BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Analisis Atas Prosedur Pajak Pertambahan Nilai. PT. IBH merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Analisis Atas Prosedur Pajak Pertambahan Nilai. PT. IBH merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Analisis Atas Prosedur Pajak Pertambahan Nilai PT. IBH merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan gas. Perusahaan mempunyai hak dan kewajiban dalam bidang perpajakan, dimana salah satunya adalah hak dan kewajiban perpajakan atas Pajak Pertambahan Nilai. Hak dan kewajiban yang dijalankan oleh PT. IBH dalam hal sebagai Subjek Pajak Pertambahan Nilai adalah dengan memungut Pajak Pertambahan Nilai yang dimulai pada saat perusahaan melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) yang dapat dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang masih harus dibayar dalam hal dimana Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan atau melakukan kompensasi atas kelebihan pembayaran pada bulan berikutnya dalam hal dimana Pajak Masukan lebih besar dari Pajak Keluaran, dan melaporkan penghitungan Pajak Pertambahan Nilai atau menyampaikan SPT masa Pajak Pertambahan Nilai. Perhitungan Pajak Terutang PT. IBH dilakukan pada saat dimana terjadinya penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean, dengan lokasi pelaporan dan penyetoran Pajak Terutang sesuai dengan tempat dimana perusahaan dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yaitu pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cilandak. Hak dan kewajiban yang harus dijalankan oleh perusahaan yang terkait dengan penerapan Pajak Pertambahan Nilai menurut Undang - undang PPN No. 42 Tahun 2009 yaitu : 57

2 1. Memungut Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10% (sepuluh persen) dari nilai transaksi atas penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean. 2. Membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak. 3. Menyetorkan Pajak Terutang ke Kas Negara selambat - lambatnya pada akhir bulan berikutnya. 4. Menyampaikan laporan atas penghitungan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Pemberitahuan Masa dalam jangka waktu selambat - lambatnya akhir bulan berikutnya. 5. Melakukan pengarsipan atas Faktur Pajak yang telah dibuat dengan rapi dan tertib. 6. Menyelenggarakan pencatatan dalam pembukuan perusahaan atas perolehan dan penyerahan Barang Kena Pajak. 7. Melampirkan rekap pembelian dan rekap penjualan pada Surat Pemberitahuan Masa 4.2 Analisis Prosedur Pemungutan dan Perolehan Pajak Pertambahan Nilai Berdasarkan kegiatan usaha yang dijalankan oleh PT. IBH yang bergerak dalam bidang perdagangan gas, segala transaksi atas penyerahan barang atau penjualan barang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai yang berlaku umum, dimana sesuai dengan peraturan perpajakan terbaru, kecuali diatur lain oleh Undang undang. Proses perhitungan Pajak Pertambahan Nilai untuk Pajak Keluaran dimulai dengan bagian keuangan dan akuntansi membuatkan Faktur Pajak dan mengirimkan Faktur Pajak tersebut ke pada pihak konsumen atas transaksi penjualan yang 58

3 dilakukan oleh perusahaan. Faktur Pajak berfungsi sebagai bukti atas diakuinya transaksi penyerahan atau penjualan barang yang sangant berhubungan untuk menghitung Pajak Keluaran. Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai untuk Pajak Keluaran yang dilaksanakan di perusahaan dihitung dengan cara mengalikan Dasar Pengenaan Pajak dengan Tarif Tunggal Pajak Pertambahan Nilai yang sebesar 10% (sepuluh persen). Dengan demikian hal ini telah sesuai dengan peraturan Undang undang No. 42 Tahun 2009 Pasal 8A ayat (1). Tarif Pajak yang dikenakan atas penyerahan barang atau penjualan oleh perusahaan untuk menghitung seberapa besar Pajak Terutang yaitu 10% (sepuluh persen) telah seseuai dengan peraturan Undang undang No. 42 Tahun 2009 Pasal 7 ayat (1). Untuk pemasaran produk atau penjualan produk kepada pihak yang melakukan kegiatan usaha dalam kawasan berikat, maka Pajak Terutang atas transaksi penyerahan tersebut tidak dikenakan atau dipungut Pajak Pertambahan Nilai. Hal ini sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu Undang undang No. 42 Tahun 2009 Pasal 16B ayat (1) huruf a yang menyatakan pajak terutang tidak dipungut sebagian atau seluruhnya atau dibebaskan dari pengenaan pajak, baik untuk sementara waktu maupun selamanya, untuk kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam Daerah Pabean dan juga diperkuat dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesian No.45/PMK.03/2009 Pasal 1 angka 1, yang menyatakan kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas yang selanjutnya disebut sebagai Kawasan Bebas, adalah suatu kawasan yang berada dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia 59

4 yang terpisah dari Daerah Pabean sehingga bebas dari pengenaan bea masuk, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan cukai. Untuk Pajak Masukan diperoleh dari transaksi pembelian yang dilakukan oleh perusahaan. Transaksi pembelian ini berasal dari pembelian yang dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan impor barang. Selain melakukan pembelian dengan mengimpor barang langsung dari luar negeri, perusahaan juga melakukan transaksi pembelian persediaan barang itu dengan perusahaan yang ada di Indonesia. Proses perhitungan Pajak Pertambahan Nilai untuk Pajak Masukan dimulai pada saat bagian keuangan dan akuntansi telah menerima Faktur Pembelian untuk transaksi pembelian dari pemasok yang dilakukan oleh perusahaan. Faktur Pembelian bersifat sebagai bukti atas pembelian yang telah dilakukan, dimana sangat berhubungan dengan perhitungan Pajak Masukan perusahaan. Setelah itu bagian akuntansi akan melakukan input dan melakukan pengecekan atas Faktur Pajak tersebut untuk dibandingkan dengan dokumendokumen pendukung yang telah tersedia di dalam sistem. Apabila ditemukan permasalahan atas Faktur Pajak yang telah diterima. Pihak perusahaan akan mengembalikan Faktur Cacat kepada pihak pemasok, dan meminta untuk dibuatkan dan dikirimkan kembali Faktur Pajak yang telah dibetulkan. Hal ini dilakukan untuk menghindari tidak dapat dikreditkannya Pajak Masukan atas Faktur Pajak cacat yang sesuai dengan peraturan Undang undang Pajak Pertambahan Nilai No.42 Tahun 2009 Pasal 9 (8) huruf g. Dari bagian akuntansi, Faktur Pajak yang telah diperiksa dan tidak cacat, diserahkan kepada staf pajak yang bertanggung jawab untuk mengatur dan mengelola segala sesuatu yang berhubungan dengan perpajakan perusahaan serta yang bertanggung jawab untuk membuat summary report perpajakan perusahaan 60

