BAB I PENDAHULUAN. hasil pemikiran orang-orang terdahulu yang dituangkan ke dalam sastra dan
|
|
- Sucianty Kartawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan Melayu Klasik merupakan bukti konkret kebudayaan berupa hasil pemikiran orang-orang terdahulu yang dituangkan ke dalam sastra dan bahasa. Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak koleksi naskah Melayu Klasik. Menurut Baried dkk., (1994:9) tidak kurang dari 5000 naskah dengan 800 teks tersimpan dalam museum dan perpustakaan di beberapa negeri, selebihnya naskah-naskah tersebut tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, skriptorium, perpustakaan pribadi, hingga perpustakaan yang berada di luar negeri seperti Belanda dan Inggris. Perbincangan tentang karya kesusastraan Melayu Klasik berhubungan erat dengan hikayat, syair, undang-undang, dan gurindam. Karya-karya tersebut mempunyai bahasa yang indah dan tidak jarang memiliki petuah atau pelajaran hidup yang masih relevan hingga saat ini. Di antara berbagai karya Melayu Klasik, hikayat merupakan objek yang sering dikaji. Hikayat mempunyai pengertian (1) karangan yang kadarnya cerita, bukan peristiwa yang benar-benar terjadi atau hasil rekaan; (2) cerita itu cerita yang sudah kuno atau cerita lama; (3) bentuk cerita itu prosa; (4) namun juga berarti cerita yang pernah terjadi, yaitu kenang-kenangan atau sejarah dan riwayat (Baried dkk., 1985:6). Hikayat dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu hikayat rekaan, hikayat sejarah, dan hikayat biografi (Baried dkk., 1985:27). Hikayat rekaan 1
2 2 mempunyai ciri-ciri yang dapat diidentifikasi, seperti istana menduduki pusat yang sangat berperan, tujuan utama ceritanya untuk menghibur, tokoh-tokoh utama selalu mendapatkan kemenangan dan mengalami akhir yang baik, segi ajaran moral tidak diabaikan, pola cerita selalu bersifat streotip, dan adanya alur cerita yang dapat diramalkan. Hikayat sejarah merupakan hikayat yang bersifat historis dan mempunyai ciri-ciri, seperti penyebutan nama tempat yang memang ada dalam pengertian geografis, penyebutan nama-nama historis dalam hikayat, mayoritas kandungan cerita merupakan silsilah suatu dinasti, tahun terjadinya peristiwa tidak dinyatakan dengan jelas, dan pembicaraan mengenai peristiwa-peristiwa yang bersifat kontemporer mendapat tempat sendiri. Pada sisi lain, hikayat biografi mempunyai ciri-ciri yang dapat diidentifikasi, seperti menerangkan dan menyoroti tokohtokoh historis dan peristiwa yang sesungguhnya, pusat perhatian hikayat bergeser ke arah kepribadian manusia genius, orang yang bermoral intelektual, atau orang yang mempunyai emosi yang tinggi memiliki perhatian rohani tersendiri, biografi disusun secara kronologis dan logis, biografi tidak mengenal perbedaan yang metodologis, walaupunn begitu hikayat geografi tetap dirasakan adanya unsure fiktif (Baried dkk., 1985:27 31). Hikayat raja Alit selanjutnya disingkat HRA merupakan salah satu koleksi naskah Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang berkode W 194, Hikayat Raja Alit, 13 hlm, [R# 452], Rol Dalam Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat Dep. P&K, naskah tersebut berkode Ml. 693 (dari W194), mempunyai panjang 34 cm dan lebar 19½ cm, 8 halaman, 27 baris, menggunakan
3 3 huruf arab baik dan jelas, dan terdapat pada catatan Van Ronkel halaman 276. HRA merupakan sebuah fragmen dari bahasa Ulu Pasemah Lebar yang diterjemahkan ke dalam bahasa melayu, tentang Raden Alit dan peperangan dengan Aceh. Menurut klasifikasi jenis hikayat oleh Baried dkk., HRA termasuk ke dalam hikayat sejarah. Hal ini diidentifikasikan dari beberapa karakteristik hikayat jenis sejarah, yaitu penyebutan nama-nama tempat yang memang ada dalam pengertian geografis yaitu Bajo, Aceh, Johor, dan Demak. Aceh merupakan wilayah yang berada di utara Pulau Sumatera. Johor merupakan tempat yang berada di wilayah Semenanjung Malaysia, sedaangkan Demak merupakan sebuah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Sementara itu, Bajo merupakan nama suku yang gemar berlayar, diperkirakan nama Bajo di sini merupakan tempat yang berpenduduk masyarakat yang gemar berlayar dan menetap