti klub hobi/minat, mengikuti kegiatan dalam komunitas homeschooling, dan kegiatan-kegiatan lain yang melibatkan anak sebaya. Intinya, anak HS/HE tidaklah dikurung di rumah sebagaimana yang sering dituduhkan oleh sebagian anggota masyarakat yang tak memahami HS/HE. Anakanak HS/HE memang memiliki model sosialisasi yang berbeda dengan anak-anak sekolah, tapi kualitasnya tak
22 bisa dinilai lebih buruk. Bahkan, dalam riset justru 20 ditemukan keunggulan kemampuan sosialisasi anak-anak HS/HE yang terbiasa dengan sosialisasi lintas-umur.
23 Pertanyaan Kelima 21 Apakah standar yang digunakan dalam homeschooling? Kurikulum apa yang digunakan? Karakter dasar yang melekat pada HS/HE adalah customized education, pendidikan yang dikustomisasi atau disesuaikan dengan kebutuhan setiap anak. Oleh karena itu, HS/HE memiliki banyak model, sesuai jumlah keluarga yang menjalankan HS/HE. Tak ada dua keluarga yang mengembangkan dua model homeschooling yang sama persis walaupun beberapa prinsip mungkin sama. Dari sisi metode, banyak model teoritis HS/HE, mulai yang bersifat sangat tidak terstuktur (unschooling), hingga yang sangat terstruktur seperti sekolah (school-at-home). Sepanjang tidak melanggar hukum, semua model HS/HE
24 sah-sah saja dipilih karena keluarga lah yang paling tahu 22 apa yang terbaik untuk anak-anaknya. Pada model HS/HE yang mengacu pada sekolah, keluarga HS/HE juga memiliki pilihan-pilihan. Keluarga dapat memilih acuan kurikulum nasional atau kurikulum lain, semisal Cambridge IGCSE yang digunakan oleh sekolah-sekolah internasional. Selain Cambridge IGCSE, banyak jenis kurikulum lain yang dibuat oleh pembuat kurikulum (curriculum provider) yang diakui di negara pembuatnya. Jika hendak mengacu pada kurikulum tertentu, keluarga HS/HE dapat menentukan pilihan kurikulum mana yang diacu. Jika kurikulum nasional yang diacu, maka hanya ada satu jenis kurikulum yang dibuat oleh Dikbud, yaitu kurikulum yang digunakan di sekolahsekolah. Kurikulum inilah yang perlu diacu oleh keluarga HS/HE.
25 Walaupun menggunakan kurikulum nasional seperti 23 sekolah, kreativitas bagi keluarga HS/HE tetap terbuka, terutama dalam proses belajar yang disesuaikan dengan anak agar memperoleh hasil yang maksimal. Keluarga HS/ HE dapat menentukan sendiri buku referensi apa yang paling disukai, waktu belajar, dan juga cara mempelajari suatu mata pelajaran. Di luar mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Persamaan, anak-anak HS/HE tetap dapat mempelajari berbagai hal yang menjadi minat dan perhatiannya.