5 yang salah satunya adalah Pajak Pertambahan Nilai baik Pajak Keluaran dan Pajak Masukan yang kemudian akan diperiksa kembali apakah telah sesuai atau tidak sebelum dibuatnya Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai untuk digunakan dalam melaporkan dan menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai PT. IBH yang dilakukan setiap bulannya. PT. IBH tidak dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Hal ini disebabkan karena perusahaan tidak melakukan transaksi penjualan barang yang didalamnya termasuk kategori barang mewah menurut Undang undang, dimana dijelaskan yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah adalah : 1. Barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok; 2. Barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu; 3. Barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi; dan/atau 4. Barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status. 4.3 Analisis Pencatatan Penjualan Transaksi penjualan yang dilakukan oleh perusahaan yang telah diakui dan dilakukannya pencatatan ke dalam sistem akuntansi yang digunakan oleh perusahaan pada saat Faktur Penjualan dibuat oleh bagian akuntansi perusahaan berdasarkan dokumen dokumen pendukung yang ada pada saat pemesanan barang dilakukan oleh pelanggan. Pencatatan sebuah transaksi akan menimbulkan akun piutang yang akan diawasi dan dikontrol kapan saat jatuh tempo pembayarannya untuk dilakukannya penagihan. 61

6 4.4 Analisis Penjualan dan Penyerahan Barang Kena Pajak (Pajak Keluaran) Menjadi seorang Pengusaha Kena Pajak (PKP) menandakan bahwa PT IBH telah melakukan transaksi penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP). Sesuai analisa yang dilakukan oleh peneliti, PT IBH hanya melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dalam setiap transaksi penjualannya. Atas dilakukannya penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) tersebut, maka PT IBH wajib melakukan pemungutan atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10% yang dikenakan atas Dasar Pengenaan Pajak (DPP) transaksi penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) tersebut. Dalam hal ini, yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak (DPP) pada PT IBH adalah harga jual yang nilainya berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak (BKP), tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dipungut menurut Undang undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak. Sesuai dengan pasal 1 angka 25 Undang undang Nomor 18 Tahun 2000, definisi dari Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP), penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) atau ekspor Barang Kena Pajak (BKP). Berikut akan dilampirkan tabel Pajak Keluaran ( ). 62

7 Tabel 4.1 Pajak Keluaran Januari Desember 2010 Masa Pajak DPP Pajak Keluaran Total Penjualan (Rp) Januari Februari Maret April April P Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Sebelum Pembetulan Total Setelah Pembetulan Sumber: SPT Masa PPN 2010 PT IBH Gambar 4.1 Pajak Keluaran Periode Januari Desember Berdasarkan hasil analisa peneliti, pada tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa penjualan atau penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) yang dilakukan oleh PT IBH ada Rp yang mana Pajak Keluaran atas penjualan atau penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) ada Rp , yaitu 10% dari penjualan yang dilakukan. Total pembayaran yang harus diterima oleh PT IBH dari para pelanggannya ada Rp PT IBH melakukan perbaikan sebanyak 1 (satu) kali atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang telah dilaporkan pada bulan April yang mana mengubah jumlah penjualan pada bulan tersebut. Pada pembetulan 63

8 pertama, jumlah Pajak Keluaran PT IBH ada Rp Sedangkan pada September 2010 juga dilakukan pembetulan sebanyak 1 (satu) kali, namun perbaikan tersebut tidak merubah penjualan yang pernah dilaporkan, oleh sebabnya penulis tidak menampilkan data pembetulan tersebut pada tabel terlampir di atas. Setelah dilakukannya pembetulan pada April, maka penjualan yang terjadi sepanjang 2010 ada Rp yang mana atasnya dikenakan Pajak Pertambahan Nilai 10%, yaitu Rp dan total penjualan yang harus dibayarkan oleh para pelanggan kepada PT IBH ada Rp Berdasarkan laporan di atas, maka jika dilakukan perbandingan akan terdapat selisih antara penjualan yang dilaporkan pada Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PT IBH 2010 dengan penjualan yang dilaporkan pada Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) PT IBH Berikut akan ditampilkan perbedaan tersebut. Penjualan SPT Masa PPN Penjualan SPT Tahunan PPh Badan Rp Rp Selisih Rp Dari perbandingan di atas, guna menguji kebenaran ekualisasi atas penjualan yang dilaporkan PT IBH, terdapat perbedaan antara penjualan yang dilaporkan pada Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Badan dengan penjualan yang dilaporkan pada Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PT IBH pada 2010 ada Rp Dalam Undangundang pajak tidak dikena material atau tidak material, namun selisih Rp itu dikarenakan hasil pembulatan perhitungan secara komputerisasi dimana WP harus melaporkan apa adanya. 64

9 Tabel 4.2 Pajak Keluaran Januari Desember 2011 Masa Pajak DPP Pajak Keluaran Total Penjualan (Rp) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Sumber: SPT Masa PPN 2011 PT IBH Gambar 4.2 Pajak Keluaran Januari Desember Berdasarkan hasil analisa peneliti, pada tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa penjualan atau penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) yang dilakukan oleh PT IBH ada Rp yang mana Pajak Keluaran atas penjualan atau penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) tersebut adalah sebesar Rp , yaitu 10% dari penjualan yang dilakukan. Total pembayaran yang harus diterima oleh PT IBH dari para pelanggannya ada Rp PT IBH tidak melakukan perbaikan atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang telah pernah dilaporkan Januari Desember 65

10 2011. Maka dari itu PT IBH ini tidak adanya pembetulan yang terjadi sebelumnya pada Berdasarkan laporan di atas, maka jika dilakukan perbandingan akan terdapat selisih antara penjualan yang dilaporkan pada Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PT IBH 2011 dengan penjualan yang dilaporkan pada Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) PT IBH Berikut akan ditampilkan perbedaan tersebut. Penjualan SPT Masa PPN Penjualan SPT Tahunan PPh Badan Rp Rp Selisih Rp. (7) Dari perbandingan di atas, guna menguji kebenaran ekualisasi atas penjualan yang dilaporkan PT IBH, terdapat perbedaan antara penjualan yang dilaporkan pada Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Badan dengan penjualan yang dilaporkan pada Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PT IBH pada 2011 ada Rp.(7) atau tidak material. Dalam Undang-undang pajak tidak dikena material atau tidak material, namun selisih 7 itu dikarenakan hasil pembulatan perhitungan secara komputerisasi dimana WP harus melaporkan apa adanya. Sesuai dengan Undang undang Nomor 42 Tahun 2009, definisi dari Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP), penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP), ekspor Barang Kena Pajak (BKP) Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak (BKP) Tidak Berwujud dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak (JKP). 66

11 Tabel 4.3 Pajak Keluaran Januari Desember 2012 Masa Pajak DPP Pajak Keluaran Total Penjualan (Rp) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Sumber: SPT Masa PPN 2012 PT IBH Gambar 4.3 Pajak Keluaran Januari Desember Berdasarkan hasil analisa peneliti, pada tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa penjualan atau penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) yang dilakukan oleh PT IBH ada Rp yang mana Pajak Keluaran atas penjualan atau penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) ada Rp , yaitu 10% dari penjualan yang dilakukan. Total pembayaran yang harus diterima oleh PT IBH dari para pelanggannya ada Rp PT IBH tidak melakukan perbaikan atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang telah pernah dilaporkan pada Januari Desember Maka dari itu PT IBH ini tidak adanya pembetulan yang terjadi sebelumnya pada

