BAB III GAMBARAN UMUM PT RAJAWALI PRIMA PERKASA. alat teknik/ mekanikal/ elektrikal/ tulis kantor /komputer, barang cetakan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt & fan belt) untuk

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB III OBJEK PENELITIAN. Pada tanggal 6 Januari 2002 PT Prima Auto Mandiri didirikan di Tebet dengan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal.

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB III METODOLOGI ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

BAB III. Penelitian merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan secara sitematis, logis

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol.

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. pesat guna meningkatkan standar hidup berbangsa dan bernegara. Semua pihak baik

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III OBJEK PENELITIAN. penjualan maka berdasarkan peraturan perpajakan PT SCE yang telah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA dengan akta notaris Adri Dwi Purnomo, SH. Nomor 24/2006. Yang

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Objek yang digunakan sebagai penelitian dalam skripsi adalah PT. Dipta

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. III. 1. Sejarah Singkat Perkembangan Perusahaan. PI adalah perusahaan yang berbadan hukum CV (Commanditaire

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT Mitra Makmurjaya Mandiri adalah sebuah perusahaan yang bergerak di

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. pembahasan mengenai perbandingan dan perhitungan PPh pasal 21 Metode

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III. Objek Penelitian. PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. Pada bab empat akan dijelaskan mengenai sejarah singkat perusahaan,

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

PENYAJIAN DAN ANALISA DATA. Pada bab empat akan dijelaskan mengenai sejarah singkat perusahaan,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN PADA PT.RIZKI ADHIBUANA PERKASA. pendirian perseroan terbatas No. 19 oleh Notaris Miranti Tresnining Timur SH

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. mekanikal, peralatan elektrikal, peralatan keselamatan kerja.

PROSEDUR PEMERIKSAAN PPN DAN

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB III OBJEK PENELITIAN. IO. Penulis akan melakukan observasi dan wawancara secara langsung ke

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PENJUALAN, PENAGIHAN PIUTANG, DAN PENERIMAAN KAS YANG SEDANG BERJALAN PT RACKINDO SETARA PERKASA

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

guna memenuhi kebutuhan furniture di Indonesia.

PAPER. Dibuat Oleh: Annisa Pradita FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR

2012, No.4 2 telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 tentang Pel

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. III.1. Sejarah Singkat PT Kurnia Mulia Citra Lestari

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS TERHADAP SISTEM DAN PROSEDUR PELAPORAN PERPAJAKAN (Studi Kasus PT SRIWIJAYA, BANDUNG)

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT MPK. IV. 1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Tata Laksana Pajak Pertambahan Nilai

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III OBJEK PENELITIAN PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai. yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. Pada bab empat ini akan dijelaskan mengenai sejarah

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Gambaran Umum Perusahaan PT. Sehat Sukses Sentosa

pajak atas pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I. Angka 1 Pasal 1. Cukup jelas. Angka 2 Pasal 2

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN, PIUTANG, DAN PENERIMAAN KAS PT. AROMATECH INTERNATIONAL

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

LAMPIRAN. Lampiran 1. - Internal Control Questionaire (ICQ) Pertanyaan dalam kuesioner dapat dijawab dengan :

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN. PT. Auto Sukses Perkasa berdiri pada tahun 2006 merupakan perusahaan yang

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Analisis Atas Prosedur Pajak Pertambahan Nilai. PT. IBH merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan

Transkripsi:

BAB III GAMBARAN UMUM PT RAJAWALI PRIMA PERKASA III.1 Sejarah Perusahaan PT Rajawali Prima Perkasa merupakan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas, dan bergerak dalam bidang usaha pakaian jadi, tekstil, perlengkapan busana, alat teknik/ mekanikal/ elektrikal/ tulis kantor /komputer, barang cetakan. Didirikan pada tahun 2003 berdasarkan akte No. 215 tanggal 26 Agustus 2003 yang dibuat dan disampaikan oleh Notaris Drajat Darmadji, SH. Akte pendirian perusahaan ini telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Perundang-undangan pada tanggal 10 Februari 2004 dengan Surat Keputusan No. C-27363 HT.01.01 Tahun 2004. PT Rajawali Prima Perkasa telah terdaftar di Departemen Perindustrian dan Perdagangan dengan Tanda Daftar Perusahaan Perseoran No. 09.05.1.51.10684 tanggal 13 September 2003. Perusahaan ini berlokasi di Jl. Cempaka Putih Utara No. 17 RT.011/002 Jakarta Pusat. PT Rajawali Prima Perkasa didirikan oleh tiga orang yang sampai saat ini masih tercatat sebagai pemegang saham dengan jumlah keseluruhan saham yaitu 1.500 lembar saham, masing-masing saham bernilai nominal Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah). Dengan modal dasar sebesar Rp. 150.000.000,00. Untuk lebih jelasnya, susunan pemegang saham PT Rajawali Prima Perkasa dan jumlah saham yang disetor dapat dilihat pada Tabel III.1. 45

