1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di wilayah Indonesia diperuntukkan sebagai lahan pertanian dan hampir 50 persen dari total angkatan kerja masih menggantungkan nasibnya bekerja di sektor pertanian. Keadaan seperti ini menuntut kebijakan sektor pertanian yang disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan yang terjadi di lapangan dalam mengatasi berbagai persoalan yang menyangkut kesejahteraan bangsa (Yudo,S. dkk, 2009). Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar yaitu sekitar 13,38 persen pada tahun 2014 atau merupakan urutan kedua setelah sektor Industri Pengolahan. Pada waktu krisis ekonomi, sektor pertanian merupakan sektor yang cukup kuat menghadapi goncangan ekonomi dan ternyata dapat diandalkan dalam pemulihan perekonomian nasional(bps, 2015). Menurut Budiman (2012) Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu 1
2 upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya. Menurut Budiman (2012) sampai saat ini permintaan akan hasil karet masih tinggi. Permintaan yang tinggi tersebut dikarenakan semakin meluasnya penggunaan karet sehingga permintaan terhadap bahan baku pun meningkat. Penggunaan karet sebagai bahan baku dalam industrialisasi karet paling besar digunakan dalam pembuatan ban kendaraan. International Rubber Study Group (IRSG) memperkirakan bahwa permintaan karet dunia pada tahun 2035 adalah sebesar 31,3 juta ton untuk industri ban dan nonban, dan 15 juta ton diantaranya adalah karet alam. Luas areal dan produksi karet yang dihasilkan oleh Indonesia berfluktuasi dari tahun ke tahun. Luas lahan dari tahun ke tahun terus bertambah dan produksi tertinggi selama 3 tahun terakhir ini dicapai pada tahun 2013, kemudian pada tahun berikutnya mengalami penurunan. Untuk lebih jelasnya, keadaan ini digambarkan pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Jenis Pengusahaan Perkebunan Rakyat Perkebunan Besar Negara Perkebunan Besar Swasta Produksi Karet Indonesia menurut Jenis Pengusahaan, Tahun 2012-2014 (dalam ribu ton). Produksi (Ton) 2012 2013 2014 Luas Produksi Luas Produksi Areal (Ton) Areal (Ton) (Ha) (Ha) Luas Areal (Ha) 2.431.018 2.977.364 2.655.942 3.026.020 2.555.386 3.062.931 255.581 243.753 255.616 247.068 258.209 249.040 325.655 285.084 325.875 282.858 339.591 294.274 Jumlah 3.012.254 3.506.201 3.237.433 3.555.946 3.153.186 3.606.245 Sumber : Statistik Karet Indonesia 2012-2014 2
3 Tabel 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2014, jumlah produksi karet yang berasal dari perkebunan rakyat meliputi 81,04 persen dari seluruh produksi karet Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya sektor perkebunan rakyat dalam menentukan produksi karet nasional. Luas perkebunan rakyat yang terus meningkat menunjukkan minat rakyat yang terus meningkat untuk usaha ini. Sehingga Indonesia merupakan negara penghasil karet terbesar kedua di dunia setelah Thailand dengan produksi 3,97 juta ton. Luas lahan karet Indonesia pada tahun 2014 sebesar 3,6 juta hektar dengan produksi 3,15 juta ton (Harian Republika, 2015).Pada beberapa tahun ini harga jual getah karet mengalami penurunan. Menurut Hidayah, N (2015) faktor-faktor yang menyebabkan turunnya harga getah karet adalah turunnya permintaan getah karet dari negara konsumen,tengkulak dan pabrik yang menetapkan harga secara sepihak, Kualitas getah karet yang rendah, dan turunnya harga minyak dunia yang mengalami penurunan. Keadaan harga jual getah karet dijelaskan pada Gambar 1 sebagai berikut: Gambar 1. Grafik Harga Jual Karet per kilogram di tingkat Petani Jenis Lump tahun 2008-2013. Harga Jual Karet per kilogram Rp11.928 Rp12.814 Rp11.219 Rp10.516 Rp5.608 Rp6.584 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia 2013-2015 3
4 Gambar 1 menunjukkan bahwa harga getah karet jenis lump dari tahun 2008-2013 mengalami naik turun, pada tahun 2008-2011 mengalami kenaikan harga dan pada tahun 2012-2013 mengalami penurunan harga. Pada tahun 2014, harga ratarata dari tingkat produsen Sumatera Utara Rp 4.578 dijelaskan pada Tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Harga Produsen Karet Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014. Bulan Harga (Rp) Januari 6.034 Februari 5.101 Maret 4.992 April 5.064 Mei 4.327 Juni 4.458 Juli 4.455 Agustus 4.498 September 4.098 Oktober 3.866 November 3.988 Desember 4.048 Rata-rata 4.578 Sumber : Statistik Harga Produsen Pertanian, 2014 Bila harga jual getah karet turun, maka jumlah penerimaan petani berkurang, dan mengakibatkan jumlah pendapatan berkurang. Pendapatan yang berkurang membuat petani harus mengurangi pengelolaan di perkebunan karet mereka. Pengelolaan seperti penggunaan pupuk, penggunaan herbisida pencurahan tenaga kerja harus dikurangi untuk memenuhi kebutuhan petani. Pengurangan pengolahan perkebunan menyebabkan produksi getah karet berkurang, berkurangnya produksi dan turunnya harga jual getah karet menyebabkan semakin turunnya penerimaan petani (Siregar, Henri, 2010). Berikut ini adalah tabel luas tanaman dan produksi karet tanaman perkebunan rakyat menurut kabupaten di Sumatera Utara tahun 2014 disajikan pada Tabel 3. 4