12 Berdasarkan laporan di atas, maka jika dilakukan perbandingan akan terdapat selisih antara penjualan yang dilaporkan pada Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PT IBH pada 2012 dengan penjualan yang dilaporkan pada Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) PT IBH pada Berikut akan ditampilkan perbedaan tersebut. Penjualan SPT Masa PPN Penjualan SPT Tahunan PPh Badan Rp Rp Selisih Rp. 0 Dari perbandingan di atas, guna menguji kebenaran ekualisasi atas penjualan yang dilaporkan PT IBH, terdapat kesamaan antara penjualan yang dilaporkan pada Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Badan dengan penjualan yang dilaporkan pada Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PT IBH pada 2012 ada Rp. 0. Tidak ada selisih yang timbul pada PT IBH sehingga telah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Berdasarkan ketiga tabel yang ada di atas, yang menunjukkan data perbandingan berikut: Penjualan 2010 Penjualan 2011 Penjualan 2012 Rp Rp Rp Maka dapat disimpulkan bahwa pada , transaksi penjualan pada PT IBH mengalami penurunan sebesar 3,08% dan penjualan dari mengalami peningkatan sebesar 58,819%. 68

13 4.5 Prosedur Pencatatan Pembelian Transaksi pembelian yang telah dilaksanakan oleh perusahaan diakui dan dilakukannya pencatatan ke dalam sistem akuntansi yang digunakan perusahaan pada saat Faktur Pembelian diterima oleh bagian akuntansi dari pihak pemasok. Sebelum dilakukannya pencatatan, bagian akuntansi akan melakukan pencocokan dan pengecekan Faktur Pembelian yang diterima dari pihak pemasok dengan dokumen dokumen pendukung seperti Purchase Order dan Bukti Penerimaan Barang untuk memastikan bahwa barang yang diterim sesuai dengan pemesanan yang dilakukan sebelumnya baik dari jenis maupun jumlah barang dan Faktur Pembelian yang dikirim kepada bagian akuntansi untuk ditagih pembayarannya. Selain melakukan pengecekan dan pencocokan atas barang yang dikirim dengan Faktur Pembelian serta dokumen dokumen pendukung, bagian akuntansi juga bertugas malakukan pengecekan terhadap Faktur Pajak atas transaksi pembelian tersebut apakah Faktur Pajak tersebut cacat atau tidak serta terdapat kesalahan atau tidak. Apabila semuanya sudah benar dan tidak ada kesalahan, maka transaksi tersebut akan dicatat kedalam sistem akuntansi sebagai akun biaya dan hutang. Apabila masih ditemukannya kesalahan, bagian akuntansi akan mengembalikan Faktur Pajak Pembelian yang diterima kepada pihak pemasok untuk dibuatkan pembetulannya, sebelum transaksi pembelian tersebut dicatat dan diakui di dalam pembukuan PT. IBH. 4.6 Analisis Pembelian dan Penerimaan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) Dalam transaksi kesehariannya, PT IBH tidak pernah lepas dari transaksi pembelian atau perolehan Barang Kena Pajak (BKP). Berhubung adanya perubahan 69

14 yang terjadi atas Undang undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang berdampak pada beberapa kriteria Pajak Masukan yang dapat atau tidak dapat dikreditkan, maka peneliti akan melakukan penelitian atas Pajak Masukan yang dapat atau yang tidak dapat dikreditkan oleh PT IBH. Sesuai dengan Undang undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang undang Nomor 18 Tahun 2000 dan terakhir diubah dengan Undang undang Nomor 42 Tahun 2009, pengertian Pajak Masukan yaitu Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan/atau impor Barang Kena Pajak. Berikut akan dilampirkan tabel dibawah ini. Tabel 4.4 Pajak Masukan Januari Desember 2010 Masa Pajak DPP PPN Total PM (Rp) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Sumber: SPT Masa PPN 2010 PT IBH 70

15 Gambar 4.4 Pajak Masukan Januari Desember Sesuai dengan data rincian pada tabel 4.4, maka dilihat bahwa pada 2010, PT IBH melakukan transaksi atas Dasar Pengenaan Pajak ada Rp PT IBH juga dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas transaksi 10% ada Rp Total Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan oleh PT IBH, yaitu dari total Dasar Pengenaan Pajak dan Pajak Pertambahan Nilai ada Rp PT IBH melakukan perbaikan sebanyak 1 (satu) kali atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang telah dilaporkan pada September, namun perbaikan tersebut tidak merubah penjualan yang pernah dilaporkan, oleh sebabnya penulis tidak menampilkan data pembetulan tersebut pada tabel terlampir di atas. 71

16 Tabel 4.5 Pajak Masukan Januari Desember 2011 Masa Pajak DPP PPN Total PM (Rp) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Sumber: SPT Masa PPN 2010 PT IBH Gambar 4.5 Pajak Masukan Januari Desember Sesuai dengan data rincian pada tabel 4.5, maka dilihat bahwa pada 2011, PT IBH melakukan kegiatan pembelian yang mana atas transaksi Dasar Pengenaan Pajak ada Rp dikenakan pula Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10%, ada Rp Total Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan oleh PT IBH, ada Rp

17 Tabel 4.6 Pajak Masukan Januari Desember 2012 Masa Pajak DPP PPN Total PM (Rp) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Sumber: SPT Masa PPN 2010 PT IBH Gambar 4.6 Pajak Masukan Januari Desember Sesuai dengan data rincian pada tabel 4.6, maka dilihat bahwa pada tahun 2012, PT IBH melakukan transaksi sesuai dengan Dasar Pengenaan Pajak ada Rp Atas transaksi tersebut juga dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10% ada Rp Total Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan oleh PT IBH ada Rp Dari ketiga tabel Faktur Pajak Masukan yang ada di atas, yang menunjukkan data perbandingan pembelian dalam negeri yaitu sebagai berikut: 73

18 DPP tahun 2010 DPP tahun 2011 DPP tahun 2012 Rp Rp Rp PPN tahun 2010 PPN tahun 2011 PPN tahun 2012 Rp Rp Rp Maka dapat disimpulkan bahwa dari Dasar Pengenaan Pajak yang dilakukan PT IBH mengalami peningkatan ada 163,25% dan dari mengalami penurunan ada 21,808%. Begitu pula dengan Pajak Pertambahan Nilai dari mengalami peningkatan ada 240,96% dan mengalami penurunan ada 39,629%. 4.7 Analisis Kompensasi Pajak Lebih Bayar Masa Sebelumnya dan Pajak Pertambahan Nilai Kurang (Lebih) Bayar Selisih antara Pajak Keluaran dan Pajak Masukan akan menimbulkan kurang atau lebih bayar Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Apabila jumlah Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan maka akan terjadi kurang bayar atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Sebaliknya, apabila Pajak Masukan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka akan terjadi lebih bayar atas Pajak Pertambahan Nilai tersebut. Jika kurang bayar, maka Wajib Pajak harus membayarkan jumlah kurang bayar tersebut pada bank bank tertentu yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Namun jika terjadi lebih bayar, maka perusahaan dapat melakukan kompensasi atau restitusi. Dalam hal ini, PT IBH yang sebagai objek penelitian 74