Gambar II.1 Bagan PPN Sebagai Pajak Tidak Langsung Negara PPN Penjual/ Pengusaha Jasa (PKP) BKP/ JKP PPN Pembeli/ Penerima Jasa Penanggung Jawab Pemikul Beban Pajak b. Pajak Objektif Yang dimaksud dengan pajak objektif adalah suatu jenis pajak yang saat timbulnya kewajiban pajak ditentukan oleh faktor objektif, yaitu adanya taatbestand. Yang dimaksud dengan taatbestand adalah keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum yang dapat dikenakan pajak yang juga disebut dengan nama objek pajak. Sebagai Pajak Objektif, timbulnya kewajiban untuk membayar Pajak Pertambahan Nilai ditentukan oleh adanya objek pajak. Kondisi subjektif pajak tidak ikut menentukan. Pajak Pertambahan Nilai tidak membedakan antara konsumen berupa orang dengan badan, antara konsumen yang berpenghasilan tinggi dengan berpenghasilan rendah. Sepanjang mereka mengkonsumsi barang atau jasa dari jenis yang sama, mereka diperlakukan sama. 13

Tabel III.1 Susunan Pemegang Saham PT Rajawali Prima Perkasa Nama Pemegang Jumlah Nilai Nominal Jumlah yang Saham Saham Saham disetor Kartiman 675 lembar Rp. 100.000,00 Rp. 67.500.000,00 Suharti 675 lembar Rp. 100.000,00 Rp. 67.500.000,00 Bambang Setiono 150 lembar Rp. 100.000,00 Rp. 15.000.000,00 Sumber : Company Profile PT Rajawali Prima Perkasa III.1.1 Tujuan Perusahaan Setiap perusahaan, baik itu perusahaan yang baru berdiri maupun yang telah berdiri tentu mempunyai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Tujuan perusahaan merupakan hasil akhir yang ingin dicapai dimasa yang akan datang dengan cara mengarahkan usaha-usaha atau tujuan dimasa sekarang. Untuk mencapai tujuan, perusahaan harus menentukan langkah-langkah yang tepat dan teratur agar terdapat kesatuan tindakan. Adapun tujuan yang ingin dicapai perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Mencapai target penjualan yang telah ditentukan sebelumnya 2. Memenuhi keinginan serta kebutuhan pelanggan dengan perbedaan strategi serta peningkatan pelayanan 3. Memaksimalkan laba perusahaan. 4. Meningkatkan kesejahteraan karyawan yang ada dalam perusahaan. 46

III.1.2 Perkembangan Perusahaan Seiring dengan berjalannya waktu, perusahaan tentunya berupaya agar usahanya bisa terus berkembang dan maju serta memperoleh keuntungan. Perusahaan terus melakukan berbagai strategi pemasaran, dan melakukan pembaharuan agar bisa memperoleh keuntungan semaksimal mungkin. Pesatnya perkembangan usaha perusahaan bisa dilihat berdasarkan indikator berupa penjualan dan laba setiap tahunnya yang cenderung meningkat. Untuk lebih jelasnya, perkembangan usaha PT Rajawali Prima Perkasa dalam kurun waktu 4 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel III.2 Tabel III.2 Perkembangan Usaha PT Rajawali Prima Perkasa Tahun 2005-2008 Keterangan Tahun 2005 2006 2007 2008 Penjualan Rp. 1.434.552.101,00 Rp. 1.634.081.120,00 Rp. 2.238.287.244,00 Rp. 1.528.283.696,00 Pembelian Rp. 474.035.730,00 Rp. 1.606.437.300,00 Rp. 2.078.766.868,00 Rp. 1.383.251.590,00 Laba Setelah Pajak Rp. 103.251.989,00 Rp. 242.199.541,00 Rp. 229.436.827,00 - Sumber : Company Profile PT. Rajawali Prima Perkasa III.1.3 Kegiatan Usaha PT Rajawali Prima Perkasa Untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut, PT Rajawali Prima Perkasa melakukan kegiatan usaha sebagai berikut: 1. Menjalankan usaha-usaha pemborongan umum (General Contractor) terutama pemborongan bagunan-bangunan, jembatan-jembatan, jalan-jalan, dermaga, instalasi air dan listrik, mekanikal engineering, elektrikal dan alat telekomunikasi 47