di pesisir Pulau Sumatera bagian selatan karena pada Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat Dep. P&K dijelaskan bahwa HRA merupakan sebuah fragmen dari bahasa Ulu Pasemah Lebar yaitu bahasa suku Pasemah yang berada di daerah Sumatera Selatan yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu. Ciri hikayat sejarah lain adalah penyebutan nama-nama tokoh yang bersifat historis, seperti Raden Alit, Raden Cili, dan Raden Anom. Selanjutnya, kandungan cerita merupakan silsilah kerajaan negeri Bajo di daerah Palembang. Setiap naskah karya sastra Melayu klasik maupun modern dapat dianalisis untuk mengetahui kandungan yang ada di dalamnya. Selain berkaitan erat dengan penulis, karya sastra juga sangat berkaitan dengan pembacanya. Pembaca dapat
4 4 menginterpretasikan dan menilai suatu karya sastra sehingga karya sastra itu dapat terlihat berarti kehadirannya. Menurut Abrams, hubungan antara karya sastra dengan pembaca dapat dikaji dengan pendekatan pragmatik. Pendekatan pragmatik memandang makna karya sastra ditentukan oleh publik pembacanya selaku penyambut karya sastra (Abrams dalam Noor, 2005:35). Teori yang dapat diterapkan dalam pendekatan pragmatik ini yaitu teori resepsi sastra. Junus (1985:1) memberikan pengertian resepsi sastra yaitu bagaimana pembaca memberikan makna terhadap karya sastra yang dibacanya sehingga dapat memberikan reaksi atau tanggapan terhadapnya. Tanggapan itu mungkin bersifat pasif, yaitu bagaimana seorang pembaca dapat memahami karya itu atau dapat melihat hakikat estetik yang ada di dalamnya dan tanggapan bersifat aktif, yaitu bagaimana pembaca merealisasikan karya tersebut. Naskah HRA yang tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ditulis dengan huruf Jawi dan berbahasa Melayu. Hal ini membuat HRA tidak dapat dibaca oleh kebanyakan orang. Oleh karena itu, diperlukan pentransliterasian dan penyuntingan HRA ke dalam huruf latin sehingga HRA dapat dibaca semua orang. Tanggapan pembaca terhadap sebuah teks dapat berbeda antarkelompok pembaca. Perbedaan ini dikarenakan oleh latar belakang pengetahuan dan pengalaman pembaca terhadap teks yang telah dibaca sebelumnya. Hikayat merupakan karya sastra melayu yang sulit dibaca dan dikaji oleh masyarakat umum. Tanggapan pembacaan hikayat terhadap kelompok yang pernah mengkaji hikayat sebelumnya berbeda dengan tanggapan kelompok yang belum pernah
5 5 mengkaji hikayat. Hal ini dikarenakan pembaca yang telah mengkaji hikayat telah mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang lebih mengenai cara mengkaji hikayat. Kritik Teks merupakan mata kuliah Sastra Indonesia yang mempelajari cara mengkaji karya sastra melayu, salah satunya hikayat. Dalam mata kuliah tersebut, mahasiswa akan mentranslitersi kemudian mengkaji sebuah hikayat. Dalam penelitian ini, akan dikaji tanggapan dua kelompok pembaca terhadap teks HRA. Dua kelompok pembaca tersebut ialah mahasiswa yang telah mengikuti mata kuliah Kritik Teks dan mahasiswa yang belum mengikuti mata Kuliah Kritik Teks. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, terdapat beberapa masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini. Beberapa masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah transliterasi dan suntingan naskah HRA ke dalam aksara latin? 2. Bagaimanakah tanggapan dua kelompok pembaca mengenai isi yang terkandung dalam HRA? 1.3 Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini memiliki dua tujuan utama yaitu tujuan teoretis dan tujuan praktis. Tujuan teoretis penelitian ini, yaitu dapat menyajikan