19 penulis, selalu melakukan kompensasi ke Masa Pajak berikutnya apabila terjadi lebih bayar. Berikut akan ditampilkan tabel yang berisi rincian perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) kurang atau lebih bayar pada Dikarenakan menurut penulis bahwa perusahaan tidak melakukan kompensasi atas pajak lebih bayarnya sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku, maka penulis juga akan menampilkan data tabel perhitungan atas kurang (lebih) bayar yang sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku pada Tabel 4.7 Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Kurang (Lebih) Bayar Januari Desember 2010 Masa Pajak Pajak Kurang Pajak Keluaran Masukan Kompensasi (Lebih) Bayar (Rp) Januari Februari Maret April April P Mei Juni ( ) Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber: SPT Masa PPN 2010 PT IBH. Gambar 4.7 Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Kurang (lebih) Bayar

20 Dari data tabel di atas, menurut penulis PT IBH ini hanya ada 1 (satu) kali terjadinya lebih bayar sehingga mengakibatkan adanya kompensasi yang terjadi pada Juni. PT IBH juga sering terjadi kurang bayar selama 2010 kecuali pada April dan September, namun pada September penulis tidak memasukan di tabel sebagai pembetulan 1 (satu) karena nilai penjualannya sama. Berikut penulis akan menampilkan tabel yang menunjukkan kompensasi pajak lebih bayar yang sesuai dengan peraturan perpajakan. Tabel 4.8 Perhitungan kurang (lebih) bayar seharusnya 2010 Kurang Masa Pajak Pajak Total (Lebih) Bayar Pajak Keluaran Masukan PM Kompensasi (Rp) Juni ( ) Sumber: SPT Masa PPN 2010 PT IBH. Gambar 4.8 Perhitungan Kurang (lebih) Bayar Seharusnya Januari Desember 2010 Sesuai dengan data dari tabel yang dibuat penulis, yang mana pada perhitungan kurang (lebih bayar) terjadi di bulan Juni. Namun pada SPT Masa PPN dilaporkan bahwa pada Masa Pajak tersebut perusahaan adalah dalam keadaan lebih bayar dari masa sebelumnya yang dilaporkan PT IBH pada SPT Masa PPN nya sangat berbeda dan tidak sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. 76

21 Tabel 4.9 Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Kurang (Lebih) Bayar Januari Desember 2011 Masa Pajak Pajak Keluaran Pajak Masukan Kompensasi Kurang (Lebih) Bayar (Rp) Januari Februari Maret ( ) April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber: SPT Masa PPN Periode 2011 PT IBH Gambar 4.9 Perhitungan Pajak Pertambahan Kurang (Lebih) Bayar 2011 Dari data tabel di atas, menurut penulis PT IBH tidak melakukan kompensasi atas masa pajak sebelumnya sesuai dengan peraturan perpajakan. Berikut penulis akan menampilkan tabel yang menunjukkan kompensasi pajak lebih bayar yang sesuai dengan peraturan perpajakan. Masa Pajak Tabel 4.10 Perhitungan kurang (lebih) bayar seharusnya 2011 Pajak Keluaran Pajak Masukan Total PM Kompensasi Kurang (Lebih) Bayar Maret ( ) Sumber: SPT Masa PPN Periode 2011 PT IBH 77

22 Gambar 4.10 Perhitungan Kurang (lebih) Bayar Seharusnya Januari Desember 2011 Sesuai dengan data dari tabel yang dibuat penulis, maka pada bulan Maret perusahaan mengalami lebih bayar, pada SPT Masa PPN dilaporkan bahwa pada Masa Pajak tersebut perusahaan adalah dalam keadaan lebih bayar. Maka tidak adanya perbedaan yang terjadi dan telah sesuai. Tabel 4.11 Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Kurang (Lebih) Bayar Januari Desember 2012 Pajak Pajak Kurang Masa Pajak Keluaran Masukan Kompensasi (Lebih) Bayar (Rp) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber: SPT Masa PPN 2012 PT IBH Gambar 4.11 Perhitungan Pajak Pertambahan Kurang (Lebih) Bayar

23 Dari data tabel di atas, menurut penulis PT IBH ini dari Januari Desember 2012 tidak terdapat lebih bayar ataupun terjadinya kompensasi tetapi terjadinya kurang bayar. Maka dari itu penulis tidak menampilkan tabel yang menunjukkan kompensasi pajak lebih bayar karena telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. 4.8 Analisis Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Sesuai dengan Undang undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang undang Nomor 18 Tahun 2000, penyetoran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang kurang bayar dilakukan paling lama pada 15 (lima belas) setelah berakhirnya Masa Pajak. Sedangkan untuk pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dilakukan paling lama pada 20 (dua puluh) setelah berakhirnya Masa Pajak. Untuk denda atas keterlambatan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) kurang bayar dikenakan sanksi 2% X jumlah pajak terutang X jumlah bulan maksimal 24 bulan. Sedangkan untuk denda atas keterlambatan atas pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN), akan dikenakan sanksi Rp Berikut akan ditampilkan tabel yang berisi rincian tanggal penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang PT IBH pada

24 Tabel 4.12 Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Januari Desember 2010 Masa Pajak Kurang (Lebih) bayar (Rp) Tanggal Setor Tanggal Lapor Januari Februari Februari 2010 Februari Maret Maret 2010 Maret April April 2010 April Mei Mei 2010 April P Juli Juli 2010 Mei Juli Juli 2010 Juni ( ) 15 Agustus Agustus 2010 Juli Agustus Agustus 2010 Agustus Oktober Oktober 2010 September November November 2010 Oktober Desember Desember 2010 November Januari Januari 2010 Desember Januari Januari 2010 Sumber: SPT Masa PPN 2010 PT IBH. Gambar 4.12 Perhitungan Kurang (lebih) Bayar Seharusnya Dari data tabel di atas, dapat kita lihat bahwa pada Mei, Agustus - November 2010, PT IBH terlambat dalam menyampaikan/melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Seharusnya PT IBH melakukan pelaporan dan penyetoran paling lama pada akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) disampaikan. Oleh karena itu, PT IBH dikenakan sanksi atas keterlambatannya ada Rp.500,

25 Masa Pajak Tabel 4.13 Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Kurang (Lebih) bayar Januari Desember 2011 Tanggal Setor Sumber: SPT Masa PPN 2011 PT IBH. Tanggal Lapor Januari Februari Februari 2011 Februari Maret Maret 2011 Maret ( ) 18 April April 2010 April Mei Mei 2011 Mei Juli Juli 2011 Juni Agustus Agustus 2011 Juli September September 2011 Agustus Oktober Oktober 2011 September Oktober Oktober 2011 Oktober Nopember Nopember 2011 November Desember Desember 2011 Desember Januari Januari 2012 Gambar 4.13 Perhitungan Kurang (lebih) Bayar Seharusnya Dari data tabel di atas, dapat kita lihat bahwa pada Mei - Agustus, PT IBH ini tidak sesuai dengan peraturan perundang undangan perpajakan yang berlaku, setelah diterapkannya Undang undang Nomor 42 Tahun 2009, maka penyetoran dilakukan paling lama pada akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) disampaikan. Dan untuk pelaporan dapat dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak. 81