dan pada umumnya pekerjaan-pekerjaan sipil lainnya dan rekayasa juga bertindak selaku developer, perencana, pelaksana dan pengawas. 2. Menjalankan usaha-usaha dagang pada umumnya, termasuk perdagangan ekspor impor antar pulau dan lokal, baik untuk perhitungan sendiri maupun atas perhitungan orang lain secara komisi, serta berusaha sebagai leveransier, grossier, distributor dan supplier. 3. Menjalankan usaha dalam bidang elektrikal dan mekanikal 4. Menjalankan usaha dalam bidang pakaian jadi atau garmen. III.2 Struktur Organisasi Perusahaan dan Uraian Tugas Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari tidak pernah terlepas dari kegiatan berorganisasi. Organisasi merupakan wadah dimana terdapat proses kerjasama diantara sejumlah manusia yang terlibat dalam hubungan formal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Struktur organisasi merupakan suatu susunan menurut fungsi-fungsi, tugas dan wewenang dari masing-masing kegiatan organisasi. Dengan adanya struktur organisasi, masing-masing bagian akan mengetahui tugas dan wewenangnya serta kepada siapa mereka akan bertanggung jawab. Struktur organisasi sangat penting bagi suatu perusahaan untuk dapat mewujudkan kerjasama antar bagian atau fungsi. Dengan adanya pembagian tugas dan wewenang yang baik, setiap pekerjaan akan dapat dilaksanakan dengan efisien. Berdasarkan hasil penelitian pada PT Rajawali Prima Perkasa, struktur organisasi PT Rajawali Prima Perkasa berbentuk struktur organisasi garis dan staf sehingga dapat 48

digambarkan dengan jelas adanya satu kesatuan komando antara atasan dengan bawahan. Gambaran dan susunan organisasi perusahaan adalah sebagai berikut: Gambar III.1 STRUKTUR ORGANISASI PT RAJAWALI PRIMA PERKASA RUPS Suharti Komisaris Kartiman Direktur Bendahara Vivien Yanori Sekretaris Yesi Yasrimawati Divisi Garment Bujang Harjito Divisi Project Gandi Margono Divisi Outsourching Yerry James Yohanes Maintenance Marketing Logistik Purchasing Administrasi Sumber : Company Profile PT. Rajawali Prima Perkasa 49

Berikut ini adalah uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing fungsi yang ada pada struktur organisasi PT Rajawali Prima Perkasa secara garis besar. RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) 1. Mengangkat 1 (satu) orang pemegang saham atau lebih untuk mewakili perseroan. 2. Mengangkat dan memberhentikan komisaris. 3. RUPS dapat mencabut keputusan pemberhentian sementara atau memberhentikan anggota Direksi yang bersangkutan. Komisaris 1. Memonitor dan mengawasi kinerja direktur dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan padanya, serta menegur bila terdapat kesalahan. 2. Bekerja sama dengan direktur dalam usaha meningkatkan kinerja perusahaan. 3. Menerima, memeriksa dan mengevaluasi laporan direktur tentang kegiatan dan laporan keuangan perusahaan. 4. Memberikan pendapat dan saran yang berguna demi kemajuan perusahaan. Direktur Direktur merupakan pemegang tertinggi di perusahaan yang bertanggung jawab dalam memantau aktivitas perusahaan dan melaksanakan tugas harian perusahaan. Tugas dan wewenang Direktur: 1. Memimpin kegiatan perusahaan secara keseluruhan. 50

2. Mengkoordinasi, mengawasi, dan mengevaluasi setiap kegiatan yang menyangkut usaha dan dana perusahaan. 3. Menetapkan tujuan jangka panjang, menengah dan pendek perusahaan. 4. Mendelegasikan tugas dan tanggung jawab tersebut diatas kepada para divisi. 5. Mengawasi jalannya operasi perusahaan agar sesuai dengan anggaran dasar dan tujuan jangka panjang yang telah ditetapkan. 6. Mengambil keputusan yang penting menyangkut kebijakan umum perusahaan. Sekretaris 1. Menyiapkan segala bentuk surat-menyurat, perlengkapan, rumah tangga kantor, yang terkait dengan PT Rajawali Prima Perkasa. 2. Bertanggung jawab atas kelancaran dan kearsipan surat menyurat yang diterima atau yang dikeluarkan oleh PT Rajawali Prima Perkasa. 3. Menyiapkan konsep laporan tentang penyelenggaraan PT Rajawali Prima Perkasa untuk ditandatangani oleh Direktur. 4. Menyiapkan segala sesuatu yang terkait dengan kepengurusan dan kegiatan PT Rajawali Prima Perkasa. Bendahara Bertanggung jawab kepada Direktur, memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut : 1. Bertanggung jawab atas administrasi pembukuan dana yang masuk dan keluar. 51

2. Menyampaikan laporan setiap pengeluaran dan pemasukan dana kepada sekretaris untuk diolah menjadi laporan bulanan atau tahunan. 3. Penyusunan atau pengelolaan keuangan anggaran, akuntansi atau administrasi dana. Dari Struktur Organisasi PT Rajawali Prima Perkasa, terbagi atas 3 divisi, dimana setiap divisi memegang tugas dan wewenang yang berbeda, antara lain: Divisi Garment Divisi ini bertugas dalam hal usaha pakaian jadi, tekstil, dan perlengkapan busana yang merupakan supplier dari penjualan pakaian. Divisi Project Divisi ini terdiri dari Kontraktor Pengerjaan Mekanikal dan Kontraktor Pengerjaan Teknikal dengan tugas dan wewenang utama adalah Pengadaan AC dan Pengadaan Pipa, dan Service AC. Divisi Project membawahi bagian : 1. Maintenance Tugas dan wewenangnya adalah: - Melakukan perbaikan serta perawatan mesin-mesin. - Menyiapkan laporan bulanan tentang kerusakan mesin, peralatan kantor serta perawatan yang dilakukan. - Mengatur aktivitas sehari-hari para engineering staff. 2. Marketing Tugas dan wewenangnya adalah: 52

