BAB IV. Refleksi Teologis

Transkripsi

1 BAB IV Refleksi Teologis Budaya patriarki berkembang dalam kehidupan masyarakat di seluruh dunia dan mengakibatkan adanya pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Pembagian kerja ini menyebabkan berkembangnya peran-peran sosial yang terbatas bagi kedua jenis kelamin, dan terciptanya perbedaan kekuasaan, yang dalam beberapa hal lebih menguntungkan kaum lelaki. Dari perbedaan-perbedaan inilah, tercipta istilah-istilah dalam masyarakat yang merendahkan harkat dan martabat perempuan. Contohnya dalam budaya Jawa, ada menyebutkan istri sebagai kanca wingking, artinya teman belakang, sebagai teman dalam mengelola urusan domestik, khususnya urusan anak, memasak, mencuci dan lain-lain. Ada lagi istilah yang lebih merendahkan lagi para perempuan atau istri, yaitu bahwa seorang istri harus bisa masak, macak dan manak. Semua hal di atas, membuktikan bahwa perbedaan jender antara laki-laki dan perempuan serta didukung oleh pengaruh budaya (adat istiadat) masyarakat, memiliki pengaruh yang besar terhadap pencitraan diri mereka. Pencitraan diri laki-laki dan perempuan ini selanjutnya menentukan pula status sosial (kedudukan) dan peran mereka masing-masing. Laki-laki memperoleh kedudukan yang lebih tinggi dengan peran-peran publik di masyarakat, sedangkan perempuan mendapat kedudukan yang lebih rendah dengan peranperan yang kecil dalam lingkup domestik. Pada hakikatnya, manusia terlahir berpasang-pasangan yakni laki-laki dan perempuan. Keduanya lahir dengan derajat, harkat dan martabat yang sama sebagai manusia, meskipun dalam konteks masyarakat yang berbeda-beda. Perempuan dan laki-laki adalah makluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lain. Keduanya adalah mitra atau patner hidup yang setara, yang harus saling melengkapi dalam hidup bersama. Artinya bahwa perempuan 82

2 adalah individu yang secara sosial sama dan sederajat dengan kaum laki-laki. Kesamaan dan kesederajatan antara laki-laki dan perempuan inilah yang disebut sebagai kesetaraan jender. Kesetaraan jender adalah sebuah kondisi dimana perempuan dan laki-laki menikmati status (kedudukan) dan peran struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan. Dengan demikian maka, dalam wujud kesetaraan jender ini ada kesederajatan dan kesamaan kepada laki-laki dan perempuan. Salah satu bentuk kesetaraan jender yang telah di dirasakan perempuan adalah semakin terbuka lebar peluang bagi perempuan untuk aktualisasi diri. Kita banyak melihat perempuan perempuan yang bekerja diluar rumah sebagai perempuan karir, menjadi seorang perempuan karir sudah menjadi hal yang lumrah di zaman modern seperti sekarang ini dan mayoritas perempuan beranggapan, perempuan tanpa karir, ibarat ikan tanpa air, dan ketinggalan zaman. Dalam kondisi ini, perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki, termasuk untuk melakukan berbagai peran dan menempati posisi yang sesuai dengan keinginan dan keterampilannya yakni menjadi perempuan karir. Peranan perempuan selalu menjadi pertanyaan yang menimbulkan pro dan kontra dihubungkan dengan peranan perempuan dalam keluarga, gereja maupun masyarakat. Apalagi jika dihubungkan dengan apa yang dikatakan Alkitab, tentang peranan perempuan dan budaya yang menjadi latar belakang perempuan tersebut maupun budaya di mana perempuan tersebut tinggal dan bermasyarakat. Dalam Perjanjian Lama di jelaskan bahwa : Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarnya, menurut gambar Allah diciptakan-nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-nya mereka. (Kej. 1:27) 1 Alkitab harus menjadi pedoman bagi setiap perempuan yang sedang mencari makna dan eksistensinya di dunia ini. Di dalam Alkitab kita dapat membaca bahwa Allah menciptakan perempuan itu menurut gambar dan rupa Allah. Citra Allah digambarkan 1 Kejadian. 1:27 83

