MENDOBRAK DISKRIMINASI TERHADAP ORANG DENGAN ORIENTASI SEKSUAL YANG TIDAK WAJAR (Studi Hermeneutik Poskolonial Terhadap Roma 1:18-32 dalam Perspektif Orang dengan Orientasi Homoseksual di Kota Kupang) TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Magister Sosiologi Agama Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains (M.Si) OLEH: SOLI DEO GLORIA KOROH 7 5 2 0 1 2 0 0 1 PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014
PERNYATAAN Nama : Soli Deo Gloria Koroh No. Induk : 75 2012 001 Program Studi : Magister Sosiologi Agama Judul : MENDOBRAK DISKRIMINASI TERHADAP ORANG DENGAN ORIENTASI SEKSUAL YANG TIDAK WAJAR (Studi Hermeneutik Poskolonial Terhadap Roma 1:18-32 dalam Perspektif Orang dengan Orientasi Homoseksual di Kota Kupang) Dengan ini menyatakan bahwa tesis ini adalah benar merupakan karya asli penulis berdasarkan studi dokumen yang dilengkapi dengan data lapangan. Adapun karya atau pendapat orang lain yang tertera dalam tesis ini merupakan hasil tinjauan pustaka yang dipakai penulis sebagai kerangka acuan bagi proses penulisan tesis. Demikian pernyataan ini dibuat agar tesis ini dapat dipergunakan sebagaimana semestinya. Salatiga, 30 Oktober 2014 Soli Deo Gloria Koroh
DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ABSTRAK i iii v BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Perumusan Masalah 13 1.3. Tujuan Penelitian 13 1.4. Manfaat Penelitian 13 1.5. Jenis & Metodologi Penelitian 14 1.6. Sistematika Penulisan 15 BAB II REKONSTRUKSI PERSPEKTIF DARI PENGALAMAN DISKRIMINASI TERHADAP ORANG DENGAN ORIENTASI HOMOSEKSUAL DI KOTA KUPANG 2.1. Pendahuluan 17 2.2. Poskolonial & Hermeneutik Poskolonial 17 2.3. Konteks Sosial Kota Kupang Pada Zaman Penjajahan 26 2.4. Konteks Sosial Kota Kupang Saat ini, Neokolonisasi yang terjadi Akibat Pengaruh Globalisasi dan Berbagai Bentuk Diskriminasi terhadap Orang dengan Orientasi Homoseksual 32 2.5. Kesimpulan 57 i
BAB III LATAR BELAKANG SURAT ROMA 1:18-32 & GAMBARAN KEHIDUPAN MASYARAKAT ROMAWI DALAM BERBAGAI ASPEK 3.1. Pendahuluan 60 3.2. Latar Belakang Penulisan Surat Roma 60 3.3. Konteks Sosio Politik, Budaya, Hukum, Keagamaan & Filsafat Romawi 67 3.4. Seksualitas dalam Konteks Budaya Romawi 77 3.5. Orang Kristen di Roma 83 3.6. Kesimpulan 89 BAB IV TINJAUAN KRITIS TERHADAP PENAFSIRAN TEKS ROMA 1:18-32 DALAM PERSPEKTIF ORANG DENGAN ORIENTASI HOMOSEKSUAL YANG MENGALAMI DISKRIMINASI DI KOTA KUPANG 4.1. Pendahuluan 92 4.2. Allah yang Melampaui Orientasi Seksual 93 4.3. Identitas Diri yang Humanis 117 4.4. Pembebasan Sebagai Wujud Nyata Resistensi ODOH Terhadap Diskriminasi 128 4.4. Kesimpulan 133 BAB V KESIMPULAN & SARAN 5.1. Kesimpulan 136 5.2 Saran-saran 137 DAFTAR PUSTAKA 140 ii
KATA PENGANTAR Semua perjuangan ini berawal dan berakhir hanya dengan tuntunan Yesus Kristus. Menyadari keberadaan diri yang penuh dengan keterbatasan, saya pun ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka yang telah berjasa dalam proses penyusunan tesis ini: 1. Kedua dosen pembimbing: Pdt. Yusak B. Setyawan, S.Si., MATS., Ph.D dan Ibu Ira D. Mangililo, S.Si., MABL., Ph.D yang telah membimbing saya menulis tesis ini. Juga terima kasih kepada Pdt. Daniel Nuhamara M.Th. Ed.D selaku penguji tesis ini. Tuhan senantiasa memberkati. 