- Menganalisa dan mengembangkan strategi marketing untuk meningkatkan jumlah pelanggan. - Melakukan evaluasi kepuasan pelanggan dari hasil survey untuk memastikan tercapainya target kepuasan pelanggan yang ditentukan. - Menerapkan budaya, sistem, dan peraturan intern perusahaan serta menerapkan manajemen biaya, untuk memastikan budaya perusahaan dan sistem serta peraturan dijalankan dengan optimal. 3. Logistik Tugas dan wewenangnya adalah: - Merencanakan dan mengkoordinasikan pengiriman barang dari pemasok dan atau gudang, termasuk menentukan ekspedisi dan rute, untuk memastikan pengiriman dilakukan dengan tepat waktu dan efisien, serta barang diterima oleh setiap cabang sesuai dengan yang telah ditentukan - Menerima dan memproses permintaan barang dari setiap tempat, dan mengontrol pengiriman barang dari pemasok (supplier) agar barang dapat diterima oleh gudang, sesuai dengan waktu, kuantitas, kualitas dan biaya yang telah ditetapkan. - Menyusun anggaran biaya logistik dan menjaga agar kegiatan operasional dapat berjalan dengan efisien dan efektif sesuai anggaran yang telah dialokasikan. 53

4. Purchasing Tugas dan wewenangnya adalah: - Membuat dan mencetak PO (Purchase Order) dan mengirimkannya ke Vendor, agar proses pembelian dapat berjalan dengan baik sesuai jadwal dan spesifikasi yang diinginkan. - Membuat laporan bulanan untuk pembelian dan outstanding PO, untuk menjadi bahan informasi bagi atasan dalam pengambilan keputusan. - Melakukan pembelian alat- alat, barang, seperti office supplies, agar tersedia sesuai dengan yang dibutuhkan oleh setiap divisi. 5. Administrasi Tugas dan wewenangnya adalah: - Mengadakan verifikasi atas bukti-bukti penerimaan dan pembayaran kas atau bank. - Mengatur dan mengawasi administrasi keuangan perusahaan. - Mengadakan pencocokan antara catatan yang satu dengan yang lainnya, antara buku besar dan rekening pembantu serta mengadakan koreksi sebagaimana mestinya. - Menyusun laporan keuangan setiap bulan dan menganalisa hasil usaha perusahaan. Divisi Outsourching Divisi ini bertugas dalam hal pengadaan tenaga kerja. 54

III.3 Kebijakan Akuntansi dan Kewajiban Perpajakan PT. Rajawali Prima Perkasa III.3.1 Kebijakan Akuntansi Kebijakan akuntansi ini digunakan oleh perusahaan sebagai dasar untuk mempermudah dalam menyusun laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia. Kebijakan akuntansi PT Rajawali Prima Perkasa diantaranya sebagai berikut: 1. Dasar Pengukuran dan Penyusunan Laporan Keuangan Laporan Keuangan ini telah disajikan sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang berlaku umum. Laporan keuangan disusun berdasarkan konsep harga perolehan dengan dasar akrual, kecuali laporan arus kas, dan dilaporkan dalam Rupiah. Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode langsung (direct method) dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. 2. Kas dan Setara Kas Kas dan Setara kas meliputi kas, bank dan investasi yang jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal penempatannya dan tidak dijaminkan. 3. Piutang Dagang Merupakan tagihan perusahaan kepada pelanggan atas penyerahan barang dagang. Besarnya sejumlah harga barang ditambah dengan Pajak Pertambahan Nilai, dicatat sebesar nilai Faktur Pajak meliputi pokok penjualan dan Pajak Pertambahan Nilai yang harus dipungut perusahaan. Penyisihan piutang ragu-ragu ditetapkan berdasarkan penelaahan terhadap kemungkinan tertagihnya piutang tersebut pada akhir periode yang bersangkutan. 55