6 6 suntingan naskah HRA dan mengkaji tanggapan pembaca terhadap naskah HRA dari dua kelompok pembaca yang berbeda. Adapun tujuan praktis penelitian ini ialah memperkenalkan HRA yang belum banyak diketahui oleh masyarakat umum dan mengetahui tanggapan pembaca terhadap teks HRA. 1.4 Tinjauan Pustaka Naskah HRA hanya sedikit dijelaskan dalam Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat Dep. P&K yang merupakan proyek inventarisasi dan dokumentasi kebudayaan nasional oleh Direktorat Jendral Kebudayaan Katalogus tersebut menggolongkan HRA ke dalam kelompok ketiga yaitu hikayat mengenai sejarah. Dalam katalogus tersebut dijelaskan ciri-ciri naskah, yakni berkode Ml. 693 (dari W194), mempunyai panjang 34 cm dan lebar 19½ cm, 8 halaman, 27 baris, menggunakan huruf arab baik dan jelas, dan terdapat pada catatan Van Ronkle halaman 276. Dijelaskan juga bahwa HRA merupakan sebuah fragment dari bahasa Ulu Pasemah Lebar yang diterjemahkan ke dalam bahasa melayu, tentang Raden Alit dan peperangan dengan Aceh. Penelitian dengan menggunakan teori resepsi eksperimental Rien T. Segers belum banyak dilakukan. Pertama, skripsi milik Ariny Rahmawati mahasiswa Sastra Indonesia UGM pada tahun Skripsi tersebut berjudul Tata Nilai Sastra terhadap Fiksi Lintasmedia Kau yang Mengutuhkan Aku Karya Fahd Djibran, Futih Aljihadi, dan Fiersa Besari: Kajian Estetika Resepsi. Skripsi tersebut meneliti karya sastra lintasmedia Kau yang Mengutuhkan Aku dengan populasi satu jenis pembaca yang sama membaca karya sastra dalam media yang
7 7 berbeda yakni, media video (audio visual) dan teks tertulis (visual). Rahmawati berasumsi terdapat perbedaan tata nilai sastra yang signifikan terhadap karya sastra yang disajiakan dalam dua media yaitu media audio visual dan media teks tertulis. Penelitian selanjutnya merupakan skripsi pada tahun 2013 dari Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jerman Universitas Negeri Yogyakarta yang bernama Sisca Dwi Ananda. Skripsi tersebut berjudul Studi Estetik Eksperimental: Tanggapan Pembaca Akademik terhadap Drama Der Zerbrochene Krug Karya Heinrich Von Kleist. Dalam penelitian ini, Ananda meneliti tanggapan pembaca akademik dengan sampel mahasiswa Pendidikan Bahasa Jerman semester delapan terhadap Drama Der Zerbrochene Krug Karya Heinrich Von Kleist. Penelitian tersebut menggunakan teori estetika resepsi eksperimental Segers dengan mengadaptasi kuesioner penelitian Segers di Universitas Yale. Hasil dari penelitian tersebut ialah Drama Der Zerbrochene Krug Karya Heinrich Von Kleist mendapat tanggapan baik dari pembaca akademik. Hal ini dibuktikan oleh rerata penilaian sebesar 5,65 pada skala Alan C. Purves. Kriteria dengan nilai tertinggi yang dinilai pembaca akademik ialah lifeke dengan rata-rata 4,55 sedangkan kriteria terendah yang dinilai oleh pembaca akademi ialah penggunaan bahasa dengan rata-rata 1,65. Johan Argono (2007) mahasiswa Sastra Nusantara UGM juga menggunakan resepsi eksperimental dengan skripsi berjudul Kajian Eksperimental Resepsi Sastra terhadap Cerkak Lelakone Si Lan Man. Skripsi tersebut meneliti karya sastra Jawa yang berbentuk cerkak dan berbahasa Jawa
8 8 pula. Argono membagi populasi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok mahasiswa Jurusan sastra Nusantara yang kesehariannya mengapresiasi karya sastra Jawa, dengan kelompok mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia. Argono berasumsi bahwa ada perbedaan pendapat yang signifikan antara kelompok kritikus dengan latar belakang akademis sastra Nusantara dan Sastra Indonesia. Asumsi selanjutnya adalah ada perbedaan faktor-faktor yang mendukung tata nilai sastra antara kedua kelompok tersebut. Dari penelitian-penelitian di atas, penggunaan teori resepsi eksperimental banyak digunakan untuk meneliti tanggapan pembaca terhadap suatu karya sastra modern. Pada penelitian ini, akan digunakan teori resepsi eksperimental untuk mengetahui tanggapan pembaca terhadap teks sastra melayu klasik, yaitu teks HRA. 1.5 Landasan Teori 5.1 Teori Filologi Terdapat dua tugas seorang filolog agar sebuah karya sastra klasik dapat terbaca atau dimengerti, yakni menyajikan dan menfasirkan sebuah teks (Robson, 1994:12). Untuk membuat teks terbaca,terlebih dahulu perlu dilakukan transliterasi dari huruf Jawi ke huruf Latin. Setelah ditransliterasi, teks disunting menggunakan pedoman tertentu. Pedoman yang digunakan adalah penyesuaian ejaan dengan tetap mempertahankan kekhasan teks. Setelah membuat teks menjadi terbaca, tugas seorang filolog selanjutnya ialah menafsirkan atau menginterpretasikan isi teks yang terkandung. Untuk