26 Untuk denda atas keterlambatan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) kurang bayar dikenakan sanksi sebesar 2% X jumlah pajak terutang X jumlah bulan maksimal 24 bulan. Sedangkan untuk denda atas keterlambatan atas pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN), akan dikenakan sanksi sebesar Rp Berikut akan ditampilkan tabel yang berisi rincian tanggal penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang PT IBH pada Tabel 4.14 Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Masa Pajak Kurang (Lebih) Bayar Januari Desember 2012 Tanggal Setor Tanggal Lapor Januari Februari Februari 2012 Februari Maret Maret 2012 Maret April April 2012 April Mei Mei 2012 Mei Juni Juni 2012 Juni Juli Juli 2012 Juli Agustus Agustus 2012 Agustus September September 2012 September Oktober Oktober 2014 Oktober Desember Desember 2012 November Desember Desember 2012 Desember Januari Januari 2013 Sumber: SPT Masa PPN 2012 PT IBH Gambar 4.14 Perhitungan Kurang (lebih) Bayar Seharusnya

27 Dari data tabel di atas, dapat kita lihat bahwa pada Oktober 2012, PT IBH terlambat dalam menyampaikan/melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) nya. Seharusnya PT IBH melakukan pelaporan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak, namun PT IBH melakukan pelaporan pada 5 Desember Oleh karena itu, PT IBH dikenakan sanksi atas keterlambatannya ada Rp.500,000. PT IBH juga terlambat dalam melakukan penyetoran pajak kurang bayarnya, yang seharusnya disetorkan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak, namun PT IBH melakukan penyetora tanggal 5 Desember Untuk itu, PT IBH dikenakan sanksi atas keterlambatannya 2% dikalikan dengan jumlah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang terutang. 4.9 Penerimaan Pembayaran Penerimaan pembayaran atas transaksi penjualan yang telah dilakukan oleh perusahaan dilakukan sesuai pada saat jatuh tempo transaksi penjualan oleh PT. IBH. Sebelum pembayaran diterima oleh perusahaan, bagian keuangan akan melakukan pemeriksaan terhadap akun piutang yang mana telah jatuh tempo atau belum. Bagian keuangan juga melakukan pengawasan atas akun pembayaran yang diterima dimuka dari transaksi penjualan yang terjadi apabila atas transakasi penjualan tersebut terjadi pembayaran dimuka sebelumnya Prosedur atas Faktur Pajak Penjualan PT. IBH Faktur Pajak dibuat atas dasar adanya transaksi penjualan yang terjadi yang mengakibatkan adanya penyerahan atas barang kepada pelanggan. Dalam Faktur Pajak sedikitnya harus memuat : 83

28 1. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak 2. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak 3. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga 4. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut 5. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut 6. Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak dan 7. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak Analisis atas Faktur Pajak Penjulan PT. IBH Pembuatan Faktur Pajak menurut ketentuan Undang undang No. 42 Tahun 2009 Pasal 13 ayat (1a), dimana Faktur Pajak dibuat pada tanggal saat penyerahan barang atau barang yang sudah dikirim atau dapat juga pada tanggal saat perusahaan menerima uang berkaitan transaksi penjulan yang terjadi. Diantara kedua aturan ini yang digunakan tergantung saat tanggal salah satunya yang terjadi terlebih dahulu. Apabila tanggal perusahaan mengirimkan barang terlebih dahulu dilakukan dari tanggal penerimaan uang, maka tanggal pembuatan Faktur Pajak adalah pada saat barang dikirimkan dan pada saat penerimaan uang apabila yang terjadi sebaliknya. Pembuatan Faktur Pajak oleh perusahaan biasanya dibuat pada saat barang dikirimkan kepada pelanggan, tetapi terkadang ada pihak pelanggan meminta tanggal pembuatan Faktur Pajak dibuat pada saat barang diterima atau sampai pada pihak pelanggan. Hal ini dapat mengakibatkan adanya Pajak Keluaran yang tidak dapat diakui pada suatu masa, namun transaksi terjadi pada masa tersebut, dimana ini 84

29 dapat juga menimbulkan kerugian pada pihak Negara. Untuk menghindari terjadinya hal ini maka perusahaan seharusnya melakukan pembuatan tanggal Faktur Pajak dapat disepakati dan dipertimbangkan dengan pihak pelanggan sampai batas waktu yang sesuai peraturan yang mengatur tanggal pembuatan Faktur Pajak agar tidak bertentangan dengan ketentuan dan dapat menghindari kerugian Negara serta bagi perusahaan pelanggan dapat digunakan sebagai kredit pajak atas Pajak Masukan pada masa pada saat terjadi transaksi penjualan tersebut. Untuk menguji kepatuhan penerapan pemenuhan Kewajiban Perpajakan (PPN) dalam perusahaan dapat dihitung Pajak Pertambahan Nilai berdasarkan Faktur Pajak yang diterbikan dan di kreditkan. Berikut adalah contoh beberapa table Faktur Pajak Keluaran yang di rekap selama Januari Maret Tabel 4.15 Rekap Penyerahan Pajak Keluaran Januari 2010 No Lawan Transaksi No Faktur Tanggal DPP (Rp) PPN (Rp) 1 PT. Kota Minyak Automation Jan PT. Doulton Jan BUT. Star Energy (Kakap) LTD Jan PT. Indosama Jan PT. Samator Jan PT. Samator Gas Industri Jan BUT. Star Energy (Kakap) LTD Jan PT. Media Karya Sentosa Jan PT. Media Karya Sentosa Jan PT. Transportasi Gas Indonesia Jan PT. Transportasi Gas Indonesia Jan PT. Medco LPG Kaji Jan PT. Medco LPG Kaji Jan PT. Perusahaan Gas Negara Jan

30 No Lawan Transaksi No Faktur Tanggal DPP (Rp) PPN (Rp) PT. Medika Karya 15 Sentosa Jan Sumber: SPT Masa PPN 2010 PT IBH. Dari data tabel di atas, dapat kita lihat rekapan faktur pajak selama Januari 2010 hasilnya telah sesuai dengan perhitungan di Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai berdasarkan total Dasar Pengenaan Pajak (DPP) serta Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Maka telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Tabel 4.16 Rekap Penyerahan Pajak Keluaran Februari 2010 No Lawan Transaksi No Faktur Tanggal DPP (Rp) PPN (Rp) 1 PT. Holcim Indonesia TBK Feb PT. Samator Gas Industri Feb PT. SGS Indonesia Feb PT. Atmaco Mitsui PTA Indonesia Feb PT. Doulton Feb PT. Fajar Buana Pratama Feb PT. Mitsubishi Chemical Indonesia Feb PT. Mattel Indonesia Feb PT. Berca Indonesia Feb CV. Delta Environmental Feb PT. Aneka Gas Industri Feb PT. Wahana InsaNugraha Feb Sumber: SPT Masa PPN 2010 PT IBH. 86

