BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian kualitatif adalah metode pengkajian suatu masalah yang tidak menggunakan prosedur statistik. Data dalam penelitian kualitatif berupa katakata, kalimat, gambar atau foto dan sebagainya yang dideskripsikan secara terperinci (Subroto, 2007:5). Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang menggunakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif berusaha mengungkapkan berbagai informasi kualitatif atau bahan tertulis dengan deskripsi yang teliti, akurat, penuh rasa dan nuansa yang lebih berharga daripada sekedar frekuensi dalam bentuk angka (Sutopo, 2002:183). Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan secara cermat gejala atau fenomena yang diperoleh dari hasil pengumpulan data, dilanjutkan dengan analisis data dan interpretasi data. Penelitian kualitatif tidak menggunakan hipotesis terhadap permasalahan penelitian seperti yang dilakukan dalam penelitian kuantitatif. B. Sumber Data Penelitian Pemahaman tentang berbagai macam sumber data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian karena ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan data yang diperoleh. Data tidak akan diperoleh tanpa adanya sumber data (Sutopo, 2002:49). Data dalam penelitian ini adalah naskah Risālatu `t-tauhīd pada bagian teks pertama. Naskah Risālatu `t-tauhīd terdiri atas dua teks. Teks pertama 27
28 berisi tentang ajaran tauhid yang berjumlah 60 halaman dan menggunakan huruf Jawi (huruf Arab Melayu) berbahasa Melayu. Teks kedua, berisi tentang ramalan dengan jumlah 16 halaman. Teks ini menggunakan huruf Pegon berbahasa Jawa. Penelitian difokuskan pada naskah-naskah yang menggunakan bahasa Melayu, maka penulis memilih teks pertama sebagai data peneliti. Sumber data penelitian ini adalah teks pertama naskah Risālatu `t-tauhīd yang tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (selanjutnya PNRI). PNRI terletak di Jalan Salemba Raya, Nomor 28A, Jakarta Pusat. Naskah ini memiliki nomor inventarisasi BR 412. Di PNRI, belum semua naskah telah didigitalisasi dan dipublikasikan karena keterbatasan sumber daya manusia. BR 412 merupakan salah satu naskah yang belum dipublikasikan sehingga cara mendapatkan naskah tersebut, penulis membeli salinan naskah tersebut dalam bentuk digitalisasi. Naskah Risālatu `t-tauhīd yang bernomor BR 412, sampai saat ini belum diketahui alasan naskah tersebut belum dipublikasi. Setelah dilakukan studi katalog, baik cetak maupun online, dapat diketahui bahwa naskah ini merupakan naskah tunggal karena hanya ada satusatunya naskah Risālatu `t-tauhīd, yang kini tersimpan di PNRI. Dengan demikian, naskah ini tidak perlu diperbandingkan dengan naskah yang sejenis. Namun, penulis belum melakukan studi lapangan ke semua instansi yang dimungkinkan menyimpan dan meneliti naskah. Penulis hanya melakukan studi lapangan kebeberapa instansi salah satunya adalah PNRI. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu dan biaya penelitian. Sebagai alternatif, penulis melakukan penelusuran ke instansi-instansi yang terkait dengan media internet.