26 Pertanyaan Keenam 24 Sejak usia berapa anak bisa mengikuti homeschooling? Pendidikan pada hakikatnya dimulai sejak bayi lahir. Bahkan, beberapa pendapat menyatakan bahwa pendidikan telah dimulai saat bayi masih di dalam kandungan. Sebab, bayi yang berada di dalam kandungan sebenarnya sudah dapat berkomunikasi dan menyerap apa yang di sekitarnya melalui ibunya. Dengan memandang pendidikan sebagai sebuah proses sejak dini, maka sebenarnya proses HS/HE juga sudah dapat dijalankan sejak anak berada dalam usia dini. Proses pendidikan masa ini biasa disebut pendidikan anak usia dini (PAUD). HS/HE pada usia dini bukanlah mengajari anak untuk belajar membaca, menulis, matematika, dan hal-hal
27 akademis lainnya sejak bayi. Pendidikan anak pada usia 25 dini menekankan pada pola pengasuhan yang sehat (good parenting). Selain itu, pendidikan anak usia dini juga ditujukan sebagai pondasi bagi anak agar memiliki kesiapan memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut (sekolah dasar). Pengasuhan yang baik menekankan pada proses penciptaan lingkungan yang kondusif agar anak memiliki perkembangan psikologis yang baik, serta pemberian stimulus untuk merangsang perkembangan jasmanirohani dan perkembangan sosial serta emosional anak dari waktu ke waktu. Masa anak bayi hingga usia 6 tahun adalah waktu yang baik bagi para orantua yang menyukai gagasan HS/ HE dan ingin menerapkannya di rumah. Pada rentang waktu ini, segala yang diserap anak sangat berpengaruh pada kehidupan anak setelah besar. Oleh karena itu, peran orangtua sangat diperlukan untuk memastikan bahwa
28 nilai-nilai utama dan kebiasaan baik yang dipentingkan 26 keluarga dapat diteruskan kepada anak-anak. Proses HS/HE pada usia dini juga dapat digunakan sebagai penjajagan komitmen orangtua mengenai proses pendidikan yang diselenggarakan secara mandiri oleh keluarga. Pada rentang waktu enam tahun pertama ini, orangtua dapat menguji ketangguhan sekaligus kelenturannya di dalam menjalankan HS/HE sehari-hari. Pada masa ini, orangtua dapat menguji antara idealisme, teori, keinginan dan realitas keseharian yang dihadapi. Pada saat anak menginjak usia sekolah, keputusan HS/HE akan diuji karena pada usia ini ekspektasi keluarga besar dan lingkungan adalah mengirimkan anak ke sekolah sebagaimana praktek umum yang ada di masyarakat. Dengan menjalani HS/HE sejak dini, keluarga dapat menimbang dengan tepat berdasarkan pengalaman yang telah dijalani selama enam tahun: apakah anak akan tetap HS/HE atau beralih pada sistem sekolah.
29 Pertanyaan Ketujuh 27 Apakah saya bisa melaksanakan homeschooling sambil bekerja? Pertanyaan ini sebenarnya tidak bisa dijawab oleh orang lain, tetapi harus dijawab oleh penanya sendiri. HS/HE secara prinsip menekankan pada pilihan orangtua/keluarga untuk bertanggung jawab sendiri dalam pendidikan anak. Keluarga memilih untuk menyelenggarakan sendiri pendidikan, baik secara mandiri maupun menggunakan bantuan orang, lembaga, infrastruktur sosial yang ada di masyarakat. HS/HE berbeda dari sekolah dari sisi pengelolaannya. Pada sekolah, sistem dan standar sudah dibakukan sehingga orangtua dapat menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya pada sekolah. Sekolah bertanggung jawab
30 mengenai pendidikan anak sesuai mandat yang diberikan 28 orangtua. Pada HS/HE, tanggung jawab pendidikan itu ada pada orangtua. Bahkan seandainya pun orangtua mengikuti sebuah Komunitas HS tertentu, tanggung jawab itu tetap berada pada orangtua. Komunitas HS/HE hanya menyediakan layanan dan bantuan untuk mempermudah proses HS/HE yang sedang dijalankan. Jadi, HS/HE tidak bisa diperlakukan seperti sekolah, di mana orangtua mendelegasikan proses pendidikan anak pada sebuah lembaga tertentu. Dalam prakteknya, sebagian besar praktisi HS/HE adalah keluarga yang salah satu orangtua tidak bekerja, bekerja di rumah, bekerja paruh waktu, atau memiliki pekerjaan yang secara waktu cukup fleksibel. Fleksibilitas waktu itu sangat penting karena salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses HS/HE adalah kualitas pendampingan orangtua.