9 9 menafsirkan kandungan teks diperlukan ilmu bantu seperti teori sastra, teori linguistik, dan teori yang lainnya. 5.2 Teori Sastra Dalam mengkaji karya sastra terdapat empat pendekatan secara umum yang dikelompokkan oleh Abrams yaitu pendekatan mimetik, pendekatan objektif, pendekatan ekspresif, dan pendekatan pragmatik. Pradopo (1988:32 33) menjelaskan pendekatan mimetik memandang karya sastra sebagai tiruan, pencerminan, atau penggambaran dunia dan kehidupan manusia, dan kriteria utama yang dikenakan pada karya sastra adalah kebenaran penggambaran, atau yang hendaknya digambarkan. Pendekatan objektif mendekati karya sastra sebagai sesuatu yang berdiri bebas dari penyair, audience, dan dunia yang mengelilinginya. Kritik tersebut menganalisis karya sastra sebagai sebuah objek yang mencukupi dirinya sendiri, atau hal yang utuh atau sebuah dunia dalam dirinya (otonom), yang harus ditimbang atau dianalisis dengan kriteria intrinsik seperti kompleksitas, keseimbangan, integritas, dan saling hubungan antara unsurunsur pembentuknya. Pendekatan ekspresif memandang karya sastra terutama dalam hubungannya dengan penulis sendiri. Pendekatan pragmatik memandang karya sastra sebagai sesuatu yang dibangun untuk mencapai (mendapatkan) efekefek tertentu pada audience (pendengar, pembaca), baik berupa efek-efek kesenangan estetik ataupun ajaran/pendidikan, maupun efek-efek yang lain Teori resepsi menggunakan pendekatan pragmatik, yaitu bagaimana pembaca memberikan makna terhadap karya sastra yang dibacanya sehingga
10 10 dapat memberikan reaksi atau tanggapan terhadap karya tersebut. Tanggapan itu mungkin bersifat pasif atau bersifat aktif. Tanggapan bersifat pasif yaitu seorang pembaca dapat memahami karya itu atau dapat melihat hakikat estetik yang ada di dalamnya, sedangkan tanggapan bersifat aktif yaitu bagaimana pembaca merealisasikan karya tersebut (Junus, 1985:1). Resepsi sastra memiliki beberapa cabang, salah satunya estetika resepsi. Estetika resepsi secara ringkas dapat disebut sebagai suatu ajaran yang menyelidiki teks sastra dengan dasar reaksi pembaca yang riil dan mungkin terhadap suatu teks sastra (Segers, 2000:35). Estetika eksperimental merupakan disiplin instrumental yang penting dalam penelitian evaluasi sastra karena menganggap putusan nilai sebagai bentuk perilaku human yang dapat diukur dengan alat instrumen yang umumnya dipergunakan dalam ilmu-ilmu sosial (Handy dalam Segers, 2000:80). Dalam resepsi sastra dan estetika eksperimental, reaksi pembaca pada teks merupakan tolok ukur suatu penelitian. Kolaborasi antara estetika resepsi dan estetika eksperimental mungkin mengarahkan pada hasil-hasil penting bagi studi sastra, pendidikan dan pengajaran sastra, dan juga psikologi (Segers, 2000:82). 1.6 Metode Penelitian Penelitian ini akan menggunakan dua metode yaitu metode penelitian filologi dan metode penelitian sastra. Metode penelitian filologi digunakan karena objek penelitian ini merupakan naskah lama yang perlu dialihaksarakan agar dapat terbaca. Setelah dialihaksarakan dan dapat dibaca, teks ini akan dikaji
11 11 menggunakan teori sastra modern. Oleh karena itu, dalam penelitian ini juga menggunakan metode penelitian sastra Metode Penelitian Filologi Dalam penelitian ini, metode filologi yang digunakan adalah metode penyuntingan teks. Hal tersebut disebabkan perlu dilakukan pentransliterasian atau pengalihaksaraan dalam teks HRA agar masyarakat umum dapat membaca teks tersebut dengan mudah. Teks HRA ditransliterasikan dari huruf jawi ke huruf latin. Selanjutnya, dilakukan penyuntingan teks dengan metode edisi teks dengan perbaikan bacaan. Metode edisi teks dengan perbaikan bacaan yaitu menerbitkan naskah dengan menyesuaikan kata-kata dengan ejaan yang lazim digunakan saat ini dan memberikan tanda baca untuk mempermudah pembaca memahami isi teks Metode Penelitian Sastra Dalam penelitian ini, teori sastra yang digunakan adalah teori estetika resepsi eksperimental. Penelitian ini memerlukan tanggapan pembaca untuk menganalisis teks HRA. Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini: a. Menentukan bahan atau materi yang digunakan dalam penelitian. b. Menentukan populasi, sampel, dan data. c. Menentukan responden. d. Menyusun kuesioner. e. mengambil data dengan pengisian kuesioner oleh responden.