29 C. Teknik Pengumpulan Data Penelitian umumnya menggunakan data yang akan diolah atau dianalisis. Data tersebut diperoleh melalui proses pencarian data pada sumber-sumber data dan disesuaikan dengan metode penelitian yang dipilih (Haris, 2012:152). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik studi pustaka dan studi lapangan, yaitu mencari data pada sumber data yang menyimpan data tersebut sebagai bahan penelitian. Tempat penyimpanan data penelitian filologi, yaitu koleksi perorangan, museum-museum, perpustakaan, dan sebagainya. Tahapan pengumpulan data dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut. 1) Pencarian Informasi Data Tahap awal yang dilakukan dalam pengumpulan data ialah pencarian informasi terhadap naskah yang akan dijadikan sumber data penelitian. Pencarian informasi dilakukan melalui inventarisasi naskah berupa studi lapangan dan studi katalog. Studi lapangan dilakukan penulis, yaitu mendatangi langsung ke PNRI jalan Salemba Raya No 28 A, Jakarta Pusat tempat penyimpanan naskah Risālatu `t-tauhīd ini. Naskah Risālatu `t-tauhīd ditemukan di PNRI dengan nomor panggil BR 412 yang tersimpan dibagian koleksi naskah PNRI lantai 5C. Studi katalog dilakukan dengan pembacaan katalog-katalog terbitan yang terkait naskah Melayu dan pencarian online terkait penelitian naskah. Berdasarkan pencarian informasi tersebut, tidak ditemukan naskah yang identik dengan Risālatu `t-tauhīd. Oleh karena itu, Risālatu `t-tauhīd dianggap naskah tunggal atau naskah satu-satunya (codex unicus).
30 2) Pencetakan Data dan Deskripsi Data Tahap berikutnya adalah pencetakan data. Naskah yang terdapat di PNRI tersebut kemudian dipindahkan ke dalam komputer melalui rol mikrofilm. Biaya pemindahan dari rol mikrofilm ke komputer dalam bentuk JPEG dihargai sebesar Rp3000,00/lembar. Kemudian, naskah yang sudah dalam bentuk JPEG di print out untuk mendapatkan bahan naskah dalam bentuk print. D. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan teknik dalam memeriksa dan menganalisis data sehingga menghasilkan data yang akurat dan benar-benar dapat dipercaya. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan tahapan sesuai dengan yang diterapkan dalam filologi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penyuntingan teks dan metode pengkajian teks. 1. Metode Penyuntingan Teks Setelah diketahui melalui studi lapangan dan studi katalog, Risālatu `t- Tauhīd merupakan naskah tunggal. Metode penyuntingan teks yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penyuntingan naskah tunggal yang berupa metode standar. Metode standar atau edisi kritik, yaitu menerbitkan naskah dengan membetulkan kesalahan-kesalahan kecil dan ketidaksengajaan, sedang ejaannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku (Baried, et.al. 1994:68). Hal-hal yang perlu dilakukan dalam metode standar adalah sebagai berikut (Djamaris, 2002:24). a) Teks ditransliterasikan. Transliterasi teks Risālatu `t-tauhīd