4. Persediaan Terdiri dari bahan baku, barang jadi, yang tersedia dan tersimpan di gudang perusahaan untuk dijual kembali dalam kegiatan usaha normal. Persediaan dicatat dengan nilai perolehan atau nilai realisasi bersih. Penyisihan persediaan yang rusak ditentukan berdasarkan hasil penelaahan terhadap keadaan persediaan pada akhir periode. 5. Pajak Dibayar Dimuka Pajak dibayar dimuka dicatat sebesar nilai yang dilaporkan dan dibayarkan berdasarkan SPT Masa dan Surat Setoran Pajak (SSP) sesuai jenis pajak. 6. Penjualan Penjualan dicatat dengan dasar historis sebesar nilai jual barang yang tercantum dalam Faktur Pajak. Penjualan diakui segera setelah barang dikeluarkan dari gudang perusahaan dengan disertai terbitnya order pelanggan atas penyerahan barang tersebut. 7. Harga Pokok Penjualan Dicatat sebesar nilai historis dari pembelian bersih barang dagang ditambah ongkosongkos yang timbul dalam perolehannya. 8. Pembelian Dicatat dengan dasar historis sebesar nilai beli barang yang tercantum dalam Faktur Pajak. Perusahaan melakukan Pembelian dengan Pajak Pertambahan Nilai 9. Beban Beban diakui sesuai manfaatnya pada tahun yang bersangkutan (diakui secara akrual). 56

10. Pajak Penghasilan Dicatat sebesar nilai yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku setelah melakukan koreksi atas pendapatan dan beban yang merupakan pendapatan yang dapat diakui di fiskal dan biaya yang dapat dikurangkan sebagai pengurang penghasilan dalam menghitung pajak dan laba setelah pajak sesuai peraturan perpajakan yang berlaku. Kewajiban perpajakan perusahaan harus dipenuhi pada saat sebelum masa jatuh tempo. III.3.2 Kewajiban Perpajakan PT Rajawali Prima Perkasa Sesuai Surat Keterangan Terdaftar Nomor PEM-2369/WPJ.06/KP.0503/2003, kewajiban perpajakan yang dilakukan perusahaan diantaranya yaitu: Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 Pasal 21 tentang Pajak Penghasilan, maka perusahaan diwajibkan untuk memotong Pajak Penghasilan atas gaji yang dibayarkan kepada karyawannya. Pajak Penghasilan Pasal 21 ditanggung oleh Karyawan. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 Pembayaran PPh Pasal 25 merupakan angsuran pembayaran pajak yang dilakukan setiap bulan oleh perusahaan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Pasal 25, dan juga merupakan pembayaran di muka terhadap utang Pajak Penghasilan yang akan dihitung sendiri (self assesment) oleh perusahaan pada akhir tahun pajak. 57

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 29 Berdasarkan Ketentuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Pasal 29, pembayaran pajak PPh Pasal 29 adalah pajak terutang atau pajak yang kurang dibayar dan perusahaan diwajibkan untuk membayar PPh 29 tersebut sebelum jatuh tempo pembayaran. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PT. Rajawali Prima Perkasa sebagai Pengusaha Kena Pajak berdasarkan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak No. PEM-00363/WPJ.06/KP.0503/2003, maka perusahaan berkewajiban mengisi SPT Pajak Pertambahan Nilai bulanan (SPT Masa PPN). III.4 Proses Pengambilan Data Penelitian dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan secara langsung ke perusahaan yang bersangkutan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan. Metode yang dilakukan adalah: a. Wawancara (interview) Penulis melakukan wawancara secara langsung kepada karyawan PT Rajawali Prima Perkasa, untuk mendapatkan berbagai informasi-informasi yang relevan b. Dokumentasi Penulis memperoleh dokumen-dokumen yang relevan, yang terdiri dari sejarah berdirinya perusahaan, struktur organisasi perusahaan, kegiatan usaha perusahaan, dan perkembangan perusahaan serta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan topik penelitian. 58

III.4.1 Prosedur Penjualan PT Rajawali Prima Perkasa Barang dagangan yang sesuai dengan permintaan perusahaan dan telah didata dalam komputer tersebut, nantinya siap untuk dikirim ke dalam pos-pos tertentu sesuai dengan pesanan masing-masing. Dengan demikian barang dagangan dapat dijual secara langsung kepada konsumen tanpa adanya pihak perantara. Di dalam transaksi penjualan kepada konsumen akhir. Pihak perusahaan dapat memberikan potongan penjualan untuk jenis barang tertentu. Potongan penjualan tersebut nantinya akan mengurangi jumlah pembayaran yang dibayarkan oleh konsumen kepada pihak perusahaan. Dengan adanya penyerahan Barang Kena Pajak, maka PT Rajawali Prima Perkasa wajib memungut Pajak Pertambahan Nilai dari pembeli sebesar 10% dari Dasar Pengenaan Pajaknya untuk disetorkan ke Kas Negara. Pajak Pertambahan Nilai ini disebut dengan Pajak Keluaran. Pajak Keluaran ini yang nantinya akan digunakan untuk memperhitungkan Pajak yang kurang atau lebih bayar oleh PT Rajawali Prima Perkasa. III.4.2 Prosedur Pembelian PT. Rajawali Prima Perkasa Pembelian adalah proses penemuan sumber dan pemesanan bahan, jasa, dan perlengkapan. Kegiatan tersebut terkadang disebut Pengadaan barang. Tujuan utamanya adalah memperoleh bahan dengan biaya serendah mungkin yang konsisten dengan kualitas dan jasa yang dipersyaratkan. Terlepas dari memastikan bahwa perusahaan mempunyai persediaan bahan tanpa henti, adalah fungsi dari pembelian untuk memastikan bahwa ada keseimbangan antara persediaan bahan dengan tingkat inventaris sehingga perusahaan dapat mempertahankan posisi labanya sepanjang menyangkut biaya bahan. 59

