BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hal ini didukung oleh penelitian dari Hammond (2000) yang menemukan bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa studi yang mengkorelasikan antara tingginya job. Perusahaan tidak lagi hanya mencari calon karyawan yang memiliki

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel

BAB II TELAAH PUSTAKA. mengenai penelitian ini, berdasarkan variabel-variabel yang menjadi obyek

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan UU No.8 Tahun1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Pegawai

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya, kualitas sumber daya manusia memegang peran yang cukup penting,

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya adalah cabang Solo Raya dan Madiun Raya. Pada bulan April 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang mendefinisikan work engagement adalah tingkat keterikatan fisik,

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi. Penelitian mengenai engagement dalam pekerjaan yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Permasalahan. memiliki batasan reaktif yang dapat diidentifikasi serta bekerja bersama-sama untuk

Bab I. Pendahuluan. pengelolaan yang baik pula organisasi akan mendapatkan karyawan-karyawan

1 PENDAHULUAN Latar belakang

Pada era globalisasi saat ini, teknologi kesehatan berkembang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) adalah pelaksanaan job analysis, perencanaan SDM,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Iklim organisasi (atau disebut juga suasana organisasi) adalah. serangkaian lingkungan kerja di sekitar tempat kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakpastian yang tinggi telah menuntut organisasi-organisasi modern untuk

Hubungan antara Perceived Organizational Support dengan Work Engagement Pada Guru SMA Swasta di Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pendidikan saat ini menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan

HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT. STUDIO CILAKI EMPAT LIMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Era globalisasi mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, perkembangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sampai saat ini belum ada definisi yang konsisten dan universal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

yang memiliki peran penting dalam perusahaan karena mereka akan berhubungan dengan para pelanggan. Dalam masyarakat, karyawan pemasaran sering kali

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran

tujuan organisasi sebagai satu kesatuan yang akan dicapainya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

sumber daya manusianya. Hal ini disebabkan karena dunia kerja memiliki tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga banyak yang menyebut keterikatan kerja merupakan old wine in

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk

2015 HUBUNGAN FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISORY BEHAVIORS DAN TRUST IN SUPERVISOR DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kominfo Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada tanggal 28 Nopember

HUBUNGAN ANTARA JOB CRAFTING DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN GENERASI Y DI KANTOR PUSAT PT. BANK BUKOPIN, TBK JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan daya saing di era perdagangan bebas menjadi salah satu kunci ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia selalu melakukan berbagai macam aktivitas dalam

sikap individu maupun kelompok yang mendukung seluruh aspek kerja termasuk

Salah satu tantangan terbesar perusahaan dalam persaingan di pasar global. engaged menjadi sangat berharga dalam mendukung kinerja perusahaan karena

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan RI mengatakan bahwa untuk mencapai Indonesia Sehat pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, dengan keadaan yang selalu berkembang maka setiap perusahaan baik

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa mengalami perubahan membuat perusahaan-perusahaan. berusaha untuk mempertahankan eksistensinya, tak terkecuali dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya yang dimiliki perusahaan seperti modal, metode, dan mesin. visi dan misi yang telah ditargetkan (Dessler, 2010).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang telah ditetapkannya sendiri. Chaplin (2006) Life Satisfaction adalah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kahn (dalam May dkk, 2004) work engagement dalam. pekerjaan dikonsepsikan sebagai anggota organisasi yang melaksanakan

BAB II LANDASAN TEORI. Kahn (1990) mendefinisikan engagement sebagai hasrat karyawan

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting karena manusia merupakan penggerak utama dalam

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. adalah DKI Jakarta sehingga selain sebagai pusat pemerintahan, Jakarta juga merupakan pusat

BAB II LANDASAN TEORI. Marks and MacDermid (1996) menjelaskan work-life balance sebagai

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK.