31 Pada anak-anak yang sudah mandiri, proses belajar 29 dalam HS/HE mungkin bisa dijalankan oleh anak dengan sedikit pembimbingan orangtua. Pada kondisi semacam ini, peran orangtua relatif sedikit dan anak sudah bisa dilepas/mandiri ketika orangtua bekerja. P a d a a n a k - a n a k y a n g m a s i h k e c i l, u n s u r pendampingan memiliki peran yang dominan. Pendampingan orangtua sangat krusial untuk membentuk budaya belajar mandiri pada anak, yang hasilnya akan dapat dirasakan beberapa tahun setelah dijalani. Jadi, jawaban dari pertanyaan ini berkaitan dengan manajemen proses belajar. Kalau orangtua dapat mengelola proses belajar anak secara baik (dengan tetap bekerja), maka HS/HE dapat dijalankan. Tetapi jika anak masih belum bisa dilepas untuk mandiri dan proses belajar masih membutuhkan pendampingan yang besar, dibutuhkan pengaturan ulang mengenai pekerjaan yang
32 dijalankan oleh orangtua jika tetap ingin menjalankan HS/ 30 HE untuk putra-putrinya. Mana yang paling baik untuk keluarga Anda? Anda sendiri yang menentukannya.
33 Penulis Ebook ini ditulis oleh Sumardiono, biasa dipanggil dengan nama Aar, seorang praktisi home education yang tinggal di Jakarta, Indonesia. Keluarga Sumardiono melaksanakan HS/HE untuk ketiga anaknya sejak mereka lahir. Informasi mengenai homeschooling yang ditulis oleh penulis dapat dibaca di: buku Homechooling Lompatan Cara Belajar, penerbit Elex Media Komputindo. buku Warna-warni Homeschooling, dari Oregon hingga Sidoarjo, penerbit Elex Media Komputindo. Materi pendidikan anak yang telah ditulis Sumardiono dalam bentuk e-book antara lain: Belajar Mandiri, menyiapkan anak untuk masa depan 5 Tahap Belajar Mandiri, jenjang-jenjang stimulus untuk menyiapkan proses belajar mandiri Why Homeschooling? Apa yang membuat jutaan orang memilih homeschooling FAQ Homeschooling, menjawab 7 pertanyaan yang sering ditanyakan mengenai homeschooling Memulai Homeschooling, panduan untuk orangtua yang tertarik dengan homeschooling
34 20 Ide Kegiatan Flashcard, inspirasi kegiatan bermain-belajar bersama anak Belajar Membaca dengan Flashcard, metode visual untuk proses belajar anak Selain menulis buku dan ebook, Sumardiono juga menulis jurnal praktek HS/HE di blog Rumah Inspirasi ( Di dalam blog tersebut, Anda juga dapat memperoleh berbagai materi yang dapat Anda download secara gratis. Secara periodik, Sumardiono menyelenggarakan webinar (seminar online) mengenai homeschooling dan parenting. Facebook:
Oleh: Sumardiono Layout: Mira Julia
Belajar Mandiri Self-Directed Learning Oleh: Sumardiono Layout: Mira Julia Dibuat dan dipublikasikan oleh: Rumah Inspirasi & Bentang Ilmu www.rumahinspirasi.com www.bentangilmu.com 1 "The illiterate of
Lebih terperinciBASIC & LEGALITAS HOMESCHOOLING
BASIC & LEGALITAS HOMESCHOOLING Jangan lupa mengunduh materi webinar di: http://webinar.rumahinspirasi.com MATERI PEMBAHASAN Basic Homeschooling Substansi homeschooling Homeschooling vs sekolah Keuntungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, di Indonesia pilihan jalur untuk menempuh pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada saat ini, di Indonesia pilihan jalur untuk menempuh pendidikan semakin beragam, mulai dari jalur pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal.
Lebih terperinciOleh: Sumardiono Layout: Mira Julia
Model & Metode Homeschooling Oleh: Sumardiono Layout: Mira Julia Dibuat dan dipublikasikan oleh: Rumah Inspirasi & Bentang Ilmu www.rumahinspirasi.com www.bentangilmu.com 1 Model dan Metode Homeschooling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Imay Ifdlal fahmy, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pendidikan di era modern seperti sekarang merupakan sebuah kebutuhan seperti halnya sandang dan pangan. Pendidikan adalah hak setiap warga negara
Lebih terperinciLISENSI PEMAKAIAN. Materi buku ini merupakan salah satu bonus untuk produk Printable Flashcard yang ada di situs Bentang Ilmu.