12 12 f. Tabulasi data hasil pengisian kuesioner oleh responden dengan menggunakan metode Segers. g. Menganalisis data. h. Menarik kesimpulan. 1.7 Objek, Populasi, dan Sampel Setelah dilakukan pelacakan katalogus, terdapat dua naskah HRA, yaitu naskah HRA yang berada di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan naskah HRA yang berada di Leiden. Berdasarkan pengetahuan kondisi fisik kedua naskah melalui studi katalog, objek yang dipilih dalam penelitian ini ialah naskah HRA yang tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan kode W 194, HRA, 13 hlm, [R# 452], Rol dis. Kondisi fisik naskah HRA yang tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mempunyai panjang 34 cm dan lebar 19½ cm, 8 halaman, pada halaman 1 7 terdiri atas 27 baris dan pada halaman 8 terdiri atas 23 baris, menggunakan huruf arab baik dan jelas. Pada naskah HRA, terdapat sedikit kerusakan di halaman lima dan enam pada naskah tersebut, tetapi naskah masih dapat dibaca. Kedudukan responden dalam penelitian ini sebagai informed reader. Populasi pada penelitian resepsi eksperimental terhadap HRA adalah Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada. Pembaca dalam penelitian ini akan diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu mahasiswa Sastra Indonesia UGM yang telah mengikuti mata kuliah Kritik Teks dan mahasiswa Sastra Indonesia UGM yang belum mengikuti mata kuliah Kritik Teks. Pembagian pembaca
13 13 tersebut didasarkan pada mata kuliah Kritik Teks karena adanya perbedaan pengalaman membaca dan menganalisis naskah melayu klasik. Sampel pada penelitian ini berjumlah 50 mahasiswa yang dibagi menjadi 25 mahasiswa yang telah mengikuti mata kuliah Kritik Teks dan 25 mahasiswa yang belum mengikuti mata kuliah Kritik Teks. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik purposive random sampling, yaitu pemilihan secara acak dari sekelompok subjek yang didasarkan pada ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya; dan setiap individu dalam populasi diberi kesempatan yang sama untuk ditugaskan menjadi anggota sampel (Hadi, 1993: 74-78). 1.8 Sistematika Penyajian Penelitian ini akan disajikan dalam empat bab. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, hipotesis, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi pernaskahan HRA, deskripsi naskah HRA yang berada di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan di Leiden, dan suntingan naskah HRA. Bab III berisi tanggapan kedua kelompok terhadap teks HRA. Hal ini berupa tanggapan keseluruhan terhadap teks HRA dan tanggapan terhadap kriteria tertentu yang ada dalam teks HRA. Bab IV merupakan penutup, berisi kesimpulan yang disusun berdasarkan hasil penelitian.
BAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut dilestarikan. Kita juga perlu mempelajarinya karena di dalamnya terkandung nilainilai luhur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno merupakan salah satu warisan nenek moyang yang masih tersimpan dengan baik di beberapa perpustakaan daerah, seperti Perpustakaan Pura Pakualaman dan Museum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya-karya peninggalan masa lampau merupakan peninggalan yang menginformasikan buah pikiran, buah perasaan, dan informasi mengenai berbagai segi kehidupan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di
11 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di Nusantara. Pada masa itu, proses reproduksi naskah dilakukan dengan cara disalin. Naskah-naskah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan suatu bangsa pada masa sekarang ini merupakan suatu rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin memahami lebih dalam mengenai
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara dengan penduduk pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat pesat, hal ini tak luput
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kepustakaan yang relevan 1.1.1 Transliterasi Transliterasi merupakan salah satu tahap/langkah dalam penyuntingan teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks mengungkapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah-naskah Nusantara sangat beraneka ragam, yang isinya mengemukakan tentang kehidupan manusia misalnya, masalah politik, sosial, ekonomi, agama, kebudayaan, bahasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan gugusan pulau dan kepulauan yang memiliki beragam warisan budaya dari masa lampau. Kekayaan-kekayaan yang merupakan wujud dari aktivitas-aktivitas
Lebih terperinciBAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. (Ratna, 2004:34). Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga
BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN Metode dapat diartikan sebagai cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya (Ratna, 2004:34).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan yang berupa bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis berupa naskah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai warisan kebudayaan para leluhur antara lain terdapat di dalam berbagai cerita lisan, benda-benda,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang berbentuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra Indonesia terdiri dari karya sastra lisan dan karya sastra tulis. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang
Lebih terperinciSERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK)
SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK) SKRIPSI Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Program Strata 1 dalam Ilmu Sastra Indonesia Oleh: Ika Cahyaningrum A2A 008 057 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zainal Arifin Nugraha, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Naskah kuno merupakan hasil kebudayaan suatu bangsa yang tak ternilai harganya. Di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur yang ingin disampaikan oleh nenek moyang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan dinilai sebagai identitas kepribadian dan penentu kemajuan suatu bangsa yang tidak bisa di ukur dan kehadirannya hanya dapat diketahui
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno adalah benda budaya yang merekam informasi dan pengetahuan masyarakat lampau yang diturunkan secara turun temurun semenjak dulu sampai saat ini. Warisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.