PERAN OTONOMI TUGAS, UMPAN BALIK, DAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA TERHADAP WORK ENGAGEMENT. Intisari. Winda Nevia Rosa Bagus Riyono

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterikatan Karyawan (employee engagement) 1. Definisi Keterikatan Karyawan (employee engagement)

HUBUNGAN ANTARA SELF DETERMINATION DENGAN KETERIKATAN KERJA (WORK ENGAGEMENT) PADA KARYAWAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA CABANG SIDOARJO

BAB II LANDASAN TEORI. memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pada sumber daya manusia (human resources) guna menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. kerja selalu dipenuhi oleh para pelamar setiap harinya. Pekerjaan adalah suatu aspek

BAB I PENDAHULUAN. beban operasional perusahaan sehingga mengakibatkan jumlah jabatan struktural

BAB II LANDASAN TEORI. Employee engagement merupakan rasa keterikatan secara emosional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Harman et al. (2009) mengemukakan teori tradisional turnover ini menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

Hubungan employee engagement dan burnout pada karyawan divisi IT

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang kedokteran membuat rumah sakit dari pemerintah

KEPRIBADIAN PROAKTIF DAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia saat ini sudah mengarah pada human capital, dimana sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala bidang, diantaranya politik, sosial, ekonomi, teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pencapaian tujuan tersebut, perusahaan membutuhkan tenaga-tenaga

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dalam citra diri individu (Lodhal dan Kejner, 1965 dalam Khan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang tercantum dalam UU NO.36/2009 pengertian kesehatan adalah keadaan sehat,

SELF REGULATION, KEPUASAN TERHADAP INFORMASI PEKERJAAN DAN WORK ENGAGEMENT: Studi Kasus pada Dosen FISIP UT

PERAN PERSEPSI DUKUNGAN ORGANISASI TERHADAP WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Work Engagement. Work engagement atau worker engagement merupakan sebuah konsep

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dan perlu dikembangkan untuk mendukung kelangsungan dan keberhasilan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara keempat dengan jumlah penduduk terbanyak sedunia ( Penduduk Indonesia Masuk Peringkat 4 Dunia, 2011). Indonesia memiliki potensi sumber daya manusia yang baik secara kuantitas dan dapat mendukung perkembangan Indonesia. Namun kualitas yang baik juga perlu diperhatikan. Cara untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui pendidikan dan salah satu faktor penting dalam proses pendidikan adalah guru. Hal ini didukung oleh penelitian dari Hammond (2000) yang menemukan bahwa pengaruh guru merupakan faktor yang paling tinggi terhadap prestasi siswa. Menurut Hadi (2002) menyebutkan bahwa guru di Indonesia memiliki job demans atau tuntutan pekerjaan yang selalu bertambah dari tahun ke tahun. Tuntutan kerja mendasar dari guru di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Guru harus memenuhi berbagai persyaratan sertifikasi yang mulai diselenggarakan pada tahun 2007 dan terus mengalami perubahan metode. Selain itu, guru juga harus menyesuaikan diri dengan kurikulum nasional yang terus berubah. Melihat peranan dan fungsi guru yang signifikan di dalam dunia pendidikan, guru perlu memberikan hasil kinerja yang maksimal. Untuk memberikan kinerja yang baik, guru juga memerlukan perasaan puas, antusias, dan keterlibatan penuh ketika melaksanakan pekerjaannya. Perasaan antusias dan keterlibatan seseorang di dalam pekerjaannya disebut work engagement. 1

2 Bertambahnya tuntutan kerja pada profesi guru ini dapat memiliki efek negatif bagi para guru seperti burnout (Prieto, Soria, Martinez dan Schaufeli, 2008) dan memburuknya kesehatan guru (Hakanen, Bakker dan Schaufeli, 2006). Pentingnya peran sumberdaya kerja terhadap work engagement tergantung dari individu sebagai objek yang menerima sumberdaya dari lingkungan (sumberdaya kerja). Individu yang memiliki kesiapan dan sumberdaya pribadi akan merespon faktor-faktor lingkungan secara positif sehingga membentuk perilaku work engagement. Bakker (2009) menyebutkan faktor penting selain sumberdaya kerja yaitu personal resources (sumberdaya personal) untuk menekan beban pekerjaan, kelelahan emosional dan burnout. Beberapa studi telah fokus pada personal resources sebagai prediktor work engagement. Personal resources merupakan evaluasi diri positif yang berhubungan dengan resiliensi dan mengacu pada rasa kemampuan individu untuk mengontrol serta berdampak sukses dalam lingkungannya (Hobfoll, 2002 ; Herbert, 2011). Personal resources menunjukkan bahwa beberapa evaluasi diri positif memprediksi motivasi, kinerja, kepuasan kerja, kepuasan hidup, dan hasil menarik lainnya. Alasannya adalah bahwa semakin besar sumber daya pribadi individu, semakin positif pula diri individu dan tujuan keharmonisan diri diharapkan muncul (Judge, 2005 ; Herbert, 2011). Individu dengan tujuan keharmonisan diri secara intrinsik termotivasi untuk mengikuti tujuannya dan hasilnya memicu kinerja yang lebih tinggi dan kepuasan. Gordon (2006) menyatakan bahwa work engagement guru merupakan keterlibatan dan antusiasme untuk mengajar dan mencerminkan seberapa baik guru dikenal dan seberapa sering mereka mampu menampilkan kinerja terbaik.