LISENSI PEMAKAIAN Materi buku ini merupakan salah satu bonus untuk produk Printable Flashcard yang ada di situs Bentang Ilmu. Dapatkan ribuan printable flashcard dalam berbagai tema dan berbagai materi
Lebih terperinciEKSISTENSI SEKOLAHRUMAH (HOMESCHOOLING) DALAM KHASANAH PENDIDIKAN. Oleh: Wahyudi 1
Jurnal Visi Ilmu Pendidikan halaman 32 EKSISTENSI SEKOLAHRUMAH (HOMESCHOOLING) DALAM KHASANAH PENDIDIKAN Oleh: Wahyudi 1 Abstrak: Keberadaan pendidikan formal dan nonformal yang ada sekarang ini dirasa
Lebih terperinciPola Kegiatan Keseharian - 1
Pola Kegiatan Keseharian - 1 "When you teach less, the children will learn more" John Holt Pendahuluan Pola kegiatan anak usia dini (0-6) tahun berbeda dibandingkan dengan anak usia sekolah. Perbedaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi yang terus berkembang pesat, sehingga dibutuhkan individu-individu
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Era globalisasi ditandai dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat, sehingga dibutuhkan individu-individu yang mampu menyesuaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan populasi yang cukup besar (12,85% dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini merupakan populasi yang cukup besar (12,85% dari keseluruhan populasi, Sensus Penduduk 2000). Gutama (dalam Dharmawan, 2006) mengatakan bahwa anak usia
Lebih terperinciHOMESCHOOLING PRIMAGAMA SEKOLAH BERBASIS BAKAT DAN MINAT
Prospektus Kerjasama Usaha Berjangka Homeschooling Primagama Tentang Homeschooling Primagama Homeschooling adalah sebuah sistem pendidikan alternatif yang saat ini menjadi pilihan orang tua untuk memberikan
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi masing-masing individu, dan sudah menjadi hak setiap manusia untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pada Undang-Undang Sistem
Lebih terperinciPeran Homeschooling Terhadap Motivasi Belajar Pada Remaja. Wita Hardiyanti. Dona Eka Putri, Psi, MPsi. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
Peran Homeschooling Terhadap Motivasi Belajar Pada Remaja Wita Hardiyanti Dona Eka Putri, Psi, MPsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian penunjang kehidupan manusia yang sangat penting, dalam UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan karakter bangsa merupakan kebutuhan asasi dalam proses berbangsa dan bernegara. Secara eksplisit pendidikan karakter adalah amanat Undang-undang Nomor 23
Lebih terperinciStrategi Pengembangan Keragaman Model Pendidikan dan Pendidikan Karakter
Strategi Pengembangan Keragaman Model Pendidikan dan Pendidikan Karakter Untuk menjabarkan visi misi Nawacita (9 Agenda Prioritas) pemerintah Jokowi-JK dalam bidang pendidikan, izinkanlah kami memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah
BAB I PENDAHULUAN Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah yang meliputi: 1) Bagaimana efektivitas kebijakan pendidikan Budi Pekerti pada komunitas Homeschooling sekolah Dolan
Lebih terperinciOleh: Sumardiono Layout: Mira Julia
Apa Itu Homeschooling Oleh: Sumardiono Layout: Mira Julia Dibuat dan dipublikasikan oleh: Rumah Inspirasi & Bentang Ilmu www.rumahinspirasi.com www.bentangilmu.com 1 Homeschooling Satu kata beragam makna
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi ini
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi ini telah mempercepat berubahnya nilai-nilai sosial yang membawa dampak positif dan negatif terhadap
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 2014 TENTANG SEKOLAHRUMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 2014 TENTANG SEKOLAHRUMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan dipandang sebagai proses belajar sepanjang hayat manusia. Artinya, pendidikan merupakan upaya manusia untuk mengubah dirinya orang lain ataupun lingkungannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) hendaknya merupakan
Lebih terperinci2 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
No.1660, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Sekolahrumah. MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Ilmu pengetahuan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Tutor Oleh Gugus PAUD Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Tutor PAUD Di Desa Cangkuang Rancaekek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini non formal dipandang memiliki peran penting dalam pembentukan sumber daya manusia ke depan. Namun kesiapan tenaga pendidik di lembaga PAUD
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014-2018 Kata Pengantar RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciPROSPEKTUS KERJASAMA KEMITRAAN/WARALABA HOMESCHOOLING PRIMAGAMA 2016/2017