Lebih terperinciANALISIS SEMIOTIK TEKSKIDUNG RUMEKSA ING WENGI
ANALISIS SEMIOTIK TEKSKIDUNG RUMEKSA ING WENGI A. PENDAHULUAN Indonesia mempunyai khasanah sastra klasik yang beraneka ragam, yang terdiri dari sastra-sastra daerah. Sastra klasik adalah sastra dalam bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dinikmati oleh pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepulauan Nusantara yang terletak di kawasan Asia Tenggara sejak kurun waktu yang cukup lama memiliki peradaban dan kebudayaan tinggi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filologi merupakan suatu pengetahuan tentang sastra-sastra dalam arti yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan (Baroroh-Baried,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pikir manusia demi menunjang keberlangsungan hidupnya. Dalam Kamus Besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Hal itu disebabkan karena budaya merupakan hasil olah rasa dan olah pikir manusia demi menunjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyat, sejarah, budi pekerti, piwulang, dll. (Nindya 2010:1). Manfaat dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuna mempunyai peran penting dalam peradaban umat manusia, karena naskah kuna berisi berbagai macam tulisan tentang: adat istiadat, cerita rakyat, sejarah, budi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan juga pengalaman yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Keindahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra diciptakan pengarang berdasarkan realita (kenyataan) yang ada di dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sastra memang mencerminkan kenyataan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak hanya berupa arca atau prasasti, tetapi juga dapat berasal dari naskahnaskah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai ilmu pengetahuan yang ada pada jaman sekarang dapat dikatakan merupakan buah pikir dari warisan leluhur. Warisan leluhur dapat berupa artefak yang tidak hanya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sebuah penelitian diperlukan penggunaan metode yang tepat agar hasil penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiono, 2010:3). Dalam sebuah penelitian
Lebih terperinci89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa
89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran sastra
Lebih terperinciMENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK
MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI Nurmina 1*) 1 Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Almuslim, Bireuen *) Email: minabahasa1885@gmail.com
Lebih terperinciPATHISARI. Wosing těmbung: Sěrat Pangracutan, suntingan lan jarwanipun teks, kalěpasan.
PATHISARI Skripsi punika asil saking panaliten filologi tumrap Sěrat Pangracutan ingkang kasimpěn ing Perpustakaan Pura Pakualaman Ngayogyakarta mawi kode koleksi 0125/PP/73. Skripsi punika awujud suntingan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang tertuang dalam bentuk naskah sejak abad IX 1. Berkaitan dengan tulisan dalam bentuk naskah, Saputra
Lebih terperinciPENERIMAAN BUKU NASKAH DRAMA KACA (SEHIMPUN NASKAH LAKON)
PENERIMAAN BUKU NASKAH DRAMA KACA (SEHIMPUN NASKAH LAKON) OLEH ANGGOTA TEATER KAMPUS DI KOTA PADANG (TINJAUAN RESEPSI SASTRA) Oleh: Alvin Sena Bayu Prawira ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian yang
Lebih terperinci2014 SAJARAH CIJULANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah kuno merupakan salah satu warisan budaya Indonesia dalam bidang keberaksaraan yang telah dilindungi oleh UU RI No. 11 tahun 2010. Ungkapan warisan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi
58 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi sasaran penelitian. Peneliti dapat memilih salah satu dari berbagai metode yang ada sesuai
Lebih terperinci2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi pernasakahan di Indonesia bisa dikatakan sangat kurang peminat, dalam hal ini penelitian yang dilakukan terhadap naskah. Sedikitnya penelitian terhadap
Lebih terperinciBerdasarkan etimologinya, dua kata tersebut kemudian membentuk arti senang berbicara atau senang ilmu (Baried, 1996). Arti ini kemudian berkembang
PENGANTAR FILOLOGI PENGERTIAN FILOLOGI Filologi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani philologia. Philologia berasal dari dua kata, yaitu philos yang berarti teman dan logos yang berarti pembicaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya. Salah satu kekayaan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya. Salah satu kekayaan yang dimiliki yaitu kebudayaan.koentjaraningrat (1985) menyebutkan bahwa kebudayaan terdiri dari tujuh
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Studi Terdahulu. Begitu juga dengan analisis terhadap karya Perempuan Berkalung Sorban.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Studi Terdahulu Penelitian mengenai resepsi sastra sudah banyak dilakukan sebelumnya. Begitu juga dengan analisis
Lebih terperinciDaftar Pustaka (1992). Sastra Perang: Sebuah Pembicaraan mengenai Hikayat Perang Sabil. Jakarta: Balai Pustaka.