3 secara penuh di dalam diri manusia laki-laki dan perempuan. Tak ada indikasi bahwa hanya salah satu jenis kelamin yang menggambarkan citra Allah. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa Allah mempunyai karakter dengan ciri-ciri kepriaan dan kewanitaan (androginy). Gambaran citra Allah ini adalah kaitan dalam hubungan dengan Allah, sesama (laki-laki dan perempuan), dan semesta. Dalam kitab Amsal 31:10-12, 2 ditulis puisi tentang pujian terhadap perempuan yang memiliki kekayaan karakter sehingga mampu berperan sebagai perempuan yang cakap. Istri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata. Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekuarangan keuntunga. Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya (Amsal 31:10) Perempuan yang cakap memiliki pengertian perempuan yang memiliki semua kebenaran, kehormatan dan kekuatan untuk melakukan semua hal-hal yang ada dalam Amsal ini. Perempuan cakap disini adalah perempuan yang bukan hanya sekedar sebagai ibu rumah tangga, tetapi ia juga sebagai perempuan yang berkarya (bekerja) dalam kehidupanya. Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata (Ayat 10). Ini merupakan pertanyaan retoris. Istri (perempuan) yang cakap yang dimaksudkan disini adalah perempuan yang memiliki karakter yang dapat menjadi teladan yang perlu dimiliki seorang perempuan Kristen untuk dapat berperan dalam kehidupan dan lingkungannya. Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan (Ayat 11) Untuk menunjukkan karakter dapat dipercaya sebagai satu karakter dasar yang berhubungan dengan kejujuran dan integritas yang harus dimiliki perempuan Kristen untuk 2 Amsal 31:

4 dapat melakukan peranannya dengan baik, sehingga memberikan keuntungan yaitu jaminan kecukupan dan inspirasi kepercayaan. Jadi karakter dapat dipercaya yang dimiliki perempuan yang cakap memberkati perempuan tersebut juga orang lain. 12) Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang waktu. (Ayat Berarti mempunyai cukup hikmat untuk mengetahui apa yang ia lakukan membawa kebaikkan, kata tertawa tentang hari depan berarti tidak kuatir akan masa depan karena sudah merencanakan dan mempersiapkan segala sesuatunya, kata membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran lemah lembut ada di lidahnya dapat dijabarkan wanita yang berhikmat ini dapat memakai pembicaraannya untuk mengajarkan sesuatu kepada orang lain. Perempuan berhikmat tahu kapan dia dapat mengucapkan sesuatu kapan tidak, karena setiap pembicaraannya mencerminkan hikmat yang dia miliki. Dalam kenyataannya kaum perempuan ikut berperan juga dalam gereja karena harus diakui bahwa perempuan telah membuktikan dedikasi mereka yang tidak kepalang tanggung dalam pelayanan gerejawi. Menjadikan panggilannya sebagai dasar dari peranannya dalam berjemaat, juga karunia rohani yang dianugrahkan Allah, memampukan perempuan Kristen untuk ikut ambil bagian dalam pelayanan yang sesuai dengan karunia rohani yang dimilikinya. Peranan perempuan dalam masyarakat memerlukan sikap melayani seperti yang diajarkan Yesus. Gereja perlu menyadari bahwa ketidaksetaraan dan ketidakadilan jender yang dialami perempuan ini dikarenakan adanya pengaruh dari budaya patriarki. Seharusnya gereja memahami perempuan sebagai individu yang utuh yang memiliki hak, peran, kedudukan yang setara dan sama dengan kaum laki-laki. Perempuan memiliki potensi yang tidak kalah dari laki-laki untuk terlibat dalam pelayanan serta kepemimpinan di gereja. Perempuan merupakan mitra yang setara dengan laki-laki, sehingga mereka memiliki hak penuh untuk berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan seperti yang dilakukan laki-laki. 85

5 Oleh karena itu, perempuan berhak untuk memperoleh tempat tertinggi sama seperti laki-laki dalam pelayanan serta kepemimpinan di gereja dan masyarakat tanpa ada pembatasan. 86