5 Tabel 3. Luas tanaman dan Produksi Karet Tanaman Perkebunan Rakyat menurut kabupaten di Sumatera Utara pada Tahun 2014. Kabupaten/Kota Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton) Produk tivitas (Ton/H a) T.B.M T.M T.T.M Jumlah 1 Nias 942,00 2.077,00 520,00 3.530,00 2.285,00 0,65 2 Mandailing Natal 5.121,00 55.337,00 17.921,00 78.379,00 83.921,00 1,07 3 Tapanuli Selatan 5.900,00 9.870,00 8.540,00 24.310,00 7.996,00 0,33 4 Tapanuli Tengah 3.996,00 23.960,00 4.480,00 32.436,00 20.465,00 0,63 5 Tapanuli Utara 770,00 8.115,00 152,00 9.037,00 4.901,00 0,54 6 Toba Samosir 70,00 376,00 21,00 467,00 400,00 0,86 7 Labuhanbatu 1.698,00 21.754,00 89,00 23.541,00 24.012,00 1,02 8 Asahan 400,00 5.835,00 400,00 6.635,00 5.762,00 0,87 9 Simalungun 1.589,00 12.405,00 159,00 14.153,00 11.825,00 0,84 10 Dairi 125,00 203,00 28,00 356,00 186,00 0,52 11 Karo 28,00 54,00 1,00 83,00 47,00 0,57 12 Deli Serdang 890,00 4.290,00 640,00 5.820,00 5.786,00 0,99 13 Langkat 3.424,00 39.841,00 240,00 43.505,00 34.621,00 0,80 14 Nias Selatan 2.600,00 6.493,00 460,00 9.553,00 6.395,00 0,67 15 Humbang 1.048,00 2.933,00 204,00 4.185,00 2.300,00 0,55 Hasundutan 16 Pakpak Bharat 900,00 706,00 147,00 1.753,00 624,00 0,36 17 Samosir - - - - - - 18 Serdang Bedagai 1.286,00 10.602,00 58,00 11.946,00 12.325,00 1,03 19 Batu Bara 213,00 202,00 17,00 492,00 335,00 0,68 20 Padang Lawas 13.702,00 25.804,00 668,00 40.234,00 25.012,00 0,62 Utara 21 Padang Lawas 6.821,00 4.375,00 1.198,00 12.304,00 4.123,00 0,34 22 Labuhanbatu 678,00 25.217,00 300,00 26.195,00 26.756,00 1,02 Selatan 23 Labuhanbatu Utara 855,00 21.977,00 97,00 22.929,00 26.854,00 1,17 24 Nias Utara 1.280,00 7.762,00 1.330,00 10.372,00 8.000,00 0,77 25 Nias Barat 1.385,00 3.420,00 1.425,00 6.230,00 2.600,00 0,42 Kota 78 Gunungsitoli 586,00 2.604,00 1.150,00 4.340,00 2.565,00 0,59 Sumatera Utara2014 56.307,00 296.332,00 40.245,00 392.884,00 321.096,00 0,82 2013 54.665,00 296.462,00 40.302,00 391.430,00 310.363,70 0,79 2012 51.572,00 281.895,00 43.600,00 377.068,00 349.063,04 0,93 Sumber : Sumatera Utara dalam Angka 2015 Tabel 3 menunjukkan bahwa kabupaten Labuhanbatu merupakan salah satu daerah penghasil karet terbesar. Kabupaten Labuhanbatu mempunyai luas tanaman seluas 23.541 Ha atau 6 persen dari seluruh luas tanaman di Sumatera Utara. Kabupaten Labuhanbatu mempunyai jumlah produksi karet rakyat sebesar 24.012 Ha atau 7,48 persen dari seluruh produksi di Sumatera Utara. Dalam usahatani karet rakyat, harga merupakan sesuatu hal yang tidak dapat diprediksi oleh petani. Dalam hal ini, harga jual ditentukan oleh pasar, sehingga petani sebagai price taker hanya bisa menerima harga sesuai dengan permintaan 5
6 agen atau pembeli. Penurunan harga jual getah karet selama beberapa tahun terakhir menyebabkan petani harus memikirkan cara untuk tetap mengelola perkebunannya dalam penerimaan yang menurun.sehingga dari penjelasan diatas menunjukkan perlunya peneliti untuk meneliti dampak turunnya harga jual getah karet terhadap pengelolaan tanaman karet rakyat. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana dampak turunnya harga jual getah karet terhadap penggunaan pupuk pada pengelolaan tanaman karet rakyat di daerah penelitian? 2. Bagaimana dampak turunnya harga jual getah karet terhadap penggunaan herbisida pada pengelolaan tanaman karet rakyat di daerah penelitian? 3. Bagaimana dampak turunnya harga jual getah karet terhadap pencurahan tenaga kerja pada pengelolaan tanaman karet rakyat di daerah penelitian? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis bagaimana dampak turunnya harga jual getah karet terhadap penggunaan pupuk pada pengelolaan tanaman karet rakyat di daerah penelitian. 2. Untuk menganalisis bagaimana dampak turunnya harga jual getah karet terhadap penggunaan herbisida pada pengelolaan tanaman karet rakyat di daerah penelitian. 3. Untuk menganalisis bagaimana dampak turunnya harga jual getah karet terhadap pencurahan tenaga kerja pada pengelolaan tanaman karet rakyat di daerah penelitian. 6
7 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan dalam mengembangkan usahatani karet rakyat. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijaksanaan dalam pengembangan perkebunan karet. 3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan. 7