PT Rajawali Prima Perkasa biasanya melakukan pembelian dengan pemasok berdasarkan sistem order atau pesanan. Sebagian besar pembelian itu dilakukan secara kredit dengan masa pembayaran kurang lebih selama satu bulan. Namun tidak menutup kemungkinan bagi pihak perusahaan untuk melakukan transaksi pembelian secara tunai. Transaksi pembelian yang dilakukan oleh perusahaan berasal dari pemasok yang sudah dikukuhkan sebagai pengusaha Kena Pajak. Disamping itu sebagian kecil dari pembelian itu ternyata berasal dari pemasok yang belum menjadi Pengusaha Kena Pajak, sehingga pihak pemasok tidak memungut Pajak Pertambahan Nilai. Pajak Pertambahan Nilai atas perolehan Barang Kena Pajak ini disebut Pajak Masukan. Pajak Masukan ini digunakan untuk menghitung Pajak Pertambahan Nilai terutang dengan cara mengkreditkan Pajak Masukan yang ada dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang sama. Namun tidak semua Pajak Masukan dapat dikreditkan. III.4.3 Prosedur Pajak Pertambahan Nilai PT Rajawali Prima Perkasa dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak berdasarkan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak No. PEM- 00363/WPJ.06/KP.0503/2003 dari Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Kemayoran dengan Faktur Pajak EZJLN-027. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yaitu 02.273.687.0-027.000, dengan Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) 74210 untuk Jasa konsultasi Arsitek, Kegiatan Teknik dan Rekayasa. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal 14 Oktober 2003. PT Rajawali Prima Perkasa termasuk subjek pajak Pertambahan Nilai, karena PT Rajawali Prima Perkasa sebagai Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan dan 60

perolehan Barang kena Pajak. Objek Pajak Pertambahan Nilai pada PT Rajawali Prima Perkasa dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean. Jika PT Rajawali Prima Perkasa melakukan penyerahan atau perolehan Barang Kena Pajak, maka atas transaksi tersebut harus dihitung Pajak Pertambahan Nilainya dengan cara mengalikan Dasar Pengenaan Pajak dengan tarif 10%. Faktur Pajak Standar dibuat oleh PT Rajawali Prima Perkasa sebagai bukti pungutan pajak dalam melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan akan menerima Faktur Pajak Standar jika melakukan pembelian atau perolehan Barang Kena Pajak dari pihak penjual. Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai dilakukan setiap Masa Pajak dengan menggunakan sarana SPT Masa PPN. Sistem perpajakan di PT Rajawali Prima Perkasa dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: 1. Mengarsip setiap dokumen pajak yang diterbitkan oleh perusahaan dan juga dokumen yang diterima dari pihak luar. 2. Membuat perhitungan Pajak Pertambahan Nilai dalam fromulir SPT Masa atau Tahunan sesuai dengan petunjuk umum pengisian SPT berserta pengisian SSP. 3. Melakukan penyetoran pajak terutang sesuai dengan SPT dan SSP. 4. Melakukan pelaporan SPT Masa atau Tahunan untuk setiap jenis pajak dan SSP sebelum lewat jatuh tempo. 5. Mengarsipkan SPT Masa atau Tahunan berikut dokumen pajak pendukungnya. 6. Melakukan koreksi atau pembetulan jika terdapat kekeliruan penyetoran pajak sesuai tata cara perpajakan yang berlaku. Adapun informasi yang dibutuhkan dalam membuat SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai adalah sebagai berikut: 1. Jumlah nilai penjualan yang terjadi selama periode akuntansi. 61