31 menggunakan pedoman transliterasi Arab-Latin berdasarkan sistem yang dipakai di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta karena naskah Risālatu `t- Tauhīd dianggap sesuai dengan pedoman dari UIN Syarif Hidayatullah. Pedoman transliterasi ini juga terdapat tambahan huruf Arab Melayu dan angka Arab. b) Membetulkan kesalahan teks (emendation atau perbaikan dan conjecture atau dugaan). Kesalahan penulisan yang ditemukan dalam teks dicatat kemudian dikelompokkan berdasarkan jenis kesalahan disertai pembetulan. c) Membuat catatan perbaikan/perubahan dengan melakukan perbandingan dengan naskah yang se-zaman. Teks yang sudah dibetulkan diberi tambahan catatan kaki pada setiap kesalahan yang ditemukan. Kesalahan yang dicatat dan dikelompokkan kemudian dibuat tabel yang memuat perbaikan/perubahannya. d) Teks diberi komentar atau tafsiran. Catatan komentar berupa penjelasan pada bagian teks yang sulit dibaca, seperti kata-kata yang tidak terbaca karena proses penyalinan yang tidak sempurna dan kata-kata arkais. Selain itu, juga berupa penggunaan tanda baca pada teks yang ditransliterasikan dan disesuaikan dengan ejaan bahasa sasaran, yaitu dengan menggunakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (EBI). e) Teks dibagi menjadi beberapa bagian. Teks yang sudah ditransliterasikan kemudian dibagi dengan pengaturan alinea atau paragraf sesuai dengan pokok permasalahan yang dikemukakan dalam teks. Tahap memisahkan teks setelah teks ditransliterasikan menjadi
32 beberapa bagian disebut pembagian teks. f) Penyusunan daftar kata sukar pada teks. Kata-kata yang sukar dalam teks berupa kata-kata arkais, kosakata Arab yang belum diserap ke dalam bahasa Indonesia, istilah Arab, kosakata Jawa, dan kosakata Arab yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, suntingan teks dengan metode standar diharapkan dapat mempermudah pembaca dalam membaca dan memahami teks. Tahap pencarian kata-kata yang sukar untuk dicatat dan diberi penjelasan maknanya pada akhir suntingan disebut penyusunan daftar sukar. Suntingan secara umum dibedakan menjadi dua bagian, yaitu suntingan naskah tunggal dan naskah jamak. Naskah tunggal menggunakan dua metode, yaitu metode diplomatik dan standar. Naskah jamak menggunakan metode gabungan dan metode landasan (Djamaris, 2002:24). Penelitian teks Risālatu `t- Tauhīd ini menggunakan metode standar karena merupakan naskah tunggal. Metode penyuntingan teks memerlukan inventarisasi naskah, deksripsi naskah, suntingan teks, dan kritik teks. a. Inventarisasi Naskah Setelah menentukan naskah yang akan diteliti, maka langkah berikutnya melakukan tahap pencatatan dan pengumpulan naskah atau inventarisasi naskah. Tahap inventarisasi naskah dilakukan dengan mencatat naskah dan teks cetakan yang berjudul sama, atau berisi cerita yang sama, yang termuat dalam katalogus di berbagai perpustakaan, museum, universitas, atau instansi yang menyimpan koleksi naskah. Di samping itu, perlu dicari pula naskah-naskah yang mungkin
33 masih tersimpan dalam perseorangan (Baroroh Baried, et.al., 1994:65). Fungsi tahap inventarisasi naskah adalah agar dapat menentukan naskah yang akan diteliti merupakan naskah tunggal atau naskah jamak. Informasi tentang keberadaan naskah dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu studi lapangan dan studi katalog. Studi lapangan adalah pencarian informasi dengan mendatangi langsung ke lokasi penyimpanan data, yaitu ke lingkungan masyarakat, orang-orang tertentu dan tempat-tempat tertentu yang menyimpan naskah-naskah kuno yang akan menjadi objek kajian peneliti. Tempat-tempat yang dimaksud misalnya masjid, pondok pesantren, perpustakaan, museum, dan sebagainya. Penelusuran naskah melalui studi katalog dilakukan dengan studi katalog media cetak dan online sehingga validitas terhadap penentuan naskah tunggal atau jamak dapat terjamin. Umumnya, katalog-katalog media cetak naskah