2. Pimpinan Fakultas Teologi UKSW dan Program Studi Magister Sosiologi Agama: Pdt. Dr. Retnowati, M.Si dan Dr. David Samiyono, MTS, MSLS yang telah menerima dan memberikan kesempatan kepada saya untuk belajar pada Program Studi Magister Sosiologi Agama. 3. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Magister Sosiologi Agama yang sangat berdedikasi dalam dunia pendidikan. Hikmat dan kebijaksanaan dari Tuhan selalu dilimpahkan dalam kehidupan Bapak/Ibu. 4. Staf administrasi Program Studi Magister Sosiologi Agama yang selama ini telah membantu saya dalam keperluan administrasi. Kiranya Tuhan selalu memberi kekuatan untuk terus berkarya. 5. Pimpinan dan para staf Yayasan Tanpa Batas (YTB) Kota Kupang yang telah membantu saya dalam melakukan penelitian. Tuhan memberkati. iii
6. Keluarga (Papa Dolof dan Ka Putri) yang selalu berdoa, memotivasi dan menjadi inspirasi untuk saya. Terima kasih banyak. Tuhan Yesus Berkati. 7. Teman-teman terkasih: Jelly Touselak, Mai, Pdt. Merry Makangiras, Pdt. Hardek Masua, Flo Gasperz, Vecky Karatem, Yuni, Ka Nia, Ka Titi, Pdt. Olif Kause, Pdt. Jublina Raharjo Rafael, Pdt. Norman Nenohai dan lain-lain, terima kasih banyak untuk kebersamaannya. 8. Ka Joy Boymau, Ka Moller dan Ka Acim yang sangat banyak membantu selama penelitian. Tuhan Yesus Berkati. 9. Teman-teman LGBT di Kota Kupang yang masih berjuang untuk melawan diskriminasi dan tidak pernah menyerah dalam menuntut hak untuk diperlakukan secara manusiawi. Kalian luar biasa! Tuhan mengasihi kalian tanpa batas! 10. Jemaat Imanuel Oepura (JIO) yang menjadi wadah pembinaan rohani bagi saya, terkhususnya keempat pendeta yang selalu mendoakan saya. Terima kasih, Tuhan Yesus memberkati pekerjaan pelayanan dan keluarga Bapak/Ibu. 11. Teman-teman Gold Generation FT-2006 yang saat ini sedang berjuang dalam studi dan pekerjaan masing-masing. Tuhan Yesus memberkati. 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas dukungan dan motivasinya. Tuhan memberkati. Pada akhirnya, saya pun menyadari bahwa tulisan ini sangat jauh dari yang diharapkan, oleh karena itu saya selalu membuka diri untuk menerima kritikan dan masukan demi perbaikan tulisan ini. Terima kasih. Salatiga, 30 Oktober 2014 Soli Deo Gloria Koroh iv
ABSTRAK Eksistensi orang dengan orientasi homoseksual (ODOH) selalu mengundang penilaian tersendiri. Dalam konteks Kota Kupang umumnya mereka dinilai sebagai pendosa, sakit, abnormal, menyimpang, orang yang menjijikan dan sebagainya, oleh karena itu tidak jarang terjadi kekerasan verbal dan non verbal terhadap mereka baik dalam konteks keluarga, gereja, maupun masyarakat luas. Penilaian tersebut dipengaruhi oleh empat faktor yakni terkait dengan nilai budaya, ajaran agama, kapitalisme global dan relasi antara perkembangan ilmu pengetahuan dan kuasa. Melihat fenomena ini dari bingkai poskolonial, penulis memahami bahwa persoalan diskriminasi terhadap ODOH adalah salah satu bentuk kolonialisasi yang perlu dilawan, dan salah satu cara yang dipakai ialah dengan melakukan suatu olah hermeneutik yang berpihak pada mereka yang selama ini telah menjadi korban dari rezim heteronormativitas. Demi mencapai maksud tersebut, penulis mengangkat teks Roma 1:18-32 karena penulis melihat bahwa