2. Jumlah nilai pembelian yang terjadi selama periode akuntansi. 3. Nama, alamat, serta NPWP pembeli atau pemasok. 4. Kuantitas produk yang dibeli atau dijual. 5. Besarnya Pajak Keluaran yang dibayarkan perusahaan atau Pajak Masukan yang dipungut perusahaan. 6. Otorisasi pejabat yang berwenang. Selain itu, dokumen yang digunakan dalam melaksanakan sistem perpajakan Pajak Pertambahan Nilai, yaitu: 1. Faktur Pajak Standar Merupakan dokumen yang digunakan untuk melakukan pungutan Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan Barang Kena Pajak. Faktur Pajak Standar juga dapat digunakan oleh PT Rajawali Prima Perkasa untuk mengetahui jumlah Pajak Masukan atau Keluaran, Barang Kena Pajak yang dijual atau dibeli, identitas Pengusaha Kena Pajak Penjual atau Pembeli. 2. Surat Tagihan (Invoice) Merupakan dokumen yang berisi tentang rincian barang dan harga yang dibeli oleh pelanggan. Dalam hal transaksi penjualan, PT Rajawali Prima Perkasa memberikan surat tagihan rangkap satu kepada pembeli, sedangkan surat tagihan rangkap dua (copy invoice) digunakan sebagai arsip. Begitu juga dalam transaksi pembelian, PT Rajawali Prima Perkasa akan menerima surat tagihan asli dari pihak penjual. 3. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN). Merupakan dokumen yang digunakan PT Rajawali Prima Perkasa sebagai sarana untuk melakukan penghitungan besarnya Pajak Pertambahan Nilai yang kurang 62

bayar atau lebih bayar, serta sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran untuk suatu masa pajak. SPT Masa PPN ini harus disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya. Dari penelitian laporan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai masih dijumpai adanya keterlambatan pelaporan untuk seluruh SPT Masa PPN tahun 2006. 4. Surat Setoran Pajak (SSP) Merupakan dokumen yang digunakan oleh PT Rajawali Prima Perkasa untuk melakukan pembayaran atau penyetoran Pajak Pertambahan Nilai yang terutang ke Kas Negara melalui kantor pos atau bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau tempat lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. 5. Bukti Penerimaan Surat Merupakan dokumen yang diterima dari Kantor Pelayanan Pajak, sebagai bukti bahwa PT Rajawali Prima Perkasa telah menyampaikan SPT Masa ke Kantor Pelayanan Pajak tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha berada. III.4.4 Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai Dalam melakukan penghitungan Pajak Pertambahan Nilai, tarif yg digunakan adalah tarif tunggal yang diatur dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 yaitu 10% dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak (Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Ekspor, atau Nilai Lain menurut Ketetapan Menteri Keuangan). Besarnya Pajak Pertambahan Nilai dapat dihitung dengan rumus: Pajak Pertambahan Nilai = Tarif Pajak 10% x Dasar Pengenaan Pajak 63

Prosedur yang dilakukan dalam melakukan penghitungan Pajak Pertambahan Nilai: Pajak Pertambahan Nilai untuk Penjualan/Penyerahan Barang Kena Pajak Sesuai Pasal 11 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000, saat pajak terutang adalah pada saat penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. Yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dalam penyerahan Barang Kena Pajak adalah harga jual. Bagi PT Rajawali Prima Perkasa, Pajak Pertambahan Nilai atas transaksi penyerahan Barang Kena Pajak ini merupakan Pajak Keluaran yang harus dipungut dari perusahaan lain dan harus disetor ke kas negara. Pajak Pertambahan Nilai atas Pajak Masukan yang Dapat Dikreditkan Setiap adanya perolehan atau pemanfaatan Barang Kena Pajak, PT Rajawali Prima perkasa harus membayar Pajak Masukan ke pemungut Pajak Pertambahan Nilai. Jika Pajak Masukan atas perolehan atau pemanfaatan Barang Kena Pajak berhubungan dengan kegiatan usaha maka Pajak Masukan tersebut dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam Masa Pajak yang sama. Pajak Pertambahan Nilai ini merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan jika penjual juga merupakan Pengusaha Kena Pajak. Pengkreditan Pajak Masukan dengan Pajak Keluaran Pada akhir masa pajak, PT Rajawali Prima Perkasa akan melakukan penghitungan Pajak Pertambahan Nilai dengan cara melakukan pengkreditan Pajak Masukan (PM) dengan Pajak Keluaran (PK), dengan rumus: Pajak Keluaran Pajak Masukan yang Dapat Dikreditkan 64

III.4.5 Pengisian dan Pelaporan SPT Masa PPN Berdasarkan penelitian yang dilakukan adalah 3 tahun dari 2006, 2007 dan 2008. SPT Masa PPN yang dipakai PT Rajawali Prima Perkasa untuk tahun 2006 (Formulir 1195) berbeda dengan tahun 2007 dan 2008 (Formulir 1107). Cara Pengisian SPT Masa PPN: 1. Formulir 1195 (Tahun 2006) - Formulir 1195 : Formulir induk SPT Masa PPN untuk melakukan penghitungan pengkreditan Pajak Masukan dengan Pajak Keluaran untuk menghitung Pajak Pertambahan Nilai kurang atau Lebih Bayar. - Formulir 1195A1 : Lampiran Pajak Keluaran-I, diisi jika penyerahan Barang Kena Pajak kepada selain Pemungut Pajak Pertambahan Nilai. - Formulir 1195A2 : Lampiran Pajak Keluaran-II, diisi jika terdapat penyerahan Barang Kena Pajak yang dibebaskan atau ditanggung pemerintah. - Formulir 1195A3 : Lampiran Pajak Keluaran-III, diisi jika penyerahan Barang Kena Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai. - Formulir 1195B1 : Lampiran Pajak Masukan-I, diisi jika Perolehan Barang atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya dapat dikreditkan. - Formulir 1195B2 : Lampiran Pajak Masukan-I, diisi jika daftar Pajak Masukannya memperoleh pembayaran pendahuluan dari BAPEKSIITA KEUANGAN - Formulir 1195B3 : Lampiran Pajak Masukan-I, hasil perhitungan kembali Pajak Masukan yang telah dikreditkan/ tidak dipunggut/ ditangguhkan/ dibebaskan. 65