tersimpan di tempat-tempat penyimpanan, perawatan, dan penjagaan naskah. Tempat-tempat tersebut misalnya perpustakaan, museum, dan instansi-instansi tertentu yang merupakan tempat penyimpanan naskah. b. Deskripsi Naskah Deskripsi naskah memaparkan informasi mengenai seluk-beluk naskah yang menjadi objek penelitian. Metode yang digunakan dalam deskripsi naskah ini adalah metode deskriptif. Semua naskah dideskripsikan dengan pola yang sama, yaitu nomor naskah, ukuran naskah, keadaan naskah, tulisan naskah, bahasa, kolofon, dan garis besar isi cerita. Deskripsi naskah dilakukan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan tahap penelitian selanjutnya berupa
34 pertimbangan, pengguguran dan kolasi, dan perbandingan naskah (Djamaris, 2002:11). Risālatu `t-tauhīd menggunakan metode deskriptif dengan mendeskripsikan keadaan naskah Risālatu `t-tauhīd. Naskah Risālatu `t-tauhīd merupakan naskah tunggal sehingga deskripsi naskah digunakan untuk memberi penjelasan tentang ciri-ciri fisik naskah dan kondisi naskah. c. Suntingan Teks Teks yang akan diteliti dalam penelitian ini ditransliterasi terlebih dahulu sebelum ketahap berikutnya. Transeliterasi merupakan salah satu tahap dalam penyuntingan teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab- Melayu. Naskah lama dalam sastra Indonesia sebagian besar menggunakan huruf Arab-Melayu sehingga perlu ditransliterasikan kehuruf latin agar mudah dipahami pembaca (Djamaris, 2006:19). Secara umum penyuntingan teks dibedakan menjadi dua hal, yaitu penyuntingan naskah tunggal penyuntingan naskah jamak atau lebih dari satu (Djamaris, 2006:28). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penyuntingan naskah tunggal dengan menggunakan metode standar. Metode standar adalah metode penyuntingan naskah tunggal dengan melakukan perbaikan-perbaikan. Tahap-tahap perbaikan tersebut, meliputi: mentransliterasikan teks, membetulkan kesalahan teks, membuat catatan perbaikan/perubahan, memberikan komentar atau tafsiran, membagi teks dalam beberapa bagian dan menyusun daftar kata sukar (Djamaris, 2002:24).
35 d. Kritik Teks Kata Kritik berasal dari bahasa Yunani, ialah krites, yang berarti seorang hakim, krinein, yang berarti menghakimi, dan kriterion yang berarti dasar penghakiman (Baroroh Baried, et.al., 1994:61). Kritik teks memberikan evaluasi terhadap teks, meneliti, dan menempatkan teks pada tempat yang tepat. Kritik teks digunakan untuk membersihkan kesalahan-kesalahan pada teks dengan membandingkan teks satu dengan lainnya yang se-zaman. Kegiatan kritik teks pada naskah tunggal bertujuan untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat pembaca agar dapat memahami isi karya sastra tersebut dengan jelas (Baried, et.al., 1994:62-63). Kesalahan-kesalahan dalam kritik teks tersebut, meliputi: (1) lakuna, bagian yang terdapat penghilangan huruf, kata, frasa, klausa, atau kalimat pada teks; (2) adisi, bagian yang terdapat penambahan huruf, kata, frasa, klausa, atau kalimat pada teks; (3) substitusi, bagian yang terdapat penggantian huruf, kata, frasa, klausa, atau kalimat pada teks; (4) transposisi, bagian yang terdapat pemindahan letak huruf, kata, frasa, klausa, atau kalimat pada teks; (5) ditografi, bagian yang terdapat perangkapan huruf, kata, frasa, klausa, atau kalimat pada teks; (6) ketidakkonsistenan, bagian yang terdapat ketidakselarasan penulisan ejaan huruf, kata, frasa, klausa, atau kalimat pada teks.