3 Robert dan Davenport (2002) menjelaskan bahwa seseorang yang merasa antusias dan terlibat di dalam pekerjaan akan termotivasi secara langsung oleh pekerjaannya, cenderung bekerja lebih giat, dan menghasilkan kinerja memuaskan. Leiter dan Bakker (2010) menyatakan bahwa work engagement merupakan suatu cara yang dilakukan organisasi untuk menstimulasi pegawai agar bekerja dengan kapasitas penuh. Pentingnya keterikatan kerja tidak hanya pada perusahaan swasta, namun perusahaan Negara (BUMN) juga instansi pemerintahan, bahkan organisasi. Work engagement yang tinggi membuat seseorang sangat termotivasi dalam bekerja serta memiliki komitmen, antusias, dan bersemangat. Apa yang menyebabkan karyawan tidak bertahan di perusahaan? Branham pada bukunya mengatakan bahwa lebih dari 85% manager meyakini bahwa karyawan meninggalkan perusahaan karena mereka tertarik dengan gaji yang lebih besar atau kesempatan yang lebih baik. Namun, lebih dari 80% karyawan mengatakan bahwa faktor yang membuat mereka keluar dari perusahaan karena didorong oleh hal yang berkaitan dengan buruknya praktik manajemen atau racun budaya (budaya perusahaan yang lemah) termasuk di dalamnya adalah peran pemimpin dalam menanamkan nilai-nilai, norma, etika ke dalam perilaku kerja karyawan. Schaufeli, dkk (2002) mendefinisikan work engagement sebagai keadaan motivasional positif, pemenuhan, pandangan terhadap kondisi kerja. Berdasarkan definisi ini, Schaufeli dan Bakker (2004) mengkonseptualisasikan aspek-aspek dari work engagement. Ada 3 aspek yang menurut Schaufeli & Bakker (2004)

4 penting dalam work engagement, yang pertama adalah kekuatan (vigor) meliputi tingginya energi dan semangat yang dirasakan disertai kegembiraan, kerelaan untuk memberikan usaha maksimal terhadap setiap kinerjanya, dan ketahanan mental ketika menemui kesulitan dalam bekerja. Kedua adalah pengabdian (dedication) merupakan suatu kondisi ketika karyawan mempunyai keterlibatan yang kuat dengan pekerjaannya dan munculnya perasaan tertantang, antusias, dan merasa bahwa pekerjaan yang dilakukannya tersebut dapat memberikan inspirasi yang signifikan bagi dirinya baik secara sosial maupun personal. Ketiga adalah penghayatan (absorption) meliputi konsentrasi dan kesenangan hati yang amat sangat sehingga mengalami kesulitan untuk lepas dari pekerjaannya dan merasakan bahwa waktu berlalu sangat cepat selama bekerja. Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal 2 November 2016 kepada 5 guru SMK HKTI 1 Purwareja Klampok, Banjarnegara dan 5 guru SMAN 1 Purwareja Klampok, Banjarnegara. Menurut 10 narasumber yang peneliti wawancara diantaranya 4 narasumber sering ada guru yang terlambat dan membolos dan juga guru yang tidak datang setiap hari walaupun di sisi lain beberapa guru merasa bahagia dengan kondisi saat ini, dalam hal ini kurangnya aspek kekuatan (vigor) dalam keterikatan kerja. Ada juga guru yang keluar sekolah di jam kerja hanya untuk pergi ke pasar atau melakukan hal-hal yang tidak penting di luar perilaku seperti ini membuat siswa memiliki waktu yang semakin sedikit dalam mempelajari pelajaran di sekolah dalam hal ini kurangnya aspek pengabdian (dedication) dalam keterikatan kerja. Ada juga guru yang tidak disiplin dengan peraturan yang telah di buat dan juga semua guru merasa banyak mengeluarkan energi fisik