2. Formulir 1107 (Tahun 2007 dan Tahun 2008) - Formulir 1107 : Formulir Induk SPT Masa PPN untuk melakukan penghitungan pengkreditan Pajak Masukan dengan Pajak Keluaran untuk menghitung Pajak Pertambahan Nilai kurang atau Lebih Bayar. - Formulir 1107A : Lampiran 1, Daftar Pajak Keluaran - Formulir 1107B : Lampiran 2, Daftar Pajak Masukan Pajak Keluaran yang dipungut dan disetor ke Kas Negara oleh PT Rajawali Prima Perkasa yang dibayarkan melalui Pengusaha Kena Pajak penjual untuk setiap Masa Pajak, dilaporkan dengan SPT Masa PPN 1195 (Tahun 2006) dan SPT Masa PPN 1107 (Tahun 2007 dan 2008) dengan waktu pelaporan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya. III.4.6 Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai A. Transaksi Pembelian Barang Dagang dari Pengusaha Kena Pajak (PKP) Saat perusahaan melakukan pembelian barang dagang yang merupakan Barang Kena Pajak dari PKP, maka perusahaan akan dipungut Pajak Pertambahan Nilai oleh pemasok yang lebih dikenal dengan istilah PPN Masukan. Perusahaan juga harus meminta Faktur Pajak kepada pemasok yang dapat digunakan sebagai bukti pungutan PPN dan sebagai sarana untuk mengkreditkan PPN Masukan. PPN Masukan yang timbul atas pembelian Barang Kena Pajak (BKP) yang berasal dari PKP, dapat dikreditkan pada akhir masa pajak. Dengan demikian pembelian BKP dicatat dengan mendebet rekening pembelian 66

Jurnal untuk transaksi tersebut adalah sebagai berikut: Dr. Persediaan Rp.15.022.449,00 Dr. PPN Masukan Rp. 1.502.244,00 Cr. Hutang Rp.16.524.693,00 B. Transaksi Pembelian Barang Dagang dari Non Pengusaha Kena Pajak (Non PKP) Apabila pembelian barang dagang yang dilakukan oleh PT Rajawali Prima Perkasa berasal dari pabrikan atau pemasok yang bukan merupakan PKP, maka perusahaan tidak akan dipunggut PPN Masukan. PPN Masukan atas BKP yang dibeli dari pabrikan atau pemasok yang bukan merupakan PKP akan bernilai nihil. Sehingga PPN Masukan tersebut juga tidak dapat dikreditkan dalam penghitungan PPN terutang pada akhir masa pajak. Jurnal yang dibuat untuk transaksi diatas adalah: Dr. Persediaan Rp.15.022.449,00 Cr. Hutang Rp.15.022.449,00 C. Transaksi Retur Pembelian Apabila barang yang telah dibeli cacat atau tidak sesuai dengan pesanan, maka perusahaan akan mengembalikan kepada pemasok. Dalam hal ini perusahaan tidak pernah melakukan pengembalian Barang Kena Pajak, jadi tidak terdapat jurnal retur pembelian. D. Transaksi Penjualan Barang Dagang Dalam hal penjualan barang dagang, perusahaan tidak membutuhkan pihak perantara untuk menyalurkan barang dagang ke konsumen. Perusahaan dapat 67

secara langsung melakukan penyerahan atas penjualan kepada konsumen, dapat dilakukan sekaligus pada saat konsumen melakukan pembelian barang. Jurnal atas transaksi tersebut adalah: Dr. Piutang Rp.13.332.000,00 Cr. Penjualan Rp.12.120.000,00 Cr. PPN Keluaran Rp. 1.212.000,00 E. Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai Oleh karena menerapkan tarif umum PPN 10%, maka besarnya PPN terutang yang harus dibayar dan disetor ke kas negara adalah selisih antara PPN Keluaran dan PPN Masukan. Jumlah PPN Keluaran diperoleh dari 10% atas transaksi penjualan kepada konsumen. Sedangkan jumlah PPN Masukan diperoleh dari 10% atas transaksi pembelian yang berasal dari PKP. Jurnal yang dibuat untuk transaksi diatas adalah: Dr. PPN Keluaran Rp.9.407.595,00 Cr. Kas Rp.9.160.070,00 Cr. PPN Masukan Rp. 247.525,00 68