Daftar Pustaka Naskah Syair Bintara Mahmud Setia Raja Blang Pidier Jajahan, NB 108. Perpustakaan Nasioanal Republik Indonesia. Buku Abdullah, Taufik. (1990). Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gajah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Khasanah budaya bangsa Indonesia yang berupa naskah klasik, merupakan peninggalan nenek moyang yang masih dapat dijumpai hingga sekarang. Naskah-naskah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipegang yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah merupakan tulisan tangan berupa benda konkret yang dapat dilihat dan dipegang yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya masa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu (Sukmadinata, Nana Syaodih,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra dapat berfungsi sebagai karya seni yang bisa digunakan sebagai sarana menghibur diri bagi pembaca. Sastra dan manusia khususnya pembaca memiliki hubungan yang
Lebih terperinciKawruh warnining udheng-udhengan (suatu tinjauan filologis) Budi Kristiono C UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN
Kawruh warnining udheng-udhengan (suatu tinjauan filologis) Budi Kristiono C0199012 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Dari masa ke masa banyak pujangga yang menghasilkan karya sastra. dengan berbagai bentuk dan gaya penulisan sebagai pengukuh segi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dari masa ke masa banyak pujangga yang menghasilkan karya sastra dengan berbagai bentuk dan gaya penulisan sebagai pengukuh segi estetika. Apapun bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koentjaraningrat mengatakan bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sanksekerta budhayah yang berasal dari bentuk jamak kata budhi yang berarti budi dan akal. Kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah hasil cerminan dari sebuah budaya kelompok masyarakat yang menceritakan tentang interaksi manusia dengan lingkungannya dan merupakan hasil kegiatan
Lebih terperinciSILABUS. : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Matakuliah & Kode : Pengantar Kajian Sastra, INA 412 SKS : Teori 4 Praktik 0
SILABUS Fakultas : FBS Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Matakuliah & Kode : Pengantar Kajian Sastra, INA 412 SKS : Teori 4 Praktik 0 : I Mata Kuliah Prasyarat & Kode : - Dosen : I.
Lebih terperinciKISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA
KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA Kompetensi Utama Pedagogik St. Inti/SK Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nusantara memiliki beberapa jenis kesusastraan yang diciptakan, berkembang dan dilestarikan oleh masyarakat pendukungnya. Salah satu kesusastraan yang berkembang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat Jawa merupakan salah satu masyarakat di Indonesia yang memiliki berbagai macam budaya. Salah satu budaya yang terdapat dalam masyarakat Jawa adalah budaya
Lebih terperinciBAB II KEDUDUKAN FILOLOGI DI ANTARA ILMU-ILMU LAIN
BAB II KEDUDUKAN FILOLOGI DI ANTARA ILMU-ILMU LAIN PRINSIP Simbiosis Mutualisme ILMU BANTU FILOLOGI Titik mula pada OBJEK FILOLOGI Objeknya apa ta? Objeknya naskah yang merupakan cerminan masyarakat penulisnya.
Lebih terperinciBEBERAPA PENDEKATAN PENGKAJIAN SASTRA. Hartono, M. Hum. PBSI FBS UNY
BEBERAPA PENDEKATAN PENGKAJIAN SASTRA Hartono, M. Hum. PBSI FBS UNY Mengapa Pendekatan Pengkajian Sastra selalu Berkembang? 2 1. Ragam sastra sangat banyak dan berkembang secara dinamis. Kondisikondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengarang (Noor, 2007:13). Selain itu, Noor juga mengatakan bahwa sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata, kalaupun bahannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa, dan sastra (Baried, 1983: 4). Cipta sastra yang termuat dalam naskah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Naskah-naskah yang terdapat di Nusantara memiliki isi yang sangat kaya. Kekayaan itu dapat ditunjukkan oleh aneka ragam aspek kehidupan yang dikemukakan, misalnya masalah
Lebih terperinciBAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA
8 BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA Resensi atas karya sastra berkaitan erat dengan resepsi sastra. Resensi-resensi karya sastra di surat kabar dapat dijadikan sasaran penelitian resepsi sastra. Dalam bab
Lebih terperinci2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah merupakan hasil medium tulis yang digunakan pada sastra klasik. Isi naskah tersebut dapat meliputi semua aspek kehidupan budaya bangsa yang bersangkutan
Lebih terperinciRESEPSI SISWA TERHADAP PUISI CINTAKU JAUH DI PULAU KARYA CHAIRIL ANWAR. Oleh Buyung Munaris Kahfie Nazaruddin
RESEPSI SISWA TERHADAP PUISI CINTAKU JAUH DI PULAU KARYA CHAIRIL ANWAR Oleh Buyung Munaris Kahfie Nazaruddin Email: buyunga50@gmail.com ABSTRACT The problem in this research was the reception of students
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan sebuah penelitian, metode sangat dibutuhkan dalam proses sebuah penelitian. Metode yang digunakan oleh seorang peneliti harus sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui naskah kuna. Jenis isi dari naskah kuna sangat beragam. Jenis teks tersebut antara lain berisi
Lebih terperinciKESASTRAAN MELAYU KLASIK oleh Halimah FPBS UPI Bandung
KESASTRAAN MELAYU KLASIK oleh Halimah FPBS UPI Bandung Nama Melayu pertama kali dipakai sebagai nama kerajaan tua di daerah Jambi di tepi sungai Batang hari. Peninggalan paling tua dari bahasa Melayu adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam pemerintahan. Seperti yang terdapat pada kerajaan-kerajaan di Indonesia yang hingga saat ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan
Lebih terperinciBAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. pendekatan kualitatif. Sukmadinata (2009:60) mengatakan bahwa penelitian
BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sukmadinata (2009:60) mengatakan bahwa penelitian kualitatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra, sebagai bagian dari proses zaman, dapat mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Karya sastra, sebagai bagian dari proses zaman, dapat mengalami perkembangan. Karena itu, agar keberadaan karya sastra dan pengajarannya tetap tegak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, yang wajib kita mensyukuri rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan yang tidak ternilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Pengertian Filologi. kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah klasik
digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Filologi Filologi adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang bertujuan memahami kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan, berbagai buah pikiran, gagasan, ajaran, cerita, paham dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai peninggalan tulisan, naskah menyimpan berbagai informasi tentang kehidupan, berbagai buah pikiran, gagasan, ajaran, cerita, paham dan pandangan hidup yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan perasaan yang dimilikinya. Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang mengambil kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
Lebih terperinciBAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. menjadi sasaran penelitian. Dalam melaksanaan penelitian dapat
BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi sasaran penelitian. Dalam melaksanaan penelitian dapat digunakan berbagai metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya imajinatif yang mempunyai hubungan erat dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut membentuk karya
Lebih terperinciINTISARI BAB I PENDAHULUAN
INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Drama merupakan kisah utama yang memiliki konflik yang disusun untuk sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini drama bukan hanya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Sumber Data Sumber data penelitian ini adalah naskah Masaaila Aqiidatu `l-islam ( MAI ) hasil pemikiran Abu Laits As-Samarqandi. Data atau objek penelitian ini adalah teks
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan
Lebih terperinciKAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA
KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA Skripsi Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Humaniora Program Strata 1 dalam Ilmu Sastra Indonesia Oleh: Fitrianna Arfiyanti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia mempunyai dokumentasi sastra lama yang. berkualitas setara dengan hasil sastra peradaban lain. Semua sastra daerah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1LatarBelakangMasalah Bangsa Indonesia mempunyai dokumentasi sastra lama yang berkualitas setara dengan hasil sastra peradaban lain. Semua sastra daerah merupakan rekaman kebudayaan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Metode kualitatif. Metode
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Penelitian ini menggunakan Metode kualitatif. Metode kualitatif ini adalah menjelaskan segala permasalahan yang akan diteliti dalam bentuk deskriptif
Lebih terperinciNASKAH KH ANWAR RANJI WETAN MAJALENGKA. (Kajian Filologis) Proposal Skripsi
1 NASKAH KH ANWAR RANJI WETAN MAJALENGKA (Kajian Filologis) Proposal Skripsi Oleh : Reza Sukma Nugraha 206500034 Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Lebih terperinciTeks, Tekstologi, dan Kritik Teks
Teks, Tekstologi, dan Kritik Teks Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni - Universitas Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan terbentuk sebagai hasil sintesis dari pengalaman-pengalaman
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan terbentuk sebagai hasil sintesis dari pengalaman-pengalaman masa lalu. Oleh sebab itu, untuk memahami kebudayaan suatu bangsa dengan baik, informasi-informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan yang terjadi di masyarakat ataupun kehidupan seseorang. Karya sastra merupakan hasil kreasi
Lebih terperinciSILABUS PEMBELAJARAN
SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : XII Semester : 2 Standar : Mendengarkan 9. Memahami dari berbagai sumber secara lisan Dasar 9.1Mengajukan saran perbaikan tentang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah naskah Wawacan Pandita Sawang yang beraksara Arab (Pegon) dan berbahasa Sunda, teks di dalamnya berbentuk puisi/wawacan. Naskah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Plato,
Lebih terperinciPERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP KESUSASTERAAN INDONESIA MODERN
PERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP KESUSASTERAAN INDONESIA MODERN Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan yosi.wulandari@pbsi.uad.ac.id, titiek.suyatmi@pbsi.uad.ac.id,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbahagialah kita bangsa Indonesia, bahwa hampir di setiap daerah di seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian karya
Lebih terperinciMANFAAT STUDI FILOLOGI
MANFAAT STUDI FILOLOGI Manfaat Studi Filologi Manfaat studi filologi dibagi menjadi dua, yaitu manfaat umum dan manfaat khusus. Mengetahui unsur-unsur kebudayaan masyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk institusi sosial dan hasil pekerjaan seni kreatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Hubungan antara sastra, masyarakat
Lebih terperinci