5 dalam mengajar ini menyebabkan kurangnya konsentrasi untuk mengajar pada mata pelajaran selanjutnya sehingga proses belajar mengajar terasa lama dalam hal ini kurangnya aspek penghayatan (absorption) dalam work engagement. Masalah-masalah tersebut akan menyebabkan rendahnya work engagement. Rendahnya work engagement dapat merugikan sekolah karena dapat menurunkan mutu pendidikan di sekolah tersebut. Berbagai penelitian telah meneliti faktor-faktor yang menjadi pendorong work engagement. Menurut Saks (2006) yang didasari oleh penelitian Khan yang dirangkum beberapa faktor pendorong dari berbagai penelitian, diantaranya adalah persepsi dukungan organiasi. Variabel yang penting dalam dukungan organisasi adalah persepsi terhadap dukungan organisasi dan persepsi terhadap dukungan supervisor (Eisenberger, dkk, 1986). Persepsi dukungan organisasi mengacu pada keyakinan umum bahwa organisasi menghargai kontribusi mereka dan peduli akan kesejahteraan mereka (Eisenberger, dkk, 1986). Penelitian yang dilakukan oleh Gokul, Sridevi dan Srinivasan (2012) terhadap 102 orang karyawan perusahaan petrokimia menemukan bahwa keterikatan menjadi mediator hubungan persepsi dukungan organisasi dengan komitmen affektif. Saat karyawan mempersepsikan bahwa organisasi mereka mendukung mereka, karyawan akan menjadi lebih berdedikasi dan hal ini berkontribusi untuk meningkatkan ikatan emosional mereka dengan organisasi. Persepsi dukungan organisasi dapat membawa pada hasil yang postitif yaitu melalui keterikatan. Karyawan yang memiliki persepsi dukungan organisasi yang tinggi, menjadi lebih terikat terhadap

6 pekerjaan dan organisasi mereka sebagai bagian dari norma timbal balik dari SET sehingga membantu organisasi untuk mencapai tujuannya (Saks, 2006). Persepsi dukungan organisasi menyatakan bahwa dukungan organisasi mengacu pada persepsi karyawan mengenai sejauh mana organisasi menilai kontribusi, memberi dukungan dan peduli kepada kesejahteraan karyawan (Rhoades & Eisenberger, 2002). Pernyataan tersebut dijelaskan oleh Eisenberger et al., (1986, h.502). Rhoades & Eisenberger (2002) juga menyatakan bahwa dukungan organisasi mengacu pada persepsi karyawan mengenai sejauh mana organisasi menilai kontribusi, memberi dukungan dan peduli kepada kesejahteraan karyawan. Terdapat tiga perlakuan dari organisasi yang dapat meningkatkan persepsi dukungan organisasi. Ketiga faktor itu adalah keadilan, dukungan support atasan dan rewards dari organisasi dan kondisi kerja. Selain ketiga perlakuan ini, persepsi dukungan organisasi juga berhubungan dengan keterikatan kerja. Sementara itu, Allen et al., (2003) juga mendefinisikan bahwa dukungan organisasi sebagai suatu keyakinan global karyawan terhadap organisasi tentang seberapa besar organisasi menghargai kontribusi dan peduli terhadap kesejahteraannya. Hal tersebut juga didukung oleh Robbins (2002, dalam Robbins & Judge, 2007) yang mengemukakan bahwa dukungan organisasi adalah suatu tingkat sampai dimana karyawan yakin organisasi menghargai kontribusi mereka dan peduli dengan kesejahteraan karyawan. Berdasarkan hasil di lapangan yang disesuaikan dengan aspek-aspek persepsi dukungan organisasi, peneliti mendengar ada guru yang sedang berbicara dengan guru lain yaitu membicaran tentang kepala sekolah yang dimana kepala sekolah tersebut tidak adil dalam hal