PROSPEKTUS KERJASAMA KEMITRAAN/WARALABA HOMESCHOOLING PRIMAGAMA 2016/2017 HEAD OFFICE: Jl. Langensari 43 Yogyakarta 55222 HOTLINE: (0274) 512160, 081215168833, 082221469184 OFFICIAL WEBSITE: www.homeschoolingprimagama-pusat.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akhir masa kanak-kanak (late childhood) berlangsung dari usia enam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir masa kanak-kanak (late childhood) berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Pada awal dan akhirnya,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dessy Asri Astrianty, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas anak didik yang merupakan pemilik masa depan sangat ditentukan oleh perlakuan kita terhadap mereka saat ini. Maju mundurnya suatu bangsa di masa depan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan. spiritual) dan sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PAUD (Pendidikan anak usia dini) merupakan jenjang pendidikan sebelum dilaksanakannya pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang
Lebih terperinciKurikulum, Materi Belajar & Pola Kegiatan Homeschooling
Kurikulum, Materi Belajar & Pola Kegiatan Homeschooling Materi Pembahasan Apa kurikulum untuk homeschooling? Apa pilihan yang tersedia? Materi belajar yang digunakan apa? Di mana bisa memperoleh materi
Lebih terperinciIni sudah tahun dan kita masih bangga
Hal & Topik Bahasan 4 Sudah dimana (pendidikan) kita sekarang 5 Awas!!! Jangan Masuk Homeschooling 6 Salam kenal, saya Mercy Sion 7 Tren Homeschooling 8 Homeschooling hebat? 9 Awas!!! Jangan Tergoda Homeschooling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak merupakan masa emas. Hal tersebut ditunjukkan dengan perkembangan yang cepat pada beberapa aspek yakni aspek sosial, emosional, kognitif, bahasa, seni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern dewasa ini, maka banyak terjadi perubahan diberbagi aspek kehidupan. Demikian pula dengan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI MODEL HOMESCHOOLING (Studi Kasus di Homeschooling Kak Seto Surakarta Tahun 2012)
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI MODEL HOMESCHOOLING (Studi Kasus di Homeschooling Kak Seto Surakarta Tahun 2012) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu upaya untuk menciptakan suatu perubahan, baik dalam perubahan prilaku, ilmu pengetahuan, teknologi, atau bentuk pengalaman, yang dapat diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan peningkatan mutu manusia Indonesia melalui perbaikan mutu pendidikan untuk semua jalur pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia diselenggarakan dalam tiga jenis; pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal adalah kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Kegiatan pengajaran
BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Kegiatan pengajaran tersebut diselenggarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vera Nurfadillah, 2014 Optimalisasi Peran Orangtuapekerja Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Usia Dini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah pengalaman hidup setiap individu dalam berbagai lingkungan yang memiliki pengaruh positif untuk perkembangan individu sepanjang hayat. Sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah komunikasi dalam konteks pedagogi adalah hal yang penting karena ketika proses pembelajaran berlangsung didalamnya terdapat interaksi antara guru dengan siswa
Lebih terperinciPENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti
PENDIDIKAN TPA & KB Martha Christianti Usia 0 8 tahun (NAEYC = National Assosiation Education for Young Child) Usia 0 6 tahun (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas) UU No. 20 Th. 2003 SISDIKNAS Tentang
Lebih terperinciPendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C
Pendidikan TPA/ KB Eka Sapti C Anak Usia Dini? Usia 0 8 tahun (NAEYC = National Assosiation Education for Young Child) Usia 0 6 tahun (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas) PAUD? UU No. 20 Th. 2003 SISDIKNAS
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kematangan Sosial Emosional Anak. (1) Perkembangan, proses pencapai kemasakan/usia masak, (2) proses
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Sosial Emosional Anak 1. Pengertian Kematangan Sosial Emosional Anak Chaplin (2011), mengartikan kematangan (maturation) sebagai: (1) Perkembangan, proses pencapai kemasakan/usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut UNESCO pendidikan hendaknya dibangun dengan empat pilar yaitu, learning to know,
Lebih terperinciProgram Optimalisasi Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan Kota Depok
Program Optimalisasi Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan Kota Depok Nama Inovasi Program Optimalisasi Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan Kota Depok Produk Inovasi Optimalisasi Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan kemanusian untuk menjawab berbagai tantangan dan permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses dalam rangka memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia berbudaya dan beradab. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seorang dapat mengembangkan berbagai pengetahuan. Pendidikan juga mampu membangun