penafsiran umum terhadap teks ini masih dapat menjadi pemicu terjadinya diskriminasi terhadap ODOH. Oleh karena hermeneutik poskolonial selalu beranjak dari konteks dan perspektif penafsir untuk memproduksi sebuah makna baru, maka penulis telah melakukan wawancara dengan lima gay dan dua lesbian, kemudian merekonstruksi sebuah perspektif dari pengalaman diskriminasi mereka. ODOH memahami bahwa Allah menciptakan mereka dengan baik. Allah juga menciptakan orietasi seks yang lain selain heteroseksual dan Allah mengasihi ciptaan-nya tanpa syarat. Dengan demikian, maka eksistensi ODOH adalah bagian dari karya Allah yang patut dihargai dan diterima. Setelah merekonstruksi perspektif ODOH di Kota Kupang, penulis juga menelusuri konteks Romawi pada masa teks Roma 1:18-32 ditulis dan dikirim kepada pembaca, sambil mencari tahu apakah ada indikasi diskriminasi terhadap ODOH dalam konteks tersebut. Penulis menemukan bahwa ada perbedaan yang mencolok antara konteks Kota Kupang dan konteks Romawi. Sementara ODOH di Kupang umumnya dinilai negatif, ODOH dalam konteks Roma malah diterima secara sosial. Meskipun demikian, penulis tetap menemukan adanya indikasi diskriminasi yang dilakukan oleh Rasul Paulus terhadap ODOH di Roma. Nampaknya, indikasi diskriminasi tersebut selain dilatarbelakangi oleh pemahaman Yahudi, juga di latar belakangi oleh resistensi Paulus terhadap tindakan semena-mena yang pernah dilakukan Kaisar Roma terhadap orang Yahudi dan ideologi patriarki yang berakar dalam kehidupan masyarakat Romawi. Upaya pembebasan dalam konteks Romawi tentu didasarkan pada kenyataan bahwa meskipun ideologi patriarki menjadi landasan dalam kehidupan masyarakat Roma, toh mereka sangat permisif dalam hal seksualitas bahwa laki-laki tidak selamanya dapat menjadi penakluk, jantan, kuat, subjek dan perempuan tidak melulu menjadi pihak yang ditaklukan/lemah. Kekhawatiran terhadap lesbianisme memang ada namun umumnya masyarakat tetap dapat menerimanya. Sikap masyarakat ini pada akhirnya juga membuktikan bahwa laki-laki dan perempuan masih memiliki hak otonomi untuk menentukan dengan siapa mereka ingin membangun hubungan atau relasi. Dalam konteks Kota Kupang, upaya pembebasan dilakukan ODOH baik secara perorangan maupun organisasi. Upaya tersebut didasarkan pada pemahaman mereka tentang citra diri Allah yang baik, citra diri/identitas ODOH yang positif dan terutama tentang kesetaraan orientasi homoseksual dan heteroseksual. Orientasi homoseksualitas bukanlah dosa oleh karena itu sangat keliru apabila orang heteroseksual mengatakan bahwa ODOH adalah orang berdosa v
karena memiliki orientasi homoseksual. Kenyataannya, semua manusia adalah manusia berdosa yang membutuhkan pengampunan dari Allah. Pada akhirnya, upaya pembebasan yang dilakukan oleh ODOH harus di dukung oleh berbagai pihak seperti keluarga, masyarakat dan gereja. Upaya pembebasan yang dikerjakan secara bersama-sama tentu harus diawali dengan sikap menghargai kemanusiaan secara utuh, membangun sebuah pemahaman baru tentang seksualitas yang tidak bertendensi negatif dan memperhitungkan perspektif dari mereka yang selama ini menjadi korban rezim heteronormativitas. Hal ini memang terlihat sukar untuk dilakukan, namun harus segera dilakukan. vi