7 kepedulian dengan guru, kepala sekolah lebih peduli dan lebih memberikan motivasi kepada guru tertentu terutama pada guru yang cantik saja, dalam hal ini kurangnya aspek keadilan. Kepala sekolah kurang memberikan pengarahan dan evaluasi kinerja pada guru, beliau juga kurang tanggung jawab dalam memberikan motivasi dan peduli kepada guru, dalam hal ini kurangnya aspek dukungan atasan. Kegiatan guru di sekolah lebih sering di dalam ruangan mengajar siswa-siswai, mereka kurang melakukan pelatihan di luar sekolah atau di dalam sekolah, dalam hal ini kurangnya aspek pelatihan. Work engagement membuat seseorang merasa keberadaannya dalam organisasi atau perusahaan bermakna untuk kehidupan mereka hingga menyentuh tingkat terdalam yang pada ujungnya akan meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi (Agustian, 2012). Apabila karyawan merasa bahwa mereka tidak dapat mengandalkan pemimpin mereka untuk memberikan penghargaan secara adil bagi usaha mereka, maka kemungkinan mereka akan merasa tidak puas dan akibatnnya dapat menunjukkan berkurangnya antusias, keterikatan dalam pekerjaan mereka. Sebaliknya, ketika karyawan yakin bahwa pemimpinnya memperlakukan mereka secara adil, maka motivasi dan komitmen akan lebih mungkin untuk meningkat. Tingginya energi dan semangat yang dirasakan disertai kegembiraan, kerelaan untuk memberikan usaha maksimal terhadap setiap kinerjanya, dan ketahanan mental ketika menemui kesulitan dalam bekerja. Konsentrasi dan kesenangan hati yang amat sangat sehingga mengalami kesulitan untuk lepas dari pekerjaannya dan merasakan bahwa waktu berlalu sangat cepat selama bekerja. Ketika karyawan mempunyai keterlibatan yang kuat dengan pekerjaannya dan

8 munculnya perasaan tertantang, antusias, dan merasa bahwa pekerjaan yang dilakukannya tersebut dapat memberikan inspirasi yang signifikan bagi dirinya baik secara sosial maupun personal. Keadaan seperti ini membuat karyawan akan lebih mungkin untuk memberikan jumlah yang lebih besar dari sumber mental dan fisik mereka terhadap performa peran, yang selanjutnya akan menghasilkan work engagement yang lebih tinggi (May, Gilson & Harter, 2004). Guru di Indonesia memiliki tuntutan pekerjaan yang selalu bertambah guru di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Guru harus memenuhi berbagai persyaratan sertifikasi yang mulai diselenggarakan pada tahun 2007 dan terus mengalami perubahan metode. Selain itu, guru juga harus dengan kurikulum nasional yang terus berubah. Dalam kurun waktu 20 tahun, kurikulum ini telah mengalami pergantian sebanyak lima kali, yaitu pada tahun 1994, 1997, 2004, 2006 dan yang terbaru, Kurikulum 2013. Penelitian Rohadi (2008) juga menunjukkan bahwa kondisi di lapangan memperlihatkan kinerja guru belum maksimal, seperti kurangnya penggunaan metode dan pendekatan pembelajaran yang relevan, tidak meningkatkan penguasaan materi, dan kurangnya variasi di dalam pembelajaran. Di sisi lain, kompetensi guru secara nasional juga masih dinilai rendah. Hasil rata-rata uji kompetensi guru tahun 2012 yaitu 42,25 dengan nilai tertinggi 97,0 dan nilai terendah 1,0. Hasil tersebut mencakup seluruh guru dari jenjang TK sampai jenjang SMA. Kualitas guru dinilai masih rendah dilihat dari masih banyak yang tidak lulus sertifikasi. Guru yang bersertifikasi pun dinilai belum mencerminkan kompetensi profesinya dan dilaporkan malas mengajar.

9 Bertambahnya tuntutan kerja pada profesi guru ini dapat memiliki efek negatif bagi guru dan memburuknya kesehatan guru. Namun penelitian terhadap guru-guru di Indonesia menghasilkan sesuatu yang berbeda. bahwa guru-guru di Indonesia cenderung menjadikan profesi guru sebagai profesi seumur hidup dan memiliki tingkat work engagement yang tinggi. Berdasarkan permasalahan di atas persepsi dukungan organisasi menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi work engagement. Oleh karena itu peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara persepsi dukungan organisasi dengan work engagement pada guru Sekolah Menengah Atas (SMA)?

10 B. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji hubungan antara persepsi dukungan organisasi dengan work engagement pada guru Sekolah Menengah Atas (SMA). 2. Manfaat Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu: a. Manfaat Teoritis Manfaat dari penelitian supaya memberikan tambahan ilmu dan membuka wawasan pada penulis berkaitan dengan persepsi dukungan organisasi, work engagement dan guru umumnya di sekolah. b. Manfaat Praktis Apabila penelitian ini terbukti, dapat digunakan oleh pihak sekolah. Untuk menciptakan work engagement yang tinggi diperlukan persepsi dukungan organisasi yang positif dari guru atau pekerja tersebut. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk lebih memahami work engagement, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan dan persepsi dukungan organisasi guna memperoleh work engagement yang lebih optimal.