Lebih terperinciPENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S Oleh: ARI YUDANI NIM : Q 100 070 620 Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan
Lebih terperinciPERAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN PAUD DI INDONESIA. Annisa Meitasari Wahyono
PERAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN PAUD DI INDONESIA Annisa Meitasari Wahyono 125120307111071 PENDAHULUAN Pendidikan Anak Usia Dini atau biasa disebut dengan PAUD bukanlah sesuatu yang asing di kalangan
Lebih terperinciYuk, berkenalan dengan SABUMI! Komunitas Muslim Homeschooling BANDUNG
Yuk, berkenalan dengan SABUMI! Komunitas Muslim Homeschooling BANDUNG Apa itu HOMESCHOOLING? Bagaimana SABUMI mendukung para pelaku HOMESCHOOLING? Homeschooling bukanlah lembaga pendidikan. Kalau ada lembaga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional sangat berperan bagi pembangunan manusia karena dapat mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia, berkarakter produktif dan berdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya kebutuhan akan pendidikan sebagai suatu investasi. Oleh karena itu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin kompleks, telah menjadikan kebutuhan manusia semakin kompleks pula, khususnya kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan usia dini merupakan masa yang sangat tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuni Gantini, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan jaminan pencapaian hak dalam masyarakat, sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi peningkatan kualitas kehidupan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menyiapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menyiapkan siswa agar dapat terlibat pada perubahan yang pesat dalam dunia kerja maupun dalam kegiatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, bidang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, bidang pendidikan memegang peranan penting. Pendidikan dapat mengembangkan kemampuan serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Deklarasi Dakar berkenaan dengan pendidikan untuk semua (Education for All), semakin menguatkan dan memacu negara-negara berkembang untuk berbuat dan berusaha
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa, karena pendidikan merupakan suatu proses untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015
KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015 Disampaikan pada Temu Koordinasi Penyelenggara Program Pendidikan Masyarakat Bandung, 30 April 2015 oleh: Dr. Ir.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan tolok ukur kemajuan sebuah bangsa dan menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia. Dengan pendidikan yang bermutu bangsa kita mampu
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia dalam menjalani aktivitasnya sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. santri yang dengan awalan pe didepan dan akhiran an berarti tempat tinggal para
BAB I PENDAHULUAN Sebelum tahun 1960-an, pusat-pusat pendidikan pesantren di Indonesia lebih dikenal dengan nama pondok pesantren. Istilah pondok berasal dari bahasa Arab, funduq, yang artinya hotel atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia anak-anak merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena anak memiliki masa perkembangan yang paling pesat, yakni pada masa golden age. Masa golden
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia. Hal ini sebagaimana diatur dalam UU Sisdiknas BAB VI Pasal 13
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta tidak secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah karya seni yang diciptakan tidak lepas dari emosional, tekanan psikologis, kepribadian, bahkan dari pengalaman seseorang yang menciptakan karya seni tersebut. Tekanan-tekanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan sarana mutlak yang dipergunakan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana mutlak yang dipergunakan untuk mewujudkan masyarakat madani yang mampu menguasai, mengembangkan, mengendalikan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciEfektifkah Belajar Matematika Di Homeschooling?
SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Efektifkah Belajar Matematika Di Homeschooling? M-27 Bayu Adhiwibowo Universitas Negeri Yogyakarta adhiwibowo.bayu@gmail.com Abstrak Pembelajaran homeschooling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat
Lebih terperinciCara Membangun Daftar Nama Yang Akan Memasukkan Uang Terus Menerus Ke Rekening Bank Anda, Sekali Anda Tahu Bagaimana Caranya!