36 2. Metode Pengkajian Teks Pengkajian terhadap teks Risālatu `t-tauhīd menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut. a. Metode Analisis Struktur Sastra Kitab Metode analisis struktur dalam penelitian ini menggunakan metode analisis struktur sastra kitab. Struktur sastra kitab, meliputi: (i) struktur penyajian teks, yang memiliki pola tetap, yaitu pendahuluan, isi, penutup; (ii) gaya pengisahan teks; (iii) pusat pengisahan teks; dan (iv) gaya bahasa, meliputi: kosakata, ungkapan dalam bahasa Arab, sintaksis, sarana retorika atau bahasa retoris, dan bahasa kiasan. b. Metode Analisis Isi dan Fungsi Proses analisis isi dalam metode kualitatif deskriptif dilakukan bersamaan dengan proses pencarian data. Data yang berupa deskripsi yang diperoleh melalui wawancara, observasi, studi pustaka dan lain-lain, disusun secara teratur (Sutopo, 2002:87). Analisis isi dilakukan untuk mengetahui isi dalam naskah dengan landasan ilmiah. Setelah isi teks dapat diketahui, maka dapat menganalisis fungsi ajaran tauhid dari naskah Risālatu `t-tauhīd yang dilihat dari fungsi sosialnya dan peranannya dalam mempengaruhi kebudayaan masyarakat. Analisis isi dan fungsi, perlu penyajian analisis secara informal, yaitu menganalisis data dengan cara menjabarkan secara jelas dan terperinci isi dalam
37 teks. Menyajikan fungsi teks berdasarkan kajian-kajian ilmiah melalui sumbersumber referensi yang mendukung. E. Teknik Penyajian 1. Teknik Penyajian Suntingan Teks Salah satu tujuan penyuntingan teks adalah agar teks dapat dipahami oleh kalangan yang lebih luas. Untuk mengetahui teks secara keseluruhan, suntingan teks ini dibagi ke dalam beberapa episode ( Djamaris, 2002:30). Setiap episode diberikan tanda baca berupa kurung siku [.]. Hal ini dilakukan agar pembaca mudah memahami isi teks dan untuk menunjukkan bahwa pemisahan episodeepisode itu sebenarnya tidak ada. Hal ini hanyalah inisiatif penulis untuk memudahkan pembaca memahami isi teks. Tanda baca atau lambang yang digunakan dalam suntingan teks adalah sebagai berikut (Djamaris, 2002:30). a) /./ penghilangan atau pengurangan. Bacaan yang terdapat diantara garis miring ini seharusnya tidak diperlukan atau dihilangkan. b) (.) Penambahan. Bacaan yang terdapat di dalam tanda kurung adalah tambahan dari naskah pembantu. c) [.] penambahan menurut dugaan. Bacaan yang terdapat diantara dua kurung siku adalah tambahan menurut dugaan penyunting. d) ( ) Bacaan yang diberi ulasan dalam daftar kata sukar atau glosari.
38 2. Teknik Penyajian Analisis Data Teknik penyajian analisis data dapat ditampilkan dengan dua cara, yakni metode penyajian informal dan metode penyajian formal. Penyajian informal adalah cara merumuskan hasil analisis data dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata biasa walaupun dengan terminologi/peristilahan yang teknis sifatnya. Penyajian formal dilakukan dengan tanda dan lambang-lambang (Sudaryanto, 1993:145). Penelitian ini menggunakan penyajian informal dalam analisis isi berdasarkan fungsi ajaran tauhid. Penyajian informal yang digunakan berupa kata-kata untuk memaparkan atau menggambarkan secara jelas dan terperinci. Penafsirannya dengan mengutarakan pendapat sendiri. Penyajian dimulai dari pernyataan penulis tentang suatu uraian dalam data yang dianalisis lalu dilampirkan kutipan yang memuat uraian tersebut. Kemudian, kutipan data diberi penafsiran dengan didukung data dan argumentasi. Setelah itu, penafsiran dibuat simpulan supaya maksudnya lebih mudah dipahami. Penyajian formal yang digunakan dalam penelitian ini digunakan dalam analisis suntingan teks yang berupa penggunaan tabel dan tanda baca. Tabel yang digunakan adalah tabel ikhtisar isi teks dan tabel kritik teks yang berupa lakuna, adisi, subtitusi, digtografi, dan ketidakkonsistenan. Tanda baca yang digunakan, meliputi: tanda kurung (( )), tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik dua (:), tanda titik koma (;), tanda elipsis ( ), tanda garis miring (/), tanda kutip ( ), dan tanda petik tunggal ( ).
39 F. Teknik Penarikan Simpulan Setelah melakukan penelitian terhadap naskah Risālatu `t-tauhīd, maka penulis mengambil simpulan atas hasil analisis data yang dilengkapi pula dengan saran-saran yang dapat membangun. Penarikan simpulan berguna untuk merangkum hasil akhir penelitian. Selain sebagai landasan rumusan pengambilan keputusan bagi penulis, penarikan simpulan juga dijadikan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.