31 Gambar 4.16 Faktur Pajak Keluaran Berdasarkan DPP + PPN Terhadap Lawan Transaksi Februari Dengan telah dibuatnya tabel di atas beserta grafik, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa hasil perhitungan dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dan Pajak Pertambahan Nilainya (PPN) telah sesuai dengan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Tabel 4.17 Rekap Penyerahan Pajak Keluaran Maret 2010 No Lawan Transaksi No Faktur Tanggal DPP (Rp) PPN (Rp) 1 PT. Gajah Tunggal TBK Mar PT. Mitsubishi Chemical Indonesia Mar PT. Mitsubishi Chemical Indonesia Mar PT. Transportasi Gas Indonesia Mar PT. Control 5 6 Systems PT. Bukit Apit Bumi Persada 7 PT. Yuan Sejati Mar Mar Mar PT. Tira Austenite TBK Mar PT. Doulton Mar

32 No Lawan Transaksi No Faktur Tanggal DPP (Rp) PPN (Rp) 10 BUT Conocophillips Indonesia Inc. LTD Mar PT. Control Systems PT. Pembangkitan Jawa Bali 13 PT. Chandra Asri PT. Fajar Buana 14 Pratama PT. Tira Austenite 15 TBK PT. Tira Austenite 16 TBK Mar Mar Mar Mar Mar Mar Sumber: SPT Masa PPN 2010 PT IBH Gambar 4.17 Faktur Pajak Keluaran Berdasarkan DPP + PPN Terhadap Lawan Transaksi Maret Berdasarkan data tabel dan grafik yang telah penulis buat, maka ada satu lawan transaksi yang mana tidak dicatat no fakturnya, tanggal, Dasar Pengenaan Pajak (DPP) serta Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sehingga membuat kekeliruan saja. Dan hasil total perhitungan tabel 4.17 di atas tidak sama dengan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai. Sehingga menimbulkan selisih yang mana pada Dasar Pengenaan Pajak (DPP) yang telah di analisa penulis ada Rp sedangkan di Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan nilai 88

33 ada Rp Dan pada Total Pajak Pertambahan Nilai di tabel 4.17 ada Rp sedangkan di Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ada Rp Maka dapat disimpulkan, bahwa Januari Februari 2010 semua perhitungannya telah sesuai dan tidak ada perbedaan, sedangkan pada Maret 2010 disini terjadinya salah hitung yang mana dilakukan oleh perusahaan sama penulis terdapat selisih atas Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Tabel 4.18 Rekap Penyerahan Pajak Keluaran Januari 2011 No Lawan Transaksi No Faktur Tanggal DPP (Rp) PPN (Rp) 1 PT. Doulton Jan CV. Aqua Terra Supplindo Mar PT. Holcim Indonesia Jan PT. Aneka Gas Industri Jan PT. Putra Artha Mandiri Jan PT. Pratiwi Putri Sulung Jan PT. Yuan Sejati Jan PT.Tira Austenite TBK PT. Yogokawa Indonesia PT. Dialog Sistemindo PT. Control Systems 12 PT. Doulton 13 PT. Samator PT. Transportasi 14 Gas Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Sumber: SPT Masa PPN 2011 PT IBH 89

34 Gambar 4.18 Faktur Pajak Keluaran Berdasarkan DPP Terhadap Lawan Transaksi Januari Sesuai dengan tabel 4.18 yang mana perusahaan mencatat atau menuliskan tanggal di lembar Formulir 1111 A2 itu tidak secara berurutan contohnya di dalam tabel 4.18 yang telah dibuat oleh penulis. Kesalahan ada di No. 4 5, terbalik dalam pencatatannya. Semua dikarenakan menurut ketentuan Undang undang No. 42 Tahun 2009 Pasal 13 ayat (1a), dimana Faktur Pajak dibuat pada tanggal saat penyerahan barang atau barang yang sudah dikirim atau dapat juga pada tanggal saat perusahaan menerima uang berkaitan transaksi penjulan yang terjadi. Diantara kedua aturan ini yang digunakan tergantung saat tanggal salah satunya yang terjadi terlebih dahulu. Apabila tanggal perusahaan mengirimkan barang terlebih dahulu dilakukan dari tanggal penerimaan uang, maka tanggal pembuatan Faktur Pajak adalah pada saat barang dikirimkan dan pada saat penerimaan uang apabila yang terjadi sebaliknya. Pembuatan Faktur Pajak oleh perusahaan biasanya dibuat pada saat barang dikirimkan kepada pelanggan, tetapi terkadang ada pihak pelanggan meminta tanggal pembuatan Faktur Pajak dibuat pada saat barang diterima atau sampai pada pihak pelanggan. Hal ini dapat mengakibatkan adanya Pajak Keluaran yang tidak dapat diakui pada suatu masa, namun transaksi terjadi pada masa tersebut, dimana ini 90

35 dapat juga menimbulkan kerugian pada pihak Negara. Untuk menghindari terjadinya hal ini maka perusahaan seharusnya melakukan pembuatan tanggal Faktur Pajak dapat disepakati dan dipertimbangkan dengan pihak pelanggan sampai batas waktu yang sesuai peraturan yang mengatur tanggal pembuatan Faktur Pajak agar tidak bertentangan dengan ketentuan dan dapat menghindari kerugian Negara serta bagi perusahaan pelanggan dapat digunakan sebagai kredit pajak atas Pajak Masukan pada masa pada saat terjadi transaksi penjualan tersebut. Serta dalam hasil perhitungan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang di analisa penulis tidak sama dengan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Tabel 4.19 Rekap Penyerahan Pajak Keluaran Februari 2011 No Lawan Transaksi No Faktur Tanggal DPP (Rp) PPN (Rp) 1 PT. Bureau Veritas Consumer Feb Products Services Indonesia 3 PT. Bukit Api Bumi Persada Feb PT. Yokogawa Indonesia Feb PT. Wahana Insan Nugraha Feb Koperasi Wira Karyawan Feb PT. Transportasi Gas Feb PT. Transportasi Gas Feb PT. Transportasi Gas Feb Sumber: SPT Masa PPN 2011 PT IBH 91

36 Gambar 4.19 Faktur Pajak Keluaran Berdasarkan DPP Terhadap Lawan Transaksi Februari Berdasarkan analisa penulis, tabel 4.19 terdapat perbedaan antara DPP yang penulis analisa ada Rp sedangkan di Surat Pemberitahuan (SPT) Masa ada Rp maka dari itu terdapat selisih Rp PPN yang di analisa penulis perhitungannya sudah sama dengan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Tabel 4.20 Rekap Penyerahan Pajak Keluaran Maret 2011 No Lawan Transaksi No Faktur Tanggal DPP (RP) PPN (Rp) 1 PT. Control Systems Mar PT. Bukit Api Bumi Persada Mar PT. Perusahaan Gas Negara Mar PT. Polytama Propindo Mar PT. Medco LPG Kaji Mar PT. Exlog Sarana Indonesia Mar PT. Banua Citra Instrumindo Mar PT. Perusahaan Gas Negara Persero Tbk Mar PT. Perusahaan Gas Negara Persero Tbk Mar Sumber: SPT Masa PPN 2011 PT IBH 92