1 Cara Membangun Daftar Nama Yang Akan Memasukkan Uang Terus Menerus Ke Rekening Bank Anda, Sekali Anda Tahu Bagaimana Caranya! Kusuma Putra http://buatnewsletter.com/ 2 Pesan Dari Penulis Hi, saya Kusuma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi Pembelajaran Orang Dewasa Dalam Penyelenggaraan Program Parenting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah, dikarenakan pendidikan adalah salah satu pondasi dasar, yang bertujuan membentuk
Lebih terperinciCara Membuat Website
Cara Membuat Website Atraktif dan Menguntungkan DAFTAR ISI 1 1. Pilih Topik Website Anda 3 1.1 Siapa pengunjung website Anda? 6 1.2 Apa yang menarik untuk pengunjung website Anda? 9 1.3 Pilih topik yang
Lebih terperinciANGKET UNTUK ORANG TUA / WALI
ANGKET UNTUK ORANG TUA / WALI CALON SISWA / SANTRI BARU SMP-SMA SEKAR KEMUNING Islamic Boarding School KOTA CIREBON TAHUN AJARAN 2018/2019 Nama calon siswa/santri :.. Gender : L / P Nama Bapak / wali :..
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang
Lebih terperinciINTERAKSI SOSIAL DENGAN TEMAN SEBAYA PADA ANAK HOMESCHOOLING DAN ANAK SEKOLAH REGULER (Studi Deskriptif Komparatif)
INTERAKSI SOSIAL DENGAN TEMAN SEBAYA PADA ANAK HOMESCHOOLING DAN ANAK SEKOLAH REGULER (Studi Deskriptif Komparatif) Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S1 Bidang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minat Menyekolahkan Anak 1. Pengertian Minat Menurut Syaiful B Djamarah (2002:132) minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pilar untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan berperan aktif dalam pembangunan suatu negara. Sebagaimana dijelaskan
Lebih terperinci2014 PENYELENGGARAAN PROGRAM PARENTING BERBASIS E-LEARNING D ALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MEND ID IK ANAK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sangat penting sebagai tolak ukur tingkatan sumber daya manusia di suatu negara dan bangsa. Pendidikan mempunyai tugas untuk mempersiapkan sumber
Lebih terperinciWorkbook. Menggali Rahasia Sukses. copyright, Menjadi Pengusaha.com
Workbook Menggali Rahasia Sukses copyright, www.sukses Menjadi Pengusaha.com 1 Reprint and Redistribution Rights Workbook ini beserta seluruh isinya adalah Kekayaan Intelektual milik www.suksesmenjadipengusaha.com.
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG
1 GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 20172016 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS, SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, SEKOLAH MENENGAH ATAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan, dalam kehidupan manusia memegang peranan yang sangat penting terutama dalam pencapaian keberhasilan seseorang. Pendidikan sejatinya merupakan
Lebih terperinciDIVESIFIKASI LAYANAN PENDIDIKAN KESETARAAN & REVIEW MATERI. Fitta Ummaya Santi
DIVESIFIKASI LAYANAN PENDIDIKAN KESETARAAN & REVIEW MATERI Fitta Ummaya Santi 1. Pembelajaran Langsung yaitu model layanan pembelajaran secara langsung antara tutor dan peserta didik, baik secara perorangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas, tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas, tujuan pendidikan adalah
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, melalui pendidikan akan terbentuk manusia yang cerdas, berahlak mulia dan melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut. Hal ini tertera didalam Undang-Undang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.
BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut Piaget, remaja usia 11-20 tahun berada dalam tahap pemikiran formal operasional.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Fokus penelitian ini adalah eksplorasi kematangan sosial anak peserta
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Fokus penelitian ini adalah eksplorasi kematangan sosial anak peserta homeschooling. Penelitian ini berusaha memberikan gambaran mengenai proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di setiap kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan sampai kepada masalah yang sulit untuk didapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PLAY GROUP DAN TPA DI YOGYAKARTA Berdasarkan pada nilai-nilai kebudayaan Jawa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini menimbulkan kompetensi di berbagai bidang baik ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa: melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi lagi yakni Sekolah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran, telah dilakukan seusia manusia itu sendiri sebagai pelaku pendidikan (Jumali, 2008:15). Pendidikan sendiri sebagai
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan
Lebih terperinci