37 Gambar 4.20 Faktur Pajak Keluaran Berdasarkan DPP Terhadap Lawan Transaksi Maret Sesuai dengan hal di atas, bahwa dapat disimpulkan kembali terdapat No. Faktur Pajaknya tidak berurutan. Serta dalam proses perhitungan yang di analisa penulis sudah sama atau sesuai dengan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada PT IBH. Tabel 4.21 Rekap Penyerahan Pajak Keluaran Januari 2012 No Lawan Transaksi No. Faktur Tanggal DPP (Rp) PPN (Rp) 1 PT. Control Systems Jan PT. Control Systems Jan PT. Control Systems Jan PT. Putra Artha Mandiri Jan PT. Samator Jan PT. BUT Hess (Indonesia-Pangkah) Limited Jan PT. Petnesia Resindo PT. Cipta Sentesa 8 Mustika 9 PT. Pertamina EP PT. Multi Teknindo 10 Indonesia PT. Multi Teknindo 11 Indonesia PT. Bukit Api 12 Bumi Persada PT. Pratama Graha 13 Semesta Koperasi Wira 14 Karyawan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO ABSTRAK Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor perusahaan ke sektor publik. Salah satu pajak yang sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) Pajak Masukan adalah pajak yang harus dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam bidang nutrisi anak yang telah dikukuhkan pada tanggal

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN). BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan PT IO merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang wajib menjalankan kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Berdasarkan analisa dan penelitian

Lebih terperinci

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai merupakan salah satu perusahaan di Jakarta yang bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT PT. TRT adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang produsen bahan kimia yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang yakni barang IT yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis BAB IV PEMBAHASAN Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan perpajakan, serta kebenaran jumlah dalam SPT

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Biotek Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi (obatobatan hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Perusahaan ini telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak dibidang manufaktur yang kegiatan utamanya adalah memproduksi Polyester

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak dibidang manufaktur yang kegiatan utamanya adalah memproduksi Polyester BAB IV PEMBAHASAN PT. TEIJIN INDONESIA FIBER, Tbk merupakan sebuah perusahaan PMA bergerak dibidang manufaktur yang kegiatan utamanya adalah memproduksi Polyester Chips, Filament Yarn dan Staple Fibre.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan PPN Keluaran Dalam hal menghitung Pajak Pertambahan Nilai atau PPN khusunya Pajak Keluaran yang diterbitkan dan dipungut oleh perusahaan merupakan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT MPK. IV. 1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Tata Laksana Pajak Pertambahan Nilai

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT MPK. IV. 1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Tata Laksana Pajak Pertambahan Nilai BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT MPK IV. 1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Tata Laksana Pajak Pertambahan Nilai PT. MPK merupakan sebuah perusahaan lokal yang bergerak dalam bidang pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan perbandingan Pajak Pertambahan Nilai sebelum dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan penelusuran atas laporan laba rugi, neraca,

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal. BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1. Sejarah singkat perusahaan PT Cahaya Terang Abadi didirikan pada tanggal 30 November 2009 sampai dengan sekarang perusahaan ini bergerak dibidang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol. BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT.DDT merupakan perusahaan yang bergerak dibidang alat berat yang menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan

Lebih terperinci

Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur

Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur Bab 4 PEMBAHASAN merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur yang kegiatan utamanya sebagai distributor langsung untuk atap baja ringan. PT. XYZ menjual asesoris untuk pembuatan atap, dinding

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri. BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Limanindo Kawan Sejati adalah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri.

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan CV. Mitra Sinergi merupakan salah satu bentuk perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan pipa dan bahan bangunan

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN FAKTUR PAJAK, PENYETORAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT.FLS TAHUN

ANALISIS PENERAPAN FAKTUR PAJAK, PENYETORAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT.FLS TAHUN ANALISIS PENERAPAN FAKTUR PAJAK, PENYETORAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA TAHUN 2010-2012 Christa Suwandi, Gen Norman T Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: Pajak

Lebih terperinci

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama 00BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Perbandingan Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai Antara Perusahaan Milik Negara (Pemungut) dan Perusahaan Swasta. Pada dasarnya perlakuan untuk Pajak Pertambahan Nilai

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan

BAB IV PEMBAHASAN. kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan BAB IV PEMBAHASAN Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2000 yang merupakan perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) No: PEM- 00025/WPJ.19/KP.0303/2013

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt & fan belt) untuk

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt & fan belt) untuk BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1 Sejarah Perusahaan PT Adiliman Makmur merupakan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt &

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran PT. Citra Inti Garda Sentosa (CIGS) dalam melakukan transaksi penjualan ataupun pembelian yang dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Adriani seperti dikutip Brotodihardjo (1998) mendefinisikan, Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat di paksakan) yang langsung dapat

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU

BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU IV.1 Evaluasi atas Penyerahan Barang Kena Pajak Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan mengelompokkan penjualan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Instansi Pemerintah yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, LEMIGAS

Lebih terperinci

PAPER. Dibuat Oleh: Annisa Pradita FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR

PAPER. Dibuat Oleh: Annisa Pradita FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PENERBITAN DAN PEROLEHAN FAKTUR PAJAK SERTA PENGAKUAN ATAS PENYERAHAN DAN PEROLEHAN BARANG KENA PAJAK PADA PT UNITEX TBK TAHUN 2014 PAPER Dibuat Oleh: Annisa Pradita 0221

Lebih terperinci

EVALUASI PEMENUHAN KEWAJIBAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA PT. IBH

EVALUASI PEMENUHAN KEWAJIBAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA PT. IBH EVALUASI PEMENUHAN KEWAJIBAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA PT. IBH Trehara Natayurisa Universitas Bina Nusantara Jalan. Kapuas 1 Blok H/5 Komp. BI Padang Harapan Bengkulu 38225 081298499762 taranatayurisa@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kebijakan Akuntansi Perusahaan. Dalam pelaksanaan kebijakan akuntansi yang mana diterapkan oleh perusahaan untuk mengetahui penentuan posisi keuangan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan CV. Xpress Clean Bersaudara adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa pada umumnya. Jasa yang diberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Definisi Pajak Ada bermacam-macam definisi Pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT Healthy World adalah perusahaan distributor berupa alat-alat kesehatan untuk keperluan tumah tangga berupa kursi pijat, pijat

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN Perhatian Sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (7) UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 16 Tahun 2000, apabila SPTMasa yang Saudara sampaikan tidak ditandatangani

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk. Divre II, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Faktur Pajak merupakan bukti pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) karena penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan kontribusi yang diberikan oleh Wajib Pajak (WP) kepada negara yang berdasarkan undang-undang bersifat wajib dan memaksa tanpa ada kontraprestasi (imbalan)

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2014/PP/M.IIIA TAHUN 2018

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2014/PP/M.IIIA TAHUN 2018 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-103678.16/2014/PP/M.IIIA TAHUN 2018 Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2014 Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah 1. Koreksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar - dasar Perpajakan Indonesia II.1.1 Definisi dan Unsur Pajak Dibawah ini terdapat beberapa definisi-definisi dan unsur pajak yang terangkum tentang pajak yang dikemukakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK Para Pemungut PPN yang terhormat, Setiap bulan setelah Masa Pajak berakhir, Pemungut PPN harus melaksanakan kewajiban untuk melaporkan kegiatan pemungutan PPN yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu wujud nyata secara partisipasi dalam rangka ikut membiayai pembangunan nasional. Adapun definisi pajak menurut

Lebih terperinci

BAB I PENAHULUAN. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB I PENAHULUAN. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang BAB I PENAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tidak mendapatkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK

ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK Yulia Chandra ABSTRAK Restitusi atau pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai merupakan Hak semua Wajib

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI IV.1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai CV.Graha Alfa Sakti adalah sebuah perusahaan penjualan

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011 Jurnal Ilmiah Buletin Ekonomi ISSN: 1410-3842 Volume 17 No.2 September 2013 EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011 Meta Evelin Samosir Rachmat Kurniawan Ganda Hutapea

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik material maupun spiritual. Untuk dapat merealisasi tujuan tersebut perlu

BAB I PENDAHULUAN. baik material maupun spiritual. Untuk dapat merealisasi tujuan tersebut perlu BAB I PENDAHULUAN F. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 143 TAHUN 2000 (143/2000) TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Nama Pemungut : Alamat : No. Telp : Usaha : SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional saat ini adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER /PJ.

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER /PJ. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 159 /PJ./2006 TENTANG SAAT PEMBUATAN, BENTUK, UKURAN, PENGADAAN, TATA CARA PENYAMPAIAN, DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-382/PJ/2002 Tanggal : 13 Agustus 2002 A. Singkatan 1. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2. APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Perlakuan Pajak Penghasilan dalam Transaksi Jasa Lelang oleh Balai Lelang Swasta Sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya bahwa transaksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang terbesar di dunia. Hal ini tentunya membuat Indonesia melakukan beragam cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis atas pelaksanaan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai Pada PT SCE, maka dapat disimpulkan PT SCE telah memenuhi kewajiban Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG 26 Maret 2010 PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 14/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP) SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

SANDINGAN UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TAHUN 2000 DAN TAHUN 2009

SANDINGAN UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TAHUN 2000 DAN TAHUN 2009 Disusun oleh : SANDINGAN UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TAHUN 2000 DAN TAHUN 2009 Oktober 2009 begawan5060@gmail.com begawan5060 1 Pasal 1 Pengertian 1 Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang

Lebih terperinci

PROSEDUR PERHITUNGAN, PENYETORAN, PELAPORAN DAN PENCATATAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

PROSEDUR PERHITUNGAN, PENYETORAN, PELAPORAN DAN PENCATATAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI ISSN: 1410-9875 Vol. 17, No. 1a, November 2015 http: //www.tsm.ac.id/jba PROSEDUR PERHITUNGAN, PENYETORAN, PELAPORAN DAN PENCATATAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI RIAN SUMARTA STIE

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.13, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pajak. Kelebihan Pembayaran. Pengembalian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG TATA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan Nomor 28 tahun 2007 pasal 1 ayat 1: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi saat ini di negara

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi saat ini di negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi saat ini di negara Indonesia dan semakin bertambahnya jumlah penduduk bangsa Indonesia maka, harus diiringi dengan peningkatan

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PEMOTONGAN DAN PENYETORAN SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 26 TAHUN (STUDI KASUS: PERUM PERURI)

ANALISIS PENERAPAN PEMOTONGAN DAN PENYETORAN SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 26 TAHUN (STUDI KASUS: PERUM PERURI) ANALISIS PENERAPAN PEMOTONGAN DAN PENYETORAN SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 26 TAHUN 2010-2012 (STUDI KASUS: PERUM PERURI) Anggraini Larasati, Hanggoro Pamungkas Universitas Bina

Lebih terperinci

PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM

PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak PPN DAN PPnBM PAJAK ATAS NILAI TAMBAH PPN yang ditetapkan dengan UU no.18 tahun 2000 merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (Value Added) yang

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-60826/PP/M.IIIB/99/2015. Tahun Pajak : 2011

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-60826/PP/M.IIIB/99/2015. Tahun Pajak : 2011 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-60826/PP/M.IIIB/99/2015 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap penerbitan Keputusan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DENGAN

Lebih terperinci

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011 Nomor Putusan Pengadilan Pajak Put-4/PP/M.XIIA/99/2014 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap permohonan Pengurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam. kesadaran dan kepedulian untuk membayar pajak, salah satunya adalah Pajak

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam. kesadaran dan kepedulian untuk membayar pajak, salah satunya adalah Pajak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pajak dan Fungsi Pajak 2.1.1 Definisi Pajak Menurut Adriani dalam kutipan Soemarso (2007:2), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG BENTUK, UKURAN, TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN, PROSEDUR PEMBERITAHUAN DALAM RANGKA PEMBUATAN, TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai. yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai. yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pajak Pertambahan Nilai 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai Menurut Andriani dalam Brotodiharjo,(2009:2) menyatakan: Pajak adalah iuran kepada negara (yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA Didalam bab ini akan dilakukan analisis atau pembahasan hasil pemeriksaan, keberatan sampai dengan keluarnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas bagaimana ketaatan penerapan Undang-Undang No. 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Peraturan Perpajakan yang berlaku

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-146/PJ./2006 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM. SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan : Pasal 1 1. Wajib Pajak adalah

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 45/PMK.03/2009 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 45/PMK.03/2009 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 45/PMK.03/2009 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN, PENGADMINISTRASIAN, PEMBAYARAN, SERTA PELUNASAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN/ATAU

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI. namun untuk kepentingan administrasi perpajakan saat terutangnya pajak tersebut

BAB III GAMBARAN DATA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI. namun untuk kepentingan administrasi perpajakan saat terutangnya pajak tersebut BAB III GAMBARAN DATA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI A. Saat Terutang Pajak Setiap wajib pajak diwajibkan untuk membayar hutang pajaknya dengan tidak menggantungkan dengan adanya surat ketetapan pajak.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 Menimbang : a. TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA PT. SINAR BHODI CIPTA TANJUNGPINANG

PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA PT. SINAR BHODI CIPTA TANJUNGPINANG PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA PT. SINAR BHODI CIPTA TANJUNGPINANG Feriyanti_Mahasiswa (poetri21_oce@yahoo.co.id Mahasiswa) Jurusan Akuntansi UMRAH Tanjungpinang Abstrak : PT. Sinar

Lebih terperinci

Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai

Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai Berbagi informasi terkini bersama teman-teman Anda Jakarta Istilah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bukan suatu hal yang asing bagi masyarakat Indonesia. Namun

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG BENTUK, UKURAN, TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN, PROSEDUR PEMBERITAHUAN DALAM RANGKA PEMBUATAN, TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN,

Lebih terperinci

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM UU No.18 Tahun 2000 => 42 Th 2009 Tentang Pengenaan PPN dan PPnBM atas BKP dan JKP yang dikonsumsi di dalam negeri Definisi Pajak

Lebih terperinci

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPn BM)

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPn BM) PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPn BM) UU PPnBM UU No. 8/1983 UU No. 11/1994 UU No. 18/2000 Meningkatkan kepastian hukum & keadilan Menciptakan sistem perpajakan yang sederhana tanpa mengabaikan pengawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah saatnya diletakkan suatu landasan yang dapat menjamin tersedianya dana

BAB I PENDAHULUAN. sudah saatnya diletakkan suatu landasan yang dapat menjamin tersedianya dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk melaksanakan pembangunan nasional dalam membiayai keperluannya, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional tersebut

Lebih terperinci